ANALISIS PEMANFAATAN WAKTU LUANG IBU RUM

1

I.
1.1.

PENDAHULUAN

Latar belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah baik
itu hasil pertanian, industri olahan hasil pertanian, seni, budaya, ras dan agama.Aneka
ragam jenis hasil alam, seni, industri, budaya, ras dan agama ini dapat menciptakan
berbagai macam karya tersendiri yang dimana memiliki nilai jual sehingga dapat
membantu pendapatan masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya.
Salah satu hasil karya seni seperti anyaman yang diciptakan manusia sebagai alat
kebutuhan hidup (sandang) adalah tikar tradisional atau anyaman tikar mendong, karya
seni yang difungsikan bukan hanya sekedar sebagai alas tempat duduk, tidur, dan lain
lain. Anyaman merupakan salah satu hasil karya seni masyarakat suatu wilayah, Seni atau
keterampilan menganyam ini secara turun temurun diwariskan kepada masyarakat
sebagai bentuk identitas kultural suatu daerah.
Anyaman juga bermaksud proses menyilangkan bahan-bahan daripada tumbuhtumbuhan untuk dijadikan satu rumpun yang kuat dan dapat digunakan. Bahan-bahan
tumbuhan yang dapat dianyam diantaranya ialah lidi, rotan, rumput-rumputan, akar,

buluh, pandan, mengkuang, jut dan sebagainya.Bahan ini biasanya mudah dikeringkan
dan lembut.
Perkembangan Sejarah anyaman adalah sama dengan perkembangan seni
tembikar. Jenis seni anyaman pada masa Neolitik kebanyakan adalah menghasilkan tali,
rumah dan keperluan kehidupan.Bahan daripada akar dan rotan merupakan bahan asas
yang awal digunakan untuk menghasilkan anyaman.Pembuatan tikar mendong pada
dasarnya yaitu menyusun mendong dan benang secara mendatar dan membujur dalam
suatu kerapatan yang memakai corak bermacam-macam.
Salah satu bahan baku anyaman tikar yaitu rumput-rumputan seperti mendong.
Tanaman mendong adalah tanaman yang tumbuh di area dengan irigasi yang baik,
Tanaman ini hampir banyak ditemukan diberbagai daerah di Indonesia. Mendong
merupakan bahan dasar yang digunakan untuk membuat kerajinan anyaman seperti tikar,
tas, hiasan dinding, dan lain-lain.

2

Tanaman mendong tumbuh ideal dilahan terbuka dengan jenis tanah agak
berpasir, dengan ketersediaan air yang cukup. Bagian tanaman mendong yang digunakan
sebagai bahan baku kerajinan adalah batang (tangkai buka). Batang mendong yang terlalu
tua dan berwarna kuning atau cokelat tidak dapat digunakan sebagai bahan baku anyaman

karena mudah patah. Kerajinan mendong merupakan jenis kerajinan anyaman yang
menggunakan bahan baku tanaman mendong yang dikreasikan menjadi sebuah anyaman
yang lebih bernilai tinggi. Kerajinan anyaman mendong merupakan kerajinan masyarakat
salah satunya di desa Lenek Kecamatan Aikmel Lombok Timur.Aneka kerajinan yang
terbuat dari bahan mendong banyak dijumpai seperti tikar, sandal, kotak tisu, kotak
kecantikan (make up), dan lain-lain.Kerajinan anyaman mendong merupakan komoditas
produksi masyarakat Lenek. Adapun tenaga kerja yang digunakan dalam proses
penganyaman tikar mendong ini yaitu mayoritasnya adalah kaum wanita yang lebih
condong kepada ibu ibu rumah tangga.
Salah satu dari sumbangan wanita dalam pembangunan adalah partisipasi wanita
itu sebagai tenaga kerja dalam berbagai bidang kehidupan.Konsekuensi dari partisipasi
tersebut terlihat juga dari berbagai masalah yang dihadapi wanita, lebih-lebih jika
mengingat peran ganda dari wanita dalam keluarga, rumah tangga, serta masyarakat luas.
Jika melihat kedudukan (status) wanita dalam keluarga, rumah tangga serta
masyarakat luas dari peranannya yang ganda itu, maka hal ini berarti bahwa disatu pihak
sebagai Ibu Rumah Tangga dalam keluarga masing-masing wanita itu berperan sebagai
tenaga kerja domestik yang tidak mendatangkan hasil secara langsung. Namun demikian
mereka dalam kedudukan tersebut memberikan dukungan bagi anggota lain pencari
nafkah untuk memanfaatkan peluang kerja yang ada, sehingga dengan hal ini
pemanfaatan waktu luang ibu rumah tangga di desa lenek secara tidak langsung

memberikan masukan yang tidak sedikit terhadap perekonomian dalam keluarga
khususnya.
Lenek merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Aikmel, kabupaten
Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia yang mayoritas masyarakatnya

3

bersuku sasak. Desa lenek merupakan satu dari 9 desa dan kelurahan yang berada di
kecamatan Aikmel.Lenek merupakan desa yang berada sebelah ujung barat daya
kecamatan aikmel, desa lenek merupakan desa yang wilayah dan penduduknya paling
luas dan padat di kecamatan aikmel sehingga desa lenek di sini sangat memiliki peranan
penting dalam memberikan input baik itu dari segi ekonomi dan sumber daya alam dan
manusia yang ada.
Dilihat dari jumlah penduduk Lombok Timur dalam angka bahwa jumlah
penduduk yang jenis kelamin perempuan di setiap kecamatan mendominasi dari
penduduk jenis kelamin laki-laki, maka dari ini dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan
perempuan dalam subsektor pertanian dan industri untuk meningkatkan produktifitas
memang sepatutnya untuk dikembangkan dalam mencapai tingkat kesejahteraan.

Tabel 1.1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan perbandingan Jenis Kelamin di

Kabupaten Lombok Timur (Hasil Sensus Penduduk 2010)
No

Kecamatan

Laki-laki

Perempuan

Laki-laki +

4

1

Keruak

22,466

25.227


Perempuan
47693

2

Jerowaru

25.597

27.607

53.200

3

Sakra

24.414


28.419

52.833

4

Sakra barat

21.294

25.532

46.826

5

Sakra Timur

18.546


22.487

41.033

6

Terara

31.116

34.372

65.488

7

Montong

18.282


22.274

40.556

8

gading

30.635

36.981

67.616

9

Sikur

44.516


49.411

93.927

10

Masbagik

22.979

27.102

50.081

11

Pringgasela

13.797


16.595

30.392

12

Sukamulia

23.981

27.856

51.837

13

Suralaga

39.167


43.338

82.505

14

Selong

24.916

28.218

53.134

15

Labuan Haji

42.588

48.017

90.605

16

Pringgabaya

17.109

20.500

37.609

17

Suela

42.493

50.325

92.818

18

Aikmel *

27.075

32.207

59.282

19

Wanasaba

9.036

9.740

18.776

20

Sembalun

14.324

15.136

29.460

591.344

1.105.671

Sambelia
Ket

Jumlah
514.327
: Tanda (*) merupakan daerah penelitian

Sumber : Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Timur
Pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang sangat signifikan sangat
mempengaruhi tingkat persaingan dalam mendapatkan finansial untuk mencukupi
kebutuhan baik itu dalam keluarga dan global secara umumnya, maka dalam hal ini usaha
rumahan atau usaha rumah tangga sangat berperan penting untuk menopang hal tersebut.
Peluang usaha rumah tangga memang dapat memberikan penghasilan keluarga tambahan

