BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Velocity of Money 2.1.1 Pengertian Velocity of Money - Analisis Permintaan Uang Elektronik (E-Money) Terhadap Velocity Of Money (Perputaran Uang) Di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Velocity of Money

2.1.1 Pengertian Velocity of Money

  Dalam beberapa buku, velocity of money atau sering dilambangkan dengan huruf V, sering diartikan sebagai perputaran uang, ada juga yang mendefinisikan sebagai percepatan uang, atau ada juga yang mengartikan percepatan perputaran uang.

  Menurut Drs. M. Manullang (1977) dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Teori Ekonomi Moneter”, yang dimaksud dengan V adalah kecepatan rata-rata tiap rupiah dalam sesuatu jangka waktu tertentu, jadi menyatakan berapa kali tiap-tiap rupiah dalam sesuatu jangka waktu tertentu berpindah dari tangan yang satu ke tangan yang lainnya. Dalam bukunya juga dinyatakan bahwa perobahan jumlah uang (M) member arah pengaruh yang sama dengan perobahan cepatnya peredaran uang (V) terhadap nilai uang dan harga barang. Bertambah cepatnya peredaran uang berarti berkurangnya permintaan terhadap uang, sebaliknya semakin lambatnya peredaran uang berarti naiknya permintaan terhadap uang.

  (percepatan perputaran uang) adalah rata-rata jumlah

  Velocity of money

  berapa kali per tahun (perputaran) dari satu unit mata uang digunakan untuk membeli total barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian. (Miskhin, 2008).

  Sedangkan dalam bukunya yang berjudul “Makroekonomi”, Mankiw (2006), mendefinisikan velocity of money dalam dua jenis, yaitu : a.

  Perputaran uang transaksi (transactions velocity of money), yang diartikan sebagai berapa kali uang berpindah tangan dalam periode waktu tertentu dan mengukur tingkat dimana uang bersikulasi dalam perekonomian.

  b.

  Perputaran pendapatan uang (income velocity of money), yang menyatakan bahwa berapa kali uang masuk ke dalam pendapatan seseorang dalam periode waktu tertentu. uang) didefinisikan sebagai besarnya kecepatan perputaran uang dalam perekonomian; merupakan cara untuk mengukur pendapatan nasional dibandingkan dengan perilaku pembelian dengan menggambarkan hubungan antara uang, pembelian barang, dan jasa; hal tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk perbandingan antara pendapatan nasional bruto terhadap uang yang tesedia untuk pembelian (persediaan uang).

2.1.2 Teori Kuantitas Uang

  2.1.2.1 Persamaan Kuantitas Salah satu tujuan seseorang memegang uang adalah untuk membeli jasa atau barang atau bisa disebut bertransaksi. Dalam bukunya Mankiw(2006) berpendapat bahwa semakin banyak uang yang dibutuhkan untuk bertransaksi, semakin banyak uang yang akan dipegang. Jadi, kuantitas uang dalam suatu perekonomian sangat erat kaitannya dengan jumlah uang yang digunakan dalam bertransaksi.

  Hubungan antara uang dan transaksi ditunjukkan dalam persamaan berikut: Uang x Perputaran = Harga x Transaksi

  M x V = P x T Persamaan disebut juga Persamaan Kuantitas.

  Sisi kanan dari persamaan identitas tersebut mencerminkan transaksi yang terjadi di dalam suatu perekonomian, dimana P adalah harga rata-rata (average price) dan T adalah jumlah transaksi yang terjadi di dalam perekonomian selama periode tertentu.

  Sisi kiri dari persamaan di atas mencerminkan jumlah uang yang digunakan untuk melakukan transaksi yang dilakukan di dalam suatu perekonomian selama transaksi (transaction velocity of money) untuk mengukur tingkat dimana uang bersikulasi dalam perekonomian.

  Persamaan kuantitas adalah sebuah identitas: definisi dari empat variable membuatnya benar. Persamaan ini berguna karena menunjukan bahwa jika satu dari variabel-variabel itu berubah, satu atau lebih variable juga harus berubah untuk menjaga persamaan (Mankiw,2006).

  Akan tetapi persamaan diatas mempunyai permasalahan, yaitu bahwa transaksi sulit untuk diukur. Maka Mankiew berpendapat bahwa untuk memecahkan permasalahan ini, jumlah transaksi T diganti menjadi menjadi output total dari perekonomian Y.

  Transaksi dan output berkaitan dikarenakan semakin banyak perekonomian berproduksi maka semakin banyak pula barang/jasa dibeli atau dijual, namun keduanya tidaklah sama. Maka persamaanya menjadi :

  Uang x Perputaran = Harga x Output M x V = P x Y Karena Y juga merupakan pendapatan total, maka V dalam persamaan kuntitas versi ini menjadi perputaran pendapatan uang (income velocity of money).

