NASIONALISASI PT INALUM MENURUT UNDANG U
Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis Vol.1, No.1, Juni 2016: 41-48
ISSN 2527 – 7502
________ ____________ ____________ ____________ ___________ ____________ ____________ ____________ _________________ ____________ ____________ ____________ ___________ ____________ ____________ ____________ _____ ____________ ____________ ____________ ___________ ____ ____________ ____________ ____________ ___________ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ _____ ____________ ____________ ____________ ___________ _
NASI ONALISASI
PT I NALUM MENURUT UNDANG-UNDANG
PENANAMAN MODAL ( UNDANG-UNDANG NO. 25 TAHUN 2007) :
PRO KONTRA INDONESIA DAN JEPANG
Utji Sr i W ulan Wur yandar i
Fakultas Ekonomi Univer sitas Pancasila
E-mail : utji sri [email protected]
Infor masi Ar tikel
ABSTRACT
Dr aft awal 16 Mei 2016
Revisi 25 Mei 2016
Dit er ima 2 Juni 2016
Resear ch in t he spher e of For ei gn Invest ment s would be so
r emot e in I ndonesi a, t his r esear ch exami nes t he Japanese joint
vent ur e l egal entit y wit h Indonesia, PT. I nalum which have a
pot enti al asset in support ing t he impr ovement of t he peopl e's
economy. Fur t her mor e PT Inalum engaged in t he al uminum
smelt ing ore in Nor t h Sumat er a t hat has a hydr oel ect r ic
power plant which can gener at e 600 Megawat t s of elect ricit y.
In Act number 25 of 2007 on Invest ment Ar ticle 7 declar ed
t hat t he nat ionalizat ion of for eign investment companies
occur wit h r equi r ement s, t her efor e in t his st udy examines t he
"Nat i onalizat ion PT Inalum accor di ng t o Investment Law in
Indonesia." Al t hough t hi s r esearch i s done nor mat ively but we
conduct ed int er vi ews wit h i nformant s of t he Japanese in t his
case Mr s. Har una Hi r oko and deliver y guidance int erview
conduct ed via email t o a r esour ce, Pr of. Yuket a Hir oshi of
Touin Uni ver si t y in Yokohama, Japan. Result s of t he r esear ch
not ed t hat t he complet ion of t he national izat ion of PT I nalum
in I ndonesi a is not r esolved by t he For eign Ar bit r ation Boar d,
as t he mandat e of t he Act, but it is done by del iber ati on
Kata Kunci:
For eign Investments
Tipe Ar ti kel : Point View
Diterbitkan oleh Fakultas
Ekonomi Univer sitas Isl am
Attahir iyah
Penel it ian di bidang I nvest asi Asing r elat ive t er bat as di
Indonesia, peneliti an ini menelit i badan hukum per usahaan
pat ungan Jepang dengan Indonesia, PT. Inal um yang memil iki
aset pot ensial dalam mendukung peni ngkat an ekonomi
r akyat. PT I nalum t erlibat dalam kegiat an pelebur an bijih
aluminium di Sumat er a Ut ar a yang memiliki pembangkit
list rik t enaga air yang dapat menghasilkan 600 Megawatt
list rik. Ber dasar kan UU 25 Tahun 2007 t ent ang Penanaman
Modal Pasal 7 menyat akan bahwa nasionalisasi per usahaan
invest asi asing t erj adi dengan per syar at an, oleh kar ena it u
dalam peneli tian ini fokus kaj ian di pusat kan pada
"Nasi onalisasi PT Inalum menur ut UU Invest asi di Indonesi a."
Meskipun penelit ian ini dilakukan secar a nor mative, melalui
wawancar a dengan informan dar i Jepang yait u I bu Haruna
Hir oko dan pedoman wawancar a dikir im mel al ui email ke
kepada
Pr of. Yuketa Hir oshi dari Touin Uni ver sit y di
Yokohama, Jepang. Hasil penelit ian mencat at bahwa
penyelesaian nasi onalisasi PT Inalum di Indonesia tidak
diselesaikan oleh Badan Ar bit r ase Asing, sebagaimana
amanat UU, namun hal it u dilakukan secar a musyawarah
1. Pendahuluan
Kebutuhan akan pasokan l istr ik di Indonesia t er nyata ti dak dapat di penuhi oleh PT PLN, hal i ni
ber l angsung cukup lama sejak aw al tahun 2000an. Sebagai contoh kebutuhan l istr ik di Pulau
Sumater a Utar a, hanya dipenuhi dar i PLTA ( Pembangki t Listr i k Tenaga Air ) yai tu dar i ai r waduk
Sigur a-gur a dar i ali r an Sungai Asahan. Sungai Asahan memang menjadi sumber li st r ik yang luar
bi asa. Di hulu Si gur a-gur a i tu t el ah dibangun PLTA Asahan 1, di hilir Sigur a-gur a itu dahul unya
akan di bangun pembangkit l istr ik Asahan 3, namun ter halang oleh sul itnya per iji nan. Kini sudah
ada i jin Guber nur Sumut kepada PT PLN, namun t inggal pelaksanaannya. Semua bentuk
pembangunan pada kenyataannya membutuhkan dana.
Investor asing adalah sal ah satu sumber pendanaan pembangunan di Indonesi a. PT Inalum
yang aw al nya bentuk ker ja sama Indonesia Jepang, di mana Jepang adalah sebagai pemodalnya
dalam usaha pengusahaan al umuni um, yang kini telah di ambil al ih oleh pi hak Indonesia sejak
November 2013 yang l al u.
Pada tanggal 6 Januar i 1976, PT I ndonesia Asahan Aluminium (INALUM), sebuah per usahaan
patungan antar a pemer intah Indonesia dan Ni ppon Asahan Alumi ni um Co., Ltd, di di ri kan di Jakar t a.
Inal um adalah per usahaan yang membangun dan mengoper asikan Pr oyek Asahan, sesuai dengan
Per janji an Induk. Per bandi ngan saham ant ar a pemer intah I ndonesia dan Ni ppon Asahan
Al uminium Co., Ltd pada saat per usahaan didir ikan adal ah 10% dengan 90%. Pada bul an Okt ober
1978 per bandingan ter sebut menjadi 25% dengan 75% dan sejak Juni 1987 menjadi 41,13%
dengan 58,87%. Dan sejak 10 Febr uar i 1998 menjadi 41,12% dengan 58,88%.
Inalum membangun dan mengoper asi kan PLTA yang t er dir i dar i stasiun pembangki t listr i k
Sigur agur a dan Tangga yang t er kenal dengan nama Asahan 2 yang t er l et ak di Par it ohan, Kabupat en
Toba Samosir , Pr opi nsi Sumat er a Ut ar a. Stasiun pembangkit ini di oper asi kan dengan
memanfaatkan air Sungai Asahan yang mengalir kan ai r danau Toba ke Sel at Mal aka. Oleh kar ena
itu, total list rik yang dihasil kan sangat ber gantung pada kondisi per mukaan ai r danau Toba.
Pembangunan PLTA dimul ai pada tanggal 9 Juni 1978. Pembangunan stasiun pembangki t list r ik
baw ah tanah Sigur agur a dimulai pada tanggal 7 Apr i l 1980 dan dir esmi kan ol eh Pr esi den RI,
Soehar t o dalam acar a Peletakan Batu Per tama yang diselenggar akan dengan t ata car a adat Jepang
dan t r adisi l okal. Pembangunan selur uh PLTA memakan w aktu 5 tahun dan dir esmikan ol eh wakil
pr esiden Umar Wir ahadikusuma pada t angagl 7 Juni 1983. Total kapasitas tetap 426 MW dan
output puncak 513 MW. Li str ik yang dihasi lkan di gunakan untuk pabri k pelebur an di Kual a
Tanjung.
Dat a Media Peker ja BUMN ter lihat bahwa PT Inalum yang mer upakan i nvestor dar i Jepang di
Indonesia, menjadi menar ik untuk dimil iki I ndonesia adal ah ber kai tan dengan pasokan listr ik yang
masi h kur ang di Sumatr a Utar a, sement ar a PT Inal um memil iki pembangkit listr i k sendir i dengan
kapasitas 600 MW yang ber ada di dal am pabri k, dengan per hit ungan mur ah yaitu 3 sen doll ar
Amer i ka per Kwh. Apabi la list r ik itu di jual kepada PT PLN, PT PLN hanya membeli 6 sen doll ar
Amer i ka per Kwh. Sebelumnya Pemer intah Pr opinsi Sumut dan 10 kabupat en di dalamnya siap
mengelola 58,8% saham PT Inalum. Alasannya jel as i ngin meni kmati manfaat dar i sumber daya
alam daer ah itu seti daknya 30 tahun ke depan.
Namun hingga kini, pr oses pengambi lalihan (nasionalisasi i stilah dalam UU No. 25 tahun 2007)
PT Inalum masih ter kendala per bedaan nilai val uasi antar a Pemer intah Indonesia yang
mengajukan ni lai buku 424 jut a dollar AS, sement ar a pi hak Jepang mematok 626 jut a dolar AS.
Maka kasus ini menar i k untuk dit el iti menur ut UU No. 25 Tahun 2007, kar ena di dal am PT Inalum
memi liki aset ber upa pembangkit listr ik yang sangat besar dan dapat ki r anya memenuhi pasokan
listr i k di wi layah Sumat r a Utar a dan sekit ar nya.
