Analisis Permintaan Uang Elektronik (E-Money) Terhadap Velocity Of Money (Perputaran Uang) Di Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PERMINTAAN UANG ELEKTRONIK (

E-MONEY

)

TERHADAP

VELOCITY OF MONEY

(PERPUTARAN UANG)

DI INDONESIA

OLEH

TRITOGUNA SILITONGA

080501066

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PERMINTAAN UANG ELEKTRONIK (

E-MONEY

)

TERHADAP

VELOCITY OF MONEY

(PERPUTARAN UANG)

DI INDONESIA

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis variabel permintaan uang elektronik terhadap perputaran uang selama tahun 2007 hingga tahun 2012 dengan menggunakan data bulanan. Variabel yang diamati antara lain permintaan uang elektronik, JUB, dan PDB. Dalam menganalisis hubungan di antara variabel-variabel di atas, metode yang digunakan adalah metode OLS dan Uji Kausalitas dengan terlebih dahulu dilakukan uji akar-akar unit.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan Pada bahwa antara permintaan uang elektronik(volume transaksi e-money) dengan nilai velocity of money di Indonesia memiliki hubungan kausalitas satu arah, dimana tingkat volume transaksi emoney mempengaruhi nilai velocity of money dalam artian ketika permintaan akan uang elektronik semakin tinggi maka akan berpengaruh terhadap laju perputaran uang (velocity of money). Untuk variabel jumlah uang beredar (JUB) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang elektronik. Pada variabel produk domestic bruto memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang elektronik. Untuk variabel velocity memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang elektronik.


(3)

KATA PENGANTAR

Ucapan syukur, hormat dan pujian yang tidak henti-hentinya Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih, berkat dan penyertaanNya yang selalu menaungi dan melingkupi Penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat dikerjakan hingga selesai.

Tujuan penulis dalam menyusun skripsi ini adalah sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi. Adapun judul skripsi yang disusun oleh Penulis yaitu, “ Analisis Permintaan Uang Elektronik (E-Money) Terhadap Velocity Of Money (Perputaran Uang) Di Indonesia”.

Dalam berbagai bentuk, Penulis menyadari bahwa skripsi ini belumlah sempurna. Hal ini tidak terlepas dari kurangnya pengalaman dan terbatasnya ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh Penulis sendiri. Oleh sebab itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna mencapai kesempurnaan skripsi ini pada waktu mendatang.

Selanjutnya, dengan segala kerendahan hati Penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua yang sangat Penulis sayangi yaitu (Alm) Bapak Jansen Silitonga dan Ibu Rismaida br Aritonang yang telah membesarkan dan mendidik sehingga Penulis bisa sampai seperti sekarang ini. Serta kepada kakak (Vera br Silitonga), abang (Bona Silitonga) dan adik ( Martin Silitonga dan Polentyno Silitonga) atas segala doa dan dukungannya yang diberikan sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(4)

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu, memberikan dukungan, memberikan bimbingan, saran dan inspirasi bagi penulis selama masa perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini, antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan memberikan saran mulai dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skrpsi ini. Kepada Bapak Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan memberikan saran mulai dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skrpsi ini

5. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, selaku Dosen Pembaca Skripsi yagn telah meluangkan waktu untuk membrikan saran dan masukan dalam pengerjaan skripsi ini.


(5)

6. Seluruh Dosen Pengajar di Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan memberikan banyak ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bai penulis.

7. Seluruh Staf Administrasi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

8. Teman-teman seperjuangan Ekonomi Pembangunan stambuk 2008 yang telah banyak memberikan dukungan moril kepada penulis untuk penyelesaian skripsi ini.

Dan kepada semua pihak-pihak lain yang tidak bisa Penulis sebutka satu persatu namanya yang juga turut mendukung dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Tuhan memberkati.

Medan, Januari 2014 Penulis

Tritoguna Silitonga


(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……… i

DAFTAR TABEL ……… iii

DAFTAR GAMBAR ………... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……….. 1

1.2 Perumusan Masalah ……… 5

1.3 Tujuan Penelitian ……… 5

1.4 Manfaat Penelitian ……….. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Velocity of Money ………... 7

2.1.1 Pengertian Velocity of Money ……… 7

2.1.2 Teori Kuantitas Uang ……… 8

2.1.2.1 Persamaan Kuantitas ………. 8

2.1.2.2 Fungsi Pemintaan Uang ……… 10

2.1.3 Teori Velocity of Money ……… 11

2.1.3.1 Teori Kaum Monetarists/Klasik ……… 11

2.1.3.2 Teori Kaum Keynesian ………... 12

2.2 Uang………. 13

2.2.1 Pengertian Uang ………. 13

2.2.2 Uang Beredar……….. 15

2.2.3 Fungsi Uang………. 19

2.2.4 Jenis-jenis Uang……….. 20

2.2.5 Motif Memegang Uang ……….. 21

2.2.6 Evolusi Sistem Pembayaran ……….. 21

2.3 Electronik Money ……… 24

2.3.1 Pengertian Elektronik Money ……… 24

2.3.2 Ketentuan lain E-money ……… 25

2.3.3 Kelebihan dan kelemahan E-money ………... 27

2.4 Penelitian Terdahulu ……… 27

2.5 Kerangka Konseptual ……….. 29

2.6 Hipotesis Penelitian ………. 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ……… 33

3.2 Batasan Operasional………. 33

3.3 Definisi Operasional ……… 33

3.4 Skala Pengukuran Variabel……….. 34

3.5 Jenis Data ……… 34


(7)

3.7.2 Uji Akar Unit Uji Stasioneritas (Unit Root Test) …… 36

3.7.3 Uji Kaualitas Granger (Granger Causality Test)……. 37

3.8 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ……….. 38

3.8.1 Multikolinieritas……….. 38

3.8.2 Autokorelasi………. 38

3.9 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ……… 39

3.9.1 Koefisien Determinasi (R-squared)……….. 39

3.9.2 Uji t-statistik ……… 39

3.9.3 Uji F-statistik ……….. 40

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum………. 42

4.1.1 Sejarah E-Money di Dunia ………. 42

4.1.2 Perkembangan E-money di Indonesia ……… 43

4.1.3 Perkembangan Velocity of Money (Perputaran uang).. 46

4.2 Analisis Data dan Pembahasan………. 47

4.2.1 Regresi Linier PDB, JUB (M1), dan Velocity terhadap Permintaan Uang Elektronik (Volume Transaksi e-money) ………. 47

4.2.2 Interpretasi ………. 48

4.3 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik……… 49

4.3.1 Multikolinearitas……….. 49

4.3.2 Autokorelasi (serial correlation)………. 50

4.4 Uji Kesesuaian (Test of Goodness og Fit Test) ……… 51

4.4.1 Analisis Koefisien Determinasi (R-Squared) ………. 51

4.4.2 Uji F-statistik ……….. 52

4.4.3 Uji t-Statistik ……….. 53

4.4 Uji Kausalitas Granger ………. 54

4.4.1 Uji Akar-akar Unit (Unit Roots Test) ………. 54

4.4.2 Uji Kausalitas Granger (Granger Causality Test) …... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……… 59

5.2 Saran ………. 60

DAFTAR PUSTAKA ………... 62


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.1 Daftar Penerbit Uang Elektronik ……… 46

4.2 Hasil Regresi Berganda ……… 48

4.3 Hasil Uji Multikolinieritas ………... 50

4.4 Hasil Estimasi Uji Akar-akar Unit ………. 55


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

4.1 Perkembangan Jumlah dan Nilai Transaksi E-money

di Indonesia ………. 43 4.2 Perkembangan Jumlah Instrument E-money

di Indonesia ………. 45 4.3 Perkembangan PDB, JUB (M1), dan


(10)

ABSTRAK

ANALISIS PERMINTAAN UANG ELEKTRONIK (

E-MONEY

)

TERHADAP

VELOCITY OF MONEY

(PERPUTARAN UANG)

DI INDONESIA

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis variabel permintaan uang elektronik terhadap perputaran uang selama tahun 2007 hingga tahun 2012 dengan menggunakan data bulanan. Variabel yang diamati antara lain permintaan uang elektronik, JUB, dan PDB. Dalam menganalisis hubungan di antara variabel-variabel di atas, metode yang digunakan adalah metode OLS dan Uji Kausalitas dengan terlebih dahulu dilakukan uji akar-akar unit.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan Pada bahwa antara permintaan uang elektronik(volume transaksi e-money) dengan nilai velocity of money di Indonesia memiliki hubungan kausalitas satu arah, dimana tingkat volume transaksi emoney mempengaruhi nilai velocity of money dalam artian ketika permintaan akan uang elektronik semakin tinggi maka akan berpengaruh terhadap laju perputaran uang (velocity of money). Untuk variabel jumlah uang beredar (JUB) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang elektronik. Pada variabel produk domestic bruto memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang elektronik. Untuk variabel velocity memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang elektronik.


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang

Memasuki abad millenium, perkembangan teknologi dan informasi begitu adalah cepat dan berdampak pada banyak bidang. Otomotif, komunikasi, dan banyak bidang lainnya tidak terkecuali di perekonomian terkhusus pada sistem pembayaran.

Sistem pembayaran pertama kali menggunakan sistem barter, yaitu pertukaran suatu barang/komoditi dengan komoditi lain secara langsung sesuai dengan kebutuhan yang bersangkutan (Sri Mulyani,1988). Tetapi sistem ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan seperti tidak efisien dan tidak adanya kesepakatan standar mengenai nilai suatu barang. Dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut dan semakin berkembangnya perekonomian diperlukanlah suatu benda yang dapat digunakan sebagai alat tukar tetapi mempunyai nilai tetap dan dapat diterima masyarakat luas.

Uang merupakan alat yang akhirnya menjadi alat tukar mempunyai sejarah yang panjang. Bentuk uang pada awalnya merupakan suatu barang yang dapat disukai banyak orang dan jumlahnya pun terbatas. Perkembangan selanjutnya adalah logam dijadikan sebagai uang dalam bentuk, ukuran dan berat yang berbeda-beda yang disebut juga sebagai uang logam atau metalic money. Terbatasnya jumlah logam yang dapat digunakan untuk membuat uang, maka muncullah ide untuk menciptakan uang dari bahan kertas. Terciptanya uang kertas tidak langsung melenyapkan uang logam, melainkan uang kertas dan uang logam berdampingan dalam sistem pembayaran.


