Hubungan Kadar Netrofil Dalam Darah Dengan Derajat Berat Kelumpuhan Pasien Stroke Iskemik Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta

HUBUNGAN KADAR NETROFIL DALAM DARAH DENGAN DERAJAT

  

BERAT KELUMPUHAN PASIEN STROKE ISKEMIK

DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran NURSANTI SETIANADEWI G 0008231 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta

  PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan Kadar Netrofil dalam Darah dengan Derajat Berat Kelumpuhan Pasien Stroke Iskemik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

  Nursanti Setianadewi, NIM : G0008231, Tahun : 2011 Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Dewan Penguji Skripsi

  Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari Kamis, Tanggal 1 Desember 2011

  Pembimbing Utama

  Diah Kurnia M., dr., Sp.S NIP. 19680707 200312 2 001 (...................................)

  Pembimbing Pendamping

  FX. Soetedjo, dr., Sp.S (K) NIP. 19500303 197609 1 001 (..................................) Risono, dr., Sp.S (K) NIP. 1941111 197619 1 001 (..................................)

  Anggota Penguji

  Ruben Dharmawan, dr., Ir., Sp.ParK., Ph.D NIP. 19511120 198601 1 001 (..................................)

  Surakarta, 6 Desember 2011 Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

  Prof. Dr. Zaenal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM Muthmainah, dr., M.Kes

  

PERNYATAAN

  Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

  Surakarta, 21 November 2011 Nursanti Setianadewi

  NIM. G0008231

  

ABSTRAK

Nursanti Setianadewi, G0008231, 2011 Hubungan Kadar Netrofil dalam Darah

  dengan Derajat Berat Kelumpuhan Pasien Stroke Iskemik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

  

Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan antara kadar netrofil dalam darah

  dengan derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

  

Metode Penelitian: Penelitian analitik observasional dengan pendekatan studi

cross sectional . Populasi sasaran adalah pasien stroke iskemik di Unit Rawat Inap

  Bagian Saraf RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Populasi sumber adalah pasien stroke iskemik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Sampel dipilih dengan teknik “simple random sampling”. Variabel terikat adalah derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik. Variabel bebas adalah kadar netrofil dalam darah. Data dianalisis dengan model analisis Chi Square, menggunakan program statistik SPSS versi 17.

  2 Hasil Penelitian: Uji statistik menggunakan Chi Square dengan X hitung =

  2

  6.607, sedangkan X tabel = 3.841 menunjukkan bahwa hipotesis nihil (H ) ditolak dan hipotesis kerja (H

  1 ) diterima dengan taraf signifikansi a = 0.05. Hasil

  analisis data menggunakan program SPSS versi 17 p = 0.000 berarti ada hubungan antara kadar netrofil dalam darah dengan derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik. Hasil perhitungan OR @ 8.75.

  

Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan kuat antara kadar netrofil dalam darah

dengan derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik.

  Kata kunci : kadar netrofil, derajat berat kelumpuhan.

  ABSTRACT

Nursanti Setianadewi, G0008231, 2011. The Relation of Neutrophil Blood Level

  with Impairment Severity Outcome of Ischemic Stroke Patient in Dr. Moewardi Hospital Surakarta.

  

Objectives: This research is aims to know the relation between neutrophil blood

level with impairment severity outcome of ischemic stroke patient at Dr.

  Moewardi Hospital Surakarta.

  

Methods: This study was analytic by using cross-sectional design. The target

  population was ischemic stroke patient of hospitalization care of Dr. Moewardi Hospital Surakarta . The source population was ischemic stroke patient of Dr. Moewardi Hospital Surakarta. The sample was chosen by “simple random sampling” technique. The dependent variable was impairment severity outcome. The independent variable was neutrophil blood level. The data was analyzed by using chi square model, run on SPSS version 17. ………………………………………….

  2

  2 Results : From the data analysis, we got X = 6.607 and X table = 3.841. So, the

  conclusion was H accepted and H rejected with a = 0,05. From the data analysis

  1

  with SPSS version 17 got p = 0.000, it showed a significant mean relation between neutrophil blood level with impairment severity outcome of ischemic stroke patient. Value of OR @ 8.75. impairment severity outcome of ischemic stroke patient.

  Key words : neutrophil level, impairment severity outcome.

  PRAKATA

  Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan taufik, hidayah, dan kekuatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Hubungan antara Kadar Netrofil dalam Darah dengan Derajat Berat Kelumpuhan Pasien Stroke Iskemik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”.

  Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

  2. Prof. Dr. AA Subijanto, dr., MS selaku mantan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

  3. Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

  4. Diah Kurnia M., dr., Sp.S selaku Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat.

  5. FX. Soetedjo, dr., Sp.S (K) selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat.

  6. Risono, dr., Sp.S (K) selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan dan nasehat.

  7. Ruben Dharmawan, dr., Ir., Sp.ParK., Ph.D selaku Anggota Penguji yang telah memberikan bimbingan dan nasehat.

  8. Kedua orang tua, kakak serta seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moral, material, serta senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini.

  9. Shaumy, Abiseka, Ayu, Ira serta teman-teman kelompok A9 yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

  10. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu, saran dan kritik membangun sangat penulis harapkan dan semoga penelitian ini dapat bermanfaat.