5

yang memadai jika dikelola dengan benar, dalam mengelola usaha rumah tangga di
butuhkan keahlian manajemen, baik manajemen keuangan maupun manajemen waktu.
Kaitannya dengan waktu luang yang di maksudkan di atas dalam menopang
perekonomian keluarga solusi yang dilakukan oleh para ibu rumah tangga yang ada di
kecamatan Aikmel Desa Lenek yaitu melakukan usaha Kerajinan Anyaman Tikar
Mendong, usaha ini merupakan alternatif yang di lakukan para ibu rumah tangga dalam
membantu mengemban tanggung jawab dari laki-laki yang bertindak sebagai kepala
keluarga. Meskipun industri kerajinan anyaman tikar mendong dalam hal ini adalah
usaha rumahan atau usaha rumah tangga yang basisnya masih usaha kecil-kecilan atau
industri rumah tangga akan tetapi dinilai cukup dan mampu membantu ekonomi dalam
keluarga.
Berdasarkan paparan diatas, penulis tertarik untuk meneliti salah satu kerajinan
anyaman tikar mendong yang ada di Desa Lenek Lombok Timur yang keberadaannya
mulai terpinggirkan.Di Desa lenek Lombok Timur terdapat banyak pengrajin anyaman
tikar mendong.Selain keahlian dalam menganyam masyarakat Desa Lenek juga memiliki
alat dalam menganyam tikar mendongbukan mesin yang masih orisinil dan masih sangat
tradisional yang sudah ada secara turun temurun. Maka dari itu anyaman ini merupakan
salah satu sumber penghasilan masyarakat di daerah tersebut, Sehingga perlu untuk
melestarikan anyaman tikar mendongyang menjadi ciri khas kerajinan daerah desa lenek
lombok timur.Maka atas dasar pertimbangan tersebut peneliti memiliki keinginan untuk
mengetahui dan mengkaji lebih dalam mengenai “ Analisis Pemanfaatan Waktu Luang
Ibu Rumah Tangga Untuk Pengembangan Kerajinan Anyaman Tikar Mendong Di
Desa Lenek Kabupaten Lombok Timur ”

1.2.

Perumusan Masalah
Semakin besarnya kebutuhan yang dihadapkan kepada masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari dan semakin ketatnya persaingan antar masyarakat dalam berbisnis
dan berkarya untuk mendapatkan finansial sebagai penunjang dalam melanjutkan

6

kehidupan maka pemanfaatan waktu luang diluar pekerjaan tetap dapat dimanfaatkan
seefektif mungkin dalam meningkatkan mutu hidup.Untuk pemenuhan kebutuhan
materialnya wanita tergantung kepada lelaki sebagai pencari nafkah.Pembagian peran di
sektor publik untuk lelaki dan di sektor domestik untuk wanita ini terlihat jelas di
lingkungan keluarga ekonomi menengah ke atas, sedangkan pada keluarga ekonomi
rendah/bawah pembagian peran kerja berdasarkan sistem patriarkal mengalami
perubahan. Kesulitan ekonomi memaksa mereka kaum wanita dari kelas ekonomi rendah
untuk ikut berperan dalam meningkatkan pendapatan keluarganya dengan bekerja di luar
sektor domestik (yang memang dianggap sebagai peran kodrati mereka) dan di sektor
publik selanjutnya akan disebut peran ganda.
Seiring dengan itu keterampilan yang dimiliki oleh ibu rumah tangga dan
didaptakan secara turun temurun seperti anyaman tikar mendong yang ada didesa lenek
sebagai salah satu alternatif ibu rumah tangga dalam meningkatkan peran serta gandanya
dalam keluarga dan sebagai penopang perekonomian rumah tangga sehingga dapat
membantu laki-laki dalam mengemban tanggung jawab sebagai pemberi nafkah yang
sudah sebagai peran kodrati seorang laki laki.
Kaitanyya dengan pertumbuhan penduduk dan jumlah Rumah Tangga yang ada di Desa
Lenek dapat dilihat pada tabel:

Tabel 1.2.1 Laporan Data Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Desa Lenek Tahun 2013.
No
1

Dusun
Koloh Motong

Penduduk Awal Tahun 2013
L
P
Jumlah
471
488
959

Jumlah KK
299

7

2

Karang Luar

622

653

1275

384

3

Gubuk Jero

362

382

744

243

4

Karang Tembar

379

403

782

209

5

Karang Ranjong

469

516

985

281

6

Paok Pondong *

771

761

1532

495

7

Dasan Montong

452

500

952

307

8

Paok Pondong Lauk *

344

369

713

237

9

Kali Sinta

161

123

284

103

10

Otak Desa Timuk

196

229

425

117

Karang Ranjong Baret
Jumlah
Keterangan :

152
4379

151
4575

303
8954

83
2758

11

Tanda (*)
: Merupakan Daerah Penelitian.
Sumber
: Kantor Desa Lenek Kecamaan Aikmel
Dari tabel di atas dapat menggambarkan penjelasan bahwa dalam jumlah total
penduduk yang ada di desa lenek di dominasi oleh kaum wanita, maka peran serta
waanita untuk memberikan kontribusi dalam bermasyarakat secara umumnya dan dalam
rumah tangga secara khususnya sangat dibutuhkan.
Terkait dengan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan beberapa hal yang
menjadi inti permasalahan yang perlu dipecahkan antara lain:
1. Untuk dapat mengetahui berapa besar waktu luang yang dicurahkan ibu rumah
tangga dalam usaha kerajinan anyaman tikar mendong.
2. Untuk dapat mengetahui berapa besar kontribusi pendapatan Ibu Rumah Tangga
dalam usaha Anyaman Tikar Mendong.
3. Untuk dapat mengetahui faktor-faktor penghambat yang dihadapi oleh ibu rumah
1.3.

tangga dalam usaha kerajinan anyaman tikar mendong.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini diantaranya yaitu :

8

1. Untuk mengetahui jumlah

waktukerja ibu rumah tangga dalam usaha

Kerajinan Anyaman Tikar Mendong.
2. Untuk dapat menganalisis berapa besar kontribusi Pendapatan Ibu Rumah
Tangga dalam usaha Kerajinan Anyaman Tikar Mendong
3. Untuk dapat mengetahui faktor-faktor penghambat yang dihadapi oleh ibu
rumah tangga dalam usaha kerajinan anyaman tikar mendong.
1.3.2.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (S1) di Fakultas
Pertanian Universitas Mataram.
2. Sebagai salah satu bahan pertimbangan pemerintah dalam upaya meningkatkan
dan lebih memperhatikan keterampilan masyarakat serta lebih memperhatikan
produk-produk lokal yang berpotensi di Desa Lenek Kecamatan Aikmel
Kabupaten Lombok Timur.
3. Sebagai salah satu acuan yang dapat digunakan penganyam untuk melihat apakah
usaha Anyaman Tikar Mendong mampu meningkatkan produktifitas usahanya.
4. Sebagai informasi tambahan bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang
masalah yang sama.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Teori

9

2.1.1.

