BAB I PENDAHULUAN - FILOSOFI IPA DAN ILMU PENDIDIKAN MIPA

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu merupakan rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala alam, kemasyarakatan atau individu untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan ataupun melakukan penerapan.

  Perkembangan Ilmu alam berawal dari para pemikir Yunani kuno diabad 6 dan 5 SM, telah memikirkan tentang unsur utama dasar alam atau jagat raya ini. Mereka adalah Thales, menjelaskan bahwa unsur utama alam adalah air, anaximandros menjelaskan bahwa unsur utama alam adalah udara, Heraklitos menjelaskan bahwa unsur utama alam adalah api, Empedokles menjelaskan bahwa unsur utama alam adalah tanah. Alam ini hidup, artinya mempunyai energi dalam dirinya sendiri untuk berubah dan berkembang dalam suatu ruang.Ruang adalah tempat untuk hidup, berubah dan berkembangnya alam (materi).

  Saat ini khususnya bagi para pelajar,ada anggapan bahwa matematika adalah ilmu yang memusingkan dan menyulitkan. Ditambah lagi dengan matematika yang berhubungan dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).Para pelajar mengartikan bahwa matematika adalah ilmu hitung yang hanya berhubungan dengan angka, sementara IPA adalah ilmu yang berhubungan dengan lingkungan kehidupan sekitar dan mahluk hidup.Maka timbul suatu pertanyaan bagaimana keterkaitan antara kedua ilmu tersebut.

  Perkembangan zaman, membuat ilmu berkembang dari sebelumnya, hususnya pada bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), hal tersebut sangat terkait dengan perkembangan ilmu lain seperti ilmu bahasa dan ilmu hitung. Ilmu bahasa disini bukan semata-mata berkembang dalam hal bahasa yang biasa digunakan setiap hari tetapi ilmu bahasa ini berhubungan dengan kedalaman materi ilmu tersebut, singkat dan pasti serta dapat digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Terkait dengan hal di atas maka melalui makalah ini akan dibahas “Filosofi Ilmu Alam dan Ilmu Pendidikan MIPA” menyampaikan mengenai pengertian, ciri, perbedaan dengan ilmu lain serta peranannya.

  B. Rumusan Masalah Dari latar belakang maka rumusan masalahnya adalah:

  1. Apakah pengertian filsafat ilmu pengetahuan?

  2. Bagaimana hakikat dan bidang telaah filsafat?

  3. Apakah pengertian ilmu alam, ruang lingkup dan sumber ilmu alam?

  4. Bagaimana kerangka berfikir dalam ilmu alam dan metode penelitian di dalam ilmu alam?

  5. Bagaimanakah tugas dan fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam?

  6. Apakah hakikat MIPA?

  7. Bagaimana keterpaduan MIPA di dalam penerapan kurikulum 2013?

  8. Apakah peranan MIPA bagi guru, peserta didik dan masyarakat?

  C. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Menjelaskan pengertian filsafat ilmu pengetahuan alam.

  2. Mengetahui hakikat dan bidang telaah filsafat.

  3. Mengetahui pengertian ilmu alam, ruang lingkup dan sumber ilmu pengetahuan alam.

  4. Menjabarkan kerangka berfikir dalam ilmu alam dan paparan metode penelitian di dalam ilmu alam

  5. Menjabarkan tugas dan fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam.

  6. Mengetahui hakikat MIPA.

  7. Menjabarkan keterpaduan MIPA di dalam penerapan kurikulum 2013.

  8. Menjabarkan implementasi peranan MIPA bagi guru, peserta didik dan masyarakat.

  BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Filsafat Ilmu Pengetahuan Pengertian secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani dari kata “philo” berarti cinta dan” sophia” yang berarti kebenaran, sementara itu menurut I.R. Pudjawijatna (1963 : 1) “Filo artinya cinta dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu ingin dan karena ingin lalu berusaha mencapai yang diinginkannya itu. Sofia yang artinya kebijaksanaan.Bijaksana dapat diartikan pandai, mengerti dengan mendalam. Jadi menurut namanya saja, Filsafat boleh dimaknai ingin

  Filsafat adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis. Filsafat tidak melakukan studi atau eksperimen, tetapi mengutarakan problema secara persis, mencari solusi, memberikan argumentasi dan alasan secara tepat, akhir dari proses itu dimasukkan pada proses dialektika. Kecintaan pada kebijaksanaan haruslah dipandang sebagai suatu bentuk proses, artinya segala upaya pemikiran untuk selalu mencari hal-hal yang bijaksana, bijaksana di dalamnya mengandung dua makna yaitu baik dan benar, baik adalah sesuatu yang berdimensi etika, sedangkan benar adalah sesuatu yang berdimensi rasional, jadi sesuatu yang bijaksana adalah sesuatu yang etis dan logis. Dengan demikian berfilsafat berarti selalu berusaha untuk berfikir guna mencapai kebaikan dan kebenaran, berfikir dalam filsafat bukan sembarang berfikir namun berpikir secara radikal sampai ke akar- akarnya, oleh karena itu meskipun berfilsafat mengandung kegiatan berfikir, tapi tidak setiap kegiatan berfikir berarti filsafat atau berfilsafat.Sutan Takdir Alisjahbana (1981) menyatakan bahwa pekerjaan berfilsafat itu ialah berfikir, dan hanya manusia yang telah tiba di tingkat berfikir, yang berfilsafat.

