BAB II ASPEK – ASPEK HUKUM DALAM AKTA PERJANJIAN KREDIT A. Pengertian Kredit dan Perjanjian Kredit - Chapter II (763.8Kb)

BAB II ASPEK

  • – ASPEK HUKUM DALAM

AKTA PERJANJIAN KREDIT

A. Pengertian Kredit dan Perjanjian Kredit

  pasti saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Antara manusia yang satu dengan manusia yang lain saling berinteraksi guna mendapatkan kebutuhan masing-masing yang tentu berbeda-beda dengan jumlah dan kualitas yang juga tidak sama.

  Melalui kebutuhan dan saling ingin memenuhi kebutuhan masing-masing, maka setiap manusia tentu membutuhkan alat yang bisa memenuhi kebutuhan masing-masing dari mereka.

  Jika pada zaman dahulu kala, sistem barter dijadikan sistem transaksi yang maju, maka di zaman yang sekarang sudah ada alat tukar menukar untuk melakukan transaksi yang dinamakan uang.

  Uang sampai saat ini adalah salah satu alat pembayaran yang sah dan dapat digunakan dengan lebih mudah karena tidak perlu membawa barang yang ingin kita tukarkan dengan barang yang kita butuhkan kepada orang lain.

  Namun, ternyata ada kebutuhan yang apabila ingin kita raih ternyata tidak mempunyai uang yang cukup untuk membeli atau mendapatkan barang tersebut.

  Atau bisa saja kita ingin membuat usaha dan kita tidak mempunyai modal yang cukup, bahkan tidak ada modal sekalipun tetapi dengan keinginan yang kuat saja tentu kita tidak bisa mendirikan usaha yang kita inginkan.

  Perlu diketahui bahwa kondisi masyarakat dapat dibagi kedalam tiga golongan sehingga kita dapat memahami golongan mana sebenarnya yang dimaksud sebagai masyarakat yang membutuhkan uang tetapi tidak mempunyai sebagai berikut:

  1. Golongan masyarakat yang mempunyai pendapatan atau penghasilan yang lebih tinggi dari kebutuhan sehari-harinya. Kelompok masayarakat ini sangat tidak mungkin sekali kekurangan uang dikarenakan uang yang ada pun masih berlebih sehingga bisa menutupi kekurangan dana yang ada.

  2. Golongan masyarakat yang mempunyai pendapatan atau penghasilan yang sama dengan pengeluaran sehari-harinya. Golongan masyarakat seperti ini mempunyai kemungkinan yang besar juga untuk tidak kekurangan uang karena mempunyai pendapatan yang masih cukup untuk membiayai keperluannya.

  3. Golongan masyarakat yang pendapatan atau penghasilannya jauh dibawah pengeluaran sehari-harinya. Golongan masyarakat inilah yang dimaksud dimana setiap saat masyarakat seperti ini selalu kekurangan modal untuk memulai usaha atau pemenuhan terhadap kebutuhan hidupnya sehingga ia harus berpikir untuk melakukan cara-cara guna menutupi kekurangan dana nya.

  Hal yang menjadi poin ketiga diatas tentu yang menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi individu bahkan sampai perkenomian suatu bangsa bisa maju dan meningkat dikarenakan masyarakat dunia mayoritas berada pada posisi golongan ketiga.

  Maka, manusia dengan segala daya upaya menggunakan akal pikirannya perekonomian.

  Seiring dengan berkembangnya pola perekonomian masyarakat, maka ada salah satu cara yang bisa digunakan untuk membuat usaha tanpa mempunyai seluruh dana yang dibutuhkan. Cara yang dimaksud disini adalah dengan cara kredit .

  Dikaji dari sudut pandang sejarah kata, maka kredit sebenarnya sudah ada di negara lain pada dahulu kala. Dahulu, kredit dikenal dengan istilah “credere” atau credo. Istilah ini diambil dari bahasa Latin yang menganut pengertian yang cukup sederhana yaitu saya percaya dimana dalam artian bahwa apabila seseorang

  

12

telah memperoleh kredit, maka ia percaya .

  Bila dijabarkan lebih lanjut, maka yang dimaksud dengan kepercayaan adalah dalam hal pinjam meminjam uang, dimana ada seseorang yang membutuhkan uang kemudian meminta pinjaman kepada orang lain dan dengan janji untuk mengembalikan uang tersebut pada suatu saat yang telah ditentukan dengan bunga dan pinjaman pokok yang diberikan oleh peminjam. 12 H. Hadiwidjaja, EC. R.A. Rivai Wirasasmita, ANALISIS KREDIT (Dilengkapi Telaah

  Kasus), cetakan pertama, Pionir Jaya, Bandung, Maret 1991, hal. 4

  Ada istilah yang perlu untuk dipahami yang kemudian timbul untuk pemberi pinjaman dan penerima pinjaman yaitu kreditur dan debitur. Berikut akan diberikan pengertian berupa gambar di bawah ini:

  Pemberi Pinjaman Penerima Pinjaman Terjadi

  (Kreditur) (Debitur) Perjanjian

  Hal diatas merupakan dasar yang menjadikan kredit menjadi istilah yang digunakan dalam istilah ekonomi dalam pinjam meminjam uang.

  Sementara itu, di Indonesia, kredit mempunyai beberapa pengertian, diantaranya berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang didalam Undang- Undang 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 yang mengatakan bahwa defenisi kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

  Maksud dari defenisi kredit berdasarkan undang-undang diatas adalah bahwa ada sebuah lembaga dalam hal ini adalah sebuah bank yang menyediakan sejumlah dana untuk dipinjamkan kepada pihak lain dengan melalui sebuah perjanjian yang telah dilakukan antara kedua belah pihak dan telah mencapai kesepakatan dimana pihak peminjam wajib untuk membayar sejumlah uang yang telah dipinjamnya dari bank atau lembaga pemberi pinjaman tersebut dengan satu rentang periode tertentu dengan membayar juga bunga atas jumlah pinjaman yang telah dipinjamnya.

  Sementara itu, beberapa pengertian yang didapat dari kredit menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

  13

  : 1. cara menjual barang dengan pembayaran secara tidak tunai (pembayaran 2. pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur; 3. pinjaman sampai batas jumlah tertentu yg diizinkan oleh bank atau badan lain.

