CONTOH LAPORAN PTS ATAU PENELITIAN TINDA

CONTOH LAPORAN PTS ATAU
PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
TERLENGKAP
Posted by FORUM GURU INDONESIA on Wednesday, February 15, 2012

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Adanya kebijakan peningkatan jaminan kualitas lulusan pendidikan dasar membawa
konsekuensi di bidang pendidikan, antara lain perubahan dari model pembelajaran yang
mengajarkan mata-mata pelajaran (subject matter based program) ke model pembelajaran
berbasis kompetensi (competencies based program). Model pembelajaran berbasis
kompetensi bermaksud menuntun proses pembelajaran secara langsung berorientasi pada
kompetensi atau satuan-satuan kemampuan. Pengajaran berbasis kompetensi menuntut
perubahan kemasan kurikulum, dari model lama berbentuk silabus yang berisi uraian mata
pelajaran yang harus diajar ke dalam kemasan yang berbentuk paket-paket kompetensi. Hal
ini membawa konsekuensi bahwa proses pembelajaran harus berorientasi pada pembentukan
seperangkat kompetensi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal demikian menuntut
kemampuan guru dalam merancang model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
bidang kajian dan karakteristik siswa agar mencapai hasil yang maksimal. Oleh kerana itu
peran guru dalam konteks pembelajaran menuntut perubahan, antara lain : (a) peranan guru
sebagai penyebar informasi semakin kecil, tetapi lebih banyak berfungsi sebagai

pembimbing, penasehat, dan pendorong, (b) peserta didik adalah individu-individu yang
kompleks, yang berarti bahwa mereka mempunyai perbedaan cara belajar sesuatu yang
berbeda pula, (c) proses belajar mengajar lebih ditekankan pada belajar daripada mengajar
(Laster,
1985).

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan pergeseran peran guru
dalam pembelajaran, yaitu :
a. Cara pandang guru terhadap siswa perlu diubah. Siswa bukan lagi sebagai obyek
pengajaran, tetapi siswa sebagai pelaku aktif dalam proses pembelajaran. Dalam diri siswa
terdapai berbagai potensi yang siap dikembangkan. Oleh katena itu dalam konteks
pembelajaran guru diharapkan mampu memberikan dorongan kepada siswa untuk
mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
b. Guru diharapkan mampu mengajarkan bagaimana siswa bisa berhubungan dengan
masalah yang dihadapi dan mengatasi persoalan yang muncul di masyarakat. Antara lain
dengan cara memberikan tantangan yang berupa kasus-kasus yang sering terjadi di
masyarakat yang terkait bidang studi. Melalui kegiatan tersebut diharapkan siswa dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya, yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai

bekal kemandirian dalam menghadapi berbagai tantangan di masyarakat. Bahkan lebih jauh

lagi diharapkan bisa ikut ambil bagian dalam mengembangkan potensi masyarakatnya.
Untuk mewujudkan kompetensi dan peran guru sebagaimana uraian di atas perlu adanya
upaya yang dilakukan baik oleh dinas pendidikan, pengawas sekolah, maupun kepala
sekolah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam rangka peningkatan
kompetensi dan peran guru dalam pembelajaran adalah melalui kegiatan supervisi akademik.
Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba mengadakan penelitian tindakan sekolah untuk
mengetahui efektivitas supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah terhadap
peningkatan kualitas guru.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab masih rendahnya
kualitas proses dan hasil pembelajaran di SMPN 2 Cikeusik, antara lain:
a) Rendahnya kompetensi guru
b) Keterbatasan sarana dan prasana pembelajaran
c) Masih kurangnya tenaga kependidikan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan.
d) Tidak berfungsinya peran pengawas sekolah
e) Motivasi guru dan tenaga kependidikan lainnya masih rendah
3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah seperti yang diuraikan diatas, permasalahan dalam
penelitian tindakan sekolah ini dibatasi pada rendahnya kompetensi guru
4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam penelitian di rumuskan
sebagai berikut:
Bagaimana efektivitas upaya peningkatan kompetensi guru melalui kegiatan supervisi
akademik yang dilakukan kepala SMPN 2 Cikeusik
5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah:
a) mengetahui bagaimana kepala sekolah menerapkan supervisi akademik di sekolah
b) mengetahui efektivitas penerapan supervisi akademik terhadap pningkatan kualitas guru.
6. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan memberikan manfaat untuk perbaikan dan peningkatan
proses hasil belajar terutama bagi perorangan atau institusi di bawah ini.
1. Bagi Siswa : Dengan menggunakan keterampilan guru dalam penerapan pembelajaran
yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) siswa akan tergugah semangat
belajarnya sehingga menambah akan keberanian untuk bertanya, menjawab, melakukan
sesuatu tindakan yang berpola terstruktur, menemukan dan mengembangkan ide-ide baru,
sehingga aktivitas dan antusias belajar siswa lebih meningkat.
2.
Bagi Guru : Kemampuan menerapkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (PAKEM) akan memberi kemudahan dalam melaksanakan tugas
mengajarnya, karena yang lebih aktif adalah siswa, dan guru hanya mengarahkan saja.