  Kalau menurut tradisi filsafati dari zaman Yunani Kuno, orang yang pertama memakai istilah philosophia dan philosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M.), yakni seorang ahli matematika yang kini

  lebih terkenal dengan dalilnya dalam geometri yang menetapkan a

  • 2

  2

  2

  b = c . Pytagoras menganggap dirinya “philosophos” (pencinta kearifan). Baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan. Selanjutnya, orang yang oleh para penulis sejarah filsafat diakui sebagai Bapak Filsafat ialah Thales (640-546 S.M.). Yang merupakan seorang Filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah- kaidahnya (The Liang Gie, 1999).

  Menurut sejarah kelahiran istilahnya, filsafat terwujud sebagai sikap yang ditauladankan oleh Socrates. Yaitu sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus maju dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah kepada kemalasan, terus menerus mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan kebenaran (Soeparmo, 1984).

  Timbulnya filsafat ilmu pengetahuan karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks, maka tidak semuanya dapat dijawab oleh filsafat secara memuaskan. Jawaban yang diperoleh menurut Koento Wibisono dkk.(1997), dengan melakukan refleksi yaitu berpikir tentang pikirannya sendiri.Dengan demikian, tidak semua persoalan itu harus persoalan filsafat.

  Filsafat ilmu pengetahuan adalah adalah bagian dari filsafat yang menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu pengetahuan alam. Filsafat ilmu pengtahuan berusaha untuk dapat menjelaskan masalah- masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam- macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.

  B. Hakikat dan Bidang Telaah Filsafat Adapun Bidang-bidang kajian atau sistimatika filsafat antara lain adalah :

  1. Ontologi. Bidang filsafat yang meneliti hakikat wujud atau ada (on = being atau ada; logos = pemikiran atau ilmu atau teori). Sudut pandang ontologi, yang mencari jawab atas pertanyaan ”apa” sesunguhnya objek yang diselidiki itu.

  2. Epistemologi. Filsafat yang menyelidiki tentang sumber, syarat serta proses terjadinya pengetahuan (episteme = pengetahuan atau knowledge; logos = ilmu atau teori atau pemikiran). Sudut pandang epistemologi, yang mencari jawab atas pertanyaan dari mana asal- usul dari objek yang diselidiki.

  3. Axiologi. Bidang filsafat yang menelaah tentang hakikat nilai-nilai (axios = value; logos = teori atau ilmu atau pemikiran). Sudut pandang aksiologis, yang mencari jawab atas pertanyaan ”kemanakah akhir dari segala sesuatu” atau dapat juga diartikan ”apkah tujuan atau manfaatnya”.

  Sementara itu menurut Gahral Adian, Pendekatan filsafat melalui sistimatika dapat dilakukan dengan mengacu pada tiga pernyataan yang dikemukakan oleh Immanuel Kant yaitu :

  1. Apa yang dapat saya ketahui ?

  2. Apa yang dapat saya harapkan ?

  3. Apa yang dapat saya lakukan ?

  Ketiga pertanyaan tersebut menghasilkan tiga wilayah besar filsafat yaitu wilayah pengetahuan, wilayah ada, dan wilayah nilai. Ketiga wilayah besar tersebut kemudian dibagi lagi kedalam wilayah-wilayah bagian yang lebih spesifik. Wilayah nilai mencakup nilai etika (kebaikan) dan nilai estetika (keindahan), wilayah Ada dikelompokan ke dalam Ontologi dan Metafisika, dan wilayah pengetahuan dibagi ke dalam empat wilayah yaitu filsafat Ilmu, Epistemologi, Metodologi, dan Logika. lebih lanjut ketiga wilayah tersebut diskemakan sbb :

  ONTOLOGI METAFISIKA

  A D A

  FILSAFAT ILMU ETIKA

  N I L A I

  M EPISTEMOLOGI

PENGETAHUAN

  METODOLOGI LOGIKA ESTETIKA

  Gambar 1. Skema Wilayah Filsafat

  Filsafat Ilmu Pengetahuan alam adalah pemikiran yang sedalam- dalamnya pada kehidupan manusia untuk memperolah; kebenaran, makna, tujuan serta nilai-nilai ilmu pengetahuan.

  C. Pengertian Ilmu Alam, Ruang Lingkup dan Sumber ilmu Alam

  1. Ilmu pengetahuan (sains) dapat didefinisikan, yakni pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui proses yang disebut metode ilmiah (scientific method) (Jujun S. Suriasumantri, 1992). Definisi lain, sains adalah kegiatan intelektual yang berkaitan dengan alam fisik beserta semua fenomenanya dan memerlukan pengamatan (observasi) yang tidak biasa serta eksperimen yang sistematik." Sains dipandang sebagai sesuatu yang memiliki disiplin yang ketat, ilmiah, dan objektif.

