Karakteristik Ilmu Pendidikan Islam Pada

KARAKTERISTIK PENGAJARAN ILMU PENDIDIKAN ISLAM PADA
ABAD PERTENGAHAN

A. Pendahuluan
Pendidikan islam dapat pula diartikan pendidikan yang didasari dengan nilainilai ajaran islam. Dalam pengajarannya terdapat berupa pengajaran islam secara
umumnya. Dalam dunia pendidikan, islam pernah mengalami masa-masa keemasan.
Dimana banyak diantara kaum muslimin terdahulu bisa dikatakan sebagai ilmuan
islam. Dan juga berbagai perkembangan mengenai universitas-universitas islam yang
diminati diabad pertengahan.
Dalam pengajaran diabad pertengahan jika dibandingkan dengan sekarang
tidak terlalu mengalami perubahan.Bahkan masih menggunakan cara-cara atau model
pengajaran seperti yang sudah diterapkan sekarang ini.
B. Rumusan Masalah
1. BagaimanaKondisi Pendidikan Islam Pada Masa Zaman Pertengahan?
2. Bagaimana Watak Ilmu Pengetahuan Islam Zaman Pertengahan?
3. Apa yang diterapkan dalam Kurikulum dan Pengajaran?
C. Pembahasan
1.

Kondisi Pendidikan Islam pada Masa Turki Utsman
Puncak kejayaan umat Islam terjadi di masa khalifah Abdurahman ad

Dakhil (756 - 785 M) dan Khalifah Harun ar rasyid (786 - 809).Pada masa itu
hanya ada dua negara superpower, yaitu barat yang berkedudukan di Cordova
dan timur berkedudukan di Bagdad.Keduanya sama-sama negara pengetahuan,
umat islam pernah berjaya selama kurang lebih 7 abad ( antara abad VII s.d
XIII). Kejayaan tersebut menumbuhkan pusat-pusat keunggulan, baik di bidang

pendidikan, peribadatan, perekonomian, pertanian, pertanian, kedokteran, dan
lain-lain.
Umat islam mengalami puncak keemasan pada masa pemerintahan
abbasyiyah. Pada masa itu bermunculan para pemikir islam kenamaan yang
sampai sekarang pemikirannnya masih diperbincangkan dan dijadikan dasar
pijakan bagi pemikrian dimasa mendatang, baik dalam bidang keagamaan
maupun umum. Kemajuan islam ini tercipta berkat usaha dari berbagai
komponen masyarakat, baik ilmuwan, birokrat, agamawan, militer, dan ekonom
maupun masyarakat.
Setelah mesir jatuh di bawah kekuasaan Utsmaniyah Turki, Sultan
Salim memerintahkan supaya kitab-kitab di perpustakaan dan barang-barang
berharga di Mesir di pindahkan ke Istambul, anak-anak Sultan Maklum, ulamaulama, pembesar-pembesar yang berpengaruh di Mesir semuanya dibuang ke
Istambul. Sementara itu, ulama-ulama dan kitab-kitab yang ada di perpustakaan
Mesir mengalami kemunduran dalam ilmu pengetahuan , dan Istambul lah yang

menjadi pusat pendidikan dan pengembangan kebudayaan saat itu. Yang mulamula mendirikan Madrasah pada masa Turki Utsmani adalah Sultan Orkhan(w.
1359).Sultan-sultan Utsmani banyak mendirikan masjid-masjid dan madrasahmadrasah, terutama di Istambul dan Mesir.Pada masa itu banyak juga
perpustakaan yang berisi kitab-kitab yang tidak sedikit jumlahnya.Banyak pula
ulama-ulama, guru-guru, ahli sejarah dan ahli syair pada masa itu yang datang
untuk membaca dan mempelajari isi kitab-kitab itu.
Sistem pengajaran yang dikembangkan pada Turki Utsmani adalah
menghafal matan-matan meskipun murid tidak mengerti maksudnya, seperti
menghafal matan al-jumuriah, matan Taqrib, matan Alfiah, matan Sultan dan
lain-lain.Murid-murid setelah menghafal matan-matan itu barulah mempelajari
syarahnya, kadang-kadang serta khasiyahnya.Karena pelajaran itu tambah berat
dan bertambah sulit untuk dihafalkannya.Sitem pengajaran semacam ini masih
digunakan sampai sekarang.

