Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Pada Binaan Al-Kamal Sibolangit Center

(1)

1

PENGARUH SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP

PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA BINAAN AL-KAMAL

SIBOLANGIT CENTER

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

DISUSUN OLEH

MICHAEL CHENEY HURA

100902086

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

NAMA

: MICHAEL CHENEY HURA

NIM

: 100902086

ABSTRAK

(Skripsi ini terdiri dari: 6 bab, 142 halaman, 18 kepustakaan,

52 tabel, serta lampiran)

Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang kompleks,

sehingga memerlukan upaya penanggulangan yang komprehensif dengan

melibatkan multidisipliner, multisektor, dan peran serta masyarakat yang

aktif yang dilaksanakan dengan cara berkesinambungan, konsekuen, dan

konsisten. Penyalahgunaan narkoba saat ini melibatkan kalangan anak

remaja, dewasa, hingga orang tua dan tidak sedikit diantara mereka wanita

yang ikut dalam penyalahgunaan narkoba.

Populasi dari penelitian ini adalah 55 orang yang menjadi total

binaan Al-Kamal Sibolangit Center. Sampel dalam penelitian ini adalah 15

orang remaja yang berusia 12-23 Tahun dengan menggunakan metode

penarikan sampel Purposive Sampling. Metode yang digunakan adalah

metode penelitian eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik

pengumpulan data melalui kuesioner dan observasi dan wawancara. Data

yang didapat ditabulasikan ke dalam tabel selanjutnya dianalisis dengan

teknik Korelasi Product Moment.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan telah dianalisi

bahwa pengaruh sosial ekonomi keluarga terhadap penyalahgunaan narkoba

berpengaruh sangat rendah dimana nilai korelasi product moment hitung

lebih kecil dari moment tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya

terdapat pengaruh yang sangat rendah antara sosial ekonomi keluarga

terhadap penyalahgunaan narkoba. Kesimpulan bahwa sosial ekonomi

keluarga

memberikan pengaruh yang sangat rendah

terhadap

penyalahgunaan narkoba.

Kata kunci: Pengaruh, Sosial Ekonomi Keluarga, Penyalahgunaan

Narkoba


(3)

3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

NAMA

: MICHAEL CHENEY HURA

NIM

: 100902086

ABSTRACT

(This thesis consists of: 6 chapters, 142 pages, 18 libraries, 52

tables, and attachments)

Drug abuse is a complex issue, requiring a comprehensive

prevention efforts involving multidisciplinary, multisector, and active

community participation is implemented by means of continuous,

consistent, and consistent. Drug abuse currently involves among teenagers,

adults, up to the parents and not the least among them women who

participated in drug abuse.

The population of this study were 55 people who became the target

of Al-Kamal total Sibolangit Center. The samples in this study were 15

12-23 year old adolescents using purposive sampling method sampling. The

method used is an explanatory research methods with quantitative

approaches. The technique of collecting data through questionnaires and

observation and interviews. The data obtained are tabulated in the table

were then analyzed with the Product Moment Correlation technique.

Based on the data that has been collected and analyzed that

socioeconomic influences on drug abuse affected families is very low as the

value of the product moment correlation count is smaller than the moment

the table, then Ho is rejected and Ha accepted. This means that there is a

very low influence between family socioeconomic against drug abuse.

Conclusion that family socioeconomic impact is very low against drug

abuse.

Keywords: Influence, Social Economic Family, Drug Abuse


(4)

4

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala penyertaan dan berkatNya penulis dapat memulai, melaksanakan, dan

menyelesaikan masa perkuliahan di Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP

USU) dan atas izinNya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

ini.

Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah

Pengaruh Sosial

Ekonomi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Pada Binaan

Al-Kamal Sibolangit Center

Pada kesempatan ini, secara khusus penulis menyampaikan rasa

hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua Saya,

ayahanda Alm. Rara Dodo Hura dan terutama My Lovely Mom Atiria

Telaumbanua yang dengan penuh cinta kasih dan perjuangan mulai dari

melahirkan, merawat, membesarkan, mendidik, mendukung, serta selalu

berupaya memenuhi kebutuhan penulis sendirian sebagai Single Parent’s.

Makasiyah Ma buat semua yang telah Mama kasih kepada Kami, Mama

memang Orangtua yang paling hebat buat Ika dan Saya sendiri. Semoga

dengan ini MAMA bisa samakin bangga kepada kami. Love You Mom,

Everafter.

Penulis juga mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dan

yang telah membantu penulis selama kuliah sampai penulis lulus, yaitu:

1.

Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si selaku Dekan FISIP-USU.


(5)

5

2.

Ibu Hairani Siregar, S. Sos, MSP selaku Ketua Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial FISIP-USU.

3.

Ibu Mastauli Siregar S.Sos. M. Si selaku Dosen pembimbing

penulis yang telah membimbing penulis penuh kesabaran atas

segala kekurangan dan kelambatan penulis, mengarahkan, dan

meluangkan waktu selama penulisan skripsi.