(12)

Sejalan perkembangan perekonomian dari waktu ke waktu, bentuk uang semakin bervariasi. Uang kertas dan uang logam yang juga disebut sebagai uang kartal kemudian dilengkapi dengan uang giral dalam bentuk cek dan giro. Uang kartal dan uang giral dapat juga disebut sebagai uang tunai, yaitu dapat langsung digunakan sebagaimana fungsi uang.

Perkembangan teknologi dan informasi sebagaimana dibahas di awal paragraf juga menciptakan kemajuan di bidang perekonomian terkhususnya sistem pembayaran. Semakin murahnya komputer serta meluasnya penggunaan internet didukung kondisi di abad ini yang menuntut keseluruhan sistem agar dapat bekerja secara efektif dan praktis membuat akhirnya memunculkan suatu inovasi dalam sistem pembayaran yang disebut dengan pembayaran secara elektronik. Pembayaran secara elektronik ini menggantikan alat pembayaran cek untuk membayar tagihan-tagihan baik bersifat mikro maupun ritel. Tidak hanya itu saja, bahkan akhir-akhir ini muncul suatu inovasi dalam bidang instrument pembayaran yang diciptakan untuk menggantikan alat pembayaran berupa uang tunai. Instrument pembayaran ini disebut e-money(electronic money). E-money dipercaya mempunyai kelebihan dibanding uang tunai seperti lebih cepat dan lebih mudah. Di masa depan uang elektronik (electronic money) akan menjadi fenomenal karena akan mempermudah transaksi, apalagi setelah semua pelaku bisnis dapat menerima pembayaran secara eleltronik. Tetapi tentu perkembangan teknologi ini juga akan menjadi ancaman bagi perkembangan pembayaran secara elektronik, karena semakin maraknya kejahatan berbasis teknologi.


(13)

menggunakan kartu debit. Perusahaan besar seperti Visa dan MasterCard juga telah menerbitkan kartu kredit dan kartu ATM yang juga dapat berfungsi sebagai kartu debit untuk pembayaran secara non-tunai atau elektrik.

Di Indonesia sendiri, penggunaan uang elektronik(e-money) ini dimulai di tahun 2007 tetapi masih diatur dalam pengaturan mengenai APMK (Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu). Bank Indonesia mencatat jumlah transaksi di tahun 2007 ada sekitar 586.046 transaksi dan di tahun 2008 meningkat sebanyak 2.560.591 transaksi. Kemudian di tahun 2009, Bank Indonesia sebagai lembaga yang mempunyai otoritas moneter mengeluarkan peraturan Bank Indonesia dengan no. 11/12/PBI/2009 Tentang Uang Elektronik (Electronic money). Peraturan ini menjadikan pengaturan mengenai Uang Elektronik terpisah dengan pengaturan mengenai Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu. Keluarnya PBI ini secara tidak langsung mengakibatkan melonjaknya jumlah transaksi uang elektronik mencapai 17 juta transaksi dengan nilai transaksi mencapai 500 milyar pada tahun 2009. Di tahun-tahun berikutnya jumlah instrument selalu meningkat dan di akhir tahun 2011, jumlah transaksi sudah mencapai 41 juta transaksi.

Dari data diatas terlihat bahwa perkembangan uang elektronik ini begitu cepat dan signifikan. Adanya peningkatan terhadap penggunaan uang elektonik berarti mengakibatkan adanya peningkatan terhadap pemintaan uang.

Dalam kajian BI mengenai e-money, Siti Hadayati dkk(2006) menilai bahwa penerbitan e-money dinilai sebagai salah satu faktor yang dapat merubah fungsi permintaan uang dan selanjutnya dapat menurunkan rata-rata jumlah uang tunai (average money holdings) yang dipegang oleh masyarakat. Penurunan


(14)

average money holdings ini mengakibatkan meningkatnya velocity of money atau semakin tingginya sirkulasi uang dalam perekonomian.

Percepatan uang (velocity of money) atau sering disebut percepatan saja merupakan sebuah konsep yang digunakan untuk menghitung jumlah uang beredar (M) yang dikaitkan dengan tingkat harga (P) dan ouput agregat (Y). Konsep ini diperkenalkan oleh seorang ekonom Amerika Serikat Irving Fisher dalam bukunya yang berjudul The Purcasing Power of Money.

Percepatan uang atau sering dilambangkan dengan huruf V dapat diartikan sebagai rata-rata jumlah berapa kali per tahun (perputaran) dari satu unit mata uang digunakan untuk membeli total barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian. Sederhananya bahwa percepatan menunjukkan berapa kali uang berpindah tangan dalam suatu periode tertentu.

Menurut Irving Fisher dalam Miskhin(2008) beralasan bahwa kalau masyarakat menggunakan kartu debit dan kartu kredit dalam melakukan transaksinya (termasuk juga menggunakan instrument e-money), maka akan semakin sedikit uang yang dibutuhkan untuk melakukan pembelian, maka semakin sedikit uang yang dibutuhkan untuk melakukan transaksi yang dihasilkan oleh pendapatan nominal akibatnya percepatan akan naik. Tetapi berlaku sebaliknya bahwa apabila pembelian lebih banyak menggunakan uang tunai atau cek, maka lebih banyak uang yang digunakan untuk melakukan transaksi yang dihasilkan oleh jumlah pendapatan nominal yang sama, dan percepatan akan turun.


(15)

Melihat permasalahan di atas, maka penulis ingin menganalisis lebih jauh mengenai permintaan uang elektonik dan hubungannya terhadap percepatan perputaran uang di Indonesia dengan judul : “ Analisis Permintaan Uang Elektronik (E-money) Terhadap Velocity of Money di Indonesia”

1.6 Perumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah dikemukakan dalam latar belakang diatas, maka ada rumusan masalah yang dapat diambil sebagai kajian dalam penelitian yang akan dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah penulisan skripsi ini. Selain itu, rumusan masalah ini diperlukan sebagai cara untuk mengambil keputusan dari akhir penulisan skripsi Adapun permasalahan yang dapat diambil sebagai dasar kajian dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana trend penggunaan uang elektronik (e-money) di Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh JUB, PDB dan velocity of money terhadap

permintaan uang elektronik di Indonesia?

3. Bagaimanakah hubungan permintaan uang elektronik terhadap Velocity of money (percepatan) di Indonesia?

1.7 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui trend penggunaan uang elektronik (e-money) di Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh JUB, PDB dan velocity terhadap permintaan uang elektronik di Indonesia.

3. Untuk menjelaskan hubungan permintaan uang elektronik terhadap velocity of money (percepatan) di Indonesia.


(16)

1.8 Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan bagi penulis dalam disiplin ilmu yang ditekuni penulis.

2. Sebagai tambahan informasi dan tambahan literature bagi masyarakat dan mahasiswa/I yang ingin melakukan penelitian selanjutnya

3. Sebagai tambahan informasi dan tambahan literatur bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya mahasiswa/i Departemen Ekonomi Pembangunan.

4. Sebagai bahan masukan atau kajian dan bahan perbandingan dalam mengambil keputusan oleh pihak yang berwenang.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Velocity of Money

2.1.1 Pengertian Velocity of Money

Dalam beberapa buku, velocity of money atau sering dilambangkan dengan huruf V, sering diartikan sebagai perputaran uang, ada juga yang mendefinisikan sebagai percepatan uang, atau ada juga yang mengartikan percepatan perputaran uang.

Menurut Drs. M. Manullang (1977) dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Teori Ekonomi Moneter”, yang dimaksud dengan V adalah kecepatan rata-rata tiap rupiah dalam sesuatu jangka waktu tertentu, jadi menyatakan berapa kali tiap-tiap rupiah dalam sesuatu jangka waktu tertentu berpindah dari tangan yang satu ke tangan yang lainnya. Dalam bukunya juga dinyatakan bahwa perobahan jumlah uang (M) member arah pengaruh yang sama dengan perobahan cepatnya peredaran uang (V) terhadap nilai uang dan harga barang. Bertambah cepatnya peredaran uang berarti berkurangnya permintaan terhadap uang, sebaliknya semakin lambatnya peredaran uang berarti naiknya permintaan terhadap uang.

Velocity of money (percepatan perputaran uang) adalah rata-rata jumlah berapa kali per tahun (perputaran) dari satu unit mata uang digunakan untuk membeli total barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian. (Miskhin, 2008).

Sedangkan dalam bukunya yang berjudul “Makroekonomi”, Mankiw (2006), mendefinisikan velocity of money dalam dua jenis, yaitu :


(18)

a. Perputaran uang transaksi (transactions velocity of money), yang diartikan sebagai berapa kali uang berpindah tangan dalam periode waktu tertentu dan mengukur tingkat dimana uang bersikulasi dalam perekonomian.

b. Perputaran pendapatan uang (income velocity of money), yang menyatakan bahwa berapa kali uang masuk ke dalam pendapatan seseorang dalam periode waktu tertentu.

Dalam kamus Bank Indonesia, velocity of money (kecepatan perputaran uang) didefinisikan sebagai besarnya kecepatan perputaran uang dalam perekonomian; merupakan cara untuk mengukur pendapatan nasional dibandingkan dengan perilaku pembelian dengan menggambarkan hubungan antara uang, pembelian barang, dan jasa; hal tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk perbandingan antara pendapatan nasional bruto terhadap uang yang tesedia untuk pembelian (persediaan uang).

2.1.2 Teori Kuantitas Uang 2.1.2.1 Persamaan Kuantitas

Salah satu tujuan seseorang memegang uang adalah untuk membeli jasa atau barang atau bisa disebut bertransaksi. Dalam bukunya Mankiw(2006) berpendapat bahwa semakin banyak uang yang dibutuhkan untuk bertransaksi, semakin banyak uang yang akan dipegang. Jadi, kuantitas uang dalam suatu perekonomian sangat erat kaitannya dengan jumlah uang yang digunakan dalam bertransaksi.

Hubungan antara uang dan transaksi ditunjukkan dalam persamaan berikut: Uang x Perputaran = Harga x Transaksi


(19)

Persamaan disebut juga Persamaan Kuantitas.

Sisi kanan dari persamaan identitas tersebut mencerminkan transaksi yang terjadi di dalam suatu perekonomian, dimana P adalah harga rata-rata (average price) dan T adalah jumlah transaksi yang terjadi di dalam perekonomian selama periode tertentu.

Sisi kiri dari persamaan di atas mencerminkan jumlah uang yang digunakan untuk melakukan transaksi yang dilakukan di dalam suatu perekonomian selama periode tertentu. M adalah kuntitas uang, sedangkan V adalah perputan uang transaksi (transaction velocity of money) untuk mengukur tingkat dimana uang bersikulasi dalam perekonomian.

