MAKALAH TENTANG NEORALISME DAN KAPITALIS

MAKALAH TENTANG NEORALISME
DAN KAPITALISME

STUDY ISLAM 3

Kelompok 10
DISUSUN OLEH :

AGUNG SAPUTRA (131105120591)

FARHAN GANDA ALAM (131105120408)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Neoliberalisme yang juga dikenal sebagai paham ekonomi neoliberal mengacu pada
filosofi ekonomi-politik akhir-abad keduapuluhan, sebenarnya merupakan redefinisi dan
kelanjutan dari liberalisme klasik yang dipengaruhi oleh teori perekonomian neoklasik yang
mengurangi atau menolak penghambatan oleh pemerintah dalam ekonomi domestik karena
akan mengarah pada penciptaan Distorsi dan High Cost Economy yang kemudian akan

berujung pada tindakan koruptif.
Paham ini memfokuskan pada pasar bebas dan perdagangan bebas merobohkan
hambatan untuk perdagangan internasional dan investasi agar semua negara bisa
mendapatkan keuntungan dari meningkatkan standar hidup masyarakat atau rakyat sebuah
negara dan modernisasi melalui peningkatan efisiensi perdagangan dan mengalirnya
investasi.
dan Kapitalisme atau Kapital adalah sistem ekonomi di mana perdagangan, industri dan
alat-alat produksi dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan membuat keuntungan dalam
ekonomi pasar. Pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesarbesarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna
keuntungan bersama, tapi intervensi pemerintah dilakukan secara besar-besaran untuk
kepentingan-kepentingan pribadi.
Walaupun demikian, kapitalisme sebenarnya tidak memiliki definisi universal yang bisa
diterima secara luas. Beberapa ahli mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem yang
mulai berlaku di Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu pada masa
perkembangan perbankan komersial Eropa di mana sekelompok individu maupun kelompok
dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang dapat memiliki maupun melakukan
perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal, seperti tanah dan manusia guna
proses perubahan dari barang modal ke barang jadi.
Untuk mendapatkan modal-modal tersebut, para kapitalis harus mendapatkan bahan baku
dan mesin dahulu, baru buruh sebagai operator mesin dan juga untuk mendapatkan nilai lebih

dari bahan baku tersebut.
Kapitalisme memiliki sejarah yang panjang, yaitu sejak ditemukannya
sistem perniagaan yang dilakukan oleh pihak swasta. Di Eropa, hal ini dikenal dengan
sebutan guild sebagai cikal bakal kapitalisme. Saat ini, kapitalisme tidak hanya dipandang
sebagai suatu pandangan hidup yang menginginkan keuntungan belaka. Peleburan kapitalisme
dengansosialisme tanpa adanya pengubahan menjadikan kapitalisme lebih lunak daripada dua
atau tiga abad yang lalu.

Istilah kapitalisme, dalam arti modern, sering dikaitkan dengan Karl Marx. Dalam magnum
opus Das Kapital, Marx menulis tentang "cara produksi kapitalis" dengan menggunakan metode
pemahaman yang sekarang dikenal sebagai Marxisme. Namun, sementara Marx jarang
menggunakan istilah "kapitalisme", namun digunakan dua kali dalam interpretasi karyanya yang
lebih politik, terutama ditulis oleh kolaborator Friedrich Engels.
Pada abad ke-20 pembela sistem kapitalis sering menggantikan kapitalisme jangka panjang
dengan frase seperti perusahaan bebas dan perusahaan swasta dan diganti dengan kapitalis
rente dan investor sebagai reaksi terhadap konotasi negatif yang terkait dengan kapitalisme
Dalam kebijakan luar negeri, neoliberalisme erat kaitannya dengan pembukaan pasar luar negeri
melalui cara-cara politis, menggunakan tekanan ekonomi, diplomasi, dan/atau intervensi militer.
Pembukaan pasar merujuk pada perdagangan bebas.
Neoliberalisme secara umum berkaitan dengan tekanan politik multilateral, melalui