Dari sudut pandang organisasi, sistem madrasah mencapai puncak
perkembangannya pada masa kerajaan ‘Utsmani dimana sistem tersesbut
dilembagakan secara sistematis, dipelihara danditunjang oleh pejabat ‘Syaikh alislami’ dengan kecakapan dan efisiensi administrative yang tinggi.Kaum ulama
diorganisir dengan suatu hirarkhi dan hampir-hampir merupakan kasta tersendiri
dalam masyarakat ‘Utsmani.Sarana-sarana belajar tradisional ini sampai
sekarang masih tetap berfungsi diseluruh dunia Islam di luar Turki.Yang paling
terkemuka diantaranya yaitu Universitas Al-Azhar di Kairo.

Tradisi intelektual yang dibangun pada masa klasik di masa Rasulullah
Muhammad Saw, telah begitu menentukan bentuk dan corak pemikiran Islam
sehingga apa yang berkembang pada abad pertengahan lebih bersifat konservatif.
Jika pada abad-abad sebelumnya bisa dirasakan pesatnya perkembangan
pendidikan Islam yang ditandai dengan semangat mengkritik, polemik dalam
bentuk karya tulis, munazarah dan pengajaran di madrasah, halaqah di masjidmasjid dan perpustakaan, maka pada abad pertengahan ini mengalami kebekuan
dan konservatisme dalam sistem pendidikan. Sehingga masa ini dikenal dengan
masa taqlid, karena kegairahan berijtihad telah punah.
2.

Watak Ilmu Pengetahuan Islam Zaman Pertengahan
Awal mula dan tersebarnya ilmu pengetahuan Islam pada masa-masa
awal

Islam

berpusat

sekolah.Kandungan


pada

pemikiran

individu-individu
Islam

juga

dan

bukannya

bercirikan

sekolah-

usaha-usaha

individual.Tokoh-tokoh istimewa tertentu, yang telah mempelajari hadits dan

membangun sistem-sistem theology dan hukum mereka sendiri di seputarnya,
menarik murid-murid dari daerah yang jauh yang mau menimba ilmu
pengetahuan dari mereka. Karena itu, ciri utama pertama dari ilmu pengetahuan
tersebut adalah pentingnya individu guru. Sang guru, setelah memberikan
pelajarannya seluruhnya, secara pribadi memberikan suatu sertifikat (ijazah)
kepada muridnya yang kemudian diizinkan untuk mengajar. Bahkan ijazah-

ijazah tersebut seringkali dikeluarkan atas nama guru, dan bukan atas nama
sekolah. Banyakilmuwan yang termasyhur bukanlah produk madrasahmadrasah, tetapi adalah bekas-bekas murid informal dari guru-guru individual.
Berkaitan erat dengan pentingnya guru secara sentral ini adalah fenomena yang
dikenal sebagai ‘mencari ilmu’ (tholabul ‘ilm). Mahasiswa-mahasiswa
pengembara melakukan perjalanan-perjalanan yang jauh, kadang-kadang dari
ujung ke ujung dunia Islam, dengantujuan untuk mengikuti kuliah dari guru-guru
yang terkenal.
Sistem madrasah, yang secara luas didasarkan pada sponsor dan kontrol
negara, umumnya telah dipandang sebagai sebab kemunduran dan kemacetan
ilmu pengetahuan dan kesarjanaan Islam. Tetapi madrasah dengan kurikulumnya
yang terbatas, hanyalah gejala, bukan sebab sebenarnya dari kemunduran ini,
walaupun, tentu saja, ia mempercepat dan melestarikan kemacetan tersebut.
Tetapi sebab sebenarnya dari penurunan kualitas ilmu pengetahuan

Islam adalah kekeringan yang gradual dari ilmu-ilmu keagamaan karena
pengucilannya dari kehidupan intelektualisme awam yang juga kemudian mati.
Dari penentangan mereka yang berhasil terhadap kaum mu’tazillah dan syi’ah,
para ‘ulama’ telah memperoleh pengalaman dalam mengembangkan ilmu-ilmu
tersebut. Ini tidak hanya mempunyai hubungan dengan faktor yang relatif
eksternal, yaitu sistem sekolah yang secara fisik jadi terisolir dari oposisi.
Bahkan yang lebih penting lagi adalah cara dimana isi dari ilmu-ilmu ortodoks
tersebut dikembangkan, hingga dapat diisolir dari kemungkinan tantangan dan
oposisi.