Persamaan kuantitas adalah sebuah identitas: definisi dari empat variable membuatnya benar. Persamaan ini berguna karena menunjukan bahwa jika satu dari variabel-variabel itu berubah, satu atau lebih variable juga harus berubah untuk menjaga persamaan (Mankiw,2006).

Akan tetapi persamaan diatas mempunyai permasalahan, yaitu bahwa transaksi sulit untuk diukur. Maka Mankiew berpendapat bahwa untuk memecahkan permasalahan ini, jumlah transaksi T diganti menjadi menjadi output total dari perekonomian Y.

Transaksi dan output berkaitan dikarenakan semakin banyak perekonomian berproduksi maka semakin banyak pula barang/jasa dibeli atau dijual, namun keduanya tidaklah sama. Maka persamaanya menjadi :

Uang x Perputaran = Harga x Output M x V = P x Y


(20)

Karena Y juga merupakan pendapatan total, maka V dalam persamaan kuntitas versi ini menjadi perputaran pendapatan uang (income velocity of money). Perputaran pendapatan uang menyatakan berapa kali uang masuk ke dalam pendapatan seseorang dalam periode waktu tertentu.

2.1.2.2 Fungsi Permintaan Uang

Fungsi permintaan uang adalah persamaan yang menunjukkan apa yang menentukan kuantitas keseimbangan uang riil yang ingin ditahan orang. Sedangkan keseimbangan uang riil M/P (Real Money Balances) merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur (menganalisa) peranan uang di dalam perekonomian atau untuk mengukur daya beli uang di dalam perekonomian. Fungsi permintaan uang sederhana adalah

(M/P)d = kY,

Diman k adalah konstanta yang menyatakan berapa banyak uang yang ingin ditahan orang untuk setiap pendapatannya.

Fungsi permintaan uang ini menawarkan cara lain untuk memandang persamaan kuantitas. Untuk melihat hal ini, tambahkan kondisi yang menyebabkan keseimbangan uang riil (M/P)d harus sama dengan jumlah beredarnya M/P ke dalam fungsi permintaan uang. Karena itu,

M/P = kY Lalu persamaan diubah menjadi,

M(1/k) = PY Atau dapat juga ditulis menjadi,


(21)

dimana V=1/k. Persamaan ini menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara permintaan terhadap uang/fungsi permintaan uang terhadap perputaran uang(velocity of money). Ketika banyak orang ingin menahan banyak uang dari pendapatannya (k semakin besar), uang tidak sering berpindah tangan (V semakin kecil). Sebaliknya, ketika orang ingin sedikit menahan/memegang uang dari pendapatannya (k semakin kecil), maka uang akan sering berpindah tangan (V semakin besar).

2.1.4 Teori Velocity of Money

Ada perbedaan pendapat mengenai velocity of money antara kaum klasik dan antara kaum Keynesian, yaitu:

2.1.3.1 Teori Kaum Monetarists/Klasik

Kelompok ini diwakilkan oleh Irving Fisher, ekonom yang berasal Amerika. Irving Fisher membahas keterkaitan antara jumlah uang beredar M dan total pengeluaran dari barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian P x Y, dimana P adalah tingkat harga dan Y adalah output agregat (pendapatan). Konsep yang memfasilitasi keterkaitan antara M dan P x Y disebut sebagai percepatan uang atau Velocity of Money. Percepatan uang (velocity of money) dinyatakan secara lebih jelas sebagai pendapatan nominal (P x Y) dibagi dengan jumlah uang (M):

�= P x Y M

Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan M, kita mendapatkan persamaan pertukaran (equation of change), yang menghubungkan pendapatan nominal(PxY) dengan jumlah uang (M) dan percepatan (V) :


(22)

Persamaan pertukaran menyatakan bahwa jumlah uang dikalikan dengan jumlah berapa kali uang ini deigunakan dalam satu tahun tertentu harus sama dengan pendapatan nominal.

Irving Fisher beralasan bahwa percepatan ditentukan oleh intitusi di dalam perekomian yang memengaruhi cara individu di dalam perekonomian yang memengaruhi cara individu melakukan transaksi. Kalau masyarakat menggunakan kartu debit dan kartu kredit untuk melakukan transaksinya, maka penggunaan uang menjadi berkurang ketika melakukan pembelian, maka semakin sedikit uang yang dibutuhkan untuk melakukan transaksi yang dihasilkan oleh pendapatan nominal dan percepatan akan naik.

Sebaliknya, kalau dalam pembelian lebih mudah menggunakan uang tunai atau cek, maka lebih banyak uang yang digunakan untuk melakukan transaksi yang dihasilkan oleh jumlah pendapatan nominal yang sama, dan percepatan akan turun. Fisher berpendapat bahwa bentuk institusi dan teknologi dari suatu perekonomian hanya akan memengaruhi percepatan secara lambat sepanjang waktu, sehingga percepatan biasanya konstan dalam jangka pendek.

2.1.3.3Teori Kaum Keynesian

John M. Keynes mengabaikan pandangan kaum klasik mengenai percepatan adalah konstan dan mengembangkan teori permintaan uang yang dia sebut sebagai teori preferensi likuiditas. Dalam teori tersebut Keynes merumuskan ada tiga motif di balik permintaan akan uang ; motif transaksi, motif berjaga-jaga dan motif spekulasi.


(23)

Keynes juga menuliskan persamaan permintaan akan uang yang dikenal senagai fungsi preferensi likuiditas, yang menyatakan bahwa permintaan akan saldo uang riil Md/P adalah fungsi dari i dan Y :

��

� = � (�,�)

Dengan menurunkan fungsi preferensi likuiditas untuk percepatan PY/M, dapat dilihat bahwa teori Keynes mengenai permintaan akan uang mengimplikasikan bahwa percepatan tidaklah konstan, tetapi berfluktuasi dengan pergerakan suku bunga (Mishkin, 2008). Persamaan preferensi likuiditas dapat juga dituliskan sebagai :

� ��=

1 �(�,�)

Dengan juga mengalikan kedua sisi persamaan dengan Y dan mengganti Md dengan M karena keduanya sama pada saat keseimbangan pasar uang, dan diperoleh persamaan untuk percepatan sebagai berikut :

� = ��

� =

� �(�,�)

Teori preferensi likuiditas menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga akan menyebabkan percepatan juga akan naik.

Model permintaan uang Keynes mempunyai implikasi penting bahwa percepatan tidaklah konstan, tetapi berhubungan positif dengan suku bunga, yang berfluktuasi secara signifikan. Teori Keynes juga menolak bahwa percepatan adalah konstan, karena perubahan perkiraan masyarakat mengenai tingkat suku bunga normal akan menyebabkan pergeseran dalam permintaan akan uang yang juga dapat menyebabkan pergeseran percepatan (Mishkin, 2008).


(24)

2.2 Uang

2.2.1 Pengertian Uang

Beberapa tokoh atau penulis ekonomi pada masa lampau mendefinisikan uang sebagai alat pembayar atau penukar. Dalam bukunya, Drs. M. Manullang (1977) menjabarkan definisi uang dari beberapa tokoh, antara lain:

a. Robertson : “Money is something which is widely accepted in payments for goods”; yang artinya, “Uang adalah segala sesuatu yang umum diterima dalam pembayaran barang-barang.

b. A. C. Pigou : “money are those things that are widely used as a media for exchange”; yang artinya : “uang adalah segala sesuatu yang umum dipergunakan sebagai alat penukar.

c. R. S. Sayers : “money is something that is widely accepted for the settlements of debts”; yang artinya “uang adalah segala sesuatu yang umum diterima sebagai pembayar utang.

d. Rollin G. Thomas : “money is something that is good, services, and other valuaber assets, and for the payment of debts”; yang artinya : “ uang adalah segala sesuatu yang siap sedia dan pada umumnya diterima umum dalam pembayaran pembelian barang-barang, jasa-jasa dan untuk pembayar hutang.

Dan akhirnya Drs. M. Manullang memberi definisi uang sebagai berikut: “uang adalah segala sesuatu yang umum diterima sebagai alat penukar dan sebagai alat pengukur nilai, yang pada waktu bersamaan bertindak sebagai alat penimbun kekayaan”.


(25)

Dari definisi ini, beliau mengatakan bahwa segala sesuatu yang sudah memenuhi definisi ini sudah dianggap uang, baik itu terbuat dari logam, kertas atau benda lainnya yang sudah diterima oleh masyarakat sebagai alat penukar, pengukur nilai dan sebagai alat penimbun kekayaan.

Seiring perkembangan uang yang semakin pesat, definisi uang mempengaruhi jenis-jenis uang apa saja yang masuk dalam definisi tersebut (Sri Mulyani, 1988).

Miskhin (2008) mengungkapkan bahwa ekonom mendefinisikan uang sebagai sesuatu yang sacara umum diterima dalam pembayaran barang dan jasa atau pembayaran atas utang. Tetapi definisi ini masih sangat sederhana. Diperlukan definisi yang lebih kompleks dan lebih luas. Sedangkan menurut Mankiw (2006), uang adalah persediaan asset yang dapat dengan segera digunakan untuk melakukan transaksi.

2.2.2 Uang Beredar

Menurut Mankiw (2006), pengertian jumlah uang beredar (JUB) secara sederhana ialah jumlah uang yang tersedia. Dalam perekonomian yang menggunakan uang komoditas, jumlah uang beredar adalah jumlah dari komoditas itu. Dalam perekonomian yang menggunakan uang atas-unjuk, seperti sebagain perekonomian dewasa ini, pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar: peraturan resmi memberi pemerintah hak untuk memonopoli pencetakan uang. Kontrol atas jumlah uang beredar disebut kebijakan moneter. Di Indonesia, kebijakan moneter didelegasikan kepada Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia.


(26)

Para ekonom klasik (tapi tidak semua) condong untuk mengartikan uang beredar sebagai currency, karena uang inilah yang benar-benar merupakan daya beli yang langsung bisa digunakan (dibelanjakan) dan oleh karena itu langsung mempengaruhi harga-harga barang. Yang termasuk dalam pengertian currency sebagai uang beredar bahkan tidak semua uang kertas dan uang logam, tetapi hanya uang kertas dan uang logam yang ada di tangan masyarakat umum (di luar bank dan kas negara). Alasannya adalah bahwa hanya uang tunai yang dipegang masyarakat umumlah yang biasanya langsung dibelanjakan barang dan jasa, sedangkan uang tunai di lemari besi bank maupun di kantor-kantor kas negara tidak terkait langsung dengan “pasar barang”.