  Surakarta, 21 November 2011 Nursanti Setianadewi

  

DAFTAR ISI

  PRAKATA ............................................................................................................ vi DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah .....................................................................

  1 B. Perumusan Masalah ............................................................................

  3 C. Tujuan Penelitian ................................................................................

  4 D. Manfaat Penelitian ..............................................................................

  4 BAB II. LANDASAN TEORI ..............................................................................

  5 A. Tinjauan Pustaka ................................................................................

  5 1. Stroke Iskemik ................................................................................

  5

  2. Netrofil ............................................................................................ 13

  3. Suhu Tubuh...................................................................................... 14

  4. Kelumpuhan Pasien Stroke Iskemik ............................................... 17

  5. Hubungan Kadar Netrofil dalam Darah terhadap Kelumpuhan Pasien Stroke Iskemik ............................................. 19

  B. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 20

  C. Hipotesis ............................................................................................. 20

  BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 21 A. Jenis Penelitian............................................................................... 21 B. Lokasi Penelitian............................................................................ 21 C. Subjek Penelitian .......................................................................... 21 D. Teknik Sampling ........................................................................... 22 E. Identifikasi Variabel Penelitian..................................................... 23 F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................... 23 G. Alur Penelitian .............................................................................. 25 H. Instrumen Penelitian ..................................................................... 25 I. Teknik Analisis Data..................................................................... 26 BAB IV. HASIL PENELITIAN ........................................................................... 27 A. Karakteristik Sampel ........................................................................ 27 B. Uji Statistik ...................................................................................... 29 BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 35 A. Simpulan .......................................................................................... 35 B. Saran ................................................................................................ 35 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Sampel Menurut Usia ....................................................... 27 Tabel 2. Karakteristik Sampel Menurut Jenis Kelamin ....................................... 28 Tabel 3. Karakteristik Sampel Menurut Kadar Netrofil dalam Darah ................. 28 Tabel 4. Karakteristik Sampel Menurut Derajat Kelumpuhan ............................. 28 Tabel 5. Hubungan Kadar Netrofil dalam Darah dengan Derajat

  Berat Kelumpuhan ................................................................................. 29

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 20Gambar 3.1 Alur Penelitian ................................................................................. 25

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari FK UNS Lampiran 2. Bukti Penelitian Lampiran 3. Data Hasil Penelitian Lampiran 4. Hasil Analisis Chi Square

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling lazim di Amerika Serikat setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker di mana setiap

  tahunnya terdapat hampir 500.000 penderita stroke baru, sekitar 200.000 berakibat fatal (Bonita dan Beaglehole, 1993; Garison dan Rolak, 1993; Roth dan Harvey, 1996). Di Amerika Serikat, 29,6 % dari keseluruhan penderita stroke terdapat pada orang-orang yang berumur kurang dari 65 tahun, 25,9 % menimpa orang-orang yang berumur antara 45 - 65 tahun. Sebagaimana diketahui bahwa kelompok orang-orang usia ini adalah masa-masa puncak dan masyarakat (Black-Schaaffer dan Osberg, 1990).

  Insiden stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu dan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung koroner dan penyakit kanker. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan duapertiga stroke sekarang terjadi di negara-negara berkembang. Secara global sekitar 80 juta orang menderita akibat stroke, terdapat sekitar 10 juta korban stroke baru setiap tahun, di mana sekitar 5 juta di antaranya meninggal dalam 12 bulan setelah stroke, sepertiga lainnya mengalami cacat permanen dengan berbagai tingkatan dan sepertiga memperoleh kembali kemandiriannya. Risiko kematian stroke sekitar 20 % untuk stroke iskemik, 40 – 70 % untuk stroke perdarahan (Feigin, 2006).

  Di Indonesia, menurut SKRT tahun 1995, stroke termasuk penyebab kematian utama dengan 3 per 1000 penduduk menderita penyakit stroke dan jantung iskemik. Secara umum, 85 % kejadian stroke adalah stroke oklusif dan 15 % adalah stroke hemoragik (Ikawati, 2009). Pada tahun 2010, di bagian Rawat Jalan Poli Saraf RSUD Dr. Moewardi Surakarta, stroke merupakan urutan pertama sebanyak 2.194 orang (25 %) dari total pasien yang dirawat (10.121 orang).

  Sepertiga penderita stroke meninggal saat serangan stroke (fase akut), sepertiga lagi mengalami stroke berulang dan dari 50 persen yang selamat akan mengalami kecacatan (Rudiyono, 2004) sehingga mengganggu kualitas hidup. Secara umum hal ini akan mempengaruhi tenaga kerja, dan iskemik beberapa hari pertama serangan stroke adalah sangat penting karena ada kemungkinan masih merupakan suatu stroke yang sedang berkembang (stroke in evolution). Keadaan tersebut merupakan kesempatan yang harus dimanfaatkan karena masih ada kemungkinan bagi jaringan otak yang iskemik di daerah penumbra (daerah di sekeliling di luar daerah core/pusat infark yang secara fungsional terganggu, tetapi secara struktural masih intak, sehingga masih reversible) untuk kembali berfungsi normal, sehingga perluasan infark dapat dicegah (Lees, 1998 dan Fisher, 1999).

