BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Faktor-Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Remaja Menggunakan Narkoba (Studi Deskriptif : Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan penyalahgunaan narkoba merupakan permasalahan serius.

  Permasalahan ini tidak hanya menjadi masalah nasional dan beberapa negara saja. Akan tetapi permasalahan penyalahgunaan narkoba sudah menjadi permasalahan dunia. Banyak kasus yang menunjukkan akibat dari permasalahan tersebut telah banyak menyebabkan kerugian, baik materi maupun non materi. Kejadian tersebut bisa saja seperti kasus perceraian, perampokan, pembunuhan atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian.

  Menurut United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC) tahun 2006, pemakaian narkotika di dunia sebanyak 162,4 juta orang pada tahun 2008, diperkirakan terjadi peningkatan 4 % penyalahgunaan narkotika di seluruh dunia, dari 200 juta orang pada tahun 2006 menjadi 208 juta orang pada tahun 2007. Jumlah pengguna diperkirakan akan terus meningkat sampai dengan 2013, dari 24 % pengguna ditahun 2004 menjadi 28 % ditahun 2013. (Badan Narkotika Nasional dan Pusat Penelitian Universitas Indonesia, 2008).

  Di Indonesia, Permasalahan penyalahgunaan narkoba pada akhir tahun ini kian hari kian meningkat saja, terbukti dengan semakin banyaknya pemberitaan-pemberitaan melalui media. Baik itu di media massa maupun di media elektronik, yang hampir setiap hari memberitakan tentang penangkapan para pelaku penyalahgunaan narkoba oleh aparat keamanan. Data yang diperoleh dari Gerakan Nasional Anti Narkoba (Granat) menyatakan, sepanjang tahun 2012 terdapat sebanyak 26.458 kasus penyalahgunaan narkoba yang terdiri dari: 17.620 kasus narkotika, 1.599 kasus psikotropika, serta 7.239 kasus zat adiktif. Sementara, jumlah tersangka yang terkait kasus narkoba ini mencapai 32.743 orang. Di lain sisi, Gerakan Nasional Anti Narkoba (Granat) mencatat sebanyak 50 orang per hari meninggal akibat narkoba.

  Hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan pusat kesehatan Universitas Indonesia pada tahun 2008 juga mencatat angka prevalensi nasional (penyalahgunaan narkoba) adalah 1,99% dari jumlah penduduk Indonesia (3,6 juta jiwa) dan pada tahun 2015 akan mengalami kenaikan menjadi 2,8% (5,1 juta jiwa)). Hal tersebut menjadi salah satu penyebab Indonesia tidak lagi menjadi negara transit akan tetapi sudah menjadi negara pasar narkoba yang besar apalagi dengan harga yang tinggi (great market, great price), sehingga Indonesia semakin rawan menjadi surga bagi para sindikat narkoba (BNNP-Sumut,2013) .

  Saat ini juga sudah muncul 250 jenis narkoba baru masuk ke Indonesia dimana terdata jumlah pengguna narkoba mencapai empat juta orang dan sebagian besar usia produktif.

  Indonesia disinyalir berada diperingkat keempat terbesar pengguna narkoba di dunia dan setiap tahun jumlahnya terus meningkat. BNN juga merilis data kelompok berusia 10-20 tahun sebagai pengguna aktif dan terjadi peningkatan 2,5 persen pengguna baru dimana setiap tahun peningkatan satu persen pengguna baru.

  Pada tahun 2013, Entimasi kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan narkoba +_ Rp. 57 triliun. Yang terdiri dari komponen biaya private dan biaya sosial, sehingga secara global penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba semakin mempengaruhi segenap sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Indonesia yang semula hanya menjadi negara transit atau tempat pemasaran dan peredaran sekarang sudah meningkat menjadi salah satu negara tujuan bahkan merupakan negara eksportir atau negara produsen (BNNP-Sumut,2013).