Pengertian uang beredar sebagai uang kartal tersebut sudah semakin ditinggalkan dengan semakin berkembangnya peranan bank dalam perekonomian. Sekarang sudah banyak dari masyarakat umum yang menyimpan uang tunainya di bank-bank, demi keselamatan atau untuk kemudahan-kemudahan lain, dalam bentuk rekening koran atau rekening giro. Bagi si pemilik rekening koran/giro tersebut, sebenarnya tidak ada bedanya antara uang kertas yang ia pegang dan uang yang ia simpan di bank berupa saldo rekening koran/giro, karena sewaktu-waktu ia bisa mengambil kembali uang tersebut untuk dibelanjakan barang dan jasa yang dibutuhkannya hanya dengan menulis cek. Di negara-negara maju sebagian besar dari pembelian barang dan jasa dibayar dengan cek. Oleh sebab itu, saldo rekening koran/giro mempunyai status yang sama dengan currency dan haruslah dimasukkan dalam pengertian “uang beredar”. Saldo rekening koran/giro yang dimiliki oleh masyarakat disebut uang giral atau demand deposits. Sedang


(27)

plus demand deposits) disebut uang dalam arti sempit atau narrow money, dan untuk ini biasanya digunakan simbol M1.

M1 = currency (uang kartal) + Demand deposit (uang giral)

Seperti halnya dengan definisi uang beredar dalam arti yang paling sempit yaitu currency, maka uang giral hanya mencakup saldo rekening koran/giro milik masyarakat umum yang disimpan di bank. Sedangkan saldo rekening koran milik bank pada bank lain atau pada bank sentral ataupun saldo rekening koran milik pemerintah pada bank atau bank sentral tidak dimasukkan dalam definisi demand deposits.

Di beberapa Negara, cek bagi para pelancong, yang disebut traveller’s checks, yang dipegang oleh masyarakat dimasukkan ke dalam definisi M1. Di berbagai negara maju, dan mulai kelihatan pula di kota-kota besar di Indonesia, sekarang sudah dipakai apa yang disebut kartu kredit atau credit cards. Kartu kredit ini secara prinsip seharusnya juga termasuk dalam M1. Dalam praktek jumlahnya masih kecil dan disamping itu masih sulit untuk memonitor perkembangan plafond kartu kredit.

Pengertian M1 bahwa uang beredar adalah daya beli yang langsung bisa digunakan untuk pembayaran bisa diperluas dan mencakup alat-alat pembayaran yang mendekati uang, misalnya deposito berjangka (time deposits) dan simpanan tabungan (savings deposits) pada bank-bank. Uang yang disimpan dalam bentuk deposito berjangka dan tabungan ini sebenarnya adalah juga daya beli potensial bagi pemiliknya, meskipun tidak semudah uang tunai atau cek untuk menggunakannya. Sekarang, kebanyakan ekonom berpendapat bahwa selain M1, harus pula diamati perkembangan M2, yang diartikan sebagai M1 plus deposito


(28)

berjangka dan saldo tabungan milik masyarakat pada bank-bank, karena perkembangan M2 ini juga bisa mempengaruhi perkembangan harga, produksi dan keadaan ekonomi pada umumnya.

M2 = M1 + Time Deposit + Savings Deposits

Masyarakat menempatkan uangnya dalam time deposits atau saving deposits karena simpanan ini memberikan bunga. M2 juga disebut uang beredar dalam arti luas atau broad money.

Sebenarnya ada beberapa variasi mengenai definisi M2 ini. Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, hanya time deposits yang kecil saja yang dimasukkan dalam M2, sedang yang besar tidak (time deposits yang kecil adalah yang besarnya kurang dari $100.000). Definisi M2 yang berlaku umum untuk semua negara tidak ada, karena hal-hal khas masing-masing negara perlu dipertimbangkan. Di Indonesia, M2 biasanya mencakup semua tipe deposits dan saving deposit Rupiah pada bank-bank (tidak tergantung besar kecilnya simpanan), tetapi tidak mencakup time deposits dan saving deposits mata uang asing (Dolar).

Definisi uang beredar yang lebih luas lagi adalah M3, yang mencakup semua tipe deposits dan saving deposits, besar-kecil, Rupiah atau dollar milik penduduk pada bank atau lembaga keuangan non-bank. Seluruh time deposits dan saving deposits ini disebut uang kuasi atau quasi money.

M3 = M1 + quasi money

Di negara yang menganut sistem devisa bebas (artinya setiap orang boleh memiliki dan memperjualbelikkan devisa secara bebas), seperti di Indonesia,


(29)

memang sedikit sekali perbedaan antara time deposits dan saving deposits dalam Rupiah dan dalam dolar.

2.2.3 Fungsi Uang

Ada 4 fungsi uang pada umumnya : a) Uang sebagai alat tukar

Fungsi uang sebagai alat tukar memudahkan masyarakat untuk melaksanakan transaksi. Fungsi ini menghilangkan perlunya ada kesamaan keinginan dalam transaksi barter. Unsur kepercayaan sangatlah penting karena melandasi pemilihan “barang” apa yang bisa digunakan sebagai uang.

b) Uang sebagai alat penyimpan nilai/daya beli

Fungsi ini terkait usaha manusia dalam mengumpulkan kekayaan. Pemegangan uang merupakan salah satu cara untuk menyimpan kekayaan. Syarat utama untuk ini adalah bahwa uang harus bisa menyimpan daya beli atau nilai. Karena pada saat inflasi tinggi, nilai merosot cepat, maka orang pun enggan memegang uang.

c) Uang sebagai standar/satuan nilai

Fungsi ini ,memungkinkan seluruh barang/jasa dinilai dengan satuan uang. Dengan demikian masyarakat tidak perlu lagi menghafal sampai ribuan nilai tukar yang dilakukan pada masa perekonomian barter. Fungsi ini tidak dapat dipisahkan dari fungsi sebagai alat tukar, tetapi hanya dapat dibedakan.


(30)

d) Uang sebagai standar pembayaran di masa mendatang

Fungsi ini terkait dengan pinjam-meminjam atau transaksi kredit. Dalam hubungan ini, uang merupakan salah satu cara menghitung pembayaran masa depan.

2.2.4 Jenis-jenis Uang

Jenis-jenis uang dibagi dalam berdasarkan nilai, bahan, kawasan, dan lembaga penerbit.

2.2.4.1 Jenis uang berdasarkan Nilai

a. Uang bernilai penuh (full bodied money), merupakan uang yang nilai intrinsiknya sama dengan nilai nominalnya, misalnya uang logam.

b. Uang Tidak Bernilai Penuh (representative full bodied money), merupakan uang yang nilai intrinsiknya lebih kecil dari nominalnya, seperti uang kertas. Uang jenis ini sering disebut uang bertanda atau token money.

2.2.4.2 Jenis Uang Berdasarkan Bahan

a. Uang Logam, merupakan uang dalam bentuk koin yang terbuat dari logam, misalnya aluminium, emas, perak, perunggu, dan bahan lainnya. b. Uang Kertas, merupakan uang yang terbuat dari kertas, plastik, atau bahan

lainnya. Uang jenis ini biasanya bernominal tinggi, dan berkualitas tinggi sehingga tidak mudah robek dan luntur.

2.2.4.3 Jenis Uang Berdasarkan Kawasan

a. Uang Lokal, berlaku di suatu Negara tertentu, seperti Rupiah di Indonesia atau Ringgit di Malaysia.


(31)

c. Uang Internasional, merupakan uang yang berlaku antarnegara dan menjadi standard pembayaran internasional, seperti US dollar.

2.2.4.4 Jenis Uang Berdasarkan Lembaga Penerbit

a. Uang Kartal, merupakan uang yang diterbitkan oleh Bank Sentral, baik uang logam maupun uang kertas.

b. Uang Giral, merupakan uang yang diterbitkan oleh Bank Umum, seperti cek, bilyet giro, traveler’s check, atau credit card.

2.2.5 Motif Memegang Uang

Menurut Keynes, ada 3 motif mengapa orang memegang uang, antara lain:

a. Motif Transaksi, yaitu kebutuhan uang untuk meningkatkan transaksi dan

memenuhi kebutuhan hidup artinya semakin tinggi tingkat transaksi maka semakin tinggi kebutuhan masyarakat akan uang.

b. Motif Berjaga-jaga, yaitu mengantisipasi keadaan masa depan yang penuh

ketidakpastian (uncertainty), maka perlu mempersiapkan dengan sejumlah uang untuk berjaga-jaga seandainya menghadapi masalah seperti sakit, meninggal, kecelakaan, bencana alam dan sebagainya.

c. Motif Spekulasi, yaitu mengambil pilihan bentuk kekayaan yang memberikan keuntungan baik secara finansial maupun sosial.

2.2.6 Evolusi Sistem Pembayaran

Fungsi dan bentuk uang mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal ini dapat kita lihat melalui evolusi sistem pembayaran (payments system). Dalam bukunya, Miskhin berpendapat bahwa evolusi sistem pembayaran yang dimaksud ialah cara bagaimana transaksi dilakukan dalam perekonomian. Sistem pembayaran telah berubah sepanjang waktu, demikian pula dengan bentuk uang.


(32)

Pada awalnya, emas digunakan sebagai alat pembayaran utama kemudian asset kertas seperti cek dan uang kertas mulai digunakan untuk sistem pembayaran dan dianggap sebagai uang. Miskhin juga berpendapat bahwa sistem pembayaran berujung pada memiliki makna penting terhadap bagaimana uang akan didefinisikan di masa mendatang.

Diawali dari uang komoditas (commodity money), dimana uang terbuat dari logam berharga atau komoditas berharga lainnya; misal, emas atau perak. Dari zaman dahulu uang komoditas dijadikan sebagai alat pembayaran utama di kalangan masyarakat kecuali masyarakat yang primitif. Tentu terdapat kelemahan atau permasalahan yang muncul dari uang komoditas ini. Selain berat, uang komoditi juga sulit untuk dibawa dalam jumlah besar. Terlebih kalau terjadi transaksi yang mempunyai nilai besar.

Kemudian muncullah uang berbentuk kertas yang dinamakan uang fiat (fiat money). Uang fiat berarti uang kertas yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai alat pembayaran yang sah tetapi tidak dapat dikonversikan ke dalam bentuk koin atau logam berharga. Kelebihan dari uang koin adalah bentuknya yang lebig ringan. Tetapi uang kertas dapat diterima sebagai alat pembayaran jika ada kredibilitas dari otoritas yang menerbitkan uang kertas tersebut. Sama seperti uang koin, kelemahan dari uang kertas adalah mudah dicuri dan cukup mahal untuk dibawa dalam jumlah besar.

