BAB II PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA PENGANGKUTAN DARAT A. Perjanjian Pengangkutan - Tinjauan Yuridis Keberadaan Kendaraan Bermotor (Mobil) Pribadi Berplat Hitam Sebagai Angkutan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

BAB II PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA PENGANGKUTAN DARAT A. Perjanjian Pengangkutan Dalam Penyelenggaraan pengangkutan sangat diperlukan adanya suatu Perjanjian, dimana perjanjian merupakansumber terpenting yang melahirkan

  perikatan. Perikatan yang berasal dari perjanjian dikehendaki oleh dua orang atau dua pihak yang membuat perjanjian, sedangkan perikatan yang lahir dari undang - undang dibuat atas dasar kehendak yang berhubungan dengan perbuatan manusia

   yang terdiri dari dua pihak.

  Didalam Kegiatan Transportasi, Perjanjian yang digunakan adalah perjanjian timbal balik, Artinya bahwa kedua belah pihak pengangkut dan penumpang masing masing mempunyai kewajiban sendiri. Dimana kewajiban pihak pengangkutan adalah menyelenggarakan pengangkutan dari suatu tempat tujuan ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan kewajiban pihak penumpang ialah membayar uang angkutan sebagai kontra prestasi dari

   penyelenggara pengangkutan yang dilakukan oleh pengangkut.

  Secara umum perjanjian telah diatur dalam Buku Ketiga Kitab Undang- undang Hukum perdata (KUHPerdata) yaitu tentang perikatan. Perjanjian menurut pasal 1313 KUHPerdata adalah “ Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. 8 9 Suharnoko, Hukum Perjanjian, Prenada media, Jakarta, 2004, hlm.117.

  Uli Sinta, Pengangkutan:Suatu tinjauan Hukum multimoda Transport, Angkutan Laut, Angkutan darat, dan angkutan udara/ oleh Sinta Uli Cet.ke 1Medan Usupress 2006 Hal.62 Sedangkan angkutan adalah suatu keadaan pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat lain dengan suatu tujuan tertentu, baik untuk memperoleh nilai tambah untuk barang/komersial maupun untuk tujuan nonkomersial.

   Dalam perjanjian pengangkutan terdapat beberapa unsur yang harus

  diketahui

   1.

  Sifat Perjanjian adalah timbal balik baik diantara pengangkut dengan penumpang atau pengirim barang , yaitu : 2.

  Penyelenggaraan pengangkutan didsarkan pada perjanjian 3. Istilah menyelenggarakan pengangkutan berarti pengangkutan tersebut dapat dilakukan sendiri oleh pengangkut atau dilakukan oleh orang lain atas perintahnya 4. Tempat Tujuan dalam pengangkutan barang, berarti barang dapat diterima oleh pengirim sendiri atau orang lain

  5. Istilah dengan selamat, mengandung arti apabila pengangkutan tidak berjalan dengan selamat, maka pengangkut harus bertanggung jawab untuk membayar ganti kerugian kepada pengirim barang atau penumpang.

  Jenis perjanjian dapat dikenal dengan adanya perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik. Perjanjian sepihak merupakan perjanjian dimana pihak yang satu mempunyai kewajiban dan pihak lain mempunyai hak. Sedangkan perjanjian timbal balik merupakan perjanjian yang membebankan hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak. Perjanjian pengangkutan merupakan perjanjian timbal balik, dalam arti pengangkut mengikatkan diri untuk 10 E.Suherman, Aneka masalah hukum kedirgantaraan (Bandung, 2002), hal.293. 11 mengangkut penumpang sampai di tempat tujuan dengan selamat, sedangkan penumpang bersedia akan membayar biaya .

  Secara Umum dalam Perjanjian pengangkutan antara pengangkut dengan pengguna jasa, terkandung syarat-syarat umum angkutan yang meliputi hak dan

  

  kewajiban di antara mereka, diantaranya adalah : 1.

  Hak pengguna jasa angkutan untuk memperoleh pelayanan sesuai dengan tingkat pelayanan yang disepakatinya, misalnya Pemegang tiket tertentu akan memperoleh tingkat pelayanan yang sesuai dengan tiket yang dimilikinnya, begitu juga dengan pengirim barang, jika ingin barang cepat tiba di tempat tujuan, maka ongkos barangnya pun akan bertambah mahal. Sedangkan kewajibannya adalah membayar biaya angkutan sesuai dengan tingkat pelayanan yang dikehendakinya.

