Perilaku Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja (Studi Kasus Terhadap Remaja Pengguna Narkoba di Lingkungan Keluarga Miskin di Kelurahan Mandailing Tebing Tinggi)

(1)

PERILAKU PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA (Studi Kasus Terhadap Remaja Pengguna Narkoba di Lingkungan Keluarga

Miskin, Kelurahan Mandailing Tebing Tinggi) SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial

DISUSUN OLEH

ESTY KURNIAWATY 080901064

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

(3)

Skripsi ini berjudul “ Perilaku Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja di Kelurahan Mandailing Kecamatan Tebing Tinggi Kota “. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah apakah penyebab remaja menggunakan narkoba di lingkungan keluarga miskin dan bagaimana akibat dari penggunaan narkoba pada remaja di keluarahan Mandailing Kecamatan Tebing Tinggi Kota.

Menurut data kepolisian reskrim Tebing Tinggi pada tahun 2011 sampai 2012 jumlah penggunaan narkoba pada remaja di kelurahan Mandailing berjumlah 43 tersangka dan jumlah pengedar yaitu 15 tersangka. Jenis narkoba yang sering digunakan remaja yaitu jenis sabu dan ganja, karena narkoba jenis tersebut mudah untuk mereka dapatkan dan harganya yang tidak terlalu mahal. Tempat – tempat yang sering digunakan remaja yaitu rumah kosong yang berada di kelurahan Mandailing, rumah para remaja saat keluarga mereka tidak berada dirumah dan pondok – pondok pinggir sungai.

Dari data yang diperoleh penyebab remaja menggunakan narkoba di lingkungan keluarga miskin adalah narkoba dapat membuat remaja lebih tenang dan melupakan masalah yang sedang dihadapi. Narkoba dapat membuat remaja ketergantungan karena kandungan yang terdapat didalam zat tersebut yang membuat remaja merasa gelisah ketika meraka tidak menggunakan narkoba. Para remaja yang menggunakan narkoba, keluarga kurang dapat memberikan perhatian pada remaja, seperti keluarga mengetahui remaja menggunakan narkoba tapi keluarga tidak peduli terhadap masalah tersebut. Para remaja cenderung mengalami proses belajar secara terus – menerus dengan para pengguna narkoba sehingga mereka mengalami proses belajar yang tidak sempurna. Seperti remaja memiliki teman bermain dan lingkungan yang menggunakan narkoba, secara bertahap remaja tersebut akan ikut dengan para penggunanya, karena intensitas pergaulan remaja dengan teman - teman dan lingkunganya yang akrab.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitaian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan data primer berupa observasi yang dilakukan pada remaja pengguna narkoba di lingkungan keluarga miskin dan wawancara mendalam dengan para remaja pengguna narkoba, para orang tua dan masyarakat sekitar untuk mengetahui lebih dalam tentang permasalahan yang terjadi. Teknik pengambilan informan adalah snowball yaitu teknik sampling dimana responden awal dipilih berdasarkan kriteria – kriteria penelitian.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan narkoba pada remaja di kelurahan Mandailing kecamatan Tebing Tinggi Kota sudah sangat memperihatinkan dan orang – orang yang berada di sekitar remaja juga mendukung untuk remaja menggunakan narkoba.


(4)

PRAKATA

Alhamdulillah. Rasa syukur yang tiada henti keluar dari nafas dan lafaz kepada Allah sang penguasa jiwa-jiwa yang tenang, berkat hidayah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja (Studi Kasus Terhadap Remaja Pengguna Narkoba di Lingkungan Keluarga Miskin di Kelurahan Mandailing Tebing Tinggi)”. Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat agar dapat menyelesaikan studi di Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemukan tantangan dan hambatan akan tetapi berkat rahmat Allah SWT maka skripsi ini dapat diselesaikan. Tidak lupa penulis haturkan terima kasih kepada orang-orang luar biasa yang selalu memberikan bantuan maupun motivasi serta semangat dikala penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih dan limpahan doa selalu penulis haturkan kepada kedua Orangtua yang saya sayangi, Papa saya Emyulis Djamil, S.E dan Mama tercinta Sri Ermolida S.Pd yang selalu memberikan pengertian, perhatian dan pembelajaran yang akan selalu penulis ingat dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari, serta abang yang saya sayangi Wahyu Sampurna, Amd dan adik-adik yang saya sayangi Lista Amalia dan Nabila Sidqiyah selalu semangat menggapai cita-cita buat kedepan.


(5)

Penulis secara khusus juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dra. Linda Elida, M.si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan waktu, nasehat, pengalaman yang sangat bermanfaat dan kesabaran dalam membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini dengan baik.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,M.Sc.(CTM)Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan para pembantu dekan serta seluruh staf pegawai dan administrasi.

3. Ibu Drs. Lina Sudarwati, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

4. Bapak Drs. T. Ilham Saladin selaku Sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

5. Bapak Prof. Riza Buana, M.Si, Phd selaku sebagai dosen penguji. 6. Bapak Junjungan , M.Si selaku Dosen wali penulis.

7. Bapak/Ibu Dosen dan staf Pengajar Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, semoga ilmu yang disampaikan kepada penulis dapat menjadikan bekal nantinya dan dapat penulis terapkan serta amalkan ditengah-tengah masyarakat.

8. Buat Ragil Sgh S.E, yang setia memberikan semangat, membantu penulis dalam penelitian dan serta selalu memberikan masukan – masukan ketika menyelesaikan skripsi ini. iii


(6)

9. Buat teman – teman D’Xiting Gank. Mita Comel, Alm. Siti Fajrina, Enda, Cut Tia, Aprilianita, Dedek, Indah, Tika, Ade Ariska.

10.Buat Ipoel,Ayu, Liza, Bang Dian, Umi dan para informan di Kelurahan Mandailing yang mau berbagi cerita dan informasi kepada penulis.

11.Rekan-rekan seperjuangan Angkatan 2008. Rudi Cina, Syahrul, Reza, Azhar, Okta Dedi, Jhon, Arman, Dicky, Nanda , Anggre, Elfi, Rhina, Ayu, Imay, Mitha, Silky, Dhani, Kharisma (Genk Terong), Alfath Andri, Satya Mitra, kak Riama, kak Judika, kak Grace, Sylvia (teman Seperjuangan), Ririn, Sugi, Lucie, Burhan, Rijal, Gio, Bresman, Reni, Frina, Roy, Dessie, Ricat, Wistin, Evlin, Dian, Salmen, Belman, Heberlin, Amos Pasaribu, Irma, Frisilia, Roby, Raja, Sondang, Fitri, Putri, Nari, Hendra, Vera, Lenni, Roinal, Gusnimar, Yuacep, Khodijah, Yudis, Ruth, Dicky, Eninta, Zulfikar, Vanny, Ratih, Poibe, Okta Virna, Santi. Serta seluruh rekan-rekan yang tidak tersebut namanya di sini.

12.Rekan-rekan mahasiswa departemen Sosiologi serta seluruh rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Mudah-mudahan semua jasa dan dorongan semangat yang diberikan kepada penulis, menjadi pahala yang selalu dilipat gandakan oleh Allah SWT.


(7)

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini dikemudian hari. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih

Medan, Penulis

Esty Kurniawaty


(8)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata pengantar ... ii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... ix

Bab I Pendahuluan ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 9

1.3Tujuan penelitian ... 9

1.4Manfaat Penelitian ... 9

1.5Defenisi Konsep ... 10

Bab II Kajian Pustaka ... 12

2.2 Penyimpangan Perilaku ... 12

2.2 Proses Sosialisasi ... 20

2.3 Lingkungan Pembentuk Perilaku Menyimpang ... 21

2.4 Teori Differential Association ... 25

Bab III Meode Penelitian ... 28

3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Lokasi Penelitian ... 29

3.3 Unit Analisis dan Informan Penelitian ... 29

3.3.1 Unit Analisis ... 29

3.3.2 Informan ... 29 vi


(9)

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.5 Interpretasi Data ... 32

3.6 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 33

Bab IV Deskripsi Lokasi Penelitian ... 34

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 34

4.1.1 Gambaran Umum Kelurahan Mandailing Kecamatan Tebing Tinggi Kota ... 34

4.1.2 Luas Kelurahan ... 35

4.1.3 Sumber Daya Air ... 35

4.2 Keadaan Penduduk ... 36

4.2.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Mandailing ... 36

4.2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ... 37

4.2.3 Tingkat Pendidikan Kelurahan Mandailing ... 37

4.2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 39

4.2.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 40

4.3 Prasarana dan Sarana Transportasi ... 41

4.3.1 Prasarana Air Bersih ... 41

4.3.2 Prasarana Tempat Ibadah ... 42

4.3.3 Prasarana Kesehatan ... 43

4.4 Ekonomi Masyarakat ... 43

4.4.1 Pengangguran ... 43

4.4.2 Kemiskinan di Kelurahan Mandailing ... 44

4.5 Gambaran Umum Kondisi Kelurahan Mandailing ... 44 vii


(10)

4.6 Pemerintahan Kelurahan Mandailing ... 46

4.7 Profil Informan ... 46

Bab V Interpretasi Data ... 76

5.1 Awal Remaja Menggunakan Narkoba ... 76

5.2 Tempat Yang di Pergunakan Untuk Menggunakan Narkoba ... 78

5.3 Penyebab Remaja Menggunakan Narkoba ... 80

5.3.1 Faktor Internal ... 80

5.3.1.1 Narkoba Dapat Membuat Ketenangan Sesaat Bagi Remaja ... 80

5.3.1.2 Narkoba Membuat Remaja Ketergantungan ... 81

5.3.2 Faktor Internal ... 83

5.3.2.1 Keluarga Tidak Menjalankan Peranannya Dengan Baik ...83

5.3.2.2 Pengaruh Teman Sepermainan ... 85

5.3.2.3 Lingkungan Tempat Tinggal ... 87

5.4 Narkoba Berdampak Negatif Pada Diri Remaja ... 89

5.4.1 Perubahan Tingkah Laku ... 89

5.4.1.1 Kandungan Narkoba Mempengaruhi Emosional Remaja ... 89

5.4.1.2 Remaja Memiliki Keinginan Untuk Mencuri ... 90

5.4.2 Para Pengguna Narkoba Tidak di Hargai Oleh Masyarakat ... 91

5.5 Jenis Narkoba Yang Digunakan Remaja ... 93

5.6 Pengguna Narkoba Sulit Untuk Keluar Dari Kelompok (Gang)... 94 viii


(11)

5.7 Pandangan Masyarakat Terhadap Pengguna Narkoba ... 96

Bab VI Kesimpulan Dan Saran ... 99

6.1 Kesimpulan ... 99

6.2 Saran ... 101

Daftar Tabel Tabel 1 Luas Kelurahan Mandailing ... 35

Tabel 2 Sumber Daya Air di Kelurahan Mandailing ... 36

Tabel 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ... 37

Tabel 4 Tingkat Pendidikan di Kelurahan Mandailing ... 38

Tabel 5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 39

Tabel 6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 40

Tabel 7 Prasarana Air Bersih ... 41

Tabel 8 Prasarana Tempat Ibadah ... 42

Tabel 9 Prasarana Kesehatan ... 43

Tabel 10 Jumlah Pengangguran di Kelurahan Mandailing ... 43

Tabel 11 Kemiskinan di Kelurahan Mandailing ... 44

Tabel 12 Nama Remaja Yang Menggunakan Narkoba ... 78


(12)

Skripsi ini berjudul “ Perilaku Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja di Kelurahan Mandailing Kecamatan Tebing Tinggi Kota “. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah apakah penyebab remaja menggunakan narkoba di lingkungan keluarga miskin dan bagaimana akibat dari penggunaan narkoba pada remaja di keluarahan Mandailing Kecamatan Tebing Tinggi Kota.