Maka untuk mengatasi permasalahan dari kelemahan-kelemahan alat pembayaran sebelumnya, muncullah cek, yaitu suatu tahapan baru dalam evolusi sistem pembayaran. Cek juga merupakan suatu hasil dari perkembangan


(33)

Pengertian cek sendiri adalah suatu instruksi dari pihak pertama ke Bank pihak pertama untuk mengirimkan uang dari rekening pihak pertama ke rekening pihak kedua ketika pihak kedua tersebut menyetorkan cek yang diterimanya. Cek menutupi kelemahan uang logam dan uang kertas, yaitu mahalnya jika dibawa dalam jumlah besar. Bentuk cek hanya sehelai kertas yang dapat memungkinkan terjadinya transaksi dalam jumlah besar tanpa harus membawa sejumlah besar mata uang. Penemuan cek adalah suatu inovasi yang dapat meningkatkan efisiensi sistem pembayaran. Keuntungan lain dari cek adalah dapat mengurangi kerugian seandainya cek tersebut dicuri, dan karena cek memberikan bukti pembelian dengan nyaman.

Tetapi terdapat juga permasalahan/kelemahan dari cek. Pertama, dibutuhkannya waktu untuk memberikan cek dari pihak pertama ke pihak kedua jika mereka berada di tempat yang berbeda, terlebih dengan kondisi membutuhkan pembayaran dengan cepat. Kedua, tingginya biaya administrasi dalam proses pencairan cek.

Tahapan evolusi sistem pembayaran berikutnya adalah pada zaman teknologi yang sudah mulai maju dan berkembang, yaitu pada saat ini. Meluasnya penggunaan internet dan juga semakin murahnya computer memunculkan pembayaran secara elektronik. Apalagi biayanya tidaklah terlalu mahal dan sangat efisien. Beberapa bentuk dari pembayaran secara elektronik adalah E-Banking dan E-money. E-banking memudahkan nasabah dalam bertransaksi. Tidak perlu ngantri di kantor cabang, tidak perlu biaya prangko untuk mengirim cek. Nasabah hanya tinggal membuka computer dan meng-klik saja, maka transaksi sudah


(34)

selesai. Terlebih sekarang muncul yang disebut dengan SmartPhone, jadi bisa melakukan transaksi dimana saja dan kapan saja.

Bentuk kedua dari pembayaran secara elektronik ialah e-money (uang elektronik). Uang elektronik akan menggantikan posisi dari uang tunai dari sistim pembayaran. Bentuk dari e-money adalah kartu yang terdapat chips di dalamnya. Uang elektronik memudahkan masyarakat untuk berbelanja tanpa harus membawa uang tunai dalam jumlah besar. Hanya tinggal membawa kartu, menggesek maka transaksi selesai. Tidak perlu ada kembalian, karena jumlah pembelian langsung dipotong dari saldo yang ada di kartu. Tetapi terdapat kelemahan dari alat pembayaran e-money yang berakibat uang tunai masih dipakai di masyarakat, yaitu pertimbangan pribadi masyarakat akan keamanan, baik keamanan dari uang yang didalamnya maupun data atau informasi dari nasabah. Karena sekarang ini sudah banyak kejahatan berbasis teknologi yang disebut cyber crime.

2.3 Electronik Money

2.3.1 Pengertian Elektronik Money

Menurut pengertian yang dikeluarkan Bank for International Settlement (BIS) dalam suatu Kajian E-money oleh Siti Hidayati dkk(2006),

stored-value or prepaid products in which a record of the funds or value available to a consumer is stored on an electronic device in the consumer’s possession

(produk stored-value atau prepaid dimana sejumlah nilai uang disimpan dalam suatu media elektronis yang dimiliki seseorang).


(35)

a. diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada penerbit;

b. nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip;

c. digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit uang elektronik tersebut; dan

d. nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.

2.3.2 Ketentuan lain E-money

Beberapa ketentuan-ketentuan lain dari e-money yang terdapat di Peraturan Bank Indonesia (PBI) NOMOR: 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY)

a. Nilai Uang Elektronik adalah nilai uang yang disimpan secara elektronik pada suatu media yang dapat dipindahkan untuk kepentingan transaksi pembayaran dan/atau transfer dana.

b. Prinsipal adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang bertanggung jawab atas pengelolaan sistem dan/atau jaringan antar anggotanya, baik yang berperan sebagai penerbit dan/atau acquirer, dalam transaksi Uang Elektronik yang kerjasama dengan anggotanya didasarkan atas suatu perjanjian tertulis.

c. Penerbit adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang menerbitkan Uang Elektronik.


(36)

d. Acquirer adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang melakukan kerja sama dengan pedagang, yang dapat memproses data Uang Elektronik yang diterbitkan oleh pihak lain.

e. Pemegang adalah pihak yang menggunakan Uang Elektronik.

f. Pedagang (merchant) adalah penjual barang dan/atau jasa yang menerima transaksi pembayaran dari Pemegang.

g. Pengisian Ulang adalah penambahan Nilai Uang Elektronik pada Uang Elektronik.

h. Dana Float adalah seluruh Nilai Uang Elektronik yang diterima Penerbit atas hasil penerbitan Uang Elektronik dan/atau Pengisian Ulang yang masih merupakan kewajiban Penerbit kepada Pemegang dan Pedagang. i. Tarik Tunai adalah fasilitas penarikan tunai atas Nilai Uang Elektronik

yang dapat dilakukan setiap saat oleh Pemegang.

j. Penyelenggara Kliring adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang melakukan perhitungan hak dan kewajiban keuangan masing-masing Penerbit dan/atau Acquirer dalam rangka transaksi Uang Elektronik.

k. Penyelenggara Penyelesaian Akhir adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang melakukan dan bertanggungjawab terhadap penyelesaian akhir atas hak dan kewajiban keuangan masing-masing Penerbit dan/atau Acquirer dalam rangka transaksi Uang Elektronik berdasarkan hasil perhitungan dari Penyelenggara Kliring.


(37)

2.3.3 Kelebihan dan kelemahan E-money

Beberapa kelebihan dari Uang Elektronik(e-money)

a. Cepat dan nyaman. Dibandingkan dengan uang tunai, tentu e-money lebih cepat dan lebih nyaman khususnya untuk transaksi yang bernilai kecil. Nasabah tidak perlu lagi membawa uang pas dan menyimpan kembalian. b. Proses transaksi lebih singkat daripada menggunakan kartu kredit ataupun

kartu debit karena prosesnya tidak memerlukan otorisasi on-line, tanda tangan maupun PIN. Juga menghemat biaya komunikasi karena proses off-line.

c. Pengisian ulang electronic value ke dalam kartu e-money dapat dilakukan dalam berbagai sarana yang disediakan oleh issuer.

Sedangkan kelemahan/resiko dari e-money antara lain :

a. Keamanan. Berkembangnya teknologi, juga dimanfaatkan oleh para penjahat teknologi (cyber crime). Uang yang terdapat dalam kartu e-money dapat hilang karena dicuri. Hilangnya uang elektronik tidak menjadi tanggung jawab penerbit.

b. Resiko kebingungan. Belum semua nasabah/pengguna memahami dengan jelas pnggunaan uang elektronik dikarenakan rumitnya peraturan yang mengaturnya.

2.7 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang menggunakan variabel e-money ataupun velocity of money telah banyak dilakukan antara lain :

1. Tammy dan Michael Parker (2008) mengadakan penelitian tentang elektronik banking di Finlandia dan pengaruhnya terhadap velocity of


(38)

money. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat dampak terhadap velocity atas kemajuan teknologi perbankan yang terjadi di Finlandia. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa terjadi penurunan terhadap kecepatan perputaran uang (velocity of money) atas kemajuan teknologi perbankan. Ini diakibatkan masyarakat masih nyaman dan merasa lebih efisien untuk memegang uang tunai ataupun giro.

2. Abednego Priyatama dan Apriansah (2010) mengadakan penelitian tentang hubungan korelasi antara e-money dengan velocity of money. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antaratingkat penggunaan uang elektronik, jumlah uang beredar dan bagaimana pengaruh terhadap perputaran uang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa rasio penggunaan uang tunai masih lebih tinggi dari uang elektonik. Dan terjadi peningkatan terhadap kecepatan perputaran uang akibat peningkatan penggunaan uang elektronik.

3. Claudio Sardoni dan Alessandro Verde (2002) dengan judul penelitiannya THE ‘IT REVOLUTION’ AND THE MONETARY SYSTEM: ELECTRONIC MONEY AND ITS EFFECTS ( Revolusi Teknologi Informasi dan Sistem Moneter: Uang Elektronik dan dampaknya). Penelitian ini berfokus kepada peran dan pengaruh uang elektronik terhadap sistem kebijakan moneter. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa dampak uang elektronik sebagai bagian dari revolusi teknologi informasi menjadi ancaman serius bagi Bank Sentral dan kebijakan moneter, maka dari itu diperlukan semacam pembaharuan terhadap karakteristik uang elektronik. Penelitian ini juga


(39)

4. Dr. Zeinab Mohamed El-Gawady melakukan penelitian tentang E-money dan hubungannya dengan kebijakan palitik di Mesir dengan judul penelitian “RELATIONSHIP BETWEEN E-MONEY AND MONETARY POLICY IN EGYPT”. Penelitian ini bertujuan menguji bagaimana meluasnya penggunaan uang digital dapat mempengaruhi bank sentral di berbagai bidang seperti kebijakan moneter, pengawasan perbankan dari sistem pembayaran, dan stabilitas sistem keuangan. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa penyebaran E-money yang bergantung pada pertumbuhan dan peningkatan kemajuan teknologi akan berdampak langsung terhadap control kebijakan moneter bank sentral kecuali bank sentral memasukkan e-money kedalam agregat moneter dan mengatur pertumbuhan dan penggunaanya. 2.8 Kerangka Konseptual

Secara teoritis, pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam penelitian ini adalah :

1. Peningkatan PDB menandakan meningkatnya pendapatan di masyarakat. Dan adanya peningkatan pendapatan masyarakat mengakibatkan meningkatnya pendapatan perseorangan.

2. Meningkatnya pendapatan masyarakat memancing keingintahuan masyarakat untuk memahami produk keuangan, misalnya: kartu kredit, Visa, e-money, dll.

3. Bank Indonesia sebagai lembaga yang mengambil kebijakan moneter, merespon kebutuhan masyarakat akan produk keuangan yang up to date dengan melihat bermunculannya produk keuangan yang baru di masyarakat. Respon ini berupa pengadaan produk keuangan yang


(40)

disebut e-money (electronic money) atau dapat didefinisikan sebagai uang eektronik.

