Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu Di Kelas 2 Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjung Kabupaten Lombok Utara

DI KELAS 2 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 TANJUNG KABUPATEN LOMBOK UTARA

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sejarah OLEH: SIPA SASMANDA S860809027 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

DI KELAS 2 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 TANJUNG KABUPATEN LOMBOK UTARA

Disusun oleh : SIPA SASMANDA S860809027 Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing :

Jabatan

Nama

Tanda Tangan

Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Sri Yutmini, M.Pd _____________ _______

NIP. 130 259 809

Pembimbing II Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd _____________ _______

NIP. 195603031986031001

Mengetahui Ketua Prodi Pend. Sejarah PPS UNS

Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd NIP. 195603031986031001

DI KELAS 2 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 TANJUNG KABUPATEN LOMBOK UTARA

Disusun oleh:

Sipa Sasmanda S860809027

Telah Disetujui Oleh Tim Penguji

Dewan Penguji Jabatan

Nama

Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dr. Warto, M.Hum. ____________ _______

Sekretaris Dr. Budhi Setiawan, M.Pd. ____________ _______

Anggota Penguji 1. Prof. Dr. Sri Yutmini, M.Pd. ____________ _______

2. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd. ____________ _______

Mengetahui

Ketua Prodi. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd. ____________ _______ Pendidikan Sejarah NIP. 195603031986031001

Direktur Program Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D.____________ _______ Pascasarjana NIP. 195708201985031004

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama

: Sipa Sasmanda

NIM

: S860809027

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul : PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERPADU DI KELAS 2 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 TANJUNG KABUPATEN LOMBOK UTARA adalah benar-benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda cipta dan ditunjukan dalam dafar pustaka. Apabila kemudian terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang diperoleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Juli 2011 Yang membuat pernyataan

Sipa Sasmanda

”Masa lalu adalah guru yang terbaik”

Teriring rasa terima kasih dan rasa syukur kepada Allah SWT, karya ini kupersembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas do’a dan dukungannya.

2. Adik, kakak, kakak ipar dan ponakanku tercinta (Sipa Zul Patmi, Sipa Sasmika, R. Setriadi, Jilan Haura Sesi, Leyin Sesi). Kakek, nenek dan seluruh keluarga besar tercinta, yang telah banyak memberikan do’a dan dukungan.

3. Pak Idris, Mas Andy, Fajar, Rahmat, Wahyudi, Riyadi, Putera, Pastiadi, Arfan, Guntur, Fauzi, Tio, Andry, Vidi, Pringgi, Anak-anak Pk.Tan City, Hadcore Solo, Prangko, Veri, Fery, Sampung, Dita, Alex 58, Giman, Cahyo, David.

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga tesis ini dapat selesai dengan lancar guna memenuhi sebagian salah satu persyaratan dalam mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Sejarah.

Hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyelesaian penulisan makalah kualifikasi ini telah hilang berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D., Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, kemudahan dan semangat dalam penulisan tesis.

4. Prof Dr. Sri Yutmini, M.Pd., sebagai dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan dan saran dalam penulisan tesis ini.

5. Bapak Ibu dosen pada Program Studi Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Kepala Sekolah dan seluruh dewan guru SMP Negeri 1 Tanjung yang telah memberikan izin sekaligus informasi untuk kepentingan penelitian ini.

makalah kualifikasi ini. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan Ilmu Pengetahuan pada umumnya.

Surakarta, Juli 2011

Penulis

1. Deskripsi Latar ...............................................................

2. Visi dan Misi SMP Negeri Tanjung.................................

3. Program Ekstrakurikuler ................................................

B. Pokok-pokok Temuan ...........................................................

1. RPP IPS yang dibuat oleh guru SMP Negeri 1 Tanjung...

2. Implementasi Pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri

1 Tanjung ........................................................................

a. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran IPS ......................

b. Pendekatan Pembelajaran IPS ....................................

c. Tujuan Pembelajaran...................................................

d. Metode Pembelajaran ..............................................

e. Media Pembelajaran .................................................

f. Peran Guru dalam Pembelajaran ...............................

3. Kendala yang dihadapi guru didalam Pembelajaran IPS di Kelas SMP Negeri.........................................................

4. Cara guru mengatasi kendala dalam pembelajaran IPS di kelas 2 SMP Negeri 1 Tanjung Kabupaten Lombok Utara ...................................................................

C. Pembahasan ...........................................................................

1. Implememtasi pembelajaran IPS di kelas SMP Ngteri 1 Tanjung...............................................................................

a. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran IPS .......................

b. Pendekatan Pembelajaran IPS .....................................

c. Tujuan Pembelajaran....................................................

d. Metode Pembelajaran .................................................

e. Media Pembelajaran ....................................................

f. Peran Guru dalam Pembelajaran ..................................

2. Kendala yang dihadapi guru didalam Pembelajaran IPS di Kelas SMP Negeri 1 Tanjung Kabupaten Lombok

IPS di kelas 2 SMP Negeri 1 Tanjung Kabupaten Lombok Utara ...................................................................