  Ada pula pengertian yang sama dari Sudarsono tentang kredit

  14

  yang mengatakan sama persis dengan apa yang dikatakan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia.

  Sarjana Amir R. Batubara memberikan pengertian kredit adalah suatu pemberian prestasi yang kontra prestasinya akan terjadi pada suatu waktu di hari yang akan datang

  15 .

  Rolling G. Thomas juga memberikan pengertian kredit yaitu dalam pengertian umum, kredit itu didasarkan kepada kepercayaan atas kemampuan si peminjam untuk membayar sejumlah uang pada masa yang akan datang (in

  

general sense, credit is a based on confidence in the debtor ability to make a

money payment a some future time

  )

  16 . 13 Kamus Besar Bahasa Indonesia online, diakses pada tanggal 15 Februari 2012 14 Sudarsono, op. cit., hal. 232 15 H.Hadiwidjaja, EC. R.A. Rivai Wirasasmita, op cit, hal. 6 16 Ibid Sementara itu, beberapa pengertian lain dari beberapa sarjana terkemuka

  17

  pada zamannya tentang kredit, yaitu sebagai berikut: 1.

  Savelberg, menyatakan bahwa kredit mempunyai arti:

  a). Sebagai dasar dari setiap perikatan (verbintenis) dimana seseorang berhak menuntut sesuatu dari orang lain. Pada poin ini mempunyai sebuah pihak dengan pihak yang lain dimana didalamnya ada kewajiban yang harus dijalankan; b). Sebagai jaminan, dimana seseorang menyerahkan sesuatu kepada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang diserahkan itu (commodatus, depositus, regulare, pignus). Uraian dari poin ini adalah bahwa apabila ada seseorang yang dengan sengaja dan sadar menyerahkan sesuatu barang kepunyaannya dalam hal ini adalah miliknya, maka orang tersebut mengharapkan imbalan atas penyerahan barangnya itu berupa pengembalian barangnya itu dengan kelebihan-kelebihan yang ada dan disepakati sebelumnya.

  2. Levy, mengatakan bahwa kredit adalah menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit.

  Penjelasan yang dapat penulis berikan adalah bahwa penerima kredit berhak mempergunakan pinjaman itu untuk hal-hal pribadi si penerima 17 kredit apakah kredit itu hendak dipergunakan untuk sesuatu yang positif

  Mariam Darus Badrulzaman, Beberapa Masalah Hukum Dalam Perjanjian Kredit Bank

Dengan Jaminan Hypotek Serta Hambatan-Hambatannya Dalam Praktek di Medan , Alumni, Bandung, 1978, hal. 21 atau tidak tetapi dengan pertanggungjawaban bahwa kredit itu nanti dengan periode tertentu harus dikembalikan kepada si pemberi kredit dengan bunga-bunga yang juga telah disepakati.

  3. Jakile, menyatakan bahwa kredit itu adalah suatu ukuran kemampuan dari seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomis tanggal tertentu. Pengertiannya tidak jauh beda dari pengertian kredit pada umumnya yaitu bahwa seseorang yang ingin mendapatkan kredit berjanji untuk membayar kembali utangnya pada satuan periode tertentu.

  Hal-hal mengenai pengertian kredit diatas dapat diperoleh sebuah pemikiran bahwa kredit itu merupakan kejadian atau peristiwa dimana seseorang memberi pinjaman berupa uang yang merupakan barang yang dinilai mempunyai nilai ekonomis yang kemudian diberikan kepada seseorang yang dengan sadar dan sengaja untuk meminta uang itu untuk kebutuhan yang jauh lebih penting bagi si penerima pinjaman dengan kesepakatan bahwa si peminjam haruslah mengembalikan uang tersebut dengan rentang waktu yang telah disepakati sebelumnya dan dengan bunga yang telah ditentukan jumlahnya.

  Kemudian, setelah kita memperoleh pengertian tentang kredit, maka hal yang perlu diketahui adalah unsur-unsur kredit itu sendiri.

  Ada beberapa sarjana yang menulis unsur-unsur kredit itu, diantaranya adalah H. Hadiwidjaja dan Abdul Kadir Muhammad. Para sarjana ini mempunyai pandangan yang tidak jauh berbeda tentang unsur-unsur kredit ini.

  H. Hadiwidjaja menyebutkan unsur-unsur kredit itu dalam 6 pokok bahasan yang penting, yaitu

  18

  :

  1. Adanya orang/badan yang memiliki uang, barang atau jasa, dan bersedia untuk meminjamkannya kepada pihak lain. Orang ini disebut Kreditur; barang atau jasa. Orang ini disebut Debitur;

  3. Adanya kepercayaan kreditur terhadap debitur; 4. Adanya janji dan kesanggupan membayar dari debitur kepada krditur.

  Hal inilah yang nantinya akan dituangkan didalam perjanjian secara tertulis;

  5. Adanya perbedaan waktu, yaitu perbedaan antara saat penyerahan uang, barang atau jasa, oleh kreditur dengan saat pembayaran kembali oleh debitur; dan,

  6. Adanya resiko, sebagai akibat dari adanya perbedaan waktu, karena terbayang jelas ketidakpastian untuk masa yang akan datang.

  Maksudnya adalah kedua belah pihak tidak bisa menebak apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang sehingga berpengaruh terhadap isi kesepakatan. Sementara itu, menurut tuan Abdul Kadir Muhammad yang menelaah UU

  Perbankan, unsur-unsur kredit itu secara yuridis dapat disederhanakan kedalam 4 bagian penting saja, yaitu

  19

  : 18 Hadi Widjaja, EC. R.A. Rivai Wirasasmita, op cit, hal. 7

1. Penyediaan uang sebagai hutang oleh pihak bank; 2.

  Tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang sebagai pembiayaan, misalnya pembiayaan kenderaan bermotor dan tempat tinggal; 3. Kewajiban peminjam untuk melunasi hutangnya menurut jangka waktu 4.

  Berdasarkan persetujuan pinjam meminjam uang antara bank/lembaga pemberi pinjaman dan peminjam dengan persyaratan yang disepakati bersama. Hal diatas merupakan unsur-unsur dari kredit. Ada persamaan yang mendasar dari kedua pendapat sarjana-sarjana diatas.