  2. Kewajiban pengangkut adalah mengangkut penumpang yang telah memiliki tiket atau pengiriman barang yang telah memiliki dokumen angkutan, sesuai dengan tingkat pelayanan yang disepakati sampai di tempat tujuan dengan selamat dan berkewajiban membayar ganti kerugian sesuai dengan syarat-syarat umum yang telah disepakati kepada pengguna jasa serta memberikan pelayanan dalam batas-batas kewajaran sesuai dengan kemampuannya, sedangkan hak pengangkut adalah berhak atas biaya angkut.

  Dalam Penyelenggaran pengangkutan Tiket/Karcis sangatlah penting dalam perjanjian pengangkutan karna merupakan bukti terjadinya pengangkutan dan pembayaran biaya angkutan. Namun dalam praktek pengangkutan itu sendiri 12 khususnya pengangkutan orang dengan angkutan kota bahwa terjadinya perjanjian pengangkutan biasanya tidak harus dibuktikan dengan adanya Tiket/karcis penumpang. Menurut Purwosutjipto, Karcis penumpang atau dokumen angkutan bukanlah syarat mutlak adanya perjanjian pengangkutan, tidak adanya karcis

   penumpang perjanjian pengangkutan tidak akan batal.

  Mengenai kebiasaan yang hidup dalam praktek pengangkutan tersebut dianggap sebagai hukum perdata yang tidak tertulis, yaitu perbuatan yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1.

  Berupa kewajiban sebagaimana seharusnya pihak-pihak harus berbuat; 2. Tidak bertentangan dengan UU atau kepatutan; 3. Diterima oleh pihak-pihak karena adil dan masuk akal(logis)

   4.

  Menuju pada akibat hukum yang dikehendaki oleh para pihak. Adapun contoh lain yang berlaku sebagai kebiasaan dalam praktek pengangkutan diantaranya adalah mengenai tempat pemberhentian angkutan.

  Dalam pasal 9 ayat 1 UULLAJjo. Pasal 1 butir 11 PP No.41 Tahun 1993 tentang angkutan jalan ditetapkan bahwa terminal merupakan sarana transportasi jalan untuk memuat dan menurunkan penumpang. Namun jika ada penumpang yang turun atau naik bukan di terminal maka hal itu dianggap naik dan turun di terminal dan biaya angkutan dibayar penuh.

  13 14 Purwosutjipto.Op.Cit,Hal 10 Muhammad AbdulKadir, Hukum Pengangkutan Darat Dan Udara, Cetakan pertama,

B. Jenis-Jenis Angkutan

  Pembagian jenis-jenis pengangkutan pada umumnnya didasarkan pada jenis alat angkut yang dipergunakan dan keadaan geografis yang menjadi wilayah tempat berlangsungnya kegiatan pengangkutan. B.1 Jenis-Jenis Pengangkutan

  Dalam pembagian jenis pengangkutan dapat dibedakan sebagai berikut : a.

  Pengangkutan darat terdiri dari :

  

  a.1. Pengangkutan dengan kendaraan bermotor a.2. Pengangkutan dengan kereta api a.3. Pengangkutan dengan tenaga Hewan

  b. Pengangkutan di perairan yang terdiri dari : b.1. Pengangkutan di laut b.2. Pengangkutan di sungai dan danau b.3. Pengangkutan Penyeberangan

  c. Pengangkutan Udara Dalam pengangkutan juga terdapat unsur-unsur pokok transportasi, yaitu : a.

  Manusia, yang membutuhkan transportasi b.

  Barang, yang diperlukan manusia, c. Kendaraan sebagai prasarana transportasi, d.

  Jalan, sebagai pengelola transportasi e. Organisasi, sebagai pengelola transportasi.

  Lima unsur di atas saling terkait untuk terlaksananya transportasi, yaitu terjaminnya penumpang atau barang yang diangkut sampai ke tempat tujuan 15 Hasim Purba, Hukum Pengangkutan di Laut, Medan, Pustaka Bangsa Press, 2005, hal dalam keadaan baik seperti pada awal diangkut.Dalam hal ini perlu diketahui terlebih dulu ciri penumpang dan barang, kondisi sarana dan kontruksi prasarana, serta pelaksanaan transportasi.

  B.2 Pengangkutan darat Definisi Transportasi darat atau pengangkutan darat tidak jauh berbeda dengan definisi pengangkutan pada sebelumnya hanya saja pengangkutan darat menggunakan alat pengangkutan melalui jalan darat,baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan(sapi,kuda), atau Mesin. Transportasi darat dilihat berdasarkan faktor-faktor, yaitu jenis spesifikasi kendaraan,jarak, perjalanan, tujuan perjalanan, ketersediaan moda, ukuran kota dan kerapatan pemukiman

  

  serta sosial-ekonomi. Adapun Jenis-jenis dari Transportasi angkutan darat : a.