  Sementara itu, yang dimaksud pendidikan sains adalah kumpulan fakta, konsep, teori, dan generalisasi yang menjelaskan tentang alam. Melalui pendidikan sains, penemuan dari suatu kebenaran ilmiah mengenai hakikat semesta alam dijelaskan secara logis untuk memberikan pemahaman konsep. Hukum yang bersifat

  

ilmiah didekati melalui suatu proses induksi dari informasi yang

didapatkan dari berbagai data.

  Obyek penelitian sains mencakup keseluruhan alam semesta

dengan segenap isinya.Sikap ini sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an

bahwa dalam setiap melakukan aktivitas, termasuk dalam pencarian

ilmu pengetahuan kealaman (sains): ”Bacalah dengan (menyebut)

nama Tuhanmu Yang menciptakan.” (Qs. al-‘Alaq [96]: 1). Ayat ini

supaya manusia dalam “kegiatan membaca atau meneliti” memperoleh

berbagai pemikiran dan pemahaman.

  

Iqra` haruslah dengan bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman

kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam (al-

Qashash,1995:81).Al-Quran juga menyatakan bahwa objek ilmu

meliputi batas-batas alam materi (physical world), karena itu dapat

dipahami mengapa Al-Quran di samping menganjurkan untuk

mengadakan observasi dan eksperimen (QS.[29]:20), juga

menganjurkan untuk menggunakan akal dan intuisi (antara lain, QS

[16]:78).

  

Dengan demikian, sejak semula Allah SWT dalam Al-Quran

menyatakan bahwa di balik alam raya ini ada Tuhan yang wujud-Nya

dirasakan di dalam diri manusia (antara lain QS 2:164; 51:20-21), dan

bahwa tanda-tanda wujud-Nya itu akan diperlihatkan-Nya melalui

pengamatan dan penelitian manusia, sebagai bukti kebenaran Al-

Quran (QS 41:53) memberikan isyarat melalui ayat-ayat-Nya bahwa

tafakkurmenghasilkan sains, tashkhir menghasilkan teknologi guna

kenyamanan hidup manusia. Secara sederhana, tanpa keraguan dapat

dinyatakan bahwa "Al-Quran" membenarkan bahkan mewajibkan

usaha-usaha pengembangan ilmu sains dan teknologi, selama ia

membawa manfaat untuk manusia serta memberikan kemudahan bagi

mereka.

  Ilmu alam (natural science) atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana objeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan berlaku kapan pun dimana pun.

  Sains (science) diambil dari kata latinscientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably Joint".

  Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan.Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.

  Menurut Poedjawijatna ilmu alam adalah ilmu yang berobyek fakta alam, percobaan yang mungkin ditimbulkan semuanya mempunyai tujuan untuk mencari hukum yang umum dan pasti.Dapat disimpulkan, bahwa ilmu alam adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam yang terjadi di alam semesta.

  Adapun ilmu-ilmu alam membatasi diri dengan hanya membahas gejala-gejala alam yang dapat diamati.Tentu saja pengamatan yang dimaksud disini lebih luas dari pada hasil interaksi langsung dengan panca indera kita, yang memang lingkup kemampuannya sangat terbatas.Tuntutan lebih lanjut bagi gejala alam yang lazim dibahas dalam ilmu-ilmu alam adalah bahwa pengamatan gejala itu dapat diulangi dengan orang lain.ilmu-ilmu alam bukan hanya kumpulan lukisan gejala alam.Ada semacam keyakinan bahwa masing-masing gejala alam itu tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dalam suatu pola sebab akibat yang dapat difahami dengan penalaran yang saksama, ini menjadi tugas teori ilmu-ilmu alam.

  Manusia adalah bagian dari alam, yang mengadakan interaksi dengan alam, menangkap gejala alam kemudian mencari hakikatnya.Hakikat dari gejala alam dikemas dalam ilmu alam yang berkembang pada tahun 1700-an. Ilmu alam telah mencapai perkembangan yang menyeluruh, sistematik, dan ilmiah, jika dibandingkan dengan ilmu social.Hal itu disebabkan karena unsur- unsur alam mudah diteliti di laboraturium.

  Pekerjaan pertama ahli ilmu alam adalah mengobservasi materi, misalnya Euclid mengobservasi gerakan matahari; Plolemeus meneliti tentang bumi sebagai pusat jagat raya; ahli-ahli matematika arab menentukan angka decimal dan aljabar dan kimia. Ilmu alam yang pertama adalah membahas tentang mekanika benda-benda bumi dan angkasa yang diijelaskan secara matematika.

  Karya matematika zaman kuno disempurnakan oleh Descartes di tahun 1600-an kemudian dikembangkan perhitungan deferensial integral oleh Leibniz. Kepler menemukan hukum-hukum gerak planeter dan Newton merumuskan hukum-hukum umum gerak materi. Pada abad 17 dan 18 lahir teori pembakaran (Combustion) dalam ilmu kimia, yaitu jika logam dipanaskan maka bobotnya akan lebih berat; teori ini disebut teori Phlogestis.

