KELAYAKAN RESTORASI RUSA JAWA Cervus tim
Jurnal Riset 28, Januari 2014
1
KELAYAKAN RESTORASI RUSA JAWA (Cervus timorensis)
DI HUTAN PENDIDIKAN WANAGAMA I, GUNUNG KIDUL,
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Rizky Hidayat
*Minat Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada , Yogyakarta, Indoneisa .
**Laboratorium Satwa Liar, Praktikum Riset dan Manajemen Satwa Liar, Fakultas Kehutanan, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.
Abstrak
Penelitian tentang kelayakan restorasi Rusa Jawa (Cervus timorensis) di Wanagama I dengan
pendekatan dari 3 aspek, yaitu ; Populasi, Habitat dan Sosial. Dengan adanya penelitian
ini yang
dilaksanakan pada 8-20 desember 2013 diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah mengenai kawasan
restorasi di Hutan Pendidikan Wanagama I meliputi 3 aspek penting yang mendukung suatu kawasan restorasi
diantaranya, Populasi Cervus timorensis terdapat 5 individu dengan didukung oleh empat komponen dasar
habitat yang dibutuhkan rusa jawa untuk kelangsungan hidupnya seperti Sumber ketersediaan air yang
merupakan salah satu komponen habitat yang sangat dibutuhkan oleh Rusa Jawa bersumber dari Sungai Oyo
yang melewati semua petak di Wanagama I serta mengalir sepanjang tahun, komponen kedua yaitu vegetasi
yang digunakan oleh rusa jawa sebagai pelindung (cover) dari gangguan cuaca dan kondisi habitat yang
kurang menguntungkan. Faktor vegetasi baik horizontal dan vertical diambil dengan menggunakan metode
kuadaran Berdasarkan hasil analisis, diperoleh rata- rata tutupan tajuk 54.86 % dan tutupan bawah 64.19 %
merupakan faktor pelindung yang paling berpengaruh terhadap Rusa Jawa, komponen ketiga berupa
ketersedian ruang untuk Rusa Jawa di Hutan Pendidikan Wanagama I menggunaka pellet count dengan
menggunakan rumus formula dengan hasil adalah 30 ha, home range untuk setiap individu sebesar 6 hektar.
Estimasi populasi terdapat 5 individu Rusa Jawa, dan komponen keempat produktivitas pakan rumput dan
tumbuhan bawah, yaitu sebesar 2454,723 kg/hari yang mampu menyediakan pakan untuk lebih dari 409
ekor rusa per hari berupa
jenis rumput, herba dan tumbuhan berkayu yaitu rumput teki (Cyperus
rotundus), Hoplismenus burmani, rumput gajah (Pennisetum purpureum), alang-alang (Imperata
cylindrica),, kolonjono (Panicum maximum), daun kupu kupu, kacang tanah, waderan, kerinyu, rambatan
rumput jarum rumput grinting.. Aspek kedua dari presepsi masyarakat atau sosial dari total keseluruhan
responden menggunakan metode wawancara terstruktur dengan bantuan quisioner guide dari sebanyak 150
orang menunjukkan 72,73% responden setuju dengan kegiatan restorasi, sedangkan 27,27% lainnya tidak
setuju menurut presepsi masyarakat sekitar hutan . Dari hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan
dalam mengambil kebijakan dalam pengelolaan Hutan Pendidikan Wanagama I sebagai habitat Rusa Jawa
(Cervus timorensis) sehingga tercapainya pengelolaan restorasi berbasis konservasi.
Kata kunci
: Hutan Wanagama I, Cervus timorensis, populasi, Sosial , habitat
Jurnal Riset 28, Januari 2014
2
PENGANTAR
Rusa
Jawa
(Cervus
timorensis)
tempat berteduh dan terutama sebagai
merupakan salah satu satwa liar yang
pakan (Djuwantoko dan Subeno, 2003).
Faktor lainnya yang berpengaruh adalah
dilindungi Undang-Undang di Indonesia
berdasarkan SK Menteri Kehutanan RI
No.
301/Kpts-II/1991.
Rusa
Jawa
merupakan salah satu jenis satwa liar
yang memiliki kemampuan hidup yang
tinggi dan mudah menyesuaikan diri
terhadap
lingkungan
sekitarnya
(Santoso, 2003). Rusa Jawa masih bisa
dijumpai di berbagai lokasi. Di Hutan
Wangama
I,
populasi
rusa
mampu
berkembang dengan baik (Djuwantoko
dan Subeno, 2003).
diperhatikan dari tiga aspek yaitu ;
populasi
untuk
habitat
satwa
dan
sosial.
dapat
mengetahui
Data
dipergunakan
kecenderungan
peningkatan populasi keseluruhan atau
pada
suatu
kawasan.
Informasi
mengenai kepadatan populasi satwa di
alam
dapat
menjadi
pertimbangan
dalam tindakan manajemen terhadap
populasi (Subeno dan Nurvianto, 2011).
Hal
ini
tentunya
tidak
lepas
dari
kemampuan habitat di Hutan Wanagama
I dalam mendukung dan menyediakan
kebutuhan dasar rusa. Hutan Wanagama
I merupakan hutan buatan yang pada
pengelolaan
cuaca,
tumbuhan
daya
dan
(Alikodra,
selanjutnya
dibiarkan
berkembang secara alami. Hal ini tentu
tahan
jenis-jenis
produksi
1990).
makanan
Kekurangan
pakan
dapat menyebabkan pertumbuhan satwa
terganggu sehingga dapat mengganggu
perkembangbiakan.
Aspek
sosial
sumberdaya
serta
dalam
hutan
masyarakat.
mengelola
melibatkan
peran
Masyarakat
dengan
kawasan hutan memiliki interaksi yang
sangat
kuat.
Bagi
merupakan
Dalam kegiatan restorasi satwa perlu
populasi,
kondisi
penyimpan
masyarakat,
tempat
cadangan
hutan
berlindung,
makanan,
serta
media untuk memenuhi kebutuhan lain.
Hutan
Wanagama
berbagai
aktivitas
I
tidak
lepas
manusia
dari
terutama
petani hutan. Komunitas petani seperti ini
menurut Awang (2007) telah melakukan
proses ekologi sosial yaitu suatu proses
dimana manusia melakukan
mengubah
kondisi
asli
alam
intervensi
menjadi
kondisi sekunder karena proses interaksi
petani
dengan
Interaksi
alam
masyarakat
hutan
tersebut.
sekitar
kawasan
hutan dapat berbeda satu sama lain,
tergantung kedekatan mereka terhadap
sumberdaya hutan tersebut. Wanagama I
tergolong dalam lapisan sosial bawah
dengan tingkat pendidikan yang masih
rendah dengan mata pencaharian sebagai
telah
terjadi
vegetasi
perubahan
baik
keadaan
berupa kelebatan
dan
komposisi vegetasi yang ada. Menurut
Shaw (1985) dalam
Nugroho
(1992)
terdapat empat komponen dasar habitat
yang
mendukung
mengendalikan
dan
kehidupan
dapat
satwa
liar
yaitu; pakan, air, pelindung dan ruang.
Jenis vegetasi yang bermacam-macam
petani tadah hujan (Dewi, 2006).
Kebutuhan pakan setiap satwa berbeda
sesuai
aktivitas dan
kesukaan
pakan.
Kesukaan dan kebiasaan makan rusa jawa
terbentuk akibat respon terhadap kondisi
habitat yang tersedia. Hutan Pendidikan
Wanagama I memiliki jenis vegetasi yang
bervariasi. Meskipun menyediakan banyak
jenis
akan memberikan banyak pilihan bagi
rusa
dalam
memanfaatkannya.
Bisa
sebagai pelindung,
vegetasi namun tidak semua vegetasi
dapat dimanfaatkan oleh rusa jawa
Pengambilan sampel kotoran
Metode
sebagai sumber pakan. Kemampuan kotoran
jenis
vegetasi
dalam
menyediakan
pengambilan
dilakukan
sample
dengan
metode
transek jelajah dan menempatkan PUP
sumber pakan dalam luasan dan waktu
untuk
disebut produktivitas.
disetiap penemuannya dilakukan pada
Ketersediaan pakan tersebut sangat
penting
untuk
diketahui
memprediksi
didapatkan
jumlah
tgl 7 Desember 213. Sepanjang bidang
produktivitasnya
transek/jalur
peneliti
suatu
kotoran
ditemukan
kawasan
onggokan
yang
mengambil
sepanjang
tersebut dapat mencukupi kebutuhan
perjalanan dalam transek. Selanjutnya
pakan rusa jawa selama jangka waktu
pada
tertentu
memprediksi
selama 14 hari kemudian dicatat untuk
pertumbuhan populasinya. Dukungan
setiap kotoran yang ditemukan, dicatat
dan peran serta dari masyarakat dalam
jumlah kotoran terbaru serta
restorasi rusa jawa sangat diperlukan
posisinya
untuk
pengumpulan
dan
juga
kelangsungan
yang
tgl
20
desember
dengan
GPS.
kotoran
2013
atau
kode
Setelah
rusa
dari
berkelanjutan kegiatan restorasi rusa
lapangan, kotoran rusa tersebut harus
jawa di kawasan tersebut.
dijemur di bawah terik matahari untuk
ALAT DAN METODE
Estimasi Jumlah Rusa
menghindari pertumbuhan cendawan
atau jamur sehingga tidak membusuk
Pengambilan data untuk estimasi
jumlah
rusa
dilakukan
dengan
dan
rusak.
