Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Santifik Melaui Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 3 SD

  BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Kurikulum dapat dipandang sebagai buku atau dokumen yang dijadikan guru sebagai pegangan dalam proses belajar-mengajar. Kurikulum juga dapat dilihat sebagai produk yaitu apa yang diharapkan dapat dicapai siswa dan sebagai proses mencapainya. Hal tersebut saling berkaitan, adapun pengertian kurikulum menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

  Kurikulum memiliki sifat yang dinamis karena selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan dan tuntutan pendidikan. Kurikulum sendiri merupakan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan, oleh karenanya tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan kurikulum selalu mengarah pada perbaikan sistem pendidikan. Perubahan tersebut dilakukan karena dianggap belum sesuai dengan harapan yang diinginkan selain itu juga dikarenakan kurikulum sebelumnya tidak berjalan efektif sehingga perlu adanya penyempurnaan kurikulum. Perubahan penggunaan kurikulum di Indonesia setelah merdeka terdapat sebelas kurikulum yang pernah dipakai yaitu kurikulum 1947, 1949, 1952, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 (KBK), 2006 (KTSP) dan kurikulum 2013.

  Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Alasan terciptanya kurikulum 2013 terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi adanya perubahan kurikulum KTSP 2006 menjadi kurikulum 2013 yaitu adanya tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 Standar Nasional Pendidikan yang meliputi Standar Pengelolaan, Standar Biaya, Standar Sarana Prasarana, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, dan Standar Kompetensi Lulusan.

  Adapun elemen perubahan yang mendasar terlihat pada standar kompetensi lulusan, standar isi, dan standar proses, serta standar penilaian. Hal ini sebagai konsekuensi dari perubahan pola pikir. Standar kompetensi lulusan dicapai melalui pencapaian kompetensi inti. Apa yang harus dikuasai peserta didik agar memiliki kompetensi inti yang diharapkan, diatur dalam standar isi. Bagaimana cara mencapai kompetensi inti dalam rangka mencapai standar kompetensi lulusan diatur dalam standar proses. Bagaimana mengetahui pencapaian-pencapaian terhadap kompetensi inti maupun kompetensi lulusan diatur dalam standar penilaian.

  Pada kurikulum 2013 mengenai standar proses yang menekankan terhadap proses pembelajaran yang menekankan keseimbangan antara soft skill dan hard skill meliputi 3 aspek kompetensi yaitu, sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa). Ketiga aspek tersebut disajikan secara tematik integratifyaitu gabungan dari beberapa mata pelajaran yang saling terintergrasikan. Dalam proses pembelajaran ketiga ranah kompetensi tersebut dilengkapi dengan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan menyajikan yang terangkum dalam pendekatan saintifik.

  Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik diharapkan dapat mengintegrasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuan dapat berjalan seiring tanpa ada mengedepankan aspek tertentu. Karena, pada pendekatan saintifik setiap siswa saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, lebih menekankan pada kerjasama dalam menggali pengetahuan dan membentuk keterampilan. Pembiasaan dalam kelompok dan kerjasama membantu siswa mengembangkan kemampuan untuk bersosialisasi, membentuk sikap saling menghargai untuk setiap kontribusi. Melalui pendekatan saintifik ini juga akan membiasakan peserti didik berpikir secara sistematis dalam merumuskan dan memecahkan masalah. Kemampuan inilah yang sesungguhnya diperlukan kelak oleh mereka untuk menghadapi kehidupan yang penuh dengan persaingan. Upaya pemerintah untuk maka di dalam pendekatan saintifik terdapat pula tiga model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran yakni, model pembelajaran Discovery Learning, model pembelajaran Problem Based Learning (berbasis masalah) dan model pembelajaran Project Based Leraning (berbasis proyek).

  Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Pembelajaran akan terjadi dengan baik apabila kesesuaian model pembelajaran dengan materi yang akan diajarkan. Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik apabila ada komunikasi positif antara guru dengan siswa, guru dengan guru, dan antara siswa dengan siswa. Oleh karena itu, komunikasi positif harus diciptakan agar pesan yang disampaikan, khususnya materi pembelajaran dapat diterima baik oleh siswa. Guru diharapkan mampu membimbing aktivitas potensi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai tidak hanya mengajar dengan model pembelajaran konvensional yang hanya ceramah dan pemberian tugas. Guru yang professional diperlukan agar kualitas pembelajaran pada mata pelajaran apapun menjadi optimal. Walaupun rancangan pembelajaran dikurikulum KTSP dan kurikulum 2013 sama-sama tematik bedanya KTSP tematik terpadu sedangkan kurikulum 2013 tematik intergratif. Sedangkan di tahun pelajaran 2014/2015 kelas 3 masih menggunakan kurikulum KTSP, namun ada salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat perhatian lebih adalah matematika.

  Mata pelajaran matematika dengan menggunakan berbagai macam rumus pada dasarnya sangat abstrak. Matematika itu sendiri merupakan ilmu deduktif, abstrak, bahasa simbol yang penuh padat arti. Pembelajaran matematika seharusnya disesuaikan dengan pola pikir perkembangan intelektual siswa Sekolah Dasar. Pembelajaran yang tidak sesuai membuat matematika sering menjadi sesuatu menakutkan bagi siswa, sehingga para siswa merasa menjadi kurang tertarik terhadap mata pelajaran matematika. Adapun kesulitan-kesulitan khusus dialami siswa dalam pembelajaran matematika menurut Soejono dalam menggunakan konsep; (2) kesulitan dalam belajar dan menggunakan prinsip; (3) kesulitan memecahkan soal berbentuk verbal”.

  Model pembelajaran yang bervariasi diharapkan dapat menambah keaktifan siswa dalam pembelajaran. Model pembelajaran yang tepat, membantu proses kegiatan belajar matematika akan cepat dipahami, menantang, menyenangkan dan menciptakan kenyamanan siswa dalam belajar. Selama ini kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran konvensional yang sifatnya berpusat pada guru, hal ini dianggap lebih efektif waktu untuk menyelesaikan banyaknya materi yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran matematika. Sehingga, menyebabkan mata pelajaran matematika tidak menarik dimata siswa sehingga para siswa banyak yang pasif dan hasil belajar dengan model pembelajaran konvensional hasil belajarnya kurang maksimal.

  Salah satu alternatif untuk mengatasai masalah di atas maka dapat digunakan model pembelajaran secara berkelompok yaitu cooperative learning. Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif menurut Ngalimun (2014:161- 162) “Kegiatan pembelajaran berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksikan konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuri”. Hal ini selaras dengan pengetian model kooperatif tipe Two Stay Two Stray (dua tinggal dua tamu) menurut Suprijono (2012:93) “Pembelajaran ini diawali dengan pembagian kelompok”. Oleh karena itu model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa, supaya dalam pembelajarn matematika siswa lebih aktif. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray ini hampir sama pelaksanaanya dengan model pembelajran Problem Based Learning, adapun yang membuat keduanya sama adalah model diskusi dengan pemberian masalah pada awal kegiatan pembelajaran yang direncanakan guru untuk dapat diselesaikan siswa secara berkelompok. Maka kedua model ini dapat dibandingkan dengan ditambahkan pendekatan saintifik di dalamnya.

  Penggunaan pendekatan Saintifik melalaui model pembelajaran Problem Based Learning akan menggali pengetahuan siswa secara mandiri yang dikatakan baik pada kurikulum 2013 membuat keraguan akan hal tersebut. Hal ini menjadi model pembelajaran Problem Based Learning pada kurikulum 2013. Walaupun pada akhirnya kurikulum 2013 diberhentikan sementara oleh Anies Baswedan selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 5 desember 2014 dengan dikeluarkannya Surat Edaran Nomor: 197342/MPK/KR/2014. Dengan demikian penelitian penting dilakukan untuk membandingkan penggunaan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran Problem Based Learning yang dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika pada siswa kelas 3 Sekolah Dasar.