4.

Ibu Dra. Berlianti MSP selaku dosen pembimbing akademik

penulis yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan.

5.

Seluruh staff pengajar departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang

telah memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.

Secara istimewa penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1.

Adikku Veronika Patricia Hura, Bang Markus Gea di Jakarta dan

Semua Keluarga yang Selalu Memberikan Dukungan dan

Motivasi, semangat sampai Penulis dapat Menyelesaikan

Perkuliahan ini.

2.

Buat Sahabat-sahabatku dari jaman gag enak ampe sekarang (dari

SMARAK), Saritua Panjaitan SE, Deslansyah Girsang S.Pk yang

telah Lulus Duluan. “aku uda lulus ya!! kelen piker klen ajj yang

bisa? Wkwkwk” dan Terkhusus Buat Wandro Sitanggang Kessos

2011 “jgn maen-maen lg kau Su, uda cukup itu maen-maennya.

Sekarang waktunya kita yang kerja n membanggakan orangtua

kita, Dengan cara Tamat, Bekerja dan Mewujudkan apa yang

sudah kita impikan dari dulu. Cocok Klen Rasa? Hahaha.


(6)

6

3.

Sahabat – sahabatku Kessos 2010, Madoku (Meisyah), Syamsul

(Anton), Si-Nua (Helen), Gondlong (July), Tuken (Jonathan),

Nande Kristin dan Dwi Purba, Rongit (Edward), Rin (Riada),

Angga, Mas Bro (Pram), Paman Sam, Desi G, Debora, Ummi,

Intan, Cilung (Nanda), Kapten Asu ( Lamsar), Kyrez, dan semua

Konkawan Kessos 2010 yang belum sempat penulis sebutkan satu

per satu, masakasiyah yaa semua buat kebersamaan kita dari Awal

abg masuk ke Kessos deq ampe Abg tamat sekarang. Wkwkwk.

Dari Janjalan, Keliling Hutan, ampe Sinabung pun kita daki.

Semua itu bagiku gag mungkin terlupakan. Dan akan menjadi

kenangan paling indah bagiku. Oia, Terkhusus Buat Doping

Duaku yang selalu membantu selama awal membuat Skripsi ini

sampe Akhir, Son, A lot of thank’s yaa Hallason Sims uda mau

bantu aku, klo gag ntah kek mana jadinya ne Skripsi. Hahha. Bagi

konkwan yang belum tamat “Hatop pls, gag bosan klen di

kampus?”

4.

Buat Para Abangda Kessos 09 makasiiyah buat bantuannya selama

dikampus.

5.

Buat CFC ( Chumy Fans Club ), Dewi, Hera, Riska, dan

adek-adek kami kessos 11, makasiiyah udah mau jadi Fans abg. Tp,

teringatnya klen ngefans kenapa pula? ckckckck

6.

Buat Tim GG, Nati Kribas (Fahmi), Dadang Homo (Rizky),

Anginribut (Farid) dan SiJoni kami (Aganta) yang gag suka

begadang kita trus tiap malam maen DotA, Open mau kuliah/ujian


(7)

7

besok ya kn? Wkwkwk. Abg tamat duluan yaa deq. Uda bisa kita

istirahat maen nya bentar, tamatkan dulu baru kita maen lagi ampe

mampus pun jadi. Ntar asal-asal ajj kek si joni kita D3 ampe 5

tahun. Iya Jon? wkowkokwokwo

7.

Buat Semua Teman-teman di Komisi Pemuda BNKP Hilisawato

Simalingkar, Makasiiyah yaa uda didoain buat cepat tamat.

8.

Buat Teman-teman BBA Fam’s (Alumni SMA RAKSANA, IPS

2) Khususnya buat Rika (Qha) buat buku-buka referensi yang

sudah diberikan selama penyusunan skripsi ini, jadi gag

susah-susah nyarinya lagi deh.

9.

And last for My SAIKUCIKU, Juni Novita MT, Makasiiyah Ciaan

dah Bantuin, Nemenin, Doain, semuanya laah pokoknya

.

Mudah-mudahan bisa trus seperti itu Everater. Muachh :*


(8)

8

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 8

1.4 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sosial Ekonomi ... 10

2.1.1 Pengertian Sosial ekonomi ... 10

2.2 Narkoba ... 16

2.2.1 Pengertian Narkoba ... 16

2.2.2 Sejarah Perkembangan Narkoba ... 31

2.3 Penyalahgunaan ... 32

2.3.1 Pengertian Penyalahgunaan Narkoba ... 32

2.3.2 Modus Operandi Penyalahgunaan Narkoba ... 34

2.3.3 Mekanisme Terjadinya Penyalahgunaan Narkoba ... 36

2.3.4 Tahap-tahap Penyalahgunaan Narkoba ... 37

2.3.5 Dampak Penyalahgunaan Narkoba ... 40

2.3.6 Bahaya Penyalahgunaan Narkoba ... 41

2.4 Proses Terjebak Narkoba ... 44

2.5 Beberapa Gejala Dini Penyalahgunaan Narkoba ... 45

2.6 Beberapa Ciri Psikologis dan Prilaku yang Tertentu Terhadap Penyalahgu naan Narkoba ... 46

2.7 Faktor-faktor Remaja Menggunakan Narkoba ... 47

2.8 Kerangka Pemikiran ... 57


(9)

