Indonesia dan Sejarah Ketatanegaraan Di (1)

Nama

: Akbar Astra Nugraha

NIM

: 02011381520300

MK

: Hukum Konstitusi

Kelas

:B

Indonesia Dan Sejarah Ketatanegaraan Di Dalamnya
Sejarah Ketatanegaraan Indonesia periode proklamasi sampai Orde Baru
Perkembangan ketatanegaraan dapat di bagi menjadi beberapa periode,sejak masa Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai sekarang. Walaupun sebenarnya tonggak
ketatanegaraan Indonesia telah ada jauh sebelum proklamasi. Secara formal, periode

perkembangan ketatanegaraan itu dapat dirinci sebagai berikut.
1.

Periode Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945

Dalam rangka persiapan kemerdekaan Indonesia maka dibentuk BPUPKI, yang telah berhasil
membuat Rancangan Dasar Negara pada tanggal 25 Mei s.d. 1 Juni 1945 dan Rancangan UU
Dasar pada tanggal 10 Juli s.d. 17 Juli 1945. Pada tanggal 11 Agustus 1945 BPUPKI
dibubarkan dan dibentuk PPKI yang melanjutkan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh
BPUPKI dan berhasil membuat UUD 1945 yang mulai diberlakukan tanggal 18 Agustus
1945. Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945, maka hal-hal yang
dilakukan adalah :
1.

Menetapkan UUD Negara RI pada tanggal 17 Agustus 1945.

2.

Menetapkan Soekarno-Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden.


3.

Pembentukan Departemen-Departemen oleh Presiden.

4.

Pengangkatan anggota Komite Nasional Indonesi Pusat (KNIP) oleh Presiden

Sistem pemerintahan negara menurut Undang-Undang Dasar 1945 adalah Sistem
Pemerintahan Presidensial (Sistem Kabinet Presidensial), yang bertanggung jawab terhadap
jalannya pemerintahan adalah Presiden. Menteri-menteri sebagai pembantu Presiden dan
bertanggung jawab kepada Presiden. Presiden adalah Mandataris Majelis Permusyawaratan
Rakyat dan bertanggung jawab kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Dalam kurun waktu berlakunya Undang-Undang Dasar 1945 telah terjadi "perubahan praktik
ketatanegaraan" Republik Indonesia tanpa mengubah ketentuan Undang-Undang Dasar 1945.
Perubahan tersebut ialah dengan keluarnya Maklumat Wakil Presiden tanggal 16 Oktober
1945 dan Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945. Dengan keluarnya Maklumat
Pemerintah tanggal 14 November 1945 tersebut terjadi perubahan dari sistem pemerintahan
Presidensial (Sistem Kabinet Presidensial) menjadi sistem pemerintahan Parlementer (Sistem
Kabinet Parlementer).


Sehingga dengan Maklumat-maklumat tersebut menimbulkan persoalan dalam pelaksanaan
pemerintahan mengenai system pemerintahan dimana menurut Pasal 4 UUD 45 ditegaskan
bahwa “Presiden memegang kekuasaan pemerintahan dan Pasal 17 menetapka bahwa “
Menteri Negara diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dan bertanggung jawab kepada
Presiden, system pemerintahan menurut UUD 1945 adalah Sistem Presidentil. Sedangkan
menurut Maklumat Pemerintah meletakana pertanggungjawaban Kabinet kepada KNIP yang
merupakan ciri dari system Parlementer.
RIS (1949-1950)
Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah sistem pemerintahan parlementer, yang
meganut Sistem multi partai. Didasarkan pada konstitusi RIS, pemerintahan yang diterapkan
saat itu adalah sistem parlementer kabinet semu (QuasyParlementary). Perlu diketahui bahwa
Sistem Pemerintahan yang dianut pada masa konstitusi RIS bukanlah cabinet parlementer
murni karena dalam sistem parlementer murni, parlemen mempunyai kedudukan yang sangat
menentukan terhadap kekuasaan pemerintah. Diadakannya perubahan bentuk negara kesatuan
RI menjadi negara serikat ini adalah merupakan konsekuensi sebagai diterimanya hasil
Konferensi Meja Bundar (KMB). Perubahan ini dituangkan dalam Konstitusi Republik
Indonesia Serikat (RIS). Hal ini karena adanya campur tangan dari PBB yang
memfasilitasinya.
Wujud dari campur tangan PBB tersebut adanya konfrensi di atas yaitu : - Indonesia