4. Uang elektronik dapat digunakan untuk bertransaksi dimana para pelaku transaksi tidak harus membawa uang tunai. Hanya menggunakan kartu yang diberi chip dan bisa langsung digunakan. Semakain banyak masyarakat yang menggunakan produk keuangan ini tentu berakibat pada menurunnya peredaran uang tunai(uang kartal) di masyarakat.

5. Penurunan uang kartal (uang tunai) dan meningkatnya pendapatan masyarakat yang dilihat lewat peningkatan PDB akan menyebabkan velositas atau kecepatan perputaran uang semakin tinggi. Karena nilai velositas didapat dari membagikan nilai PDB dengan jumlah uang beredar, yang dalam penelitian ini menggunakan M1.


(41)

Peningkatan pendapatan masyarakat

Pemahaman masyarakat akan produk keuangan

Pengadaan produk keuangan

E-money

Berkurangnya jumlah uang beredar (M1)

Meningkatnya Velocity of money

Adapun gambarannya dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pemasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:

1. Bahwa trend penggunaan uang elektronik (e-money) di Indonesia dari tahun 2007-2012 meningkat.

2. JUB (M1) mempunyai pengaruh positif terhadap permintaan uang elektronik di Indonesia

Variasi produk keuangan


(42)

3. PDB mempunyai pengaruh positif terhadap permintaan uang elektronik di Indonesia.

4. Velocity of money mempunyai pengaruh positif terhadap uang elektronik di Indonesia.

5. Terdapat hubungan dua (2) arah antara permintaan e-money terhadap velocity of money.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang menganalisis dampak penerbitan uang elektronik (electronic money) terhadap percepatan perputaran uang (velocity of money) di Indonesia adalah analisis deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subyek penelitian. Sementara penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan hipotesis yang berkaitan dengan fenomena lain.

3.2 Batasan Operasional

Penelitian ini menganalisis dampak dari penerbitan e-money terhadap velocity of money atau perputaran uang yang terjadi di Indonesia. Adapun variabel dependennya adalah velocity of money (perputaran uang), dan variabel independennya adalah e-money (uang elektronik)

3.4Definisi Operasional

1. Velocity of money atau yang diartikan sebagai berapa kali uang berpindah tangan dalam periode waktu tertentu dan mengukur tingkat dimana uang bersikulasi dalam perekonomian. Dalam penelitian ini, velocity of money dihitung dengan membagikan PDB dengan jumlah uang beredar (M1). 2. E-money merupakan produk stored-value atau prepaid dimana sejumlah


(44)

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah Volume transaksi e-money.

3. PDB merupakan total nominal dari jumlah yang dikeluarkan untuk membeli barang dan jasa dalam tahun itu, dalam penelitian ini menggunakan PDB nominal. Penentuan PDB bulanan dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi atas PDB triwulanan. Hal ini dilakukan untuk mengakomodasi ketidaksediaan data PDB bulanan yang dipublikasikan oleh Biro Pusat Statistik (BPS). Dalam melakukan interpolasi data, penulis menggunakan program Eviews 5.1 dengan menggunakan metode quadratic match average.

4. Jumlah uang beredar adalah jumlah uang giral dan uang kartal Rupiah yang beredar, yaitu M1.

3.4 Skala Pengukuran Variabel

1. Velocity of money diukur dengan proksi ����1.

2. E-money diukur dengan Volume Transaksi uang elektronik 3. Jumlah Uang Beredar diukur dengan formula pengukuran Rupiah.

4. PDB (Produk Domestik Bruto) diukur dengan formula pengukuran Rupiah.

3.5 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk runtut waktu (time series) yaitu data yang dikumpulkan dari suatu individu untuk beberapa tahun. Data yang digunakan adalah bulanan selama kurun waktu April


(45)

3.6 Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini menggunakan metode penelitian kepustakaan yang berasal dari publikasi Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia berupa tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, artikel, dan laporan–laporan penelitian ilmiah lainnya.

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan program E-views dalam pengolahan datanya dengan terlebih dahulu melakukan pemindahan data yang diperoleh ke dalam softwere Microsoft Excel untuk memperoleh penginputan data pada proses selanjutnya pada program E-Views. Penelitian ini menggunakan dua metode yakni metode analisis Regresi Linier Berganda dan Granger Causality Test. Analisis Regresi Linier Berganda dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel terikat (volume transaksi e-money) dengan variabel bebas (PDB, JUB(M1), velocity of money). Sedangkan analisis Granger Causality test untuk melihat hubungan timbal balik (causality) antara volume transaksi e-money terhadap velocity of money. Dalam kaitannya dengan metode Granger Causality test, maka pengujian terhadap perilaku data runtun waktu time series dan integrasinya dapat dipandang sebagai uji prasyarat bagi digunakanya metode tersebut.

3.7.1 Regresi Linier Berganda

Metode analisis linier berganda digunakan dimana terdapat dua atau lebih variabel bebas ( X1, X2 dan X3) dengan variabel terikat (Y).

Model persamaan yang digunakan dalam menganalisis data ini adalah : � = �+ �11+ �22+ �33+ �


(46)

Dimana :

Y : permintaan uang elektronik (volume transaksi e-money) � : konstanta

X1 : PDB X2 : JUB (M1) X3 : velocity of money �1 : koefisien regresi X1

�2 : koefisien regresi X2

�3 : koefisien regresi X3

µ : error term

3.7.2 Uji Akar Unit Uji Stasioneritas (Unit Root Test)

Uji akar unit dari dickey Fuller maupun Phillips-Perron adalah untuk melihat stasioneritas data time series yang diteliti dengan menggunakan Eviews versi 5.1. Adapun dari uji Augmented Dickey Fuller (ADF) dapat dinyatakan sebagai berikut :

DYt = a0 + Yt-1 + iDYt-1+1 + t (1) Sedangkan untuk uji Phillip-Perron (PP) adalah :

DYt = at + Yt-1 + t (2)

Dimana :

D = perbedaan atau differensi

Y = variabel yang diamati pada tingkat periode tertentu β = operasi kelambanan waktu


(47)

yang diperoleh dari nilai t hitung koefisien dan dengan nilai kritis statistik dari Mackinnon maka data tersebut stasioner dan sebaliknya maka data tidak stasioner. 3.7.3 Uji Kaualitas Granger (Granger Causality Test)

Pengujian ini dilakukan untuk melihat hubungan kausalitas antara volume transaksi e-money dan velocity of money, sehingga dapat diketahui kedua variabel tersebut secara statistik saling mempengaruhi (hubungan dua arah), memiliki hubungan searah atau sama sekali tidak saling mempengaruhi. Berikut ini metode Granger Causality Test seperti berikut ini:

Emoneyt = ∑��=�iEmoneyt-i + ∑��=�jVelocityt-j + µt (5)

Velocityt = ∑��=�iVelocityt-i + ∑��=�jEmoneyt-j + vt (6)

Dimana :

Emoney = volume transaksi e-money velocity = nilai percepatan perputaran uang µ, v = error of term

Dimana µt dan vt adalah error terms yang diasumsikan tidak mengandung korelasi parsial dan m = n = r = s. Berdasarkan hasil regresi linear diatas akan menghasilkan empat kemungkinan mengenai nilai koefisien-koefisien regresi dari persamaan adalah sebagai berikut :

1. Jika ∑��=1 bj ≠ 0 dan ∑��=1 dj = 0

Maka terdapat kausalitas satu arah Emoney ke Velocity 2. Jika ∑��=1 bj = 0 dan ∑��=1 dj ≠ 0

Maka terdapat kausalitas satu arah dari Velocity ke Emoney 3. Jika ∑��=1 bj = 0 dan ∑��=1 dj = 0


(48)

4. Jika ∑��=1 bj ≠ 0 dan ∑��=1 dj ≠ 0

Maka terdapat kausalitas dua arah antara Emoney dan Velocity. 3.8 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Ada beberapa permasalahan yang akan terjadi dalam model regresi linier yang dapat mengganggu model yang telah ditentukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpuan yang diambil dari persamaan yang terbentuk. Untuk itu diperlukan uji penyimpangan asumsi klasik, yang terdiri dari :

3.8.1 Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah alat yang digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang kuat (kombinasi) diantara independen variabel. Cara mendeteksi masalah multikolinieritas dapat dilakukan dengan dua cara, yakni :

a. Korelasi antar variabel. b. Menggunakan korelasi parsial. 3.8.2 Autokorelasi

Autokorelasi terjadi apabila error term (µ) dari periode waktu yang berbeda berkorealasi atau dapat juga dikatakan adanya hubungan atau korelasi antara residual yang sekarang dengan masa lalu.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi, seperti

a. uji Durbin Watson (uji – DW), dan b. uji Langrange Multiplier (LM Test).


(49)

3.9 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) 3.9.1 Koefisien Determinasi (R-squared)

Koefisien determinasi (R-squared) dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independent secara bersama mampu member penjelasan terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi (R-squared) yaitu angka yang menunjukkan besarnya kemampuan varians atau penyebaran dari variabel-variabel independen yang menerangkan variabel-variabel dependen atau angka yang menunjukkan seberapa besar variabel dependen dipengaruhi oleh variabel-variabel independennya.

Berdasarkan nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0<R2<1), dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependennya.

3.9.2 Uji t-statistik

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen, dengan menganggap variabel dependen lainnya konstan. Adapun hipotesis dalam uji ini adalah sebagai berikut :

�0 ∶ �� = 0

�1 ∶ �� ≠ 0

Dimana � adalah koefisien variabel independen ke-i adalah parameter hipotesis, biasanya β dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi terhadap Y bila thitung > ttable maka tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak. Hal ini


(50)

berarti bahwa variabel dependen yang diuji berpengaruh secara signifikan terhadap variabel independen.

Nilai t-hitung dapat diperoleh dengan rumus : �ℎ����� =

(�1− �) (��)

dimana:

�� : koefisien variabel independen ke-i

� : nilai hipotesis nol

��� : simapanan baku dari variabel independen ke-i

Kriteria pengambilan keputusan :

�0 ∶ � = 0 H0 diterima (thitung < ttabel), artinya variabel independen

secara parsial tidak berpengaruh secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen �1 ∶ � ≠0 H1 diterima (thitung > ttabel), artinya variabel independen

secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

3.9.3 Uji F-statistik

Uji F ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen mampu secara bersama-sama mempengaruhi peningkatan variabel dependen.