Menurut data kepolisian reskrim Tebing Tinggi pada tahun 2011 sampai 2012 jumlah penggunaan narkoba pada remaja di kelurahan Mandailing berjumlah 43 tersangka dan jumlah pengedar yaitu 15 tersangka. Jenis narkoba yang sering digunakan remaja yaitu jenis sabu dan ganja, karena narkoba jenis tersebut mudah untuk mereka dapatkan dan harganya yang tidak terlalu mahal. Tempat – tempat yang sering digunakan remaja yaitu rumah kosong yang berada di kelurahan Mandailing, rumah para remaja saat keluarga mereka tidak berada dirumah dan pondok – pondok pinggir sungai.

Dari data yang diperoleh penyebab remaja menggunakan narkoba di lingkungan keluarga miskin adalah narkoba dapat membuat remaja lebih tenang dan melupakan masalah yang sedang dihadapi. Narkoba dapat membuat remaja ketergantungan karena kandungan yang terdapat didalam zat tersebut yang membuat remaja merasa gelisah ketika meraka tidak menggunakan narkoba. Para remaja yang menggunakan narkoba, keluarga kurang dapat memberikan perhatian pada remaja, seperti keluarga mengetahui remaja menggunakan narkoba tapi keluarga tidak peduli terhadap masalah tersebut. Para remaja cenderung mengalami proses belajar secara terus – menerus dengan para pengguna narkoba sehingga mereka mengalami proses belajar yang tidak sempurna. Seperti remaja memiliki teman bermain dan lingkungan yang menggunakan narkoba, secara bertahap remaja tersebut akan ikut dengan para penggunanya, karena intensitas pergaulan remaja dengan teman - teman dan lingkunganya yang akrab.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitaian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan data primer berupa observasi yang dilakukan pada remaja pengguna narkoba di lingkungan keluarga miskin dan wawancara mendalam dengan para remaja pengguna narkoba, para orang tua dan masyarakat sekitar untuk mengetahui lebih dalam tentang permasalahan yang terjadi. Teknik pengambilan informan adalah snowball yaitu teknik sampling dimana responden awal dipilih berdasarkan kriteria – kriteria penelitian.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan narkoba pada remaja di kelurahan Mandailing kecamatan Tebing Tinggi Kota sudah sangat memperihatinkan dan orang – orang yang berada di sekitar remaja juga mendukung untuk remaja menggunakan narkoba.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan globalisasi yang cepat, seiring dengan peningkatan kemajuan teknologi telah memberikan nilai tambah yaitu misalnya kemudahan meakses ke berbagai jenis informasi dan pengetahuan, penggunaan prasarana dan sarana yang selanjutnya dapat berdampak pada perubahan perilaku masyarakat.

Ketika terjadi perubahan dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan untuk ikut terbawa arus adalah para remaja. Dalam perspektif psikologi perkembangan, masa remaja memang masa yang berbahaya, karena pada masa ini seseorang mengalami masa transisi atau peralihan dari masa kehidupan anak-anak menuju dewasa yang sering ditandai dengan krisis kepribadian. Perubahan-perubahan fisik dan psikis yang sangat cepat menyebabkan kegelisahan-kegelisahan internal, misalnya perubahan peranan, timbul rasa tertekan, dorongan untuk mendapatkan kebebasan, kegoncangan emosional, rasa ingin tahu yang menonjol, adanya fantasi yang berlebihan, ikatan kelompok yang kuat dan krisis identitas (Kartono, 2004 : 12).

Apapun bentuk ekspresi kejiwaan remaja yang diperlukan adalah tempat penyaluran yang sehat. Kebutuhan efektifitas sosial, melakukan sosialisasi kelompok untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi dirinya. Mereka ingin dianggap kehadirannya dalam wujud apresiatif dan butuh penghargaan. Apabila hal ini tidak terwujud maka penyaluran potensi dirinya itu terlepas dalam bentuk perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang yang dilakukan anak-anak muda remaja pada


(14)

intinya merupakan produk dari kondisi masyarakatnya dengan segala pergolakan sosial yang ada di dalamnya.

Kemiskinan adalahan salah satu faktor yang mempengaruhi pergolakan sosial tersebut. Kemiskinan membawa dampak bagi masyarakat, karena menigkatnya harga – harga barang sehingga masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari. Misalnya menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Tebing Tinggi, penduduk miskin di Kota Tebing Tinggi berjumlah 14.375 ribu jiwa dari jumlah penduduk 50.989 jiwa pada tahun 2010. Salah satu akibat dari Kemiskinan di Tebing Tinggi membentuk dan tercipta suatu lingkungan pemukiman tempat tinggal masyarakat miskin dan tercipta suatu kehidupan yang kurang nyaman. Sementara itu data Pemko Tebing Tinggi tahun 2010, mencatat ada beberapa kelurahan yang terdapat lingkungan keluarga miskin. Seperti Kelurahan Mandailing, Kelurahan Asahan, Kelurahan Sei Padang dan Kelurahan Rambutan.

(http///www.badanPusatStatistikTebingtinggi.com)

Daerah pemukiman miskin ini kerap memenuhi persyaratan sebagai tempat tinggal yang layak huni dengan kondisi wilayah yang relatif padat dan kurang nyaman. Dan boleh jadi ketidaknyamanan inilah yang membuat jiwa remaja bergejolak untuk mencari kesenangan tersendiri, berbuat semau sendiri demi keuntungan sendiri dan kepentingan pribadi. Dalam kondisi batin yang resah itu mereka mencoba menghibur diri dengan jalan berkeliaran ke mana-mana, yang lama-kelamaan membuat mereka mulai liar tidak terkendali, sering dikuasai kecenderungan dan keinginan yang aneh-aneh, yang pada akhirnya berperilaku


(15)

menyimpang dari pola-pola umum yang ada. Perilaku menyimpang yang mereka lakukan diwujudkan dengan melakukan tindak kejahatan.

Menurut Allison Davis (dalam Santrok, 2000) kemiskinan berpengaruh terhadap pengalaman-pengalaman hidup remaja, dan pengalaman tersebut akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian mereka. Lebih lanjut diuraikan bahwa ada peningkatan tindak kejahatan di daerah-daerah yang masyarakatnya berpenghasilan rendah. Di sana, ketertarikan anak-anak muda untuk membuat geng sangat kuat, khususnya bagi anak-anak dan remaja yang pisah dari keluarga, sekolah, pekerjaan, dan komunitas. Sekali mereka menjadi anggota geng, sulit bagi mereka untuk keluar.

Ada kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan jumlah remaja nakal di antara daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang memiliki banyak privilege diperkirakan 50 : 1. Hal ini disebabkan kurangnya kesempatan remaja dari kelas sosial rendah untuk mengembangkan keterampilan yang diterima oleh masyarakat. Mereka mungkin saja merasa bahwa akan mendapatkan perhatian dan status dengan cara melakukan tindakan anti sosial. Menjadi “tangguh” dan “maskulin” adalah contoh status yang tinggi bagi remaja dari kelas sosial yang lebih rendah, dan status seperti ini sering ditentukan oleh keberhasilanremaja dalam melakukan kenakalan dan berhasil meloloskan diri setelah melakukan kenakalan (Kartono, 2003 : 85).

Misalnya lagi kenakalan remaja mulai menjerumus pada perilaku seks bebas dan konsumsi narkoba. Akibat seks bebas dan penggunaan narkoba di kalangan remaja ini, mereka sangat rentan tertular virus HIV/AIDS. Berdasarkan


(16)

data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat per Juli 2006 terdapat 259 kasus HIV/AIDS di Kota Pontianak, dari total HIV/AIDS sebanyak 474 pengidap berada pada kelompok remaja, dan mayoritas tertular melalui jarum suntik yang tidak steril dengan pemakaian secara bergantian di kalangan pecandu narkoba. informasi ini menyebutkan tiga jalur utama yang paling besar menyumbang angka penularan HIV/AIDS di Kota Pontianak yaitu, Heteroseksual sebanyak 42,3%, Homoseksual 11%, dan IDU’s (pengguna narkoba jarum suktik) sebesar 18,5%, saat ini sekitar 40 juta orang di dunia hidup dengan HIV/AIDS, dan lebih dari 5 juta infeksi baru pada tahun 2006, separuh dari jumlah tersebut adalah dari kalangan remaja. Di Indonesia terdapat 12 hingga 19 juta orang rentan terinfeksi HIV dan diperkirakan 200 ribu kasus infeksi HIV (Harian Umum Pelita, Perilaku Menyimpang Remaja untuk Pelarian Sesaat, 2006.

wib)

Beberapa sumber memberikan persentase yang sangat memprihatinkan bahwa “Tercatat, 19 persen dari jumlah remaja di Indonesia atau sekitar 14 ribu remaja, diindikasikan menjadi pengguna narkoba, Keadaan Darurat atau Siaga, Remaja Jakarta 45% Pemakai Narkoba, hingga tahun 2010 sekitar 30,32 persen terjadi seks diluar nikah di Indonesia, dari jumlah itu, 15 persen dilakukan kaum remaja. Sedangkan 46,19 persen HIV positif di rata-rata usia 15 sampai 29 tahun. Dan ada 2,3 juta setiap tahun kasus aborsi yang dilakukan penduduk Indonesia, 20 persennya adalah remaja. Jika seks bebas terus dilakukan oleh remaja, maka beberapa tahun kedepan penduduk Indonesia hanya diisi oleh nenek dan kakek, sebab remajanya meninggal dunia karena aborsi. Survei The Global Youth


(17)

Tobacco Survey 2006 lalu, di Indonesia tercatat 64,2 persen anak sekolah terkena asap rokok selama mereka di rumah. Penelitian itu juga menyimpulkan 37,3 persen pelajar merokok, dan 3 dari 10 pelajar pertama kali merokok berumur 10 tahun”.