berbagai kartel pengelolaan perdagangan seperti WTO dan Bank Dunia. Ini mengakibatkan
berkurangnya wewenang pemerintahan sampai titik minimum. Neoliberalisme melalui ekonomi
pasar bebas berhasil menekan intervensi pemerintah (seperti pahamKeynesianisme), dan
melangkah sukses dalam pertumbuhan ekonomi keseluruhan. Untuk meningkatkan
efisiensi korporasi, neoliberalisme berusaha keras untuk menolak atau mengurangi kebijakan
hak-hak buruh seperti upah minimum, dan hak-hak daya tawar kolektif lainnya.
Neoliberalisme bertolakbelakang dengan sosialisme, proteksionisme,
dan environmentalisme. Secara domestik, ini tidak langsung berlawanan secara prinsip dengan
poteksionisme, tetapi kadang-kadang menggunakan ini sebagai alat tawar untuk membujuk
negara lain untuk membuka pasarnya. Neoliberalisme sering menjadi rintangan bagi
perdagangan adil dan gerakan lainnya yang mendukung hak-hak buruh dan keadilan sosial yang
seharusnya menjadi prioritas terbesar dalam hubungan internasional dan ekonomi.
Bagi kaum liberal, pada awalnya kapitalisme dianggap menyimbolkan kemajuan pesat eksistensi
masyarakat berdasarkan seluruh capaian yg telah berhasil diraih. Bagi mereka, masyarakat prakapitalis adalah masyarakat feodal yang penduduknya ditindas.
Bagi John Locke, filsuf abad 18, kaum liberal ini adalah orang-orang yg memiliki hak
untuk 'hidup, merdeka, dan sejahtera'. Orang-rang yang bebas bekerja, bebas mengambil
kesempatan apapun, bebas mengambil keuntungan apapun, termasuk dalam kebebasan untuk
'hancur', bebas hidup tanpa tempat tinggal, bebas hidup tanpa pekerjaan.
Kapitalisme membanggakan kebebasan seperti ini sebagai hakikat dari penciptaannya.
dan dalam perjalanannya, kapitalisme selalu menyesuaikan dan menjaga kebebasan tersebut.

Misalnya masalah upah pekerja, menurut konsepsi kapitalis, semua keputusan pemerintah atau
tuntutan publik adalah tidak relevan.
Kemudian paham yang terbentuk bagi kaum liberal adalah kebebasan, berarti: ada
sejumlah orang yang akan menang dan sejumlah orang yg akan kalah. Kemenangan dan
kekalahan ini terjadi karena persaingan. Apakah anda bernilai bagi orang lain, ataukah orang lain
akan dengan senang hati memberi sesuatu kepada anda. Sehingga kebebasan akan diartikan

sebagai memiliki hak-hak dan mampu menggunakan hak-hak tsb dengan memperkecil turut
campur nya aturan pihak lain. "kita berhak menjalankan kehidupan sendiri"
Saat ini, ekonom seperti Friedrich von Hayek dan Milton Friedman kembali mengulangi
argumentasi klasik Adam Smith dan JS Milton, menyatakan bahwa: masyarakat pasar
kapitalis adalah masyarakat yg bebas dan masyarakat yang produktif. Kapitalisme bekerja
menghasilkan kedinamisan, kesempatan, dan kompetisi. Kepentingan dan keuntungan pribadi
adalah motor yang mendorong masyarakat bergerak dinamis.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tentang neoliberalisme dan kapitalisme ?
2. Apa pengaruh neoliberalisme dan kapitalisme untuk negara ?

1.3 TUJUAN MASALAH

1. untuk mengetahui dan memahami tentang neoliberalisme dan kapitalisme
2. untuk mengetahui nilai – nilai ke neoliberalisme dan kapitalisme

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 pengertian neoliberalisme
Neoliberalisme adalah paham Ekonomi yang mengutamakan sistem Kapitalis
Perdagangan Bebas, Ekspansi Pasar, Privatisasi/Penjualan BUMN,
Deregulasi/Penghilangan campur tangan pemerintah, dan pengurangan peran negara
dalam layanan sosial (Public Service) seperti pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.
Neoliberalisme dikembangkan tahun 1980 oleh IMF, Bank Dunia, dan Pemerintah
AS (Washington Consensus). Bertujuan untuk menjadikan negara berkembang
sebagai sapi perahan AS dan sekutunya/MNC.
Sistem Ekonomi Neoliberalisme menghilangkan peran negara sama sekali
kecuali,sebagai “regulator” atau pemberi “stimulus” (baca: uang negara) untuk
menolong perusahaan swasta yang bangkrut. Sebagai contoh, pemerintah AS harus
mengeluarkan “stimulus” sebesar US$ 800 milyar (Rp 9.600 trilyun) sementara
Indonesia pada krisis monter 1998 mengeluarkan dana KLBI sebesar Rp 144 trilyun
dan BLBI senilai Rp 600 trilyun. Melebihi APBN saat itu. Sistem ini berlawanan