Tanaman Mendong
Mendong yang nama latinnya Fibristylis Globulosa adalah salah satu jenis

tanaman yang hidup di rawa tanaman ini tumbuh didaerah yang berlumpur dan air yang
cukup. Mendong merupakan salah satu jenis rumput yang tumbuh berumpun biasanya
tumbuh dengan panjang kurang lebih 100cm. (Sutimin, 1997).
Penanaman mendong boleh dikatakan hampir sama dengan cara penanaman padi,
dari mengolah, menabur bibit, menanam, memelihara dengan memberi pupuk urea atau
pupuk lainnya.

2.1.2

Pengertian Industri
Sejarah industri berawal dari pekerjaan tukang atau juru. Sesudah mata

pencaharian hidup berpindah-pindah sebagai pemetik hasil bumi, pemburu dan nelayan di
zaman purba, manusia tinggal menetap membangun rumah dan mengolah tanah dengan
bertani dan berkebun serta berternak sedangkan menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang
perindustrian industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, dan/atau barang jadi dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Bahan
mentah adalah semua bahan yang didapat dari sumber daya alam dan/atau yang diperoleh
dari usaha manusia yang untuk dimanfaatkan lebih lanjut, misalnya kapas untuk industri
tekstil dan mendong untuk industri tikar.Barang setengah jadi adalah barang mentah atau
bahan baku yang telah mengalami satu atau beberapa tahap proses industri yang dapat
diproses lebih lanjut menjadi barang jadi misalnya kain dibuat untukindustri pakaian, kayu
olahan untuk industri mebel dan kertas untuk bahan bahan cetakan. Barang jadi adalah
barang yang barang hasil industri yang sudah siap pakai untuk konsumsi akhir ataupun siap
pakai sebagai alat produksi, misalnya industri pakain, mebel, semen dan bahan bakar.
Pembangunan industri bertujuan untuk :

10

1. Meningkatkankemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata
dengan memanfaatkan dana, sumber daya alam dan/atau hasil budidaya dengan
memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur
perekonomian kearah yang lebih baik, maju sehat dan lebih seimbang sebagai
upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan luas bagi pertumbuhan
ekonomi pada umumnya, serta memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan
industri pada khususnya.
3. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong terciptanya
tekhnologi yang tepat guna dan menumbuhkan kepercayaan terhadap kemampuan
dunia usaha nasional.
4. Meningkatkan keikutsertaan masyarakat dan kemapuan golongan ekonomi lemah,
termasuk pengrajin agar berperan serta aktif dalam pembangunan industri.
5. Meningkatkan penerimaan devisa melalui penerimaan ekspor hasil produksi
nasional yang bermutu, disamping penghemat devisa melalui pengutamaan
pemakain hasil produksi dalam negeri guna mengurangi ketergantungan dari luar
negeri.
6. Memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta
meningkatkan peranan koprasi industri.
7. Mengembangkan

pusat-pusat

pertumbuhan

industri

yang

menunjang

pembangunan daerah dalam rangka perwujudan wawasan nusantara.
8. Menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang dinamis dalam rangka
memperkokoh ketahanan nasional.
Usaha industri dapat dibedakan menjadi : (1) Industri kecil dan kerajinan rumah
tangga.(2) industri sedang (3) industri besar. (Raharjo, 1984).
Menurut (Shaleh, 1986), mendefinisikan industri kecil adalah suatu unit usaha
industri yang memperkerjakan 5-19 orang tenaga kerja, lebih lanjut (Shaleh, 1986)
membagi industri kecil dan kerajinan di Indonesia menjadi 3 kelompok berdasarkan
eksistensi dinamisnya, yaitu :

11

1. Industri lokal, yaitu kelompok jenis industri yang menggantungkan kelangsungan
hidupnya pada dasar setempat yang terbatas, serta relatif dari segi lokasinya.
2. Industri sentral, yaitu kelompok jenis industri yang terdiri dari satu-kesatuan
usaha kecil, tetapi membentuk satu kesatuan usaha skala kecil, tetapi membentuk
suatu pengelompokan atau kawasanproduksi yang terdiri dari kumpulan unit
usaha yang menghasilkan barang sejenis.
3. Industri mandiri, yaitu industri yang pada azasnya masih dapat di deskripsikan
mempunyai sifat-sifat industri kecil namun telah berkemampuan mengadaptasi
tekhnologi produksi yang cukup canggih.

2.1.3.

Tenaga Kerja Wanita
Tenaga kerja wanita merupakan satu pekerja berjenis kelamin wanita yang ikut

berperan serta dalam pembangunan baik tingkat nasional maupun di tingkat daerah.Hal ini
sesuai dengan undang-undang Nomor 14 tahun 1969, pasal 1 tentang ketentuan-ketentuan
pakok mengenai tenaga kerja. GBHN 1988 dalam bidang peranan wanita dalam
pembangunan bangsa, wanita baik sebagai warga negara maupun sebagai sumber instansi
bagi pembangunan mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan pria
disegala bidang kehidupan bangsa dalam segenap kegiatan pembangunan.
Pemerintah mempunyai kewajiban membina perlindungan kerja bagi tenaga kerja
Indonesia, dan tidak membedakan antara tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja wanita.
Undang-undang No. 14 tahun 1969, pasal 2 menyebutkan bahwa : “ Didalam menjalankan
undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya tidak boleh diadakan diskriminasi”.
Namun dalam kenyataan menunjukkan bahwa ada peraturan-peraturan atau ketentuan yang
hanya diperuntukkan sifat kodrat wanita, yang pada saat tertentu mengalami haid, hamil,
melahirkan dan sebagainya.Mengigat hal demikian pemerintah membina perlindungan kerja
yang khusus bagi tenaga kerja wanita.

12

Menurut Endang (1982), Wanita Indonesia yang berjumlah lebih dari separuh
penduduk, merupakan potensi yang wajib diperhitungkan. Kegiatan dan peranannya perlu
diselaraskan guna menunjang program pembangunan Nasional.Tenaga Kerja Wanita adalah
tiap wanita yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja
guna menghasilkan barang atau jasa, untuk memnuhi kebutuhan masyarakat.
Dalam hal ini bukan saja buruh wanita, karyawati atau buruh-buruh wanita yang
merupakan tenaga kerja tetapi juga mereka yang bekerja mandiri.Semuanya merupakan
tenaga kerja yang sangat penting bagi perekonomian negara.
2.1.4.