5 Maret 2012, pukul 16.00 wib)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Polwiltabes kota Semarang, menyatakan tingginya jumlah kenakalan remaja (dalam bentuk perilaku-perilaku patologis) pertanda tingginya kecenderungan kenakalan remaja. Dampak dari perkembangan zaman yang semakin modern menjadikan segalanya semakin cepat. Perkembangan teknologi yang serba cepat, menuntut remaja segera mampu menguasai dan mengikuti perubahan jika tidak mau tertinggal dengan remaja lainnya. Tuntutan tersebut adalah tugas berat yang harus diemban remaja dewasa ini. Remaja yang memiliki kemampuan dapat terhindar dari kebimbangan, kebingungan, kecemasan, dan konflik-konflik (konflik internal maupun eksternal), sementara remaja yang tidak memiliki keahlian tidak dapat ikut berkompetisi dengan remaja lainnya dan tersisihkan dari pergaulan 16.10 wib)

Hasil survei Lembaga dan Pembinaan Masalah Narkotika dan Generasi Muda Indonesia diketahui dari 100 kasus tawuran pelajar, sebanyak 67% adalah pengguna narkoba. Arief (www.narkoba_mania.com, 2000) mengungkapkan bahwa salah satu penyebab terjadinya kasus-kasus pemakaian obat-obat terlarang pada remaja adalah faktor kesepian. Turner dan Feldman dalam uraian Luthfi juga


(18)

mengungkapkan bahwa salah satu tujuan remaja melakukan tindakan-tindakan tersebut adalah untuk mengatasi rasa kesepian yang dialami. Remaja yang terlibat pada perilaku-perilaku tersebut tidak mampu mengatasi rasa kesepian yang dialami secara tepat, sehingga remaja mencari penyelesaian dengan tindakan salah yang justru dapat berdampak negatif baik pada dirinya sendiri maupun pada orang lain.

http://eprints.undip.ac.id/10442/1/skripsi__marika_pdf.pdf

Ketua Harian Badan Narkoba D.I. Yogyakarta (Suara Merdeka, 2008), bahwa penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (napza) di Indonesia terus mengalami peningkatan. Data dari Badan Narkotika Nasional, menunjukkan bahwa pengguna narkoba di Indonesia mencapai 3,2 juta jiwa atau sekitar 1,5 persen dari penduduk Indonesia, dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dari jumlah itu, menurut Raharjo, tercatat sekitar 8.000 orang di antaranya menggunakan narkoba dengan alat bantu yang berupa alat suntik. Akibatnya, 60 persen di antara pengguna yang menggunakan alat bantu suntik terjangkit HIV/AIDS. Tingginya penyalahgunaan narkoba tersebut, di dunia rata-rata 15 ribu jiwa setiap tahun melayang karena narkoba

Menurut data Kepolisian Reskrim Tebing Tinggi tahun 2010 terdapat 40 kasus perkara yang di lakukan remaja seperti penggunaan narkoba. Pada tahun 2011 meningkat menjadi 50 kasus perkara. Jumlah penggunaan narkoba pada remaja setiap tahunya mengalami peningkatan, bahkan setiap minggunya 3 remaja yang tertangkap menggunakan narkoba (Kepolisian Polres Tebing Tinggi).


(19)

Dari data perilaku dan permasalahan remaja yang telah diuraikan diatas, maka menurut penulis kondisi ini penting dan menarik untuk diteliti. Terlebih di daerah yang ingin diteliti penulis yaitu kelurahan Mandailing Tebing Tinggi. Penduduk di Kelurahan Mandailing berjumlah 2.087 jiwa dan terdapat 830 kepala keluarga yang miskin. Masyarakat di kelurahan Mandailing ini memiliki keanekaragaman agama dan suku bangsa. Agama yang dianut masyarakat setempat ialah agama islam, kristen protestan dan Budha tetapi mayoritas penduduknya beragama islam, sedangkan suku bangsa terdiri dari suku Mandailing, Jawa, Melayu, Minang, Tionghoa dan lain-lain sebagainya.

Pada umumnya masyarakat di Kelurahan Mandailing ini bekerja sebagai buruh, pengrajin, pedagang, penjahit, tukang batu dan tukang kayu. Warga yang bekerja di instansi Pemerintah maupun swata dapat dihitung jumlahnya, artinya sedikit sekali warga yang bekerja diperkantoran.

Di setiap Rumah tangga baik itu suami maupun istri sama – sama bekerja di luar guna memenuhi kebutuhan pokok sehari – hari . Suami – istri yang bekerja dalam suatu keluarga cenderung memberikan dampak langsung terhadap perkembangan perilaku anak, khususnya anak pada masa remaja. Hal ini terjadi dikarenakan orang tua kurang memberikan perhatian atau kasih sayang secara intensif. Kontrol terhadap anak menjadi berkurang karena hampir semua waktu yang ada di gunakan untuk bekerja.

Kurangnya kontrol perhatian orang tua terhadap anak remaja membuat remaja – remaja di Kelurahan Mandailing mengabaikan pendidikannya dan selalu bertindak tidak sesuai dengan norma yang ada di masyarakat setempat. Sedikit sekali remaja di kelurahan ini yang mencapai pendidikan di bangku perkuliahan.


(20)

Pada umumnya remaja hanya menyelesaikan pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas atau tidak lulus Sekolah Menengah Atas.

Remaja di daerah ini banyak menghabiskan waktunya dengan nongkrong – nongkrong( duduk – duduk) di setiap gang atau di warung-warung. Kegiatan semacam ini diakibatkan karena tidak adanya kegiatan produktifitas yang dapat mereka lakukan. Remaja menggunakan narkoba karena kurang adanya anggota keluarga yang memperdulikan mereka, orang tua cenderung berlaku kurang adil dan keluarga cenderung berlaku kasar. Beberapa perilaku menyimpang yang dilakukan remaja di kelurahan ini salah satu nya menggunakan narkoba serta memperjual belikan barang tersebut.

Menurut Reakrim Kepolisian Tebing Tinggi pada pahun 2010 sampai 2011 ada sekitar 40 kasus perkara penggunaan Narkoba pada remaja di Kelurahan Mandailing Tebing Tinggi. Remaja di daerah ini mudah sekali mendapatkan narkoba, karena daerah Kelurahan Mandailing tersebut merupakan daerah pengedar Narkoba. Dan kondisi ini menjadikan alasan bagi remaja untuk menggunakan narkoba yang salah satu tujuan untuk memberi ketenangan diri mereka.

Oleh karena itu, penulis ingin meneliti Apakah Penyebab Perilaku Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja di lingkungan Keluarga Miskin ( Study Kasus Pada Remaja Pengguna Narkoba di Lingkungan Keluarga Miskin di Kelurahan Mandailing Tebing Tinggi).


(21)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti mencoba menarik suatu permasalahan yang lebih mengarah pada fokus penelitian yang dilakukan. Adapun yang menjadi perumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Apakah penyebab remaja menggunakan narkoba di lingkungan keluarga miskin di Kampung Mandailing Tebing Tinggi?

2. Bagaimanakah akibat penggunaan Narkoba pada remaja di lingkungan keluarga miskin di Kampung Mandailing Tebing Tinggi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penyebab remaja menggunakan Narkoba di lingkungan keluarga miskin.

2. Untuk mengetahui akibat dari penggunaan Narkoba pada remaja di lingkungan keluarga miskin.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya perilaku penggunaan narkoba pada remaja di lingkungan keluarga miskin dan kontribusi bagi pengembangan ilmu sosial khususnya sosiologi keluarga.


(22)

b. Manfaat Praktis : Bagi penulis, penelitian ini dapat mengasah dalam penulisan karya ilmiah dan melalui penelitian ini juga penulis dapat menambah pengetahuan tentang penyebab perilaku penggunaan narkoba pada remaja di lingkungan keluarga miskin. Penelitian ini juga dapat menambah pengetahuan bagi pembaca dan Para orang tua untuk lebih memperhatikan lagi perkembangan dan perilaku para remaja.

1.5 Defenisi Konsep

1. Perilaku Penyimpangan Remaja sering disebut dengan “juvenile delinquency” atau yang biasa diartikan sebagai “kejahatan remaja” dan dirumuskan sebagai suatu kelainan tingkah laku, perbuatan ataupun tindakan remaja yang bersifat asosial, bertentangan dengan agama, dan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat

2. Penyimpangan menurut Robert M.Z. Lawang sebagai semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem social dan menimbulkan usaha dari pihak yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang.

3. Keluarga Miskin menurut Biro Pusat Statistik (BPS) tingkat kemiskinan didasarkan pada jumlah rupiah konsumsi berupa makanan yaitu kurang dari 2100 kalori per orang per hari (dari 52 jenis komoditi yang dianggap mewakili pola konsumsi penduduk yang berada di lapisan bawah), dan konsumsi non makanan (dari 45 jenis komoditi makanan sesuai kesepakatan nasional dan tidak dibedakan antara wilayah pedesaan dan perkotaan). Patokan kecukupan 2100 kalori ini


(23)

berlaku untuk susunan umur, jenis kelamin, dan perkiraan tingkat kegiatan fisik, berat badan, serta perkiraan status fisiologis penduduk.

4. Remaja Menurut Stanly Hall usia remaja berada pada rentang usia 12 sampai 23 tahun. Berdasarkan batas-batas yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek. Remaja adalah maa yang penuh dengan permasalahan, bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan

5. Narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bunga tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan perubahan kesadaran, hilangnya rasa, sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulakan ketergantungan serta kecanduan.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penyimpangan Perilaku dalam Kajian Sosiologi

Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan – aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial.

Secara umum perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai tingkah laku yang melanggar atau bertentangan dengan aturan normatif dan pengertian normatif maupun dari harapan – harapan lingkungan sosial yang bersangkutan. Menurut Robert M.Z Lawan perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang. Menurut Lemert penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak dilakukan secara terus – menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar lalu lintas, buang sampah sembarangan, dan lain-lain. Sedangkan penyimpangan sekunder yakni perilaku menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, tawuran dan lain – lain ( Kamanto Sunarto 2006 : 78 )

Perilaku menyimpang dalam defenisi umum tersebut dapat dibedakan dari abnormalitas statis. Ada kesepakatan bahwa perilaku menyimpang tidak berarti


(25)

menyimpang dari norma- norma tertentu. Konsep perilaku menyimpang ini juga perlu dibedakan dari perilaku yang kurang diinginkan dan dari peranan yang menyimpang. Karena tidak semua tingkah laku yang tidak diinginkan menyimpang dari aturan – aturan normatif, dan dilain pihak dan belum tentu perilaku dari aturan normatif itu tidak diinginkan.

Dalam penelitian ini telah dipilih bahwa konsep perilaku menyimpang adalah tingkah laku yang dinilai menyimpang dari aturan – aturan normatif, seperti aturan yang ada di lingkungan masyarakat. Konsep ini akan dibedakan dari gejala – gejala lain yang sering sekali diklasifikasikan sebagai perilaku menyimpang seperti kelainan dalam pribadi seseorang, tingkah laku yang statis abnormal, tingkah laku yang kurang diinginkan secara sosial dan peranan yang menyimpang.

Menurut Soerjono Soekanto perilaku menyimpang disebut sebagai salah satu penyakit masyarakat atau penyakit sosial. Penyakit sosial atau penyakit masyarakat adalah segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma-norma umum, adat-istiadat, hukum formal, atau tidak bisa diintegrasikan dalam pola tingkah laku umum. Disebut sebagai penyakit masyarakat karena gejala sosialnya yang terjadi ditengah masyarakat itu meletus menjadi “ penyakit”. Dapat disebut pula sebagai struktur sosial yang terganggu fungsinya.