Kebijakan pemer i nt ah dalam mel akukan tindakan nasionaliasi ter hadap per usahaan asing
adalah salah satu upaya pemer int ah yang ber tujuan unt uk meminimalisir terjadi nya kesenjangan
42
JRM B Volume 1, Nomor 1, Juni 2016: 41-48
ekonomi r akyat. Kebi jakan ini diambil dengan maksud agar negar a-negar a tujuan investasi dapat
membangun kembali str uktur per ekonomian suat u Negar a ( Kanumoyoso, 2001).
Hukum penanaman modal di Indonesi a, baik Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal yang ber laku saat ini maupun undang-undang yang per nah ber l aku pada masa
lalu ti dak membuat kategor isasi pengambilali han (taking) ke dalam nasi onalisasi dan ekspr opr i asi
ataupun pencabut an hak (ontei gening) ke dalam pencabutan hak secar a global dan pencabutan hak
secar a i ndividual . Undang-undang hanya mengenal istilah tunggal “nasionali sasi atau
pengambil al ihan hak kepemili kan penanam modal”, sedangkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1967 Tent ang Penanaman Modal Asi ng (UUPMA) menggunakan i stilah “nasi onalisasi/ pencabut an
hak mili k secar a menyelur uh atas per usahaan-per usahaan modal asing atau ti ndakan-tindakan
yang mengur angi hak menguasai dan/ at au mengur us per usahaan yang ber sangkut an”.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 t idak secar a spesifik menentukan besar an kompensasi.
Pasal 7 Ayat (2) Undang Undang ini hanya menyebut kan bahwa, dalam hal pemer int ah melakukan
tindakan nasionalisasi at au pengambilali han hak kepemilikan, pemer int ah akan member ikan
kompensasi yang juml ahnya ditetapkan ber dasar kan har ga pasar . Bagi i nvestor asi ng, hukum dan
undang-undang menjadi salah satu tolok ukur untuk menentukan kondusif tidaknya ikli m invest asi
di suatu Negar a. Dalam 3 dekade belakangan ini , pelaku usaha sangat memper timbangkan kondisi
hukum Negar a Tuan Rumah. Hukum bagi mer eka mer upakan i nstr umen penting dalam menjamin
investasi mer eka. Hukum bagi mer eka member ikan keamanan, cer taint y dan pr edi ct abil ity atas
investasinya. Semakin baik kondisi hukum dan Undang-Undang yang mel indungi investasi mer eka
semakin menganggap ikli m invest ai di Negar a ter sebut adalah kondusi f (Juwana, 2006).
Dengan masuknya modal asing dalam per ekonomian Indonesi a mer upakan tuntutan keadaan
bai k ekonomi maupun politi k, penghimpunan dana pembangunan ekonomi Indonesia melal ui
investasi modal secar a langsung sangat baik dibanding dengan pinjaman luar neger i (Syahyu,
2003). Penanaman modal asing membuat pemer int ah memi liki modal untuk membangun
infr astr uktur , seper ti jalan t ol, jembatan, j al an r aya, jalan l ayang, hotel, dan lain-lain. Sehi ngga
pemer intah bisa member i kan pel ayanan yang l ebih baik kepada masyar akat, yang dapat
mengger akkan r oda per ekonomian dan bisnis.
Dal am r angka nasionalisasi per usahaan asing yang memi l iki pr ospek dan pr ofit bai k, tentu saj a
akan menguntungkan bagi Negar a untuk mengambil al ih. Kegi at an i nvestasi oleh asing di Indonesi a
di maksudkan sebagai pelengkap untuk mengisi sektor -sektor usaha dan industr i yang bel um dapat
di laksanakan sepenuhnya oleh pi hak swasta nasional , baik kar ena alasana teknologi, manajemen,
maupun alasan per modalan. Modal asing juga di har apkan secar a langsung maupun ti dak langsung
dapat l ebih mer angsang dan menggai r ahkan iklim at au kehidupan dunia usaha, ser ta dapat
di manfaat kan sebagai upaya menembus jar ingan pemasar an i nt er nasional melalui jar i ngan yang
mer eka mi liki, sehingga nasional isasi mer upakan kesempat an bagus untuk memper oleh biaya
dalam membangun per ekonomi an.
Pada bahasan ber i kut ter dapat beber apa per masalahan yang akan dibahas yai tu; apakah
pr oses nasi onalisasi (pengambil-ali han) PT I nalum di Sumat r a Utar a telah sesuai dengan UndangUndang No. 25 Tahun 2007 t ent ang Penanaman Modal ? Bagaimana t anggapan pi hak Jepang dalam
nasionalisasi PT Inal um t er hadap pihak Indonesia, sehingga pihak Jepang memil ih mengajukan ke
Badan Ar bi tr ase masalah ter sebut? Ser t a apa keuntungan dan ker ugian bagi pihak Indonesia dan
Jepang, apabi la masalah nasional isasi PT Inal um t er sebut diselesai kan di badan Ar bi tr ase? Juga apa
keuntungan yang diper oleh pihak Indonesi a dengan melakukan nasi onalisasi PT Inal um menjadi
mili k Indonesia?
2. Metode
Peneliti an ini menggunakan pendekatan kual itatif mel al ui mel al ui waw ancar a dengan i nfor man
dar i Jepang dal am hal ini Ibu Har una Hi r oko dan pengir i man pedoman w aw ancar a dilakukan
Utji Sr i Wulan Wur yandar i / Nasionalisasi PT. INALUM...
43
melalui email ke Pr of. Yuketa Hi r oshi dar i Touin Univer sity di Yokohama, Jepang. Untuk melengkapi
bahan kajian, di gunakaan studi liter atur e melalui ber bagai ar t i kel dan Undang-Undang ter kait
dengan per masalahan nasional isasi asset asing di Indonesia.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Indonesi a sudah l ama membuka l ebar -lebar pintu masuk bagi per usahaan-perusahaan
mul tinasi onal untuk memasukan modalnya ke Indonesi a (Chandr awulan, 2011). Sejak
di kel uar kannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1967 t entang Penanaman
Modal Asing, beber apa per usahaan multi nasional seper t i Fr eepor t Sulphur Co. I nter nasi onal Tel &
Tel (ITT) , Unilever , Good Year , Dumex, Phi lips. Ter masuk PT Indonesia Asahan Aluminium
(INALUM) sebuah per usahaan patungan antar a pemer int ah Indonesia dengan Nipon Asahan
Al umuni um Co., Ltd yang ber kedudukan di Tokyo telah menyepakati didir ikan per usahaan di
Indonesia pada 6 Januar i 1976, adalah sebuah per uhaan yang membangun dan mengoperasi kan
Pr oyek Asahan, sesuai dengan per janji an I nduk. Per bandingan saham antar a pemerintah Indonesi a
dan Ni ppon Asahan Aluminium Co., Ltd pada saat per usahaan di di r ikan adal ah 10% dengan 90%.
Pada bulan Oktober 1978 per bandingan ter sebut menjadi 25% dengan 75% dan sejak Juni 1987
menjadi 41,13% dengan 58,87%. Dan sejak 10 Febr uar i 1998 menjadi 41,12% dengan 58,88%.
Untuk melaksanakan ket entuan dal am Per janjian I nduk, Pemer i nt ah Indonesi a kemudian
mengeluar kan Sur at Keputusan Pr esiden No. 5 Tahun 1976 yang melandasi t er bent uknya Otor i ta
Pengembangan Pr oyek Asahan sebagai waki l Pemer int ah yang ber tanggung jawab atas lancar nya
pembangunan dan pengembangan Pr oyek Asahan. PT Inalum dapat dicatat sebagai pel opor dan
per usahaan per t ama di I ndonesia yang ber ger ak dalam bi dang industr i pelebur an aluminium
dengan i nvestasi sebesar 411 milyar Yen.
Ment er i Per i ndust r ian pada saat itu, MS Hi dayat m engat akan pada t r ibunnew .com: “Indonesi a
sudah r esmi mengambi l ali h sisa saham kepemil ikan PT Indonesia Asahan Alumunium dari Jepang per
Jumat (1/ 11/ 2013). Selama ini Inalum, yang ber lokasi di Sumat er a Ut ar a, dikelola oleh pemerint ah
Indonesia dan konsor si um invest or Jepang di Tokyo yang t er gabung dal am Nippon Asahan Aluminum
(NAA). Dar i 100 per sen saham Inalum, t adinya pemerint ah Indonesia memili ki 41,12 per sen, dan
sisanya milik NAA. Ber akhi r pada 31 Okt ober 2013 yang dii kut i ol eh penyer ahan asset PT Inal um
kepada pemerint ah Indonesia dan membayar kompensasi sesuai dengan mast er agr eement ”
3.1. Nasionalisasi Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007
Dalam kaitannya dengan penegakan kepasti an hukum, di I ndonesia telah memper bahar ui at ur an
tent ang penanaman modal yang semula t el ah ter bentuk di tahun 1967 dan 1968. Kepastian hukum
di bidang investasi sangat diper lukan untuk menjamin ketenangan dan kepastian ber usaha.