  Beberapa peneliti melaporkan berbagai penemuan yang berhubungan dengan terjadinya mekanisme kerusakan serebral setelah terjadi iskemia jaringan. Respon inflamatorik pada stroke iskemik merupakan suatu proses penting yang mempengaruhi perjalanan stroke pada fase akut. Unsur inflamasi berupa unsur seluler, salah satunya seperti netrofil. Beberapa peneliti juga menyebutkan bahwa pada penderita stroke iskemik akut terdapat aktivasi netrofil yang memperberat kerusakan jaringan otak. Netrofil membawa superoksidan yang termasuk radikal bebas dan dapat mempengaruhi oksigenasi mitokondria. Lisosim dan superoksidan ini akan menyebabkan kerusakan sel neuron yang menetap yang kemudian akan menimbulkan infark serebri dan menyebabkan kelumpuhan pada anggota gerak ekstremitas atas ataupun bawah penderita (Fuerstein, 1997; Yamasaki, 1997; Fisher, 1999). kadar netrofil dalam darah dengan derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik.

B. Rumusan Masalah

  Apakah terdapat hubungan kadar netrofil dalam darah dengan derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik?

  C. Tujuan

  Untuk mengetahui hubungan kadar netrofil dalam darah dengan derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat teoritis: Sebagai sumbangan teori untuk menjelaskan adanya hubungan kadar netrofil dalam darah dengan derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik.

  2. Manfaat aplikatif: Sebagai masukan untuk dapat memberikan penatalaksanaan yang cepat dan tepat pada penderita stroke iskemik.

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Stroke Iskemik

  a. Batasan Stroke Definisi stroke menurut WHO Monica Project adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi cerebral baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan kematian, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskuler (Harsono, 2005).

  Sedangkan menurut Roth dan Harvey (1996), definisi stroke hilangnya kontrol motorik, perubahan sensasi, gangguan bahasa atau kognitif, dan disequilibrium atau koma karena cedera otak non- traumatik akibat dari oklusi atau rusaknya pembuluh darah serebral.

  b. Etiologi Stroke Iskemik Berdasarkan etiologinya, stroke iskemik dapat dibedakan menjadi stroke embolik dan stroke trombotik. Pada stroke trombotik terdapat oklusi di bagian arteri serebral yang mengalami trombosis. Pada stroke embolik penyumbatan disebabkan oleh suatu embolus yang dapat bersumber dari arteri serebral, karotis interna, vertebro basiler, arcus aorta ascenden, ataupun katup serta endokardium jantung yang mengalami trombosis (Sidharta dan Maedjono, 2000).

  c. Klasifikasi Stroke Iskemik Menurut Rachma (2000) perjalanan klinis stroke iskemik dapat dikelompokkkan menjadi:

  1) Transient Ischemic Attack (TIA) Merupakan suatu gangguan akut fungsi fokal serebral yang gejalanya dapatberlangsung kurang dari 24 jam dan disebabkan oleh trombus atau emboli. Di sini gejala neurologis yang timbul akan cepat menghilang, berlangsung dalambeberapa menit saja tetapi juga dapat berlangsung sampai satu hari penuh. 2) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)

  Di sini gejala neurologis akan menghilang dalam waktu sampai 21 hari.

  3) Progressing stroke atau yang dikenal dengan stroke in evolution Pada bentuk ini kelainan atau defisit neurologik yang timbul berlangsung bertahapdari yang bersifat ringan sampai berat. 4) Completed stroke

  Kelainan neurologis yang ada sifatnya sudah menetap dan tidak berkembang lagi. d. Faktor Risiko Stroke Iskemik Menurut Suharti (2006) ada beberapa faktor yang memudahkan timbulnya stroke. Secara garis besardikelompokkan menjadi:

  1) Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:

  a. Usia

  b. Jenis kelamin

  c. Herediter

  d. Ras/etnik 2) Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:

  a. Hipertensi

  b. Hiperkolesterol

  c. Penyakit jantung

  d. Diabetes melitus

  f. Transient ischemic attack

  g. Pengguna kontrasepsi oral

  h. Obesitas i. Riwayat stroke j. Peninggian kadar fibrinogen

  e. Patogenesis stroke iskemik Secara garis besar iskemia otak bisa disebabkan oleh tiga kelompok penyebabutama, yaitu permasalahan pada pembuluh darah

  (vaskuler), jantung dan komponen daridarah sendiri. Salah satu faktor penyebab yang penting dalam gangguanhemostasis vaskuler adalah aterosklerosis (Misbach, 1999).