  1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan yang terjadi sebagai berikut: a. Adanya keraguan akan perubahan kurikulum dalam memajukan pendidikan di Indonesia.

  b. Keberhasilan suatu pembelajaran dipengaruhi oleh model pembelajaran.

  c. Kesulitan dalam mata pelajaran matematika.

  d. Adanya keraguan dalam setiap pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran Problem Based Learning.

  e. Guru lebih senang menggunakan model pembelajaran konvensional saat pembelajaran matematika.

  1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang berkaitan sangat luas. Oleh karena itu perlu perlu adanya pembatasan masalah, sehingga permasalahan yang dibahas lebih jelas. Maka peneliti membatasi obyek penelitian sebagai berikut:

  1. Model pembelajaran matematika yang di gunakan peneliti adalah model pembelajaran model pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray.

  2. Hanya siswa kelas kelas 3 SD Negeri 1 dan 2 Tempel yang menjadi subjek penelitian.

  3. Seberapa pengaruh model pembelajaran Problem Based Leraning dan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

  1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah maka dirumuskan masalah sebagai berikut: adakah perbedaan pengaruh yang signifikan anatara penggunaan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran Problem Based Learning dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas 3 SD Negeri 1 dan 2 Tempel?

  1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran Problem Based Learning dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray terhadap hasil belajar matematika kelas 3 SD Negeri 1dan 2 Tempel.

  1.6 Manfaat Penelitian Dari penelitiaan yang sudah dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

  1.6.1 Manfaat Teoretis Penelitian ini dapat menambah pengetahuan terutama bagi guru mengenai pendekatan saintifik dengan model pembelajaran Problem Based Learning dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dalam pembelajaran matematika melalui bukti empiris.

1.6.2 Manfaat Praktis

  Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis: (a) bagi siswa memperoleh pengalaman langsung yang menyenangkan dari pembelajaran matematika menggunakan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray ; (b) bagi guru memberikan masukan untuk menerapkan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dalam pembelajaran matematika di kelas; (c) bagi sekolah memberikan masukan bagi sekolah untuk menerapkan variasi pendekatan saintifik dengan model pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray untuk meningkatkan hasil hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika.

Dokumen yang terkait

13 Bab 2 Hermeneutik Poskolonial dengan Perspektif Ritus Oli Somba dalam Komunitas Masyarakat Aramaba 2.1 Pendahuluan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Memahami Ulang Yesus sebagai Korban (Mat.26:36-46):Perspektif Poskolonial

0 1 24

37 Bab 3 Konteks Kultural Praktik Pengorbanan dalam Matius 26:36-46 3.1 Pendahuluan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Memahami Ulang Yesus sebagai Korban (Mat.26:36-46):Perspektif Poskolonialis Oli Somba dalam Agama Suku Aram

0 1 19

56 Bab 4 Memahami Ulang Yesus Sebagai Korban Dari Perspektif Ritus Oli Somba dalam Komunitas Masyarakat Aramaba 4.1 Pendahuluan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Memahami Ulang Yesus sebagai Korban (Mat.26:36-46):Perspektif P

0 1 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Homestay di Desa Wisata Nglanggeran Kabupaten Gunung Kidul

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerjemahan sebagai Media Pekabaran Injil Middelkoop Ditinjau dari Perspektif Hermeneutika Hans Georg Gadamer

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning Dibanding dengan Model Discovery dalam Pembelajaran IPA Materi Peristiwa Alam Kelas 5 SD

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning Dibanding dengan Model Discovery dalam Pembelajaran IPA Materi Peristiwa Alam Kelas 5 SD

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning Dibanding dengan Model Discovery dalam Pembelajaran IPA Materi Peristiwa Alam Kelas 5 SD

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning Dibanding dengan Model Discovery dalam Pembelajaran IPA Materi Peristiwa Alam Kelas 5 SD

0 0 79

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning: Studi Kasus SMK N 1 Tengaran

0 0 19