Demikian
penyimpanan
juga
kotoran
dengan
rusa
harus
menggunakan metode PUP (Petak Ukur diperhatikan, jangan sampai rusak atau
Permanen) pellet count (Gambar 1.). wadahnya
lembab
dan
selanjutnya
PUP adalah suatu petak ukur berbentuk
dilakukan analisi faical analysis untuk
persegi panjang berukuran 100 x 20 m
mendapatkan apa saja pakan yang
yang dibuat secara permanen di lokasi
disukai Rusa Jawa.
yang telah ditetapkan sebagai titik
Analisis Jenis Pakan
pengamatan sebanyak minimal 3 plot.
Analisis
jenis
pengamatan
di
pakan
dilakukan
laboratorium
pada
kotoran yang terkumpul dari lapangan
setelah djemur dengan mencocokan
Gambar 1. PUP pellet count pengambilan
antara epidermis kotoran rusa, dan
data kotoran rusa
epidermis
tumbuhan
sebagai
pakan
yang
rusa
diduga
secara
mikroskopis.
Habitat Rusa Jawa di Wanagama I
Produktivitas Pakan
Untuk
mengetahui
produktivitas
pakan dalam
suatu kawasan perlu diketahui terlebih
dahulu produksi
Data Kondisi Komposisi Vegetasi
Untuk mengetahui komposisi vegetasi
biomassa rumput dan tumbuhan bawah
habitat rusa digunakan metode kuadran,
yang dihitung dengan menggunakan
yaitu
rumus yang dikemukakan oleh Alikodra
lingkaran diameter 22,3 m (Gambar 3.).
(1990), yaitu
Kemudian dibagi menjadi empat kuadran
P p
=
L l
Keterangan :
P = Produksi biomassa seluruh kawasan
L = Luas seluruh kawasan
P = Produksi biomassa seluruh plot sample
metode
yang
menggunakan
dengan titik tengah sebagai titik pusat
kuadran. Pada masing-masing kuadran
inilah dilakukan pendataan satu pohon
yang
terdekat
dengan
pusat
titik
S = (3 ≤ dbh < 8
cm)
A= (8 ≤ dbh < 15
cm)
B= (15 ≤ dbh 23 cm)
kuadran. Selain itu diukur pula jarak
L = Luas seluruh plot sample
Selanjutnya
dihitung
produktivitas
menggunakan
pakan
antara pohon terdekat dengan titik pusat
yang
kuadran. Pengukuran pohon dilakukan
rumus
berdasarkan kriteria dari S s/d H.
dikemukakan Soekotjo (1978), yaitu :
Produktivitas=
Produksi biomassa seluruh kawasan(rata−ratatiap PUP)
Interval waktu pengamatan(14 hari)
Produktivitas Pakan
Untuk
pengambilan
data
produktivitas pakan, dilakukan dengan
menggunakan
petak
ukur
permanen
Gambar 3. Plot Metode Kuadran
(PUP) berukuran 1x1 m (untuk rumput),
2x2
m
(untuk
tumbuhan
bawah)
(Gambar 2.). Petak ukur berjumlah 5 plot
diletakkan
tersebar
mewakili
kondisi
petak. Data yang diambil berupa ;
1. Jenis
tumbuhan
(rumput
dan
individu
(rumput
dan
tumbuhan bawah dilakukan pada
Protocol Sampling dengan menggunakan
tumbuhan bawah)
3. Memanen
dan vertical) dan ketebalan semak.
Metode pengambilan data kepadatan
tumbuhan bawah)
2. Jumlah
Data penutupan vegetasi (horizontal
tumbuhan
yang
dan dibawa.
ada alat density board. Protocol Sampling ini
berbentuk lingkaran dengan jari - jari
11,3 meter dengan empat arah mata
angin (Gambar 4.). Pengamatan
pentupan vegetasi horizontal dapat
dibantu dengan menggunakan alat
Gambar 2. PUP untuk produktivitas pakan
Kerapatan
Semak
dan
(Noon,
1981
dalam
papan catur.
Tumbuhan Sosial
Bawah
Dapat dihitung dengan menggunakan
rumus
density board yang berbentuk seperti
Hutomo,
Pengambilan data sosial dilakukan
dengan
menggunakan
kuisioner
atau
2004) :
lembar
10000
D=Ix
H
pertanyaan
ditujukan
kepada masyarakat sekitar hutan dan
D = kerapatan semak dan tumbuhan bawah
masyarakat
per Ha
I = jumlah semak dan tumbuhan bawah
hidupnya
yang tersentuh tongkat.
H = lebar tongkat (1 m) dikalikan panjang
Data biotik
Pengambilan
yang
di
Wanagama
dukungan
I
menggantungkan
Hutan
Pendidikan
untuk
mengetahui
dari
masyarakat
17
pertanyaan utama dan 13 pertanyaan
transek (2 x 22,6 m).
yang
pendukung.
data
Faktor
biotik HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan pada plot Protocol Sampling
Luas Hutan Pendidikan Wanagama I
seperti
,
Tabung
okuler
untuk
adalah 559,7 ha yang terbagi ke dalam 8
pengamatan penutupan vegetasi vertical
petak. Sedangkan dari 8 petak tersebut
dan (b) density board untuk pengamatan
yang dijadikan penelitian ada 7 petak.
penutupan vegetasi horizontal
Dari masing-masing petak tersebut
dibuat 3 pellet count, yang digunakan
untuk menghitung jejak kotoran. Setelah
14 hari kemudian dari pellet count yang
dibuat di semua petak hanya ditemukan
6 onggokan rusa. Dari hasil perhitungan
Gambar 4 . Protocol sampling
estimasi jumlah rusa dapat diperkirakan
Air
Air
jumlah
dibutuhkan
dalam
rusa
yang
ada
di
Hutan
proses Pendidikan Wanagama I sebanyak 5
metabolisme tubuh satwa. Kebanyakan
ekor.
satwa
air
kemungkinan akibat ketidak sesuaian
air
data yang diperoleh dengan teori yang
tubuhnya
mencukupi
dengan
kebutuhan
minum
Banyak
sekali
kemungkinan-
permukaaan (surface water). Kebutuhan ada tersebut, misalnya seperti kurang
satwa akan air bervariasi, ada yang
ketelitiannya pengamat saat mencari
tergantung air, ada juga yang tidak . kotoran
rusa
pada
metode
transek
Sumber air di wanagama I melimpah
jelajah sehingga terjadi kesalahan dalam
dengan dilihat dari lokasnya.
pemilihan lokasi peletakan pellet count
dan faktor human error lainnya pun
sangat
mungkin
terjadi.
Untuk
kedepannya, diaharapkan hal ini bisa
diatasi dengan terlebih dahulu mencari
informasi
kepada
warga
setempat
dimana spot-spot yang paling sering
terjadi perjumpaan antara warga dengan
rusa
Faktor habitat yang mendukung berupa pakan karena merupakan salah satu faktor pendukung habitat ya
Setiawan (2004), setiap individu rusa membutuhkan pakan kurang lebih 10% dari berat badannya, sedang
produktivitas pakan rumput dan tumbuhan bawah,
Tabel. Produktivitas Rumput
No
.
Jenis
5
Kolonjono (Panicum
muticum)
Rumput Gajah (Pennisetum
purpureum)
Rumput Grinting (Cynodon
Dactylon)
Rumput Jarum
(Chrysopogon aciculata)
Rumput Teki (Cyperus
rotundus)
6
Waderan (Isachne globosa)
1
2
3
4
Jumlah Tumbuhan
Tabel. Produktivitas
N
o.
1
Jenis
Kupu-kupu (Bauhinia
purpurea)
Berat
Kering
(Gram)
164.499
3.704
8.104
1.360
3.024
14.527
195.21
8
Bawah
Berat
Kering
(Gram)
2.664
Produksi
Biomassa
(Kg)
28199.889
Produktivitas
Pakan
Kg/Har
Ton/Tah
i
un
2014.2
735.211
78
635.057
45.361
16.557
1389.287
99.235
36.221
233.066
16.648
6.076
518.349
37.025
13.514
2490.314
33465.96
2
Produksi
Biomassa
(Kg)
114.178
177.88
0
2390.