  Angkutan Jalan raya b.

  Angkutan jalan rel atau kereta api a. Angkutan Jalan raya

  Angkutan jalan raya itu sendiri mempunyai jenis dan sarana yaitu : 1. Sepeda Motor

  Sepeda Motor adalah kendaraan bermotor beroda 2 (dua), atau 3 (tiga) tanpa atap baik dengan tanpa kereta samping.

2. Mobil Penumpang

  Mobil Penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat

  16 duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.

  3. Mobil Bus Mobil Bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan, pengangkutan bagasi.

  4. Mobil Barang Mobil Barang adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang termasuk dalam sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus.

  Angkutan darat selain mobil, bus ataupun sepeda motor yang lazim digunakan oleh masyarakat, umumnya digunakan untuk skala kecil, rekreasi, ataupun sarana- sarana di perkampungan baik di Kota maupun di Desa. Diantaranya adalah : sepeda, becak, bajaj, bemo dan delman.

  b.

  Angkutan Rel Adapun jenis angkutan rel adalah : 1.

  Kereta api Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. kereta api sifatnya sebagai angkutan missal efektif, beberapa Negara berusaha memanfaatkannya secara maksimal sebagai alat transportasi utama angkutan darat baik di dalam Kota, antar Kota, maupun Antar Negara.

C. Asas – Asas Dalam Pengangkutan

  Dalam setiap Undang-undang yang dibuat pembentuk undang-undang, biasanya dikenal sejumlah asas atau prinsip yang mendasari diterbitkannya undang-undang tersebut. Asas-asas hukum merupakan fondasi suatu undang- undang dan peraturan pelaksananya. Bila asas-asas dikesampingkan, maka

   runtuhlah bangunan undang-undang itu dan segenap peraturan pelaksananya.

  Disamping itu Mertokusumo juga memberikan ulasan asas hukum sebagai berikut: “ bahwa asas hukum bukan merupakan hukum kongkrit, melainkan merupakan pikiran dasar yang umum dan abstrak, atau merupakan latar belakang peraturan yang kongkrit yang terdapat dalam dan dibelakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat atau

   ciri-ciri yang umum dalam peraturan kongkrit tersebut” .

  Didalam hukum pengangkutan terdapat juga asas-asas hukum yang terbagi ke dalam dua jenis yaitu bersifat publik dan bersifat perdata.

  C.1. Asas yang bersifat publik merupakan landasan hukum pengangkutan yang berguna bagi setiap pihak baik pihak ketiga dan pihak pemerintah. Asas-asas yang bersifat publik terdapat di dalam penjelasan undang-undang yang mengatur tentang pengangkutan. Ada

  17 Yusuf shofie, 2002, Pelaku Usaha, Konsumen,dan Tindak Pidana Korporasi, ghalia indonesia, jakarta, hal 25 18 Sudikno Mertokusumo, 1996, Penemuan Hukum Suatu Pengantar, Liberty, jakarta, hal beberapa asas publik dalam pengangkutan berdasarkan penjelasan pasal 2 UULLAJ yaitu sebagai berikut : a.

  Asas Transparan yaitu keterbukaan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan kepada masyarakat luas dalam memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur sehingga masyarakat mempunyai kesempatan berpartisipasi bagi pengembangan lalu lintas dan angkutan jalan.

  b.

  Asas Akuntabel yaitu penyelenggraan lalu lintas dan angkutan jalan yang dapat dipertanggungjawabkan.

  c.

  Asas Berkelanjutan yaitu penjamin kualitas fungsi lingkungan melalui pengaturan persyaratan teknis laik kendaraan dan rencana umum pembangunan serta pengembangan jaringan lalu lintas dan angkutan jalan.

  d.

  Asas Partisipatif yaitu pengaturan peran serta masyarakat dalam proses penyusunan kebijakan, pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, penanganan kecelakaan, dan pelaporan atas peristiwa yang terkait dengan lalau lintas dan angkutan jalan.

  e.

  Asas Bermanfaat yaitu semua kegiatan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang dapat memberikan nilai tambah sebesar-besarnya dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

  f.

  Asas Efisien dan Efektif yaitu pelayanan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang dilakukan oleh setiap pembina pada jenjang pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna.

  g.

  Asas Seimbang yaitu penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang harus dilaksanakan atas dasar keseimbangan antara sarana dan prasarana serta pemenuhan hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyelenggara. h.

  Asas Terpadu yaitu penyelenggaraan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang dilakukan dengan mengutamakan keserasian dan kesaling bergantungan kewenangan dan tanggumg jawab antar instansi pembina. i.