Pengat ur an penanaman modal dal am Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 t entang Penanaman
Modal (yang memper bahar ui undang-undang yang lama tahun 1967 dan 1968) Pasal 3 ayat (1)
hur uf a, telah di tentukan: kegiat an penanaman modal diselenggar akan ber dasar kan asas kepastian
hukum: “asas kepasti an hukum” untuk menunjukan adanya konsi stensi pemer int ah ter hadap
per atur an dan penegakan hukum.
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Pasal 7 mengamanahkan, bahw a dal am kaitannya
nasionalisasi ter hadap per usahaan yang dibentuk dengan modal asing, pemer intah t idak akan
melakukan ti ndakan nasionalisasi atau pengambilal ihan hak kepemil ikan penanam modal kecuali
dengan Undang-Undang. Dalam hal pemer intah melakukan tindakan nasionali sasi atau
pengambil al ihan kepemil ikan penanaman modal, pemer intah akan member i kan kompensasi yang
jumlahnya ditetapkan ber dasar kan har ga pasar . Apabi la di antar a kedua belah pihak t idak t er capai
kesepakat an tent ang kompensasi atau ganti r ugi apabila pemer i nt ah melakukan nasional isasi atau
pengambil al ihan hak kepemili kan, penyelesaian sengketa dilakukan melalui ar bitr ase.
44
JRM B Volume 1, Nomor 1, Juni 2016: 41-48
Ber dasar kan ket entuan Pasal 32 ayat (4) Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tent ang
Penanaman Modal, mengenai penyelesaian sengket a dalam bidang penanaman modal menyatakan
bahw a: “Dalam hal ter jadi sengketa di bidang penanaman modal antar a pemer i ntah dengan
penanam modal asing, par a pihak akan menyelesai kan sengketa ter sebut mel alui ar bitr ase
inter nasional yang har us di sepakati oleh par a pihak.”
3.2. Nasionalisasi PT Inalum Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Indonesia
PT Inalum yang ber kedudukan di Indonesi a hasil patungan I ndonesia-Jepang ber dasar kan
per janji an dengan Konsor si um Nipon Asahan Al umunium, telah mengal ami pr oses nasional isasi.
Dalam sebuah ar ti kel di media online, Menter i Per industr ian pada saat itu menyatakan “Sel ama ini
wil ayah oper asinya berl okasi di Sumat er a Ut ar a, di kel ola oleh pemerintah Indonesia dan konsor si um
invest or Jepang di Tokyo yang t er gabung dalam Nippon Asahan Aluminum ( NAA). Dari 100 per sen
saham Inalum, t adinya pemer int ah Indonesia memili ki 41,12 per sen, dan sisanya mil ik NAA. Ber alih
kepemil ikannya menjadi BUMN milik Indonesia dengan per nyat aan Ment er i Per indust r ian "Ber akhir
pada 31 Okt ober 2013 yang diikut i oleh penyer ahan asset PT Inalum kepada pemerint ah Indonesia
dan membayar kompensasi sesuai dengan mast er agr eement ” .
Dengan demi ki an, per 1 November 2013 selur uh asset kembali ke Pemer intah Indonesia.
Kement er i an Badan Usaha Mili k Negar a punya asset bar u yang dikelola oleh beli au (Menter i
BUMN). Kementr ian Per industr ian dan Kement r i an Keuangan, mendampingi beliau untuk hal
teknis admini str asi dan legal ," tambahnya. Dijel askan, di sepakat i mekanisme pengali han saham
melalui shar e t r ansfer yang besar annya USD 558 juta. Lebih lanjut dia katakan, kini pr oses
konsol idasi inter nal dan pr oses pembelian atau pengal ihan at au ar bitr ase t engah dilakukan. Maka
konsol idasi seger a ber samaan dengan Kement r ian Keuangan, Kementr i an Peri ndustr ian ber samasama selesaikan administr asi dan pr osedur penyelesai an pembayar annya melalui ar bitr ase sesuai
ket entuan yang ada.
Pr oses yang t erjadi pada PT Inalum, awalnya t er jadi per undingan antar a pihak Indonesi a
dengan Konsor sium NAA, setelah ada kesepakat an maka Pemer intah RI melakukan ijin kepada DPR
dalam hal r eali sasi pengeluar an dana untuk pembeli an saham PT Inalum, pada akhir Oktober 2013
pi hak Jepang t er nyat a menyer ahkan aset ber upa PLTA di hul u sungai Asahan dan Pabr i k Pelebur an
Al umuni um di hilir Sungai Asahan, Sumatar a Ut ar a. Namun untuk penyelesaian nasi onalisasi pihak
Jepang menunjuk ar bitr ase inter nasional untuk menyelesai kannya. Namun pihak I ndonesia dalam
hal ini di kawal oleh Menter i Keuangan, Menter i Per i ndustr i an dan Menter i BUMN mengusulkan
untuk musyawar ah saja tanpa melalui jalur ar bitr ase.
3.3. Tanggapan Pihak Jepang Terhadap Nasionalisasi PT Inalum
Di Negar a Jepang sebagai negar a yang mapan per ekonomiannya, tidak ter dapat atur an Penanaman
Modal Asing seper ti Undang-Undang No. 25/ 2007 unt uk Penanaman Modal di Indonesia, hal i ni
sebagai mana di ut ar akan Pr of YUGETA HIROSHI nar a sumber dar i Touin Univer sity, Yokohama,
Jepang.
Menur ut nar a sumber di per oleh masukan bahwa Jepang mendukung adanya nasionali sasi
atau pengambilali han hak mili k t er sebut, ada anggapan bahwa Indonesia pr o Jepang ( hal ini penuli s
menganggap t er masuk unsur politi k), dalam masa per tumbuhan ekonomi sekalipun sumber daya
alam kaya dan jumlah peduduk ti nggi, tetap Indonesi a memer l ukan tambahan modal atau
pendanaan unt uk pembangunan. Ter utama dengan hasil PT Inalum yang telah mencapai 225.000
ton per tahun saat ini dan akan menghasilkan sekit ar 470.000 t on di tahun 2017. Hal ini mer upakan
sumbangan asset dan juga penghasi lan yang ti nggi bagi negar a Indonesia.
Dengan per timbangan bahwa penduduk padat har apan Jepang t er hadap Indonesia adalah
pemer intah Indonesia t etap memper hat ikan per tumbuhan ekonomi yang si gnifikan bagi
masyar akatnya. Masalah penyelesaian pr oses nasionali sasi PT Inalum, menur ut nar asumber dar i
Utji Sr i Wulan Wur yandar i / Nasionalisasi PT. INALUM...
45
Touin Uni ver sit y, Yokohama, Jepang, Pr of. Yuget a Hir oshi dan I bu Har una Hir oko sependapat
dengan Undang-Undang No. 25/ 2007 har us melalui Ar bitr ase inter nasional yang ditunjuk oleh
pi hak Indonesia dan Jepang pada per janji an awalnya yang dibuat tahun 1975 di bawah Konsor sium
Nippon Asahan Al uminium (NAA) yang masa ber akhir nya Oktober 2013. Jadi hubungan ker ja sama
Indonesia-Jepang sel ama 30 tahun dalam penambangan Alumunium di Sumater a Utar a, tepatnya di
Kuala Tanjung, Kabupaten Bat u Bar a, yang juga mengembangkan Pembangkit Li st r ik Tenaga Air .
3.4. Keuntungan Dan Kerugian Bagi Indonesia Dan Jepang Pada Kasus Nasionalisasi PT
Inalum Di Indonesia
Bagi Indonesia lebi h banyak keuntungan yang diper ol eh dengan nasi onalisasi at au pengambilalihan
PT Inalum di Kual a Tanjung, Kabupaten Batu Bar a yait u memi liki PLTA sendi r i di dalam Pabr i k
Pelebur an Al umi ni um yang dapat menghasilkan ali r an l i str ik sebesar 600 megaw att. Tur binnya
ber ada di bawah gunung batu di kedalaman 100m dar i per mukaan t anah. Sementar a kr isis l istr ik di
Sumater a Ut ar a dapat di tanggul angi dengan hasi l PLTA dar i PT Inalum yang memanfaat kan Sungai
Asahan, kar ena memili ki 2 (dua) aset yaitu pembangkit listr ik Sigur a-gur a (Asahan II) di hulu
Sungai Asahan dan pabr i k al umuni um di hil ir Sungai Asahan. Sampai akhir tahun 2013 penghasi lan
alumunium PT Inalum mencapai 225.000 ton aluminium bat angan, dan akan meningkat sesuai
per kir aan akan dihasi lkan 470.000 ton alumini um bat angan pada t ahun 2017. Pemer int ah
Indonesia juga dapat menghemat dana dengan nasionali sasi PT Inalum, tidak per lu membangun
PLTA guna pasokan li str ik unt uk wi layah Sumat er a Utar a;
Penyer ahan aset PT Inalum ter tanggal 30 Oktober 2013 dar i pihak Jepang membuat
nasionalisasi PT Inalum tidak ber dasar kan penyer ahan saham. Menur ut Menter i BUMN Bpk Dahlan
Iskan penyer ahan aset dar i pihak Jepang memang lebih sesuai dengan per janjian pokoknya ( mast er
agr eement ). Dan pada tanggal 30 Oktober 2013 i tu juga DPR menyetujui pengambilalihan PT
Inal um. Sel anjutnya pr oses yang diajukan Jepang untuk ke Ar bitr ase adalah untuk menentukan
ber apa besar Indonesia har us membayar atas aset yang di ser ahkan dan dimi liki PT Inalum (Dahlan
Iskan, 2013).