  Perputaran pendapatan uang menyatakan berapa kali uang masuk ke dalam pendapatan seseorang dalam periode waktu tertentu.

  2.1.2.2 Fungsi Permintaan Uang Fungsi permintaan uang adalah persamaan yang menunjukkan apa yang menentukan kuantitas keseimbangan uang riil yang ingin ditahan orang. satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur (menganalisa) peranan uang di dalam perekonomian atau untuk mengukur daya beli uang di dalam perekonomian. Fungsi permintaan uang sederhana adalah

  d

(M/P) = kY,

  Diman k adalah konstanta yang menyatakan berapa banyak uang yang ingin ditahan orang untuk setiap pendapatannya.

  Fungsi permintaan uang ini menawarkan cara lain untuk memandang persamaan kuantitas. Untuk melihat hal ini, tambahkan kondisi yang

  d

  menyebabkan keseimbangan uang riil (M/P) harus sama dengan jumlah beredarnya M/P ke dalam fungsi permintaan uang. Karena itu,

  

M/P = kY

  Lalu persamaan diubah menjadi,

  

M(1/k) = PY

  Atau dapat juga ditulis menjadi,

  MV = PY dimana V=1/k. Persamaan ini menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara permintaan terhadap uang/fungsi permintaan uang terhadap perputaran uang(velocity of money). Ketika banyak orang ingin menahan banyak uang dari pendapatannya (k semakin besar), uang tidak sering berpindah tangan (V semakin kecil). Sebaliknya, ketika orang ingin sedikit menahan/memegang uang dari pendapatannya (k semakin kecil), maka uang akan sering berpindah tangan (V semakin besar).

  Ada perbedaan pendapat mengenai velocity of money antara kaum klasik dan antara kaum Keynesian, yaitu:

  2.1.3.1 Teori Kaum Monetarists/Klasik Kelompok ini diwakilkan oleh Irving Fisher, ekonom yang berasal Amerika.

  Irving Fisher membahas keterkaitan antara jumlah uang beredar M dan total pengeluaran dari barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian P x Y, dimana P adalah tingkat harga dan Y adalah output agregat (pendapatan). Konsep yang memfasilitasi keterkaitan antara M dan P x Y disebut sebagai percepatan uang atau Velocity of Money. Percepatan uang (velocity of money) dinyatakan secara lebih jelas sebagai pendapatan nominal (P x Y) dibagi dengan jumlah uang (M):

  P x Y =

  M Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan M, kita mendapatkan persamaan pertukaran (equation of change), yang menghubungkan pendapatan nominal(PxY) dengan jumlah uang (M) dan percepatan (V) :

  M x V = P x Y Persamaan pertukaran menyatakan bahwa jumlah uang dikalikan dengan jumlah berapa kali uang ini deigunakan dalam satu tahun tertentu harus sama dengan pendapatan nominal.

  Irving Fisher beralasan bahwa percepatan ditentukan oleh intitusi di dalam perekomian yang memengaruhi cara individu di dalam perekonomian yang memengaruhi cara individu melakukan transaksi. Kalau masyarakat menggunakan kartu debit dan kartu kredit untuk melakukan transaksinya, maka penggunaan yang dibutuhkan untuk melakukan transaksi yang dihasilkan oleh pendapatan nominal dan percepatan akan naik.

  Sebaliknya, kalau dalam pembelian lebih mudah menggunakan uang tunai atau cek, maka lebih banyak uang yang digunakan untuk melakukan transaksi yang dihasilkan oleh jumlah pendapatan nominal yang sama, dan percepatan akan turun. Fisher berpendapat bahwa bentuk institusi dan teknologi dari suatu perekonomian hanya akan memengaruhi percepatan secara lambat sepanjang waktu, sehingga percepatan biasanya konstan dalam jangka pendek.

2.1.3.3 Teori Kaum Keynesian

  John M. Keynes mengabaikan pandangan kaum klasik mengenai percepatan adalah konstan dan mengembangkan teori permintaan uang yang dia sebut sebagai teori preferensi likuiditas. Dalam teori tersebut Keynes merumuskan ada tiga motif di balik permintaan akan uang ; motif transaksi, motif berjaga-jaga dan motif spekulasi.