3.
Bagi Sekolah : Hasil dari proses belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan
diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

BAB II LANDASAN TEORI
A. Belajar dan Pembelajaran
1. Belajar Aktif
Winkel (1996) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas mental/psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap. Perubahan itu
bersifat tetap dan berbekas. Belajar dapat dipandang sebagai usaha untuk melakukan proses
perubahan tingkah laku kearah menetap sebagai pengalaman berinteraksi dengan
lingkungannya.
Belajar merupakan usaha seseorang untuk membangun pengetahuan dalam dirinya. Dalam
proses belajar terjadi perubahan dan peningkatan mutu kemampuan, pengetahuan, dan
keterampilan siswa, baik dari segi kognitif, psikomotor maupun afektif.
Belajar aktif (sering dikenal sebagai “cara belajar siswa aktif”) merupakan suatu pendekatan
dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar
yang mandiri. Kemampuan belajar mandiri merupakan tujuan akhir dari belajar aktif. Untuk
dapat mencapai hal tersebut, kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar
bermakna bagi siswa. Belajar yang bermakna terjadi bila siswa berperan secara aktif dalam

proses belajar dan akhirnya mampu memutuskan apa yang akan dipelajarinya.
Belajar aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey learning by doing (1859-1952).
Dewey sangat tidak setuju pada rote learning “belajar dengan menghafal”. Dewey merupakan
pendiri sekolah Dewey School yang menerapkan prinsip-prinsip learning by doing, yaitu
bahwa siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan. Keingintahuan siswa akan
hal-hal yang belum diketahuinya mendorong keterlibatannya secara aktif dalam suatu proses
belajar. Menurut Dewey, guru berperan untuk menyediakan sarana bagi siswa untuk dapat
belajar. Dengan peran serta siswa dan guru dalam belajar aktif, akan tercipta suatu
pengalaman belajar yang bermakna.
Belajar aktif mengandung berbagai kiat yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan
belajar aktif pada diri siswa dan menggali potensi siswa dan guru untuk sama-sama
berkembang dan berbagi pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman.
Melalui pendekatan belajar aktif, siswa diharapkan akan lebih mampu mengenal dan
mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya. Di samping itu siswa secara
penuh dan sadar dapat menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat di sekitarnya,
lebih terlatih untuk berprakarsa, berpikir secara sistematis, kritis, tanggap, sehingga dapat
menyelesaikan masalah sehari-hari melalui penelusuran informasi yang bermakna baginya.
Selanjutnya, belajar aktif menuntut guru bekerja secara profesional, mengajar secara
sistematis, dan berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif dan efisien. Artinya,
guru dapat merekayasa model pembelajaran yang dilaksanakan secara sistematis dan

menjadikan proses pembelajaran sebagai pengalaman yang bermakna bagi siswa. Untuk itu
guru diharapkan memiliki kemampuan :
a.
Memanfaatkan sumber belajar di lingkungannya secara optimal dalam proses
pembelajaran.
b. Berkreasi dan mengembangkan gagasan baru
c. Mengurangi kesenjangan pengetahuan yang diperoleh siswa dari sekolah dengan
pengetahuan yang diperoleh di masyarakat
d. Memperjelas relevansi dan keterkaitan mata pelajaran bidang ilmu dengan kebutuhan
sehari-hari dalam masyarakat
e. Mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku siswa secara bertahap dan
utuh

f. Memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan kemampuannya
g. Menerapkan prinsip-prinsip belajar aktif.
Dengan demikian, belajar aktif diasumsikan sebagai pendekatan belajar yang efektif untuk
dapat membentuk siswa sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai kemampuan untuk
belajar mandiri sepanjang hayatnya, dan untuk membina profesionalisme guru.
2. Pembelajaran