3.

Kurikulum dan Pengajaran
a. Tujuan Pendidikan
Pada masa nabi Muhammad SAW, masa khalifah rasyidin dan
Muawiyah, tujuan pendidikan hanya satu, yaitu keagamaan semata-mata.
Mengajar dan belajar karena Allah serta mengharapkan keridhaannya.
Sedangkan pada masa Abbasiyah tujuan pendidikan itu telah
bermacam-macam karena pengaruh masyarakat pada masa itu. Adapun
tujuan itu dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Tujuan keagamaan dan akhlak
2) Tujuan kemasyarakatan
3) Cinta akan ilmu pengetahuan
4) Tujuan kebendaan
Keterangan ini, sebagaimana seorang ulama An namiry al Quthubi
yang hidup di tahun 463 H menyatakan bahwa tuntutlah ilmu, karena
ilmu itu menjadi penolong dalam agama, menajamkan otak, teman ketika
sendirian, berfaedah dalam majlis-majlis dan menarik harta benda.
b. Materi Pendidikan
Sebelum membahas materi pendidikan, perlu diketahui bahwa
tingkat pengajaran kepada peserta didik tergantung tingkatanya, yaitu:
1) Tinkat sekolah rendah (kuttab), tempat belajarnya di kuttab, rumah,
istana, toko-toko dan di pinggir-pinggir pasar.
2) Tingkat sekolah menengah, tempat belajarnya di masjid, majelis sastra
dan ilmu pengetahuan.
3) Tingka perguruan tinggi, tempat belajarnya di Baitul Hikmah dan
Darul ilmu di Mesir, masjid dll.

Untuk peserta didik tingkat rendah disediakan materi ijbari dan
materi ikhtiari. Adapun materi ijbari adalah: al Qur’an, shalat, doa,

sedikit ilmu nahwu dan bahasa Arab, membaca dan menulis. Sedangkan
materi yang Ikhtiari adalah: berhitung, semua ilmu nahwu dan bahasa
Arab, syair-syair dan tarikh Arab.
Sedangkan untuk anak-anak amir dan penguasa, materi tingkat
rendah sedikit berbeda.Di istana-istana biasanya ditegaskan pentingnya
pengajaran khitabah, ilmu sejarah, cerita perang, cara-cara pergaulan,
disamping ilmu-ilmu pokok seperti Qur’an, syair dan fiqh.
Pada masa ini, tidak ada ketentuan pasti tentang batasan umur bagi
seseorang yang belajar di kuttab.Para murid yang memasuki lembaga
pendidikan dasar ini bervariasi. Ada murid yang mulai memasuki kuttab
berumur lima tahun ada pula yang tujuh tahun bahkan ada yang sepuluh
tahun. Nampaknya hal ini karena kesiapan peserta didik, baik fisik,
mental ataupun dari segi ekonomi.
Setelah usai menempuh pendidikan tingkat rendah, murid bebas
memilih bidang studi yang ingin ia dalami di tingkat selanjutnya,
umumnya rencana pengajaran itu adalah: al Quran, bahasa Arab dan
kesusasteraannya, Fiqh, Tafsir, Hadist, Nahwu/saraf/Balaghah, ilmu-ilmu
pasti, Mantiq, Falak, Tarikh, ilmu-ilmu alam, kedokteran dan musik.
Disamping itu semua, ada mata pelajaran yang bersifat kejuruan,
misalnya untuk menjadi juru tulis di kantor-kanntor. Selain dari belajar

bahasa, murid disini harus belajar surat menyurat, pidato, diskusi,
berdebat, serta tulisan indah.