  Keynes juga menuliskan persamaan permintaan akan uang yang dikenal senagai fungsi preferensi likuiditas, yang menyatakan bahwa permintaan akan saldo uang riil Md/P adalah fungsi dari i dan Y :

  = ( , )

  Dengan menurunkan fungsi preferensi likuiditas untuk percepatan PY/M, dapat dilihat bahwa teori Keynes mengenai permintaan akan uang mengimplikasikan bahwa percepatan tidaklah konstan, tetapi berfluktuasi dengan pergerakan suku bunga (Mishkin, 2008). Persamaan preferensi likuiditas dapat juga dituliskan sebagai :

  1 =

  ( , ) Dengan juga mengalikan kedua sisi persamaan dengan Y dan mengganti

  Md dengan M karena keduanya sama pada saat keseimbangan pasar uang, dan diperoleh persamaan untuk percepatan sebagai berikut : =

  = ( , )

  Teori preferensi likuiditas menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga akan menyebabkan percepatan juga akan naik.

  Model permintaan uang Keynes mempunyai implikasi penting bahwa percepatan tidaklah konstan, tetapi berhubungan positif dengan suku bunga, yang berfluktuasi secara signifikan. Teori Keynes juga menolak bahwa percepatan adalah konstan, karena perubahan perkiraan masyarakat mengenai tingkat suku bunga normal akan menyebabkan pergeseran dalam permintaan akan uang yang juga dapat menyebabkan pergeseran percepatan (Mishkin, 2008).

2.2 Uang

2.2.1 Pengertian Uang

  Beberapa tokoh atau penulis ekonomi pada masa lampau mendefinisikan uang sebagai alat pembayar atau penukar. Dalam bukunya, Drs. M. Manullang (1977) menjabarkan definisi uang dari beberapa tokoh, antara lain: a.

  Robertson : “Money is something which is widely accepted in payments

  for goods” ; yang artinya, “Uang adalah segala sesuatu yang umum b.

A. C. Pigou : “money are those things that are widely used as a media

  for exchange”; yang artinya : “uang adalah segala sesuatu yang umum dipergunakan sebagai alat penukar.

  c.

  R. S. Sayers : “money is something that is widely accepted for the

  settlements of debts” ; yang artinya “uang adalah segala sesuatu yang umum diterima sebagai pembayar utang.

  d.

  Rollin G. Thomas : “money is something that is good, services, and yang artinya : “

  other valuaber assets, and for the payment of debts”;

  uang adalah segala sesuatu yang siap sedia dan pada umumnya diterima umum dalam pembayaran pembelian barang-barang, jasa-jasa dan untuk pembayar hutang. Dan akhirnya Drs. M. Manullang memberi definisi uang sebagai berikut:

  “uang adalah segala sesuatu yang umum diterima sebagai alat penukar dan sebagai alat pengukur nilai, yang pada waktu bersamaan bertindak sebagai alat penimbun kekayaan”.

  Dari definisi ini, beliau mengatakan bahwa segala sesuatu yang sudah memenuhi definisi ini sudah dianggap uang, baik itu terbuat dari logam, kertas atau benda lainnya yang sudah diterima oleh masyarakat sebagai alat penukar, pengukur nilai dan sebagai alat penimbun kekayaan.

  Seiring perkembangan uang yang semakin pesat, definisi uang mempengaruhi jenis-jenis uang apa saja yang masuk dalam definisi tersebut (Sri Mulyani, 1988). sebagai sesuatu yang sacara umum diterima dalam pembayaran barang dan jasa atau pembayaran atas utang. Tetapi definisi ini masih sangat sederhana.

  Diperlukan definisi yang lebih kompleks dan lebih luas. Sedangkan menurut Mankiw (2006), uang adalah persediaan asset yang dapat dengan segera digunakan untuk melakukan transaksi.

2.2.2 Uang Beredar

  Menurut Mankiw (2006), pengertian jumlah uang beredar (JUB) secara sederhana ialah jumlah uang yang tersedia. Dalam perekonomian yang menggunakan uang komoditas, jumlah uang beredar adalah jumlah dari komoditas itu. Dalam perekonomian yang menggunakan uang atas-unjuk, seperti sebagain perekonomian dewasa ini, pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar: peraturan resmi memberi pemerintah hak untuk memonopoli pencetakan uang.

  Kontrol atas jumlah uang beredar disebut kebijakan moneter. Di Indonesia, kebijakan moneter didelegasikan kepada Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia.

  Para ekonom klasik (tapi tidak semua) condong untuk mengartikan uang beredar sebagai currency, karena uang inilah yang benar-benar merupakan daya beli yang langsung bisa digunakan (dibelanjakan) dan oleh karena itu langsung mempengaruhi harga-harga barang. Yang termasuk dalam pengertian currency sebagai uang beredar bahkan tidak semua uang kertas dan uang logam, tetapi hanya uang kertas dan uang logam yang ada di tangan masyarakat umum (di luar bank dan kas negara). Alasannya adalah bahwa hanya uang tunai yang dipegang sedangkan uang tunai di lemari besi bank maupun di kantor-kantor kas negara tidak terkait langsung dengan “pasar barang”.