  Persamaan itu adalah mengenai kewajiban peminjam untuk membayar kembali utang-utangnya kepada pemberi pinjaman dengan jangka waktu yang ditetapkan dan dengan sejumlah bunga yang kemudian ditulis dalam sebuah perjanjian tertulis. Didalam perjanjian itu juga nantinya ada syarat-syarat tambahan agar terjadi kesepakatan yang sama-sama menyenangkan kedua belah pihak.

  Kemudian, setelah selesai menguraikan tentang krdit, maka perlu dijelaskan pengertian dari perjanjian kredit. Perlu diketahui bahwa perjanjian kredit berasal dua suku kata yang berbeda, perjanjian dan kredit.

  Jika pada kredit telah diberi penjelasan sebelumnya dibagian awal bab ini, maka sekarang akan diberi penjelasan mengenai perjanjian. 19 Abdul Kadir Muhammad dan Rilda Marniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan

  Pembiayaan , Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hal. 59

  Kalau dilihat pengertian perjanjian pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, kita dapat memperoleh pengertian perjanjian yaitu persetujuan (tertulis atau dengan lisan) yg dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan menaati apa yg tersebut didalam persetujuan itu.

  Maksud dari pengertian diatas adalah bahwa perjanjian merupakan hasil kesepakatan yang kemudian dituangkan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan yang kemudian kedua belah pihak terrsebut harus bertanggungjawab terhadap isi perjanjian itu dengan kemudian menaatinya.

  Sedangkan menurut Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

  Pada pasal di atas, pengertian perjanjian dapat dijelaskan secara sederhana yaitu kesediaan seseorang dengan sadar dan sengaja untuk mengikatkan dirinya yang dalam hal ini adalah bersedia membuat kesepakatan dengan orang lain.

  Sementara itu, R. Subekti mempunyai pengertian lain yang cukup mudah dimengerti tentang defenisi dari perjanjian yaitu suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain, atau dimana dua orang saling berjanji untuk

  20 melaksanakan sesuatu .

  Maka diperoleh inti dari beberapa penjelasan singkat mengenai perjanjian yaitu berupa kesimpulan singkat yaitu bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa dimana ada seseorang atau lebih yang dengan sengaja dan sadar untuk membuat 20 R. Subekti, Hukum Perjanjian, op. cit., hal. 36 kesepakatan dengan orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal dimana keduanya wajib untuk menaati perjanjian itu karena perjanjian itu merupakan undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

  Adapun perbuatan perjanjian ini ada beberapa macam ditinjau dari jenis

  

21

  macam perjanjian itu dilaksanakan, yaitu : Perjanjian untuk memberikan/menyerahkan suatu barang.

  Maksudnya adalah perjanjian ini dibuat oleh kedua belah pihak yang isinya untuk memberikan atau menyerahkan barang baik antara pihak yang satu kepada pihak yang lain demikian juga sebaliknya.

  Jenis-jenis dari perjanjian ini adalah perjanjian jual beli, tukar menukar, pemberian atau penghibahan, sewa menyewa, dan lainnya yang termasuk kepada pemberian atau menyerahkan suatu barang dari satu pihak kepada pihak lain.

  2. Perjanjian untuk berbuat sesuatu. Maksudnya adalah pihak yang satu bersedia mengikatkan diri dengan pihak yang lain dimana pihak pertama bersedia melakukan sesuatu untuk pihak yang lain selama itu tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan.

  Adapun jenis-jenis perjanjian dari perjanjian untuk berbuat sesuatu ini adalah perjanjian untuk membuat suatu benda, perjanjian pekerja, perjanjian untuk membuat rumah, dan perjanjian yang lain yang isinya untuk melakukan pembuatan terhadap sesuatu.

  3. 21 Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu.

  Ibid Maksud dari perjanjian ini adalah bahwa seseorang atau lebih berjanji kepada orang lain atau lebih untuk tidak melakukan sesuatu hal yang mana perbuatan itu tidak dilarang oleh undang-undang.

  Adapun perjanjian ini contohnya adalah perjanjian untuk tidak mendirikan pembatasan rumah yang satu dengan yang lainnya, perjanjian untuk tidak sejenis usahanya.

  Ketiga macam perjanjian diatas adalah jenis-jenis perjanjian yang telah ditinjau dari segi macamnya.

  Ada isitilah yang perlu diketahui tentang pelaksanaan perjanjian. Istilah itu disebut dengan “prestasi”.

  Prestasi ini juga dapat dibagi kedalam dua macam prestasi, yaitu prestasi primer dan prestasi subsidair

  22 .

  Prestasi primer adalah barang yang diperjanjikan itu untuk kemudian dilaksanakan oleh pihak yang seharusnya melaksanakannya.

  Sedangkan prestasi subsidair adalah ganti rugi barang yang telah diperjanjikan yang nilainya diperkirakan bisa sama dengan barang yang pertama.

  Sedangkan pelanggaran terhadap ketentuan perjanjian yang telah diperjanjikan biasanya disebut dengan wanprestasi.

  Wanprestasi ini terjadi biasanya dengan beberapa alasan, yaitu

  23

  :

  22 Ibid., hal. 36 23 Ibid, hal 45

  1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya, artinya adalah pihak yang harus melakukan apa yang telah diperjanjikan ternyata tidak dapat melakukan isi dari perjanjian itu; 2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana diperjanjikan artinya adalah bahwa pihak yang akan melaksanakan bahkan lain dari yang diperjanjikan; 3. Melakukan apa yang diperjanjikannya tetapi terlambat artinya adalah bahwa yang melaksanakan prestasi tidak melakukannya tepat waktu sesuai dengan butir perjanjian; dan 4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya artinya adalah si pelaksana isi perjanjian melanggar isi dari ketentuan yang telah diperjanjikan. Terhadap apa yang menjadi wanprestasi diatas, maka seharusnya diberlakukan beberapa macam sanksi yang dapat dikenakan kepada pihak yang melanggar perjanjian, sanksi-sanksi itu dapat berupa

  24

  : 1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur / ganti rugi.

  Pada umumnya ganti rugi ini harus senilai dengan tindakan wanprestasi yang telah dilakukannya.

  Ganti rugi ini jika dilihat dari unsur katanya mempunyai tiga unsur yaitu: biaya, rugi, dan bunga.