96

BAB V. SIMPULAN IMPLIKASI DAN SASRAN.....................................

99

A. Simpulan ......................................................................

99

B. Implikasi ....................................................................... 101

C. Saran ............................................................................. 103

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

104

LAMPIRAN.......... ........................................................................................

107

DAFTAR TABEL

Halaman

Gambar 1 Langkah-langkah pembelajaran...........................

57 Gambar 2

Format Pengamatan diskusi.................................

59

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Bagan Kerangka Berpikir.......................................... 35 Gambar 3

Skema Model Analisis Interaktif.........................

45

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Wawancara dengan kepala sekolah SMP Negeri 1 Tanjung........ 105

2. Wawancara dengan guru kelas VIII SMP Negeri 1 Tanjung....... 109

3. Wawancara dengan guru kelas VIII SMP Negeri 1 Tanjung....... 111

4. Wawancara dengan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tanjung...... 115

5. Catatan lapangan hasil pengamatan.............................................. 117

7. Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Tanjung............................... 119

8. Foto siswa dan siswi SMP Negeri 1 Tanjung............................... 121

7. Aula SMP Negeri 1 Tanjung........................................................ 122

8. Surat ijin dari Pascara Sarjana Universitas Sebelas Maret........... 112

9. Contoh Pemetaan KD................................................................... 127

Sipa Sasmanda. S860809027. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas 2 Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjung Kabupaten Lombok Utara. Komisi Pembimbing I : Prof. Dr. Sri Yutmini, M.Pd. Pembimbing II: Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd. Tesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Sejarah, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Juli 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pembelajaran IPS di kelas 2 SMP Negeri 1 Tanjung. (2) Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru IPS dalam implementasi pembelajaran IPS di kelas 2 Sekolah Menengah Pertama, (3) cara guru mengatasi kendala dalam pembelajaran IPS di kelas 2 Sekolah Menengah Pertama.

Penelitian ini mengambil lokasi di SMP Negeri 1 Tanjung Kabupaten Lombok Utara Tahun 2010/2011. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Sumber data diperoleh dari informan, peristiwa, dan dokumen. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi atau pengamatan, dan analisis dokumen. Uji keterpercayaan data melalui teknik triangulasi. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan model analisis interaktif.

Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Pembelajaran IPS sesuai dengan RPP yang dikemngkan oleh guru (2) kendala yang dihadapi dalam pembelajaran IPS meliputi: a) kesulitan mendapatkan media pembelajaran yang diinginkan b) kuranngya waktu untuk menjelaskan materi c) guru harus menguasai bidang lain misalnya seorang guru sejarah harus menguasai geografi, ekonomi, dan sosiologi. Siswa terkadang kurang suka pada mata pelajaran tertentu, sementara dalam pembelajaran terpadu menekankan pada perpaduan pada bidang studi (3) cara yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran IPS yakni dengan team teaching. Pembelajaran terpadu dalam hal ini diajarkan dengan cara team; satu topik pembelajaran dilakukan oleh lebih dari seorang guru. Setiap guru memiliki tugas masing-masing sesuai dengan keahlian dan kesepakatan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan di bidang pendidikan terutama oleh Kepala Sekolah, dan Guru kelas 2 dalam pelaksanaan pembelajaran IPS.

Sipa Sasmanda. S860809027. Learning of Social Studies in Seven Class Secondary School 1 Tanjung Lombok Regency North . Supervising Commission I: Prof.. Dr. Sri Yutmini, M.Pd. Supervising II: Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd. Thesis. Surakarta: History Education Studies Program, Graduate Sebelas Maret University. Jul 2011.

This study aims to determine: (1) Social Learning in Class 2 Junior High. (2) The constraints faced by social studies teachers in the implementation of learning in social studies 2nd grade junior high schools, (3) how teachers overcome obstacles in learning social studies in Class 2 Junior High School.

This research takes place in Junior High School North Lombok Regency Year 2010/2011. The research method used was a descriptive qualitative method. Source data obtained from informants, events, and documents. The technique of collecting data through interviews, observation or observation, and document analysis. Test reliability of data through triangulation techniques. The results were analyzed using a model of interactive analysis.

The results of this study show that: (1) Learning the social study in accordance with lesson plans developed by teachers (2) obstacles encountered in learning social studies include: a) difficulty in obtaining the desired learning media b) lack of time to explain the material c) the teacher must master the field Another example of a history teacher must master the geography, economics, and sociology. Students sometimes do not like on a particular subject, while the emphasis on a blend of integrated learning in the field of study (3) means that teachers do to overcome obstacles in learning social studies: team teaching. Integrated learning in this respect are taught by teams; one topic of learning conducted by more than a teacher. Every teacher has a duty in accordance with their respective expertise and consensus.