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut :

�0:�1 = �2 = �3 =�4 = �5 =……….�� = 0 (tidak ada pengaruh)


(51)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-statistik dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus:

�ℎ����� = �

2/(� −1)

(1− �2)/(� − �)

dimana:

R2 : koefisien determinasi k : jumlah variabel independen n : jumlah sample

Kriteria pengambilan keputusan :

�0: �1 = �2 =…�� = 0 H0 diterima (Fhitung<Ftabel), artinya variabel

independen secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

�1:�1 ≠ �2 ≠…��≠ 0 H1 diterima (Fhitung>Ftabel), artinya variabel

independen secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.


(52)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Sejarah E-Money di Dunia

Tahun 1914 merupakan tahun kelahiran kartu kredit konsumen pertama yang dikeluarkan oleh Western Union. Juga pada tahun 1918 ketika Bank Sentral Amerika Serikat pertama kali pindah rekening melalui telegraf.

Pada tahun 1950, Diners Club mengeluarkan kartu kredit pertama yang dapat diterima oleh banyak pedagang yang berbeda. Itulah uang plastik pertama kali digunakan pada tahun 1950 oleh Diners Club yang kemudian Amerika Express meluncurkan kartu pembayaran mereka di Amerika Serikat. Setelah itu, kurang lebih 100 bank mulai mengeluarkan kartu pembayarannya. Sedangkan kartu kredit pertama kali diterbitkan di Inggris pada tahun 1966.

Meluasnya penggunaan mata uang elektronik tidak akan bisa terjadi kalau bukan karena Automated Clearinghouse (ACH) yang didirikan oleh Federal Reserve AS pada tahun 1972 yang menyediakan AS Treasury dan untuk memeriksa pengolahan bank komersial dengan sebuah alternatif elektronik. Sistem serupa muncul di Eropa sekitar waktu yang sama, sehingga mata uang elektronik telah banyak digunakan di seluruh dunia pada tingkat kelembagaan untuk lebih dari dua dekade.

Pada saat ini Sistem Pembayaran di hampir semua mata uang deposito di perbankan dunia ditangani secara elektronik melalui serangkaian jaringan komputer antar bank.


(53)

4.1.2 Perkembangan E-money di Indonesia

Indonesia melalui Bank Indonesia mulai mengkaji penggunaan uang elektronik pada tahun 2000. Kemudian dilanjutkan pengkajian lanjutan pada tahun 2006 yang membahas mengenai operasionalitas uang elektronik yang dilihat dari berbagai aspek, baik teknis maupun non-teknis.

Ketertarikan para pelaku pasar dan beberapa institusi untuk mengembangkan sistim pembayaran ini direspon Bank Indonesia sebagai penyenggara alat pembayaran di Indonesia dengan mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.7/52/PBI tahun 2005 tentang Penyelengaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu yang didalamnya juga mengatur mengenai keberadaan e-money tersebut. Melihat perkembangannya, maka Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No. : 11/ 12 /PBI/2009 Tentang Uang Elektronik (Electronic Money). Peraturan ini dikeluarkan dikarenakan terdapat perbedaan antara e-money dan alat pembayaran lainnya yang menggunakan kartu.

Tahun 2007, Bank Indonesia mulai mendata penggunaan uang elektronik ( e-money) baik itu jumlah transaksinya maupun nominal dari transaksi tersebut. Dimulai pada bulan April tahun 2007, jumlah transaksi uang elektronik mencapai 16 ribu lebih transaksi dengan nilai transaksi mencapai 210,37 juta rupiah. Sedangkan pada tahun 2007 total transaksi uang elektronik mencapai 586 ribu transaksi dengan nilai 5,267 milliar rupiah. Grafik 4.1 menunjukkan perkembangan Jumlah dan Nilai transaksi E-money selama tahun 2007-2012.


(54)

Sumber : Bank Indonesia

Gambar 4.1

Perkembangan Jumlah dan Nilai Transaksi E-money di Indonesia

Berdasarkan grafik 4.1 terlihat bahwa jumlah transaksi e-money dari tahun ke tahun terus meningkat. Diikuti juga peningkatan nilai transaksi e-money dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah transaksi terbesar terjadi dari tahun 2008 ke tahun 2009 mencapai kenaikan sebesar 581%, lebih besar dari peningkatan jumlah transaksi yang terjadi dari tahun 2007 ke tahun 2008 yang mengalami kenaikan sebesar 337%. Setelah tahun 2009 pertumbuhan transaksi e-money tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya dan cenderung masih lesu. Total di tahun 2012 terdapat kurang lebih 100 juta transaksi terjadi dan mencapai total nilai transaksi sebesar 2 triliun rupiah.

Sedangkan pada grafik 4.2, terlihat perkembangan jumlah instrument dari uang elektronik antara tahun 2007-2012. Dari tahun ke tahun selalu meningkat. Tahun 2009 merupakan tahun kenaikan yang paling drastis dari tahun sebelumnya. Ini dikarenakan pada tahun inilah peraturan dan surat edaran

0,00 50000,00 100000,00 150000,00 200000,00 250000,00 300000,00

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

Okt-06 Feb-08 Jul-09 Nop-10 Apr-12Agust-13

Volume Nilai ( juta Rp)


(55)

yang jelas mengenai uang elektronik dan masyarakat mulai mengenal yang namanya uang elektronik. Setelah tahun 2009, persentase kenaikan jumlah instrument uang elektronik hampir sama. Grafik 4.2 menunjukkan perkembangan Jumlah Instrument Uang Elektronik selama tahun 2007-2012.

Sumber : Bank Indonesia

Gambar 4.2

Perkembangan Jumlah Instrument E-money di Indonesia

Perkembangan uang elektronik tentu juga tidak lepas dari factor banyaknya perusahaan yang menerbitkan uang elektronik. Berdasarkan data yang dikeluarkan Bank Indonesia, saat ini terdapat 17 Perusahaan baik Swasta maupun perusahaan pemerintah, baik itu bank ataupun perusahaan seluler yang memberikan layanan e-money. Table 4.1 menunjukkan daftar penerbit uang elektronik.

-5.000.000 10.000.000 15.000.000 20.000.000 25.000.000

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah Instrument

E-money

Jumlah Instrument E-money


(56)

Tabel 4.1

Daftar Penerbit Uang Elektronik D a ft a r Pe n e r bit Ua n g Ele k t r on ik N o. N a m a Pe n e r b it

1 BPD DKI JAKARTA 2 BANK MANDI RI 3 BANK CENTRAL ASI A

4 PT. TELEKOMUNI KASI I NDONESI A 5 PT. TELEKOMUNI KASI SELULAR 6 BANK MEGA

7 PT. SKYE SAB I NDONESI A 8 PT. I NDOSAT

9 BANK NEGARA I NDONESI A 10 BANK RAKYAT I NDONESI A 11 PT. XL AXI ATA

12 PT. FI NNET I NDONESI A

13 PT. ARTAJASA PEMBAYARAN ELEKTRONI S 14 BANK PERMATA

15 BANK CI MB NI AGA

16 PT. NUSA SATU I NTI ARTHA 17 PT. BANK NATI ONALNOBU

Sumber : Bank Indonesia

Tetapi pada dasarnya perkembangan uang elektronik masih jauh dari harapan pemerintah yang sekarang ini mulai memasuki era less cash society. Hal ini terlihat dari IndoTelko Forum yang melakukan survey kepada dua ribu responden di beberapa kota besar yang mengaku mampunyai telepon selular dan rekening tabungan. Kesimpulan hasil survey ialah bahwa pemahaman masyarakat tentang uang elektronik masih simpang siur, kemudian masih banyaknya masyarakat yang ragu untuk menggunakan layanan ini karena berbagai alasan dan yang menjadi alasan yang utama adalah keamanan transaksi dari layanan ini. 4.1.3 Perkembangan Velocity of Money (Perputaran uang)


(57)

4.3 menunjukkan perkembangan PDB, jumlah uang beredar (M1) dan perputaran uang (velocity of money) selama tahun 2007-2012.

Sumber : Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik Gambar 4.3

Perkembangan PDB, JUB (M1), dan Velocity of money di Indonesia

Perkembangan perputaran uang dari tahun ke tahun dipengaruhi oleh perkembangan PDB serta jumlah uang beredar (M1). Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa perputaran uang terus berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada akhir tahun 2007, perputaran uang di Indonesia mengalami penurunan paling drastis, begitu juga di akhir tahun 2012. Sedangkan pada pertengahan tahun 2010 tingkat perputaran uang mengalami perputaran tertinggi.

4.2 Analisis Data dan Pembahasan

4.2.1 Regresi Linier PDB, JUB (M1), dan Velocity terhadap Permintaan Uang Elektronik (Volume Transaksi e-money)

Untuk mendapatkan hasil regresi berganda antara variabel independen(PDB, JUB, dan Velocity) dengan variabel dependen(permintaan e-money) maka digunakan data sekunder yang bersumber dari BI dan BPS yang dicatat dari tahun

0 200 400 600 800 1.000 1.200 0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000

Okt-06 Feb-08 Jul-09 Nop-10 Apr-12 Agust-13

PDB JUB


(58)

2007-2012 dalam bentuk bulanan dan diolah menggunakan metode OLS (ordinary least square).

Tabel 4.2

Hasil Regresi Berganda

Variabel Koefisien Standard

Error t-statistik Probalitas

C -95.71144 6.053949 -15.80975 0.0000

JUB 3.059771 1.631024 1.875982 0.0651

PDB 3.486376 1.659453 2.100920 0.0395

Velocity 6.544826 1.686954 3.879670 0.0002 R-Squared

Adjusted R-suared F-statistik

D-W stat

0.941672 0.938980 349.7962 0.453442

Variabel dependen : permintaan e-money (volume transaksi e-money) Sumber : lampiran 5.

Dari hasil regresi diatas, dapat dibentuk model hasil estimasi sebagai berikut : Y = -95.71144261 + 3.059771092X1 + 3.486376453X2 + 6.544825819X3

4.2.2 Interpretasi

Berdasarkan hasil regresi di atas, dapat digunakan untuk menganalisis overall test dan partial test. Kemudian dari model persamaan tersebut dapat dijelaskan pengaruh variabel independen (variabel bebeas), yaitu jumlah uang beredar (M1), PDB, dan velocity of money terhadap permintaan uang elektronik di Indonesia. Berikut hasil analisis dan interpretasi dari model persamaan di atas : A. Jumlah Uang Beredar/M1 (X1)


(59)

uang elektronik di Indonesia sebesar 3,06. Hal ini berarti apabila jumlah uang beredar mengalami peningkatan sebesar 1 persen, cateris paribus, maka akan mendorong peningkatan permintaan uang elektronik di Indonesia sebesar 3,06 persen (ceteris paribus).