  Pada dasarnya peredaran narkotika di Indonesia apabila ditinjau dari aspek yuridis adalah sah keberadaannya. Undang-Undang Narkotika hanya melarang penggunaan narkotika tanpa izin oleh undang-undang yang dimaksud. Keadaan inilah dalam kenyataan empiris pemakaiannya sering disalahgunakan, dan tidak untuk kepentingan kesehatan tapi lebih jauh daripada itu, yakni dijadikan sebagai objek bisnis dan berdampak pada kegiatan merusak mental, baik fisik maupun psikis generasi muda.

  Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah memberi perlakuan yang berbeda bagi pelaku penyalahgunaan narkotika, sebelum undang-undang ini berlaku tidak ada perbedaan perlakuan antara pengguna, pengedar, bandar, maupun produsen narkotika. Pengguna atau pecandu narkotika di satu sisi merupakan pelaku tindak pidana, namun di sisi lain merupakan korban. Pengguna atau pecandu narkotika menurut undang- undang sebagai pelaku tindak pidana narkotika adalah dengan adanya ketentuan Undang- Undang Narkotika yang mengatur mengenai pidana penjara yang diberikan pada para pelaku penyalahgunaan narkotika. Kemudian di sisi lain, pecandu narkotika tersebut merupakan korban adalah ditunjukkan dengan adanya ketentuan bahwa terhadap pecandu narkotika dapat dijatuhi vonis rehabilitasi (Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika).

  Salah satu kelompok yang rentan untuk ikut terbawa arus adalah para remaja. Masa remaja merupakan seorang anak yang mengalami perubahan cepat dalam segala bidang, menyangkut perubahan tubuh, perasaan, kecerdasan, sikap sosial dan kepribadian. Mereka mudah dipengaruhi karena didalam diri remaja tersebut banyak perubahan dan tidak stabilnya emosi cenderung menimbulkan perilaku yang nakal. Demikian pula mereka yang berusia 21 tahun sampai 25 tahun, menurut Dr. Zakiah Daradjat walaupun dari perkembangan jasmani dan kecerdasan telah betul-betul dewasa dan emosinya juga sudah stabil, namun dari segi kematangan agama dan ideologi masih dalam proses pemantapan (Supramono, 2004: 4).

  Remaja pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga seringkali ingin mencoba-coba, berkhayal, dan merasa gelisah, serta berani melakukan pertentangan jika dirinya merasa disepelekan atau tidak dianggap. Untuk itu, mereka sangat memerlukan keteladanan, konsistensi, serta komunikasi yang tulus dan empati dari orang dewasa.

  Seringkali remaja melakukan perbuatan-perbuatan menurut normanya sendiri karena terlalu banyak menyaksikan ketidakkonsistenan dimasyarakat yang dilakukan oleh orang dewasa.

  Hal ini berpengaruh terhadapat tingkah laku remaja antara lain merokok, seks bebas, berjudi, mabuk sampai mengkonsumsi narkoba (Asrori:2008:60).

  Dalam perspektif psikologi perkembangan masa remaja memang masa yang berbahaya, karena pada masa ini seorang mengalami masa transisi atau peralihan dari masa kehidupan anak-anak menuju kedewasaan yang sering ditandai dengan krisis kepribadian. Perubahan fisik dan psikis yang sangat cepat menyebabkan kegelisahan-kegelisahan internal, misalnya perubahan peranan, timbul rasa tertekan, dorongan untuk mendapatkan kebebasan, kegoncangan emosional, rasa ingin tahu yang menonjol, adanya fantasi yang berlebihan, ikatan kelompok yang kuat dan krisis identitas (http//www.bkkbn.co.id, diakses pada 04

  Januari 2014. pukul 20.50).