The results of this study is expected to be used as input in decision-making in education, especially by school principals, and teachers of grades 2 in the implementation of the learning social study.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi pendidikan dihadapkan pada perubahan- perubahan yang tidak menentu. Kaitannya dengan pendidikan, berbagai analisis menunjukan bahwa pendidikan nasional dewasa ini sedang dihadapkan berbagai krisis yang perlu mendapatkan penanganan secepatnya. Atas dasar tuntutan mewujudkan masyarakat seperti upaya peningkatan mutu pendidikan yang harus dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni aspek-aspek moral, ahlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan, ketrampilan dan seni. Dalam kerangka inilah pemerintah menggagas KTSP, sebagai tindak lanjut kebijakan pendidikan dalam konteks otonomi daerah yang desentralisasi.

Di dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengamanatkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dilaksanakan untuk menngembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.

kepada instansi sekolah untuk merancang dan merencanakan sendiri pembelajaran sesuai dengan kondisi dan tingkat kemampuan sekolah. Prinsip ini memungkinkan untuk memandirikan sekolah sebagai instansi yang dianggap tahu betul tetang kondisi dan karakteristik peserta didik, manajemen sekolah, serta sarana-prasarana pembelajaran. Dengan demikian, analisis kebutuhan dan daya dukung serta kemampuan sekolah dengan sendirinya menjadi acuan dan pertimbangan dalam penyusunan, perancangan, dan perencanaan pembelajaran (Trianto, 2010: 6).

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), meliputi bahan kajian: sejarah, sosiologi, geografi, dan ekonomi. Bahan kajian itu menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Mata pelajaran IPS bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di dalam masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat (Nursid Sumaatmaja, 1980: 20). Dalam implementasinya, perlu dilakukan berbagai studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan pendidikan sebagai konsekuensi dari inovasi pendidikan. Salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasi kurikulum, perlu dikembangkan berbagai model pembelajaran inovatif. Model pembelajaran inovatif, salah satunya adalah model pembelajaran terpadu dan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), meliputi bahan kajian: sejarah, sosiologi, geografi, dan ekonomi. Bahan kajian itu menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Mata pelajaran IPS bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di dalam masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat (Nursid Sumaatmaja, 1980: 20). Dalam implementasinya, perlu dilakukan berbagai studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan pendidikan sebagai konsekuensi dari inovasi pendidikan. Salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasi kurikulum, perlu dikembangkan berbagai model pembelajaran inovatif. Model pembelajaran inovatif, salah satunya adalah model pembelajaran terpadu dan

Dalam sistem pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan mereproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep dan prinsip yang dipelajari secara holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan antar unsur konsep misalnya hubungan antar konsep sejarah, ekonomi, geografi, dan sosiologi menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan antar konsep di atas bila dipelajari dengan sisi bidang kajian yang tertentu akan membentuk skema (konsep) IPS, sehingga peserta didik akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan IPS. Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.

Pembelajaran terpadu dapat dikemas dengan tema atau topik tetang

suatau wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik. Dalam pembelajaran terpadu

memahami konsep yang dipelajari berdasarkan pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami. Melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu dibahas berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda, sehinga penggunaan waktu untuk membahasnya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga diharapkan akan lebih efektif, namun demikian, pelaksanaannya di sekolah SMP/MTs pembelajaran IPS sebagian besar masih dilaksanakan secara terpisah, meskipun buku teks IPS telah diasumsikan BSNP telah terpadu. Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPS masih dilakukan sesuai dengan bidang kajian masing-masing (sosiologi, sejarah, geografi, dan ekonomi) tanpa ada keterpaduan di dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

Hal ini tentu saja menghambat ketercapaian tujuan IPS itu sendiri yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek sejarah, geografi, sosiologi dan ekonomi yang merupakan cabang dari ilmu-ilmu sosial. Hal ini disebabkan antara lain: (1) kurikulum IPS itu sendiri tidak menggambarkan satu kesatuan yang terintegrasi, melainkan masih terpisah-pisah antar bidang-bidang ilmu sosial; (2) latar belakang guru yang mengajar merupakan guru disiplin ilmu seperti geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, sehingga sangat sulit untuk melakukan pembelajaran yang memadukan antar disiplin ilmu tersebut; serta (3) terdapat kesulitan dalam pembagian tugas dan waktu pada masing-masing guru ”mata Hal ini tentu saja menghambat ketercapaian tujuan IPS itu sendiri yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek sejarah, geografi, sosiologi dan ekonomi yang merupakan cabang dari ilmu-ilmu sosial. Hal ini disebabkan antara lain: (1) kurikulum IPS itu sendiri tidak menggambarkan satu kesatuan yang terintegrasi, melainkan masih terpisah-pisah antar bidang-bidang ilmu sosial; (2) latar belakang guru yang mengajar merupakan guru disiplin ilmu seperti geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, sehingga sangat sulit untuk melakukan pembelajaran yang memadukan antar disiplin ilmu tersebut; serta (3) terdapat kesulitan dalam pembagian tugas dan waktu pada masing-masing guru ”mata

Kaitannya dengan pembelajaran IPS di SMP, pelajaran geografi, sejarah, antropologi memilki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran sejarah dapat dikatakan sebagai suatu proses kegiatan yang mendorong dan merangsang peserta didik untuk mendapatkan dan mengahayati nilai-nilai kesejarahan, sehingga membawa perubahan tingkah laku dan membantu mengembangkan pribadi peserta didik secara utuh, dengan kata lain pembelajaran sejarah tidak lain adalah suatu proses untuk membina para peserta didik melalui mata pelajaran sejarah, agar tumbuh kesadaran sejarahnya (Sardiman, 2004: 2-3).