426
64.926
872.50
5
Produktivitas
Pakan
Kg/H
Ton/Tah
ari
un
8.15
2.977
6
Jarong (Stachytarpheta
mutabilis)
Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.)
2
3
4
1.944
5
6
Rambatan
2.325
habitat
83.296
314.638
7.342
Jumlah
Faktor
254.458
5.937
Kacang-kacangan
Kerinyu (Eupatorium
odoratum L.)
99.643
21.004
selanjutnya
2.42
5
18.1
76
5.95
0
22.4
74
7.11
7
64.2
97
33.947
0.792
900.159
yaitu berbagai
0.885
6.634
2.172
8.203
2.598
23.468
tingakatan
hidup
pohon.
ketersediaan ruang bagi Rusa Jawa di
Vegetasi tersebut digunakan oleh rusa
Hutan Pendidikan Wanagama I diperoleh
jawa
dari pembagian luas Hutan Pendidikan
gangguan cuaca dan kondisi habitat
Wanagama I dengan jumlah estimasi
yang
populasinya.
Berdasarkan
Dari
hasil
perhitungan,
sebagai
pelindung
kurang
(cover)
dari
menguntungkan.
hasil
analisis,
diperoleh
ketersediaan ruang bagi Rusa Jawa di
rata- rata tutupan tajuk 54.86 % dan
Hutan Pendidikan Wanagama I adalah 30
tutupan bawah 64.19 %. Hal ini berarti
ha, dengan
home range untuk setiap
bahwa tutupan vegetasi sesuai dengan
individu sebesar 6 hektar. Berdasarkan
literatur dari Djuwantoko (2003) bahwa
hasil
rusa memanfaatkan kawasan dengan
estimasi
populasi
individu Rusa Jawa,
Wanagama I
terdapat
5
Hutan Pendidikan
penutupan dan kerapatan
tumbuhan
memiliki ruang (space) yang relatif tinggi seperti di sekitar
untuk seluruh Rusa Jawa tersebut adalah
sungai atau anak sungai.
30 hektar, sedangkan luas keseluruhan
Begitu pun sumber ketersediaan air
Hutan Pendidikan Wanagama I adalah
merupakan salah satu komponen habitat
599,7 hektar. Menurut Syarief (1974) di
yang sangat dibutuhkan oleh Rusa Jawa
alam bebas Rusa Jawa lebih menyukai
di
padang rumput atau savanna kering
bersumber
untuk mencari makan, sedangkan hutan
melewati semua petak di Wanagama I
dan
serta
semak
yang
rapat
digunakan
Hutan
Pendidikan
dari
Wanagama
Sungai
mengalir
Oyo
sepanjang
tahun.
Menurut
berlindung dari musuhnya. Oleh karena
Setiawan (2004), kebutuhan air harian
itu,
Rusa
Pendidikan
Wanagama
I
Jawa
tidak
(1999)
yang
sebagai tempat istirahat atau tempat
Hutan
Bheekhee
I
kurang
dalam
dari
3
menyediakan ruang yang luas bagi Rusa
liter/individu. Sehingga dalam satu tahun
Jawa, dan Hutan Pendidikan Wanagama I
Rusa Jawa dapat mengkonsumsi air tidak
masih
memungkinkan
untuk
ada kurang dari 1095 liter/tahun. Sungai Oyo
penambahan populasi Rusa Jawa dari
yang mengalir sepanjang tahun dapat
program
menyediakan
restorasi
tetapi
perlu
lebih
dari
kebutuhan
memperhatikan pula daya dukung pakan
tersebut dan dapat dimanfaatkan oleh
yang tersedia.
Pelindung (cover) merupakan salah
Rusa Jawa untuk memenuhi kebutuhan
air sepanjang tahun.
satu dari komponen habitat secara fisik
Salah satu aspek yang menentukan
yang dibutuhkan oleh Rusa Jawa untuk
berlindung dari cuaca, predator atau
layak
kondisi
dan
Wanagama I sebagai lokasi restorasi
Pendidikan
Rusa Jawa adalah ditinjau dari aspek
Pendidikan
sosial.
Total
Wanagama I memiliki berbagai macam
adalah
sebanyak
karakteristik vegetasi berupa penutupan
wawancara terdiri dari 17 pertanyaan
vegetasi yang dapat digunakan sebagai
utama dan 13 pertanyaan pelengkap.
yang
lebih
menguntungkan
Wanagama
di
I.
baik
Hutan
Hutan
tidaknya
Hutan
Pendidikan
keseluruhan
150
responden
orang.
Materi
Pendidikan Dari hasil wawancara, diketahui bahwa
Wanagama I memiliki berbagai macam mayoritas penduduk yang ada di sekitar
hutan merupakan penduduk asli dan
karakteristik vegetasi dari
pelindung
(cover).
Hutan
bekerja sebagai
petani,
sehingga
aktivitas
sering
dilakukan
yaitu
mencari
rumput.
Sebagian
besar
masyarakat
sudah
mengetahui
tentang
keberadaan
rusa
Wanagama
I
langsung.
bertani
yang
di
ataupun
Hutan
bahkan
Masyarakat
juga
Pendidikan
melihat
pada
secara
umumnya
sedangkan
27,27%
lainnya
tidak
setuju. Sehingga dari aspek sosial,
dapat
dikatakan
Pendidikan
bahwa
Wanagama
Hutan
I
layak
sebagai lokasi restorasi Rusa Jawa
(Cervus timorensis).
Permasalahan utama yang dialami
hanya mengetahui secara general bahwa
para
ada rusa yang dilepasliarkan di Hutan
kegiatan restorasi Rusa Jawa adalah
Pendidikan Wanagama I, namun mereka
homerange Rusa Jawa yang seringkali
belum
overlap dengan lokasi agroforestry
begitu
tahu
mengenai
kegiatan
penduduk
akibat
adanya
restorasi Rusa Jawa yang ada. Pengetahuan
dan
masyarakat hanya berada pada batasan
Masyarakat sering mengeluh akibat
bahwa
tanaman
Rusa
Jawa
yang
sekarang
juga
pemukiman
palawija
penduduk.
yang
mereka
dilepasliarkan, dulunya merupakan Rusa
tanam sering dirusak oleh Rusa Jawa.
Jawa yang berada di lokasi penangkaran.
Sebenarnya
Selain mengetahui secara langsung, para
karena lahan yang menjadi tempat
penduduk
informasi
tumbuh pakan rusa dialihkan menjadi
terkait keberadaan Rusa Jawa dari beberapa
tanaman pertanian sehingga Rusa
sumber diantaranya adalah dari pengelola
Jawa
Hutan Pendidikan Wanagama I dan juga dari
pertanian
penduduk lain.
seringkali
juga
memperoleh
1. Apakah Anda setuju diadakannya restorasi rusa jawa di hutan Wanagama?
hal
akan
ini
dapat
memakan
tersebut.
tanaman
Rusa
merusak
perkebunan
terjadi
Jawa
tanaman
penduduk
baik
yang
berada di lokasi agroforestry maupun
yang berada di luar Hutan Pendidikan
Tahu; 28%
Wanagama I. Kebanyakan penduduk
menjumpai Rusa Jawa ketika mereka
Tidak tahu; 72%
sedang
melakukan
pertanian
atau
kegiatan
mencari
rumput.
Luasan yang dirusak oleh Rusa Jawa
sendiri
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan
bahwa
masyarakat
Pendidikan
Wanagama
di
sekitar
I
setuju
Hutan
dengan
adanya kegitan restorasi Rusa Jawa, namun
masyarakat meminta agar pengelolaannya
lebih
ditingkatkan.
Sehingga
tidak
merugikan masyarakat sekitar hutan. Hal ini
dibuktikan dengan hasil analisis sosial yang
menunjukkan
72,73%
responden
dengan kegiatan restorasi,
setuju
tidak
pasti,
tergantung
dengan lokasi yang mereka lalui.
Umumnya
Rusa
Jawa
merusak
tanaman penduduk pada saat musim
panen
tiba.
Tanaman
perkebunan
yang dirusak merupakan tanaman
jenis
kacang-kacangan,
jagung,
ketela, dan juga rumput kalanjana.
Sehingga sebagian besar responden
(71%)
meminta
pemagaran
untuk
untuk
dilakukan
menghindari
perusakan lahan pertanian oleh rusa.
Dari
74%
responden
bahwa tindakan
mengatakan
yang mereka lakukan ketika melihat
Rusa
Jawa
adalah
membiarkannya,
sedangkan 16% lainnya menangkap dan
memanfaatkan hasilnya, 10% melapor
Ruang : ketersediaan ruang bagi
Rusa Jawa di Hutan Pendidikan
Wanagama I adalah 30 ha.