3.5. Keuntungan Dan Kerugian Yang Dihadapi Indonesia Dan Jepang Bila Kasus PT Inalum
Diselesaikan Di Arbitrase
Pi hak Jepang pada aw al nya untuk penentuan atau penetapan akusisi nil ai buku PT Inalum akan
membawa ke ar bit rase. Dengan alasan : Ekonomis, Ar biter pr ofesional, Bahasa int er nasional yang
di gunakan akan memper mudah penyelesaian masalah, Net r al , objektif, Sesuai per atur an UndangUndang No. 25 Tahun 2007 pasal 34. Ter jaga ker ahasiaan, Waktunya singkat
Ker ugi an yang didapat bila nasionalisasi dibawa pi hak Jepang ke ar bitr ase inter nasional
bagi pi hak Indonesia:
1. Penetapan ni lai tutup buku bisa lebih tinggi . Sementar a selalu sebagai pemer intah har us
atas per setujuan DPR setelah mendengar kan audit BPK dan BPKP.
2.
Pihak Indonesi a sel aku pemer intah tidak dapat mel akukan t awar menawar seper ti halnya
pihak swasta.
Dalam r angka nasionalisasi per usahaan asing yang memil iki pr ospek dan pr ofi t baik, t entu
saja akan mengunt ungkan bagi Negar a untuk mengambilali h. Kegiatan investasi oleh asing di
Indonesia dimaksudkan sebagai pel engkap untuk mengisi sektor -sektor usaha dan indust r i yang
bel um dapat dil aksanakan sepenuhnya oleh pihak sw ast a nasional , baik kar ena alasana teknologi,
manajemen, maupun alasan per modalan. Modal asing juga dihar apkan secar a langsung maupun
tidak l angsung dapat l ebi h mer angsang dan menggai r ahkan i kli m at au kehidupan duni a usaha,
sert a dapat di manfaat kan sebagai upaya menembus jar ingan pemasar an inter nasional melal ui
46
JRM B Volume 1, Nomor 1, Juni 2016: 41-48
jar ingan yang mer eka miliki , sehi ngga nasional isasi mer upakan kesempatan bagus untuk
memper oleh biaya dal am membangun per ekonomi an. Kegiatan pengambilali han atau yang
menur ut Undang-Undang Penanaman Modal di sebut dengan “nasional isasi ” lebih menguntungkan
pi hak Negar a Tuan Rumah kar ena hal ter sebut lebih bai k dar i kegiat an peminjaman dana luar
neger i.
4. Keter batasan dan Agenda Penelitian Mendatang
Peneliti an ini menggunakan pendekatan kuali tatif melalui studi l iter atur dan wawancar a yang
ter batas. Peneli tian l anjutan disar ankan untuk mengembangkan t eknik dan metode yang lebih
kompr ehensi f dengan car a melakukan focus gr oup discussion (FGD) unt uk memper oleh infor masi
dar i ber bagai pihak yang ber kepent ingan dalam w aktu yang ber samaan. Selain i tu, penelit ian i ni
hanya ber fokus pada kasus PT. Inal um, sehi ngga tidak di sar ankan untuk digener alisasi pada kasus
per usahaan-per usahaan l ai n meskipun dalam konteks per masal ahan yang sama.
5. Kesimpulan
Set el ah dilakukan peneliti an ter hadap per atur an dan kasus pada PT Inal um, penul is memper oleh
beber apa simpulan yai tu:
a. Pr oses nasional isasi PT Inalum di Kuala Tanjung, Kabupaten Batu bar a Sumater a Utar a
sesuai Pasal 7 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007, namun penetapan har ga tidak mel al ui
ar bi tr ase seper ti yang di amanahkan Pasal 34 Undang-Undang 25 Tahun 2007.
b. Pi hak Jepang ber anggapan unt uk masal ah ker ja sama ekonomi I ndonesia- Jepang banyak
di dukung, dengan alasan polit ik bahwa Indonesia dibeber apa ajang ter li hat sangat
mendukung (pr o Jepang), Juga Jepang menganggap layak membantu per ekonomian
Indonesia mengingat juml ah penduduk Ind padat dan sangat membutuhkan modal untuk
pembangunan pada umumnya, dan kususnya pembangunan per ekonomian r akyat.
c. Bila nasi onalisasi PT I nalum melalui ar bit r ase keuntungan Jepang adalah:
1. Ekonomi s,
2. Ar bi ter pr ofesi onal,
3. Bahasa inter nasi onal yang di gunakan akan memper mudah penyelesai an masalah,
4. Net ral , objektif,
5. Sesuai per atur an Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Pasal 34.
6. Ter jaga ker ahasi aan,
7. Keputusan mempunyai kepastian hukum dan kekuatan hukum,
8. Wakt unya singkat.
Keuntungan besar bagi I ndonesia bila ar bit r ase diter apkan menjadi sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 25 t ahun 2007. Ker ugian Jepang dengan melalui badan ar bitr ase:
a. Tetap har us mel epaskan PT Inalum kepada pihak Indonesia, sekal ipunc sudah 30 tahun
menangani usaha pelebur an biji alumunium.
b. Nil ai tukar yang dihar apkan belum tentu ter penuhi.
c. Bagi I ndonesia l ebih banyak keuntungan yang diper oleh dengan nasional isasi atau
pengambil al ihan PT I nalum di Kuala Tanjung, Kabupat en Batu Bar a yai tu memi liki PLTA
sendir i di dalam Pabr i k Pelebur an Aluminium yang dapat menghasilkan ali r an listr i k
sebesar 600 megawatt . Tur bi nnya ber ada di bawah gunung batu di kedalaman 100m dar i
per mukaan tanah. Sementar a kr isis l istr ik di Sumater a Utar a dapat di tanggul angi dengan
hasil PLTA dar i PT Inalum yang memanfaat kan Sungai Asahan, kar ena memiliki 2 (dua)
aset yai tu pembangki t li st r ik Sigur a-gur a (Asahan II) di hulu Sungai Asahan dan pabr ik
alumunium di hili r Sungai Asahan. Sampai akhir t ahun 2013 penghasi lan al umuni um PT
Inal um mencapai 225.000 ton al umi ni um batangan, dan akan meningkat sesuai per kir aan
Utji Sr i Wulan Wur yandar i / Nasionalisasi PT. INALUM...
47
akan dihasi lkan 470.000 t on alumi ni um batangan pada t ahun 2017. Pemer intah Indonesi a
juga dapat menghemat dana dengan nasional isasi PT Inalum, ti dak per lu membangun
PLTA guna pasokan li str ik unt uk wi layah Sumat er a Utar a.
Daftar Pustaka
Adolf, H. (2011). Hukum Penyel esai an Sengket a Penanaman Modal . Bandung: CV. Keni Medi a.
_____. 2011. Hukum Perdagangan Int er nasional . Jakar ta: Rajawali Per s.
_____.2010. Hukum Ekonomi Int er nasi onal, Suat u Pengant ar . Cetakan Ke-5. Bandung: CV Keni Media.
Batubar a, Sul eman dan Or iton Pur ba. (2013). Ar bi t rase Int er nasional Penyelesaian Sengket a
Invest asi Asing, Mel al ui ICSID, UNCITRAL, dan SIAC. Cetakan ke-1. Jakar t a: Rai h Asa Sukses.
Chandr awul an, An. (2011). Hukum Per usahaan Multinasional, Li ber ali sasi Hukum Per dagangan
Int er nasi onal dan Hukum Penanaman Modal . Bandung: PT Al umni.
Ilmar , A. (2010). Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Cetakan ke-4. Jakar t a: Kencana.
Indonesia. Undang-Undang Republ ik Indonesia No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
_____. Per atur an Pemer int ah No. 20 Tahun 1994 tent ang Per syar at an Pemilikan Saham Dal am
Per usahaan Penanaman Modal Asing.
Juwana, H. Ar ah kebijakan Pembangunan Hukum di Bi dang Per ekonomian dan Investasi. (Jakar ta:
BPHN)
Kanumoyoso, B. (2001). Nasional isasi Per usahaan Bel anda di Indonesia, Jakar t a: Pustaka Sinar
Har apan.
Kair upan, D. (2014). Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesi a. Cetakan Ke-2. Jakar ta:
Kencana Pr enadamedia Gr oup.
Lusiana. U. (2012). Usaha Penanaman Modal di Indonesi a. Jakar ta: Rajaw ali Per s.
Medi a Pekerja BUMN Pr ofesional Sej aht er a. Nopember 2013 Edisi 39. Jakar ta: 3-4.
Syahyu, Y. (2003). Per tumbuhan I nvestasi Asing di Kepulauan Batam” Jur nal Hukum Bisnis. Vo;. 22
No.5.
Tr i bunenews.Com . Edi si 1 Nopember 2013. Jakar t a.
Wir a Budi man. “Fr eepor t Har us Dinasionalisasi.” For um Keadilan. Edisi 28 Apr il- 04 Mei 2014 No.
01, Tahun XXIII .