Adapun keuntungan penggunaan model pembelajaran terpadu dalam pembelajaran IPS adalah: (a) pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak, (b) kegiatan yang dipilih sesuai dan bertolak dari minat dan kebutuhan anak, (c) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak, sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama, (d) menumbuh kembangkan ketrampilan berfikir anak, (e) menyajikan kegiatan bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan anak, (f) menumbuh kembangkan ketrampilan sosial anak seperti, kerja sama, toleransi, komunikasi, dan respek terhadap gagasan orang lain. Pendapat di atas mengindikasikan bahwa penggunaan model pembelajaran terpadu selain sesuai karakteristik siswa, juga sesuai dengan jati diri IPS dan peranan guru dalam proses pembelajaran.

dimulai dari lingkungan terdekat yang ada di sekitar siswa, mulai dari dirinya sendiri, keluarga, tetangga, lingkungan sekolah, masyarakat setempat kehidupan bernegara sampai menjadi bagian dari dunia, tentunya dengan materi yang disesuaikan dengan dunia anak yang memandang dirinya sebagai pusat lingkungan yang merupakan suatu keseluruhan dengan pemaknaan secara holistik yang berangkat dari hal yang bersifat konkrit.

Pelajaran IPS selama ini dianggap sulit dan banyak yang beranggapan hanya bersifat hafalan, padahal yang diharapkan pembelajaran IPS lebih daripada itu. Pembelaaran IPS harus mengembangkan kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang sistem sosial dan budaya, kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang prilaku ekonomi dan kesejahteraan, kemampuan memahami dan menginternalisasi sistem berbangsa dan bernegara (Depdiknas, 2003: 3-4). Oleh karena itu perlu adanya pendekatan untuk menjebatani kesulitan tersebut dan guru dituntut untuk bisa memilih dan menentukan pendekatan metode yang dianggap efektif.

Keberhasilan pembelajarn terpadu sangat tergantung pada efektivitas komponen dasar intruksional dalam hal ini guru, siswa dan materi atau bahan belajarnya. Kesungguhan guru dalam menguasai materi pembelajaran dengan baik maupun sistem pembelajaran sangat mendukung bagi tercapainya pembelajaran yang efektif yang berimplikasi pada pencapaian hasil belajar yang maksimal.

Untuk keberhasilan belajar mengajar ditentukan oleh dua faktor yang berasal dari diri siswa dan dari luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa yaitu Untuk keberhasilan belajar mengajar ditentukan oleh dua faktor yang berasal dari diri siswa dan dari luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa yaitu

Mengingat pentingnya pembelajaran IPS terpadu bagi siswa, maka peneliti berkehendak mengamati pelaksanaan pembelajaran IPS terpadu di kelas 2 SMP Negeri 1 Tanjung kabupaten Lombok Utara.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa masalah, yakni sebagai berikut:

1. Apakah pelaksanaan pembelajaran IPS terpadu di kelas 2 SMP Negeri 1 Tanjung sudah sesuai dengan RPP yang dikembangkan oleh guru ?

2. Kendala-kendala apa yang dihadapi oleh guru IPS dalam implementasi pembelajaran IPS terpadu di kelas 2 SMP Negeri 1 Tanjung kabupaten Lombok Utara?

3. Bagaimana cara guru mengatasi kendala pembelajaran IPS terpadu di kelas 2 SMP Negeri 1 Tanjung kabupaten Lombok Utara?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPS terpadu di kelas

2 SMP Negeri 1 Tanjung sesuai RPP.

2. Untuk mendeskripsikan kendala yang dihadapi guru dalam implementasi pembelajaran IPS terpadu di kelas 2 SMP Negeri 1 Tanjung kabupaten Lombok Utara.

3. Untuk mendeskripsikan guru mengatasi kendala dalam implementasi pembelajaran IPS terpadu di SMP Negeri 1 Tanjung kabupaten Lombok Utara.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai kajian untuk mendalami pembelajaran IPS dan implementasinya.