Konsep Jam Kerja Wanita
Masyarakat dunia pada umumnya masih dibayangi oleh sistem Patriarkal, demikian

juga di Indonesia.Struktur masyarakat umumnya masih bersifat patriarkal dan lembaga
utama dari sistem ini adalah keluarga.Sistem patriarkal merupakan struktur yang
mengabsahkan bentuk struktur kekuasaan dimana lelaki mendominasi wanita.Dominasi ini
terjadi karena posisi ekonomis wanita lebih lemah dari lelaki.Sehingga wanita dalam
pemenuhan kebutuhan materialnya sangat tergantung pada lelaki. Kondisi ini merupakan
impilkasi dari sistem patriarkal yang memisahkan peran utama antara lelaki dan wanita
dalam keluarga, lelaki berperan sebagai kepala keluarga, terutama bertugas di sektor publik
sebagai pencari nafkah, memberi peluang bagi lelaki untuk memperoleh uang dari
pekerjaannya, sedang wanita sebagai Ibu rumah tangga, terutama bertugas di sektor
domestik sebagai pendidik anak dan pengatur rumah tangga yang tidak memperoleh
bayaran.
Untuk pemenuhan kebutuhan materialnya wanita tergantung kepada lelaki sebagai
pencari nafkah.Pembagian peran di sektor publik untuk lelaki dan di sektor domestik untuk
wanita ini terlihat jelas di lingkungan keluarga ekonomi menengah ke atas, sedangkan pada
keluarga ekonomi rendah/bawah pembagian peran kerja berdasarkan sistem patriarkal
mengalami perubahan. Kesulitan ekonomi memaksa mereka kaum wanita dari kelas
ekonomi rendah untuk ikut berperan dalam meningkatkan pendapatan keluarganya dengan

13

bekerja di luar sektor domestik (yang memang dianggap sebagai peran kodrati mereka) dan
di sektor publik selanjutnya akan disebut peran ganda (Sudarwati, 2003).
Keterlibatan wanita dalam pasar tenaga kerja ditinjau dari perspektif Karl Marx erat
kaitannya dengan perkembangan sistem kapitalis.Pada dasarnya perkembangan kapitalis
sangat tergantung pada akumulasi modal dengan demikian kedudukan buruh dalam sistem
ini hanya merupakan komoditi yang dinilai dengan nilai tukar di pasar bebas. Untuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dari proses produksinya maka sistem ini
berupaya untuk menekan biaya proses produksi seminimal mungkin, sehingga pada
prakteknya upah buruh dibayar murah, tapi buruh harus mencurahkan waktu yang panjang
untuk bekerja bagi kepentingan kapitalis. Perspektif Marx menggambarkan dengan cara ini
kapitalis memperoleh keuntungan yang besar sehingga bisa menjadi modal untuk
mengembangkan usaha.
Sedangkan Neoklasikal teori tentang house hold functionmenyatakan bahwa terdapat
tiga alokasi waktu dari waktu yang tersedia bagi ibu rumah tangga yaitu :
1. Bekerja di rumah.
2. Bekerja di luar rumah (diantaranya mencari nafkah).
3. Waktu istirahat.
Ketiga alokasi waktu tersebut dapat menghasilkan tiga macam komoditi antara lain :
1. Hasil kerja dirumah diantaranya adalah memasak, mengurus anak atau
membersihkan rumah (house work).
2. Hasil kerja di luar rumah (market work) berupa upah yang digunakan untuk
membeli keperluan hidup sehari-hari.
3. Utility yang diperoleh dari waktu istirahat.

2.1.5

Pengertian Pemanfaatan Waktu Luang
Menurut (Halide, 1994) waktu luang adalah waktu yang digunakan oleh ibu

rumah tangga untuk melakukan kegiatan sampingan yaitu kegiatan produktif diluar

14

kegiatan rumah tangga dan istirahatnya untuk memperoleh pendapatan secara langsung
ataupun tidak langsung.
2.1.6

Pengertian Ibu Rumah Tangga
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, ibu rumah tangga dapat diartikan sebagai

seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagaimacam pekerjaan rumah tangga,
atau dengan pengertian lain ibu rumah tangga merupakan seorang istri (ibu) yang hanya
mengurus berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja dikantor).
2.1.7

Pengertian Biaya
Berikut ini beberapa pendapat mengenai pengertian biaya diantaranya menurut

Mulyadi (1993), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan
uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Menurut (Supriyono2000), Biaya (cost) adalah harga perolehan yang dikorbankan
atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai
sebagai pengurang penghasilan.
Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1.

Biaya Tetap (Fixed Cost); Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya
yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang
diperoleh banyak atau sedikit. Contoh biaya tetap antara lain: sewa tanah, pajak,
alat pertanian; dan iuran irigasi. Disisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel
didefinisikan ditambah, pupuk juga perlu ditambah dan sebagainya, sehingga
biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang
diinginkan.

2. Biaya Variabel (Variable cost).sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi
oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi. Kalau
menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu. (Soekartawi,
1995).

15

2.1.8

Pengertian Pendapatan
Menurut Soekartawi dalam Hartono (2005), yang dimaksud dengan pendapatan

adalah selisih dari penerimaan dan pengeluaran dalam proses produksi. Pendapatan
diperhitungkan dengan jalan mengurangi nilai produksi dengan nilai pengeluaran atau
biaya produksi.
Pakar ekonomi pertanian memberikan pengertian bahwa penerimaan tidak sama
dengan pendapatan. Penerimaan merupakan hasil perkalian antara harga barang dengan
jumlah barang yang terjual.Sedangkan pendapatan merupakan selisih antara penerimaan
dengan total biaya (Abubakar, 2010).

2.2

Kerangka Pendekatan Masalah
Rumah Tangga

16

Keluarga
Suami, Istri dan Anak
Suami

Istri (Ibu Rumah
tangga)
Waktu kerja RT
Waktu istirahat
(waktu luang)
Bekerja Produktif
Industri Kerajinan
Tikar mendong

Pendapatan Suami
Pendapatan
Industri Mendong

Pendapatan Total
Rumah Tangga

Masalah dan
Hambatan

Kontribusi ibu
Rumah Tangga
Gambar 2.1. Kerangka Pendekatan Masalah
2.3

Definisi Oprasional
1. Pemanfaatan waktu luang adalah mengolah dan memanfaatkan waktu diluar jam kerja
prodiktif.
2. Ibu rumah tangga adalahseorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam
pekerjaan rumah tangga, atau dengan pengertian lain ibu rumah tangga merupakan
seorang istri (ibu) yang hanya mengurus berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak
bekerja dikantor).

17

3. Tenaga Kerja adalah setiap orang, ternak dan mesin yang mampu bekerja guna
menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat.
4. Menganyam adalah sebuah proses,pekerjaan yang dilakukan oleh manusia yang
dilakukan dengan keterampilan tertentu.
5. Tikar Mendong adalah tikar yang dihasilkan dari bahan baku mendong.
6. Biaya adalah segala jenis pengorbanan yang dikeluarkan untuk menghasilkan sebuah
produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang atau Rupiah.
7. Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun
8.

produksi yang diperoleh banyak atau sedikit.
Biaya variabel yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah sebanding dengan

perubahan volume kegiatan atau produksi yang dihasilkan.
9. Penerimaan adalah jumlah uang yang diterima produsen atas penjualan suatu produk.
10. Pendapatan adalah jumlah total penerimaan setelah dikurangi dengan biaya-biaya atau
pengeluaran.
11. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi, dan/atau barang jadi dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya,
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri

III.