100% dengan Sistem Komunis di mana negara justru menguasai nyaris 100% usaha
yang ada.
Di tengah-tengahnya ada Ekonomi Kerakyatan seperti tercantum di UUD 45
pasal 33 yang menyatakan bahwa kebutuhan rakyat seperti Sembako, Energi, dan Air
harus dikuasai negara. Begitu pula kekayaan alam dikuasai negara untuk sebesarbesarnya bagi kemakmuran rakyat. Untuk itu dibuat berbagai BUMN seperti
Pertamina, PAM, PLN, dan sebagainya sehingga rakyat bisa menikmatinya dengan
harga yang terjangkau.
Selain itu ada juga Sistem Ekonomi Islam yang hampir mirip dengan Ekonomi
Rakyat di mana padang (tanah luas), api (energi), dan air adalah “milik bersama.”
Nabi Muhammad juga memerintahkan sahabat untuk membeli sumur air milik
Yahudi sehingga air yang sebelumnya jadi komoditas untuk mendapat keuntungan
dibagikan gratis guna memenuhi kebutuhan rakyat.
Neoliberalisme disebut juga dengan Globalisasi (Globalization). Neoliberalis
adalah orang yang menganut paham Neoliberalisme.
Lembaga Utama yang menjalankan Neoliberalisme adalah IMF, World Bank, dan
WTO. Di bawahnya ada lembaga lain seperti ADB. Dengan belenggu hutang
(misalnya hutang Indonesia yang meningkat dari Rp 1.200 trilyun 20 tahun 2004 dan
bengkak jadi Rp 1.600 trilyun di 2009) lembaga tersebut memaksakan program
Neoliberalisme ke seluruh dunia. Pemerintah AS (USAID) bertindak sebagai Project
Manager yang kerap campur tangan terhadap pembuatan UU di berbagai negara

untuk memungkinkan neoliberalisme berjalan (misalnya di negeri kita UU Migas).

2.2 pengertian kapitalisme
Kapitalisme adalah sebuah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan
secara penuh kepada setiap orang untuk melaksanakan perekonomian. Seperti
memproduksi barang, menjual barang, menyalurkan barang. Dalam
perekonomian kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai
dengan kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk
memperoleh laba sebesar besarnya.
Kapitalisme memiliki sejarah yang panjang yaitu sejak ditemukannya sistem
perniagaan yang dilakukan oleh pihak swasta. Istilah kapitalisme dalam arti
modern sering dikaitan dengan karlmarx,marx menulis tentang”cara produksi
kapitalis” dengan metode pemahaman yang sekarang dikenal sebagai marxisme.
Pengertian sistem sosial
Sistem sosial merupakan suatu sinergi antara berbagai subsistem sosial yang
saling mengalami ketergantungan
Salah satu contoh kapitalisme menjadi sutau sistem ekonomi menjadi sistem
sosial adalah “Warteg dengan Restoran”
Warteg adalah salah satu rumah makan sederhana asal tegal jawa tengah . warteg
biasa di produksi oleh orang asli tegal tapi yang mendominan adalah dari desa

sidapuma dan sidakatop penduduk dari dua desa ini sering berpikir maju tidak
ingin berfikir menjadi buruh melainkan lebih menjadi pengusaha warteg. Saat ini
warteg tidak hanya diproduksi oleh oleh orang tegal tapi juga banyak orang
nontegal memilih menjadi pengusaha warteg yaitu daerah berebes bahkan samoai
daerah semarang, warteg merajarela didaerah luar tegal seperti bekasi bogor
sampai DKI Jakarta tapi tidak meninggalkan ciri khas masakan tegal.
Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara komersial
yang baik yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua
tamunya baik berupa minuman atapun makanan.
Sumbernya : pengertian kapitalis=m.facebook.com/notes/sel-sosialenterpreneursip-leader-/sistem-tata-ekonomi-kapitalisme-sosialisme-dan
komunisme-definisi-pengertian.art.
Sejarah kapitalis:id.m.wikipedia.org/wiki/kapitalisme
Pengertian sistem sosial:catatan kecilerika.blogspot.com
Perbedaan masakan warteg dengan Restoran
RESTORAN