  Iskemia otak terjadi akibat gangguan aliran darah otak sehingga menyebabkan neurondan sel-sel lain menderita akibat kekurangan glukosa dan oksigen. Bila aliran darah tidaksegera dikoreksidengan adekuat maka dapat menyebabkan kematian sel. Pola kematiansel tergantung pada berat ringannya proses iskemia yang terjadi (Misbach, 1999).

  f. Gejala dan Manifestasi Klinis Stroke Iskemik Gejala utama daripada stroke ialah timbulnya gangguan neurologi secara mendadak. Dan gangguan ini berasal dari jejas (lesi) di otak (Lumbantobing, 2007). Usaha mengenali tanda-tanda atau gejala stroke sangat penting untuk memastikan penderita mendapat (Wiryanto, 2004). Berikut ini beberapa gejala stroke: 1) Stroke Sementara (sembuh dalam beberapa menit/jam).

  a) Tiba-tiba sakit kepala b) Pusing dan bingung.

  c) Penglihatan kabur atau kehilangan ketajaman, terjadi pada satu atau dua mata.

  d) Kehilangan keseimbangan, lemah.

  e) Rasa tebal atau kesemutan pada satu sisi tubuh.

  2) Stroke Ringan (sembuh dalam beberapa minggu).

  a) Beberapa atau semua gejala di atas.

  b) Kelemahan atau kelumpuhan tangan atau kaki.

  c) Bicara tidak jelas. 3) Stroke Berat (sembuh dalam beberapa bulan atau tahun, tidak bisa sembuh total).

  a) Semua atau beberapa gejala stroke sementara dan ringan.

  b) Koma jangka pendek (kehilangan kesadaran).

  c) Kelemahan atau kelumpuhan tangan atau kaki.

  d) Bicara tidak jelas atau kehilangan kemampuan berbicara.

  e) Sukar menelan.

  f) Kehilangan kontrol terhadap pengeluaran air seni dan feses.

  g) Kehilangan daya ingat dan konsentrasi, perubahan perilaku. kliniknya tidak hanya terbatas pada masalah neurologik saja, tetapi juga berkaitan dengan masalah organ tubuh yang lain, yaitu:

  1) Perubahan fungsi neurologik akibat lesi serebral dan perluasan serta edema otak.

  2) Gangguan fungsi berbahasa berupa afasia, disatria, disfasia, dan disleksia.

  3) Gangguan perseptif karena hemianopsia, gangguan persepsi ruangan, gangguan mengidentifikasi benda, dan tidak mampu melakukan gerakan tertentu.

  4) Gangguan kardiovaskular berupa penyakit jantung, pembekuan thrombus, akibat sampingan terapi medikamentosa.

  5) Gangguan respirasi akibat obstruksi jalan nafas, lender atau sekresi yang sulit keluar, aspirasi, hambatan pertukaran gas atau udara atau kerusakan pada pusat pengatur respirasi, pneumonia atau atelektasis aspirasi atau immobilitas.

  6) Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit karena ketidakmampuan makan dan minum, penurunan kesadaran, sedangkan penurunan kemampuan membuka mulut serta turunnya refleks menelan akan menimbulkan kesulitan mengunyah dan menelan. 7) Integritas kulit dan mukosa terganggu oleh berbagai keadaan antara lain: immobilitas, gangguan sensorik, hygiene mulut dan 8) Gangguan fungsi usus dan vesica urinaria karena inkontinensia dan retensi urine serta infeksi traktus urinarius.

  9) Fungsi neuromuskular dapat terganggu karena terbatasnya gerakan sendi secara aktif dan pasif, deformitas kontraktur, kelemahan anggota gerak yang terkena kelumpuhan maupun yang tidak terkena. g. Diagnosis Stroke Iskemik Diagnosis stroke berdasar atas:

  1) Anamnesis:

  a) Terutama terjadinya keluhan atau gejala neurologik yang mendadak.

  b) Adanya faktor risiko Gangguan Peredaran Darah Otak.

  c) Tanpa trauma kepala. 2) Pemeriksaan Internus: a) Nadi, tensi.

  b) Pemeriksaan organ dalam.

  c) Ditemukan faktor risiko.

  d) Adanya defisit neurologis fokal. 3) Pemeriksaan Neuroradiologik: b) Saraf otak, sistem sensorik, sistem motorik.

  c) Reflek fisiologis dan patologis.

  d) Scan tomografi, membantu diagnosis dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase akut.

  e) Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu atau bila scan tidak jelas. f) Pemeriksaan liquor serebrospinalis, dapat membantu membedakan infark, perdarahan otak, baik Perdarahan Intra Serebral (PIS) maupun Perdarahan Sub Araknoidal (PSA). 4) Pemeriksaan Tambahan: a) Pemeriksaan laboratorium.

  b) Pungsi lumbal bila dicurigai perdarahan intraserebral.

  c) Komponen kimia darah, gas, elektrolit.

  d) Angiografi, EKG, CT-Scan. Pemeriksaan CT-Scan dilakukan setelah 24 jam serangan, karena iskemik atau infark baru terlihat CT-Scan setelah 24 jam, juga pada stroke perdarahan. CT-Scan ini merupakan Gold Standard dalam penentuan jenis stroke.

  h. Prognosis faktor. Usia pasien, penyebab stroke, dan kelainan yang lain berkaitan dengan akibat dari stroke juga mempengaruhi prognosisnya. Tidak kurang dari 80 % pasien stroke bertahan paling tidak satu bulan. Dan

  

survival rate 10 tahun di masyarakat tercatat 35 %. Pada pasien yang

  selamat setelah serangan akut sekitar 1/2 sampai dengan 2/3 memperoleh kembali fungsi normal (berdiri sendiri) dan sekitar 15 % memerlukan perawatan lebih lanjut.