2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan untuk :

1. Dinas pendidikan: Sebagai pengambil kebijakan di daerah Lombok Utara

2. Guru: Guru IPS yang ada di Kelas 2 SMP Negeri 1 Tanjung Lombok Utara agar dapat meningkatkan kulitas pembelajaran 2. Guru: Guru IPS yang ada di Kelas 2 SMP Negeri 1 Tanjung Lombok Utara agar dapat meningkatkan kulitas pembelajaran

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Konsep Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses yang sistematik yang terdiri dari beberapa komponen yaitu guru, murid, materi atau bahan (kurikulum) dan lingkungan belajar yang membantu suksesnya belajar anak (Dick, Carey dan Carey, 2001: 2). Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, ketrampilan (Dimyanti dan Mudjiono, 2002: 157). Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, falsilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2001: 57).

b. Sistem Pembelajaran

Kompleksitas, keunikan, dan saling ketergantungan dari situasi pembelajaran disebut sistem. Sistem adalah sekumpulan bagian atau eleman yang saling berhubungan dimana konsepnya terpisah dari lingkungannya (Banathy dalam Kozma, Belle dan Williams, 1979: 12).

Proses intruksional dapat dipandang sebagau sistem. Tujuan dari sistem adalah untuk menyampaikan pembelajaran. Komponen sistem yaitu siswa, guru, Proses intruksional dapat dipandang sebagau sistem. Tujuan dari sistem adalah untuk menyampaikan pembelajaran. Komponen sistem yaitu siswa, guru,

Sistem pembelajaran adalah suatu peristiwa yang mempengaruhi siswa sehingga terjadi proses belajar. Bentuk nyata dari sistem intruksional adalah satu rangkaian bahan dan strategi intruksional yang telah teruji secara efektif dan efisien di lapangan (Gagne dalam Atwi Suparman, 1996: 8).

Sitem pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Fungsi sistem pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pemnelajaran. Untuk pemilihan sistem ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang diajarkan, dan tingkat kemampuan peserta didik. Akhirnya, setiap sistem memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas (Trianto, 2007: 5).

Menurut Edi Suardi dalam Syaiful Bachri Djamarah dan Aswan Zain (2002: 46). Pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar sebagai proses pengaturan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu.

2) Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3) Ditandai dengan penggarapan materi yang khusus.

4) Ditandai dengan aktivitas anak didik.

5) Guru berperan sebagai pembimbing dalam kegiatan belajar mengajar.

6) Membutuhkan disiplin.

7) Ada batas waktu.

8) Evaluasi dilakukan guru untuk mengetahui pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditentukan.

d. Pembelajaran efektif

Pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu dengan proses yang menyenangkan. Pembelajaran efektif ditentukan oleh data dan informasi yang disatukan dan didokumentasikan (Dick dan Reiser, 1989: 2).

Pembelajaran yang efektif memberikan kemudahan untukk terciptanya kesempatan untuk melihat dan membangun kaitan-kaitan konseptual. Hal ini Pembelajaran yang efektif memberikan kemudahan untukk terciptanya kesempatan untuk melihat dan membangun kaitan-kaitan konseptual. Hal ini

Menurut Soetarno (2003: 20) untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif ditentukan oleh peran atau posisi sentral mengajar atau guru sebagai pengelola pembelajaran. Penampilan guru dalam mengajar sangat berpengaruh dalam menentukan kualitas belajar peserta didik, sedangkan kualitas belajar peserta didik akan menjadi indikator utama pembelajaran yang efektif.

e. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah program perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. RPP dikembangkan berdasarkan silabus. Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran minimal ada lima komponen pokok, yaitu komponen tujuan pembelajaran, metode, media, sumber serta komponen evaluasi(Wina Sanjaya, 2008: 59).

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam silabus (E. Mulyasa, 2006: 212).

Berdasarkan jabaran tersebut, maka setiap RPP memiliki dua fungsi, yaitu pertama, fungsi perencanaan, yaitu mendorong guru lebih siap melakukan Berdasarkan jabaran tersebut, maka setiap RPP memiliki dua fungsi, yaitu pertama, fungsi perencanaan, yaitu mendorong guru lebih siap melakukan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah Rencana yang menggambarkan Prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup1(satu) kompetensi dasar yang terdiri atas satu indikator atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih (PP No. Tahun 2005 pasal 10).

Rencana pelaksanaan pembelajaran sendiri dapat menjadi panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. Pada pembelajaran IPS terpadu, sesuai dengan standar isi, keterpaduan terleatak pada strategi pembelajaran dan Kompetensi Dasar telah ditentukan dalam standar isi (Trianto, 2010: 108).

Berdasarkan jabaran tersebut, maka RPP memiliki 2 (dua) fungsi, yang pertama, fungsi perencanaan, yaitu mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran; kedua fungsi pelaksanaan, di mana pelaksanaannya harus benar sesuai dengan kebutuhan lingkungan, sekolah dan daerah.

Adapun langkah-langkah atau cara pengembangan RPP pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut:

1) Mengisi kolom identitas

2) Menentukan alokasi waktu pertemuan

3) Menentukan SK/KD serta indicator

4) Merumuskan tuajun sesuai SK/KD dan indicator

6) Menentukan pendekatan, model dan metode pembelajaran.