24 Ibid

  Jika yang dimaksud pada biaya adalah segala macam pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh suatu pihak selama perjanjian ini berlangsung.

  Sedangkan rugi adalah kerugian yang diderita oleh salah satu pihak karena kerusakan barang-barang kepunyaan salah satu pihak yang diakibatkan kelalaian Dan kemudian bunga. Bunga adalah kerugian yang didapat karena kehilangan keuntungan yang sudah dibayangkan oleh pihak yang memberikan pinjaman.

  2. Pembatalan perjanjian /pemecahan perjanjian. Pembatalan perjanjian ini dapat dilakukan dengan kesepakatan kedua belah pihak, tidak boleh hanya sepihak saja;

  3. Peralihan resiko; 4.

  Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan didepan hakim. Tetapi satu hal yang perlu juga untuk diingat bahwa harus bisa dilihat juga si debitur melakukan wanprestasi atau tidak karena hal ini sering sekali menjadi perdebatan yang mengakibatkan ketidakrelaan sidebitur membayar ganti kerugian.

  Kalau perkara sampai kedepan hakim, maka hakim harus pandai melihat isi dari perjanjian itu pasal demi pasal, karena sering sekali hal-hal sepele tidak diperjanjikan kedua belah pihak, padahal hal itu menjadi permasalahan besar dibelakang hari.

  Misalnya saja, ada seorang kontraktor rumah menjanjikan akan menyelesaikan rumah yang telah dibeli oleh seorang pembeli tepat pada waktunya tetapi waktu yang diperjanjikan tidak jelas kapan, maka disini kontraktor rumah tidak bisa dipersalahkan dan dianggap lalai karena tidak ada dibuat didalam perjanjian kapan tepatnya rumah yang akan diselesaikan itu selesai hanya dikatakan didalam perjanjian itu akan diselesaikan tepat pada waktunya.

  Namun, bila si debitur yang dianggap lalai oleh kreditur tidak menerima

  25

  membela dirinya, antara lain : 1.

  Debitur dapat mengajukan tuntutan adanya keadaan memaksa. Istilah asing dari keadaan memaksa ini adalah overmacht. Dalam keadan memaksa ini debitur dapat mengatakan bahwa sebenarnya debitur mempunyai suatu keadaan dimana ia tidak dapat melaksanakan isi perjanjian dikarenakan keadaan yang sungguh-sungguh tidak dapat dihindarinya karena keadaan itu diluar ekspektasi atau dugaannya. Maka perjanjian itu menjadi tidak dapat dilaksanakannya.

  2. Mengajukan bahwa kreditur sendiri juga telah lalai Istilah asing untuk hal ini adalah exception non adimpleti contractus. Hal ini dapat dilakukan debitur dalam pembelaannya dengan mengatkan kreditur juga telah lalai dalam melaksanakan isi dari perjanjian dimana ada didalam Pasal 1478 Kitab Undang-

  Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa “Si penjual tidak diwajibkan menyerahkan barangnya, jika si pembeli belum membayar harganya, sedangkan si penjual tidak mengizinkan penundaan pembayaran tersebut”.

  25 Ibid, hal. 55

  Hal diatas merupakan kata lain bahwa setiap pihak harus secara bersama- sama melaksanakan perjanjian dengan tidak ada kata terlambat satu dengan yang lainnya.

3. Mengajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi.

  

rechtsverweking , dimana didalam poin nomor tiga ini menjelaskan bahwa si

kreditur telah dianggap melepaskan haknya untuk meminta ganti rugi.

  Sebagai contoh bahwa apabila ada pembeli memakai barang yang telah dibelinya dari penjual namun ternyata barang itu mengalami cacat tersembunyi dan sipembeli tidak mengetahui dan malah memesan lagi barang tersebut dengan spesifikasi yang sama, maka dalam hal ini si pembeli telah dianggap melepaskan haknya terhadap sipenjual karena dengan cara memesan barang tersebut maka dianggap sipembeli telah puas memakai barang yang dijual oleh sipenjual.

  Hal itulah yang bisa dijelaskan mengenai perjanjian dan secara umum perjanjian kredit sebenarnya adalah nama lain dari perjanjian pinjam meminjam.

  Perjanjian pinjam meminjam dalam hal ini yang dimaksudkan adalah dalam hal uang. Uang yang dipinjam oleh debitur dari kreditur haruslah dibuat perjanjian yang baku sehingga semua jelas dan tidak absurd isinya.

  Nama perjanjian pinjam meminjam uang ini berubah menjadi perjanjian kredit dikarenakan hanya factor perkembangan zaman dan kosa kata yang kini mulai banyak dipergunakan oleh khalayak ramai. Objek yang diperjanjikan pun tetaplah tidak berbeda, yaitu uang.

B. Jenis-Jenis Kredit Ada beberapa jenis kredit yang dapat dijelaskan di dalam skripsi ini.

  Kredit-kredit itu dibagi ke dalam beberapa penggolongan dan penggolongan itu sendiri dibuat oleh beberapa sarjana yang berbeda-beda. Berikut ini akan

  26 Ada pembagian kredit berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu : 1.

  Kredit Konsumtif.

  Kredit konsumtif ini adalah kredit yang bertujuan untuk memuaskan/sebagai alat pemuas kebutuhan manusia secara langsung.

  Contoh yang dapat diberikan adalah manusia memerlukan kredit untuk membeli bahan makanan sehari-hari.

2. Kredit Produktif.

  Kredit produktif ini mempunyai pengertian bahwa nantinya apabila ingin mengajukan kredit ini penggunaannya kepada agar dapat memperloh faedah-faedah yang maksimal dalam kegunaan (utilities), bentuk (form utilites), tempat (place utilities), waktu (time utilities) dan kepemilikan (possecion utilities). Lebih jelasnya bahwa kredit jenis ini digunakan untuk peningkatan usaha-usaha dalam memproduksi sesuatu.

  Sementara itu, kredit produktif ini dibagi kedalam tiga jenis kredit lagi yaitu: 26 a). Kredit Investasi.