  Pasien yang selamat setelah mendapat serangan akut memerlukan pengawasan dalam pengobatan, pengendalian berbagai faktor risiko dan perawatan pada waktu selanjutnya baik oleh keluarga pasien sendiri maupun pengobatnya supaya tidak terjadi serangan stroke ulang yang berakibat fatal.

  Penanganan penderita stroke iskemik beberapa hari pertama serangan stroke adalah sangat penting karena ada kemungkinan masih merupakan suatu stroke yang sedang berkembang (stroke in

  evolution ). Keadaan tersebut merupakan kesempatan yang harus

  dimanfaatkan karena masih ada kemungkinan bagi jaringan otak yang iskemik di daerah penumbra (daerah di sekeliling di luar daerah

  core /pusat infark yang secara fungsional terganggu, tetapi secara

  struktural masih intak, sehingga masih reversible) untuk kembali berfungsi normal, sehingga perluasan infark dapat dicegah (Lees, 1998; Fisher, 1999).

   Netrofil

  Netrofil adalah lekosit granuler yang memiliki nukleus tiga sampai lima lobus yang dihubungkan oleh benang kromatin dan sitoplasma yang mengandung granula yang sangat halus (Dorland, 2009).

  Netrofil terdiri sekitar 50 – 70 % dari jumlah sel darah putih (lekosit). Netrofil memegang peranan penting dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika patogen (mikroorganisme penyebab penyakit) memasuki tubuh, netrofil adalah fagosit pertama yang menyerang patogen tersebut. Netrofil juga melepaskan superoksida yang juga berperan dalam membunuh mikroba. Netrofil diproduksi di sumsum tulang. Netrofil yang sudah matang biasanya ditemukan dalam aliran darah. Namun, selama peradangan, netrofil bergerak menuju daerah yang terinfeksi dalam waktu satu jam dengan proses yang dikenal sebagai kemotaksis(Niki, 2003; J. Clin, 2007).

3. Suhu Tubuh

  Seperti banyak fungsi biologis lainnya, suhu tubuh manusia memperlihatkan irama sirkulasi. Mengenai batasan “normal”, terdapat beberapa pendapat yaitu, hipertermia: bila suhu badan > 37,2° C; normotermia: bila suhu badan > 36,1° C sampai

  ≤ 37,2° C; hipotermia: bila suhu badan < 36,1° C (Lotisna, et al., 2000). Umumnya berkisar antara 36,1° C atau lebih rendah pada dini hari sampai 37,4° C pada sore hari (Lukmanto, 1990). Atau 36,5 ± 0,7° C (Bennet, et al., 1996; Gelfand,

  

et al. , 1998). Lebih lanjut dijelaskan, suhu tubuh rata-rata orang sehat 36,8

  16.00. Suhu normal maksimum (oral) pada jam 06.00 adalah 37,2° C dan suhu normal maksimum pada jam 16.00 adalah 37,7° C. Dengan demikian, suhu tubuh > 37,2° C pada pagi hari dan > 37,7° C pada sore hari disebut demam (Gelfand, et al., 1998; Andreoli, et al., 1993; Lardo, 1999).

  Sebaliknya Bennet dan Plum (1996) mengatakan, demam (hipertermia) bila suhu > 37,2° C. Walaupun tidak ada batasan yang tegas, namun dikatakan bahwa apabila terdapat variasi suhu tubuh harian yang lebih 1- 1,5° C adalah abnormal. Suhu tubuh dapat diukur melalui rektal, oral atau aksila, dengan perbedaan kurang lebih 0,5 – 0,6° C, serta suhu rektal biasanya lebih tinggi (Andreoli, et al., 1993; Gelfand, et al., 1998).

  Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat pengatur suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang sudah ditentukan yang disebut hypothalamus thermal set point (Lukmanto, 1990; Gelfand dan Dinarello, 1998).

  Peningkatan suhu tubuh secara abnormal dapat terjadi dalam bentuk hipertermi dan demam. Pada hipertermi, mekanisme pengaturan suhu gagal, sehingga produksi panas melebihi pengeluaran panas. Sebaliknya, pada demam, hypothalamic thermal set point meningkat dan mekanisme pengaturan suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu tubuh ke suhu tertentu yang baru. Tingginya peningkatan suhu tubuh tidak dapat dipakai untuk membedakan hipertermi dengan demam. Perbedaan antara 1990).

  Pada proses iskemik, ada 3 daerah yang berbeda yaitu hemodinamik dan fungsi metabolik, yaitu 1) Daerah pusat iskemik, yang kemudian menjadi infark 2) Daerah perbatasan, di mana aliran darah dan metabolisme berfluktuasi antara kondisi buruk dan baik untuk kelangsungan hidup jaringan otak daerah ini dikenal sebagai penumbra iskemik 3) Daerah kolateral, di mana kelangsungan hidup jaringan otak dipertahankan (Welch dan Barkley, 1986).

  Di daerah pusat iskemik, aliran darahnya minimal atau nol, biasanya di bawah 10 ml/100 gr otak/menit.Pada daerah ini terjadi influks sodium dan air secara massive ke dalam sel, tidak ada oksigen yang dapat dipergunakan, dan pH yang sangat rendah oleh karena penimbunan asam laktat (Welch dan Barkley, 1986).