  Secara sosiologis, remaja umumnya memang amat rentan terhadap pengaruh- pengaruh eksternal. Karena proses pencarian jati diri, mereka mudah sekali terombang- ambing, dan masih merasa sulit menentukan tokoh panutannya. Remaja juga mudah terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat di sekitarnya. Karena kondisi kejiwaan yang labil dan remaja mudah terpengaruh. Mereka cenderung mengambil jalan pintas dan tidak mau pusing-pusing memikirkan dampak negatifnya. Di berbagai komunitas dan kota besar metropolitan, jangan heran jika hura-hura, seks bebas, menghisap ganja dan adiktif lainnya cenderung mudah menggoda para remaja.

  Kondisi keluarga mempunyai pengaruh pada terjadinya penyalahgunaan narkoba pada remaja. Dalam hal ini kondisi keluarga ditandai dengan keutuhan keluarga, kesibukan orangtua, hubungan interpersonal antar keluarga, dapat merupakan faktor yang berperan serta pada penyalahgunaan narkoba. Keluarga yang tidak mengenal Tuhan, tidak harmonis atau mempunyai tuntutan yang terlalu tinggi, tidak ada pendidikan keluarga, tidak ada dorongan dan bimbingan bagi anak-anaknya, tidak mengenal rasa cinta dan kasih sayang, kurang perhatian keluarga salah satu faktor penyebab anak atau remaja akan membingungkan dirinya dan bisa menjadikan si remaja menjadi nakal dan dapat juga mengkonsumsi narkoba

  (Mastauli, 2007:44).

  Teman sebaya juga mempunyai pengaruh yang dapat mendorong atau mencetuskan penyalahgunaan narkoba pada diri seseorang. Pada banyak kasus, perkenalan pertama dengan narkoba biasanya justru datang dari teman. Teman sebaya ini bisa merupakan teman sekolah, teman sepermainan dan di lingkungan masyarakat, sesama anggota dari klub, kelompok atau geng tertentu yang rata-rata memiliki usia, karekteristik, permasalahan dan pola pikir yang hampir sama. Pengaruh teman ini sangat sukar untuk dilepaskan, karena dapat menciptakan keterikatan dan kebersamaan dalam diri remaja. Pengaruh teman ini tidak hanya dirasakan pada saat perkenalan pertama pada narkoba, melainkan juga menyebabkan seorang remaja tetap menggunakan atau mengalami kekambuhan (relapse).

  Apapun bentuk ekspresi kejiwaan remaja yang diperlukan adalah tempat penyaluran yang sehat, kebutuhan efektifitas sosial, melakukan sosialisasi kelompok yang memenuhi kebutuhan aktualisasi dirinya. Mereka ingin dianggap kehadirannya dalam wujud apresiasif dan butuh penghargaan. Apabila hal ini tidak terwujud maka penyaluran potensi dirinya itu terlepas dalam bentuk kenakalan (http//bkkbn.co.id ,diakses pada, 04 Januari 2014. pukul 21.00).

  Sebanyak 22 persen pengguna narkoba di Indonesia berasal dari kalangan pelajar. Jumlah tersebut menempati urutan kedua terbanyak setelah pekerja yang menggunakan narkoba. Hal tersebut diungkapkan Deputi Pencegahan Badan Narkotika Nasional (BNN) Yeppi Manafe saat acara Diseminasi Informasi dalam rangka P4GN Bagi Kalangan Pelajar di Auditorium Radio Republik Indonesia (RRI) Kota Semarang. Menurut dia, pelajar menempati urutan kedua pengguna terbesar narkoba setelah pekerja yang berjumlah 70 persen. 22 persen pelajar serta sisanya dari kalangan lain. Namun setelah kami melakukan penelitian kembali, ternyata dari 70 persen pengguna di kalangan pekerja tersebut merupakan pemakai lanjutan, artinya sejak menjadi pelajar mereka sudah menggunakan narkoba.

  Hasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan, prevalensi penyalahgunaan narkoba di lingkungan pelajar mencapai 4,7 persen dari jumlah pelajar dan mahasiswa atau sekitar 921.695 orang. Dari jumlah tersebut, 61 persen di antaranya menggunakan narkoba jenis analgesik dan 39 persen jenis ganja, amphetamine, ekstasi dan lem.

  Pada Tahun 2011, siswa SMP pengguna narkoba berjumlah 1.345 orang. Tahun 2012 naik menjadi 1.424 orang, sedangkan pengguna baru pada Januari-Febuari Tahun 2013 tercatat 262 orang. Dikalangan SMA, pada Tahun 2011 tercatat ada 3.817 orang, tahun berikutnya menjadi 3.410 orang. Adapun kasus Tahun 2013 tercatat sebanyak 519 orang.

  Berdasarkan data-data yang telah ada sebelumnya, menunjukkan tiap tahun angka penyalahgunaan narkoba di Indonesia semakin meningkat aja. Ini membuat Indonesia tidak hanya menjadi tempat transit, akan tetapi Indonesia sekarang ini telah menjadi produsen terbesar narkoba. Indonesia saat ini mempunyai impian untuk bisa bebas dari Narkoba pada tahun 2015, namun kenyataannya banyak pihak yang telah meragukan impian tersebut. Untuk mewujudkan impian Indonesia bebas dari narkoba, diperlukan usaha-usaha dalam mencegah penyalahgunaan semakin meningkat dengan memperbaiki hukum yang ada dan juga semakin meningkatkan kewaspadaan terhadap para bandar narkoba. Usaha-usaha tersebut juga bisa saja melibatkan para pihak penyuluh untuk bisa memberikan informasi bahaya narkoba kepada semua lapisan masyarakat khususnya para remaja dan mengajak para orangtua yang mempunyai anak pengguna narkoba untuk mau membawakan anaknya ke panti rehabilitasi yang telah disediakan pihak pemerintah maupun pihak swasta untuk memudahkan para pengguna narkoba mendapatkan pemulihan dari ketergantungan narkoba.

  Usaha untuk mengatasi permasalahan penyalahgunaan narkoba memang merupakan hal yang tidak mudah untuk dilaksanakan. Akan tetapi demi Negara, Bangsa dan Tanah Air, yaitu Republik Indonesia tercinta, maka tantangan ini hendaknya dihadapi, walaupun keadaan sangat sulit. Sebagaimana yang telah terjadi di Tiongkok, pada zaman kegelapan, karena bangsa Inggris menggunakan candu untuk menghancurkan bangsa yang besar itu. Beruntunglah pada masa itu di Tiongkok masih ada pecinta bangsa dan negara, ditambah kaum inteleknya menyadari akan hal itu, sehingga dengan berani mengadakan gerakan- gerakan menghadapi penjajah perusak moral dan bangsa itu dengan mengadakan gerakan- gerakan perlawanan (Yanny, 2003:2).

  Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap penyalahgunaan narkoba di Indonesia telah dilakukan oleh berbagai pihak. Pemerintah, misalnya, telah membentuk Badan Narkotika Nasional (BNN) melalui keputusan presiden No. 17 Tanggal 12 Maret 2002, yang secara ex-officio diketahui oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Badan ini memiliki struktur hingga kabupaten/kota. Di tingkat pusat, badan ini bertugas membantu presiden melaksanakan koordinasi dalam rangka ketersediaan, pencegahan, dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Untuk itu usaha yang dilakukan adalah pengurangan pemasokan (suplay eduction) dan pengurangan permintaan

  (deman reduction). Pengurangan pemasokan dilakukan dari sisi hukum dan peraturan, dengan memberikan sanksi hukum yang berat bagi pengedar narkoba, sedangkan pengurangan permintaan dilakukan dengan pembinaan pada masyarakat, khususnya generasi muda, agar tidak terjebak dalam penyalahgunaan narkoba, juga upaya menghentikan penggunaan (penyembuhan) bagi penyalahgunaan narkoba (Afiatin,2008:43).