7) Menentukan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti dan akhir

8) Menentukan sumber belajar

9) Menyusun kriteria penilaian

2. Pembelajaran Terpadu

a. Pengertian Pembelajaran Terpadu

Beberapa pengertian terpadu dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Trianto (2007: 6-9) pembelajaran terpadu sebagai konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada anak didik. Pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembalajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik (Joni T.R, dkk dalam Trianto, 2007: 6)

Pembelajaran terpadu pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran disajikan tiap pertemuan (Ujang Sukandi dkk dalam Trianto, 2007: 7) Pembelajaran terpadu pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran disajikan tiap pertemuan (Ujang Sukandi dkk dalam Trianto, 2007: 7)

Menurut Collins dan Dixon (1991, 6-10) pembelajaran terpadu terjadi ketika suatu kejadian atau eksploitasi dari suatu topik merupakan tenaga pendorong dalam kurikulum, dengan berpartisipasi dalam kejadian atau eksplorasi topik, belajar tentang proses dan kandungan maksud yang berhubungan lebih dari satu area kurikulum dalam satu waktu. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan fokus pembelajaran dan guru bekerja sama untuk mencapai tujuan, aktivitas menjalin proses dan maksud dari bermacam area kurikulum.

Pembelajaran terpadu berdasarkan pada pendekatan inkuiri pelajar dilibatkan dalam perencanaan, eksplorasi dan diskusi ide. Para pelajar biasa didorong untuk bekerjasama dan merefleksikan dalam pembelajaran mereka. Mereka menjadi berwewenang sebagai pelajar dan dapat mengikuti kecenderungan personal mereka serperti terlibat dalam topik kelas.

Pembelajaran terpadu tidak hanya sekedar aktivitas dari setiap area kurikulum yang sedikit terubung pada suatu topik. Dalam kenyataannya, tidak cukup untuk berpikir tentang aktivitas untuk setiap area kurikulum. Pembelajaran terpadu dapat dilakukan dalam banyak cara selain melalui eksplorasi topik. Hal ini seperti kegiatan sekolah, pengalaman sehari-hari yang melibatkan para siswa Pembelajaran terpadu tidak hanya sekedar aktivitas dari setiap area kurikulum yang sedikit terubung pada suatu topik. Dalam kenyataannya, tidak cukup untuk berpikir tentang aktivitas untuk setiap area kurikulum. Pembelajaran terpadu dapat dilakukan dalam banyak cara selain melalui eksplorasi topik. Hal ini seperti kegiatan sekolah, pengalaman sehari-hari yang melibatkan para siswa

b. Karakteristik Pembelajaran Terpadu

Menurut Mathews dan Cleary (1993: 1-3), karakteristik kurikulum terpadu yaitu:

1) Menggambarkan hubungan antara perbedaan kawan untuk belajar. Jadi pengetahuan menjadi lebih holistik dan tidak terpecah. Berdasarkan mata pelajaran yang saling bergantung.

2) Membangun berdasarkan konteks sehingga pembelajaran sangat bermakna dan menggunakan pengalaman pembelajar sebagai titik permulaan/dasar.

3) Memastikan bahwa ketrampilan dikembangkan dalam konteks untuk tugas khusus atau masalah yang pembelajar memiliki tujuan berbeda.

4) Menekankan pentingnya pembelajaran inkuiri dan penyelesaian masalah.

5) Mendorong pelajar menjadi mandiri, banyak sumber dan mampu beradaptasi

6) Menggunakan pendekatan yang dinamis dan berbeda dalam belajar mengajar

7) Pengawasan dan pertanggungjawaban untuk belajar di tangan pelajar memberikan inisiatif untuknya.

8) Mendorong pelajar untuk menggunakan berbagai sumber belajar.

9) Menggali topik, isu atau pertanyaan dari sudut pandang/perspektif yang berbeda.

menyatakan bahwa, pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik, antara lain

1. Holistik Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dai beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.

2. Bermakna Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan daru materi yang dipelajari.

3. Otentik Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajari melalui kegiatan belajar secara langsung.

4. Aktif Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran baik secara fisik, mental, intelektual maupun emosional.

Pembelajaran terpadu dibedakan berdasarkan pada pengintegrasian materi atau tema. Berdasarkan pola tersebut, Fogarty (1991: 25) menemukakan bahwa terdapat sepuluh model pembelajaran terpadu, yaitu: (1) terpisah (fragmented) , (2) terhubung (connected), (3) tersarang (nested), (4) terurut (sequenced), (5) terbagi (shared) (6) terjaring (webbed), (7) terikat (threaded), (8) terpadu (integrated), (9) tebenam (immersed), (10) Jaringann (networked). Dari kesepuluh model pembelajaran tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga klasifikasi pengintegrasian kurikulum, yakni: pertama, pengintegrasian di dalam satu disiplin ilmu, kedua, pengintegrasian beberapa disiplin ilmu, ketiga, pengintegrasian di dalam dan beberapa disiplin ilmu.

1) Tepisah (Fragmented) Kurikulum tradisional yang menetapkan untuk memisahkan dan membedakan mata pelajaran. Dalam standar kurikulum, areal pokok persoalan ini dipisahkan, jadi tidak ada usaha menghubungkan atau menggabungkannya. Masing-masing ilmu terlihat murni dan apa adanya.