  Sedangkan di daerah perbatasan (penumbra iskemik), aliran darah berfluktuasi antara 15 ml/100 gr otak/menit, di mana terjadi gangguan elektrolit otak dan 10 ml/100 gr otak/menit, yaitu batas kritis terjadinya infark. Perfusi residual pada area ini mensuplai kebutuhan oksigen untuk mempertahankan konsentrasi ATP jaringan mendekati normal, tetapi oksigen tersebut tidak cukup untuk mempertahankan supaya konsentrasi kreatinin fosfat tetap tinggi dan laktat menjadi rendah.Keadaan hemodinamik dan metabolik penumbra iskemik ini tergantung pada yang terjadi selama perkembangan aliran kolateral atau resirkulasi (Welch dan Barkley, 1986). Dengan demikian, daerah penumbra iskemik merupakan daerah hipoperfusi yang secara fungsional terganggu, tetapi potensial untuk kembali (Wang et al., 2000).

  Ada kemungkinan bahwa suhu tubuh punya peran yang bermakna pada daerah penumbra ini. Hipotermi menurunkan cerebral metabolisme

  

rate sehingga mengurangi iskemik yang dipicu oleh timbunan laktat,

  sedangkan hipertermi meningkatkan metabolisme sehingga terjadi laktat asidosis yang mempercepat kematian neuron (neuronal injury) dan menambah adanya edema serebral (Wang et al., 2000).

4. Kelumpuhan Pasien Stroke Iskemik

  Lumpuh (paralisis) adalah kehilangan suatu gangguan fungsi motorik pada suatu bagian akibat lesi pada mekanisme saraf atau otot juga secara analogi merupakan gangguan fungsi sensorik (Dorland, 2009).

  Kelumpuhan Upper Motor Neuron (UMN) umumnya melanda sebelah tubuh sehingga dinamakan hemiparesis, hemiplegia atau hemiparalisis. Istilah paralisis atau plegia merujuk pada kehilangan total kontraktilitas otot. Sedangkan kehilangan kontraktilitas yang tidak total disebut paresis. Hemiplegia adalah kelumpuhan pada salah satu lengan dan kaki pada sisi yang sama. Di batang otak, daerah susunan piramidal dilintasi oleh akar saraf otak ke-3, ke-6, ke-7, dan ke-12, sehingga lesi hemiplegia yang melibatkan saraf otak secara khas dan dinamakan hemiplegia alternans. Sebagai contoh pada pupil yang melebar unilateral dan tidak bereaksi, menunjukkan adanya tekanan pada saraf ke-3.

  Lesi pada satu sisi atau hemilesi yang sering terjadi di otak jarang dijumpai pada medula spinalis, sehingga kelumpuhan UMN akibat lesi di medula spinalis umumnya berupa tetraplegia atau paraplegia.

  Kelumpuhan UMN dapat dibagi dalam: a. Hemiplegia akibat hemilesi di korteks motorik primer.

  b. Hemiplegia akibat hemilesi di kapsula interna. c. Hemiplegia alternans akibat hemilesi di batang otak, yang dapat dikategorikan dalam: 1) Sindrom hemiplegia alternans di mesensefalon 2) Sindrom hemiplegia alternans di pons 3) Sindrom hemiplegia alternans di medula spinalis

  d. Tetraplegia/kuadriplegia dan paraplegia akibat lesi di medula spinalis di atas tingkat konus.

  Pemeriksaan untuk menilai kekuatan otot ada dua cara, yaitu: 1) Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya dan pemeriksa menahan gerakan ini.

  2) Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien dan pasien disuruh menahan.

  Cara menilai kekuatan otot : 0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total.

  1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada persendiaan yang harus digerakkan oleh otot tersebut.

  2 : Didapatkan gerakan, tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat (gravitasi).

  3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat. 4 : Di samping dapat melawan gaya berat juga dapat pula mengatasi sedikit tahanan yang diberikan.

  5 : Tidak ada kelumpuhan (normal) (Lumbantobing, 2000).

5. Hubungan Kadar Netrofil dalam Darah terhadap Kelumpuhan Pasien Stroke Iskemik

  Pada stroke iskemik, terjadi kekurangan suplai darah ke suatu area di jaringan otak. Iskemia adalah keadaan di mana vaskularisasi ke suatu organ atau jaringan menjadi berkurang atau tidak ada. Keadaan ini dapat disebabkan karena bekuan darah, plak aterosklerosis, atau vasokonstriksi (Outlines, 1997).

  Aktivasi sel inflamasi seperti netrofil dan makrofag pada daerah iskemik menyebabkan kerusakan pasca iskemik lebih lanjut (Kohutnicka

  

et al. , 1998). Pada stadium awal dari proses iskemia, angiogenesis

  endogen terlihat menggantikan aliran darah ke area yang iskemik dengan pembentukan pembuluh darah kolateral. Pertumbuhan pembuluh darah kolateral hamper selalu dapat terlihat pada iskemia serebral. Pertumbuhan berkembang dengan bertambahnya waktu. Pada umumnya, daerah perifer dari fokus yang iskemik tampak menerima aliran darah yang cukup pada stadium awal dari iskemia. Sedangkan gangguan sirkulasi yang menetap di pusat fokus menyebabkan maturasi yang cepat dari infark (Suroto, 2001).