- Makan direstoran itu salah satunya menunjukan kelas kita kepada orang-orang
yang ada di sekitar kita
- Banyak masakan-masakan eropa yang saya sendiri kurang begitu kenal dengan
nama-namanya

- Makan direstoran itu sedikit tapi enak
- Harga relatif mahal karena sesuai dengan masakan yang dipesan dan tempatnya
pun nyaman
- Pelayanan di restoran itu baik dan bersih.
WARTEG
- Makan diwarteg itu salah satunya menunjukan bahwa kita belum siap makan
direstoran yang kebanyakan masakannya masakan eropa.
- Banyak-banyak menu-menu yang tersedia di etalase ibu warteg
- Harga 15ribu udah dapet banyak plus es teh .
- Pelayananya seadanya bisa ngambil sendiri

2.3 pengaruh untuk negara
Khilafah Menghapus Kapitalisme Neoliberal Khilafah Menghapus Kapitalisme
Neoliberal Negara sejatinya adalah institusi besar yang menghimpun dan mengikat
individu-individu untuk meraih tujuan-tujuan kebaikan dan manfaat bersama. Negara
bukanlah milik segelintiran elit yang bebas menyedot keuntungan pribadi dan
golongan. Karena jika seperti itu, maka tentu ada pihak yang mengeksploitasi dan
pihak yang dieksploitasi. Pihak yang mengeksploitasi adalah minoritas (birokrat dan
korporat) dan yang dieksploitasi tentulah mayoritas (rakyat). Awalnya Indonesia
dibentuk untuk memutarbalikkan kondisi dari terjajah menjadi bebas merdeka.

Tujuan-tujuan umum pembentukannya adalah meraih kesejahteraan lewat
pemaksimalan potensi dan seluruh sumber daya yang dimiliki Indonesia. Tapi dalam
kondisi awal pembentukan dan pejalanan roda kenegaraannya, Indonesia tidak
mampu mulus dalam meraih tujuan-tujuan tersebut. Karena harus disadari jika era
kolonialisme tidak benar-benar pergi dari tanah Indonesia. Mekanisme kolonialisme
tetap menguasai hajat hidup rakyat Indonesia. Ini bisa diliat dari masih betahnya
perusahaan-perusahaan asing berdiam di Indonesia. Ini berkat suksesnya transformasi
kolonialisme menjadi neokolonialisme atau neoliberalisme, yang merupakan cabang
politik ekonomi kapitalisme. Khilafah Menghapus Kapitalisme Neoliberal Visi
Muslim about 23 hours ago 0 No comments Perusahaan-perusahaan asing atau sering
juga disebut MNC (Multi National Corporate) menguasai mayoritas sektor-sektor
vital Indonesia seperti sumber daya alam, perdagangan, perbankan, industri, dan
sektor-sektor lain . MNC-MNC ini menjadi pengganti pangkalan-pangkalan militer
untuk melanjutkan penjajahan di Indonesia. MNC bekerja dengan pola kerja yang
lebih efesien dan tepat sasaran, meninggalkan cara-cara lama dan boros seperti
pendudukan wilayah dan pengerahan kekuatan militer. Maka dalam sejarah
penjangnya, Indonesia telah mengambil haluan politik ekonomi yang bercorak
neoliberal dan meninggalkan ekonomi kerakyatan teronggok berdebu dalam lembaran

sejarah. Hal ini tidak bisa ditolak, sejak Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Hag