B. Produk Domestik Bruto (X2)

Berdasarkan hasil estimasi di atas dapat dilihat bahwa variabel PDB memiliki tanda koefisien regresi yang positif sebesar 3,48 terhadap permintaan uang elektronik di Indonesia. Hal ini menunjukkan apabila tingkat PDB mengalami peningkatan sebesar 1 persen (cateris paribus), maka akan terjadi peningkatan permontaan uang elektronik di Indonesia sebesar 3,48 persen selama kurun penelitian (cateris paribus).

C. Velocity of Money

Berdasarkan hasil estimasi di atas dapat dilihat bahwa variabel velocity of money memiliki tanda koefisien regresi yang positif sebesar 6,54 persen terhadap perkembangan permintaan uang elektronik di Indonesia. Hal ini menunjukkan apabila tingkat velocity of money mengalami peningkatan sebesar 1 persen (cateris paribus), maka akan mendorong peningkatan permintaan uang elektronik di Indonesia sebesar 6,54 persen selama kurun waktu 2007-2012.

4.3 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 4.3.1 Multikolinearitas

Uji multikoliearitas digunakan untuk mengetahui apakah di dalam model regresi yang digunakan terdapat korelasi yang sempurna diantara variabel-variabel yang menjelaskan variabel-variabel independen.


(60)

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dapat dilakukan dengan cara melihat korelasi antar variabel. Metode ini membandingkan korelasi antar masing-masing variabel independen. Dengan melihat koefisien korelasi antar variabel independen, dapat diputuskan apakah terdapat multikolinearitas. Hasil pengujian multikolinearitas menggunakan uji korelasi dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinieritas

JUB PDB Velocity

JUB 1 0.966164797193152 0.0851496943850312

PDB 0.966164797193152 1 0.304703549577522

Velocity 0.0851496943850312 0.304703549577522 1

Berdasarkan table hasil analisis uji multikolinearitas di atas terlihat bahwa terdapat nilai koefisien korelasi tinggi (di atas 0,80) maka diduga terdapat masalah multikolinearitas.

4.3.2 Autokorelasi (serial correlation)

Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi antar observasi runtun waktu dalam satu variabel. Jika terjadi korelasi antar residual dengan residual yang lain, maka model mengandung masalah autokorelasi. Salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah metode uji Durbin-Watson (DW).

Cara mendeteksi masalah autokorelasi dengan menggunakan DW test idalah dengan membandingkan nilai DWhitung dengan DW table dengan aturan sebagai berikut:


(61)

3. Bila dU < DW < 4-dU; berarti tidak ada korelasi positif maupun negatif. 4. Bila 4-dU ≤ DW ≤ 4-dL ; kita tidak bisa mengambil kesimpulan

apa-apa.

5. Bila DW > 4-dL ; berarti ada korelasi negatif.

Nilai DWhitung sendiri dapat dilihat dari hasil regresi pada table ***, yakni sebesar 0,45. Sementara nilai-nilai table yang diperoleh pada tingkat signifikansi (α=5%), k=3 dan n=69 adalah sebagai berikut :

1. dU = 1,70 2. dL = 1,52 3. 4-dU = 2,30 4. 4-dL = 2,48

Dari hasil yang diperoleh maka terlihat bahwa nilai DW < dL (0,45<1,70). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif yang artinya model ini mengandung masalah autokorelasi.

4.4 Uji Kesesuaian (Test of Goodness og Fit Test) 4.4.1 Analisis Koefisien Determinasi (R-Squared)

Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel *** di atas, diperoleh nilai Koefisien Determinasi (R2) sebesar 94,17 persen yang berarti secara keseluruhan variabel bebas yang ada dalam persamaan tersebut cukup mampu menjelaskan variasi permintaan uang elektronik di Indonesia untuk kurun waktu 2007-2012 dan sisanya sebesar 5,83 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut.

Selanjtunya bila dianalisis secara lebih mendalam dengan melihat variabel bebasnya secara simultan (bersamaan), maka pengaruh variabel bebas dalam


(62)

persamaan tersebut terhadap permintaan uang elektronik di Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan.

4.4.2 Uji F-Statistik

Pengujian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut:

a. Hipothesis :

�0:�1 = �2 =�3 = �4 =�5 =……….�� = 0 (tidak signifikan)

�1: �1 ≠ �2 ≠ �3 ≠ �4 ≠ �5 ≠………...�� ≠ 0 (signifikan)

b. V1 = k =3 V2 = n-k-1 = 65 c. α=1%

d. F-tabel = 4,098 e. Kriteria pengujian :

 H0 diterima apabila F-hitung < F-tabel (α=1%)

 H1 diterima apabila F-hitung > F-tabel (α=1%) f. F-hitung = 349.7962

g. Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa F-hitung > F-tabel (349.7962>4,098), artinya H1 diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel JUB(M1), PDB dan velocity of money secara keseluruhan (bersama-sama) mempengaruhi permintaan uang elektronik pada tingkat kepercayaan 99%.


(1)

Jul-10 2279.353 1653802 539746 3.064038126

Aug-10 2243.698 1673186 555495 3.012062855

Sep-10 1999.368 1684713 549941 3.063443392

Oct-10 2446.354 1669312 555549 3.004796557

Nov-10 2326.155 1679431 571337 2.939474873

Dec-10 2898.167 1695998 605411 2.801399086

Jan-11 2844.018 1727539 604169 2.859364264

Feb-11 2339.473 1750608 585890 2.987945923

Mar-11 3216.17 1773729 580601 3.054988391

Apr-11 3108.815 1791058 584634 3.063555128

May-11 3162.917 1818671 611791 2.972699973

Jun-11 3085.833 1850721 636206 2.908996964

Jul-11 3703.291 1910413 639688 2.986475959

Aug-11 3399.868 1933936 662806 2.917800382

Sep-11 3472.472 1944493 656096 2.963732848

Oct-11 3937.939 1915865 665000 2.880999783

Nov-11 4120.12 1920158 667587 2.876266398

Dec-11 4669.233 1931152 722991 2.671059375

Jan-12 4543.445 1954449 696323 2.806813526

Feb-12 5726.752 1974642 683253 2.890059861

Mar-12 6990.613 1997334 714258 2.79637626

Apr-12 7483.775 2026889 720924 2.811516167

May-12 8587.215 2051306 749450 2.737081465

Jun-12 8632.104 2074947 779416 2.662182089

Jul-12 9821.733 2110494 771792 2.734536675

Aug-12 8491.618 2123077 772429 2.748571723

Sep-12 9471.354 2125375 795518 2.671687458

Oct-12 9977.6182 2117390 774983 2.732176572

Nov-12 10636.7 2099121 801403 2.619308023


(2)

Lampiran 2. Data Jumlah Instrument

E-money

di Indonesia

Tahun Jumlah Instrument

E-money

2007 165,193

2008 430,801

2009 3,016,272

2010 7,914,018

2011 14,299,726


(3)

Lampiran 3. Hasil Uji Akar Unit Volume Transaksi

E-money

Null Hypothesis: D(EMONEY) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.668126 0.0000 Test critical values: 1% level -3.531592

5% level -2.905519 10% level -2.590262 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(EMONEY,2) Method: Least Squares

Date: 12/26/13 Time: 18:39 Sample (adjusted): 3 69

Included observations: 67 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(EMONEY(-1)) -1.191165 0.123205 -9.668126 0.0000 C 182715.8 54654.56 3.343103 0.0014 R-squared 0.589835 Mean dependent var -6092.149 Adjusted R-squared 0.583524 S.D. dependent var 647453.2 S.E. of regression 417833.4 Akaike info criterion 28.75295 Sum squared resid 1.13E+13 Schwarz criterion 28.81876 Log likelihood -961.2238 F-statistic 93.47266 Durbin-Watson stat 1.878697 Prob(F-statistic) 0.000000


(4)

Lampiran 4. Hasil Uji Akar Velocity of Money

Null Hypothesis: D(VELOCITY) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 7 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.356252 0.0009 Test critical values: 1% level -3.544063

5% level -2.910860 10% level -2.593090 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(VELOCITY,2) Method: Least Squares

Date: 12/26/13 Time: 18:45 Sample (adjusted): 10 69

Included observations: 60 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(VELOCITY(-1)) -2.048567 0.470259 -4.356252 0.0001 D(VELOCITY(-1),2) 0.846081 0.435791 1.941482 0.0577 D(VELOCITY(-2),2) 0.842279 0.403174 2.089122 0.0417 D(VELOCITY(-3),2) 0.718844 0.349556 2.056451 0.0449 D(VELOCITY(-4),2) 0.373102 0.290736 1.283300 0.2052 D(VELOCITY(-5),2) 0.229869 0.239265 0.960727 0.3412 D(VELOCITY(-6),2) 0.533067 0.188108 2.833844 0.0066 D(VELOCITY(-7),2) 0.410278 0.125681 3.264443 0.0020 C 0.003645 0.010710 0.340319 0.7350 R-squared 0.733498 Mean dependent var 0.000101 Adjusted R-squared 0.691694 S.D. dependent var 0.149018 S.E. of regression 0.082743 Akaike info criterion -2.008684 Sum squared resid 0.349163 Schwarz criterion -1.694533 Log likelihood 69.26053 F-statistic 17.54605 Durbin-Watson stat 1.559264 Prob(F-statistic) 0.000000


(5)

Lampiran 5. Hasil Regresi Linier Berganda

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 12/30/13 Time: 10:57 Sample: 1 69

Included observations: 69

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -95.71144 6.053949 -15.80975 0.0000 M 3.059771 1.631024 1.875982 0.0651 N 3.486376 1.659453 2.100920 0.0395 X 6.544826 1.686954 3.879670 0.0002 R-squared 0.941672 Mean dependent var 13.90953 Adjusted R-squared 0.938980 S.D. dependent var 1.708204 S.E. of regression 0.421964 Akaike info criterion 1.168431 Sum squared resid 11.57351 Schwarz criterion 1.297945 Log likelihood -36.31087 F-statistic 349.7962 Durbin-Watson stat 0.453442 Prob(F-statistic) 0.000000


(6)

Lampiran 6. Hasil Uji Multikolinearitas

JUB PDB Velocity

JUB 1 0.966164797193152 0.0851496943850312 PDB 0.966164797193152 1 0.304703549577522 Velocity 0.0851496943850312 0.304703549577522 1

Lampiran 7. Hasil Uji Kausalitas Granger

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 12/31/13 Time: 04:12 Sample: 1 69

Lags: 9

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability VELOCITY does not Granger Cause EMONEY 60 0.72844 0.68037 EMONEY does not Granger Cause VELOCITY 2.60501 0.01771