  Respon inflamatorik yang menyusul segera setelah terjadinya iskemia jaringan otak tadi akan sangat berpengaruh buruk terhadap berkembangnya infark jaringan otak. Efek dari netrofil dalam patogenesis kerusakan iskemik serebral akan menambah jumlah neuron yang mati (Fuerstein, et al., 1997; Yamasaki, et al., 1997; Fisher, 1999) dan akan memperluas infark serebri yang terjadi sehingga menyebabkan kelumpuhan pada anggota gerak ekstremitas atas ataupun bawah penderita.

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran C.

   Hipotesis

  Kadar netrofil dalam darah yang tinggi akan memperberat kelumpuhan pasien stroke iskemik.

  Gangguan vaskuler Iskemia serebral regional

  Respon inflamasi Peningkatan jumlah

  Netrofil dalam Darah Pembentukan Lisosim

  Peroksida (toksik) Kematian neuron

  Memperberat Infark serebri

  Paresis

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang akan dilakukan merupakan jenis penelitian analitik observasional dengan pendekatan studi cross sectional. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Unit Rawat Inap Bagian Saraf RSUD Dr. Moewardi Surakarta, selama bulan April-Mei 2011. C. Subjek Penelitian Moewardi Surakartayang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Pasien stroke iskemik fase akut.

  2. Pasien yang tidak pernah mengalami stroke sebelumnya.

  3. Pasien yang suhu badannya tidak panas (febris yaitu >37.2°C).

  4. Pasien yang tidak mengalami penurunan kesadaran.

D. Teknik Sampling

  Pengambilan sampel dalam penelitian ini akan dilakukan secara Simple

  

Random Sampling . Pemilihan subjek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat

  tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi (Taufiqqurahman, 2004).

  Penghitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut (Taufiqqurahman, 2004):

  뎸

  Keterangan: n : besar sampel p : perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti (prevalensi stroke di

  Indonesia 8,3 per 1000 penduduk (Hasnawati, et al., 2009)) q : 1-p (0,17) Zα : nilai statistic Zα pada kurve normal standar pada tingkat kemaknaan (1,96) d : presisi absolute yang dikehendaki pada kedua sisi proporsi populasi (0,05)

  Dengan menggunakan rumus di atas, maka sampel yang digunakan adalah sebesar: 1,96 0,83 0,17

  뎸 216,82 217 0,05

  Namun, perhitungan besar sampel pada penelitian ini melibatkan sebuah variabel dependen dan sebuah variabel independen dengan menggunakan patokan umum Rule of Thumb, yaitu digunakan ukuran sampel sebanyak minimal 30 pasien setelah dilakukan restriksi dengan kriteria yang telah ditentukan (Murti, 2006).

E. Identifikasi Variabel

  1. Variabel indipenden : kadar netrofil dalam darah

  2. Variabel dependen : derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik F.

   Definisi Operasional Variabel

  1. Kadar netrofil dalam darah Netrofil adalah lekosit granuler yang memiliki nukleus tiga sampai lima lobus yang dihubungkan oleh benang kromatin dan sitoplasma yang

  Netrofil terdiri sekitar 50 – 70 % dari jumlah sel darah putih(lekosit). Kadar Netrofil dalam Darah Tinggi : 70 % x 10.000 = > 7.000 Kadar Netrofil dalam Darah Tidak Tinggi : < 7.000

  Pengukuran kadar netrofil dalam darah dilakukan oleh tenaga ahli laboratorium klinik RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

  Skala pengukuran untuk variabel kadar netrofil dalam darah adalah

  ordinal sehingga sampel dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu

  kadar netrofil dalam darah tinggi dan kadar netrofil dalam darah tidak tinggi.

  2. Derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik Lumpuh (paralisis) adalah kehilangan suatu gangguan fungsi motorik pada suatu bagian akibat lesi pada mekanisme saraf atau otot juga secara analogi merupakan gangguan fungsi sensorik (Dorland, 2009).Kekuatan otot yang dinilai adalah otot pada lengan atas dan tungkai atas pasien stroke iskemik.

  Lumpuh Berat : skala penilaian kekuatan otot = 0,1,2 Lumpuh Ringan : skala penilaian kekuatan otot = 3,4,5-

  Penentuan diagnosis derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik dilakukan oleh dokter spesialis saraf yang merawat.

  Skala pengukuran untuk variabel beratnya kelumpuhan pasien stroke iskemik adalah ordinal sehingga sampel dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu lumpuh berat dan lumpuh ringan.

  Diagnosis stroke ditegakkan berdasarkan temuan klinis yang meliputi pemeriksaan klinis umum dan pemeriksaan klinis khusus (neurologis). CT-Scan tanpa kontras dilakukan untuk melihat lesi iskemik berdasarkan ukuran, letak lesi dan onset. Lesi hipoden yang terlihat pada pemeriksaan CT-Scan merupakan gambaran stroke iskemik, sedangkan lesi hiperden sebagai penanda stroke perdarahan. Pada sepertiga penderita stroke iskemik CT-Scan terlihat negatif, akan tetapi keadaan negatif tersebut tidak mengurangi makna CT-Scan sebagai alat diagnostik baku emas penderita stroke (Sjahrir, 2003).