3. Masyarakat
di
sekitar
Hutan
pada pihak Hutan Pendidikan Wanagama
Pendidikan Wanagama I mendukung
I. Adanya tindakan berburu menunjukkan
dengan adanya program restorasi
kurangnya
Rusa Jawa.
sekitar
pengetahuan
hutan
penduduk
mengenai
keberadaan
Rusa Jawa sebagai salah satu spesies
yang dilindung. Untuk itu, masih perlu
dilakukan
restorasi
sosialisasi
yang
terkait
ada
oleh
kegiatan
pemerintah
maupun pengelola setempat.
SARAN
1. Diperlukan
suatu
penambahan
tindakan
jumlah
rusa
dan
monitoring yang intensif terhadap
Rusa
Jawa
di
Hutan
Pendidikan
Wanagama I.
KESIMPULAN
2. Diperlukan suatu penyuluhan dari
Hutan Pendidikan Wanagama I layak
dikatakan
sebagai
kawasan
restorasi
pihak
pengelola agar masyarakat
mengetahui program restorasi dan
Rusa Jawa di tinjau dari 3 aspek penting
meningkatakan
yaitu :
masyarakat
1. Terdapat
Populasi
Rusa
Jawa
di
Hutan Pendidikan Wanagama I .
peestarian
Rusa
mendukung
dari :
tersebut
Pakan
:
Mampu
menyediakan
Jawa
peran
seta
serta
3. Dilakukan
program
restorasi
pemagaran
dengan
pakan bagi rusa dengan rincian :
tanaman tertentu agar rusa tidak
rumput sebesar 2390,426 Kg/hari
keluar kawasan Hutan Wanagama I
dan
tumbuhan
64,297
Kg/hari
pakan
Rusa
bawah
dari
Jawa
sebesar
kebutuhan
sebesar
6
kg/hari/individu.
upaya
masyarakat dalam membantu dan
Pendidikan Wanagama I baik ditinjau
terhadap
meningkatkan
2. Kondisi komponen habitat di Hutan
kesadaran
Air : Terdapat Sungai Oyo yang
4. Penyebaran
pakan
kesukaan
(
feeding ground ) Rusa Jawa di setiap
petak Hutan Wanagama I agar rusa
tidak terpusat disuatu petak.
5. Untuk
penelitian
selanjutnya,
menyediakan kebutuhan air Rusa
diharapkan peneliti lebih teliti dalam
Jawa sepanjang tahun.
mengambil data, sehingga data yang
Pelindung
(cover)
:
Penutupan
diperoleh lebih representatif.
tajuk dan penutupan bawah Hutan
Pendidikan Wanagama I mampu
DAFTAR PUSTAKA
menyediakan pelindung bagi Rusa
Alikodra, H. S., 1990. Pengelolaan Satwa
Liar jilid I. Departemen Pendidikan
Jawa.
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan
Tinggi
Universitas
Ilmu
Pusat
Hayat.
Antar
Institut
Pertanian Bogor.
Anonim. 1988. Master Plan Wanagama I
sebagai
Sarana
Tanaman
Penunjang
Industri
Departemen
Wanagama
(HTI).
Hutan
Buku
Kehutanan
I.
Fakultas
I.
dan
Kehutanan
UGM. Yogyakarta.
(Bubalus
Ouwens)
Lindu,
di
(anoa)
Taman
Sulawesi
quarlesi,
Nasional
Tengah.
Lore
Skripsi.
Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Tidak dipublikasikan.
Heru, S. 2004. Studi Pakan Rusa Jawa
Arief, Arifin. 2001. Hutan dan Kehutanan.
Yogyakarta: Kanisius.
Arimurti,
Gunung
Dewayanti.
(Cervus
Rusa
1999.
Studi
timorensis)
Stasiun
Kabupaten
di
Penagkaran
Flora
Fauna
Bunder
Gunung
Kidul.
Skripsi.
Perilaku Makan Rusa Jawa (Cervus
Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
timorensis
Tidak dipublikasikan.
sedang
Blainville)
dalam
Masa
Betina
yang
Menyusui
di
Muller-Dumbois and H. Ellenberg. 1974.
Penangkaran Ranca Upas Bandung.
Aims
Skripsi. Fakultas Biologi Universitas
Ecology. New York: John Wiley & Sons.
Atmajaya. Yogyakarta.
and
Nugroho,
A.
Methods
D. 1992.
of
Vegetation
Studi Ekologi
Asianto. 1998. Perilaku Sosial Rusa Jawa
Makan Rusa Jawa (Cervus timorensis
di Penagkaran Wanawisata Waluya
russa Mul. And Schl.1844) pada Musim
Karangkates
Kemarau di Taman Nasional Baluran.
Skripsi.
Malang
Fakultas
Jawa
Timur.
Kehutanan
UGM.
Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.
Awang, S.A., 2007. Buku Ajar Sosiologi
Skripsi.
Fakultas
Kehutanan
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
tidak dipublikasikan.
Kehutanan dan Lingkungan. Fakultas
Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Dewi.
A.
S.,
2006.
Notoprianto, D. 2000. Studi Jenis Pakan
Studi
Tingkat
dan Kebutuhan Pakan Rusa Jawa di
Kerusakan oleh Rusa Jawa (Cervus
Penagkaran
timorensis) di Sekitar Petak 5 Hutan
Monumen
Wanagama I Kabupaten Gunungkidul.
Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Skripsi.
Fakultas
Tidak dipublikasikan.
Universitas
Gadjah
Kehutanan
Mada
Hutan Wanagama I Dalam Penyediaan
Rusa
timorenses).
Jawa
Fakultas
-
Biologi
Penangkaran Milik Perhutani. Tesis.
sebagai
UAJY
Palguna, H. 1998. Pola Perilaku Rusa
Kehutanan
Program Studi Ilmu Kehutanan Jurusan
Hewan
Ternak. Makalah Seminar Latih Rusa.
BKSDA
Press. Yogyakarta.
Jawa (Cervus timorensis) di Beberapa
Dradjat, A.S. 2002. Potensi Biologi dan
Rusa
Skripsi.
(Cervus
Uaiversitas Gadjah Mada. pp 38.
Reproduksi
Ngawi.
Edisi Ketiga. Gadjah Mada University
Djuwantoko, dan Subeno. 2003. Peranan
Bagi
Suryo
Wanawisata
(UGM). Odum, E. P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi.
Yogyakarta. Tidak dipublikasikan
Pakan
Rusa
–
Ilmu-Ilmu
Pertanian
UGM.
Pasca
Yogyakarta.
Sarjana
Tidak
dipublikasikan.
Fakultas Santoso, Adji D., 2002. Satwa Harapan
Kehutanan – LSKHL. Yogyakarta
(Rusa Indonesia). Mataram University
Foead, Nazir. 1992. Studi Habitat dan
Pakan Anoa
Press. Mataram.
Samingan, T. 1976. Analisis vegetasi.
Diktat Sekolah
Pasca
Sarjana
IPB,
Bogor.
Tidak
diterbitkan.
Soesetyo,
Setiawan, H. 2004. Studi Pakan Rusa
Jawa (Cervus
timorensis
1980.
Padang
Penggembalaan. Fakultas Peternakan
IPB.
Mull.
Penangkaran
Fauna
S.
Rusa
&
Stasiun
Bunder
Gunungkidul.
dipublikasikan.
Schl.)
di
Subeno dan Nurvianto S., 2011. Buku
Flora
Ajar Dasar-Dasar Pengelolaan Satwa
Kabupaten
Skripsi-tidak
Fakultas
Liar.
Fakultas
Kehutanan
UGM.
Yogyakarta.
Kehutanan Supratmo, Harun. 2006. Home Range
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Schroder, T.O., 1976. Deer in Indonesia,
Dan Kelimpahan Rusa Jawa (Cervus
timorensis).
[Skripsi].
Fakultas
Agrioultural
University
Wageningen
Netherlands
Nature
Conservation
Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Tidak dipublikasikan.
Departement; Report nr : 314 LH-NB Trippensee,
75/76 -11, Wageningen, Netherland.
R.E.
Management
1948.
Upland
Wildlife
Game
and
Sidik, B. S., 1995. Studi Daya Dukung
General Prinsiples. Vol 1. New York,
Lapangan Rumput Istana Bogor Untuk
Toronto, London: Mc. Graw-Hill Book
Populasi Rusa Totol. Skripsi. Fakultas
Company.
Kehutanan
UGM. Yogyakarta. Tidak Wibowo, Wahyu Tri. 2006. Karakteristik
dipublikasikan.
SK Mentri Kehutanan RI No. 301/KptsII/1991
Habitat
&
Komposisi
Vegetasi
Pelindung Rusa Jawa di
Wanagama I, Kabupaten Gunung Kidul.
[Skripsi].
Fakultas
Universitas
Gadjah
dipublikasikan.