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

18

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode
yang digunakan untuk memecahkan masalah yang terjadi pada waktu sekarang dengan cara
mengumpulkan

data,

menyusun,

menganalisa,

dan

menarik

kesimpulan

serta

mengintrpretasikannya. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik
survei yaitu data dikumpulkan dari sejumlah individu (unit sampling) dalam waktu
bersamaan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya
(Ridwan, 2007).
3.2. Unit Analisis
Dalam Penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah Ibu Rumah Tangga yang
mengusahakan anyaman tikar mendong di desa lenek Lombok Timur.
3.3. Teknik Penentuan Sampel
3.3.1. Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah sampel dalam penelitian ini adalah di Desa Lenek Lombok Timur
karena sesuai dengan pertimbangan bahwa di Desa Lenek ini adalah salah satu sentra
produksi anyaman tikar mendong.
3.3.2. Penentuan Sampel
Dalam

penelitian

ini,

penentuan

sampel

dilakukan

dengan

Quota

sampling(penarikan sample secara jatah).Teknik sampling ini dilakukan dengan atas
dasar jumlah atau jatah yang telah ditentukan.
Dalam penelitian ini 1desa sebagai sampling karena mengingat bahwa dengan
terkait judul penelitian yang hanya memfokuskan di 1 Desa saja. Total responden yang
akan dijadikan sebagai sampel yaitu 30 responden yang ada didalam 1 desa. Dari Jumlah
pengerajin anyaman tikar mendong di Desa Lenek kecamatan Aikmel yang ada di dusun
paok pondong sebanyak 150 orang.
Secara sederhana penentuan jumlah responden, dapat di lihat digambar berikut :
DESA LENEK

19

PAOK PONDONG
N = (150)

RESPONDEN
n = (30)

Keterangan :
N = Populasi
n = Sampel
Untuk dapat mengetahui jumlah ibu rumah tangga pengrajin dalam industi
kerajinan anyaman tikar mendong yang ada di desa lenek kecamatan aikmel kabupaten
Lombok timur ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.3.2. Jumlah Pengrajin Anyaman Tikar Mendong Yang Ada Di Lombok Timur
No

Nama Sentra

Alamat
Desa/Kel

Kecamatan

Kabupaten/Kota

Unit Usaha

20

1

Anyaman Mendong

Anjani

Suralaga

Lombok timur

235

2

Anyaman Mendong

Deanger

Masbagik

Lombok timur

20

3

Anyaman Mendong

Jurit

Pringgasela

Lombok timur

15

4

Anyaman Mendong

Lenek (*)

Aikmel

Lombok timur

150

Keterangan :
Tanda (*)

: Merupakan daerah penelitian

Sumber

: Disperindag Kabupaten Lombok Timur

3.4. Jenis dan Sumber Data
3.4.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu:
1. Data kuantitatif, yaitu data dalam bentuk angka yang meliputi biaya produksi,
jumlah produksi, harga produk dan pendapatan rumah tangga.
2. Data kualitatif, yaitu data yang tidak berupa angka yang meliputi identitas
responden dan hambatan-hambatan selama proses produksi.
3.4.2.

Sumber Data

Sumber data yang digunkanan dalam penelitian ini adalah :
1.

Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari pengrajin yang menjadi responden
denganmengadakan wawancara langsung berdasarkan daftar pertanyaan.

2.

Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi pemerintah yang berkaitan
dengan penelitian ini. Instansi pemerintah tersebut seperti Dinas Perindustrian Dan
Perdagangan, Dinas Pertanian, Badan Pusat Staistisk, dll.

21

3.5. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik survei yaitu cara
pengumpulan data dari sejumlah responden dengan mengadakan wawancara langsung
disertai dengan daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu (Nazir, 1983).

3.6. Analisis Data
1. Untuk menghitung pendapatan menurut Soekartawi (1986), digunakan persamaan
matematika sebagai berikut :
Pd = TR-TC
= (P.Q)-TC
Dimana :
Pd = Pendapatan
TR = Nilai produksi
TC = Total biaya
P = Harga jual produk
Q = Total produksi produk
2. Untuk mengetahui besarnya pendapatan total rumah tangga dari seluruh sumber
pendapatan, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Yk : Y1 + Pd
Ketererangan :
Yk
Y1
Pd

= Pendapatan total rumah tangga
= Pendapatan dari suami
= Pendapatan rumah tangga dari anyaman tikar

3. Untuk mengetahui pemanfaatan waktu luang ibu rumah tangga dalam pengembangan
tikar mendong dianalisa berdasarkan perhitungan sebagai berikut.
P=

Keterangan :

t x hx j
6

22

P = waktu yg dicurahkan ibu rumah tangga penghasil
j = jumlah jam kerja
t = jumlah tenaga kerja
h = jumlah hari kerja yang diluangkan (curahkan)
6 = standar jam kerja orang dewasa perhari
Tinggi rendahnya curahan waktukerja diluar usaha kerajinan dapat dilihat dengan
membandingkan besarnya curahan waktu kerja diluar usaha kerajinan mendong (dalam
satuan HKO) dengan 360 HKO ( HKO normal jika seseorang pekerja bekerja penuh 6 jam
perhari selama setahun). Tinggi rendahnya curahan waktu kerja tersebut digolongkan
menjadi 4 yaitu :
a.
b.
c.
d.

Sangat rendah, jika ≤ 160 HKO
Rendah, jika besarnya 161-260 HKO
Tinggi, jika besarnya 261-360 HKO
Sangat tinggi, jika besarnya > 360 HKO

IV.
4.1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Daerah Penelitian

23

Gambaran umum daerah penelitian ini meliputi letak geografis, luas wilayah,
iklim dan curah hujan, jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan keadaan sosial
ekonomi di Kabupaten Lombok Timur.
4.1.1

Letak Dan Keadaan Geografis
Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu kabupaten yang ada di Nusa

Tenggara Barat, secara Geografis, kabupaten lombok timur terletak pada 116o – 117o bujur
timur, dan 8o – 9o lintang selatan. Luas wilayah Kabupaten Lombok Timur 267.988
Hektar. Yang terdiri dari daratan seluas 160.555 Hektar (59,91%), dan Lautan seluas
107.433 Hektar (40,09%). Secara administrative Kabupaten Lombok Timur terdiri dari 20
Kecamatan, 13 Kelurahan,106 Desa dan 772 Lingkungan/Dusun dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut :
-

Sebelah Barat
Sebelah Timur
Sebelah Utara
Sebelah Selatan

: Kabupaten Lombok Tengah Dan Lombok Barat
: Selat Alas
: Laut Jawa
: Samudra Indonesia

Untuk mengetahui luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Lombok Timur
dapat dilihat pada tabel 1 : Luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Lombok Timur
tahun 2010

24

No
1 Keruak

Kecamatan

Luas Wilayah (Ha)
4,049

%
2,25

2

Jerowaru

14,278

8,89

3

Sakra

2.509

1,56

4

Sakra barat

3.230

2,01

5

Sakra Timur

3.704

2,31

6

Terara

4.141

2,58

7

Montong gading

2.566

1,60

8

Sikur

7.827

4,87

9

Masbagik

3.317

2,07

10

Pringgasela

13.426

8,36

11

Sukamulia

1.449

0,90

12

Suralaga

2.702

1,68

13

Selong

3.168

1,97

14

Labuan Haji

4.957

3,09

15

Pringgabaya

13.620

8,48

16

Suela

11.501

7,16

17

Aikmel *

12.292

7,66

18

Wanasaba

5.589

3,48

19

Sembalun

21.700

13,52

20

Sambelia

15,27
100,00

Keterangan

24.552
Jumlah
160.555
: Tanda (*) merupakan daerah penelitian

Sumber

: BPS Lombok Timur Dalam Angka 2009/2010

4.1.2

Iklim Dan Curah Hujan
Kabupaten Lombok Timur merupakan daerah yang beriklim tropis yang di

pengaruhi oleh angin dari utara dan selatanserta perubahan tekanan udara pada garis
katulistiwa sehingga terjadi dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.