  H.Hadiwidjaja, EC. R.A. Rivai Wirasasmita, op cit, hal. 16

  Kredit jenis ini adalah kredit dengan mana si debitur menggunakan kredit untuk membeli barang-barang tahan lama guna kepentingan produksinya. Contohnya adalah kredit tanah untuk mengolah lahan.

  b). Kredit modal kerja (Kredit Eksploitasi/Working Capital). modal lancer, yang biasa habis dalam satu periode waktu. Contohnya adalah barang dagangan, bahan baku dan upah pekerja.

  c). Kredit Likuiditas.

  Jenis yang satu ini berbeda dengan dua kredit yang sebelumnya yaitu kredit investasi dan kredit modal kerja. Kredit ini lebih menitikberatkan kepada perusahaan yang sedang mengalami likuiditas dalam memelihara likuiditas minimalnya. Kredit ini biasanya diberikan oleh Bank Sentral. Likuiditas mempunyai pengertian perihal posisi uang kas suatu perusahaan dan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo tepat pada waktunya; kemampuan memenuhi kewajiban membayar utang dan sebagainya pada waktunya. Pada negara-negara berkembang maupun negara-negara maju, kredit produktif ini terutama kredit modal kerja dan kredit investasi sangat berpengaruh dalam pertubuhan ekonomi suatu bangsa. Kemudian ada jenis-jenis kredit yang dikelompokkan berdasarkan

  27

  pengalihan hak materinya. Jenis-jenisnya adalah sebagai berikut ; 1.

  Kredit dalam bentuk uang (money credit) Kredit jenis ini seperti pada kredit umunya yaitu pemberiannya dalam bentuk uang.

  Kredit dalam bentuk bukan uang (non money credit) Kredit jenis ini pemberiannya berupa barang atau jasa yang biasa diberikan oleh perusahaan-perusahaan, sedangkan pengembaliannya dalam bentuk uang. Kredit ini mempunyai istilah lain yaituj mercantile credit atau merchant credit.

  Jenis pengelompokan kredit berikutnya adalah kredit menurut cara

  28

  penggunaannya. Jenis kredit ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1.

  Kredit Tunai (Cash Credit).

  Kredit tunai ini adalah kredit yang penggunaannya dilakukan secara tunai atau pemindahbukuannya berdasarkan keinginan si debiturnya.

2. Kredit Bukan Tunai (Non Cash Credit).

  Kredit jenis ini adalah kredit yang tidak dibayarkan langsung pada saat perjanjian pinjaman dibuat, melainkan ada tenggang waktu yang harus dilakukan, misalnya seperti:

  a) Garansi Bank. Garansi bank ini adalah kesediaan tertulis bank penjamin untuk membayar kepada sesorang atau 27 pihak yang ditunjuk oleh pemohon jaminan Bank. 28 Ibid, hal 17 Ibid b) Letter of Credit. L/C ini yaitu surat yang dikeluarkan oleh

  Bank yang diminta oleh pembeli untuk disampaikan kepada penjual/eksportir sebagai jaminan pembeli kepada penjual, sampai sejumlah harga barang dikirimkan kepada pembeli harus dibayar oleh pembeli.

  29

  adalah sebagai berikut : 1.

  Kredit Jangka Pendek Kredit jangka pendek adalah kredit yang diberikan oleh lembaga pemberi pinjaman dengan jangka waktu pelunasan maksimal 1 tahun.

  2. Kredit Jangka Menengah Kredit jangka menengah adalah kredit yang diberikan oleh lembaga pemberi pinjaman dengan jangka waktu pelunasanan maksimal 3 tahun.

  Biasanya kredit inin berguna untuk keperluan-keperluan modal kerja permanen atau invesatasi yang kecil.

  3. Kredit Jangka Panjang Kredit jangka panjang adalah kredit yang diberikan oleh lembaga pemberi pinjaman dengan maksimal lebih dari 3 tahun atau 5 tahun.

  Kredit jenis ini biasanya diberikan untuk investasi sarana dan prasarana perusahaan seperti alat berat, pembangunan kantor-kantor.

  29 ibid Adapula pembagian kredit berdasarkan cara penarikannya dan cara

  30

  pembayarannya kembali. Adapun kredit-kredit jenis ini adalah sebagai berikut : 1.

  Kredit sekaligus (aflopend) Adalah kredit yang penyediaan dananya dapat diambil sekaligus baik secara langsung maupun dengan cara pemindahbukuan. Kredit ini a). Kredit sekaligus ini bisa dikembalikan dengan cara diangsur selama beberapa periode hingga sampai pada pelunasannya.

  b). Kredit sekaligus ini dapat diambil dan dikembalikan secara sekaligus pula. Kredit sperti ini biasanya dipergunakan untuk modal kerja.

  2. Kredit rekening Koran ( R/K atau R/C) Kredit rekening Koran ini adalah kredit yang dilakukan dengan pembayaran berangsur-angsur menggunakan alat pemindahbukuan yang ada seperti cek, bilyet giro, dan instrument pemindahbukuan yang lainnya.

  Adapan kredit rekening Koran ini dibagi kedalam 2 bagian, yaitu:

  a). Kredit rekening Koran dengan plafond atau dasar yang tetap sampai akhir masa perjanjian. Pada akhir pinjaman harus dilunaskan sekaligus.

  30 Ibid b). kredit rekening Koran dengan batas makasimum kredit yang menurun tergantung isi perjanjian apakah bulanan, harian, atau bahkan tahunan.

  3. Kredit bertahap Adalah kredit yang pemberiannya dilakukan secara bertahap. Kredit ini tahapan dana, jadi tidak sekaligus langsung diberikan.

  4. Kredit berulang (revolving credit) Kredit berulang ini adalah kredit yang apabila sudah habis dan lunas pinjamannya, maka dapat diulang kembali dengan nilai yang sama atau berbeda tetapi sesuai dengan isi yang akan diperjanjikan kemudian.

  5. Kredit pre-transaksi (selfquidating credit – eenmalige transactie

  crediet )

  Kredit jenis ini adalah kredit yang hampir sama dengan kredit berulang, namun kredit ini agak berbeda di tujuannya, yaitu kredit ini dipakai untuk membelanjakan suatu transaksi dan hasil dari transaksi yang telah dilakukan itu kemudian dibayarkan terhadap kredit itu.

  Kemudian, ada kredit yang dilihat dari segi sektor ekonominya, yaitu

  31

  sebagai berikut : 1.