Belanda tahun 1949, Indonesia dipaksa membayar utang kepada pemerintah Belanda
sebasar 4,3 milyar gulden. Dalam masalah utang-piutang itu Indonesia dipaksa
berurusan dengan utang yang didiktekan Belanda, jeratan bunga utang dan masa
pelunasan utang tanpa batas. Hal itu menekan keras pemerintah Indonesia untuk
melaksanakan dua poin KMB selanjutnya, yaitu membagi konsesi pengelolaan
sumber daya alam dan roda perekonomian di Indonesia kepada perusahaan asing dan
tunduk patuh pada kebijakan moneter yang digariskan IMF. Dari sini semakin mapan
jeratan neoliberalisme di Indonesia, ini masih ditambah dengan suap yang merusak
moral dan mental pejabat-pejabat Indonesia. Apalagi semenjak amandemen Pasal 33
UU 1945 yang merupakan fundamen ekonomi kerakyatan pada tahun 2002, semenjak
itu landasan neoliberisme di Indonesia semakin empuk. Dari lobi-lobi neoliberalisme
lahir pula regulasi-regulasi jahat lain seperti UU no 27 tahun 2003 tentang panas
bumi, UU no 30 tahun 2007 tentang energi, UU no 4 tahun 2009 tentang minerba dan
UU no 30 tentang kelistrikan. Untuk membahasnya memang tak cukup hanya lewat
obrolan warung kopi atau menyimak berita di pagi dan malam hari. Butuh waktu,
kesabaran, dan kejujuran dalam pembahasan dan pengkajian tentang fakta
sebenarnya. Karena berbicara neoliberalisme tidak akan hanya berbicara penguasaan
sumber-sumber kekayaan negara dan faktor-faktor produksi oleh asing, tapi lebih jauh
dari itu pembahasan akan sampai pada pengaruh neoliberalisme pada pola pikir dan
sikap masyarakat juga bagaimana masyarakat dibentuk lewat penyesatan opini umum.
Faktor-faktor yang membuat mulusnya agenda-agenda neoliberal di Indonesia dapat
dipetakan dari pejabat-pejabat negara yang menjadi antek oleh asing, lemahnya pilarpilar bangsa seperti aparat penegak hukum dan militer, dan opini umum yang
dikembangkan di masyarakat. Sangat menyengat aroma aliran modal asing dalam
setiap pergantian rezim. Kucuran modal asing adalah stimulus bagi calon pemegang
rezim, mengingat memang mahalnya ongkos demokrasi. Maka terbentuklah relasi
jahat antara pemilik modal dan pemegang rezim. Rezim yang sudah berkuasa harus
membalas budi kepada pemilik modal dengan mengeluarkan serangkaian peraturan
perundang-undangan yang memuluskan agenda-agenda neoliberal. Mengambil contoh
dari setiap penyusunan postur RAPBN, sekitar 70 % sumber APBN Indonesia adalah
penerimaan pajak dan hanya sekitar 30% peneriman bukan pajak. Menjadi pertanyaan
besar mengapa sektor penerimaan bukan pajak begitu minim, padahal Indonesia
memiliki potensi dan sumber daya yang begitu melimpah. Dalam perpajakan juga
terjadi masalah akut, ada puluhan BUMN yang menolak membayar pajak. Parahnya
lagi perusahaan-perusahaan asing yang menunggak pembayaran deviden hingga
bertahun-tahun. Tengok saja Freeport yang dengan enteng menolak tagihan deviden
tahun 2012, 2013, dan 2013 dari kementrian BUMN. Tampak begitu mudah asing
mendikte pemerintah Indonesia. Inilah efek relasi jahat pemerintah dan pemilik
modal. Penguasaan sumber daya alam, pasar domestik, dan faktor-faktor produksi
yang sebagian besar dilego kepada asing. Akibatnya rakyat yang harus menanggung
krisis energi, melonjaknya harga pangan dan komoditi pokok lainnya, menjamurnya
pengangguran, susahnya mengakses pendidikan dan kesehatan, dan taraf hidup yang
kian rendah. Masih dalam postur RAPBN 2015, subsidi energi dianggarkan sebesar
365,5 triliun dengan pembagian subsidi BBM 259,5 triliun dan listrik 103 triliun. Jika
dihitung-hitung memang terlihat anggaran subsidi yang cukup besar, tapi tidak lantas
rakyat bisa senang. Karena besarnya anggaran subsidi itu justru untuk menebus
kesalahan dan kesesatan pemerintah dalam pengelolaan sektor energi. Anggaran
subsidi sebesar itu harus keluar bukan hanya untuk membiayai produksi BBM
nasional, tapi juga untuk membiayai impor BBM karena minimnya produksi minyak