G. Alur Penelitian H. Instrumen Penelitian

  Catatan rekam medik (Medical Record) pasien stroke iskemik fase akut yang dirawat di Unit Rawat Inap Bagian Saraf RSUD Dr. Moewardi Surakarta dari bulan Maret - April 2011.

  Pasien Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi

  Surakarta Pasien stroke iskemik

  Kadar Netrofil dalam Darah Tinggi

  Kadar Netrofil dalam Darah Tidak Tinggi

  Lumpuh Berat Lumpuh Berat Lumpuh Ringan Lumpuh Ringan Uji Statistik

1. Teknik Analisis Data

  Data yang diperoleh dari penelitian ini diuji dengan metode statistik Uji

2 Chi Square (X ) untuk melihat ada tidaknya asosiasi antarvariabel (Taufiqurrahman, 2004).

  Sedangkan untuk menguji kekuatan hubungan antara kadar netrofil dalam darah dengan beratnya kelumpuhan pasien stroke iskemik menggunakan Ods Ratio (OR) (Murti, 2006).

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Sampel Penelitian yang dilakukan selama bulan April-Mei 2011

  didapatkan 33 sampel dari data rekam medik pasien Rawat Inap RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Dari data tersebut, diperoleh karakteristik sampel sebagai berikut :

  Tabel 1. Karakteristik Sampel Menurut Usia

  Usia Jumlah Persentase 51 - 60 tahun 12 36,36 % 61 - 70 tahun 13 39,39 %

  Sumber : data sekunder, 2011 Berdasarkan tabel tersebut di atas, sampel yang berusia antara 51 - 60 tahun berjumlah 12 (36,36 %) orang, 61 - 70 tahun berjumlah 13

  (39,39%) orang, dan 71 - 80 tahun berjumlah 8 (24,24 %) orang.

  Tabel 2. Karakteristik Sampel Menurut Jenis Kelamin

  Jenis Kelamin Jumlah Persentase Laki-laki 13 39,39 % Perempuan 20 60,61 %

  Sumber : data sekunder, 2011 Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa sampel jenis kelamin laki-laki berjumlah 13 (39,39 %) orang dan perempuan berjumlah

  20 (60,61 %) orang.

  Tabel 3. Karakteristik Sampel Menurut Kadar Netrofil dalam Darah

  Kadar netrofil dalam darah Jumlah Persentase Tidak Tinggi 24 72,73 % Tinggi 9 27,27 %

  Sumber : data sekunder, 2011 kadar netrofil dalam darah tidak tinggi dan 9 (27,27 %) orang dengan kadar netrofil dalam darah tinggi.

  Tabel 4. Karakteristik Sampel Menurut Derajat Berat Kelumpuhan

  Derajat Berat Kelumpuhan Jumlah Persentase Lumpuh Ringan 25 75,76 % Lumpuh Berat 8 24,24 %

  Sumber : data sekunder, 2011

  Berdasarkan tabel 4 tersebut, diperoleh 25 (75,76 %) orang mengalami lumpuh ringan dan 8 (24,24 %) orang mengalami lumpuh berat.

B. Uji Statistik

  Data penelitian yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan dengan menggunakan analisis bivariat (analisis Chi-Square) antara variabel dependen (derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik) dengan variabel indipenden (kadar netrofil dalam darah). Dilakukan analisis ini karena data tersebut merupakan data dengan skala pengukuran kategorikal, tidak berpasangan, dan termasuk data non parametrik.

  

Tabel 5. Hubungan Kadar Netrofil dalam Darah dengan Derajat Berat

Kelumpuhan.

  Lumpuh

  2 Netrofil

  Ringan

  21

  3 24 8.75 6.6 0.01 (87.5 %) (12.5 %) (100 %)

  Berat

  4

  5

  9 (44.4 %) (55.6 %) (100 %)

  Sumber : data sekunder, 2011 Perhitungan menggunakan uji statistik Chi Square dengan p < 0,05 yang berarti signifikan atau bermakna. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara kadar netrofil dalam darah dengan derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik.

  2

2 X = N(ad-bc)

  (a+b)(c+d)(a+c)(b+d)

  2

  = 33 {(21)(5)-(3)(4)} (24)(9)(25)(8)

  = 6,607

  2

  2 Dari hasil perhitungan diperoleh nilai X = 6,607. Nilai X hitung

  2

  lebih besar dari nilai X pada tabel Chi Square (3,841) artinya hipotesis nihil (H ) ditolak dan hipotesis kerja (H

  1 ) diterima pada taraf signifikansi

  5%. Dengan demikian, dapat diartikan ada hubungan yang signifikan antara kadar netrofil dalam darah dengan derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik. netrofil dalam darah dengan derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik dihitung dengan rumus Odds Ratio sebagai berikut :

  OR = ad/bc

  = (21)(5) / (3)(4) @