25

Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang berpengaruh terhadap usaha
kerajinan tikar mendong di Kabupaten Lombok Timur. Rata-rata curah hujan pertahun
relatif cukup tinggi meskipun bila dilihat perbulan sangat variatif. Curah hujan tertinggi
pada umumnya terjadi pada bulan-bulan November, Desember, Januari, Februari, Maret
dan April. Sedangkan dari bulan Mei hingga Oktober jumlah hari hujan sedikit karena
musim kemarau.
4.1.3

Jumlah Dan Tingkat Kepadatan Penduduk
Untuk Kabupaten Lombok Timur, pandangan yang ekstrim yang patut dilontarkan

adalah tingkat dan laju pertumbuhan penduduk seharusnya nol persen atau bahkan negatif
karena kepadatan sudah sangat tinggi lapangan kerja terbatas, masalah social ekonomi
lainnya belum terpecahkan. Untuk mengetahui jumlah dan tingkat kepadatan penduduk
setiap kecamatan di kabupaten Lombok timur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2 : jumlah dan tingkat kepadatan setiap kecamatan di kabupaten Lombok timur
tahun 2010

26

No

Kecamatan

Laki-laki

Perempuan

Laki-laki +

1

Keruak

22,466

25.227

Perempuan
47693

2

Jerowaru

25.597

27.607

53.200

3

Sakra

24.414

28.419

52.833

4

Sakra barat

21.294

25.532

46.826

5

Sakra Timur

18.546

22.487

41.033

6

Terara

31.116

34.372

65.488

7

Montong gading

18.282

22.274

40.556

8

Sikur

30.635

36.981

67.616

9

Masbagik

44.516

49.411

93.927

10

Pringgasela

22.979

27.102

50.081

11

Sukamulia

13.797

16.595

30.392

12

Suralaga

23.981

27.856

51.837

13

Selong

39.167

43.338

82.505

14

Labuan Haji

24.916

28.218

53.134

15

Pringgabaya

42.588

48.017

90.605

16

Suela

17.109

20.500

37.609

17

Aikmel *

42.493

50.325

92.818

18

Wanasaba

27.075

32.207

59.282

19

Sembalun

9.036

9.740

18.776

20
Jumla

Sambelia

14.324
514.327

15.136
591.344

29.460
1.105.671

h
Keterangan :
Tanda (*)

: Merupakan Daerah Penelitian

Sumber

: BPS,Lombok Timur Dalam Angka 2010

4.1.4 Keadaan Sosial Ekonomi

27

Keadaan sosial ekonomi yang dimaksud adalah jumlah sarana dan prasarana yang
menunjang perekonomian di Kabupaten Lombok Timur yaitu sebagai berikut:
1. Prasarana Jalan
Jalan merupakan urat nadi perekonmian. Kndisi jalan berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Keadaan jalan berpengaruh terhadap kegiatan
pemasaran untuk kelancaran pengangkutan dan penyaluran barang dari produsen ke
konsumen dan dari satu tempat ketempat lainnya.
Keadaan jalan di Kecamatan Aikmel tercatat dalam badan pusat statistik dalam
jenis permukaan jalan beraspal.
2. Sarana Angkutan
Proses dalam pemasaran ini juga dapat dipengaruhi oleh sarana angkutan yang
tersedia. Keadaan sarana angkutan yang ada di Kecamatan Aikmel dan beberapa
Kecamatan yang lain di Kabupaten Lombok Timur berupa kendaraan bermesin dan
tidak bermesin. Dari keseluruhan kendaraan tersebut dapat menunjang kelancaran
pengangkutan bahan baku (Mendong) atau bahan penolong serta pemasaran Kerajinan
Anyaman Tikar Mendong.
3. Sarana Perekonomian
Keadaan sarana perekonomian berpengaruh terhadap pemasaran, khususnya
pemasaran produk-produk pertanian dan produk-produk kerajinan serta kemudahan
dalam mendapatkan barang yang dibutuhkan. Dengan tersedianya jalan dan transportasi
yang dapat menghubungkan kesetiap desa maka sarana perekonomian seperti pasar,
rumah makan, KUD/BUUD, Bank dan asuransi juga sudah tersedia meskipun belum
tersebar merata disetiap desa. Untuk sarana perekonomian seperti pasar umum,pasar
desa,toko dan kios/warung keberadaannya disetiap desa hampir merata.

4.2

Karakteristik Responden

28

4.2.1

Umur Responden
Umur merupakan salah satu faktor yang menentukan produktifitas perajin dalam

berusaha. Prayitno (1987). Menyatakan bahwa yang termasuk usia produktif yaitu usia
yang berkisar 15 - 64 tahun, artinya tenaga kerja produktif mempunyai pengaruh
terhadapterhadap kemampuan fisik ibu rumah tangga pengrajin dalam mengelola
usahanya baik itu yang ada dalam bidang usaha kerajinan atau bahkan diluar dari usaha
kerajinan. Rata-rata umur pengrajin mendong ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3 : Jumlah wanita responden berdasarkan kisaran umur di Kabupaten Lombok
Timur Tahun 2013
No
1

Umur
21 – 30

2
3

Jumlah (orang)
4

Presentase (%)
13,33

31 – 40

18

60

41 – 50

3

10

5
40

16,67
100

4

≥ 51
Jumlah
Sumber : Data Primer Diolah
Keterangan Tabel :

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat umur responden secara
keseluruhan, sebagian besar secara fisik maupun mental dapat dan mampu melakukan
pekerjaan industri anyaman tikar mendong dan pekerjaan lainnya secara baik.
4.2.2

Pendidikan Responden
Pendidikan responden merupakan salah satu fakor yang menentukan atau

menunjang produktifitas responden dalam berusaha. Sebaran tingkat pendidikan
responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4 : Jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Lenek Lombok
Timur Tahun 2013