merupakan Negara bagian RIS - Indonesia RIS yang di maksud Sumatera dan Jawa - Wilayah
diperkecil dan Indonesia di dalamnya - RIS mempunyai kedudukan yang sama dengan
Belanda - Indonesia adalah bagian dari RIS yang meliputi Jawa, Sumatera dan Indonesia
Timur. Dalam RIS ada point-point sebagai berikut :
1. Pemerintah berhak atas kekuasaan UU Darurat
2. UU Darurat mempunyai kekuatan atas UU Federasi
Berdasarkan Konstitusi RIS yang menganut sistem pemerintahan parlementer ini, badan
legislatif RIS dibagi menjadi dua kamar, yaitu Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat.
3.

UUDS (1950-1959)

Era 1950-1959 ialah era dimana presiden Soekarno memerintah menggunakan konstitusi
Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950, dimana periode ini berlangsung
dari 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959. Masa ini merupakan masa berakhirnya Negara
Indonesia yang federalis. Landasannya adalah UUD ’50 pengganti konstitusi RIS ’49. Sistem
Pemerintahan yang dianut adalah parlementer cabinet dengan demokrasi liberal yang masih
bersifat semu. Adapun ciri-cirinya adalah :
a. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat.
b. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintahan.

c. Presiden berhak membubarkan DPR.
d. Perdana Menteri diangkat oleh Presiden.

Diawali dari tanggal 15 Agustus 1950, Undang-Undang Dasar Sementara Negara Kesatuan
Republik Indonesia (UUDS NKRI, UU No. 7/1850, LN No. 56/1950) disetujui oleh DPR dan
Senat RIS. Pada tanggal yang sama pula, DPR dan Senat RIS mengadakan rapat di mana
dibacakan piagam pernyataan terbentuknya NKRI yang bertujuan:
1.

Pembubaran secara resmi negara RIS yang berbentuk federasi

2.
Pembentukan NKRI yang meliputi seluruh daerah Indonesia dengan UUDS yang mulai
berlaku pada tanggal 17 Agustus 1950.
UUDS ini merupakan adopsi dari UUD RIS yang mengalami sedikit perubahan, terutama
yang berkaitan dengan perubahan bentuk negara dari negara serikat ke negara kesatuan.
4.

Masa Orde Lama (1959-1965)


Sebagaimana dibentuknya sebuah badan konstituante yang bertugas membuat dan menyusun
Undang Undang Dasar baru seperti yang diamanatkan UUDS 1950 pada tahun 1950, namun
sampai akhir tahun 1959, badan ini belum juga berhasil merumuskan Undang Undang Dasar
yang baru, hingga akhirnya Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit pada 5 Juli 1959. Bung
Karno dengan dukungan Angkatan Darat, mengumumkan dekrit 5 Juli 1959. Isinya;
membubarkan Badan Konstituante dan kembali ke UUD 1945. Sejak 1959 sampai 1966,
Bung Karno memerintah dengan dekrit, menafikan Pemilu dan mengangkat dirinya sebagai
presiden seumur hidup, serta membentuk MPRS dan DPRS. Sistem yang diberlakukan pada
masa ini adalah sistem pemerintahan presidensil.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 ialah dekrit yang mengakhiri masa parlementer dan digunakan
kembalinya UUD 1945. Masa sesudah ini lazim disebut masa Demokrasi Terpimpin. Isinya
ialah:
1. Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
2. Pembubaran Konstituante
3. Pembentukan MPRS dan DPAS
Karena Orde Lama akhirnya tidak mampu lagi menguasai pimpinan Negara, maka
Presiden/Panglima tertinggi memberikan kekuasaan penuh kepada panglima angkatan darat
Letnan Jendral Soeharto, yaitu dalam bentuk suatu ‘Surat Perintah 11 Maret 1966’(Super
Semar).
5.