  Pengertian uang beredar sebagai uang kartal tersebut sudah semakin ditinggalkan dengan semakin berkembangnya peranan bank dalam perekonomian.

  Sekarang sudah banyak dari masyarakat umum yang menyimpan uang tunainya di bank-bank, demi keselamatan atau untuk kemudahan-kemudahan lain, dalam bentuk rekening koran atau rekening giro. Bagi si pemilik rekening koran/giro tersebut, sebenarnya tidak ada bedanya antara uang kertas yang ia pegang dan uang yang ia simpan di bank berupa saldo rekening koran/giro, karena sewaktu- waktu ia bisa mengambil kembali uang tersebut untuk dibelanjakan barang dan jasa yang dibutuhkannya hanya dengan menulis cek. Di negara-negara maju sebagian besar dari pembelian barang dan jasa dibayar dengan cek. Oleh sebab itu, saldo rekening koran/giro mempunyai status yang sama dengan currency dan haruslah dimasukkan dalam pengertian “uang beredar”. Saldo rekening koran/giro yang dimiliki oleh masyarakat disebut uang giral atau demand deposits. Sedang uang beredar yang didefinisikan sebagai uang kartal plus uang giral (atau currency

  ) disebut uang dalam arti sempit atau narrow money, dan

  plus demand deposits untuk ini biasanya digunakan simbol M1.

  M1 = currency (uang kartal) + Demand deposit (uang giral) Seperti halnya dengan definisi uang beredar dalam arti yang paling sempit yaitu currency, maka uang giral hanya mencakup saldo rekening koran/giro milik masyarakat umum yang disimpan di bank. Sedangkan saldo rekening koran milik bank pada bank lain atau pada bank sentral ataupun saldo rekening koran milik deposits.

  Di beberapa Negara, cek bagi para pelancong, yang disebut traveller’s , yang dipegang oleh masyarakat dimasukkan ke dalam definisi M1. Di

  checks

  berbagai negara maju, dan mulai kelihatan pula di kota-kota besar di Indonesia, sekarang sudah dipakai apa yang disebut kartu kredit atau credit cards. Kartu kredit ini secara prinsip seharusnya juga termasuk dalam M1. Dalam praktek jumlahnya masih kecil dan disamping itu masih sulit untuk memonitor perkembangan plafond kartu kredit.

  Pengertian M1 bahwa uang beredar adalah daya beli yang langsung bisa digunakan untuk pembayaran bisa diperluas dan mencakup alat-alat pembayaran yang mendekati uang, misalnya deposito berjangka (time deposits) dan simpanan tabungan (savings deposits) pada bank-bank. Uang yang disimpan dalam bentuk deposito berjangka dan tabungan ini sebenarnya adalah juga daya beli potensial bagi pemiliknya, meskipun tidak semudah uang tunai atau cek untuk menggunakannya. Sekarang, kebanyakan ekonom berpendapat bahwa selain M1, harus pula diamati perkembangan M2, yang diartikan sebagai M1 plus deposito berjangka dan saldo tabungan milik masyarakat pada bank-bank, karena perkembangan M2 ini juga bisa mempengaruhi perkembangan harga, produksi dan keadaan ekonomi pada umumnya.

  M2 = M1 + Time Deposit + Savings Deposits Masyarakat menempatkan uangnya dalam time deposits atau saving karena simpanan ini memberikan bunga. M2 juga disebut uang beredar

  deposits dalam arti luas atau broad money.

  negara, seperti Amerika Serikat, hanya time deposits yang kecil saja yang dimasukkan dalam M2, sedang yang besar tidak (time deposits yang kecil adalah yang besarnya kurang dari $100.000). Definisi M2 yang berlaku umum untuk semua negara tidak ada, karena hal-hal khas masing-masing negara perlu dipertimbangkan. Di Indonesia, M2 biasanya mencakup semua tipe deposits dan

  Rupiah pada bank-bank (tidak tergantung besar kecilnya

  saving deposit

  simpanan), tetapi tidak mencakup time deposits dan saving deposits mata uang asing (Dolar).

  Definisi uang beredar yang lebih luas lagi adalah M3, yang mencakup semua tipe deposits dan saving deposits, besar-kecil, Rupiah atau dollar milik penduduk pada bank atau lembaga keuangan non-bank. Seluruh time deposits dan saving deposits ini disebut uang kuasi atau quasi money.

  M3 = M1 + quasi money Di negara yang menganut sistem devisa bebas (artinya setiap orang boleh memiliki dan memperjualbelikkan devisa secara bebas), seperti di Indonesia, memang sedikit sekali perbedaan antara time deposits dan saving deposits dalam Rupiah dan dalam dolar.