Kehutanan
Mada.
Tidak
1
KELAYAKAN RESTORASI RUSA JAWA (Cervus timorensis)
DI HUTAN PENDIDIKAN WANAGAMA I, GUNUNG KIDUL,
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Rizky Hidayat
*Minat Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada , Yogyakarta, Indoneisa .
**Laboratorium Satwa Liar, Praktikum Riset dan Manajemen Satwa Liar, Fakultas Kehutanan, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.
Abstrak
Penelitian tentang kelayakan restorasi Rusa Jawa (Cervus timorensis) di Wanagama I dengan
pendekatan dari 3 aspek, yaitu ; Populasi, Habitat dan Sosial. Dengan adanya penelitian
ini yang
dilaksanakan pada 8-20 desember 2013 diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah mengenai kawasan
restorasi di Hutan Pendidikan Wanagama I meliputi 3 aspek penting yang mendukung suatu kawasan restorasi
diantaranya, Populasi Cervus timorensis terdapat 5 individu dengan didukung oleh empat komponen dasar
habitat yang dibutuhkan rusa jawa untuk kelangsungan hidupnya seperti Sumber ketersediaan air yang
merupakan salah satu komponen habitat yang sangat dibutuhkan oleh Rusa Jawa bersumber dari Sungai Oyo
yang melewati semua petak di Wanagama I serta mengalir sepanjang tahun, komponen kedua yaitu vegetasi
yang digunakan oleh rusa jawa sebagai pelindung (cover) dari gangguan cuaca dan kondisi habitat yang
kurang menguntungkan. Faktor vegetasi baik horizontal dan vertical diambil dengan menggunakan metode
kuadaran Berdasarkan hasil analisis, diperoleh rata- rata tutupan tajuk 54.86 % dan tutupan bawah 64.19 %
merupakan faktor pelindung yang paling berpengaruh terhadap Rusa Jawa, komponen ketiga berupa
ketersedian ruang untuk Rusa Jawa di Hutan Pendidikan Wanagama I menggunaka pellet count dengan
menggunakan rumus formula dengan hasil adalah 30 ha, home range untuk setiap individu sebesar 6 hektar.
Estimasi populasi terdapat 5 individu Rusa Jawa, dan komponen keempat produktivitas pakan rumput dan
tumbuhan bawah, yaitu sebesar 2454,723 kg/hari yang mampu menyediakan pakan untuk lebih dari 409
ekor rusa per hari berupa
jenis rumput, herba dan tumbuhan berkayu yaitu rumput teki (Cyperus
rotundus), Hoplismenus burmani, rumput gajah (Pennisetum purpureum), alang-alang (Imperata
cylindrica),, kolonjono (Panicum maximum), daun kupu kupu, kacang tanah, waderan, kerinyu, rambatan
rumput jarum rumput grinting.. Aspek kedua dari presepsi masyarakat atau sosial dari total keseluruhan
responden menggunakan metode wawancara terstruktur dengan bantuan quisioner guide dari sebanyak 150
orang menunjukkan 72,73% responden setuju dengan kegiatan restorasi, sedangkan 27,27% lainnya tidak
setuju menurut presepsi masyarakat sekitar hutan . Dari hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan
dalam mengambil kebijakan dalam pengelolaan Hutan Pendidikan Wanagama I sebagai habitat Rusa Jawa
(Cervus timorensis) sehingga tercapainya pengelolaan restorasi berbasis konservasi.
Kata kunci
: Hutan Wanagama I, Cervus timorensis, populasi, Sosial , habitat
Jurnal Riset 28, Januari 2014
2
PENGANTAR
Rusa
Jawa
(Cervus
timorensis)
tempat berteduh dan terutama sebagai
merupakan salah satu satwa liar yang
pakan (Djuwantoko dan Subeno, 2003).
Faktor lainnya yang berpengaruh adalah
dilindungi Undang-Undang di Indonesia
berdasarkan SK Menteri Kehutanan RI
No.
301/Kpts-II/1991.
Rusa
Jawa
merupakan salah satu jenis satwa liar
yang memiliki kemampuan hidup yang
tinggi dan mudah menyesuaikan diri
terhadap
lingkungan
sekitarnya
(Santoso, 2003). Rusa Jawa masih bisa
dijumpai di berbagai lokasi. Di Hutan
Wangama
I,
populasi
rusa
mampu
berkembang dengan baik (Djuwantoko
dan Subeno, 2003).
diperhatikan dari tiga aspek yaitu ;
populasi
untuk
habitat
satwa
dan
sosial.
dapat
mengetahui
Data
dipergunakan
kecenderungan
peningkatan populasi keseluruhan atau
pada
suatu
kawasan.
Informasi
mengenai kepadatan populasi satwa di
alam
dapat
menjadi
pertimbangan
dalam tindakan manajemen terhadap
populasi (Subeno dan Nurvianto, 2011).
Hal
ini
tentunya
tidak
lepas
dari
kemampuan habitat di Hutan Wanagama
I dalam mendukung dan menyediakan
kebutuhan dasar rusa. Hutan Wanagama
I merupakan hutan buatan yang pada
pengelolaan
cuaca,
tumbuhan
daya
dan
(Alikodra,
selanjutnya
dibiarkan
berkembang secara alami. Hal ini tentu
tahan
jenis-jenis
produksi
1990).
makanan
Kekurangan
pakan
dapat menyebabkan pertumbuhan satwa
terganggu sehingga dapat mengganggu
perkembangbiakan.
Aspek
sosial
sumberdaya
serta
dalam
hutan
masyarakat.
mengelola
melibatkan
peran
Masyarakat
dengan
kawasan hutan memiliki interaksi yang
sangat
kuat.
Bagi
merupakan
Dalam kegiatan restorasi satwa perlu
populasi,
kondisi
penyimpan
masyarakat,
tempat
cadangan
hutan
berlindung,
makanan,
serta
media untuk memenuhi kebutuhan lain.
Hutan
Wanagama
berbagai
aktivitas
I
tidak
lepas
manusia
dari
terutama
petani hutan. Komunitas petani seperti ini
menurut Awang (2007) telah melakukan
proses ekologi sosial yaitu suatu proses
dimana manusia melakukan
mengubah
kondisi
asli
alam
intervensi
menjadi
kondisi sekunder karena proses interaksi
petani
dengan
Interaksi
alam
masyarakat
hutan
tersebut.
sekitar
kawasan
hutan dapat berbeda satu sama lain,
tergantung kedekatan mereka terhadap
sumberdaya hutan tersebut. Wanagama I
tergolong dalam lapisan sosial bawah
dengan tingkat pendidikan yang masih
rendah dengan mata pencaharian sebagai
telah
terjadi
vegetasi
perubahan
baik
keadaan
berupa kelebatan
dan
komposisi vegetasi yang ada. Menurut
Shaw (1985) dalam
Nugroho
(1992)
terdapat empat komponen dasar habitat
yang
mendukung
mengendalikan
dan
kehidupan
dapat
satwa
liar
yaitu; pakan, air, pelindung dan ruang.
Jenis vegetasi yang bermacam-macam
petani tadah hujan (Dewi, 2006).
Kebutuhan pakan setiap satwa berbeda
sesuai
aktivitas dan
kesukaan
pakan.
Kesukaan dan kebiasaan makan rusa jawa
terbentuk akibat respon terhadap kondisi
habitat yang tersedia. Hutan Pendidikan
Wanagama I memiliki jenis vegetasi yang
bervariasi. Meskipun menyediakan banyak
jenis
akan memberikan banyak pilihan bagi
rusa
dalam
memanfaatkannya.
Bisa
sebagai pelindung,
vegetasi namun tidak semua vegetasi
dapat dimanfaatkan oleh rusa jawa
Pengambilan sampel kotoran
Metode
sebagai sumber pakan. Kemampuan kotoran
jenis
vegetasi
dalam
menyediakan
pengambilan
dilakukan
sample
dengan
metode
transek jelajah dan menempatkan PUP
sumber pakan dalam luasan dan waktu
untuk
disebut produktivitas.
disetiap penemuannya dilakukan pada
Ketersediaan pakan tersebut sangat
penting
untuk
diketahui
memprediksi
didapatkan
jumlah
tgl 7 Desember 213. Sepanjang bidang
produktivitasnya
transek/jalur
peneliti
suatu
kotoran
ditemukan
kawasan
onggokan
yang
mengambil
sepanjang
tersebut dapat mencukupi kebutuhan
perjalanan dalam transek. Selanjutnya
pakan rusa jawa selama jangka waktu
pada
tertentu
memprediksi
selama 14 hari kemudian dicatat untuk
pertumbuhan populasinya. Dukungan
setiap kotoran yang ditemukan, dicatat
dan peran serta dari masyarakat dalam
jumlah kotoran terbaru serta
restorasi rusa jawa sangat diperlukan
posisinya
untuk
pengumpulan
dan
juga
kelangsungan
yang
tgl
20
desember
dengan
GPS.
kotoran
2013
atau
kode
Setelah
rusa
dari
berkelanjutan kegiatan restorasi rusa
lapangan, kotoran rusa tersebut harus
jawa di kawasan tersebut.
dijemur di bawah terik matahari untuk
ALAT DAN METODE
Estimasi Jumlah Rusa
menghindari pertumbuhan cendawan
atau jamur sehingga tidak membusuk
Pengambilan data untuk estimasi
jumlah
rusa
dilakukan
dengan
dan
rusak.