2) Terhubung (Connected) Model kurikulum berfokus pada pembuatan hubungan yang jelas tiap pelajaran, menghubungkan satu topik berikutnya, menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lainnya, menghubungkan satu ketrampilan ke ketrampilan yang lain, menghubungkan pekerjaan satu hari ke hari berikutnya, atau bahkan ide satu semester ke semeseter berikutnya.

Model ini dari pembelajaran terpadu adalah rancangan yang digunakan oleh para guru dalam pembelajaran. Namun, di dalam suatu pembelajaran yang menggunakan pendekatan nested, diperlukan sebuah perancangan yang sungguh-sungguh untuk menyusun target ganda dari pembelajaran siswa. Bagaimana juga, keterpaduan model nested ini memberikan keuntungan kombinasi alamiah sehingga tugas-tugas menjadi kelihatan lebih mudah.

4) Terurut (Sequenced) Sehubungan dengan terbatasnya hubungan antar disiplin ilmu yang berbeda, guru bisa menyusun kembali topik-topik pembelajara. Jadi, mata pelajaran yang memiliki persamaan ide bisa pertepatan. Dua disiplin ilmu yang berkaitan bisa diurutkan dengan mengurutkan topik-topik yang diajarkan aktivitas dari masing-masing bisa mendorong topik yang satunya. Dengan kata lain, satu topic mendukung topik yang lain demikian pula sebaliknya.

5) terbagi (Shared) Perluasan disiplin menciptakan paying yang mencakup kurikulum: ilmu pasti dan ilmu pengetahuan dipasangkan sebagai ilmu, sasatra dan sejarah dipasangkan dibawah label kemanusiaan: seni, musik, tari, dan drama dipandang sebagai seni-seni indah, teknologi komputer, industri, dan seni rumah dipasangkan sebagai seni praktik. Dalam beberapa disiplin 5) terbagi (Shared) Perluasan disiplin menciptakan paying yang mencakup kurikulum: ilmu pasti dan ilmu pengetahuan dipasangkan sebagai ilmu, sasatra dan sejarah dipasangkan dibawah label kemanusiaan: seni, musik, tari, dan drama dipandang sebagai seni-seni indah, teknologi komputer, industri, dan seni rumah dipasangkan sebagai seni praktik. Dalam beberapa disiplin

6) Terjaring (Webbed) Kurikulum webbed menggambarkan pendekatan tematik untuk mengintegrasikan materi pokok. Sebuah tim lintas departemen membuat sebuah keputusan yang menggunakan tema seperti sebuah lapisan untuk subjek yang berbeda. Dalam penerapan model webbed yang lebih rumit, bagian yang berbelit-belit dalam pelajaran dapat dibangun menjadi terintegrasi dalam semua area yang relevan

7) Terikat (Threaded) Model threaded dari kurikulum terpadu ini memfokuskan pada metakurikulum yang menggantikan atau memotong inti dari beberapa dan semua muatan pembelajaran. Strategi-strategi pencarian consensus digunakan untuk menyelesaikan konflik-konflik dalam situasi yang membutuhkan penyelesaian masalah. Ketrampilan-ketrampilan ini intinya dirangkai melalui muatau kurikulum.

8) Terpadu (Integrated) Model kurikulum yang dipadukan menunjukan pendekatan dari antar cabang ilmu pengetahuan hamper sama dengan model shared. Model integrated menekankan pada empat disiplin mayor dengan menata prioritas kurikulum dan menemukan ketrampilan, konsep, dan sikap dalam empat bagian. Seperti pada shared, pemaduan adalah hasil dari penyaringan ide dari sisi suatu materi pelajaran, bukan meletakkan ide

Pemaduan muncul dari dalam variasi disiplin dan pasangan itu dibuat diantaranya sebagai komunitas yang baru muncul.

9) Terbenam (Imersed) Para lulusan, kandidat doctor dan guru besar melebur total dalam satu bidang studi. Mereka menyaring berabagai kurikulum pembelajaran melalui satu lensa mikroskopik. Individu ini memadukan semua data (dari berbagai bidang displin ilmu) dengan cara menyalurkaan berbaga ide sesuai dengan bidang minat masing-masing. Pada model kurikulum terpadu ini, pelajar bisa terintegrasi secara internal dan intrinsic hanya dengan sedikit tanpa intervensi eksterinsik.