Semua tingkah laku yang sakit secara sosial tadi merupakan penyimpangan sosial yang sukar diorganisir, sulit diatur dan ditertibkan sebab para pelakunya memakai cara pemecahan sendiri yang tidak umum, luar biasa atau abnormal sifatnya. Biasanya mereka mengikuti kemauan dan cara sendiri


(26)

demi kepentingan pribadi. Karena itu deviasi tingkah laku tersebut dapat mengganggu dan merugikan subyek pelaku sendiri dan atau masyarakat luas. Deviasi tingkah laku ini juga merupakan gejala yang menyimpang dari tendensi sentral atau menyimpang dari ciri-ciri umum rakyat kebanyakan.

Deviation merupakan penyimpangan terhadap kaidah atau norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat. Kaidah timbul dalam masyarakat karena diperlukan sebagai pengatur hubungan antara seseorang dengan orang lain atau antara seseorang dengan masyarakat. Diadakannya kaidah serta peraturan di dalam masyarakat bertujuan supaya ada konformitas warga masyarakat terhadap nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat yang bersangkutan (Soerjono Soekanto, 2004: 237).

Jadi, norma-norma sosial adalah apa yang harus dan dilarang dalam masyarakat. Norma-norma tersebut diciptakan dan dibentuk karena individu sebagai anggota masyarakat saling berhubungan dan berinteraksi. Selanjutnya norma tersebut berfungsi untuk mengarahkan, menyalurkan, dan membatasi hubungan – hubungan anggota masyarakat pada umumnya.

Dalam setiap masyarakat, norma sosial biasanya terpusat pada kegiatan sehari-hari yang bermakna bagi anggota-anggotanya. Norma sosial yang terpusat itu dinamakan pranata sosial, contohnya keluarga. Keluarga merupakan konkritisasi dari sejumlah norma sosial yang mengatur hubungan antar jenis, hubungan orang tua dengan anak, sosialisasi dalam keluarga, mengatur dan mengarahkan hubungan sehari-hari meskipun dalam keluarga ada kekhususan normatif dimana berhubungan dengan pribadi – pribadi dalam keluarga tersebut. Akan tetapi dapat juga diketemukan aspek – aspek umum dalam kehidupan


(27)

berkeluarga dan aspek umum ini erat hubungannya dengan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa norma sosial adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu yang memungkinkan seseorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakannya itu akan dinilai oleh orang lain dan norma ini merupakan kriteria bagi orang lain untuk mendukung atau menolak perilaku seseorang.

Berbicara tentang norma, erat hubungannya dengan nilai. Karena nilai yang dimiliki seseorang ikut mempengaruhi perilakunya. Menurut Milton Rokeach, nilai merupakan suatu tipe keyakinan yang dipusatkan didalam sistem kepercayaan pada diri seseorang, mengenai bagaimana seseorang harus bertingkah laku atau apa yang tidak boleh dilakukan (Sekarningsih, 2001:108)

Pada dasarnya norma itu muncul mempertahankan atau memelihara nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, karena nilai-nilai itu adalah gambaran mengenai apa yang baik, yang diinginkan, yang pantas, yang berharga yang mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu. Untuk menjaga itu, maka disusunlah suatu norma yang mampu memelihara nilai-nilai tersebut. Apabila perilaku atau tindakan yang terjadi dalam masyarakat tidak sesuai dengan norma-norma masyarakat tersebut, maka ia dikatakan menyimpang.

Dalam hal ini perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dibedakan atas empat macam yaitu :

1. Perilaku menyimpang yang dilihat dan dianggap sebagai kejahatan.


(28)

3. Bentuk – bentuk konsumsi yang berlebihan, misalnya alkohol dan narkoba.

4. Gaya hidup yang lain dari yang lain.

Akan tetapi penyimpangan apapun yang terjadi haruslah selalu dilihat dari segi dimana dalam suatu masyarakat tertentu telah digariskan terlebih dahulu apa yang normal terhadap masyarakat itu. Dasarnya adalah bahwa penyimpangan itu tidak selalu sama untuk setiap masyarakat.

Di Indonesia, secara umum penyimpangan perilaku pada remaja diartikan sebagai kenakalan remaja atau juvenile delinquency. Penyimpangan perilaku remaja ini mempunyai sebab yang majemuk, sehingga sifatnya mulai kasual. Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2003).

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecendrungan kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Kenakalan remaja merupakan salah satu bentuk penyimpangan yang dilakukan remaja karena tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan, dan norma sosial yang berlaku. Bentuk-bentuk kenakalan remaja antara lain : bolos sekolah, merokok, berkelahi, tawuran, menonton film porno, minum minuman keras, seks diluar nikah, menyalahgunakan narkotika,


(29)

mencuri, memperkosa, berjudi, membunuh, kebut-kebutan dan banyak lagi yang lain.

Beberapa hal yang mempengaruhi timbulnya kenakalan remaja antara lain: 1. Proses keluarga

Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja.Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orang tua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orang tua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Gerald Patterson dan rekan-rekannya (dalam Santrock, 2000) menunjukkan bahwa pengawasan orang tua yang tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan munculnya kenakalan remaja. Perselisihan dalam keluarga atau stress yang dialami keluarga juga berhubungan dengan kenakalan. Faktor genetik juga termasuk pemicu timbulnya kenakalan remaja, meskipun persentasenya tidak begitu besar.

2. Pengaruh teman sebaya

Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan risiko remaja untuk menjadi nakal. Pada sebuah penelitian Santrock terhadap 500 pelaku kenakalan dan 500 remaja yang tidak melakukan kenakalan di Boston, ditemukan persentase kenakalan yang lebih tinggi pada remaja yang memiliki hubungan reguler dengan teman sebaya yang melakukan kenakalan.


(30)

Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan remaja. Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atau penghargaan atas aktivitas kriminal mereka. Masyarakat seperti ini sering ditandai dengan kemiskinan, pengangguran, dan perasaan tersisih dari kaum kelas menengah. Kualitas sekolah, pendanaan pendidikan, dan aktivitas lingkungan yang terorganisir adalah faktor- faktor lain dalam masyarakat yang juga berhubungan dengan kenakalan remaja.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling berperan menyebabkan timbulnya kecenderungan kenakalan remaja adalah faktor keluarga yang kurang harmonis dan faktor lingkungan terutama teman sebaya yang kurang baik, karena pada masa ini remaja mulai bergerak meninggalkan rumah dan menuju teman sebaya, sehingga minat, nilai, dan norma yang ditanamkan oleh kelompok lebih menentukan perilaku remaja dibandingkan dengan norma, nilai yang ada dalam keluarga dan masyarakat

(http://thomotugaskuliah.blogspot.com/2010/01/studi-kasus-belajar-dan-pembelajaran.html)

Memudarnya pegangan orang pada norma-norma menimbulkan suatu keadaan yang tidak stabil dan keadaan tanpa norma. Emile Durkheim menamakanya dengan anomie (Soejono Soekanto, 2004:239). Perilaku menyimpang dibedakan antara lain: Perilaku menyimpang yang tidak disengaja dikarenakan si pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada. Perilaku menyimpang yang disengaja bukan karena si pelaku tidak mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebu, adalah mengapa


(31)

seseorang melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu apa yang dilakukan melanggar aturan, mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk mengasumsi hanya mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk berbuat demikian. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap manusia pasti mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu, tetapi mengapa pada kebanyakan orang tidak menjadi kenyataan yang berwujud penyimpangan, sebab orang dianggap normal biasanya dapat menahan diri dari dorongan-dorongan untuk menyimpang (Becker(dalam Soejono Soekanto, 2004: 239)

2.2 Proses Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses belajar yang kompleks. Dengan sosialisasi, manusia sebagai makhluk biologis menjadi manusia yang berbudaya, yang cakap menjalankan fungsinya dengan tepat sebagai individu dan sebagai anggota kelompok. Seorang bayi yang lahir merupakan organisme yang sangat lemah. Pemenuhan segala kebutuhan fisiknya bergantung kepada orang dewasa. Namun, sejak saat dia mulai berinteraksi dengan lingkungan dan menyerap banyak hal hingga tumbuh dewasa, dan baru berakhir setelah dia meninggal. Hal-hal yang diserap meliputi sikap dan nilai, rasa suka dan tidak suka, rasa senang dan sedih, keinginan dan tujuan hidup, cara bereaksi terhadap lingkungan, dan pemahaman mengenai segala sesuatu. Semua itu diperolehnya melalui proses yang disebut sosialisasi.

Dalam proses ini, seseorang juga mengalami internalisasi (mendarah-dagingkan) nilai dan norma sosial tempat diahidup, sehingga terbentuklah kepribadiannya. Setiap orang perlu mempelajari nilai-nilai dan norma-norma


(32)

sosial yangberlaku di dalam masyarakatnya. Semua itu diperlukan untuk mendewasakan diri setiap individu dan membentuk kepribadiannya. Dengan berbekal kedewasaan pribadi itulah nantinya seseorang akan dapat memegang peran andil masyarakat. Oleh karena itu, sosialisasi merupakan proses penanaman kecakapan dan sikap yang diperlukan untuk dapat memainkan peran sosial dimasyarakat (Suhardi, Sunarti Sri, 2009:134).

Di dalam diri setiap manusia, terdapat impuls-impuls (dorongan hati) untuk melakukan segala sesuatu. Di sisi lain, lingkungan tempat ia berada dan berinteraksi memiliki nilai dan norma yang mengarahkan perilaku. Dalam proses sosialisasi, seorang individu berusaha menyesuaikan impuls-impuls itu dengan tekanan nilai dan norma yang mengikatnya. Bila potensi tingkah laku seseorang tidak bertentangan dengan nilai dan norma, maka berkembang lebih lanjut menjadi bagian dari kepribadiannya. Di samping itu, proses sosialisasi juga mengadopsi berbagai hal dari orangl ain. Hal-hal yang diperoleh dari orang lain meliputi kebiasaan, sikap, dan ide-ide. Selanjutnya, ketiga hal tersebut disusun kembali menjadi sistem yang mengatur tingkahnya sendiri. Pengertian adopsi tidak sekadar mencontoh perilaku orang lain. Akan tetapi, apa yang diamati dari orang lain berusaha ditiru sekaligus disesuaikan dengan keadaan dirinya.


(33)

2.3 Lingkungan Pembentuk Perilaku Menyimpang 1. Ketidaksempurnaan Sosialisasi Nilai-nilai

Perilaku manusia dikendalikan oleh nilai dan norma sosial. Nilai dan norma tersebut diterima seorang individu melalui proses sosialisasi. Sosialisasi dialamiseseorang melalui berbagai media. Apabila di antara media-media itu tidak sejalan dalam menyosialisasikan nilai dan norma, maka terjadilah ketidaksem-purnaan sosialisasi. Salah satunya adalah ketidakselarasan antara sosialisasi dirumah, di sekolah, dan di masyarakat. Misalnya, sekolah menanamkan nilai kesehatan sehubungan dengan bahayarokok. Siswa dilarang merokok karena tidak baik untuk kesehatan. Namun, dirumah ayahnya sendiri merokok, dan di masyarakat merokok menjadi perilakuumum. Akibatnya, nilai-nilai yang disosialisasikan di sekolah tentang bahayamerokok tidak berhasil. Berbagai anjuran guru yang didasari alasan ilmiahsekalipun tidak akan dipercaya siswa, apabila guru tersebut, atau guru-guru laindi sekolah itu juga tampak sering merokok. Ketidaksempurnaan sosialisasi banyak terjadi dalam berbagai persoalan. Nilai kejujuran yang selalu ditanamkan di sekolah berlawanan dengan praktik kecurangan di masyarakat. Di sekolah diajarkan bahwa negara kita adalah negarahukum, setiap orang sama kedudukannya dalam hukum. Akan tetapi, kenyataandi masyarakat menunjukkan hal yang berlawanan. Para pelanggar hukum dapatdibebaskan atau diperingan dari tuntutan jika membayar atau memiliki ke-kuasaan, sehingga orang lebih percaya bahwa orang kaya dan pejabat dapatmenghindar dari hukum.