  Kredit Sektor Pertanian Kredit jenis ini digunakan untuk tujuan produktif peningkatan hasil 31 pertanian.

  Ibid

  2. Kredit Sektor Pertambangan Kredit pertambangan ini bertujuan untuk mendapatkan hasil maksimal dari hasil-hasil tambang.

  3. Kredit Sektor Industri Kredit ini bertujuan untuk mengubah bentuk atau menambah modal 4.

  Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air Kredit ini bertujuan untuk pengadaan alat-alat listrik, gas dan air.

  5. Kredit Sektor Konstruksi Kredit ini bertujuan untuk mengadakan pembangunan, perbaikan konstruksi-konstruksi baik bangunan, jembatan, dan lain sebagainya.

  Ada lagi kredit yang dilihat berdasarkan segi jaminan yang ada dalam

  32

  kredit itu sendiri, yaitu sebagai berikut : 1.

  Jaminan perorangan (personal security) Maksudnya adalah bahwa kredit ini diberikan sebagai jaminan seseorang atau badan sebagai pihak ketiga yang bertindak sebagai avalist atau penanggungjawab kredit.

  2. Jaminan kebendaan secara fisik (tangible securities) Jaminan berupa benda-benda yang:

  • lain.

  Bergerak: mesin-mesin, kenderaan bermotor, perhiasan, dan lain-

  32 Ibid

  • lain-lain.

  Tidak bergerak: tanah dan bangunan, mesin-mesin berat, kapal, dan

  3. Jaminan kebendaan non fisik (intangible securities) Maksudnya adalah bahwa jaminan ini meliputi surat-surat obligasi, hak tagih, dan surat berharga lainnya.

  33 yang dikenal dengan uncecured loan.

  Kredit semacam ini biasanya tidak diberikan oleh undang-undang Perbankan di Indonesia karena landasan pemberiannya hanya berdasarkan kepercayaan, namun kalau untuk kalangan keluarga dan pengusaha hal ini masih diperbolehkan asalkan satu dengan yang lain saling percaya.

  34 Kredit yang lain dapat dikelompokkan menurut pemberiannya, yaitu : 1.

  Kredit yang terorganisasi (organized credit) Kredit yang terorganisasi maksudnya adalah bahwa kredit ini diberikan oleh lembaga-lembaga yang sudah mempunyai struktur dan organisasi perusahaan dengan baik semisalnya bank dan lembaga non bank seperti koperasi. Ada juga lembaga kredit pedesaan.

  2. Kredit yang tidak terorganisasi (unorganized credit) Kredit tidak terorganisasi ini maksudnya adalah kredit yang diberikan oleh sekelompok orang yang tidak mempunyai organisasi resmi.

  Kemudian ada juga kredit apabila dilihat dari segi alat buktinya atau

  35

  dikenal dengan instrument credit, yaitu sebagai berikut : 33 34 Ibid, hal. 23 Ibid.

  1. Kredit secara lisan. Maksdunya adalah kredit yang perjanjiannya dilakukan secar lisan. Biasanya hal ini terjadi apabila kedua belah pihak sudah saling mengenal dengan baik. Kelemahannya adalah apabila ada yang ingkar, maka sangat sukar dibuktikan karena tidak ada bukti ikatan janjinya. Kredit tercatat. Maksudnya adalah bahwa kredit ini merupakan semua transaksi kredit yang dicatat dalam suatu catatan khusus tentang kredit.

  Kredit ini biasanya dilakukan oleh kaum-kaum niaga.

  3. Kredit dengan perjanjian tertulis. Maksudnya adalah bahwa setiap kredit yang dilakukan maka dibuat sebuah perjanjian khusus kredit terhadap hal itu. Hal ini sudah lumrah bagi masyarakat Indonesia dan sering digunakan lembaga bank maupun non bank dalam pemberian kreditnya. Kemudian ada pula kredit yang diklasifikasikan menurut sumber dananya

  36

  yaitu sebagai berikut : 1.

  Kredit yang dananya berasal dari tabungan masyarakat. Maksudnya adalah kredit ini ada dikarenakan oleh adanya kelebihand dari dana simpanan masyarakat dalam sebuah lembaga.

2. Kredit yang dananya berasal dari penciptaan uang baru. Maksudya adalah kredit ini ada dikarenakan adanya penambahan uang baru.

  35 Namun, kredit ini biasanya yang menyebabkan faktor inflasi terjadi bila 36 Ibid. hal. 25 Ibid tidak ada penyeimbangan antara peningkatan jumlah produksi terhadap jumlah uang beredar.

  Ada juga kredit menurut negara pembelinya. Kelompok kredit itu adalah

  37

  sebagai berikut : 1.

  Kredit dalam negeri. Yaitu kredit yang pemberi dan penerimanya 2.

  Kredit luar negeri. Yaitu kredit yang diberikan oleh pihak asing kepada peminjam didalam negeri.

  Kredit kemudian digolongkan juga kedalam 4 macam jenis kredit

  38

  berdasarkan kolektibilitasnya atau kemampuan membayarnya, yaitu : 1.

  Kredit lancar 2. Krdit kurang lancar 3. Kredit yang diragukan 4. Kredit macet.

  Kredit-kredit yang telah disebutkan diatas adalah jenis-jenis kredit yang digunakan oleh mayoritas lembaga bank dan non bank.

  Ada juga pengelompokan kredit yang dibuat oleh koperasi simpan pinjam yaitu C.U. Rukun Damai dimana dilakukan penelitian sehubungan dengan kaitannya dengan perjanjian kredit.

  Adapun jenis kredit yang dibuat oleh koperasi simpan pinjam C.U. Rukun Damai ini adalah sebenarnya juga merupakan produk dari koperasi ini dalam lebih meningkatkan anggotanya. 37 38 Ibid Ibid

  39 Jenis-jenis pinjaman atau kredit itu antara lain sebagai berikut : 1.

  PINTAS (Pinjaman Terbatas) Pinjaman ini adalah pinjaman yang diberikan oleh koperasi dalam jumlah yang batasannya telah ditentukan, yaitu Rp. 500.000 dan hanya bisa dipinjam oleh karyawan Koperasi ini dengan jangka waktu hanya 2.