2.2.3 Fungsi Uang

  Ada 4 fungsi uang pada umumnya :

  a) Uang sebagai alat tukar

  Fungsi uang sebagai alat tukar memudahkan masyarakat untuk melaksanakan transaksi. Fungsi ini menghilangkan perlunya ada kesamaan karena melandasi pemilihan “barang” apa yang bisa digunakan sebagai uang.

  b) Uang sebagai alat penyimpan nilai/daya beli Fungsi ini terkait usaha manusia dalam mengumpulkan kekayaan.

  Pemegangan uang merupakan salah satu cara untuk menyimpan kekayaan. Syarat utama untuk ini adalah bahwa uang harus bisa menyimpan daya beli atau nilai. Karena pada saat inflasi tinggi, nilai merosot cepat, maka orang pun enggan memegang uang.

  c) Uang sebagai standar/satuan nilai Fungsi ini ,memungkinkan seluruh barang/jasa dinilai dengan satuan uang.

  Dengan demikian masyarakat tidak perlu lagi menghafal sampai ribuan nilai tukar yang dilakukan pada masa perekonomian barter. Fungsi ini tidak dapat dipisahkan dari fungsi sebagai alat tukar, tetapi hanya dapat dibedakan. d) Uang sebagai standar pembayaran di masa mendatang

  Fungsi ini terkait dengan pinjam-meminjam atau transaksi kredit. Dalam hubungan ini, uang merupakan salah satu cara menghitung pembayaran masa depan.

2.2.4 Jenis-jenis Uang

  Jenis-jenis uang dibagi dalam berdasarkan nilai, bahan, kawasan, dan lembaga penerbit.

  a.

  Uang bernilai penuh (full bodied money), merupakan uang yang nilai intrinsiknya sama dengan nilai nominalnya, misalnya uang logam.

  b.

  Uang Tidak Bernilai Penuh (representative full bodied money), merupakan uang yang nilai intrinsiknya lebih kecil dari nominalnya, seperti uang kertas. Uang jenis ini sering disebut uang bertanda atau token money.

  2.2.4.2 Jenis Uang Berdasarkan Bahan a.

  Uang Logam, merupakan uang dalam bentuk koin yang terbuat dari logam, misalnya aluminium, emas, perak, perunggu, dan bahan lainnya.

  b.

  Uang Kertas, merupakan uang yang terbuat dari kertas, plastik, atau bahan lainnya. Uang jenis ini biasanya bernominal tinggi, dan berkualitas tinggi sehingga tidak mudah robek dan luntur.

  2.2.4.3 Jenis Uang Berdasarkan Kawasan a.

  Uang Lokal, berlaku di suatu Negara tertentu, seperti Rupiah di Indonesia atau Ringgit di Malaysia.

  b.

  Uang Regional, berlaku di kawasan tertentu yang lebih luas dari uang lokal, misalnya uang Euro yang berlaku di benua Eropa. c.

  Uang Internasional, merupakan uang yang berlaku antarnegara dan menjadi standard pembayaran internasional, seperti US dollar.

  2.2.4.4 Jenis Uang Berdasarkan Lembaga Penerbit a.

  Uang Kartal, merupakan uang yang diterbitkan oleh Bank Sentral, baik uang logam maupun uang kertas.

  b.

  Uang Giral, merupakan uang yang diterbitkan oleh Bank Umum, seperti cek, bilyet giro, traveler’s check, atau credit card.

  Menurut Keynes, ada 3 motif mengapa orang memegang uang, antara lain: a.

  Motif Transaksi, yaitu kebutuhan uang untuk meningkatkan transaksi dan memenuhi kebutuhan hidup artinya semakin tinggi tingkat transaksi maka semakin tinggi kebutuhan masyarakat akan uang.

  b.

  Motif Berjaga-jaga, yaitu mengantisipasi keadaan masa depan yang penuh ketidakpastian (uncertainty), maka perlu mempersiapkan dengan sejumlah uang untuk berjaga-jaga seandainya menghadapi masalah seperti sakit, meninggal, kecelakaan, bencana alam dan sebagainya.

  c.

  Motif Spekulasi, yaitu mengambil pilihan bentuk kekayaan yang memberikan keuntungan baik secara finansial maupun sosial.

2.2.6 Evolusi Sistem Pembayaran

  Fungsi dan bentuk uang mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal ini dapat kita lihat melalui evolusi sistem pembayaran (payments system). Dalam bukunya, Miskhin berpendapat bahwa evolusi sistem pembayaran yang dimaksud ialah cara bagaimana transaksi dilakukan dalam perekonomian. Sistem pembayaran telah berubah sepanjang waktu, demikian pula dengan bentuk uang.