(34)

Penyimpangan tingkah laku juga terjadi sebagai akibat tidak berfungsinya media sosialisasi secara baik. Misalnya, keluarga diharapkan berperan sebagaisumber kasih sayang bagi anak. Peran itu dapat saja tidak terpenuhi karenaberbagai hal antara lain kehancuran keluarga (broken home), akibat perceraian,perselingkuhan, kematian salah satu atau kedua orang tuanya, sifat otoriterorang tua dalam mendidik anak, tekanan ekonomi yang menghimpit kehidupansehari-hari keluarga, ataupun karena kemiskinan. Hal-hal tersebut di atas, men- jadikan keluarga tidak mampu menjadi media sosialisasi yang wajar. Akibatnya,anak-anak yang berasal dari keluarga demikian banyak yangberperilakumenyimpang.

2. Menganut Nilai-nilai Subkebudayaan Menyimpang

Masyarakat adalah satu kesatuan hidup bersama yang memiliki kebudayaan.Di dalam suatu masyarakat terdapat bagian-bagian (sub-sub) atau kelompok-kelompok orang. Setiap kelompok memiliki ciri-ciri kebudayaan tersendiri namun masih merupakan bagian dari keseluruhan masyarakat itu. Inilah yangdinamakan subkebudayaan. Ada kalanya subkebudayaan menganut tata nilai yang menyimpang. Misalnya, sekelompok warga masyarakat yang sehari-harihidup dalam dunia pelacuran, perjudian, dan berbagai kehidupan malam tidak sehat lainnya. Penyimpangan perilaku bersumber dari pergaulan dengan orang ataukelompok yang menerapkan nilai dan norma yang berbeda (differential association ). Nilai dan norma yang berbeda dipelajari melalui proses alih budaya(culture transformation ). Melalui proses alih budaya seseorang menyerapsubkebudayaan menyimpang (deviant subculture ) dari lingkungan tertentu dalammasyarakat.Seseorang


(35)

kadang-kadang terjerumus dalam kelompok pergaulan yang tidak menguntungkan seperti itu. Pergaulan negatif membuat seseorang berperilakumenyimpang. Seorang anak berasal dari keluarga baik-baik, namun dia tinggaldi lingkungan para pemabuk dan penjudi. Setiap hari melihat, bertemu, danbergaul dengan pemabuk dan penjudi. Akibatnya, dia berperilaku seperti itupula.

3. Kesalahan Memahami Informasi

Seringkali kita salah dalam memahami suatu kejadian, peristiwa atauinformasi yang disampaikan oleh pihak lain, terutama media massa elektronik. Penggambaran peristiwa, berita, dan tayangan - tayangan yang menampilkanperilaku menyimpang sangat berpotensi untuk ditiru oleh masyarakat. Hal ini,karena mayoritas masyarakat kita belum terbiasa menyeleksi atau menganalisis secara kritis terhadap berbagai informasi yang datang. Masyarakat cenderunguntuk menerima mentah-mentah dan menganggapnya sebagai hal yang lumrah. Contoh yang aktual dapat dilihat dari media televisi di masyarakat antara lain informasi-informasi kriminalitas, perselingkuhan artis, sinetron-sinetron yangmenceritakan konflik warisan, dan lain-lain. Informasi dan acara-acara tersebutmemperoleh apresiasi yang tinggi dari masyarakat, sehingga secara tidak langsung mereka terobsesi untuk apa yang ditayangkan media televisi. Pengaruhterbesar biasanya terjadi pada anak-anak yang belum dapat secara optimalmenyeleksi informasi yang ada. Para pengelola televisi mungkin menyadaribahwa program-program tersebut mempunyai dampak serius di masyarakat, namun kepentingan untuk


(36)

meraih keuntungan nampak lebih penting daripadadampak-dampak sosial yang terjadi.

4. Ikatan Sosial Menyimpang

Di dalam masyarakat terdapat berbagai individu yang berbeda perilaku dan kebiasaannya. Ada yang hidup tertib dan santun karena sudah mapan secarasosial ekonomi, namun ada pula yang kurang beruntung sehingga kekecewaanhidup itu mereka terlampiaskan lewat berbagai perilaku keseharianyangmenyimpang dari norma-norma.

Di sisi lain, setiap orang cenderung memilih teman bergaul. Apabila orang yang dipilih baik, maka baiklah perilakunya. Sebaliknya, apabila temanbergaulnya berperilaku menyimpang, maka dia pun akan ikut berperilakumenyimpang. Seseorang tidak akan mudah menghindar dari ikatan sosialnya.Ikatan sosial dapat berupa teman bergaul, kelompok atau organisasi yang diaikuti. Seseorang terikat secara sosial dan secara emosional dengan orang lain atau kelompok yang diikuti. Misalnya, seorang anak dari keluarga baik-baik tetapi bergaul dengan sekelompok anak nakal. Apabila teman atau kelompoknya berkelahi, mau tidak mau dia akan ikut berkelahi. Ikatan sosial membuatnya menunjukkan solidaritas kelompok (Suhardi, Sunarti Sri, 2009:135-137).


(37)

2.4 Teori D i f f e r e n t i a l Association

Teori ini menyatakan bahwa penyimpangan perilaku adalah hasil dari proses belajar. Menurut Edwin H. Sutherland, penyimpangan adalah konsekuensi dari kemahiran dan penguasaan atau sikap atau tindakan yang dipelajari dari norma-norma yang menyimpang, terutama dari subkultural atau di antara teman-teman sebaya yang menyimpang.

Di tingkat kelompok, perilaku menyimpang adalah suatu konsekuensi dari terjadinya konflik normative. Artinya, perbedaan aturan sosial diberbagai keompok sosial, seperti sekolah, lingkungan, tetangga, kelompok sebaya atau keluarga, bisa membingungkan komunitas-komunitas tersebut. situasi tersebut dapat menyebabkan ketegangan yang berujung menjadi konflik normative pada diri individu, jadi seandainya di sekolah seorang murid diajarkan nilai-nilai kejujuran, tetapi di luar sekolah, keluarga, organisasi social atau lingkungan masyarakat yang lebih luas nilai-nilai kejujuran telah ditinggalkan, maka perbedaan norma di antara bebagai kelompok social yang di alami murid tersebut dapat luntur nilai-nilai kejujuran yang diajarkan di sekolahnya.

Teori Sutherland secara spesifik digunakan untuk menganalisis kejahatan, perilakumenyimpang yang mengarah ke tindakan kejahatan dan bentuk perilaku menyimpang. Teori Sutherland memiliki 8 proposisi, yaitu:

a. Perilaku remaja merupakan perilaku yang dipelajari secara negatif dan berarti perilaku tersebut tidak diwarisi (genetik).


(38)

b. Perilaku menyimpang yang dilakukan remaja dipelajari melalui proses interaksi dengan orang lain dan proses komunikasi dapat berlangsung secara langsung dan melalui bahasa isyarat.

c. Proses mempelajari perilaku biasanya terjadi pada kelompok dengan pergaulan yang sangat akrab. Dalam keadaan ini biasanya mereka cenderung untuk berkelompok dimana ia diterima sepenuhnya dalam kelompok tersebut, termasuk dalam hal ini mempelajari norma-norma dalam kelompok.

d. Apabila perilaku menyimpang remaja dapat dipelajari, maka yang dipelajari adalah teknik melakukannya motif atau dorongan serta alasan pembenar termasuk sikap.

e. Arah dan motif serta dorongan dipelajari melalui definisi dan peraturan hukum.

f. Seseorang yang melakukan perilaku menyimpang karena akses dari pola pikir yang lebih mendalam aturan hukum sebagai pemberi peluang dilakukannya penyimpangan.

g. Proses pembelajaran menyimpang perilaku melalui kelompok yang memiliki pola-pola menyimpang atau sebaliknya, melibatkan semua mekanisme yang berlaku di dalam setiap proses belajar (Bagong Narwoko,2007:112-114)


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan kasus. Paradigma penelitian kualitatif diartikan sebagai penelitian kualitatif yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang didapat dan apa yang diamati dan juga untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian. Dengan menggunakan penelitian kualitatif peneliti akan memperoleh informasi atau data yang lebih mendalam tentang penyebab remaja menggunakan narkoba di lingkungan keluarga miskin di Kelurahan Mandailing Tebing Tinggi. Penelitian kualitatif digunakan untuk melihat individu secara utuh serta berusaha untuk menggambarkan fenomena yang terjadi (Ginting, 2005: 14)

Pendekatan kasus adalah penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi baik mengenai unit tersebut. Tergantung pada tujuannya, ruang lingkup penelitian itu mungkin mencakup keseluruhan siklus kehidupan atau hanya segmen-segmen tertentu saja. Studi ini mungkin mengkonsentrasikan diri pada faktor-faktor khusus tertentu atau dapat pula mencakup keseluruhan faktor-faktor dan kejadian. Tujuan dari penelitian kasus adalah untuk mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial baik individu, kelompok, lembaga atau masyarakat. (Sumadi Suryabrata, 2002: 22).


(40)

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada remaja keluarga miskin yang ada di Kelurahan Mandailing Kecamatan Tebing Tinggi Kota. Alasan peneliti memilih di daerah ini, karena daerah kampung Mandailing memiliki streotipe yang negatif dari masyarakat sekitar. Terkait dengan perilaku penyalahgunaan narkoba pada remaja. Menurut data Kepolisian Reskrim Tebing Tinggi tahun 2011 sampai 2012 ada sekitar 43 tersangka pengguna narkoba pada remaja di Kelurahan Mandailing yang terjadi di lingkungan keluarga miskin.

3.3. Unit analisis dan informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah para remaja yang menggunakan narkoba, yang tinggal di lingkungan keluarga miskin di kelurahan Mandailing kecamatan Tebing Tinggi Kota.

3.3.2 Informan

Informan adalah orang-orang yang masuk dalam karakteristik unit analisis dan dipilih menjadi sumber data yang memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti (Arikunto, 2006). Adapun informan dalam penelitian ini adalah:

1. Para remaja yang melakukan tindakan penyalahgunaan narkoba yang berumur 16 – 24 tahun.

2. Para orang tua remaja yang menggunakan narkoba, untuk mengetahui hubungan orang tua dan anak.

3. Masyarakat lingkungan tempat tinggal remaja yang menggunakan narkoba dan masyarakat tersebut mengetahui adanya penggunaan narkoba tersebut.


(41)

Pengambilan informan dilakukan dengan snowball sampling yaitu teknik sampling dimana responden awal dipilih berdasarkan kriteria penelitian. Kemudian mereka diminta untuk memberikan informasi mengenai rekan – rekan lainya sehingga diperoleh lagi informan tambahan.