Masa Orde Baru (1966-1998)

Orde baru lahir dengan diawali berhasilnya penumpasan terhadap G.30.S/PKI pada tanggal 1
Oktober 1965. Orde baru sendiri adalah suatu tatanan perikehidupan yang mempunyai sikap
mental positif untuk mengabdi kepada kepentingan rakyat, dalam rangka mewujudkan citacita bangsa Indonesia untuk mencapai suatu masyarakat adil dan makmur baik material
maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 melalui pembangunan di segala
bidang kehidupan. Orde Baru bertekad untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen. Orde Baru ingin mengadakan koreksi total terhadap sistem
pemerintahan Orde Lama.

Pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden Soekarno mengeluarkan surat perintah kepada Letjen
Soeharto atas nama presiden untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu guna
mengamankan pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen, untuk menegakkan RI
berdasarkan hukum dan konstitusi. Maka tanggal 12 Maret 1966, dikeluarkanlah Kepres No.
1/3/1966 yang berisi :
1.

Pembubaran PKI beserta ormasnya


2.

Pembersihan Kabinet dari unsur – unsur G 30 S PKI

3.

Penurunan harga barang

Sidang MPRS IV/1966, menerima dan memperkuat Super Semar dengan dituangkan dalam
Tap no. IX/MPRS/1966. Hal ini berarti semenjak itu Super Semar tidak lagi bersumberkan
Hukum Tatanegara Darurat akan tetapi bersumber pada kedaulatan rakyat (pasal 1 ayat 2
UUD 1945). Pemerintah Orde Baru kemudian melaksanakan Pemilu pada tahun 1973 dan
terbentuknya MPR tahun 1973. Adapun misi yang harus diemban berdasarkan Tap. No.
X/MPR/1973 meliputi :
1.
Melanjutkan pembangunan lima tahun dan menyusun serta melaksanakan Rencana
Lima tahun II dalam rangka GBHN.
2.

Membina kehidupan masyarakat agar sesuai dengan demokrasi Pancasila.


3.
Melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif dengan orientasi pada
kepentingan nasional.
SEJARAH KETATANEGARAANINDONESIA PERIODE 1959 – Sekarang
Periode berlakunya UUD 1945 pada masa ini akan dibagi menjadi tiga bagian yakni:
a. Masa antara 1959 - 1966
dengan berlakunya kembali UUD 1945 maka asas ketatanegaraan dan system
pemerintahan mengalami perubahan, yaitu dari asas Demokrasi Liberal menjadi Demokrasi
Terpimpin. Inti dari Demokrasi Terpimpin adalah permusyawaratan tetapi suatu
permusyarawatan yang “dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan” bukan oleh perdebatan dan
penyiksaan yang di akhiri dengan pengadaan kekuatan dan peerhitungan suara pro kontra1.
Dengan sistim presidensiil yang di anut oleh UUD 1945, maka presiden adalah pemegang
kekuasaan
eksekutif
(pemerintah)
tertinggi(concentrationofpowerandresponsibilityuponpresident), yang dalm pelaksanaan
kekuasaan dibantu oleh wapres dan mentri-mentri (Pasal 4 dan 17 UUD 1945)

Kemudian meletuslah TRI TURA akibat dari stabilitas politik dan keamanan yang

tidak baik yang isinya:
Pelaksanaan kembali secara murni dan konsekwen UUD 1945
Pembubaran PKI
1Abdulah Zaini, Pengantar Hukum Tata Negara, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1991,hlm.167

Penurunan harga barang
b. Masa antara 1966 – 1999
pada masa ini presiden soekarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar) tahun 1966 untuk menanggapi TRI TURA, yang memberi wewenang kepada
Jendral Soeharto, Panglima Komando Staf Angkatan Darat untuk mengendalikan situasi.
Yang mana dengan keluarnya Supersemar dan ketetapan lainnya mengangkat Jendral
Soeharto sebagai pejabat presiden berdasarkan TAP MPRS No> XLIX/MPRS/19682.
TAP MPRS No> XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPR GR mengenai Sumber
Tertib Hukum Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia, yang terdiri
dari:
UUD 1945
Ketetapan MPRS/MPR
UU/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)
Peraturan Pemerintah
Keputusan Presiden dan,