  Pada awalnya, emas digunakan sebagai alat pembayaran utama kemudian asset kertas seperti cek dan uang kertas mulai digunakan untuk sistem pembayaran dan dianggap sebagai uang. Miskhin juga berpendapat bahwa sistem pembayaran berujung pada memiliki makna penting terhadap bagaimana uang akan didefinisikan di masa mendatang.

  Diawali dari uang komoditas (commodity money), dimana uang terbuat dari logam berharga atau komoditas berharga lainnya; misal, emas atau perak. Dari kalangan masyarakat kecuali masyarakat yang primitif. Tentu terdapat kelemahan atau permasalahan yang muncul dari uang komoditas ini. Selain berat, uang komoditi juga sulit untuk dibawa dalam jumlah besar. Terlebih kalau terjadi transaksi yang mempunyai nilai besar.

  Kemudian muncullah uang berbentuk kertas yang dinamakan uang fiat (fiat Uang fiat berarti uang kertas yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai money). alat pembayaran yang sah tetapi tidak dapat dikonversikan ke dalam bentuk koin atau logam berharga. Kelebihan dari uang koin adalah bentuknya yang lebig ringan. Tetapi uang kertas dapat diterima sebagai alat pembayaran jika ada kredibilitas dari otoritas yang menerbitkan uang kertas tersebut. Sama seperti uang koin, kelemahan dari uang kertas adalah mudah dicuri dan cukup mahal untuk dibawa dalam jumlah besar.

  Maka untuk mengatasi permasalahan dari kelemahan-kelemahan alat pembayaran sebelumnya, muncullah cek, yaitu suatu tahapan baru dalam evolusi sistem pembayaran. Cek juga merupakan suatu hasil dari perkembangan perbankan modern.

  Pengertian cek sendiri adalah suatu instruksi dari pihak pertama ke Bank pihak pertama untuk mengirimkan uang dari rekening pihak pertama ke rekening pihak kedua ketika pihak kedua tersebut menyetorkan cek yang diterimanya. Cek menutupi kelemahan uang logam dan uang kertas, yaitu mahalnya jika dibawa dalam jumlah besar. Bentuk cek hanya sehelai kertas yang dapat memungkinkan terjadinya transaksi dalam jumlah besar tanpa harus membawa sejumlah besar mata uang. Penemuan cek adalah suatu inovasi yang dapat meningkatkan efisiensi seandainya cek tersebut dicuri, dan karena cek memberikan bukti pembelian dengan nyaman.

  Tetapi terdapat juga permasalahan/kelemahan dari cek. Pertama, dibutuhkannya waktu untuk memberikan cek dari pihak pertama ke pihak kedua jika mereka berada di tempat yang berbeda, terlebih dengan kondisi membutuhkan pembayaran dengan cepat. Kedua, tingginya biaya administrasi dalam proses pencairan cek.

  Tahapan evolusi sistem pembayaran berikutnya adalah pada zaman teknologi yang sudah mulai maju dan berkembang, yaitu pada saat ini. Meluasnya penggunaan internet dan juga semakin murahnya computer memunculkan pembayaran secara elektronik. Apalagi biayanya tidaklah terlalu mahal dan sangat efisien. Beberapa bentuk dari pembayaran secara elektronik adalah E-Banking dan memudahkan nasabah dalam bertransaksi. Tidak perlu

  E-money. E-banking

  ngantri di kantor cabang, tidak perlu biaya prangko untuk mengirim cek. Nasabah hanya tinggal membuka computer dan meng-klik saja, maka transaksi sudah selesai. Terlebih sekarang muncul yang disebut dengan SmartPhone, jadi bisa melakukan transaksi dimana saja dan kapan saja.

  Bentuk kedua dari pembayaran secara elektronik ialah e-money (uang elektronik). Uang elektronik akan menggantikan posisi dari uang tunai dari sistim pembayaran. Bentuk dari e-money adalah kartu yang terdapat chips di dalamnya. Uang elektronik memudahkan masyarakat untuk berbelanja tanpa harus membawa uang tunai dalam jumlah besar. Hanya tinggal membawa kartu, menggesek maka dipotong dari saldo yang ada di kartu. Tetapi terdapat kelemahan dari alat pembayaran e-money yang berakibat uang tunai masih dipakai di masyarakat, yaitu pertimbangan pribadi masyarakat akan keamanan, baik keamanan dari uang yang didalamnya maupun data atau informasi dari nasabah. Karena sekarang ini sudah banyak kejahatan berbasis teknologi yang disebut cyber crime.