  Salah satu program yang dapat digunakan dalam terapi ketergantungan narkoba adalah program rehabilitasi. Program ini adalah pilihan yang baik untuk klien, khususnya mereka yang mempunyai kesulitan untuk menyesuaikan hidup tanpa menggunakan narkoba dan seringkali kambuh. Namun sampai saat ini pemerintah masih membutuhkan 1000 panti rehabilitasi bagi pengguna narkoba. Program ini adalah perawatan jangka panjang yang biasanya berlangsung antara 3-12 bulan dan diharapkan merupakan program lanjutan setelah dilakukan program detoksifikasi. Sasaran utama dari program ini adalah abstinentia atau sama sekali tidak menggunakan narkoba (Sumiati, 2009:25).

  Menurut data BNN saat ini ada 40 unit lembaga rehabilitasi yang ditempati sekitar 16.000 orang pengguna narkoba menjalani rehabilitasi ditambah dua unit lembaga milik BNN yang menampung 2.000 orang. BNN menyediakan anggaran sebesar Rp1 triliun pada 2013 untuk penanganan narkoba diakses pada tanggal 15 Februari 2014, pukul 20:00).

  Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan, jumlah pecandu narkoba yang mendapatkan pelayanan terapi dan rehabilitasi di seluruh Indonesia tahun 2012, sebanyak 14.510 orang. Terbanyak pada umur 26–40 tahun, yaitu sebanyak 9.972 orang. Dari data yang diperoleh, sebanyak 4 juta jiwa anak Indonesia terlibat penyalahgunaan narkona. Sementara yang mendapat rehabilitasi masih sekitar 15.000 jiwa, tentunya ini menjadi suatu masalah yang besar jika sisa dari penyalahgunaan itu tidak direhabilitasi (Portalkriminal, 2013).

  Pengguna narkoba yang telah menjalani rehabilitasi di seluruh Indonesia baik di masyarakat, di dalam panti maupun di tempat rehabilitasi lain sebanyak 6.373 orang.

  Sedangkan, yang terdaftar di BNN hanya sebanyak 837 orang. Di Sumatera Utara sendiri yang terdata menerima pengobatan hanya sebanyak 287 orang, yang terdiri dari 237 orang di rehabilitasi di panti pemerintah dan 50 orang lainnya berada di luar panti (BNN, 2012).

  Salah satu Pusat Panti Rehabilitasi Ketergatungan Narkoba terbesar di Sumatera Utara adalah Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre yang didirikan oleh H Kamaluddin SH Lubis. Bapak H Kamaluddin SH Lubis berkecimpung mengelola panti rehabilitasi miliknya di Kawasan Sibolangit Sumatera Utara. Panti tersebut di beri nama Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre. Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Center berada dibawah naungan Lembaga PIMANSU dan GAN. Menurut beliau sudah ratusan penghuni yang mendapat perawatan di Panti tersebut. Berasal dari berbagai daerah di Sumut maupun Aceh, bahkan ada juga pasien dari provinsi lain. Mereka yang menjadi korban ketergantungan obat terlarang itu umumnya para kawula muda yang masih berusia produktif.

  Bapak Kamaluddin sendiri mengaku terinspirasi mendirikan pusat rehabilitasi tersebut karena dampak dari zat Psikotropika itu juga turut merenggut nyawa puteranya, Baron sepuluh tahun lalu. Dimana anaka beliau mengalami kerusakan sistem pompa jantung (gagal jantung) akibat kebanyakan mengkonsumsi. Akibatnya ayah empat anak ini pun berjanji untuk mendirikan panti rehabilitasi, karena keinginannya yang kuat untuk bisa mengobati putera-puteri bangsa ini yang mengalami nasib yang sama seperti puteranya.