Adapun kriteria – kriteria remaja pengguna narkoba adalah sebagi berikut: 1. Remaja tersebut berasal dari keluarga yang kurang mampu

2. Pernah dan masih menggunakan narkoba saat ini

3.Remaja tersebut tinggal di kelurahan Mandailing kecamatan Tebing Tinggi Kota

4. Remaja tersebut berusia 16 sampai 24 tahun

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan ada 2 yaitu data primer dan data sekunder, yang dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian melalui observasi dan wawancara, oleh karena itu untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu sebagai berikut:

1. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini peneliti hanya berperan sebagai pengamat. Observasi dilakukan untuk mengamati objek di lapangan yang meliputi remaja yang menggunakan naroba di Kelurahan Mandailing Tebing Tinggi.


(42)

2. Wawancara mendalam, yaitu proses tanya jawab secara langsung ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara atau panduan wawancara serta menggunakan alat bantu perekam atau tape recorder untuk memudahkan peneliti menangkap keseluruhan informasi yang diberikan informan. Wawancara dilakukan terhadap para informan yaitu para remaja untuk mengetahui penyebab mereka menggunakan narkoba dan akibat yang di timbulkan setelah menggunakan narkoba. Wawancara juga akan di lakukan pada orang tua, karena peneliti ingin mengetahui perilaku orang tua terhadap anak. Peneliti juga akan mewawancarai masyarakat sekitar untuk mengetahui kondisi lingkungan dan perilaku remaja pengguna narkoba di Kelurahan Mandailing Tebing Tinggi.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari majalah, jurnal dan bahan dari situs-situs internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini yang berkaitan dengan perilaku penyalahgunaan narkoba pada remaja. Data – data juga diperoleh dari kantor Kepolisi Reskrim Tebing Tinggi. Menurut data kepolisian Reskrim Tebing Tinggi jumlah remaja yang menggunakan narkoba dari tahun 2011 sampai 2012 berjumlah 43 tersangka dan jumlah pengedar 2011 sampai 2012 berjumlah 15 tersangka.


(43)

3.5. Interpretasi Data

Data yang dikerjakan sejak peneliti mengumpulkan data dilakukan secara intensif setelah pengumpulan data selesai dilaksanakan. Pengolahan data ini dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan (observasi) yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya,

Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan-satuan itu kemudian di kategorisasikan. Berbagai kategori tersebut dilihat kaitannya satu dengan lainnya dan diinterpretasikan secara kualitatif. Proses analisis dalam penelitian ini telah dimulai sejak awal penulisan proposal, sehingga selesainya penelitian ini yang menjadi ciri khas dari analisis kualitatif


(44)

3.6. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Survey √

2 Acc Judul Penelitian √

3 Penyusunan Proposal √

4 Seminar Proposal √

5 Revisi Proposal √

6 Penelitian Lapangan √ √ √

7 Pengumpulan dan Analisis Data √ √

8 Bimbingan Skripsi √ √ √

9 Penulisan Laporan √ √ √


(45)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH DAN PROFIL INFORMAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kelurahan Mandailing Kecamatan Tebing Tinggi Kota

Kelurahan Mandailing merupakan salah satu kelurahan dari 3 kelurahan yang terdapat di wilayah kecamatan Tebing Tinggi Kota. Luas wilayah berkisar 24 km2 terdiri dari 5 lingkungan yaitu : lingkungan I sampai lingkungan V. Kelurahan Sari Rejo mempunyai batas – batas dengan daerah lain sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kampung Durian yaitu Kecamatan Tebing Tinggi Kota.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Rambutan, Kecamatan Tebing Tinggi Kota

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Melayu, Kecamatan Tebing Tinggi Kota.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kampng Durian yaitu Kecamatan Tebing Tinggi Kota


(46)

4.1.2 Luas Kelurahan

Tabel 1 dibawah ini menunjukkan jumlah luas kelurahan Mandailing sebagai berikut:

Tabel 1

Luas kelurahan Mandailing Kecamatan Tebing Tinggi Kota Tahun 2011

No Sumber Daya Alam Luas Kelurahan

1. Luas Pemukiman 0,8 km

2 Luas Kuburan 0,01 km

3 Luas Pekarangan 0,01 km

4 Perkantoran 0,01 km

5 Prasarana Umun 0,03 km

Jumlah 24 km

Sumber : Kantor Lurah Mandailing, 2011

4.1.3 Sumber Daya Air

Berikut tabel 2 di bawah ini yang menunjukkan sumber daya air yang di gunakan masyarakat di Kelurahan Mandailing :


(47)

Tabel 2

Sumber Daya Air yang terdapat di kelurahan Mandailing kecamatan Tebing Tinggi Kota tahun 2011

No. - Jumah (Unit) Pengguna

1. Mata Air 0 0

2. Sumur Galian 153 155 KK

3 Sumur Pompa 143 143 KK

4 Hidran Umum 3 48 KK

5. PAM 480 480 KK

6. Pipa 0 0 KK

7. Sungai 0 0 KK

Total 826

Sumber: Kantor Lurah Mandailing, 2011

4.2 Keadaan Penduduk di Kelurahan Mandailing 4.2.1.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Mandailing

Menurut data kelurahan tahun 2011 bahwa jumlah penduduk di KelurahanMandailing ini adalah 3.087 jiwa, terdiri dari 1.652 Kepala Keluarga. Untuk lebih memahami aspek Kelurahan Mandailing, berikut ini gambaran kependudukan tersebut:


(48)

4.2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

Masyarakat Kelurahan Mandailing pada umumnya beragama islam, seperti yang diuraikan pada tabel 3 berikut ini:

Tabel 3

Jumlah penduduk berdasarkan agama menurut kelurahan Mandailing kecamatan Tebing Tinggi Kota tahun 2011

No. Agama Jumlah

1. Islam 2988 orang

2 Kristen 27 0rang

3 Khatolik -

4 Hindu -

5 Budha 213 orang

Jumlah 3228 orang

Sumber: Kantor Lurah Mandailing, 2011

Berdasarkan data yang disajikan diatas pada tabel 3 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Kelurahan Mandailing ini beragama Islam yaitu sebanyak 2.988 orang.

4.2.2.1Tingkat Pendidikan Kelurahan Mandailing

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu pemberian dan peningkatan pendidikan terhadap masyarakat perlu ditingkatkan. Keterlibatan orang tua, sekolah dan lingkungan masyarakat Kelurahan Mandailing perlu ditingkatkan kesadarannya akan pentingnya pendidikan. Berikut jumlah penduduk berdasarkan pendidikan dapat dilihat ditabel 4 berikut ini:


(49)

Tabel 4

Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan menurut kelurahan Mandailing kecamtan Tebing Tinggi tahun 2011

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak Tamat SD 387 jiwa

2 Tamat SD 625 jiwa

3 Tamat SLTP 837 jiwa

4 Tamat SLTA 1.160 jiwa

5 TAMAT Akademik 42 jiwa

6 Tamat S- 1 36 jiwa

Jumlah 3.087 jiwa

Sumber : Kantor Lurah Mandailing, 2011

Berdasarkan data yang disajikan pada table 4 diatas menunjukan bahwa pendidikan penduduk Kelurahan tersebut adanya masyarakat yang tidak tamat SD, tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA, tamat Akademik dan tamat Sarjana. Penduduk di Keluruhan Mandailing hanya sedikit yang melanjutkan pendidikannya ke bangku perguruan tinggi. Kurangnya pengetahuan dan wawasan dapat membuat masyarakat di Kelurahan ini tidak dapat berpikir dalam menyeleksi perilaku – perilaku yang baik dan yang buruk untuk dilakukan. Bagi orang tua hal ini semacam ini dapat membuat mereka merasa kewalahan dalam mendidik anak – anaknya, karena orang tua sendiri tidak dibekali ilmu pengetahuan sehingga bagaimana mereka memberikan contoh serta pengetahuan yang baik untuk anaknya.


(50)

4.2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

Pada tabel 5 berikut ini di gambarkan jumlah penduduk berdasarkan suku bangsa:

Tabel 5

Jumlah penduduk berdasarkan suku bangsa menurut kelurahan Mandailing kecamatan Tebing Tinggi tahun 2011

No. Suku Bangsa Jumlah

1 Jawa / Sunda / Banten 291 orang

2 Simalungun / Mandailing / Karo 1.304 orang

3 Melayu 168 orang

4 Minang 1.245 orang

5 Tionghoa 213 orang

6 Lain – lain 6 orang

Jumlah 3.228 orang

Sumber: Kantor Lurah Mandailing, 2011

Pada table 3 di atas menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat di Kelurahan Mandailing ini bersuku Batak dan Minang.


(51)

4.2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Pada table 6 dibawah ini akan digambarkan jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian penduduk Kelurahan Mandailing. Ada bermaca – macam mata pencaharian penduduk di Kemurahan ini:

Tabel 6

Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian menurut kelurahan Mandailing kecamatan Tebing Tinggi tahun 2011

NO. Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Buruh 217 orang

2 Pegawai Negeri 54 orang

3 Pedagang 542 orang

4 Penjahit 41 orang

5 Tukang Batu 10 orang

6 Tukang Kayu 1 orang

7 Peternak 2 orang

8 Nelayan 1 orang

9 Montir 17 orang

10 Dokter 2 orang

11 Supir 18 orang

12 Pengemudi Becak 58 orang

13 TNI 6 orang

14 Pengusaha 18 orang

15 Bidan 7 orang

16 Tukang Pangkas 4 orang

Jumlah Total 998 orang


(52)

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Mandailing mempunyai mata pencaharian menjadi pedagang serjumlah 542 orang dan Buruh 217 orang. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi. dan ilmu pengetahuan yang tinggi. Dengan pendidikan masyarakat yang rendah tersebut, masyarakat hanya mampu bekerja sebagai pedagang dan buruh.