2.3 Electronik Money

2.3.1 Pengertian Elektronik Money

  Menurut pengertian yang dikeluarkan Bank for International Settlement

  (BIS) dalam suatu Kajian E-money oleh Siti Hidayati dkk(2006),

stored-value or prepaid products in which a record of the funds or value

available to a consumer is stored on an electronic device in the consumer’s

possession

  (produk stored-value atau prepaid dimana sejumlah nilai uang disimpan dalam suatu media elektronis yang dimiliki seseorang).

  Menurut Peraturan Bank Indonesia NOMOR: 11/12/PBI/2009, Elektronik adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

  Money a. diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada penerbit; b. nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip; c. digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit uang elektronik tersebut; dan d. nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.

2.3.2 Ketentuan lain E-money

  Beberapa ketentuan-ketentuan lain dari e-money yang terdapat di Peraturan Bank Indonesia (PBI) NOMOR: 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) a.

  Nilai Uang Elektronik adalah nilai uang yang disimpan secara elektronik pada suatu media yang dapat dipindahkan untuk kepentingan transaksi pembayaran dan/atau transfer dana.

  b.

  Prinsipal adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang bertanggung jawab atas pengelolaan sistem dan/atau jaringan antar anggotanya, baik yang berperan sebagai penerbit dan/atau acquirer, dalam transaksi Uang Elektronik yang kerjasama dengan anggotanya didasarkan atas suatu perjanjian tertulis.

  c.

  Penerbit adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang menerbitkan Uang Elektronik. d.

  Acquirer adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang melakukan kerja sama dengan pedagang, yang dapat memproses data Uang Elektronik yang diterbitkan oleh pihak lain.

  e.

  Pemegang adalah pihak yang menggunakan Uang Elektronik.

  f.

  Pedagang (merchant) adalah penjual barang dan/atau jasa yang menerima transaksi pembayaran dari Pemegang.

  g.

  Pengisian Ulang adalah penambahan Nilai Uang Elektronik pada Uang h.

  Dana Float adalah seluruh Nilai Uang Elektronik yang diterima Penerbit atas hasil penerbitan Uang Elektronik dan/atau Pengisian Ulang yang masih merupakan kewajiban Penerbit kepada Pemegang dan Pedagang. i.

  Tarik Tunai adalah fasilitas penarikan tunai atas Nilai Uang Elektronik yang dapat dilakukan setiap saat oleh Pemegang. j.

  Penyelenggara Kliring adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang melakukan perhitungan hak dan kewajiban keuangan masing-masing Penerbit dan/atau Acquirer dalam rangka transaksi Uang Elektronik. k.

  Penyelenggara Penyelesaian Akhir adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang melakukan dan bertanggungjawab terhadap penyelesaian akhir atas hak dan kewajiban keuangan masing-masing Penerbit dan/atau

  Acquirer dalam rangka transaksi Uang Elektronik berdasarkan hasil perhitungan dari Penyelenggara Kliring.

2.3.3 Kelebihan dan kelemahan E-money

  Beberapa kelebihan dari Uang Elektronik(e-money) a.

  

Cepat dan nyaman. Dibandingkan dengan uang tunai, tentu e-money lebih

cepat dan lebih nyaman khususnya untuk transaksi yang bernilai kecil.

  Nasabah tidak perlu lagi membawa uang pas dan menyimpan kembalian. Proses transaksi lebih singkat daripada menggunakan kartu kredit ataupun b. kartu debit karena prosesnya tidak memerlukan otorisasi on-line, tanda .

  line

  

c. Pengisian ulang electronic value ke dalam kartu e-money dapat dilakukan

dalam berbagai sarana yang disediakan oleh issuer.

  Sedangkan kelemahan/resiko dari e-money antara lain :

  

a. Keamanan. Berkembangnya teknologi, juga dimanfaatkan oleh para

  penjahat teknologi (cyber crime). Uang yang terdapat dalam kartu e-money dapat hilang karena dicuri. Hilangnya uang elektronik tidak menjadi tanggung jawab penerbit.

  

b. Resiko kebingungan. Belum semua nasabah/pengguna memahami dengan

  jelas pnggunaan uang elektronik dikarenakan rumitnya peraturan yang mengaturnya.

2.7 Penelitian Terdahulu

  Beberapa penelitian yang menggunakan variabel e-money ataupun velocity

  of money telah banyak dilakukan antara lain :

  1. Tammy dan Michael Parker (2008) mengadakan penelitian tentang elektronik banking di Finlandia dan pengaruhnya terhadap velocity of

  . Tujuan dari penelitian ini adalah melihat dampak terhadap velocity

  money

  atas kemajuan teknologi perbankan yang terjadi di Finlandia. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa terjadi penurunan terhadap kecepatan perputaran uang (velocity of money) atas kemajuan teknologi perbankan. Ini diakibatkan masyarakat masih nyaman dan merasa lebih efisien untuk memegang uang tunai ataupun giro.