29

No
1

Pendidikan
TS

2

TTSD

3

TSD

4

Jumlah

Persentase (%)
13
43,33
1

3,33

11

36,68

TTSMP

1

3,33

5

TSMP

4

13,33

6

TTSMA

0

0

7

TSMA

0

0

8
Jumla

TPT

0
30

0
100

h
Sumber : Data Primer Diolah
Keterangan tabel :
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden sebagian
besar dikatakan sangat rendah dimana responden yang TS (Tidak Sekolah) berjumlah 13
orang (43,33%), TTSD (Tidak Tamat Sekolah Dasar) berjumlah 1 orang (3,33%), TSD
(Tamat Sekolah Dasar) berjumlah 11 orang (36,68%), TTSMP (Tidak Tamat Sekolah
Menengah Pertama) berjumlah 1 orang (3,33%), TSMP (Tamat Sekolah Menengah
Pertama), berjumlah 4 orang (13,33%), dan untuk TTSMA (Tidak Tamat Sekolah
Menengah Atas), TSMA (Tamat sekolah Menengah Atas) dan TPT (Tamat Perguruan
Tinggi) berjumlah 0 orang (0%). Oleh sebab itu tingkat pendidikan responden dinyatakan
sangat rendah. Namun dari hasil penelitian tingkat penerimaan/penyerapan tentang
tekhnologi baru,informasi dan penyuluhan dalambidang tertentu dapat diterima dengan
cepat oleh sebagian responden sehingga dapat berakibat lanjut pada produktifitas tenaga
kerja dan disertai oleh tingkat pendapatan.
4.2.3

Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi besar kecilnya biaya yang

dikeluarkan untuk membiayai usaha yang dikerjakan, namun disisi lain mempengaruhi

30

ketersediaan tenaga kerja potensial dalam keluarga tersebut. Jumlah tanggungan keluarga
responden dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4 distribusi anggota keluarga pada Rumah Tangga Sampel di Desa Lenek Lombok
Timur Tahun 2013.
No
1

Jumlah Tanggungan Keluarga
1–2

2
3

Jumlah (orang)

Persentase (%)
10

33.33

3-4

17

56.67

5-6

3

10

0
30

0
100

4

> 6
Jumlah
Sumber : Data Primer Diolah
Keterangan tabel :

Berdasarkan tabel diatas bahwa ibu rumah tangga yang memiliki
tanggungan keluarga terbesar yaitu pada kisaran 3-4 orang sebanyak 17 rumah
tangga atau (56.67%). Yang berarti bahwa jumlah tanggungan keluarga responden
tergolong sedang. Keadaan ini sesuai dengan pendapat ilyas (1988). Yang
menyatakan bahwa besar kecilnya rumah tangga/keluarga ditentukan oleh
tanggungan keluarga. Suatu keluarga tergolong kecil jika memiliki tanggungan
keluargamasing-masing antara 1-2 orang, dan tergolong sedang jika memiliki
tanggungan 3-4 orang, dan tergolong besar jika memiliki tanggungan 5-6 orang.
4.2.4

Pengalaman Berusaha Kerajinan Tikar Mendong
Pengalaman responden dimulai dari lamanya pengrajin melakukan usaha
yang dibidang Kerajinan Anyaman Tikar Mendong. Lama pengalaman responden
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5 : Jumlah responden beradasarkan pengalaman berusaha Kerajinan
Anyaman Tikar Mendong Didesa Lenek Lombok Timur Tahun 2013.

No

Pengalaman Berusaha (th)
1– 5
6 - 10

Jumlah (orang)

Persentase (%)
2

6.67

3

10

31

11 – 15

5

16.67

16 – 20

9

30

11
30

36.67

> 20
Jumlah
Sumber : Data Primer Diolah

100

Keterangan tabel :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui pengalaman ibu rumah tangga
responden berusia paling banyak berada pada kisaran >20 tahun sebesar 11 orang
atau (36.67%). Artinya pengalaman sampel tergolong sangat berpengalaman
dalam usaha dibidang kerajinan anyaman tikar mendong.
4.3

Analisis Usaha Kerajinan Anyaman Tikar Mendong
4.3.1

Proses Produksi
Usaha kerajinan anyaman tikar mendong yang dilakukan responden ini,

seluruhnya merupakan usaha perorangan atau usaha rumah tangga. Walaupun usaha yang
dilakukan ini merupakan usaha sampingan selain dari kegiatan produktif ibu rumah
tangga yang kodartinya sebagai ibu didalam keluarga, akan tetapi nampaknya sudah
mengarah ke usaha untuk meningkatakan pendapatan keluarga.
Pengrajin melakukan kegiatan usaha penganyaman ini dengan memperoleh
pengetahuan dari orang tua mereka yang sudah secara turun temurun mengusahakan
Anyaman Tikar Mendong. Jenis yang dihasilkan sampai saat ini belum pernah berubah.

4.3.2

Biaya Produksi
Biaya produksi yang dikeluarkan untuk usaha Anyaman Tikar Mendong ini

diantanya adalah sebagai berikut :
1. Biaya Tetap

32

Biaya Tetap merupakan biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada
besar kecilnya jumlah produksi kerajinan anyaman tikar mendong atau biaya yang
tidak habis di pakai selama satu kali produksi tikar mendong tersebut. Biaya tetap
meliputi biaya penyusutan alat dan biaya pajak lokasi.
2. Biaya Bahan Baku
Bahan baku yang dibutuhkan dalam kerajinan ini adalah berupa mendong,
benang kasur dan pewarna. Dalam melakukan kerajinan ini bahan baku yang
paling banyak dibutuhkan adalah mendong. Sedangkan benang kasur yang
digunakan sebagai pengikat mendong yang akan disesek atau dianyam dan
pewarna sebagai penghias atau pembentukan pola motif sebelum mendong
dianyam atau disesek. Dalam penelitian ini anyaman yang diproduksi oleh
masing-masing responden adalah tikar mendong. Adapun kerajinan anyaman yang
lainnya berbahan baku mendong seperti sajadah, taplak meja, hiasan dinding, tas
bahkan tirai jendela. Akan tetapi jenis-jenis produksi tersebut tidak diproduksi
karena terkait dengan alat untuk penganyaman jenis produksi selain tikar
mendong tidak tersedia dan keterampilan yang kurang. Rata – rata bahan baku
yang diperlukan responden dalam penganyaman kerajinan anyaman tikar
mendong ini dapat disajikan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 6 : Rata – rata bahan baku yang dibutuhkan responden perajin tikar
mendong di Desa Lenek selama satu bulan yaitu :
Jenis Anyaman Tikar
Tikar warna
Tikar tanpa warna
Jumlah

Mendong
(ikat)
50.6
0
50,6

Bahan Baku
Benang Kasur
(gulung)
67.47
0
67,47

Pewarna
(bungkus)
67.47
0
67,47

33

Sumber : Data Primer Diolah
Keterangan tabel :
Dari tabel di atas bahwa rata-rata bahan baku yang dibutuhkan oleh
responden perajin kerajinan anyaman tikar mendong dalam proses produksi setiap
bulannya yaitu

50,6

ikat mendong, 67,47 gulung benang kasur dan 67.47

bungkus pewarna/celup.
Rata-rata biaya bahan baku yang dibutuhkan responden dalam melakukan
kegiatan kerajinan anyaman tikar mendong setiap bulannya yaitu dapat disajikan
pada tabel berikut :
Tabel 7 : Rata-rata biaya bahan baku yang dibutuhkan oleh responden selama satu
bulan yaitu :
Jenis tikar
Mendong