Selanjutnya pada tingkat tinggi untuk materi pelajarannya tidak
sama diseluruh negara Islam. Umumnya perguruan tinggi terdiri dari dua
jurusan, yaitu:
1) Jurusan ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab serta kesusteraanya (ilmu
naqliyah). Materinya adalah tafsir al Quran, hadist, fiqh dan usul fiqh,
nahwu/saraf, balagah, bahasa Arab dan kesusteraanya.Saat itu belum
ada spesialisasi dalam satu materi pelajaran seperti sekarang ini,
spesialisasi itu lahir kemudian sesudah para peserta didik selesai dari
perguruan tinggi.
2) Jurusan ilmu-ilmu hikmah (ilmu-ilmu aqliah). Materinya adalah:
mantik, ilmu-ilmu alam dan kimia, musik, ilmu-ilmu pasti, ilmu ukur,
falak, ilahiyah, ilmu hewan, ilmu tumbuh-tumbuhan, kedokteran.
c. Pendidik
Dilihat dari segi sosial ataupun penghasilan, pendidik dapat
digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu:
1) Para muallim kuttab
Guru model ini memiliki status sosial yang rendah karena

kualitaskeilmuan mereka yang dangkal dan kurang berbobot.
2) Para muaddib
Guru ini mempunyai status social yang tinggi, karena syarat untuk
menjadi muaddib sangat sulit, diantaranya: alim, berakhlak mulia dan
dikenal masyarakat.
3) Para guru yang memberikan pelajaran di masjid-masjid dan disekolahsekolah.
Guru ini

beruntung karena mendapat

penghormatan

masyarakat karena penguasaan ilmu pengetahuan yang mendalam.

dari

d. Metode Pengajaran
Pada masa dinasti Abbasiyah metode pendidikan yang digunakan
dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu:
1) Metode lisan (dikte, ceramah, qiraah dan diskusi)

Metode dikte adalah metode penyampaian pengetahuan yang
dianggap baik dan aman karena dengan dikte ini murid mempunyai
catatan yang akan dapat membantunya ketika ia lupa. Metode ini
dianggap penting, karena pada masa klasik buku-buku cetak seperti
masa sekarang sulit dimiliki.
Metode ceramah adalah guru menjelaskan dan murid mendengarkan.
Metode qiraah biasanya digunakan untuk belajar membaca sedangkan
diskusi merupakan metode yang khas pada masa ini.
2) Metode menghafal (ciri umum pendidikan pada masa ini)
Murid-murd

harus

membaca

secara

berulang-ulang

pelajarannya sehingga pelajaran tersebut melekat pada benak mereka.
3) Metode tulisan (pengkopian karya ulama)
Metode tulisan adalah pengkopian karya-karya ulama. Dalam
pengkopian buku-buku terjadi proses intelektualisasi hingga tingkat
penguasaan ilmu murid semakin meningkat.
Ini hampir sama halnya dengan pendidikan yang berada di
pesantren. Kalau sekarang ini di pesantren materi yang diberikan lebih
berkembang. Dalam pendidikan pesantren, memilki tujuan untuk
membentuk pribadi santri, memantapkan akhlak dan melengkapinya
dengan ilmu pengetahuan. Materi pelajaran pesantren kebanyakan
bersifat keagamaan yang bersumber dari kitab-kitab klasik yang
meliputi sejumlah bidang studi, antara lain: tauhid, tafsir, hadits, fiqih,
ushul-fiqih, tasawuf, bahasa arab (nahwu, sharaf, balaghah dan
tajwid), mantiq dan akhlak.

Materi pelajaran ini berdasarkan tingkat kemudahan dan
kompleksitas ilmu atau masalah yang dibahas dalam suatu kitab,
sehingga terdapat tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat lanjut.
Materi pelajaran di pesantren pada awalnya hanya mengajarkan
membaca Al-Qur’an dan praktik ibadah kemudian berkembang pada
mata pelajaran yang lain.

Daftar Pustaka
http://aminmahfud.blogspot.com/2013/05/analisis-pendidikan-islam-periodepra_29.html
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004,
hlm. 271
Fazlur Rahman, Islam, Pustaka, Bandung, 1984, hlm. 268
http://aminmahfud.blogspot.com/2013/05/analisis-pendidikan-islam-periodepra_29.html
Fazlur Rahman, ISLAM, Pustaka, Bandung, 1984, hlm. 269-271
http://aminmahfud.blogspot.com/2013/05/analisis-pendidikan-islam-periodepra_29.html
Ahmad Muthohar, Ideologi Pendidikan Pesantren, Pustaka Rizki Putra, Semarang,
2007, hlm. 24

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65