nasional, menambal buruknya manajemen pertamina akibat dirusak mafia migas,
membeli solar untuk bahan bakar generator disel PLN, dan pembiayaan energi
lainnya. Ini akibat Indonesia tidak pernah mendiri secara energi. Maka ketika terjadi
masalah, solusi malas dari pemerintah adalah menaikkan harga di sektor hilir energi.
Sesatnya bagi-bagi APBN juga terjadi di sektor-sektor tak penting lain, seperti
anggaran perjalanan dinas pejabat yang naik delapan kali lipat dari 4 triliun pada
RAPBN lalu menjadi 30 triliun pada RAPBN 2015. Ada apa dengan penjabat yang
suka jalan-jalan ?, padahal tidak ada dampak signifikan bagi perbaikan aparatur
Indonesia. Menjadi miris karena dalam RAPBN 2015 anggaran pertanian hanya 15
triliun. Melihat kondisi Indonesia yang sedemikian buruk, rakyat Indonesia seakan
ompong tak punya daya. Selain karena mekanisme neoliberal bermain dibelakang
layar sehingga sulit terungkap, juga ada upaya secara sitematis untuk mematikan
potensi rakyat untuk melawan. Upaya sistematis itu bekerja lewat jalur pendidikan,
pelemahan ekonomi, dan opini umum yang dikembangkan di tengah masyarakat.
Pendidikan yang sulit diakses dan bermutu rendah memperlemah nalar masyarakat.
Pelemahan ekonomi membuat masyarakat sibuk menyambung hidup dan apatis untuk
tanggap pada isu-isu sosial. Dan opini umum yang tersaji dalam berbagai media juga
jauh dari pencerdasan, karena paham media yang lebih menuhankan ratting. Jika
sudah seperti ini maka cengkraman neoliberal dan kapitalisme di Indonesia tentu
semakin kuat saja. Cengkraman Kapitalisme Neoliberalisme Ideologi menjadi
penentu besar dalam mengambil fundamen dan arah laju politik ekonomi suatu
negara. Politik ekonomi yang bersumber dari ideologi yang luhur akan membangun
relasi yang baik antara negara dan rakyat dalam meraih tujuan-tujuan dan manfaat
bersama. Hal ini belum terlihat dalam sekian puluh tahun perjalan politik ekonomi
Indonesia. Sekalipun sering berganti-ganti haluan politik ekonomi, tetap saja tujuantujuan dibentuknya Indonesia tak pernah tercapai. Justru ini semakin menguatkan jika
Indonesia tidak pernah memiliki jati diri ideologi yang jelas. Corak politik ekonomi
sosialisme dan kapitalisme yang pernah diukirkan di Indonesia hanya menjadi noda
hitam dalam sejarah, ini karena menabrak ralitas dan bersifat ekploitatif kepada
masyarakat. Untuk kapitalisme yang sekarang tengah bercokol, ukuran
kesejahteraannya terletak pada pendapatan nasional (per capita income) bukannya
kesejahteraan orang per orang. Dengan ukuran ini tidak diperhatikan lagi
tercukupinya kebutuhan orang per orang dan distribusi kekayaan yang proporsinal.
Melainkan cukup menjamin terjadinya produksi barang dan jasa, kemudian distribusi
terjadi dalam mekanisme pasar yang kompetitif dan spekulatif. Untuk faktor-faktor
produksi juga diberi kebebasan yang besar kepada tiap individu untuk menguasainya.
Hasilnya adalah jurang kesenjangan yang lebar di masyarakat. Data Bank Indonesia
(BI) tahun 2014 mencatat bahwa 40 orang terkaya di Indonesia memiliki kekayaan
yang sebanding dengan kekayaan 60 juta rakyat Indonesia. Tingginya angka
kesenjangan ini cukup menjelaskan kerusakan ekonomi neoliberal yang menjadikan
kuantitas produksi barang dan jasa sebagai ukuran tersedianya kebutuhan masyarakat.
Akhirnya angka-angka pertumbuhan ekonomi nasional sangat spekulatif jika
didasarkan pada pendapatan nasional. Angka pertumbuhan ekonomi yang dihitung
berdasarkan rata-rata tidak menyentuh pertumbuhan ekonomi pada tingkatan makro
dan akar rumput. Dengan bangunan politik ekonomi seperti ini jelas menciptakan