10) Terjaring (Networked) Model networked pembelajaran terpadu adalah keberlanjutan sumber input eksternal yang selalu memberikan ide-ide baru, diperluas dan diberbaiki atau dengan masukan khusus. Jalinan kerja professional siswa ini biasanya dilaksanakan pada aturan-aturan yang jelas dan kadang-kadang tidak begitu jelas. Dalam mencari informasi utama para siswa bergantung pada jalinan kerja ini sebagai sumber informasi utama yang harus mereka saring melalui lensa keahlian dan minat mereka sendiri. Model networked tida seperti mode-model terdahulu, siswa langsung memadukan proses melalui seleksi dari jalinan-jalinan kerja yang diperlukan. Model ini berkembang dan tumbuh sepanjang perjalanan waktu seperti diperlukannya pengalihan siswa ke dalam situasi yang baru.

d. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Terpadu

Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu mengikuti tahap- tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi

1) Tahap Perencanaan (Desain) Menurut Reigeluth (1983: 5), teori perencanaan pembelajaran adalah teori yang secara eksplisit membiming bagaimana belajar dan berkembang dengan baik. Jenis-jenis belajar dan perkembangan mencakup kognitif, emosi, fisik, dan spiritual. Dick, Carey dan Carey (2001:1) menegaskan penggunaan konsep pendekatan sistem sebagai landasan pemikiran suatu perencanaan pembelajaran. Umumnya pendekatan sistem terdiri atas analisis, perencanaan, pengembangan, impelementasi, dan evaluasi. Perencanaan pembelajaran mencakup seluruh proses yang dilaksanakan pada pendekatan sistem. Penyusunan perencanaan pembelajaran merupakan tugas suatu tim. Tim penyusunan itu bersifat sistemik, yaitu berperan sesuai peran masing-masing, tidak tumpang tindih. Tim ini terdiri atas desainer (perancang), guru, ahli, materi dan penilai. Menurut Trianto (2007: 15) ada lima langkah perencanaan, yaitu: (a) menentukan jenis mata pelajaran dan jenis ketrampilan yang dipadukan, (b) memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator (c) menentukan sub ketrampilan yang 1) Tahap Perencanaan (Desain) Menurut Reigeluth (1983: 5), teori perencanaan pembelajaran adalah teori yang secara eksplisit membiming bagaimana belajar dan berkembang dengan baik. Jenis-jenis belajar dan perkembangan mencakup kognitif, emosi, fisik, dan spiritual. Dick, Carey dan Carey (2001:1) menegaskan penggunaan konsep pendekatan sistem sebagai landasan pemikiran suatu perencanaan pembelajaran. Umumnya pendekatan sistem terdiri atas analisis, perencanaan, pengembangan, impelementasi, dan evaluasi. Perencanaan pembelajaran mencakup seluruh proses yang dilaksanakan pada pendekatan sistem. Penyusunan perencanaan pembelajaran merupakan tugas suatu tim. Tim penyusunan itu bersifat sistemik, yaitu berperan sesuai peran masing-masing, tidak tumpang tindih. Tim ini terdiri atas desainer (perancang), guru, ahli, materi dan penilai. Menurut Trianto (2007: 15) ada lima langkah perencanaan, yaitu: (a) menentukan jenis mata pelajaran dan jenis ketrampilan yang dipadukan, (b) memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator (c) menentukan sub ketrampilan yang

2) Tahap Pelaksanaan Prinsip-prinsip utama dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu, meliputi: Pertama, guru hendaknya tidak menjadi aktor tunggal yang mendominasi kegiatan pembelajara; kedua, pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja kelompok; Ketiga, guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidan terpikirkan dalam proses perencanaan (Depdiknas, 1996: 6). Tahap pelaksanaan pembelajaran mengikuti skenario langkah-langkah pembelajaran. Menrut Muchlas dalam Trianto (2007: 17), tidak ada model pembelajaran tunggal yang cocok untuk topik dalam pembelajaran terpadu. Artinya dalam satu tatap muka dipadukan beberapa model pembelajaran.

3) Tahap Evaluasi/ Penilaian Penilaian dapat menyediakan informasi penting untuk meningkatkan tiap aspek pendidikan. Mitchell dalam Frazee dan Rudmitski (1995: 273) mengenalkan empat tujuan utama penilaian:

1) Memberikan informasi tentang hasil belajar siswa,

2) Pencapain tujuan dan peningakatan pembelajaran,

3) Pengambilan keputusan yang mempengaruhi masa depan siswa,

4) Wujud tanggung jawab. Dalam penelitian ini lebih cenderung menggunakan model jarring laba-

laba. Model ini merupakan model pembelajaran terpadu yang menggunakan laba. Model ini merupakan model pembelajaran terpadu yang menggunakan

3. Pembelajaran IPS Terpadu

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan prilaku kearah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun eksternal yang datang dari lingkungan. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan prilaku bagi peserta didik (E. Mulyasa, 2007 : 255).

Pembelajaran diartikan sebagai upaya yang sistematis dan sengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut terjadi interaksi edukatif antara yang peserta didik yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik yang melakukan kegiatan pembelajaran (Wasty Soemanto, 1998: 102).

Sistem pembelaaran menghasilkan sejumlah individu yang belajar sebagai keluaran yang telah berubah dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Peningkatan ini juga tercermin pada nilai atau angka prestasi belajar yang Sistem pembelaaran menghasilkan sejumlah individu yang belajar sebagai keluaran yang telah berubah dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Peningkatan ini juga tercermin pada nilai atau angka prestasi belajar yang