  Pinjaman biasa (dibawah saham/ sama dengan dua kali saham) Pinjaman ini maksudnya adalah pinjaman yang boleh diberikan oleh koperasi tergantung dari jumlah saham atau dana yang disimpan anggotanya. Maksimal pemberian pinjamannya hanya boleh dikali dua dari jumlah sahamnya.

  3. Pinjaman Potong Gaji Pinjaman ini tentu sudah jelas artinya yaitu pembayarannya dilakukan dari pemotongan gaji anggota yang melakukan pinjaman. Maka koperasi ini menjalin kerjasama dengan instansi-instansi di tempat dimana si anggota yang meminjam uang bekerja.

  4. Pinjaman Semi Hipotik (Agunan/Surat Tanah) Pinjaman ini tidak jauh beda dengan pinjaman dengan memakai agunan atau jaminan. Jaminan disini bisa surat tanah atau juga surat berharga lainnya.

  5. 39 Pinjaman UPAKOP (Usaha Pribadi Anggota Koperasi)

  Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Badan Pengawas Koperasi Kredit (CU) Rukun Damai, pada tanggal 5 Maret 2012 di Medan, halaman 9. Laporan ini dilakukan guna melihat perkembangan keadaan koperasi setiap tahun. Koperasi ini berdiri dengan Badan Hukum: 518.503/02/BH/II/PAD/KUK/2010, dan mempunyai Kantor Pusat di Jalan H.M. Jhoni nomor 73 (Pasar Merah), Medan.

  Pinjaman ini adalah pinjaman berdasarkan tujuannnya dimana koperasi memberikan pinjaman dengan tujuan untuk meningkatkan usaha yang dijalankan anggota koperasi. Pinjaman ini mirip dengan pinjaman produktif.

  6. Pinjaman Kutipan Harian (Pasar dan Luar Pasar) membayar secara harian. Pinjaman ini dilakukan dengan pengutipan oleh pegawai-pegawai lapangan koperasi setiap hari kepada para anggota yang mayoritas berusaha di pasar maupun diluar pasar yang sifatnya kecil-kecilan.

7. Pinjaman Musiman (Sistem Panen)

  Pinjaman ini diberikan kepada anggota yang umumnya mempunyai mata pencaharian yang tidak setiap bulan, melainkan pada masa-masa panen semisal petani. Cara mengangsurnya adalah dengan menyicil setiap panen datang tetapi dengan perjanjian yang dibuat sedemikian rupa oleh notaris dikarenakan angsurannya juga lumayan lama.

C. Tujuan dan Fungsi Kredit Kredit mempunyai beberapa tujuan dan fungsi yang diapat dijabarkan.

  Adapun tujuan dan fungsi dari pengadaan kredit itu akan diuraikan sebagai

  40

  berikut : 1.

  Tujuan Kredit. 40 Muchdarsyah Sinungana, Dasar-Dasar Dan Teknik MANAGEMEN KREDIT, cet. 6,

  Bumi Aksara, hal. 4 a). Profitability Yang dimaksud dengan profitability adalah tujuan pengadaan kredit untuk memperolhe hasil dari kredit tersebut berupa keuntunganj yang didapat dari pemungutan bunga terhadap kredit tersebut.

  Yang dapat didefenisikan dari safety adalah bahwa pengadaan kredit itu bertujuan untuk memberikan keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan-hambatan yang cukup besar.

  Baik lembaga keuangan bank maupun non bank seperti koperasi menjalankan tujuan kredit diatas selain tujuan pribadi bank tersebut secara umum.

  Hal itu dijalankan guna tercapainya kredit yang aman dan benar-benar dapat digunakan sesuai sasaran dan tujuan yang ingin dicapainya.

2. Fungsi Kredit.

  Secara umum kredit mempunyai fungsi untuk membantu kesejahteraan masyarakat pada umumnya sehingga tercapailah kemakmuran dan kesejahteraan bangsa.

  Berikut akan diuraikan fungsi kredit bila dipandang dari sudut perekonomian, yaitu

  41

  : 1. Kredit dapat meningkatkan dayaguna dari modal/uang 41 Ibid, hal. 5

  Fungsi ini adalah untuk menambah produksi suatu usaha dari modal yang telah diperoleh sehingga lebih mendapatkan hasil yang maksimal.

  2. Kredit dapat meningkatkan dayaguna suatu barang Fungsi ini meningkatkan dayaguna suatu barang semisall barang mentah yang sudah diproduksi dapat ditingkatkan menjadi barang

  3. Kredit dapat meningkatkan lalu lintas peredaran uang Peredaran uang didalam fungsi ini adalah bahwa dengan adanya kerdit, maka peredaran giro, check, wesel, promess dan surat-surat seperti itu akan berkembang sehingga menambah kegairahan masyarakat dalam berusaha.

  4. Kredit dapat meingkatkan kegairahan masyarakat dalam berusaha Dengan adanya kredit, maka masyarakat dapa melakukan usaha yang mereka inginkan tanpa harus menunggu sampai mereka mendapatkan modal yang cukup untuk memulai usahanya.

  5. Kredit sebagai alat stabilisasi ekonomi Kredit dalam arti ini adalah harus mengarah kehal-hal yang lebih produktif dan usaha yang lebih berkembang dikarenakan apabila terjadi inflasi maka bank harus pintar dalam memberikan kredit.

  6. Kredit sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional Dalam hal ini kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional dikarenakan apabila masyarakat sudah banyak yang berusaha melalui kredit, maka secara otomatis pendapatan negara akan jauh meningkat.

7. Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional

  Kredit sebagai alat hubungan internasional dalam hal memberikan bantuan kepada negara-negara yang membutuhkan pinjaman untuk negara maju dengan bank yang sudah mapan. Seperti contoh negara Indonesia dibantu dalam pinjaman luar negerinya oleh grup-grup lembaga pemberi bantuan asing khusus untuk Indonesia.

D. Asas-Asas atau Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

  Adapun asas atau prinsip nya, kredit pun punya sejarah dan asas atau falsafahnya sendiri.

  Adapun falsafah yang paling dikenal untuk pemberian kredit ini adalah No one likes to be in debt .

42 Artinya adalah bahwa tidak seorang pun suka melakukan

  hutang. Tetapi hal ini justru tampaknya tidak berlaku dengan semakin maraknya orang melakukan kredit.