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam kebijakan luar negeri, neoliberalisme erat kaitannya dengan pembukaan pasar luar
negeri melalui cara-cara politis, menggunakan tekanan ekonomi, diplomasi, dan/atau
intervensi militer. Pembukaan pasar merujuk pada perdagangan bebas.
Neoliberalisme secara umum berkaitan dengan tekanan politik multilateral, melalui
berbagai kartel pengelolaan perdagangan seperti WTO dan Bank Dunia. Ini mengakibatkan
berkurangnya wewenang pemerintahan sampai titik minimum. Neoliberalisme melalui
ekonomi pasar bebas berhasil menekan intervensi pemerintah (seperti pahamKeynesianisme),
dan melangkah sukses dalam pertumbuhan ekonomi keseluruhan. Untuk meningkatkan
efisiensi korporasi, neoliberalisme berusaha keras untuk menolak atau mengurangi kebijakan
hak-hak buruh seperti upah minimum, dan hak-hak daya tawar kolektif lainnya.
Neoliberalisme bertolakbelakang dengan sosialisme, proteksionisme, dan environmentalisme.
Secara domestik, ini tidak langsung berlawanan secara prinsip dengan poteksionisme, tetapi
kadang-kadang menggunakan ini sebagai alat tawar untuk membujuk negara lain untuk
membuka pasarnya. Neoliberalisme sering menjadi rintangan bagiperdagangan adil dan
gerakan lainnya yang mendukung hak-hak buruh dan keadilan sosial yang seharusnya
menjadi prioritas terbesar dalam hubungan internasional dan ekonomi.
Bagi kaum liberal, pada awalnya kapitalisme dianggap menyimbolkan kemajuan pesat
eksistensi masyarakat berdasarkan seluruh capaian yg telah berhasil diraih. Bagi mereka,
masyarakat pra-kapitalis adalah masyarakat feodal yang penduduknya ditindas.
Bagi John Locke, filsuf abad 18, kaum liberal ini adalah orang-orang yg memiliki hak untuk
'hidup, merdeka, dan sejahtera'. Orang-rang yang bebas bekerja, bebas mengambil
kesempatan apapun, bebas mengambil keuntungan apapun, termasuk dalam kebebasan untuk
'hancur', bebas hidup tanpa tempat tinggal, bebas hidup tanpa pekerjaan.
Kapitalisme membanggakan kebebasan seperti ini sebagai hakikat dari penciptaannya. dan
dalam perjalanannya, kapitalisme selalu menyesuaikan dan menjaga kebebasan tersebut.
Misalnya masalah upah pekerja, menurut konsepsi kapitalis, semua keputusan pemerintah
atau tuntutan publik adalah tidak relevan.
Kemudian paham yang terbentuk bagi kaum liberal adalah kebebasan, berarti: ada sejumlah
orang yang akan menang dan sejumlah orang yg akan kalah. Kemenangan dan kekalahan ini
terjadi karena persaingan. Apakah anda bernilai bagi orang lain, ataukah orang lain akan
dengan senang hati memberi sesuatu kepada anda. Sehingga kebebasan akan diartikan
sebagai memiliki hak-hak dan mampu menggunakan hak-hak tsb dengan memperkecil turut
campur nya aturan pihak lain.

DAFTAR PUSTAKA
James Anderson of Hermiston (1777) Observations on the Means of Exciting a Spirit of



National Industry
David Buchanan (1814) Observations on the Subjects Treated of in Dr. Smith's Inquiry



into the Nature and Causes of the Wealth of Nations Vol 4, p. 144
George C. Comninel English feudalism and the origins of capitalism Journal of Peasant



Studies, Volume 27, Issue 4 July 2000, pages 1 – 53DOI:10.1080/03066150008438748
Maurice Dobb and Paul Sweezy's famous debate on transition from feudalism to



capitalism. Hilton, Rodney H. 1976. ed. The Transition from Feudalism to Capitalism. London
Ben Dodds Peasants and Production in the Medieval North-East: The Evidence from



Tithes, 1270–1536. Boydell Press, 2007, Pp. xii + 205. 50.00 (hardback) ISBN 1-84383-2879


Adam David Morton The Age of Absolutism: capitalism, the modern states-system and
international relations Review of International Studies (2005), 31 : 495-517 Cambridge
University Press DOI:10.1017/S0260210505006601



Francis William Newman Lectures on Political Economy London, pp. 131–2