Peraturan Pelaksana Lainnya Seperti:
Peraturan Mentri
Instruksi Mentri
dan lain-lainnya
Dalam Perkembangan sejarah ketatanegaraan pada masa Soeharto berkuasa dikeluarkan pula
keputusan DPR GR tanggal 16 Desember 1967 yang isinya:
Adanya anggota MPR/DPR yang diangkat, disamping yang dipilih melalui pemilu
Yang diangkat adalah perwakilan ABRI dan Non ABRI, untuk Non ABRI harus Non Massa
Jumlah anggota yang di angkat untuk MPR adalah 1/2dari seluruh jumlah anggota
Dikatakan pada pemerintahan Soeharto Asas Kedaulatan Rakyat sebagaimana di tentukan
dalam UUD 1945 tidak pernah dilaksanakan, yang dilaksanakan adalah kedaulatan penguasa3
c. Masa 1988 – sekarang
Pemerintahan Habibie disebut sebagai permerintahan Tradisional, yang menurut
mulyotoMulyosudarmo terdapat dua pemahaman tentang pemerintah transisi. Pertama,
pemerintahan transisi digunakan untuk “merujuk pemerintahan sementara” yang masa
jabatannya di batasi sampai terbentuknya pemerintahan baru hasil pemilu. Kedua,
pemerintahan transisi merupakan pemerintahan otoriter dan sentralistik menjadi
pemerintahan yang desentralistik dan demokratis.
2Ibid. Hlm.183
3Bondan Gunawan S, 200, Indonesia Menggapai Demokrasi, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, hlm. 33

Pemerintahan KH. Abdurachman Wahid tuntutan reformasi berjalan lambat dan
gejolak disintegrasi bangsa berbagai daerah belum berhasil di atasi, terakhir adalah terjadinya
skandal Bulloggate dan Bruneigate, yang berakibat pada tanggal 1 Februari Tahun 2001 DPR
mengeluarkanmemorandum I dan di ikuti Memorandum IIpada tanggal 30 April 2001.
Konflik antara Presiden dan DPR berlanjut, dan Presiden pada akhirnya
mengeluarkan Maklumat yang berisi:
Pembekuan MPR/DPR
Mengembalikan kedaulatan rakyat dan melaksanakn pemilu dalam waktu satu tahun
Membekukan Partai Golkar
P_emilu 2004 menunjukan terjadinya perubahan dominasi dan pemerataan kekuatan,
misalnya PDIP dan Golkar hanya menguasai 20% dan 23% kursi. Hal tersebut di akibatkan
karena:
Pertambahan kursi di DPR, dari 500 pada pemilu Tahun 1999 menjadi 550 kursi tambahan di
perebutkan
Dikosongkannya kursi ABRI di DPR, hal ini berarti ada 38 kursi yang diperebutkan dalam
pemilu 2004
Merosotnya perolehan suara PDIP dalam pemilu 2004 dimana kehilangan44 kursi di DPR,
hal ini berarti bahwa 132 kursi yang akan di prebutkan.
Sampai sekarang sebetulnya sistem ketatanegaraan Indonesia dapat di katakan belumlah
stabil, mengingat masih banyaknya gejolak gejolak yang ada baik di lingkungan sosial,
politik dan hukum. Dapat dikatakan demikian sejalan dengan sejarah ketatanegaraan
indonesia sendiri, namun pemerintah terus berusaha untuk menciptakan kestabilan politik
dengan menciptakan inovasi terhadap kebijakan-kebijakan yang di ambil dan tidak
bertentangan dengan kepentingan seluruh warga masyarakat.

Daftar Pustaka
Abdulah Zaini, Pengantar Hukum Tata Negara, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1991
Bondan Gunawan S, 200, Indonesia Menggapai Demokrasi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,
hlm. 3
Moh. Mahfud MD., Dasar Dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Edisi Revisi, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2001)
http://tulis-bersama.blogspot.co.id/2012/01/sejarah-ketatanegaraan-republik.html?m=1

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65