Demikian
penyimpanan
juga
kotoran
dengan
rusa
harus
menggunakan metode PUP (Petak Ukur diperhatikan, jangan sampai rusak atau
Permanen) pellet count (Gambar 1.). wadahnya
lembab
dan
selanjutnya
PUP adalah suatu petak ukur berbentuk
dilakukan analisi faical analysis untuk
persegi panjang berukuran 100 x 20 m
mendapatkan apa saja pakan yang
yang dibuat secara permanen di lokasi
disukai Rusa Jawa.
yang telah ditetapkan sebagai titik
Analisis Jenis Pakan
pengamatan sebanyak minimal 3 plot.
Analisis
jenis
pengamatan
di
pakan
dilakukan
laboratorium
pada
kotoran yang terkumpul dari lapangan
setelah djemur dengan mencocokan
Gambar 1. PUP pellet count pengambilan
antara epidermis kotoran rusa, dan
data kotoran rusa
epidermis
tumbuhan
sebagai
pakan
yang
rusa
diduga
secara
mikroskopis.
Habitat Rusa Jawa di Wanagama I
Produktivitas Pakan
Untuk
mengetahui
produktivitas
pakan dalam
suatu kawasan perlu diketahui terlebih
dahulu produksi
Data Kondisi Komposisi Vegetasi
Untuk mengetahui komposisi vegetasi
biomassa rumput dan tumbuhan bawah
habitat rusa digunakan metode kuadran,
yang dihitung dengan menggunakan
yaitu
rumus yang dikemukakan oleh Alikodra
lingkaran diameter 22,3 m (Gambar 3.).
(1990), yaitu
Kemudian dibagi menjadi empat kuadran
P p
=
L l
Keterangan :
P = Produksi biomassa seluruh kawasan
L = Luas seluruh kawasan
P = Produksi biomassa seluruh plot sample
metode
yang
menggunakan
dengan titik tengah sebagai titik pusat
kuadran. Pada masing-masing kuadran
inilah dilakukan pendataan satu pohon
yang
terdekat
dengan
pusat
titik
S = (3 ≤ dbh < 8
cm)
A= (8 ≤ dbh < 15
cm)
B= (15 ≤ dbh 23 cm)
kuadran. Selain itu diukur pula jarak
L = Luas seluruh plot sample
Selanjutnya
dihitung
produktivitas
menggunakan
pakan
antara pohon terdekat dengan titik pusat
yang
kuadran. Pengukuran pohon dilakukan
rumus
berdasarkan kriteria dari S s/d H.
dikemukakan Soekotjo (1978), yaitu :
Produktivitas=
Produksi biomassa seluruh kawasan(rata−ratatiap PUP)
Interval waktu pengamatan(14 hari)
Produktivitas Pakan
Untuk
pengambilan
data
produktivitas pakan, dilakukan dengan
menggunakan
petak
ukur
permanen
Gambar 3. Plot Metode Kuadran
(PUP) berukuran 1x1 m (untuk rumput),
2x2
m
(untuk
tumbuhan
bawah)
(Gambar 2.). Petak ukur berjumlah 5 plot
diletakkan
tersebar
mewakili
kondisi
petak. Data yang diambil berupa ;
1. Jenis
tumbuhan
(rumput
dan
individu
(rumput
dan
tumbuhan bawah dilakukan pada
Protocol Sampling dengan menggunakan
tumbuhan bawah)
3. Memanen
dan vertical) dan ketebalan semak.
Metode pengambilan data kepadatan
tumbuhan bawah)
2. Jumlah
Data penutupan vegetasi (horizontal
tumbuhan
yang
dan dibawa.
ada alat density board. Protocol Sampling ini
berbentuk lingkaran dengan jari - jari
11,3 meter dengan empat arah mata
angin (Gambar 4.). Pengamatan
pentupan vegetasi horizontal dapat
dibantu dengan menggunakan alat
Gambar 2. PUP untuk produktivitas pakan
Kerapatan
Semak
dan
(Noon,
1981
dalam
papan catur.
Tumbuhan Sosial
Bawah
Dapat dihitung dengan menggunakan
rumus
density board yang berbentuk seperti
Hutomo,
Pengambilan data sosial dilakukan
dengan
menggunakan
kuisioner
atau
2004) :
lembar
10000
D=Ix
H
pertanyaan
ditujukan
kepada masyarakat sekitar hutan dan
D = kerapatan semak dan tumbuhan bawah
masyarakat
per Ha
I = jumlah semak dan tumbuhan bawah
hidupnya
yang tersentuh tongkat.
H = lebar tongkat (1 m) dikalikan panjang
Data biotik
Pengambilan
yang
di
Wanagama
dukungan
I
menggantungkan
Hutan
Pendidikan
untuk
mengetahui
dari
masyarakat
17
pertanyaan utama dan 13 pertanyaan
transek (2 x 22,6 m).
yang
pendukung.
data
Faktor
biotik HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan pada plot Protocol Sampling
Luas Hutan Pendidikan Wanagama I
seperti
,
Tabung
okuler
untuk
adalah 559,7 ha yang terbagi ke dalam 8
pengamatan penutupan vegetasi vertical
petak. Sedangkan dari 8 petak tersebut
dan (b) density board untuk pengamatan
yang dijadikan penelitian ada 7 petak.
penutupan vegetasi horizontal
Dari masing-masing petak tersebut
dibuat 3 pellet count, yang digunakan
untuk menghitung jejak kotoran. Setelah
14 hari kemudian dari pellet count yang
dibuat di semua petak hanya ditemukan
6 onggokan rusa. Dari hasil perhitungan
Gambar 4 . Protocol sampling
estimasi jumlah rusa dapat diperkirakan
Air
Air
jumlah
dibutuhkan
dalam
rusa
yang
ada
di
Hutan
proses Pendidikan Wanagama I sebanyak 5
metabolisme tubuh satwa. Kebanyakan
ekor.
satwa
air
kemungkinan akibat ketidak sesuaian
air
data yang diperoleh dengan teori yang
tubuhnya
mencukupi
dengan
kebutuhan
minum
Banyak
sekali
kemungkinan-
permukaaan (surface water). Kebutuhan ada tersebut, misalnya seperti kurang
satwa akan air bervariasi, ada yang
ketelitiannya pengamat saat mencari
tergantung air, ada juga yang tidak . kotoran
rusa
pada
metode
transek
Sumber air di wanagama I melimpah
jelajah sehingga terjadi kesalahan dalam
dengan dilihat dari lokasnya.
pemilihan lokasi peletakan pellet count
dan faktor human error lainnya pun
sangat
mungkin
terjadi.
Untuk
kedepannya, diaharapkan hal ini bisa
diatasi dengan terlebih dahulu mencari
informasi
kepada
warga
setempat
dimana spot-spot yang paling sering
terjadi perjumpaan antara warga dengan
rusa
Faktor habitat yang mendukung berupa pakan karena merupakan salah satu faktor pendukung habitat ya
Setiawan (2004), setiap individu rusa membutuhkan pakan kurang lebih 10% dari berat badannya, sedang
produktivitas pakan rumput dan tumbuhan bawah,
Tabel. Produktivitas Rumput
No
.
Jenis
5
Kolonjono (Panicum
muticum)
Rumput Gajah (Pennisetum
purpureum)
Rumput Grinting (Cynodon
Dactylon)
Rumput Jarum
(Chrysopogon aciculata)
Rumput Teki (Cyperus
rotundus)
6
Waderan (Isachne globosa)
1
2
3
4
Jumlah Tumbuhan
Tabel. Produktivitas
N
o.
1
Jenis
Kupu-kupu (Bauhinia
purpurea)
Berat
Kering
(Gram)
164.499
3.704
8.104
1.360
3.024
14.527
195.21
8
Bawah
Berat
Kering
(Gram)
2.664
Produksi
Biomassa
(Kg)
28199.889
Produktivitas
Pakan
Kg/Har
Ton/Tah
i
un
2014.2
735.211
78
635.057
45.361
16.557
1389.287
99.235
36.221
233.066
16.648
6.076
518.349
37.025
13.514
2490.314
33465.96
2
Produksi
Biomassa
(Kg)
114.178
177.88
0
2390.