48
JRM B Volume 1, Nomor 1, Juni 2016: 41-48
ISSN 2527 – 7502
________ ____________ ____________ ____________ ___________ ____________ ____________ ____________ _________________ ____________ ____________ ____________ ___________ ____________ ____________ ____________ _____ ____________ ____________ ____________ ___________ ____ ____________ ____________ ____________ ___________ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ _____ ____________ ____________ ____________ ___________ _
NASI ONALISASI
PT I NALUM MENURUT UNDANG-UNDANG
PENANAMAN MODAL ( UNDANG-UNDANG NO. 25 TAHUN 2007) :
PRO KONTRA INDONESIA DAN JEPANG
Utji Sr i W ulan Wur yandar i
Fakultas Ekonomi Univer sitas Pancasila
E-mail : utji sri [email protected]
Infor masi Ar tikel
ABSTRACT
Dr aft awal 16 Mei 2016
Revisi 25 Mei 2016
Dit er ima 2 Juni 2016
Resear ch in t he spher e of For ei gn Invest ment s would be so
r emot e in I ndonesi a, t his r esear ch exami nes t he Japanese joint
vent ur e l egal entit y wit h Indonesia, PT. I nalum which have a
pot enti al asset in support ing t he impr ovement of t he peopl e's
economy. Fur t her mor e PT Inalum engaged in t he al uminum
smelt ing ore in Nor t h Sumat er a t hat has a hydr oel ect r ic
power plant which can gener at e 600 Megawat t s of elect ricit y.
In Act number 25 of 2007 on Invest ment Ar ticle 7 declar ed
t hat t he nat ionalizat ion of for eign investment companies
occur wit h r equi r ement s, t her efor e in t his st udy examines t he
"Nat i onalizat ion PT Inalum accor di ng t o Investment Law in
Indonesia." Al t hough t hi s r esearch i s done nor mat ively but we
conduct ed int er vi ews wit h i nformant s of t he Japanese in t his
case Mr s. Har una Hi r oko and deliver y guidance int erview
conduct ed via email t o a r esour ce, Pr of. Yuket a Hir oshi of
Touin Uni ver si t y in Yokohama, Japan. Result s of t he r esear ch
not ed t hat t he complet ion of t he national izat ion of PT I nalum
in I ndonesi a is not r esolved by t he For eign Ar bit r ation Boar d,
as t he mandat e of t he Act, but it is done by del iber ati on
Kata Kunci:
For eign Investments
Tipe Ar ti kel : Point View
Diterbitkan oleh Fakultas
Ekonomi Univer sitas Isl am
Attahir iyah
Penel it ian di bidang I nvest asi Asing r elat ive t er bat as di
Indonesia, peneliti an ini menelit i badan hukum per usahaan
pat ungan Jepang dengan Indonesia, PT. Inal um yang memil iki
aset pot ensial dalam mendukung peni ngkat an ekonomi
r akyat. PT I nalum t erlibat dalam kegiat an pelebur an bijih
aluminium di Sumat er a Ut ar a yang memiliki pembangkit
list rik t enaga air yang dapat menghasilkan 600 Megawatt
list rik. Ber dasar kan UU 25 Tahun 2007 t ent ang Penanaman
Modal Pasal 7 menyat akan bahwa nasionalisasi per usahaan
invest asi asing t erj adi dengan per syar at an, oleh kar ena it u
dalam peneli tian ini fokus kaj ian di pusat kan pada
"Nasi onalisasi PT Inalum menur ut UU Invest asi di Indonesi a."
Meskipun penelit ian ini dilakukan secar a nor mative, melalui
wawancar a dengan informan dar i Jepang yait u I bu Haruna
Hir oko dan pedoman wawancar a dikir im mel al ui email ke
kepada
Pr of. Yuketa Hir oshi dari Touin Uni ver sit y di
Yokohama, Jepang. Hasil penelit ian mencat at bahwa
penyelesaian nasi onalisasi PT Inalum di Indonesia tidak
diselesaikan oleh Badan Ar bit r ase Asing, sebagaimana
amanat UU, namun hal it u dilakukan secar a musyawarah
1. Pendahuluan
Kebutuhan akan pasokan l istr ik di Indonesia t er nyata ti dak dapat di penuhi oleh PT PLN, hal i ni
ber l angsung cukup lama sejak aw al tahun 2000an. Sebagai contoh kebutuhan l istr ik di Pulau
Sumater a Utar a, hanya dipenuhi dar i PLTA ( Pembangki t Listr i k Tenaga Air ) yai tu dar i ai r waduk
Sigur a-gur a dar i ali r an Sungai Asahan. Sungai Asahan memang menjadi sumber li st r ik yang luar
bi asa. Di hulu Si gur a-gur a i tu t el ah dibangun PLTA Asahan 1, di hilir Sigur a-gur a itu dahul unya
akan di bangun pembangkit l istr ik Asahan 3, namun ter halang oleh sul itnya per iji nan. Kini sudah
ada i jin Guber nur Sumut kepada PT PLN, namun t inggal pelaksanaannya. Semua bentuk
pembangunan pada kenyataannya membutuhkan dana.
Investor asing adalah sal ah satu sumber pendanaan pembangunan di Indonesi a. PT Inalum
yang aw al nya bentuk ker ja sama Indonesia Jepang, di mana Jepang adalah sebagai pemodalnya
dalam usaha pengusahaan al umuni um, yang kini telah di ambil al ih oleh pi hak Indonesia sejak
November 2013 yang l al u.
Pada tanggal 6 Januar i 1976, PT I ndonesia Asahan Aluminium (INALUM), sebuah per usahaan
patungan antar a pemer intah Indonesia dan Ni ppon Asahan Alumi ni um Co., Ltd, di di ri kan di Jakar t a.
Inal um adalah per usahaan yang membangun dan mengoper asikan Pr oyek Asahan, sesuai dengan
Per janji an Induk. Per bandi ngan saham ant ar a pemer intah I ndonesia dan Ni ppon Asahan
Al uminium Co., Ltd pada saat per usahaan didir ikan adal ah 10% dengan 90%. Pada bul an Okt ober
1978 per bandingan ter sebut menjadi 25% dengan 75% dan sejak Juni 1987 menjadi 41,13%
dengan 58,87%. Dan sejak 10 Febr uar i 1998 menjadi 41,12% dengan 58,88%.
Inalum membangun dan mengoper asi kan PLTA yang t er dir i dar i stasiun pembangki t listr i k
Sigur agur a dan Tangga yang t er kenal dengan nama Asahan 2 yang t er l et ak di Par it ohan, Kabupat en
Toba Samosir , Pr opi nsi Sumat er a Ut ar a. Stasiun pembangkit ini di oper asi kan dengan
memanfaatkan air Sungai Asahan yang mengalir kan ai r danau Toba ke Sel at Mal aka. Oleh kar ena
itu, total list rik yang dihasil kan sangat ber gantung pada kondisi per mukaan ai r danau Toba.
Pembangunan PLTA dimul ai pada tanggal 9 Juni 1978. Pembangunan stasiun pembangki t list r ik
baw ah tanah Sigur agur a dimulai pada tanggal 7 Apr i l 1980 dan dir esmi kan ol eh Pr esi den RI,
Soehar t o dalam acar a Peletakan Batu Per tama yang diselenggar akan dengan t ata car a adat Jepang
dan t r adisi l okal. Pembangunan selur uh PLTA memakan w aktu 5 tahun dan dir esmikan ol eh wakil
pr esiden Umar Wir ahadikusuma pada t angagl 7 Juni 1983. Total kapasitas tetap 426 MW dan
output puncak 513 MW. Li str ik yang dihasi lkan di gunakan untuk pabri k pelebur an di Kual a
Tanjung.
Dat a Media Peker ja BUMN ter lihat bahwa PT Inalum yang mer upakan i nvestor dar i Jepang di
Indonesia, menjadi menar ik untuk dimil iki I ndonesia adal ah ber kai tan dengan pasokan listr ik yang
masi h kur ang di Sumatr a Utar a, sement ar a PT Inal um memil iki pembangkit listr i k sendir i dengan
kapasitas 600 MW yang ber ada di dal am pabri k, dengan per hit ungan mur ah yaitu 3 sen doll ar
Amer i ka per Kwh. Apabi la list r ik itu di jual kepada PT PLN, PT PLN hanya membeli 6 sen doll ar
Amer i ka per Kwh. Sebelumnya Pemer intah Pr opinsi Sumut dan 10 kabupat en di dalamnya siap
mengelola 58,8% saham PT Inalum. Alasannya jel as i ngin meni kmati manfaat dar i sumber daya
alam daer ah itu seti daknya 30 tahun ke depan.
Namun hingga kini, pr oses pengambi lalihan (nasionalisasi i stilah dalam UU No. 25 tahun 2007)
PT Inalum masih ter kendala per bedaan nilai val uasi antar a Pemer intah Indonesia yang
mengajukan ni lai buku 424 jut a dollar AS, sement ar a pi hak Jepang mematok 626 jut a dolar AS.
Maka kasus ini menar i k untuk dit el iti menur ut UU No. 25 Tahun 2007, kar ena di dal am PT Inalum
memi liki aset ber upa pembangkit listr ik yang sangat besar dan dapat ki r anya memenuhi pasokan
listr i k di wi layah Sumat r a Utar a dan sekit ar nya.