4.3 Prasarana dan Sarana Transportasi 4.3.1 Prasarana Air Bersih

Pada tabel 7 di bawah ini dapat dilihat prasarana air bersih yang terdapat di Kelurahan Mandailing:

Tabel 7

Jumlah Prasarana Air Bersih menurut kelurahan Mandailing kecamatan Tebing Tinggi tahun 2011

No. Sarana Air Bersih Jumlah

1 Sanyo 260 unit

2 Sumur Galian 124 unit

3 Hidran Umum 2 unit

4 MCK 1 unit

Jumlah 473 unit


(53)

4.3.2 Prasarana Tempat Ibadah

Dalam hal ini prasarana keagamaan yang ada di Kelurahan Mandailing dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini:

Tabel 8

Jumlah prasarana tempat ibadah menurut kelurahan Mandailing kecamatan Tebing Tinggi tahun 2011

No. Sarana Beribadah Jumlah

1 Mesjid 3 buah

2 Langgar / Mushola 3 buah

3 Gereja Kristen -

4 Gereja Katolik -

5 Wihara 2 buah

6 Pura -

Jumlah 11 buah


(54)

4.3.3 Prasarana Kesehatan

Dalam hal ini prasarana kesehatan yang ada di kelurahan Mandailing dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini:

Tabel 9

Jumlah prasarana kesehatan menurut kelurahan Mandailing kecamatan Tebing Tinggi tahun 2011

No Kelompok Usia Jumlah

Poliklinik Pengobatan 1 unit

2 Posyandu 4 unit

Jumlah 5 unit

Sumber : Kantor Lurah Mandailing, 2011

4.4 Ekonomi Masyarakat

4.4.1 Jumlah Pengangguran di Kelurahan Mandailing

Pada tabel 10 berikut ini akan digambarkan ekonomi masyarakat berdasarkan jumlah usia:

Tabel 10

Jumlah pengangguran menurut kelurahan Mandailing kecamatan Tebing Tinggi tahun 2011

No. Pengangguran Jumlah

1 Jumlah kerja usia 15 – 15 tahun 2.215 orang 2 Jumlah penduduk usia 15 -55 tahun

masih sekolah


(55)

4.4.2 Kemiskinan di Kelurahan Mandailing Tabel 11

Jumlah kemiskinan menurut kelurahan Mandailing kecamatan Tebing Tinggi tahun 2011

No. Kemiskinan Jumlah

1 Keluarga Prasejahtera 1 1 keluarga 2 Keluarga sejahtera 1 132 keluarga 3 Keluarga sejahtera 2 156 keluarga 4 Keluarga sejahtera 3 323 keluarga 5 Keluarga sejahtera 3 plus 214 keluarga

Jumlah 826 keluarga

Sumber : Kantor Lurah Mandailing, 2011

4.5 Gambaran Umum Kondisi Kelurahan Mandailing

Kelurahan Mandailing memiliki 5 lingkungan yang merupakan lingkungan yang biasa saja, tidak ada yang menonjol dari lingkungan ini. Lingkungan ini terlihat bersih, hamper semua jalan yang ada telah di aspal dan saluran pembuangan limbah juga tersedia.

3 Jumlah penduduk usia 15 – 55 tahun yang menjadi ibu rumah tangga

987 orang

4 Jumlah penduduk usia 15 – 55 tahun yang bekerja penuh

827 orang

5 Jumlah penduduk usia 15 – 55 tahun yang bekerja tidak tentu


(56)

Kondisi perumahan yang ada di Kelurahan Mandailing ini ada yang permanen, semi permanen dan rumah papan. Kondisi rumah masyarakat di Kelurahan ini tidak semuanya baik, ada yang layak dan tidak layak. Perumahan yang ditepati oleh masyarakat, ada yang milik sendiri dan ada juga yang mengontrak. Masyarakat yang mengontrak sebanyak 320 rumah tangga dan yang memiliki rumah sendiri sekitar 506 rumah tanggga. Masyarakat di Kelurahan ini juga mendapatkan bantuan dari Pemerintah berupa pembangunan rumah bagi masyarakat yang memiliki rumah tapi kondisinya tidak layak. Maka Pemerintah setempat memberi bantuan berupa atap lantai dan dinding (ALADIN).

Di kelurahan Mandailing masyarakatnya distreotipekan negatife oleh masyarakat sekitar. Terkait dengan perilaku penggunaan narkoba yang dilakukan masyarakat dan para remaja. Daerah kelurahan Mandailing terdapat para pengguna dan para pengedar narkoba yang pelakunya adalah masyaraka di lingkungan tersebut. Pada tahun 2011 sampai 2012 jumlah pengguna narkoba pada remaja sekitar 43 tersangka dan jumlah pengedar 15 tersangka. Para pengguna narkoba biasanya melakukan pembelian (transaksi) di lorong – lorong rumah warga, daerah pinggir sungai dan lapangan kosong. Para pengguna narkoba biasanya memakai di rumah – rumah kosong dan pondok – pondok tertutup yang terdapat di pinggiran sungai.

Daerah Kelurahan Mandailing ketika malam hari pada pukul 00.00 wib hingga menjelang subuh. Maka akan tampak jelas didaerah – daerah lingkungan tersebut para pengguna dan pengedar yang sedang berkumpul dan berkeliaran. Para remaja pun ikut dalam pengedaran narkoba tersebut.


(57)

4.6 Pemerintahan Kelurahan Mandailing

Kelurahan Mandailingerupakan kelurahan bagian dari Pemerintahan yang kecil dalam wilayah Pemerintahan Republik Indonesia yang di kepalai oleh seorang Lurah. Kelurahan Mandailing terdiri dari 5 lingkungan. Untuk kelancaran dan pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan, Kelurahan Mandailing mempunyai struktur pemerintahan yang tertera dalam struktur organisasi pemerintahan Kelurahan Mandailing.

Lurah mepunyai tugas menjalankan urusan rumah tangga sendiri, urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Sekretaris Lurah bertugas menjalankan administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta member pelayanan adinistrasi kepada Lurah. Kepala urusan bertugas menjalankan kegiatan sekretaris kelurahan berdasarkan bidangnya masing – masing. Kepala lingkungan bertugas membantu pelaksanaan pemerintah Kelurahan di setiap lingkungan masing – masing.

4.7 Profil Informan

4.7.1 Profil Informan Pertama Remaja

Nama : Wandi

Umur : 21 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Tingkat Pendidikan : SMA Suku Bangsa : Mandailing

Agama : Islam

Wandi merupakan remaja yang tinggal di Kelurahan Mandailing, yang saat ini Wandi membantu orang tuanya berjualan makanan di depan rumahnya. Kegiatan Wandi Sehari – harinya hanya di rumah saja dan tidak memiliki pekerjaan sendiri. Wandi memiliki hubungan yang tidak baik dengan Ayah nya,


(58)

karena ayah Wandi selalu berlaku tidak adil padanya. Ayah Wandi tidak perduli terhadap dirinya, apapun yang Wandi lakukan Ayahnya tidaklah perduli. Ayah dan Ibunya sering bertengkar karena ibu Wandi selalu membela dirinya. Wandi menganggap ayahnya tidak pernah menyayangi dirinya, karena ayahnya tidak mau tau tentang keberadaan diri Wandi. Ayahnya tidak pernah mencari disaat Wandi tidak pulang kerumah ataupun Wandi pulang larut malam. Keluarga Wandi tidak pernah bertanya apa yang saat ini dirinya butuhkan, orang tuanya hanya memberikan hal-hal yang penting saja, seperti ketika dirinya meminta uang sekolah. Tapi keluarganya tidak dapat memberikan apa yang Wandi inginkan karena kondisi keluarganya yang hanya cukup memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari. Masalah keluarga tersebut yang membuat Wandi tertekan, sehingga Wandi menggunakan obat – obatan terlarang seperti shabu dan ganja. Wandi menggunakan narkoba sejak dia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, sudah sekitar 7 tahun Wandi menggunakan narkoba. Wandi memperoleh narkoba dari teman – temannya, menurut Wandi ia sering melihat teman - temannya menggunakan narkoba mereka merasa lebih tenang. Wandi mulai ingin mencoba menggunakanya untuk menghilangkan masalahnya. Teman – teman Wandi mengajarkan bagaimana cara menggunakan dan menghirub narkoba tersebut. Narkoba tersebut ternyata membuat dirinya merasa lebih tenang dan aktif, sehingga Wandi dapat melupakan masalah – masalah yang di hadapinya dengan keluarga. Wandi mulai merasa ketagihan untuk menggunakan narkoba jenis Sabu, tapi ketika dirinya tidak memiliki uang untuk membelinya maka Wandi menggunakan cara lain seperti menjambret di jalan – jalan raya. Karena Wandi tidak memiliki uang untuk membeli narkoba. Ketika dirinya sedang menghadapi


(59)

masalah dengan keluarga, maka Wandi menggunakan sabu yang dapat membuat dirinya lebih aktif dan semangat untuk beraktifitas.

Menurut Wandi narkoba jenis sabu ini bisa membuat kita lebih semangat, selalu ingin bergerak dan rasanya melayang – layang ketika kita menggunakannya. Sedangkan narkoba jenis ganja membuat kita lebih ngantuk, malas dan telayang. Menurut Wandi dirinya menggunakan narkoba untuk menenangkan diri dari masalah – masalah yang dihadapinya. Ketika dirinya tidak menggunakan narkoba tersebut, maka dirinya merasa tidak nyaman dan gelisah. Tapi Wandi menggunakan narkoba hanya ketika dirinya sedang menghadapi masalah saja. Ketika Wandi ingin menggunak narkoba dan tidak ada uang, maka Wandi berusaha menahanya walaupun rasa gelisah menghantuinya. Orang tua wandi mengetahui dirinya menggunakan narkoba, tapi orang tua nya hanya diam dan tidak mau perduli. Wandi menganggap orang tuanya tidak perduli dengan kondisinya, menurutnya orang tuanya beranggapan bahwa dirinya adalah anak yang tidak mau dengar perkataan orang tua. Orang tua nya tidak mau tau tentang apa yang sedang dirinya hadapi, ketika Wandi mengalami masalah dia bercerita kepada teman dekatnya yang bernama Wira. Karena Wira selalu mendengar keluh kesah dan masalah yang dihadapi Wandi. Wandi merasa takut untuk bercerita dengan ke dua orang tuanya, dirinya takut orang tuanya malahan akan memarahinya dan tidak mau mendengar.

Wandi merasa dirinya lebih nyaman bersama teman – teman sepermainanya, karena menurut Wandi teman – temanya adalah orang –orang yang senasib dengan dirinya. Teman – temannya sering mengajarin hal – hal yang tidak baik, seperti mengunakan narkoba. Wandi menggunakan narkoba terkadang


(60)

secara bersama- sama dengan temanya, karena dapat membuat kebersamaan antara mereka. Sesama pemakai biasanya teman –temannya selalu mengajak dirinya untuk menggunakan narkoba. Wandi mengatakan bahwa teman – temannya akan marah ketika dirinya tidak memakai narkoba lagi. Wandi sering diteror melalui SMS atau telepon oleh teman – temannya yang ingin mengajaknya untuk menggunakan narkoba. Wandi sendiri kesulitan untuk tidak menggunakan narkoba, karena dirinya sudah tergantung memakai narkoba tersebut.

Wandi memiliki hubungan yang baik – baik saja dengan masyarakat sekitar lingkunganya. Masyarakat mengetahui kalau Wandi menggunakan narkoba, tapi masyarakat tidak perduli dirinya menggunakan narkoba. Masyarakat di lingkungan Wandi tidak perduli apa yang dilakukan masyarakat. Masyarakat di lingkungan Wandi bebas melakukan kegiatan apa saja, yang penting mereka tidak mengganggu kehidupan orang lain. Masyarakat di lingkungan Wandi sering minum – minuman dan berjudi didaerah tempat tinggal Wandi, tapi tanggapan masyarakat biasa saja. Masyarakat sudah terbiasa dengan hal tersebut, karna kegiatan tersebut sudah biasa mereka lihat di lingkungannya.