  Semua perubahan dan perkembangan dalam alam diingkari, dinegasi.Para filosof Yunani kuno menyatakan bahwa dunia ini timbul dari kekacauan yang luar biasa, yaitu sesuatu yang telah berkembang dan telah menjadi.

  Kant menyatakan hipotesis Nebular atau kabut bintang, atau bintang berpijar (1755), yang memandang system surya telah dibentuk dari Nebula, bumi dan seluruh system solar muncul sebagai sesuatu yang telat menjadi dalam peredaran waktu; dan Laplace menyatakan hipotesis system solar (1835), William Huggins (1865) membuktikan keberadaan dalam angkasa luar, materi serba gas yang panas yang serupa dengan nebula asli yang disebutkan dalam hipotesis kant dan laplase.Penemuan Kant itu menjadi titik tolak bagi kemajuan ilmu. Apabila bumi itu sesuatu yang telah menjadi, maka keadaan geologi, geografi dan klimatiknya sekarang, dan tanaman-tanaman dan bintang- bintangnya secara serupa, mestinya juga sesuatu yang menjadi; yang mestinya mempunyai sesuatu sejarah ko-eksistensi dalam ruang dan waktu. Mayer di Heilbronn dan Joule di Manchester (1842) memperagakan transformasi panas menjadi energi mekanikan dan dari energy mekanikan menjadi panas. Grove dalam bukunya the Correlation of Physical forces (1846) menjelaskan bahwa semua energi fisik, energi mekanika, panas, cahaya, listrik, magnetism dan bahkan yang dinamakan energi kimiawi, ditransformasikan yang satu menjadi yang lainnya dalam keadaan-keadaan tertentu tanpa kehilangan energi yang timbul; hal itu seperti dikatakan Descartes bahwa kuantitas gerak yang terdapat di dunia adalah tetap, materi bergerak, berubah dan berkembang menjadi materi lain menurut hukum-hukum tertentu.

  Ilmu fisika, seperti astronomi adalah materi yang bergerak.

  Dengan terus berkembangnya ilmu-ilmu alam yang ditemukan dan diteliti oleh para ahli, ilmu-ilmu alam dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni ilmu alam dan ilmu hayat.Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang membentuk alam semesta, sedangkan ilmu hayat mempelajari makhluk-makhluk hidup di dalamnya.Ilmu alam kemudian bercabang lagi menjadi fisika, kimia, astronomi, geografi, geologi, biologi, ilmu bumi, zoology, botani, mineralogy, mekanika dan lain-lain.

  Adapun sumber Ilmu alam dibangun berbasis peristiwa gejala alam yang dapat dipengaruhi kehidupan manusia dalam mengelola alam.Kemampuan daya nalar manusia menata pengalamannya secara sistematis, sistemik, dan dapat diperbandingkan sepanjang waktu terhadap alam disusun menjadi ilmu alam.

  Ilmu alam meneliti perubahan alam, bahwa perubahan itu adalah dari faktor internal atas kontradiksi berbagai unsur dalam alam. Proses gerak alam itu tidak ada campur tangan manusia; gerak itu murni dari faktor internal alam itu sendiri, oleh sebab itu proses itu dianalisis dengan menggunakan hukum dialektika (paradigma saling hubung, kontradiksi dan perubahan).

  Filsafat meneliti perubahan alam karena campur tangan manusia, ukuran manusia adalah kemampuannya mengubah alam yang lebih bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam proses itu integensi manusia meningkat, dan gerak materi atas campur tangan manusia itu harus dianalisis berdasarkan hukum sebab akibat.

  D. Kerangka Berfikir Ilmu Alam dan Metode Ilmu Pengetahuan Alam

  1. Kerangka Berfikir Kerangka berfikir ilmu-ilmu alam lebih menitikberatkan kepada yang realitas saja atau lebih dikenal dengan aliran positifisme.Adapun dalam perkembangan ilmu-ilmu tersebut sangat dipengaruhi oleh aliran positifisme.

  Positifisme bertujuan dalam menjadikan ilmu pengetahuan dengan fondasi yang kuat dan terpercaya, ajaran dari positifisme antara lain: a. Dalam alam terdapat hukum-hukum yang dapat diketahui. b. Penyebab adanya benda-benda dalam alam tidak dapat diketahui (bandingkan dengan teori evolusi Darwin, karena ilmuwan tidak dapat melihat penyebabnya).

  c. Setiap penyataan yang secara prinsip tidak dapat dikembalikan pada fakta tidak mempunyai arti nyata dan tidak masuk akal.

  d. Hanya hubungan antara fakta-fakta saja yang dapat diketahui.

  e. Perkembangan intelektual merupakan sebab utama perubahan sosial.

  2. Metode Ilmu Pengetahuan Alam Metoda ilmiah sebagai ciriilmu pengetahuan. Metoda ilmiah merupakan cara-cara ilmiah untuk memperoleh pengetahuan dan yang menentukan apakah suatu pengetahuan bersifat ilmiah. Metode ilmiah yang digunakan, harus menjamin akan menghasilkan pengetahuan yang ilmiah, yaitu yang bersifat objektif, sistematis dan konsisten.Langkah-langkahnya sebagai berikut:

  a. Perumusan masalah Langkah metoda ilmiah diawali dengan merasakan adanya masalah dan berkeinginan untuk memecahkan masalah.