Biaya Bahan Baku (Rp)
Benang Kasur

Jumlah
Pewarna

118066,67

66600

66600

251266

0
Tikar tanpa warna
Jumlah
118066
Sumber : Data Primer Diolah

0
66600

0
66600

0

Tikar Berwarna

251266

Keterangan tabel :
Dari data tabel di atas diketahui bahwan rata-rata biaya bahan baku yang
dibutuhkan responden untuk melakukan kerajinan anyaman tikar mendong ini
yaitu. Biaya rata-rata untuk mendong sebanyak Rp. 118.066,667, untuk benang
kasur Rp. 66.600, dan pewarna atau celup warna sebesar Rp. 66.600.
2. Biaya Lain – lain
Biaya lain-lain yang dimaksudkan disini yaitu biaya yang tetap
dikeluarkan oleh responden diantaranya yaitu biaya modal, biaya penyusutan
alat tahan lama, biaya bahan bakar dan biaya transportasi.
Rata – rata biaya lain-lain yang di keluarkan oleh responden dapat dilihat
pada tabel berikut :

34

Tabel

8 : besarnya biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh responden selama satu
bulan :

Biaya Lain-Lain
Penyusutan alat
Bahan bakar
Transportasi

Rata – Rata Biaya Tetap (Rp)

Jumlah
Sumber : Data Primer Diolah

17166.67
12000
5000
142166.6667

Keterangan Tabel :
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa biaya penyusutan alat adalah
biaya penyusutan alat tahan lama yaitu Rp. 17.166,67.
Pada kegiatan usaha kerajinan anyaman tikar mendong, alat yang
digunakan adalah dandang,gunting, alat tenun dan teropong. Jumlah penyusutan
alat yaitu 4 unit rata-rata nilai beli Rp.300.000, Rata-rata nilai beli penyusutan alat
tahan lama yaitu 10 tahun dan rata-rata nilai penyusutan sebesar Rp.17.166.67.
Dalam pemenuhan sarana produksi usaha kerajinan anyaman tikar
mendong salah satu bahan yang dipergunakan yaitu kayu bakar sebagai bahan
bakar. Kayu bakar di sini digunakan untuk merebus air pada saat proses pewarnaan
pada bahan dasar mendong sebelum dilakukan penganyaman. Kebutuhan bahan
bakar ini didapatkan dengan mudah oleh pengrajin dan tidak perlu mengeluarkan
biaya transportasi untuk memperolehnya. Ini dikarenakan sudah tersedianya penjual
kayu bakar disekitaran tempat pengrajin itu melakukan kegiatan pengrajinan.
3. Total Biaya Produksi
Rata-rata total biaya produksi dalam usaha kerajinan anyaman tikar
mendong yang dikeluarkan oleh responden dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 9 : Rata-rata biaya produksi dalam usaha kerajinan anyaman tikar
mendong yang dikeluarkan oleh responden selama satu bulan yaitu :

35

Biaya Produksi
Bahan Baku
Biaya Lain-Lain
Jumlah
Sumber : Data Primer Diolah

Rata-Rata (Rp/Bulan)
251266,00
142166.67
393732.67

Keterangan tabel :
Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa rata-rata total biaya produksi
yang dikeluarkan selama satu bulan oleh pengrajin kerajinan anyaman tikar
mendong di desa lenek yaitu sebesar Rp. 393.732,67.
4.4 Produksi Dan Nilai Produksi
Pada dasarnya jenis produksi kerajinan anyaman mendong memiliki banyak motif
yang bisa dikreasikan, akan tetapi pada kenyataannya motif yang dikreasikan oleh
masyarakat desa lenek secara umum hanya motif tikar saja. Jenis dari tikar itu juga
memiliki motif dan corak tersendiri namun kenyataannya di lapangan yang dapat
responden hanya memproduksi satu jenis tikar saja yaitu tikar mendong berwarna. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa produksi dan nilai produksi kerajinan anyaman tikar
mendong di desa lenek dapat disajikan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 10 : Rata-rata jumlah produksi dan nilai produksi kerajinan anyaman tikar
mendong yang dihasilkan selama satu bulan yaitu :
Jenis Anyaman

Harga Satuan

Jumlah Produksi

Nilai produksi

(Rp)

(Lembar)

(Rp)

Tikar Berwarna
Tikar Tanpa Warna
Jumlah
Sumber : Data Primer Diolah

15000
0
15000

33,3
0
33,3

506000
0
506000,00

Keterangan tabel :
Tabel di atas memperlihatkan bahwa rata-rata jumlah produksi tikar berwarna
sebanyak 33,3 Lembar dengan Nilai Produksi Rp. 50.6000,00. Sedangkan untuk tikar
motif tidak berwarna responden tidak memproduksinya.

36

4.5 Pemasaran Hasil Produksi
Dalam memasarkan hasil produksi, pegrajin menjual hasil kerajinannya ke
pedagang pengumpul, dan kemudian pedagang pengumpul menjual pada pasar-pasar
tradisional dan stand-stand pameran, tetapi banyak juga pengerajin menjual hasil
kerajinannya langsung kepada konsumen atau konsumen langsung datang ke pengrajin.
Ini menandakan bahwa dalam hal memasarkan hasil pengrajin selama ini tidak memiliki
masalah.
4.6 Pendapatan Usaha Kerajinan Anyaman Tikar Mendong
Rata-rata total pendapatan bersih responden setiap bulannya dari usaha kerajinan
anyaman tikar mendong dapat disajikan pada tabel yaitu ;
Tabel 11 : Rata-rata total biaya produksi, total nilai produksi dan pendapatan bersih usaha
kerajinan anyaman tikar mendong di desa lenek yaitu sebagai berikut :
Uraian
Total Nilai Produksi
Total Biaya Produksi
Pendapatan Bersih
Sumber : Data Primer Diolah

Rata-rata (Rp/bulan)
506000,00
393732.67
112.266,00

Keterangan tabel:
Tabel di atas memperlihatkan bahwa rata-rata nilai produksi dalam usaha
kerajinan anyaman tikar mendong dalam satu bulan sebesar Rp.112.266,00. Untuk
biaya produksi sebesar Rp. 393.732.00 sehingga pendapatan bersih responden yang
diperoleh dari usaha kerajinan anyaman tikar mendong sebesar Rp. 112.266.00.

4.7 Kontribusi Pendapatan Usaha Kerajinan Anyaman Tikar Mendong Terhadap
Pendapatan Rumah Tangga
Kontribusi pendapatan usaha kerajinan anyaman tikar mendong adalah
besarnya persentase sumbangan pendapatan usaha kerajinan anyaman tikar mendong
terhadap total pendapatan rumah tangga. Adapun rata-rata pendapatan rumah tangga

37

responden dari pendapatan suami dan pendapatan ibu rumah tangga yaitu sebagai
berikut.
Tabel 12 : Rata-rata kontribusi pendapatan usaha kerajinan anyaman tikar mendong
terhadap total pendapatan rumah tangga yaitu :
Sumber Pendapatan
Pendapatan suami
Pendapatan Usaha Kerajinan Tikar
Total Pendapatan Rumah Tangga

Nilai

Persentase

(Rp/Bulan)

(