Mengajar atau “teaching” adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan,
nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana
belajar (Joyce dan Well, 1996). Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.
Secara implisit dalam pengertian ini terdapat kegiatan memilih, menetapkan,
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan,
penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada.
Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Dalam
hal ini istilah pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (disain) sebagai
upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak berinteraksi
dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan
sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu
pembelajaran menaruh perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada
“äpa yang dipelajari siswa”. Dengan demikian perlu diperhatikan adalah bagaimana cara
mengorganisasi pembelajaran, bagiaman cara menyampaikan isi pembelajaran, dan
bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi
secara optimal. Pembelajaran perlu direncanakan dan dirancang secara optimal agar dapat
memenuhi harapan dan tujuan.
Rancangan Pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan otentik, karena
hal ini diperlukan untuk memungkinkan seseorang berproses dalam belajar (belajar untuk

memahami, belajar untuk berkarya, dan melakukan kegiatan nyata) secara maksimal.
b. Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik siswa karena
pembelajaran difungsikan sebagai mekanisme adaptif dalam proses konstruksi, dekonstruksi
dan rekonstruksi pengetahuan, sikap, dan kemampuan.
c. Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan. Ketersediaan media dan
sumber belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar secara konkrit,
luas, dan mendalam, adalah hal yang perlu diupayakan oleh guru yang profesional dan peduli
terhadap keberhasilan belajar siswanya.
d. Penilaian hasil belajar terhadap siswa dilakukan secara formatif sebagai diagnosis untuk
menyediakan pengalaman belajar secara berkesinambungan dan dalam bingkai belajar
sepanjang hayat (life long contiuning education).
Bagaimana pembelajaran yang efektif? Pembelajaran efektif adalah pembelajaran dimana
siswa memperoleh keterampilan-keterampilan yang spesifik, pengetahuan dan sikap serta
merupakan pembelajaran yang disenangi siswa. Intinya bahwa pembelajaran dikatakan
efektif apabila terjadi perubahan-perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
(Reiser Robert, 1996).
a. Ciri-ciri pembelajaran efektif :
o Aktif bukan pasif
o Kovert bukan overt
o Kompleks bukan sederhana

o Dipengaruhi perbedaan individual siswa
o Dipengaruhi oleh berbagai konteks belajar

b. Kriteria :
o Kecermatan penguasaan
o Kecepatan unjuk kerja
o Tingkat alih belajar
o Tingkat retensi (Reigeluth & Merril, 1989)

B. Supervisi Akademik
1. Pengertian Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
(Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian
kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi
praktis penilaian kinerja guru dalam supervise akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja
guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam
kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitasaktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan
murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan
dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban

terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah
melakukan penilaian kinerja berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan
harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik
dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.
2. Tujuan dan Fungsi Supervisi Akademik
Tujuan supervisi akademik adalah:
a. membantu guru mengembangkan kompetensinya,
b. mengembangkan kurikulum,
c. mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK)
(Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987).
Supervisi akademik merupakan salah satu (fungsi mendasar (essential function) dalam
keseluruhan program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk., 1981; dan Glickman, et al;
2007). Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan
profesionalisme guru.
3. Prinsip-Prinsip Supervisi Akademik
Prinsip-Prinsip pelaksanaan Supervisi Akademik adalah sebagai berikut:
a) Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.
b) Sistematis, artinya dikembangan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan
tujuan pembelajaran.

c) Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen.
d) Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya.
e) Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi.
f)
Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam
mengembangkan proses pembelajaran.
g) Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam
mengembangkan pembelajaran.

h)
Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam
mengembangkan pembelajaran.
i)
Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi
akademik.
j) Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi.
k) Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka,
jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor (Dodd, 1972).
l) Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh
Kepala SD/MI).
m) Terpadu, artinya menyatu dengan dengan program pendidikan.
n) Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di atas.
4. Teknik Supervisi Akademik
Teknik supervisi akademik ada dua, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi
kelompok. Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perseorangan terhadap
guru. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari hasil supervisi
ini akan diketahui kualitas pembelajarannya. Sedangkan teknik supervisi kelompok adalah
satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guruguru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau
kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersamasama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan
atau kebutuhan yang mereka hadapi. Menurut Gwynn (1961), ada tiga belas
Adapun teknik supervisi yang akan diteliti atau dilaksanakan dalam Penelitian Tindakan
Sekolah ini adalah teknik supervisi individual berupa a) kunjungan kelas, b) observasi kelas,
dan c) pertemuan individual.
a) Teknik Kunjungan Kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah untuk mengamati proses
pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk menolong guru dalam mengatasi masalah di
dalam kelas.
Cara melaksanakan kunjungan kelas:
a) dengan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu tergantung sifat tujuan dan
masalahnya,
b) atas permintaan guru bersangkutan,
c) sudah memiliki instrumen atau catatan-catatan, dan
d) tujuan kunjungan harus jelas.
Adapun kriteria kunjungan kelas, adalah :
a) memiliki tujuan-tujuan tertentu;
b) mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru;
c) menggunakan instrumen observasi untuk mendapatkan data yang obyektif;
d) terjadi interaksi antara pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling
pengertian;
e) pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses pembelajaran; dan
f) pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut.
b) Teknik Observasi Kelas
Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas. Tujuannya
adalah untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitankesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran.
Aspek-aspek yang diobservasi adalah:
a) usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran,