  Masalah antara lain timbul karena adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya terjadi dengan keadaan yang sebenarnya. Yang dimaksud dengan masalah di sini umumnya ialah berupa pertanyaan yang mengandung unsur-unsur apa, mengapa, dan bagaimana suatu objek yang akan diteliti.

  b. Penyusunan hipotesis Hipotesis adalah pernyataan yang mengandung jawaban- jawaban sementara tentang masalah yang diteliti dan yang harus diuji kebenaranya melalui observasi dan eksperimen. Hipotesis menunjukkan adanya kemungkinan-kemungkinan jawaban atau dugaan-dugaan sementara tentang masalah yang diteliti. Penyusunan hipotesis harus dilandasi pengetahuan- pengetahuan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. c. Pengumpulan data Yaitu mengumpulkan data yang ada hubungannya dengan masalah tersebut dan yang relevan dengan hipotesis yang telah disusun. Pengumpulan data ini antara lain dapat dilakukan dengan mencari informasi dari buku-buku sumber atau dari orang yang dianggap banyak mengetahui tentang masalah tersebut d. Pengujian hipotesis

  Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan atau observasi dan dapat dilakukan dengan melalui eksperimen. Pengujian hipotesis tidak berarti harus membenarkan hipotesis karena suatu hipotesis dapat ditolak kebenarannya bila hasil-hasil eksperimen atau observasi tersebut ternyata tidak mendukungnya e. Pengambilan kesimpulan

  Berdasarkan hasil analisis data dan hasil eksperimen yang telah dilakukan pada proses pengujian hipotesis ditarik kesimpulan hipotesis mana yang ditolak dan hipotesis mana yang diterima. Kesimpulan yang diambil merupakan pengetahuan yang telah diuji kebenarannya. Kesimpulan tersebut juga merupakan jawaban terhadap masalah yang diteliti atau dipecahkan, yang dikomunikasikan dalam bentuk laporan hasil penelitian. Kecuali itu dari suatu hasil penelitian, biasanya timbul masalah-masalah baru yang perlu diteliti.

  E. Tugas dan Fungsi Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan alam adalah filsafat memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran tapi filsafat tidak ikut campur dalam ilmu-ilmu tersebut dimana filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu dapat dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis sambil berusaha menemukan jawaban yang benar.Tentu saja penilaian itu harus dilakukan dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.Penilaian dan jawaban yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa harus terbuka terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi demi mencapai kebenaran yang dicari.

  Tugas filsafat pengetahuan adalah menunjukkan bagaimana “ pengetahuan tentang sesuatu sebagaimana adanya”. Fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam adalah mengembangkan pengertian tentang strategi dan taktik ilmu pengetahuan alam.

  Filsafat sebagai bagian dari pengetahuan, dimana pengetahuan yang berasal dari usaha sendiri dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

  1. Pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah diuji kebenarannya melalui metode ilmiah.

  2. Pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui pikiran, tak terbatas pada pengamatan panca indra.

  3. Pengetahuan yang tak termasuk golongan satu dan dua.

  Antara ilmu Pengetahuan dan ilmu Filsafat ada persamaan dan perbedaannya.Ilmu Pengetahuan bersifat Posterior kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-pengujian secara berulang-ulang sedangkan filsafat bersifat priori kesimpulannya ditarik tanpa pengujian, sebab filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti yang dimiliki ilmu karena Filsafat bersifat spekulatif.Disamping adanya perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah persamaan yaitu sama-sama mencari kebenaran. Ilmu memiliki tugas melukiskan, filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan ,aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakta itu, darimana awalnya dan akan kemana akhirnya. Dan juga persamaan antara ilmu pengetahuan dan filsafat adalah, keduanya berasal dari olah pikir manusia, keduanya sama-sama mencari kebenaran.Namun berbeda dalam menetapkan kriteria kebenaran tersebut. F. Hakikat MIPA

  1. Istilah matematika berasal dari kata Yunani “mathein” atau “ manthenein” , yang artinya“mempelajari”, kata tersebut erat hubungannya dengan kata Sansekerta “medha” atau “widya” yang artinya “kepandaian” , “ketahuan” . atau “intelegensi”. Dalam buku

  Landasan Matematika , Andi Hakim nasution (1977 : 12 ) tidak

  menggunakan istilah“ilmu pasti” dalam menyebut istilah ini. Kata “ilmu pasti” merupakan terjemahan dari bahasa Belanda “wiskunde”. Kemungkinan besar bahwa kata “wis” ini ditafsirkan sebagai “pasti” karena di dalam bahasa Belanda ada ungkapan “wis an zeker”: ”zeker” berarti “pasti” , tetapi“wis” di sini lebih dekat artinya ke “wis” dari kata “wisdom” dan wissenscaft” , yang erat hubungannya dengan “widya”. Karena itu , “wiskunde” sebenarnya harus diterjemahkan sebagai “ilmu tentang belajar” yang sesuai dengan arti “mathein” pada matematika. Dalam proses belajar matematika juga terjadi proses berpikir, sebab seseorang dikatakan berpikir apabila orang itu melakukan kegiatan mental , dan orang yang belajar matematika mesti melakukan kegiatan mental. Dalam berpikir , orang menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah direkam dalam pikirannya sebagai pengertian pengertian.