426
64.926
872.50
5
Produktivitas
Pakan
Kg/H
Ton/Tah
ari
un
8.15
2.977
6
Jarong (Stachytarpheta
mutabilis)
Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.)
2
3
4
1.944
5
6
Rambatan
2.325
habitat
83.296
314.638
7.342
Jumlah
Faktor
254.458
5.937
Kacang-kacangan
Kerinyu (Eupatorium
odoratum L.)
99.643
21.004
selanjutnya
2.42
5
18.1
76
5.95
0
22.4
74
7.11
7
64.2
97
33.947
0.792
900.159
yaitu berbagai
0.885
6.634
2.172
8.203
2.598
23.468
tingakatan
hidup
pohon.
ketersediaan ruang bagi Rusa Jawa di
Vegetasi tersebut digunakan oleh rusa
Hutan Pendidikan Wanagama I diperoleh
jawa
dari pembagian luas Hutan Pendidikan
gangguan cuaca dan kondisi habitat
Wanagama I dengan jumlah estimasi
yang
populasinya.
Berdasarkan
Dari
hasil
perhitungan,
sebagai
pelindung
kurang
(cover)
dari
menguntungkan.
hasil
analisis,
diperoleh
ketersediaan ruang bagi Rusa Jawa di
rata- rata tutupan tajuk 54.86 % dan
Hutan Pendidikan Wanagama I adalah 30
tutupan bawah 64.19 %. Hal ini berarti
ha, dengan
home range untuk setiap
bahwa tutupan vegetasi sesuai dengan
individu sebesar 6 hektar. Berdasarkan
literatur dari Djuwantoko (2003) bahwa
hasil
rusa memanfaatkan kawasan dengan
estimasi
populasi
individu Rusa Jawa,
Wanagama I
terdapat
5
Hutan Pendidikan
penutupan dan kerapatan
tumbuhan
memiliki ruang (space) yang relatif tinggi seperti di sekitar
untuk seluruh Rusa Jawa tersebut adalah
sungai atau anak sungai.
30 hektar, sedangkan luas keseluruhan
Begitu pun sumber ketersediaan air
Hutan Pendidikan Wanagama I adalah
merupakan salah satu komponen habitat
599,7 hektar. Menurut Syarief (1974) di
yang sangat dibutuhkan oleh Rusa Jawa
alam bebas Rusa Jawa lebih menyukai
di
padang rumput atau savanna kering
bersumber
untuk mencari makan, sedangkan hutan
melewati semua petak di Wanagama I
dan
serta
semak
yang
rapat
digunakan
Hutan
Pendidikan
dari
Wanagama
Sungai
mengalir
Oyo
sepanjang
tahun.
Menurut
berlindung dari musuhnya. Oleh karena
Setiawan (2004), kebutuhan air harian
itu,
Rusa
Pendidikan
Wanagama
I
Jawa
tidak
(1999)
yang
sebagai tempat istirahat atau tempat
Hutan
Bheekhee
I
kurang
dalam
dari
3
menyediakan ruang yang luas bagi Rusa
liter/individu. Sehingga dalam satu tahun
Jawa, dan Hutan Pendidikan Wanagama I
Rusa Jawa dapat mengkonsumsi air tidak
masih
memungkinkan
untuk
ada kurang dari 1095 liter/tahun. Sungai Oyo
penambahan populasi Rusa Jawa dari
yang mengalir sepanjang tahun dapat
program
menyediakan
restorasi
tetapi
perlu
lebih
dari
kebutuhan
memperhatikan pula daya dukung pakan
tersebut dan dapat dimanfaatkan oleh
yang tersedia.
Pelindung (cover) merupakan salah
Rusa Jawa untuk memenuhi kebutuhan
air sepanjang tahun.
satu dari komponen habitat secara fisik
Salah satu aspek yang menentukan
yang dibutuhkan oleh Rusa Jawa untuk
berlindung dari cuaca, predator atau
layak
kondisi
dan
Wanagama I sebagai lokasi restorasi
Pendidikan
Rusa Jawa adalah ditinjau dari aspek
Pendidikan
sosial.
Total
Wanagama I memiliki berbagai macam
adalah
sebanyak
karakteristik vegetasi berupa penutupan
wawancara terdiri dari 17 pertanyaan
vegetasi yang dapat digunakan sebagai
utama dan 13 pertanyaan pelengkap.
yang
lebih
menguntungkan
Wanagama
di
I.
baik
Hutan
Hutan
tidaknya
Hutan
Pendidikan
keseluruhan
150
responden
orang.
Materi
Pendidikan Dari hasil wawancara, diketahui bahwa
Wanagama I memiliki berbagai macam mayoritas penduduk yang ada di sekitar
hutan merupakan penduduk asli dan
karakteristik vegetasi dari
pelindung
(cover).
Hutan
bekerja sebagai
petani,
sehingga
aktivitas
sering
dilakukan
yaitu
mencari
rumput.
Sebagian
besar
masyarakat
sudah
mengetahui
tentang
keberadaan
rusa
Wanagama
I
langsung.
bertani
yang
di
ataupun
Hutan
bahkan
Masyarakat
juga
Pendidikan
melihat
pada
secara
umumnya
sedangkan
27,27%
lainnya
tidak
setuju. Sehingga dari aspek sosial,
dapat
dikatakan
Pendidikan
bahwa
Wanagama
Hutan
I
layak
sebagai lokasi restorasi Rusa Jawa
(Cervus timorensis).
Permasalahan utama yang dialami
hanya mengetahui secara general bahwa
para
ada rusa yang dilepasliarkan di Hutan
kegiatan restorasi Rusa Jawa adalah
Pendidikan Wanagama I, namun mereka
homerange Rusa Jawa yang seringkali
belum
overlap dengan lokasi agroforestry
begitu
tahu
mengenai
kegiatan
penduduk
akibat
adanya
restorasi Rusa Jawa yang ada. Pengetahuan
dan
masyarakat hanya berada pada batasan
Masyarakat sering mengeluh akibat
bahwa
tanaman
Rusa
Jawa
yang
sekarang
juga
pemukiman
palawija
penduduk.
yang
mereka
dilepasliarkan, dulunya merupakan Rusa
tanam sering dirusak oleh Rusa Jawa.
Jawa yang berada di lokasi penangkaran.
Sebenarnya
Selain mengetahui secara langsung, para
karena lahan yang menjadi tempat
penduduk
informasi
tumbuh pakan rusa dialihkan menjadi
terkait keberadaan Rusa Jawa dari beberapa
tanaman pertanian sehingga Rusa
sumber diantaranya adalah dari pengelola
Jawa
Hutan Pendidikan Wanagama I dan juga dari
pertanian
penduduk lain.
seringkali
juga
memperoleh
1. Apakah Anda setuju diadakannya restorasi rusa jawa di hutan Wanagama?
hal
akan
ini
dapat
memakan
tersebut.
tanaman
Rusa
merusak
perkebunan
terjadi
Jawa
tanaman
penduduk
baik
yang
berada di lokasi agroforestry maupun
yang berada di luar Hutan Pendidikan
Tahu; 28%
Wanagama I. Kebanyakan penduduk
menjumpai Rusa Jawa ketika mereka
Tidak tahu; 72%
sedang
melakukan
pertanian
atau
kegiatan
mencari
rumput.
Luasan yang dirusak oleh Rusa Jawa
sendiri
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan
bahwa
masyarakat
Pendidikan
Wanagama
di
sekitar
I
setuju
Hutan
dengan
adanya kegitan restorasi Rusa Jawa, namun
masyarakat meminta agar pengelolaannya
lebih
ditingkatkan.
Sehingga
tidak
merugikan masyarakat sekitar hutan. Hal ini
dibuktikan dengan hasil analisis sosial yang
menunjukkan
72,73%
responden
dengan kegiatan restorasi,
setuju
tidak
pasti,
tergantung
dengan lokasi yang mereka lalui.
Umumnya
Rusa
Jawa
merusak
tanaman penduduk pada saat musim
panen
tiba.
Tanaman
perkebunan
yang dirusak merupakan tanaman
jenis
kacang-kacangan,
jagung,
ketela, dan juga rumput kalanjana.
Sehingga sebagian besar responden
(71%)
meminta
pemagaran
untuk
untuk
dilakukan
menghindari
perusakan lahan pertanian oleh rusa.
Dari
74%
responden
bahwa tindakan
mengatakan
yang mereka lakukan ketika melihat
Rusa
Jawa
adalah
membiarkannya,
sedangkan 16% lainnya menangkap dan
memanfaatkan hasilnya, 10% melapor
Ruang : ketersediaan ruang bagi
Rusa Jawa di Hutan Pendidikan
Wanagama I adalah 30 ha.