  Asas Mandiri yaitu upaya transportasi asas tersebut dimaksudkan bahwa pengangkutan dijadikan alat transportasi yang dapat menunjang bagi masyarakat dan negara agar terdapat keterpaduan intra maupun antar trasnportasi lain, baik darat,;aut, ataupun diudara.

  C.2. Asas pengangkutan bersifat perdata Merupakan landasan hukum yang hanya berlaku bagi para pihak yang telah membuat perjanjian pengangkutan yaitu pengangkut dan penumpang. Asas bersifat perdata ini didasarkan pada pasal 186 UULAJ nomor 22 tahun 2009 yaitu : Perusahaan Angkutan Umum wajib mengangkut orang dan/atau barang setelah disepakati perjanjian angkutan dan/atau dilakukan pembayaran biaya angkutan oleh penumpang dan/atau pengirim barang. Berdasarkan pasal tersebut maka asas yang terdapat pada asas hukum perdata antara lain : a.

  Asas Konsesual yaitu perjanjian pengangkutan tidak diharuskan dalam bentuk tertulis , sudah cukup dengan kesepakatan pihak-pihak akan tetapi, untuk menyatakan bahwa perjanjian itu sudah terjadi atau sudah ada harus dibuktikan dengan atau didukung dengan dokumen pengangkutan.

  b.

  Asas Koordinatif yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan mempunyai kedudukan yang setara atau sejajar, tidak ada pihak yang mengatasi atau membawahi yang lain. Meskipun pengangkut menyediakan jasa dan melaksanakan perintah penumpang atau pengirim barang, pengangkut bukan bawahan penumpang atau pengirim barang pengangkut merupakan salah satu bentuk pemberian kuasa.

  c.

  Asas Campuran adalah Pengangkutan merupakan campuran dari 3 (tiga) jenis perjanjian yakni,pemberi kuasa, penyimpanan barang dan melakukan pekerjaan dari pengirim kepada pengangkut. Ketentuan ketiga jenis perjanjian ini berlaku pada pengangkutan, kecuali jika ditentukan lain dalam perjanjian pengangkutan.

  d.

  Asas Pembuktian dengan dokumen yaitu setiap pengangkutan selalu dibuktkan dengan dokumen angkutan, tidak ada dokumen pengangkutan berarti tidak ada perjanjian pengangkutan, kecuali jika kebiasaan yang sudah berlaku umum, misalnya pengangkutan untuk jarak dekat biasanya tidak ada dokumen atau tiket penumpang, contohnya angkutan dalam kota. Berdasarkan penjelasan asas yang bersifat perdata tersebut merupakan asas hukum yang berlaku umum dalam pengangkutan kecuali ditentukan lain, namun dalam pengangkutan dikenal juga kebiasaan yang berlaku, dan kebiasaan tersebut dianggap sebagai hukum perdata tidak tertulis. Dan hal itu sering terjadi dalam pengangkutan khususnya angkutan penumpang.

D. Proses Penyelenggaraan Perjanjian Jasa Angkutan Proses perjanijan jasa angkutan dibuat secara sah mengikat pihak-pihak.

  Antara pihak-pihak tercipta hubungan kewajiban dan hak, yang perlu direalisasikan melalui penyelenggaraan pengangkutan. Adapun perjanjian dalam proses penyelenggaraan jasa angkutan kita kenal dengan perjanjian sepihak dan timbal balik. Perjanjian sepihak adalah perjanjian dimana hak atau kewajiban

  

  hanya ada pada satu pihak saja. Sedangkan Perjanjian timbal balik adalah

   perjanjian yang membebankan hak dan kewajiban pada kedua belah pihak.

  Mengenai Pengertian perjanjian pengangkutan di dalam buku II KUHDagang tidak diberikan definisinnya.Perjanjian pengangkutan itu sendiri bersifat Konsensuil, sehingga untuk terciptanya perjanjian pengangkutan tidak diperlukan adanya syarat tertulis, jadi hanya bersifat konsensuil.

  Dalam Proses perjanjian jasa angkutan para pihak menimbulkan kewajiban dan hak yang diberikan secara timbal balik antara pengangkut dengan pengemudi dan pengangkut dengan penumpang. Dimana kewajiban pengusaha angkutan pada pengemudi ini didasarkan pada perjanjian kerja, dimana pengusaha angkutan mempunyai kewajiban untuk menyediakan jasa angkutan dan fasilitas yang akan dipergunakan oleh pengemudi untuk mengangkut penumpang serta berkewajiban membayar upah.