  Dari pengertian tersebut , terbentuklah pendapat yang pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dan tentunya kemampuan berpikir seseorang dipengaruhi oleh tingkat kecerdasannya. Dengan demikian , terlihat jelas adanya hubungan antara kecerdasan dengan proses dalam belajar matematika ( Hudojo , 1990 : 5 ).

  2. Untuk mempelajari hakikat IPA perlu dikaji kembali dua contoh definisi IPA. IPA pada hakekatnya merupakan suatu produk, proses dan penerapan dengan penjelasan sebagai berikut :

  a. IPA pada hakikatnya merupakan suatu produk atau hasil. IPA merupakan sekumpulan pengetahuan (dalam definisi pertama dan kedua) dan sekumpulan konsep-konsep dan bagan konsep

  (dalam definisi ketiga) yang merupakan hasil suatu proses tertentu.

  b. IPA pada hakikatnya adalah suatu proses (dalam definisi kedua). Yaitu proses yang digunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk IPA. Dalam Proses ini digunakan metode ilmiah dan terutama ditekankan pada proses observasi dan eksperimen (dalam definisi pertama dan kedua). Matematika mempunyai sumbangan yang penting bagi perkembangan IPA. Matematika antara lain berperan sebagai penunjang untuk memahami gejala-gejala alam dan untuk memperhitungkan secara logis sesuatu yang tidak dapat diperoleh dari observasi dan eksperimen. Perkembangan IPA bukan hanya karena proses induksi dan deduksi tetapi juga peranan matematika. Pengetahuan yang diperoleh dengan metoda ilmiah yang disertai perhitungan matematika melahirkan IPA kuantitatif yang dipandang sebagai IPA modern.

  3. Ciri MIPA : Sebagai suatu produk, proses maupun penerapan, IPA memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat membedakan ilmu pengetahuan lain. Adapun ciri- ciri tersebut adalah :

  a. Ciri pertama pengetahuan dalam IPA bersifat universal. Ini berarti konsepkonsep dan teori IPA tetap konsisten dan berlaku dimana- mana. Hal ini antara lain karena IPA tidak membahas nilai-nilai moral dan etika, dan menjangkau nilai-nilai keindahan dan seni budaya yang nilainya dipengaruhi oleh kebudayaan masing-masing tempat.

  b. Ciri kedua dari IPA ialah konsep-konsep dalam IPA dapat diuji kebenarannya oleh siapa saja pada setiap waktu. ini berarti konsep-konsep IPA dapat dibuktikan oleh ilmuwan-ilmuwan lain pada waktuyang berbeda-beda. c. Ciri ketiga dari IPA adalah bahwa konsep dari teori IPA bersifat tentatif yang berarti kemungkinan dapat diubah bila ditemukan fakta baru yang tidak sesuai dengan konsep dan teori tersebut.

  4. Timbulnya MIPA Ilmu pengetahuan alam yang bermula timbul dari rasa ingin tahu manusia, sekarang telah berkembang pesat dan telah banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat . Penemuan-penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi dapat memberikan kemudahan dan peningkatan kehidupan masyarakat. Misalnya peningkatan penyediaan sandang dan pangan, kualitas kesehatan individu dan masyarakat. Kecuali itu, penemuan-penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi merupakan dasar pembuka jalan bagi pengembangan ilmu pengetahuan alam selanjutnya. Semua penemuan-penemuan ilmu pengetahuan alam masa kini, bukanlah hasil penemuan secara serentak, melainkan merupakan jalinan penemuan-penemuan sebelumnya. Suatu penemuan memungkinkan terdapatnya masalah baru yang mendorong manusia untuk bereksperimen selanjutnya. Dengan demikian terjadi proses berantai yang dinamis dan menyebabkan ilmu pengetahuan alam berkembang pesat.

  G. Peranan MIPA dalam kurikulum 2013 . Tujuan Pendidikan Nasional . Meningkatkan kualitas manusia, perwujudan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.yaitu: Berbudi pekerti yang luhur, berkepribadian, Berdisiplin, Bekerja keras, Tangguh, Bertanggungjawab, Mandiri, Cerdas, Sehat jasmani dan rohani.

  Salah satu contoh konsep yang dipadukan dari berbagai disiplin ilmu Biologi Fisika, Kimia dan Matematika dalam satu tema pembelajaran di SMAseperti :

  1. Kajian Biologi: Peserta didik mengamati fenomena alam seperti pencemaran lingkungan,efek rumah kaca dan akibatnya. Mereka diminta mengembangkan pendekatan saintific dengan kerja ilmiahnya dan penerapan sikap-sikap ilmiahnya memecahkan suatu kasus.