  Panti ini awalnya merupakan swadaya dan tanpa bantuan dari pemerintah provinsi maupun daerah. Menurut Kalamuddin, tekadnya dengan ikhlas mengelola panti rehabilitasi itu juga karena amanah sang anak yang sebelum meninggal sempat bertutur meminta agar ayahnya juga mau menolong pemuda-pemuda lain yang bernasib sama seperti dirinya.

  “Selamatkan juga teman-teman saya ayah,” kata Kamaluddin menceritakan pesan puteranya itu

  akses pada taggal 17 Februari 2014 pukul 17:00).

  Beranjak dari apa yang sudah dipaparkan sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam lagi untuk mengidentifikasi dan menganalisis apa saja faktor dominan yang mempengaruhi remaja menggunakan narkoba. Untuk itu peneliti membuatnya dalam suatu karya tulis yaitu skripsi untuk bisa mengetahui dengan lebih jelas lagi. Penelitian skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Dominan Yang

  

Mempengaruhi Remaja Menggunakan Narkoba (Studi Deskriptif : Remaja Korban

Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Center).

1.2 Perumusan Masalah

  Untuk mempermudah penelitian ini nantinya dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data ke dalam penulisan, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti. Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.”Faktor-Faktor Dominan Apakah Yang Mempengaruhi Remaja

  

Menggunakan Narkoba (Studi Deskriptif : Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba

Binaan Al-Kamal Sibolangit Center”).

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

  1.3.1 Tujuan Penelitian

  Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi remaja menggunakan narkoba di Al-Kamal Sibolangit Center.

  1.3.2 Manfaat Penelitian 1.

  Secara Teoritis Hasil penelitian ini dapat diharapkan memberikan pengetahuan dan informasi bagi peneliti untuk meningkatkan lagi pemahan mengenai penyalahgunaan narkoba dan juga dapat dijadikan refrensi untuk penelitian selanjutnya.

2. Secara Praktis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi pemikiran bagi pihak - pihak yang terlibat di dalam program rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba dan juga lembaga lainnya yang berkecimpung di dunia narkoba agar dapat membuat suatu metode pelayanan yang lebih baik lagi kepada para korban penyalahgunaan narkoba sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi mereka menggunakan narkoba.

1.4 Sistematikan Penulisan

  Penulisan penelitian ini disajikan dalam VI bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikian Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah,Tujuan dan Manfaat Penelitian serta Sistematika Penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini menguraikan secara teoritis variabel- variabel

  yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

   : METODE PENELITIAN

  BAB III Bab ini berisikan tipe penelitian, Pendekatan Penelitian dan Kedudukan Penelitian, lokasi penelitian, Unit Analisis dan Informan, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dimana penulis mengadakan penelitian. BAB V : ANALISIS DATA Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya. BAB VI : PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Pada Binaan Al-Kamal Sibolangit Center

5 60 135

Analisis Faktor-Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Remaja Menggunakan Narkoba (Studi Deskriptif : Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre)

20 265 162

Perilaku Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja (Studi Kasus Terhadap Remaja Pengguna Narkoba di Lingkungan Keluarga Miskin di Kelurahan Mandailing Tebing Tinggi)

21 274 112

Analisis Pola Asuh Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre

3 75 91

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja di Kelurahaan Aekkanopan Timur Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

1 93 135

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Dampak Penggunaan Game Online Terhadap Perilaku Remaja (Studi Deskriptif Kuantitatif pada Remaja Di Kelurahan Asam Kumbang Medan)

0 0 5

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Penyalahgunaan Narkoba pada Kalangan Remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo

0 1 12

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Remaja Menjadi Pekerja Seks Komersial (Studi Deskriptif : Psk Dampingan Perempuan Peduli Pedila Medan Lokalisasi Losmen Cibulan)

0 0 13

Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Pada Binaan Al-Kamal Sibolangit Center

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyalahgunaan NAPZA pada Residen di Panti Sosial Parmadi Putra “Insyaf” Sumatera Utara.

0 0 12