3. Masyarakat
di
sekitar
Hutan
pada pihak Hutan Pendidikan Wanagama
Pendidikan Wanagama I mendukung
I. Adanya tindakan berburu menunjukkan
dengan adanya program restorasi
kurangnya
Rusa Jawa.
sekitar
pengetahuan
hutan
penduduk
mengenai
keberadaan
Rusa Jawa sebagai salah satu spesies
yang dilindung. Untuk itu, masih perlu
dilakukan
restorasi
sosialisasi
yang
terkait
ada
oleh
kegiatan
pemerintah
maupun pengelola setempat.
SARAN
1. Diperlukan
suatu
penambahan
tindakan
jumlah
rusa
dan
monitoring yang intensif terhadap
Rusa
Jawa
di
Hutan
Pendidikan
Wanagama I.
KESIMPULAN
2. Diperlukan suatu penyuluhan dari
Hutan Pendidikan Wanagama I layak
dikatakan
sebagai
kawasan
restorasi
pihak
pengelola agar masyarakat
mengetahui program restorasi dan
Rusa Jawa di tinjau dari 3 aspek penting
meningkatakan
yaitu :
masyarakat
1. Terdapat
Populasi
Rusa
Jawa
di
Hutan Pendidikan Wanagama I .
peestarian
Rusa
mendukung
dari :
tersebut
Pakan
:
Mampu
menyediakan
Jawa
peran
seta
serta
3. Dilakukan
program
restorasi
pemagaran
dengan
pakan bagi rusa dengan rincian :
tanaman tertentu agar rusa tidak
rumput sebesar 2390,426 Kg/hari
keluar kawasan Hutan Wanagama I
dan
tumbuhan
64,297
Kg/hari
pakan
Rusa
bawah
dari
Jawa
sebesar
kebutuhan
sebesar
6
kg/hari/individu.
upaya
masyarakat dalam membantu dan
Pendidikan Wanagama I baik ditinjau
terhadap
meningkatkan
2. Kondisi komponen habitat di Hutan
kesadaran
Air : Terdapat Sungai Oyo yang
4. Penyebaran
pakan
kesukaan
(
feeding ground ) Rusa Jawa di setiap
petak Hutan Wanagama I agar rusa
tidak terpusat disuatu petak.
5. Untuk
penelitian
selanjutnya,
menyediakan kebutuhan air Rusa
diharapkan peneliti lebih teliti dalam
Jawa sepanjang tahun.
mengambil data, sehingga data yang
Pelindung
(cover)
:
Penutupan
diperoleh lebih representatif.
tajuk dan penutupan bawah Hutan
Pendidikan Wanagama I mampu
DAFTAR PUSTAKA
menyediakan pelindung bagi Rusa
Alikodra, H. S., 1990. Pengelolaan Satwa
Liar jilid I. Departemen Pendidikan
Jawa.
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan
Tinggi
Universitas
Ilmu
Pusat
Hayat.
Antar
Institut
Pertanian Bogor.
Anonim. 1988. Master Plan Wanagama I
sebagai
Sarana
Tanaman
Penunjang
Industri
Departemen
Wanagama
(HTI).
Hutan
Buku
Kehutanan
I.
Fakultas
I.
dan
Kehutanan
UGM. Yogyakarta.
(Bubalus
Ouwens)
Lindu,
di
(anoa)
Taman
Sulawesi
quarlesi,
Nasional
Tengah.
Lore
Skripsi.
Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Tidak dipublikasikan.
Heru, S. 2004. Studi Pakan Rusa Jawa
Arief, Arifin. 2001. Hutan dan Kehutanan.
Yogyakarta: Kanisius.
Arimurti,
Gunung
Dewayanti.
(Cervus
Rusa
1999.
Studi
timorensis)
Stasiun
Kabupaten
di
Penagkaran
Flora
Fauna
Bunder
Gunung
Kidul.
Skripsi.
Perilaku Makan Rusa Jawa (Cervus
Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
timorensis
Tidak dipublikasikan.
sedang
Blainville)
dalam
Masa
Betina
yang
Menyusui
di
Muller-Dumbois and H. Ellenberg. 1974.
Penangkaran Ranca Upas Bandung.
Aims
Skripsi. Fakultas Biologi Universitas
Ecology. New York: John Wiley & Sons.
Atmajaya. Yogyakarta.
and
Nugroho,
A.
Methods
D. 1992.
of
Vegetation
Studi Ekologi
Asianto. 1998. Perilaku Sosial Rusa Jawa
Makan Rusa Jawa (Cervus timorensis
di Penagkaran Wanawisata Waluya
russa Mul. And Schl.1844) pada Musim
Karangkates
Kemarau di Taman Nasional Baluran.
Skripsi.
Malang
Fakultas
Jawa
Timur.
Kehutanan
UGM.
Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.
Awang, S.A., 2007. Buku Ajar Sosiologi
Skripsi.
Fakultas
Kehutanan
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
tidak dipublikasikan.
Kehutanan dan Lingkungan. Fakultas
Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Dewi.
A.
S.,
2006.
Notoprianto, D. 2000. Studi Jenis Pakan
Studi
Tingkat
dan Kebutuhan Pakan Rusa Jawa di
Kerusakan oleh Rusa Jawa (Cervus
Penagkaran
timorensis) di Sekitar Petak 5 Hutan
Monumen
Wanagama I Kabupaten Gunungkidul.
Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Skripsi.
Fakultas
Tidak dipublikasikan.
Universitas
Gadjah
Kehutanan
Mada
Hutan Wanagama I Dalam Penyediaan
Rusa
timorenses).
Jawa
Fakultas
-
Biologi
Penangkaran Milik Perhutani. Tesis.
sebagai
UAJY
Palguna, H. 1998. Pola Perilaku Rusa
Kehutanan
Program Studi Ilmu Kehutanan Jurusan
Hewan
Ternak. Makalah Seminar Latih Rusa.
BKSDA
Press. Yogyakarta.
Jawa (Cervus timorensis) di Beberapa
Dradjat, A.S. 2002. Potensi Biologi dan
Rusa
Skripsi.
(Cervus
Uaiversitas Gadjah Mada. pp 38.
Reproduksi
Ngawi.
Edisi Ketiga. Gadjah Mada University
Djuwantoko, dan Subeno. 2003. Peranan
Bagi
Suryo
Wanawisata
(UGM). Odum, E. P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi.
Yogyakarta. Tidak dipublikasikan
Pakan
Rusa
–
Ilmu-Ilmu
Pertanian
UGM.
Pasca
Yogyakarta.
Sarjana
Tidak
dipublikasikan.
Fakultas Santoso, Adji D., 2002. Satwa Harapan
Kehutanan – LSKHL. Yogyakarta
(Rusa Indonesia). Mataram University
Foead, Nazir. 1992. Studi Habitat dan
Pakan Anoa
Press. Mataram.
Samingan, T. 1976. Analisis vegetasi.
Diktat Sekolah
Pasca
Sarjana
IPB,
Bogor.
Tidak
diterbitkan.
Soesetyo,
Setiawan, H. 2004. Studi Pakan Rusa
Jawa (Cervus
timorensis
1980.
Padang
Penggembalaan. Fakultas Peternakan
IPB.
Mull.
Penangkaran
Fauna
S.
Rusa
&
Stasiun
Bunder
Gunungkidul.
dipublikasikan.
Schl.)
di
Subeno dan Nurvianto S., 2011. Buku
Flora
Ajar Dasar-Dasar Pengelolaan Satwa
Kabupaten
Skripsi-tidak
Fakultas
Liar.
Fakultas
Kehutanan
UGM.
Yogyakarta.
Kehutanan Supratmo, Harun. 2006. Home Range
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Schroder, T.O., 1976. Deer in Indonesia,
Dan Kelimpahan Rusa Jawa (Cervus
timorensis).
[Skripsi].
Fakultas
Agrioultural
University
Wageningen
Netherlands
Nature
Conservation
Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Tidak dipublikasikan.
Departement; Report nr : 314 LH-NB Trippensee,
75/76 -11, Wageningen, Netherland.
R.E.
Management
1948.
Upland
Wildlife
Game
and
Sidik, B. S., 1995. Studi Daya Dukung
General Prinsiples. Vol 1. New York,
Lapangan Rumput Istana Bogor Untuk
Toronto, London: Mc. Graw-Hill Book
Populasi Rusa Totol. Skripsi. Fakultas
Company.
Kehutanan
UGM. Yogyakarta. Tidak Wibowo, Wahyu Tri. 2006. Karakteristik
dipublikasikan.
SK Mentri Kehutanan RI No. 301/KptsII/1991
Habitat
&
Komposisi
Vegetasi
Pelindung Rusa Jawa di
Wanagama I, Kabupaten Gunung Kidul.
[Skripsi].
Fakultas
Universitas
Gadjah
dipublikasikan.
Kehutanan
Mada.
Tidak