  2. Abednego Priyatama dan Apriansah (2010) mengadakan penelitian tentang bertujuan untuk menganalisis hubungan antaratingkat penggunaan uang elektronik, jumlah uang beredar dan bagaimana pengaruh terhadap perputaran uang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa rasio penggunaan uang tunai masih lebih tinggi dari uang elektonik. Dan terjadi peningkatan terhadap kecepatan perputaran uang akibat peningkatan penggunaan uang elektronik.

  3. Claudio Sardoni dan Alessandro Verde (2002) dengan judul penelitiannya

  THE ‘IT REVOLUTION’ AND THE MONETARY SYSTEM: ELECTRONIC ( Revolusi Teknologi Informasi dan Sistem

MONEY AND ITS EFFECTS

  Moneter: Uang Elektronik dan dampaknya). Penelitian ini berfokus kepada peran dan pengaruh uang elektronik terhadap sistem kebijakan moneter.

  Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa dampak uang elektronik sebagai bagian dari revolusi teknologi informasi menjadi ancaman serius bagi Bank Sentral dan kebijakan moneter, maka dari itu diperlukan semacam pembaharuan terhadap karakteristik uang elektronik. Penelitian ini juga berpendapat bahwa penggunaan uang konvensional masih memegang peranan yang penting dalam perekonomian.

  4. Dr. Zeinab Mohamed El-Gawady melakukan penelitian tentang E-money dan hubungannya dengan kebijakan palitik di Mesir dengan judul penelitian “RELATIONSHIP BETWEEN E-MONEY AND MONETARY POLICY

  IN EGYPT”. Penelitian ini bertujuan menguji bagaimana meluasnya penggunaan uang digital dapat mempengaruhi bank sentral di berbagai bidang seperti kebijakan moneter, pengawasan perbankan dari sistem pembayaran, dan stabilitas sistem keuangan. Kesimpulan penelitian ini peningkatan kemajuan teknologi akan berdampak langsung terhadap control kebijakan moneter bank sentral kecuali bank sentral memasukkan e-money kedalam agregat moneter dan mengatur pertumbuhan dan penggunaanya.

2.8 Kerangka Konseptual

  Secara teoritis, pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam penelitian ini adalah :

  1. Peningkatan PDB menandakan meningkatnya pendapatan di masyarakat. Dan adanya peningkatan pendapatan masyarakat mengakibatkan meningkatnya pendapatan perseorangan.

  2. Meningkatnya pendapatan masyarakat memancing keingintahuan masyarakat untuk memahami produk keuangan, misalnya: kartu kredit,

  Visa , e-money, dll.

  3. Bank Indonesia sebagai lembaga yang mengambil kebijakan moneter, merespon kebutuhan masyarakat akan produk keuangan yang up to date dengan melihat bermunculannya produk keuangan yang baru di masyarakat. Respon ini berupa pengadaan produk keuangan yang disebut e-money (electronic money) atau dapat didefinisikan sebagai uang eektronik.

  4. Uang elektronik dapat digunakan untuk bertransaksi dimana para pelaku transaksi tidak harus membawa uang tunai. Hanya menggunakan kartu yang diberi chip dan bisa langsung digunakan. Semakain banyak masyarakat yang menggunakan produk keuangan ini tentu berakibat pada menurunnya peredaran uang tunai(uang kartal) di masyarakat. Penurunan uang kartal (uang tunai) dan meningkatnya pendapatan masyarakat yang dilihat lewat peningkatan PDB akan menyebabkan velositas atau kecepatan perputaran uang semakin tinggi. Karena nilai velositas didapat dari membagikan nilai PDB dengan jumlah uang beredar, yang dalam penelitian ini menggunakan M1.

  Adapun gambarannya dalam bentuk bagan sebagai berikut:

  

Peningkatan pendapatan

masyarakat

Pemahaman masyarakat akan produk keuangan

  Variasi Pengadaan produk keuangan produk

  E-money keuangan

Berkurangnya jumlah uang

beredar (M1)

Meningkatnya Velocity of

money

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.6 Hipotesis Penelitian

  Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pemasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut: 1.

  Bahwa trend penggunaan uang elektronik (e-money) di Indonesia dari tahun 2007-2012 meningkat.

  2. JUB (M1) mempunyai pengaruh positif terhadap permintaan uang elektronik di Indonesia

  3. PDB mempunyai pengaruh positif terhadap permintaan uang elektronik di Indonesia.

  4. Velocity of money mempunyai pengaruh positif terhadap uang elektronik di Indonesia.

  5. Terdapat hubungan dua (2) arah antara permintaan e-money terhadap

  velocity of money .