  2. Kajian Kimia : Peserta didik diminta menghembuskan nafas ke cermin.Pada saat terjadi itu terjadi zat CO yang merupakan salah satu zat penyebab

  2

  rumah kaca. Juga dikaji proses fotosintesis yang melibatkan reaksi kimia yang akan menghasilkan produk kimia berupa uap air, karbon dioksida dan energi secara singkat.

  3. Kajian Fisika : peserta didik mengamati peristiwa es mencair di kutub utara sebagai efek dari penipisan ozon. Peserta didik menganalisis peristiwa perubahan fisika apa saja yang terjadi pada benda tersebut sebagai suatu objek IPA. Peserta didik juga melakukan pengukuran besaran pokok seperti seperti panjang, massa, waktu, suhu

  4. Kajian Matematika: Peserta didik membuat tabel pengamatan macam-macam ukuran yang mereka amati, misalnya jumlah kendaraan yang lewat di depan sekolah setiap kurun waktu tertentu, mencoba membuat grafik banyaknya objek yang mereka amati seperti mendata banyaknya macam-macam kendaraan mereka jumpai, membaginya menjadi beberapa golongan dan membuatkan grafik.

  Sehingga dalam satu tema pembelajaran benar-benar terkait semua Matematika, Biologi, Fisika dan Kimia menjadi sebuah pengalaman belajar yang utuh dan bermakna. H. Peranan MIPA bagi guru, peserta didik dan masyarakat.

  MIPA sebagai suatu kumpulan mata pelajaran, hendaknya tidak hanya dipandang sebagai sekumpulan informasi hasil kajian orang terdahulu yang harus diteruskan kepada peserta didik, tetapi harus pula dipandang.Sebagai alat pendidikan yang potensial dapat memberikan uriman (sumbangan) nyata untuk perwujudan manusia Indonesia yang utuh. Pendidikan MIPA menghendaki pendekatan – pendekatan tertentu dan metode –metode tertentu yang sesuai, serta sarana yang mendukung untuk memantapkan berbagai konsep MIPA pada anak didik,membuat mereka mampu berpikir kritis,menggunakan nalar (akal budi) mereka secara efektif dan efisien, menanamkan benih sikap ilmiah pada diri mereka. Lebih penting dari itu, seorang guru MIPA berperan sebagai pendorong berkembangnya pemahaman dan penghayatan akan prinsip – prinsip dan nilai – nilai IPA dikalangan peserta didik dalam rangka menumbuhkan daya nalar, cara berpikir logis, sistematis dan kreatif, kecerdasan, serta sikap kritis, terbuka dan ingin tahu. Dengan ciri perilaku ini, lulusan Sekolah Menengah Atas akan merupakan potensi tenaga kerja berkualitas yang merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan sehingga dapat berperan di dalam masyarakat.

  BAB III PENUTUP A. SIMPULAN Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan:

  1. Ilmu alam adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam yang terjadi di alam semesta. Yang kemudian ilmu alam berkembang dan dibagi menjadi beberapa cabang disiplin ilmu, diantaranya: fisika, geografi, geologi, biologi, kimia, astronomi, ilmu bumi dan lain-lain.

  2. Hakikat bidang telaah filsafat, filsafat itu pada hakikatnya adalah penafsiran dari apa yang ada di alam semesta ini dengan segala isinya melalui pemikiran untuk memperoleh kebenaran, makna, tujuan, dan nilai-nilai. Untuk itu semua filsafat dapat menelaah segala sesuatu atau objeknya melalui tiga sudut pandang, yaitu:ontologi, epistemologi dan aksiologi.

  3. Ruang lingkup dan Sumber kajian dari Ilmu alam dibangun berbasis peristiwa gejala alam yang dapat dipengaruhi kehidupan manusia dalam mengelola alam. Ilmu alam dibangun berbasis peristiwa gejala alam yang dapat dipengaruhi kehidupan manusia dalam mengelola alam.

  4. Kerangka berfikir ilmu-ilmu alam lebih menitikberatkan kepada yang realitas saja atau lebih dikenal dengan aliran positifisme. Adapun Positifisme sebagai paham filsafat membatasi pengetahuan yang benar pada hal-hal yang dapat diperoleh dengan memakai metode ilmu-ilmu alam (induksi).

  5. Tugas dan fungsi filsafat Ilmu pengetahuan adalah menunjukkan bagaimana “pengetahuan tentang sesuatu sebagaimana adanya” dan fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam adalah mengembangkan pengertian tentang strategi dan taktik ilmu pengetahuan alam.