Kebijakan pemer i nt ah dalam mel akukan tindakan nasionaliasi ter hadap per usahaan asing
adalah salah satu upaya pemer int ah yang ber tujuan unt uk meminimalisir terjadi nya kesenjangan
42
JRM B Volume 1, Nomor 1, Juni 2016: 41-48
ekonomi r akyat. Kebi jakan ini diambil dengan maksud agar negar a-negar a tujuan investasi dapat
membangun kembali str uktur per ekonomian suat u Negar a ( Kanumoyoso, 2001).
Hukum penanaman modal di Indonesi a, baik Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal yang ber laku saat ini maupun undang-undang yang per nah ber l aku pada masa
lalu ti dak membuat kategor isasi pengambilali han (taking) ke dalam nasi onalisasi dan ekspr opr i asi
ataupun pencabut an hak (ontei gening) ke dalam pencabutan hak secar a global dan pencabutan hak
secar a i ndividual . Undang-undang hanya mengenal istilah tunggal “nasionali sasi atau
pengambil al ihan hak kepemili kan penanam modal”, sedangkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1967 Tent ang Penanaman Modal Asi ng (UUPMA) menggunakan i stilah “nasi onalisasi/ pencabut an
hak mili k secar a menyelur uh atas per usahaan-per usahaan modal asing atau ti ndakan-tindakan
yang mengur angi hak menguasai dan/ at au mengur us per usahaan yang ber sangkut an”.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 t idak secar a spesifik menentukan besar an kompensasi.
Pasal 7 Ayat (2) Undang Undang ini hanya menyebut kan bahwa, dalam hal pemer int ah melakukan
tindakan nasionalisasi at au pengambilali han hak kepemilikan, pemer int ah akan member ikan
kompensasi yang juml ahnya ditetapkan ber dasar kan har ga pasar . Bagi i nvestor asi ng, hukum dan
undang-undang menjadi salah satu tolok ukur untuk menentukan kondusif tidaknya ikli m invest asi
di suatu Negar a. Dalam 3 dekade belakangan ini , pelaku usaha sangat memper timbangkan kondisi
hukum Negar a Tuan Rumah. Hukum bagi mer eka mer upakan i nstr umen penting dalam menjamin
investasi mer eka. Hukum bagi mer eka member ikan keamanan, cer taint y dan pr edi ct abil ity atas
investasinya. Semakin baik kondisi hukum dan Undang-Undang yang mel indungi investasi mer eka
semakin menganggap ikli m invest ai di Negar a ter sebut adalah kondusi f (Juwana, 2006).
Dengan masuknya modal asing dalam per ekonomian Indonesi a mer upakan tuntutan keadaan
bai k ekonomi maupun politi k, penghimpunan dana pembangunan ekonomi Indonesia melal ui
investasi modal secar a langsung sangat baik dibanding dengan pinjaman luar neger i (Syahyu,
2003). Penanaman modal asing membuat pemer int ah memi liki modal untuk membangun
infr astr uktur , seper ti jalan t ol, jembatan, j al an r aya, jalan l ayang, hotel, dan lain-lain. Sehi ngga
pemer intah bisa member i kan pel ayanan yang l ebih baik kepada masyar akat, yang dapat
mengger akkan r oda per ekonomian dan bisnis.
Dal am r angka nasionalisasi per usahaan asing yang memi l iki pr ospek dan pr ofit bai k, tentu saj a
akan menguntungkan bagi Negar a untuk mengambil al ih. Kegi at an i nvestasi oleh asing di Indonesi a
di maksudkan sebagai pelengkap untuk mengisi sektor -sektor usaha dan industr i yang bel um dapat
di laksanakan sepenuhnya oleh pi hak swasta nasional , baik kar ena alasana teknologi, manajemen,
maupun alasan per modalan. Modal asing juga di har apkan secar a langsung maupun ti dak langsung
dapat l ebih mer angsang dan menggai r ahkan iklim at au kehidupan dunia usaha, ser ta dapat
di manfaat kan sebagai upaya menembus jar ingan pemasar an i nt er nasional melalui jar i ngan yang
mer eka mi liki, sehingga nasional isasi mer upakan kesempat an bagus untuk memper oleh biaya
dalam membangun per ekonomi an.
Pada bahasan ber i kut ter dapat beber apa per masalahan yang akan dibahas yai tu; apakah
pr oses nasi onalisasi (pengambil-ali han) PT I nalum di Sumat r a Utar a telah sesuai dengan UndangUndang No. 25 Tahun 2007 t ent ang Penanaman Modal ? Bagaimana t anggapan pi hak Jepang dalam
nasionalisasi PT Inal um t er hadap pihak Indonesia, sehingga pihak Jepang memil ih mengajukan ke
Badan Ar bi tr ase masalah ter sebut? Ser t a apa keuntungan dan ker ugian bagi pihak Indonesia dan
Jepang, apabi la masalah nasional isasi PT Inal um t er sebut diselesai kan di badan Ar bi tr ase? Juga apa
keuntungan yang diper oleh pihak Indonesi a dengan melakukan nasi onalisasi PT Inal um menjadi
mili k Indonesia?
2. Metode
Peneliti an ini menggunakan pendekatan kual itatif mel al ui mel al ui waw ancar a dengan i nfor man
dar i Jepang dal am hal ini Ibu Har una Hi r oko dan pengir i man pedoman w aw ancar a dilakukan
Utji Sr i Wulan Wur yandar i / Nasionalisasi PT. INALUM...
43
melalui email ke Pr of. Yuketa Hi r oshi dar i Touin Univer sity di Yokohama, Jepang. Untuk melengkapi
bahan kajian, di gunakaan studi liter atur e melalui ber bagai ar t i kel dan Undang-Undang ter kait
dengan per masalahan nasional isasi asset asing di Indonesia.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Indonesi a sudah l ama membuka l ebar -lebar pintu masuk bagi per usahaan-perusahaan
mul tinasi onal untuk memasukan modalnya ke Indonesi a (Chandr awulan, 2011). Sejak
di kel uar kannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1967 t entang Penanaman
Modal Asing, beber apa per usahaan multi nasional seper t i Fr eepor t Sulphur Co. I nter nasi onal Tel &
Tel (ITT) , Unilever , Good Year , Dumex, Phi lips. Ter masuk PT Indonesia Asahan Aluminium
(INALUM) sebuah per usahaan patungan antar a pemer int ah Indonesia dengan Nipon Asahan
Al umuni um Co., Ltd yang ber kedudukan di Tokyo telah menyepakati didir ikan per usahaan di
Indonesia pada 6 Januar i 1976, adalah sebuah per uhaan yang membangun dan mengoperasi kan
Pr oyek Asahan, sesuai dengan per janji an I nduk. Per bandingan saham antar a pemerintah Indonesi a
dan Ni ppon Asahan Aluminium Co., Ltd pada saat per usahaan di di r ikan adal ah 10% dengan 90%.
Pada bulan Oktober 1978 per bandingan ter sebut menjadi 25% dengan 75% dan sejak Juni 1987
menjadi 41,13% dengan 58,87%. Dan sejak 10 Febr uar i 1998 menjadi 41,12% dengan 58,88%.
Untuk melaksanakan ket entuan dal am Per janjian I nduk, Pemer i nt ah Indonesi a kemudian
mengeluar kan Sur at Keputusan Pr esiden No. 5 Tahun 1976 yang melandasi t er bent uknya Otor i ta
Pengembangan Pr oyek Asahan sebagai waki l Pemer int ah yang ber tanggung jawab atas lancar nya
pembangunan dan pengembangan Pr oyek Asahan. PT Inalum dapat dicatat sebagai pel opor dan
per usahaan per t ama di I ndonesia yang ber ger ak dalam bi dang industr i pelebur an aluminium
dengan i nvestasi sebesar 411 milyar Yen.
Ment er i Per i ndust r ian pada saat itu, MS Hi dayat m engat akan pada t r ibunnew .com: “Indonesi a
sudah r esmi mengambi l ali h sisa saham kepemil ikan PT Indonesia Asahan Alumunium dari Jepang per
Jumat (1/ 11/ 2013). Selama ini Inalum, yang ber lokasi di Sumat er a Ut ar a, dikelola oleh pemerint ah
Indonesia dan konsor si um invest or Jepang di Tokyo yang t er gabung dal am Nippon Asahan Aluminum
(NAA). Dar i 100 per sen saham Inalum, t adinya pemerint ah Indonesia memili ki 41,12 per sen, dan
sisanya milik NAA. Ber akhi r pada 31 Okt ober 2013 yang dii kut i ol eh penyer ahan asset PT Inal um
kepada pemerint ah Indonesia dan membayar kompensasi sesuai dengan mast er agr eement ”
3.1. Nasionalisasi Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007
Dalam kaitannya dengan penegakan kepasti an hukum, di I ndonesia telah memper bahar ui at ur an
tent ang penanaman modal yang semula t el ah ter bentuk di tahun 1967 dan 1968. Kepastian hukum
di bidang investasi sangat diper lukan untuk menjamin ketenangan dan kepastian ber usaha.