(61)

4.7.2 Profil Informan Kedua Remaja

Nama : Hari

Umur : 22 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Tingkat Pendidikan : STM Suku Bangsa : Melayu

Agama : Islam

Hari kegiatanya sehari – hari hanya duduk dan berkeliling – liling saja, karena hari tidak memiliki pekerjaan. Hari biasanya bekerja ketika hari diajak oleh masyarakat lingkungan untuk memperbaiki jalanan. Hari tidak memiliki pekerjaan yang tetap pada saat ini, karena Hari tidak mengetahui mau bekerja apa. Hari memiliki hubungan yang tidak baik dengan Ayahnya, karena Hari sering bertengkar dengan ayahnya dirumah. Hari bertengkar jarena ketidak cocokan dirinya dengan ayah, ayah Hari sering membesar –besarkan masalah yang kecil. Keluarga Hari tidak memperdulikan anak –anaknya, apa lagi memperdulikan Hari. Apapun yang dilakukan Hari ayahnya tidak pernah perduli. Sehingga Hari tidak betah dengan kondisi dirumah.

Hari menggunakan narkoba karena dia tidak mengetahui apa yang harus dilakukan ketika sedang ada masalah. Hari menggunakankan narkoba karena diajak oleh teman – temannya. Pertama Hari hanya melihat teman –temanya menggunakan narkoba, karena Hari sering melihat temannya menggunakan narkoba maka dirinya mulai tertarik untuk mencoba. Teman Hari mengajari Hari menggunkan narkoba jenis sabu, dari cara memakai sampai menggulung Hari ketahui dari teman – temannya. Hari mulai menggunakan narkoba semenjak dirinya duduk di kelas 2 SMP sampai saat ini ketika umurnya sudah beranjak 22 tahun. Hari memperoleh narkoba dari teman - temannya yang sering memberikan Hari secara cuma – Cuma, tapi itu hanya beberapa kali. Hari mengatakan kalau dirinya memperoleh uang untuk membeli narkoba dari hasil mencuru, karena


(62)

tidak mungkin Hari meminta uang pada orang tuanya. kondisi keluarha Hari sangatlah memperihatinkan, karena Ayah Hari bekerja sebagai pemulung dan ibu Hari sebagai tukang cuci. Keluarga Hari hanya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari itu pun terkadang kurang. Kondisi keluarga yang tidak memperhatikan anak – anaknya membuat Hari terkadang mencari kenyaman di luar sana.

Hari mengatakan ketika dia menggunakan narkoba jenis sabu maka akan membuat hari lupa dengan semua masalah yang sedang dihadapinya. Ketika Hari menggunakan sabu maka dia akan merasa pengen bergerak terus dan buat semangat. Narkoba jenis sabu semakin kita diam kita makin tidak tenang, biasanya dibawa gerak dan keinginan berhubungan seks semakin tinggi. Ketika Hri tidak menggunakan narkoba, makan dia akan merasa ada yang kehilangan dari dirinya, karena Hari merasa tidak tenang apa lagi masalah terus bertambah. Biasanya Hari membeli narkoba di lingkungantempat tinggalnya, karena di lingkunganya banyak sekali pengedar. Menurut Hari di samping rumahnya penjual narkoba dan di belakang rumah para pengguna narkoba. Keinginan Hari untuk menggunakan narkoba sangatlah kuat karena Hari sering sekali melihat orang sekelilingnya memakai narkoba.

Hari memiliki hubungan yang baik dengan teman – teman sepermainanya, apa lagi teman – teman Hari adalah para pengguna narkoba. Hari dan teman – temannya biasanya menggunakan narkoba bersama – sama, karena mereka bisa saling berbagi dan belajar bagi yang baru menggunakanya. Menurut Harisulit bagi dirinya untuk keluar dari kelompok tersebut, karena ketika ada yang ingin keluar dari kelompok maka mereka akan terus mengajak dan menelepon


(63)

untuk terus mengajak kita menggunakanya. Hari sendiri kesulitan untuk tidak memakai narkoba dan keluar dari kelompoknya. Banyak hal yang menurut Hari dia pelajari dari kelompok pengguna narkoba, dari cara memakai sampai mengedarkan narkoba. Hari saat ini mulai menjadi pengedar narkoba, karena dengan itu dia bisa terus mendapatkan uang untuk membeli narkoba.

Hari memiliki hubungan yang tcukup baik dengan para tetangganya. Padahal masyarakat mengetahui kalau Hari adalah pengguna narkoba, tapi masyarakat tidak perduli. Meurut Hari di lingkungan tempatnya tinggal banyak masyarakat yang hidup dari menjual narkoba. Masyarakat di lingkungannya tidak memperdulikan hal tersebut, karena itu merupakan kegiatan yang sudah biasa mereka lihat sehari – hari. Menurut Hari masyarakat lingkunganya tidak perduli apa yang kita lakukan yang penting kita tidak mengganggu kehidupan mereka.

4.7.3 Profil Informan Ketiga Remaja

Nama : Fir

Umur : 23 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Tingkat Pendidikan : SMA Suku Bangsa : Mandailing

Agama : Islam

Kegiatan Fir saat ini hanya berkeliling – liling saja, tapi terkadang Fir membawa becak temannya. Fir mengatakan dia tidak memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya. Fir sering sekali bertengkar dengan orang tuanya, karena ketidak cocokan diantara mereka. Orang tua Fir tidak perduli dengan keadaanya, mereka tidak pernah menanyakan apa yang sedang terjadi pada dirinya. Di dalam keluarga Fir bukanlah anak yang disayang, orang tua Fir lebih sayang pada adiknya. Keluarga Fir tidak pernah mau tau dan perhatian pada Fir.


(64)

Keluarga hanya sibuk dengan urusanya masing – masing. Ayah Fir sering kali minum – minuman dan pulang sampai larut malam.

Fir mengatakan menggunakan narkoba karena sering meilhat teman – temannya memakai narkoba, sehingga Fir penasaran untuk mencobanya. Fir pertama belajar dari teman – temanya yang sudah terbiasa menggunakan narkoba. Dari bagaimana cara memakai sampai menghirup narkoba tersebut. Fir mulai menggunakan narkoba sejak dirinya duduk di bangku sekolah menengah pertama. Fir menggunakan narkoba sudah sekitar 8 tahunan, sewaktu kelas 2 SMP sampai saat ini Fir berumur 23 Tahun. Fir mrndapatkan narkoba biasanya dari uang jajan yang diberikan orang tuanya, uang tersebut dikumpulkan sampai Fir bisa membeli narkoba tersebut. Kalau Fir tidak punya uang Fir terkadang melakukan kegiatan menjambret dijalan raya. Menurut Fir ketika kita menggunakan narkoba makan kita akan menjadi lebih pintar. Ketika Fir menggunakan narkoba maka Fir akan menjadi lebih tenang dan santai. Menurut Fir dia menggunakan narkoba jenis sabu ketika dirinya sedang ada masalah, sabu akan membuat Fir bergerak dan berjoget. Ketika Fir tidak menggunakan narkoba makan iya merasa tidak tenang dan gelisah. Orang tua Fir mengetahui kalau iya menggunakan narkoba, tapi orang tua Fir tidak begitu memperdulikannya. Orang tua Fir hanya memarahi Fir sesaat saja dan tidak mau tau lagi tentang dirinya. Keluarga Fir tidak pernah menanyakan apa yang Fir inginkan dan tidak pernah memaksakan anak – anaknya untuk sekolah.

Fir memiliki hubungan yang baik dengan teman – teman sepermainanya. Menurut Fir teman – temannya adalah orang –orang yang jahat dan para pemakai narkoba. Teman – teman Fir yang baik menjauhi dirinya, sedangkan yang jahat mendekatinya. Fir memakai narkoba karena sering melihat teman –temanya


(1)

6. Para remaja yang menggunakan narkoba mengalami proses belajar dari para pengguna narkoba, karena remaja mendapatkan pembelajaran tentang cara menggunakan narkoba.

7. Para remaja mengalami proses belajar lebih lanjut ketika mereka memasuki kelompok para pengguna narkoba. Para remaja tidak hanya menggunakan narkoba, tetapi mereka akan mulai memasuki dunia para pengedar. Remaja akan mulai belajar menjadi para pengedar narkoba, ketika mereka mendapatkan keuntungan dari narkoba tersebut.

8. Dampak sosial dari penggunaan narkoba tersebut yaitu, keberadaan para remaja pengguna narkoba tidak di hargai oleh masyarakat sekitar dan remaja mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari lingkungannya. Para remaja mendapatkan caci maki dan hinaan dari masyarakat.

9. Remaja yang masuk dalam jeratan narkoba mengalami ketergantungan terhadap rasa dari narkoba tersebut, sehingga para penggunanya sulit untuk memberhentikan penggunaannya.

10. Remaja yang menggunakan narkoba akan memasuki kelompok atau gang dari para penggunanya. Sehingga para remaja mengalami kesulitan untuk keluar dari kelompok tersebut, karena para pengguna lainnya tidak akan berhenti untuk mengajak dan menawarkan narkoba tersebut.

6.2 Saran


(2)

orang – orang terdekatnya. Diharapkan keluarga juga mengetahuai apa saja yang dilakukan oleh para remaja dan pada siapa para remaja berteman. Sehingga keluarga dapat mengontrol keberadaan para anak – anak remajanya.

2. Diharapkan keluarga mengetahuai apa yang anak – anaknya mereka butuhkan dan apa yang diinginkan oleh seorang anak pada masa – masa remaja.

3. Diharapkan pada masyarakat sekitar Kelurahan Mandailing memperdulikan apa yang terjadi pada para remaja dan dapat mengambil langkah tegas ketika para remaja melakukan hal – hal yang menyimpang.

4. Bagi para Kepolisian Tebing Tinggi, diharapkan dapat menindak lanjuti masalah penggunaan narkoba pada remaja. Para remaja yang menggunakan narkoba dapat diberikan penyuluhan tentang bahaya dari narkoba tersebut dan hukuman yang lebih mendidik buat para remaja.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktisi.

Jakarta: Riseka Cipta.

Ginting, Paham. 2005. Teknik Penelitian Sosial. Medan: USU Press

Ihromi. 1999. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Kartono, Kartini. 2004. Patologi Sosial: Jakarta. Rajawali.

Salam Burhanudin, 1996. Etika Sosial Asas Moral Dalam Kehidupan Manusia.

Jakarta: Rineka Cipta

Santrock, J.W.(2000). Life Span Development (Fifth Edition). Dallas : University

of TexasA

Sumadi, Suryabrata. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Soemitro, Sutyastie. 2002. Kemiskinan dan Ketidakmerataan Di Indonesia.

Jakarta: Rineka Cipta.


(4)

Grafindo Persada.

Suparlan, Dr. Parsudi (penyunting). 1984. Kemiskinan Di Perkotaan,

Bacaan Untuk Antropologi Perkotaan. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan

dan Yayasan Obor Indonesia.

Suhardi, Sunarti Sri. 2009. Sosiologi Penyimpangan. Jakarta: Pusat

Pembukuan Departemen pendidikan Graha Multi Grafika.

Sunarto Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi.

Suyanto, Bagong Narwoko. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.

Jakarta: Kencana

Ritzer, George. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Arief wib

Suara Merdeka


(5)

Sumber : Kantor Lurah Mandailing, Potensi Kelurahan Mandailing Tahun 2011

http///www.badanPusatStatistikTebingtinggi.com, diakses tanggal 10 Maret

2012 pukul 21.09 wib

pukul 20.00 wib

diakses 5 Maret 2012 pukul 16.00 wib

16.10 wib

http://eprints.undip.ac.id/10442/1/skripsi__marika_pdf.pdf


(6)

pembelajaran.html

diakses