  Hal ini terjadi dikarenakan karena lembaga pemberi pinjaman juga mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional. Pendapatan- pendapatan nasional bergantung sebagian besar juga kepada hidup matinya suatu usaha, maka untuk menjamin suatu usaha tetap berjalan, maka dibutuhkan tambahan modal untuk memberikan kehidupan baru bagi usaha-usaha tersebut. 42 Ibid, hal. 25

  Disinilah kredit berperan besar. Jadi, tidak serta merta yang dibayangkan kredit itu adalah hutang yang harus dibayar.

  Berikut akan diberikan beberapa prinsip-prinsip pemberian kredit yang didapat dari uraian panjang dari bab II ini yaitu sebagai berikut:

  1. Kredit yang diberikan harus melihat jenis usahanya produktif atau tidak Kredit yang diberikan wajib melihat apakah sipeminjam dapat membayar dengan maksimal biaya yang mampu ditanggungnya agar kemacetan pembayaran dapat dihindarkan.

  3. Lembaga pemberi pinjaman harus bisa melihat apakah itikad baik peminjam ada atau tidak.

  4. Kredit tidak diberikan kepada mereka yang menggunakan kredit tersebut untuk hal yang kurang bermanfaat.

E. Bentuk-bentuk Perjanjian Kredit

  Ada beberapa bentuk perjanjian kredit yang akan dijelaskan. Namun di dalam penulisan ini akan dijabarkan bentuk perjanjian kredit secara substansi atau isi.

  Adapun materi atau isi dari perjanjian kredit itu ada syarat-syarat yang harus dapat dipenuhi sehingga perjanjian itu dapat dipertanggungjawabkan dan tidak cacat hukum.

  43 Materi-materi perjanjian itu yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut : 1. 43 Syarat-syarat penarikan kredit pertama kali.

  M. Tohar, PERMODALAN DAN PERKREDITAN KOPERASI, cet. ke 5, Kanisius, Yogyakarta, 2000, hal. 139

  Syarat ini isinya tentang bagaimana cara mendapakan kredit didalam perjanjian kredit

  2. Klausul mengenai maksimum kredit Adalah mengenai seberapa besar jumlah kredit yang dapat diperoleh berdasarkan perhitungan dan resiko yang didapat

  Klausul mengenai jangka waktu kredit Adalah mengenai berapa lama kredit harus dibayar sampai lunas 4. Klausul mengenai bunga pinjaman

  Adalah berapa besar bunga yang ditentukan. Bunga kredit bisa flat bisa menurun, tergantung lembaga pemberi pinjamannya.

  5. Klausul mengenai barang agunan kredit Biasanya klausul ini ada dikarenakan jumlah kredit yang besar. Tetapi kalusul ini adalah tidak mutlak digunakan.

  6. Klausul asuransi Apabila sipeminjam melakukan kredit, maka aka nada asuransi terhadap kredit itu sendiri.

  7. Klausul mengenai tindakan yang dilarang oleh lembaga pemberi kredit Adalah segenap peraturan yang berisikan peraturan yang tidak diperbolehkan pemberi pinjaman terhadap peminjam.

  8. Tiger clause Adalah klausul dimana lembaga pemberi pinjaman berhak mengakhiri masa pinjaman secara sepihak apabila ada hal-hal diluar dugaan terjadi

  9. Klausul mengenai denda

  Adalah biaya yang harus dibayar apabila si peminjam macet dalam melakukan pembayaran.

  10. Experience clause Adalah ongkos tambahan dalam pembuatan perjanjian kredit 11. Klausul ketaatan pada lembaga pemberi pinjaman isi perjanjian

  12. Pasal-pasal tambahan Pasal-pasal tambahan yang perlu dalam perjanjian kredit 13. Pasal penutup

  Pasal yang menutup isi perjanjian kredit Macam-macam perjanjian kredit ini kemudian dibagi kedalam dua kelompok besar, yaitu :

  1. Perubahan Perjanjiannya a.

  Perjanjian Pembaruan Kredit. Adalah perjanjian untuk memperpanjang jangka waktu pinjaman apabila si anggota tidak sanggup membayar.

  b.

  Perjanjian perpanjangan kredit. Perjanjian yang berisikan perpanjangan jangka waktu pinjaman yang dilakukan sebelum dilakukan perjanjian pembaruan.

  c.

Dokumen yang terkait

ASPEK HUKUM KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

0 5 16

ASPEK HUKUM PENILAIAN TERHADAP COLLATERAL DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

0 3 50

ASPEK HUKUM ROYA HAK TANGGUNGAN DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

2 14 18

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK DAN KREDIT MACET A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kredit Bank 1. Pengertian Perjanjian Kredit - Tanggung Jawab Hukum Bank Dalam Menyelesaikan Kredit Macet (Studi pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kaba

0 1 34

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT SERTA ASPEK HUKUM JAMINAN A. Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian dan Perjanjian Kredit Pengertian Perjanjian dan Dasar Hukum Perjanjian - Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Bermasalah Dalam Pinja

0 0 40

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT DAN HUKUM JAMINAN PADA UMUMNYA A. Pengertian dan Jenis-Jenis Perjanjian Kredit - Tinjauan Yuridis Tentang Pemberian Kredit Oleh Bank Dengan Deposito Berjangka Sebagai Jaminan/Back To Back (Studi Pada Bank Bri

0 0 38

BAB II ASPEK – ASPEK HUKUM DALAM AKTA PERJANJIAN KREDIT A. Pengertian Kredit dan Perjanjian Kredit - Chapter II (568.1Kb)

0 0 36

BAB II PERJANJIAN KREDIT BANK A. Pengertian dan Landasan Hukum 1. Pengertian Kredit - Aspek Hukum yang Harus Dipenuhi dalam Perjanjian Kredit Bank dengan Jaminan Hak Tanggungan Studi pada Bank Danamon Simpan Pinjam Unit Petisah)

0 0 28

BAB II TINJAUAN UMUM PERJANJIAN LEASING A. Pengertian Perjanjian - Chapter II (497.7Kb)

0 0 24

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT DAN JAMINAN FIDUSIA A. Perjanjian Kredit 1. Pengertian Perjanjian Kredit - Tanggung Jawab Debitur Terhadap Musnahnya Benda Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Bank

0 2 55