Pengat ur an penanaman modal dal am Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 t entang Penanaman
Modal (yang memper bahar ui undang-undang yang lama tahun 1967 dan 1968) Pasal 3 ayat (1)
hur uf a, telah di tentukan: kegiat an penanaman modal diselenggar akan ber dasar kan asas kepastian
hukum: “asas kepasti an hukum” untuk menunjukan adanya konsi stensi pemer int ah ter hadap
per atur an dan penegakan hukum.
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Pasal 7 mengamanahkan, bahw a dal am kaitannya
nasionalisasi ter hadap per usahaan yang dibentuk dengan modal asing, pemer intah t idak akan
melakukan ti ndakan nasionalisasi atau pengambilal ihan hak kepemil ikan penanam modal kecuali
dengan Undang-Undang. Dalam hal pemer intah melakukan tindakan nasionali sasi atau
pengambil al ihan kepemil ikan penanaman modal, pemer intah akan member i kan kompensasi yang
jumlahnya ditetapkan ber dasar kan har ga pasar . Apabi la di antar a kedua belah pihak t idak t er capai
kesepakat an tent ang kompensasi atau ganti r ugi apabila pemer i nt ah melakukan nasional isasi atau
pengambil al ihan hak kepemili kan, penyelesaian sengketa dilakukan melalui ar bitr ase.
44
JRM B Volume 1, Nomor 1, Juni 2016: 41-48
Ber dasar kan ket entuan Pasal 32 ayat (4) Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tent ang
Penanaman Modal, mengenai penyelesaian sengket a dalam bidang penanaman modal menyatakan
bahw a: “Dalam hal ter jadi sengketa di bidang penanaman modal antar a pemer i ntah dengan
penanam modal asing, par a pihak akan menyelesai kan sengketa ter sebut mel alui ar bitr ase
inter nasional yang har us di sepakati oleh par a pihak.”
3.2. Nasionalisasi PT Inalum Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Indonesia
PT Inalum yang ber kedudukan di Indonesi a hasil patungan I ndonesia-Jepang ber dasar kan
per janji an dengan Konsor si um Nipon Asahan Al umunium, telah mengal ami pr oses nasional isasi.
Dalam sebuah ar ti kel di media online, Menter i Per industr ian pada saat itu menyatakan “Sel ama ini
wil ayah oper asinya berl okasi di Sumat er a Ut ar a, di kel ola oleh pemerintah Indonesia dan konsor si um
invest or Jepang di Tokyo yang t er gabung dalam Nippon Asahan Aluminum ( NAA). Dari 100 per sen
saham Inalum, t adinya pemer int ah Indonesia memili ki 41,12 per sen, dan sisanya mil ik NAA. Ber alih
kepemil ikannya menjadi BUMN milik Indonesia dengan per nyat aan Ment er i Per indust r ian "Ber akhir
pada 31 Okt ober 2013 yang diikut i oleh penyer ahan asset PT Inalum kepada pemerint ah Indonesia
dan membayar kompensasi sesuai dengan mast er agr eement ” .
Dengan demi ki an, per 1 November 2013 selur uh asset kembali ke Pemer intah Indonesia.
Kement er i an Badan Usaha Mili k Negar a punya asset bar u yang dikelola oleh beli au (Menter i
BUMN). Kementr ian Per industr ian dan Kement r i an Keuangan, mendampingi beliau untuk hal
teknis admini str asi dan legal ," tambahnya. Dijel askan, di sepakat i mekanisme pengali han saham
melalui shar e t r ansfer yang besar annya USD 558 juta. Lebih lanjut dia katakan, kini pr oses
konsol idasi inter nal dan pr oses pembelian atau pengal ihan at au ar bitr ase t engah dilakukan. Maka
konsol idasi seger a ber samaan dengan Kement r ian Keuangan, Kementr i an Peri ndustr ian ber samasama selesaikan administr asi dan pr osedur penyelesai an pembayar annya melalui ar bitr ase sesuai
ket entuan yang ada.
Pr oses yang t erjadi pada PT Inalum, awalnya t er jadi per undingan antar a pihak Indonesi a
dengan Konsor sium NAA, setelah ada kesepakat an maka Pemer intah RI melakukan ijin kepada DPR
dalam hal r eali sasi pengeluar an dana untuk pembeli an saham PT Inalum, pada akhir Oktober 2013
pi hak Jepang t er nyat a menyer ahkan aset ber upa PLTA di hul u sungai Asahan dan Pabr i k Pelebur an
Al umuni um di hilir Sungai Asahan, Sumatar a Ut ar a. Namun untuk penyelesaian nasi onalisasi pihak
Jepang menunjuk ar bitr ase inter nasional untuk menyelesai kannya. Namun pihak I ndonesia dalam
hal ini di kawal oleh Menter i Keuangan, Menter i Per i ndustr i an dan Menter i BUMN mengusulkan
untuk musyawar ah saja tanpa melalui jalur ar bitr ase.
3.3. Tanggapan Pihak Jepang Terhadap Nasionalisasi PT Inalum
Di Negar a Jepang sebagai negar a yang mapan per ekonomiannya, tidak ter dapat atur an Penanaman
Modal Asing seper ti Undang-Undang No. 25/ 2007 unt uk Penanaman Modal di Indonesia, hal i ni
sebagai mana di ut ar akan Pr of YUGETA HIROSHI nar a sumber dar i Touin Univer sity, Yokohama,
Jepang.
Menur ut nar a sumber di per oleh masukan bahwa Jepang mendukung adanya nasionali sasi
atau pengambilali han hak mili k t er sebut, ada anggapan bahwa Indonesia pr o Jepang ( hal ini penuli s
menganggap t er masuk unsur politi k), dalam masa per tumbuhan ekonomi sekalipun sumber daya
alam kaya dan jumlah peduduk ti nggi, tetap Indonesi a memer l ukan tambahan modal atau
pendanaan unt uk pembangunan. Ter utama dengan hasil PT Inalum yang telah mencapai 225.000
ton per tahun saat ini dan akan menghasilkan sekit ar 470.000 t on di tahun 2017. Hal ini mer upakan
sumbangan asset dan juga penghasi lan yang ti nggi bagi negar a Indonesia.
Dengan per timbangan bahwa penduduk padat har apan Jepang t er hadap Indonesia adalah
pemer intah Indonesia t etap memper hat ikan per tumbuhan ekonomi yang si gnifikan bagi
masyar akatnya. Masalah penyelesaian pr oses nasionali sasi PT Inalum, menur ut nar asumber dar i
Utji Sr i Wulan Wur yandar i / Nasionalisasi PT. INALUM...
45
Touin Uni ver sit y, Yokohama, Jepang, Pr of. Yuget a Hir oshi dan I bu Har una Hir oko sependapat
dengan Undang-Undang No. 25/ 2007 har us melalui Ar bitr ase inter nasional yang ditunjuk oleh
pi hak Indonesia dan Jepang pada per janji an awalnya yang dibuat tahun 1975 di bawah Konsor sium
Nippon Asahan Al uminium (NAA) yang masa ber akhir nya Oktober 2013. Jadi hubungan ker ja sama
Indonesia-Jepang sel ama 30 tahun dalam penambangan Alumunium di Sumater a Utar a, tepatnya di
Kuala Tanjung, Kabupaten Bat u Bar a, yang juga mengembangkan Pembangkit Li st r ik Tenaga Air .
3.4. Keuntungan Dan Kerugian Bagi Indonesia Dan Jepang Pada Kasus Nasionalisasi PT
Inalum Di Indonesia
Bagi Indonesia lebi h banyak keuntungan yang diper ol eh dengan nasi onalisasi at au pengambilalihan
PT Inalum di Kual a Tanjung, Kabupaten Batu Bar a yait u memi liki PLTA sendi r i di dalam Pabr i k
Pelebur an Al umi ni um yang dapat menghasilkan ali r an l i str ik sebesar 600 megaw att. Tur binnya
ber ada di bawah gunung batu di kedalaman 100m dar i per mukaan t anah. Sementar a kr isis l istr ik di
Sumater a Ut ar a dapat di tanggul angi dengan hasi l PLTA dar i PT Inalum yang memanfaat kan Sungai
Asahan, kar ena memili ki 2 (dua) aset yaitu pembangkit listr ik Sigur a-gur a (Asahan II) di hulu
Sungai Asahan dan pabr i k al umuni um di hil ir Sungai Asahan. Sampai akhir tahun 2013 penghasi lan
alumunium PT Inalum mencapai 225.000 ton aluminium bat angan, dan akan meningkat sesuai
per kir aan akan dihasi lkan 470.000 ton alumini um bat angan pada t ahun 2017. Pemer int ah
Indonesia juga dapat menghemat dana dengan nasionali sasi PT Inalum, tidak per lu membangun
PLTA guna pasokan li str ik unt uk wi layah Sumat er a Utar a;
Penyer ahan aset PT Inalum ter tanggal 30 Oktober 2013 dar i pihak Jepang membuat
nasionalisasi PT Inalum tidak ber dasar kan penyer ahan saham. Menur ut Menter i BUMN Bpk Dahlan
Iskan penyer ahan aset dar i pihak Jepang memang lebih sesuai dengan per janjian pokoknya ( mast er
agr eement ). Dan pada tanggal 30 Oktober 2013 i tu juga DPR menyetujui pengambilalihan PT
Inal um. Sel anjutnya pr oses yang diajukan Jepang untuk ke Ar bitr ase adalah untuk menentukan
ber apa besar Indonesia har us membayar atas aset yang di ser ahkan dan dimi liki PT Inalum (Dahlan
Iskan, 2013).