  Sedangkan pengusaha angkutan berhak mendapatkan uang angkutan dan berhak memerintahkan pengemudi untuk menyelenggarakan pengangkutan.Secara umum tentang kewajiban majikan dan buruh atau pengusaha angkutan dengan 19 Hartono Hadisoeprapto, Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan,

  Liberty,Yogyakarta,1984, hal. 36 20 pengemudi diatur dalam pasal 1602 dan Pasal 1603 KUHperdata. Kewajiban pengusaha angkutan terhadap pengemudi dapat ditemukan antara lain dalam pasal 90 dan pasal 237 UULLAJ yakni :

  Pasal 90 1. Setiap perusahaan angkutan umum wajib mematuhi dan memberlakukan ketentuan mengenai waktu kerja, waktu beristirahat dan pergantian pengemudi kendaraan bermotor umum sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-undangan.

  2. Waktu kerja bagi pengemudi kendaraan bermotor umum sebagaimana dimaksud pada ayat 1 paling lama 8 (delapan) jam sehari.

  3. Pengemudi kendaraan bermotor umum setelah mengemudikan kendaraan selama 4 jam berturut-turut wajib beristirahat paling singkat setengah jam.

  4. Dalam hal tertentu pengemudi dapat dipekerjakan paling lama 12 jam sehari termasuk waktu istirahat selama 1 jam.

  Pasal 237 1. Perusahaan angkutan umum wajib mengikuti program asuransi kecelakaan sebagai wujud tanggung jwab nya atas jaminan asuransi bagi korban kecelakaan.

  2. Perusahaan angkutan umum wajib mengasuransikan orang yang dipekerjakan sebagai awak kendaraan.

  Untuk menjamin keselamatan lalu lintas dan angkutan dijalan, perusahaan angkutan umum wajib mematuhi ketentuan mengenai waktu kerja dan istirahat bagi pengemudi seperti tercantum dalam pasal 90 UULLAJ. Penggunaan mekanisme ini akan mndorong perusahaan angkutan umum untuk tidak memaksa para pengemudi nya tanpa memperhatikan jam kerja yang layak bagi pengemudi,

   agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

  Didalam Perjanjian pengangkutan darat, laut , dan udara , penyelenggaraan pengangkutan meliputi empat tahap kegiatan yakni :

  1. Tahap persiapan pengangkutan, yang meliputi penyediaan alat pengangkutan, penyerahan muatan barang atau penumpang untuk diangkut, pembuatan dan penyelesaian dokumen pengangkutan.

  2. Tahap kegiatan pengangkutan yang meliputi kegiatan pemindahan muatan barang atau penumpang dengan alat pengangkutan dari tempat pemberangkatan ketempat tujuan yang di sepakati.

  3. Tahap penyerahan muatan barang atau penumpang kepada penerima, atau turunnya penumpang, dan pembayaran biaya pengangkutan dalam pengangkutan barang jika belum dibayar oleh pengirim.

  4. Tahap pemberesan/penyelesaian persoalan yang terjadi selama atau sebagai akibat pengangkutan.

  21 YusufSofie, Perlindungan konsumen dan instrument Hukumnnya, Citra Aditya bakti,

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembangkit Listrik - Analisa Pemakaian Economizer Terhadap Peningkatan Efisiensi dan Penghematan Bahan Bakar Boiler 052 B101 Unit Pembangkit Tenaga Uap PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap

0 1 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisa Efisiensi Siklus Rankine Pada Sistem Pembangkit Tenaga Uap di PT. Pertamina (PERSERO) Refinery Unit IV Cilacap

0 4 40

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pembangkit Tenaga Uap - Analisa Kerugian Head Sistem Distribusi Air Umpan Boiler Di PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap DenganMenggunakan Software Pipe Flow Expert v6.39

0 1 27

Tabel 1 Deskripsi Nilai Debt to equity Ratio Sampel Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2011 – 2013 A. 2011

0 0 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan 2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan - Pengaruh Debt To Equity Ratio, Ukuran Perusahaan, Dan Leverage Operasi Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Debt To Equity Ratio, Ukuran Perusahaan, Dan Leverage Operasi Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku - Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Kepatuhan Perawat terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2014

0 1 34

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Kepatuhan Perawat terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2014

0 0 7

BAB II. BELAJAR DARI PENGALAMAN - Spirit As The Beginning of A Regeneration

0 0 18

BAB III PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN UMUM DAN PENGATURAN HUKUMNYA A. Pengaturan Hukum Pengangkutan Darat Dengan Kendaraan Bermotor Dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan - Tinjauan Yuridis Keberadaan Kendaraan Bermotor (Mobil) Pri

0 0 49