b) cara menggunakan media pengajaran
c) variasi metode,
d) ketepatan penggunaan media dengan materi
e) ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan
f) reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar.
Pelaksanaan observasi kelas ini melalui tahap:
a) persiapan,
b) pelaksanaan,
c) penutupan,
d) penilaian hasil observasi; dan
e) tindak lanjut. Supervisor: 1) sudah siap dengan instrumen observasi, 2) menguasai
masalah dan tujuan supervisi, dan 3) observasi tidak mengganggu proses pembelajaran.
c). Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara
supervisor guru. Tujuannya adalah:
a. memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang
dihadapi;
b. mengembangkan hal mengajar yang lebih baik;
c. memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan
d. menghilangkan atau menghindari segala prasangka.
Jenis-jenis pertemuan individual mengacu pada pendapat Swearingen (1961) yang
mengklasifikasi empat jenis pertemuan (percakapan) individual sebagai berikut
a) classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di dalam kelas
ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat).
b) office-conference. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang kepala
sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat
digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru.
c)
causal-conference. Yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang
dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru
d)
observational visitation. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan setelah
supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.
Pelaksanaan pertemuan individual Supervisor harus berusaha mengembangkan segi-segi
positif guru, mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, memberikan pengarahan,
dan melakukan kesepakatan terhadap hal-hal yang masih meragukan.

BAB III METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan di SMPN 2 Cikeusik, Kabupaten Pandeglang.
2. Perencanaan Tindakan
Dalam penelitian tindakan sekolah ini ini teknik supervisi akademik yang akan dilaksanakan
adalah Teknik supervisi individual. Sedangkan teknik supervisi yang akan diteliti atau

dilaksanakan dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah a) teknik kunjungan kelas, b)
observasi kelas, dan c) pertemuan individual.
a) Teknik Kunjungan Kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah untuk mengamati proses
pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk menolong guru dalam mengatasi masalah di
dalam kelas.
Cara melaksanakan kunjungan kelas:
e) dengan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu tergantung sifat tujuan dan
masalahnya,
f) atas permintaan guru bersangkutan,
g) sudah memiliki instrumen atau catatan-catatan, dan
h) tujuan kunjungan harus jelas.
Adapun kriteria kunjungan kelas, adalah :
g) memiliki tujuan-tujuan tertentu;
h) mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru;
i) menggunakan instrumen observasi untuk mendapatkan data yang obyektif;
j) terjadi interaksi antara pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling
pengertian;
k) pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses pembelajaran; dan
l) pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut.
b) Teknik Observasi Kelas
Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas. Tujuannya
adalah untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitankesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran.
Aspek-aspek yang diobservasi adalah:
g) usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran,
h) cara menggunakan media pengajaran
i) variasi metode,
j) ketepatan penggunaan media dengan materi
k) ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan
l) reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar.
Pelaksanaan observasi kelas ini melalui tahap:
f) persiapan,
g) pelaksanaan,
h) penutupan,
i) penilaian hasil observasi; dan
j) tindak lanjut. Supervisor: 1) sudah siap dengan instrumen observasi, 2) menguasai
masalah dan tujuan supervisi, dan 3) observasi tidak mengganggu proses pembelajaran.
c). Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara
supervisor guru. Tujuannya adalah:
e. memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang
dihadapi;
f. mengembangkan hal mengajar yang lebih baik;
g. memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan
h. menghilangkan atau menghindari segala prasangka.
Jenis-jenis pertemuan individual yang akn diterapkan mengacu pada pendapat Swearingen
(1961) yang mengklasifikasi empat jenis pertemuan (percakapan) individual sebagai berikut

a) classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di dalam kelas
ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat).
b) office-conference. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang kepala
sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat
digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru.
c)
causal-conference. Yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang
dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru
d)
observational visitation. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan setelah
supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.
Pada pelaksanaan pertemuan individua,l supervisor harus berusaha mengembangkan segisegi positif guru, mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, memberikan
pengarahan, dan melakukan kesepakatan terhadap hal-hal yang masih meragukan.
3. Pelaksanaan Tindakan
a. Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah:
1). Membiming guru untuk membuat persiapan mengajar (RPP) yang akan digunakan
2). Menyusun lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar.
3). Menyusun daftar pertanyaan yang akan digunakan dalam diskusi antara kepala sekolah
sebagai peneliti dan guru sebagai mitra peneliti..
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran
yang telah direncanakan antara peneliti dan mitra peneliti. Kegiatan peneliti (kepala sekolah)
pada siklus I ini adalah mengamati jalannya proses pembelajaran sementara itu kegiatan guru
sebagai mitra peneliti adalah melaksanakan tindakan berupa kegiatan pelaksanaan pengajaran
sesuai dengan rencana yang telah disusun.
c. Pengamatan.
Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan siklus I adalah
sebagai berikut :
1). Mengobservasi tampilan Guru yaitu mengamati :
(a). Pengembangan materi pengajaran yang dilakukan guru.
(b). Strategi belajar mengajar yang dikembangkan guru.
(c). Metoda pembelajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.
(d). Media pengajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.
(e). Sumber belajar yang dipilih dan dipergunakan guru dalam kegiatan pembelajaran.
2). Mengobservasi aktivitas siswa yaitu mengamati :
(a). Keaktifan dalam menjawab pertanyaan guru.
(b). Keaktifan dalam mengajukan pertanyaan.
(c). Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
(d). Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok.
(e). Keaktifan siswa
d.

Refleksi
Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisa dalam tahap
refleksi ini. Disamping data hasil observasi dipergunakan pula jurnal yang dibuat saat guru
selesai melaksanakan kegiatan pengajaran sebagai acuan bagi guru untuk dapat mengevaluasi
diri. Hasil analisa dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan pada siklus berikutnya.

2.

Proses Penelitian Siklus II
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan yang dilakukan adalah :
1). Mengadakan diskusi dan memberi pendampingan bagi guru untuk membuat persiapan
mengajar (RPP) yang akan digunakan
2). Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar.
3). Mempersiapakan daftar pertanyaan yang akan digunakan dalam diskusi antara kepala
sekolah sebagai peneliti dan guru sebagai mitra peneliti..
b.

Pelaksanaan Tindakan.

Sama seperti pada siklus 1, kegiatan pelaksanaan tindakan pada siklus 2 adalah melaksanakan
skenario pembalajaran yang telah disusun dan direncanakan sebelumnya yaitu kegiatan mitra
peneliti adalah mengamati jalannya proses pembelajaran, sementara kegiatan peneliti adalah
melaksanakan kegiatan pengajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya
dengan diberikan beberapa perbaikan sesuai dengan hasil temuan pada siklus sebelumnya.
c.

Pengamatan

Melakukan pemantauan selama kegiatan proses belajar mengajar berlangsung dengan lembar
observasi yang telah tersedia, dan menyiapkan instrumen tape recorder dan tustel sebagai alat
perekam kegiatan adalah sebagai berikut :
1). Mengobservasi tampilan Guru yaitu mengamati :
(a). Pengembangan materi pengajaran yang dilakukan guru.
(b). Strategi belajar mengajar yang dikembangkan guru.
(c). Metode pembelajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.
(d). Media pengajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.
(e). Sumber belajar yang dipilih dan dipergunakan guru dalam kegiatan pembelajaran.
2). Mengobservasi aktivitas siswa yaitu mengamati :
(a). Keaktifan dalam menjawab pertanyaan guru.
(b).Keaktifan dalam mengajukan pertanyaan.
(c). Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
(d). Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok.
(e). Keaktifan siswa dalam mengimplementasikan konsep model pembelajaran ResourceBased Learning. (Pedoman Observasi terlampir).
d.

Refleksi
Hasil yang diperoleh dalam siklus II dikumpulkan serta dianalisa dalam tahap ini. Hasil
analisa dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan kegiatan pada siklus berikutnya
atau mengakhiri kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah ini apabila data yang diperoleh sudah
cukup memadai..

1.