3.5. Keuntungan Dan Kerugian Yang Dihadapi Indonesia Dan Jepang Bila Kasus PT Inalum
Diselesaikan Di Arbitrase
Pi hak Jepang pada aw al nya untuk penentuan atau penetapan akusisi nil ai buku PT Inalum akan
membawa ke ar bit rase. Dengan alasan : Ekonomis, Ar biter pr ofesional, Bahasa int er nasional yang
di gunakan akan memper mudah penyelesaian masalah, Net r al , objektif, Sesuai per atur an UndangUndang No. 25 Tahun 2007 pasal 34. Ter jaga ker ahasiaan, Waktunya singkat
Ker ugi an yang didapat bila nasionalisasi dibawa pi hak Jepang ke ar bitr ase inter nasional
bagi pi hak Indonesia:
1. Penetapan ni lai tutup buku bisa lebih tinggi . Sementar a selalu sebagai pemer intah har us
atas per setujuan DPR setelah mendengar kan audit BPK dan BPKP.
2.
Pihak Indonesi a sel aku pemer intah tidak dapat mel akukan t awar menawar seper ti halnya
pihak swasta.
Dalam r angka nasionalisasi per usahaan asing yang memil iki pr ospek dan pr ofi t baik, t entu
saja akan mengunt ungkan bagi Negar a untuk mengambilali h. Kegiatan investasi oleh asing di
Indonesia dimaksudkan sebagai pel engkap untuk mengisi sektor -sektor usaha dan indust r i yang
bel um dapat dil aksanakan sepenuhnya oleh pihak sw ast a nasional , baik kar ena alasana teknologi,
manajemen, maupun alasan per modalan. Modal asing juga dihar apkan secar a langsung maupun
tidak l angsung dapat l ebi h mer angsang dan menggai r ahkan i kli m at au kehidupan duni a usaha,
sert a dapat di manfaat kan sebagai upaya menembus jar ingan pemasar an inter nasional melal ui
46
JRM B Volume 1, Nomor 1, Juni 2016: 41-48
jar ingan yang mer eka miliki , sehi ngga nasional isasi mer upakan kesempatan bagus untuk
memper oleh biaya dal am membangun per ekonomi an. Kegiatan pengambilali han atau yang
menur ut Undang-Undang Penanaman Modal di sebut dengan “nasional isasi ” lebih menguntungkan
pi hak Negar a Tuan Rumah kar ena hal ter sebut lebih bai k dar i kegiat an peminjaman dana luar
neger i.
4. Keter batasan dan Agenda Penelitian Mendatang
Peneliti an ini menggunakan pendekatan kuali tatif melalui studi l iter atur dan wawancar a yang
ter batas. Peneli tian l anjutan disar ankan untuk mengembangkan t eknik dan metode yang lebih
kompr ehensi f dengan car a melakukan focus gr oup discussion (FGD) unt uk memper oleh infor masi
dar i ber bagai pihak yang ber kepent ingan dalam w aktu yang ber samaan. Selain i tu, penelit ian i ni
hanya ber fokus pada kasus PT. Inal um, sehi ngga tidak di sar ankan untuk digener alisasi pada kasus
per usahaan-per usahaan l ai n meskipun dalam konteks per masal ahan yang sama.
5. Kesimpulan
Set el ah dilakukan peneliti an ter hadap per atur an dan kasus pada PT Inal um, penul is memper oleh
beber apa simpulan yai tu:
a. Pr oses nasional isasi PT Inalum di Kuala Tanjung, Kabupaten Batu bar a Sumater a Utar a
sesuai Pasal 7 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007, namun penetapan har ga tidak mel al ui
ar bi tr ase seper ti yang di amanahkan Pasal 34 Undang-Undang 25 Tahun 2007.
b. Pi hak Jepang ber anggapan unt uk masal ah ker ja sama ekonomi I ndonesia- Jepang banyak
di dukung, dengan alasan polit ik bahwa Indonesia dibeber apa ajang ter li hat sangat
mendukung (pr o Jepang), Juga Jepang menganggap layak membantu per ekonomian
Indonesia mengingat juml ah penduduk Ind padat dan sangat membutuhkan modal untuk
pembangunan pada umumnya, dan kususnya pembangunan per ekonomian r akyat.
c. Bila nasi onalisasi PT I nalum melalui ar bit r ase keuntungan Jepang adalah:
1. Ekonomi s,
2. Ar bi ter pr ofesi onal,
3. Bahasa inter nasi onal yang di gunakan akan memper mudah penyelesai an masalah,
4. Net ral , objektif,
5. Sesuai per atur an Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Pasal 34.
6. Ter jaga ker ahasi aan,
7. Keputusan mempunyai kepastian hukum dan kekuatan hukum,
8. Wakt unya singkat.
Keuntungan besar bagi I ndonesia bila ar bit r ase diter apkan menjadi sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 25 t ahun 2007. Ker ugian Jepang dengan melalui badan ar bitr ase:
a. Tetap har us mel epaskan PT Inalum kepada pihak Indonesia, sekal ipunc sudah 30 tahun
menangani usaha pelebur an biji alumunium.
b. Nil ai tukar yang dihar apkan belum tentu ter penuhi.
c. Bagi I ndonesia l ebih banyak keuntungan yang diper oleh dengan nasional isasi atau
pengambil al ihan PT I nalum di Kuala Tanjung, Kabupat en Batu Bar a yai tu memi liki PLTA
sendir i di dalam Pabr i k Pelebur an Aluminium yang dapat menghasilkan ali r an listr i k
sebesar 600 megawatt . Tur bi nnya ber ada di bawah gunung batu di kedalaman 100m dar i
per mukaan tanah. Sementar a kr isis l istr ik di Sumater a Utar a dapat di tanggul angi dengan
hasil PLTA dar i PT Inalum yang memanfaat kan Sungai Asahan, kar ena memiliki 2 (dua)
aset yai tu pembangki t li st r ik Sigur a-gur a (Asahan II) di hulu Sungai Asahan dan pabr ik
alumunium di hili r Sungai Asahan. Sampai akhir t ahun 2013 penghasi lan al umuni um PT
Inal um mencapai 225.000 ton al umi ni um batangan, dan akan meningkat sesuai per kir aan
Utji Sr i Wulan Wur yandar i / Nasionalisasi PT. INALUM...
47
akan dihasi lkan 470.000 t on alumi ni um batangan pada t ahun 2017. Pemer intah Indonesi a
juga dapat menghemat dana dengan nasional isasi PT Inalum, ti dak per lu membangun
PLTA guna pasokan li str ik unt uk wi layah Sumat er a Utar a.
Daftar Pustaka
Adolf, H. (2011). Hukum Penyel esai an Sengket a Penanaman Modal . Bandung: CV. Keni Medi a.
_____. 2011. Hukum Perdagangan Int er nasional . Jakar ta: Rajawali Per s.
_____.2010. Hukum Ekonomi Int er nasi onal, Suat u Pengant ar . Cetakan Ke-5. Bandung: CV Keni Media.
Batubar a, Sul eman dan Or iton Pur ba. (2013). Ar bi t rase Int er nasional Penyelesaian Sengket a
Invest asi Asing, Mel al ui ICSID, UNCITRAL, dan SIAC. Cetakan ke-1. Jakar t a: Rai h Asa Sukses.
Chandr awul an, An. (2011). Hukum Per usahaan Multinasional, Li ber ali sasi Hukum Per dagangan
Int er nasi onal dan Hukum Penanaman Modal . Bandung: PT Al umni.
Ilmar , A. (2010). Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Cetakan ke-4. Jakar t a: Kencana.
Indonesia. Undang-Undang Republ ik Indonesia No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
_____. Per atur an Pemer int ah No. 20 Tahun 1994 tent ang Per syar at an Pemilikan Saham Dal am
Per usahaan Penanaman Modal Asing.
Juwana, H. Ar ah kebijakan Pembangunan Hukum di Bi dang Per ekonomian dan Investasi. (Jakar ta:
BPHN)
Kanumoyoso, B. (2001). Nasional isasi Per usahaan Bel anda di Indonesia, Jakar t a: Pustaka Sinar
Har apan.
Kair upan, D. (2014). Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesi a. Cetakan Ke-2. Jakar ta:
Kencana Pr enadamedia Gr oup.
Lusiana. U. (2012). Usaha Penanaman Modal di Indonesi a. Jakar ta: Rajaw ali Per s.
Medi a Pekerja BUMN Pr ofesional Sej aht er a. Nopember 2013 Edisi 39. Jakar ta: 3-4.
Syahyu, Y. (2003). Per tumbuhan I nvestasi Asing di Kepulauan Batam” Jur nal Hukum Bisnis. Vo;. 22
No.5.
Tr i bunenews.Com . Edi si 1 Nopember 2013. Jakar t a.
Wir a Budi man. “Fr eepor t Har us Dinasionalisasi.” For um Keadilan. Edisi 28 Apr il- 04 Mei 2014 No.
01, Tahun XXIII .
48
JRM B Volume 1, Nomor 1, Juni 2016: 41-48