  6. MIPA sebagai suatu kumpulan mata pelajaran, hendaknya jangan hanya dipandang sebagai sekumpulan informasi hasil kajian orang terdahulu yang harus diteruskan kepada peserta didik, tetapi harus pula dipandang sebagai alat pendidikan yang potensial dapat memberikan uriman (sumbangan) nyata untuk perwujudan manusia

  7. Keterpaduan Ilmu pendidikan MIPA dalam Implementasi Kurikulum 2013 dicontohkan semua kajian ilmu IPA dan Matematikanya melalui pendekatan saintifik dan menggabungkannya menjadi sebuah tema

  8. Dalam upaya menunjang pencapaian tujuan pendidikan nasional seperti yang selalu dikemukakan, seorang guru tidak hanya bertugas sebagai pengajar melainkan juga sebagai pendidik yang mendidik peserta didik agar bersikap ilmiah sehingga dapat berperan di masyarakat.

  Dari penulisan makalah ini dapat disarankan:

  1. Dalam peningkatan mutu pembelajaran ditandai dengan adanya kualitas interaksi antara guru dan siswa. Untuk mencapai interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran, hal yang menentukan adalah kemampuan guru dalam menguasai materi, memilih dan menggunakan metode, mengelola kelas, memilih dan menggunakan media, serta melaksanakan penilaian baik proses maupun hasil pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru.

  2. Tujuan pendidikan MIPA sebagai wahana pendidikan umum untuk semua siswa guna membentuk masyarakat yang melek sains sangat penting dalam segala aspekkehidupan, karena itu perlu dipelajari agarsemua insan Indonesia mencapai literasisains, sehingga membentuk masyarakatyang melek sains namun tetap berkarakterbangsa. Aly Abdullah , Drs. , Eny Rahma , Ir. , Ilmu Alamiah Dasar , Bumi Aksara , Jakarta , 2004. Bahm, Archie, J., 1980., “What Is Science”, Reprinted from my Axiology; The

  Science Of Values; 44-49, World Books, Albuquerqe, New Mexico, p.1,11. Bertens, K., 1987., “Panorama Filsafat Modern”, Gramedia Jakarta, p.14, 16, 20-21, 26.

  

Jujun S Suriasumantri . Perjalanan Filsafat Ilmu. Republika, Kamis, 20

September 2007 Posted on September 22,

2007

  Koento Wibisono S. dkk., 1997., “Filsafat Ilmu Sebagai Dasar

  Pengembangan Ilmu Pengetahuan”, Intan Pariwara, Klaten, p.6-7, 9, 16, 35, 79.

  Koento Wibisono S. dkk., 1997., “Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan”, Intan Pariwara, Klaten, p.6-7, 9, 16, 35, 79.

  Koento Wibisono S., 1984., “Filsafat Ilmu Pengetahuan Dan Aktualitasnya

  Dalam Upaya Pencapaian Perdamaian Dunia Yang Kita Cita-Citakan”,Fakultas Pasca Sarjana

  UGM Yogyakarta p.3, 14-16. Muhaimin dan Abdurrahman ,Mathematical Intelligence , Ae-Ruzzmedia , Jogjakarta , 2008.

  Nuchelmans, G., 1982., “Berfikir Secara Kefilsafatan: Bab X, Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam, Dialihbahasakan Oleh Soejono Soemargono”, Fakultas Filsafat – PPPT UGM Yogyakarta p.6-7.

  Poedjawijatna, Tahu dan Pengetahuan Pengantar ke Ilmu dan Filsafat, Jakarta: Rineka Cipta, 2004

  Prawironegoro, Darsono. Filsafat Ilmu. Jakarta: Nusantara Konsulting, 2010

  Salam. Burhanuddin, Logika Materil Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003

  Sastrapratedja, M., 1997., “Beberapa Aspek Perkembangan Ilmu Pengetahuan”, Makalah, Disampaikan Pada Internship Filsafat Ilmu Pengetahuan, UGM Yogyakarta 2-8 Januari 1997, p.2-3.

  Soeparmo, A.H., 1984., “Struktur Keilmuwan Dan Teori Ilmu Pengetahuan Alam”, Penerbit Airlangga University Press, Surabaya, p.2, 11.

  Suriasumantri, Jujun S. Ilmu Dalam Perspektif, sebuah karangan tentang hakekat ilmu, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

  2009 The Liang Gie., 1999., Pengantar Filsafat Ilmu”, Cet. Ke-4, Penerbit Liberty Yogyakarta, p.29, 31, 37, 61, 68, 85, 93, 159, 161.

  Van Melsen, A.G.M., 1985., “Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab, Diterjemahkan Oleh K.Bartens”, Gramedia Jakarta, p.16-17, 25-26.

  Van Peursen, C.A.,1985., “Susunan Ilmu Pengetahuan Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu, Alih Bahasa Oleh J.Drost”, Gramedia Jakarta, p.1, 4, 12.

  Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta: Indeks, 2008

  Yusuf Lubis, Akhyar. Filsafat Ilmu Metodologi Posmodernis. Cimangis: Akademia, 2004

  ____________________., 1996., “Arti Perkembangan Menurut Filsafat Positivisme Auguste Comte”, Cet.Ke-2, Gadjah Mada University Press Yogyakarta, p.8, 24-26, 40.

  ____________________., 1999., “Ilmu Pengetahuan Sebuah Sketsa Umum Mengenai Kelahiran Dan Perkembangannya Sebagai Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu”, Makalah, Ditjen Dikti Depdikbud – Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta, p.1.