9

2.9 Hipotesis ... 60

2.10 Defenisi Konsep ... 60

2.11Defenisi Operasional ... 62

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 65

3.2 Lokasi Penelitian ... 65

3.3 Populasi dan Sampel ... 66

3.3.1 Populasi ... 66

3.3.2 Sampel ... 66

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 67

3.5 Teknik Analisis Data ... 67

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Berdirinya Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre ... 69

4.2 Visi dan Misi Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre ... 70

4.2.1 Visi Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre ... 70

4.2.2 Misi Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre ... 70

4.3 Struktur Organisasi ... 71

4.4 Fasilitas Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre ... 75

4.5 Metode Pengobatan di Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre ... 83

4.6 Syarat-syarat Menjadi Warga Binaan di Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre ... 86

BAB V : ANALISIS DATA 5.1 Pengantar ... 87

5.2 Identitas Responden ... 88

5.2.1 Umur ... 88

5.2.2 Jenis Kelamin ... 89

5.2.3 Suku Bangsa ... 90

5.2.4 Agama ... 91

5.2.5 Pendidikan Terakhir ... 91

5.3 Sosial Ekonomi Keluarga ( Variabel X )... 92

5.4 Penyalahgunaan Narkoba ( Variabel Y ) ... 106


(10)

10

5.5 Uji Hipotesa ... 128

BAB VI : PENUTUP

6.1 Kesimpulan ... 132 6.2 Saran ... 133

DAFTAR PUSTAKA


(11)

2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

NAMA

: MICHAEL CHENEY HURA

NIM

: 100902086

ABSTRAK

(Skripsi ini terdiri dari: 6 bab, 142 halaman, 18 kepustakaan,

52 tabel, serta lampiran)

Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang kompleks,

sehingga memerlukan upaya penanggulangan yang komprehensif dengan

melibatkan multidisipliner, multisektor, dan peran serta masyarakat yang

aktif yang dilaksanakan dengan cara berkesinambungan, konsekuen, dan

konsisten. Penyalahgunaan narkoba saat ini melibatkan kalangan anak

remaja, dewasa, hingga orang tua dan tidak sedikit diantara mereka wanita

yang ikut dalam penyalahgunaan narkoba.

Populasi dari penelitian ini adalah 55 orang yang menjadi total

binaan Al-Kamal Sibolangit Center. Sampel dalam penelitian ini adalah 15

orang remaja yang berusia 12-23 Tahun dengan menggunakan metode

penarikan sampel Purposive Sampling. Metode yang digunakan adalah

metode penelitian eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik

pengumpulan data melalui kuesioner dan observasi dan wawancara. Data

yang didapat ditabulasikan ke dalam tabel selanjutnya dianalisis dengan

teknik Korelasi Product Moment.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan telah dianalisi

bahwa pengaruh sosial ekonomi keluarga terhadap penyalahgunaan narkoba

berpengaruh sangat rendah dimana nilai korelasi product moment hitung

lebih kecil dari moment tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya

terdapat pengaruh yang sangat rendah antara sosial ekonomi keluarga

terhadap penyalahgunaan narkoba. Kesimpulan bahwa sosial ekonomi

keluarga

memberikan pengaruh yang sangat rendah

terhadap

penyalahgunaan narkoba.

Kata kunci: Pengaruh, Sosial Ekonomi Keluarga, Penyalahgunaan

Narkoba


(12)

3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

NAMA

: MICHAEL CHENEY HURA

NIM

: 100902086

ABSTRACT

(This thesis consists of: 6 chapters, 142 pages, 18 libraries, 52

tables, and attachments)

Drug abuse is a complex issue, requiring a comprehensive

prevention efforts involving multidisciplinary, multisector, and active

community participation is implemented by means of continuous,

consistent, and consistent. Drug abuse currently involves among teenagers,

adults, up to the parents and not the least among them women who

participated in drug abuse.

The population of this study were 55 people who became the target

of Al-Kamal total Sibolangit Center. The samples in this study were 15

12-23 year old adolescents using purposive sampling method sampling. The

method used is an explanatory research methods with quantitative

approaches. The technique of collecting data through questionnaires and

observation and interviews. The data obtained are tabulated in the table

were then analyzed with the Product Moment Correlation technique.

Based on the data that has been collected and analyzed that

socioeconomic influences on drug abuse affected families is very low as the

value of the product moment correlation count is smaller than the moment

the table, then Ho is rejected and Ha accepted. This means that there is a

very low influence between family socioeconomic against drug abuse.

Conclusion that family socioeconomic impact is very low against drug

abuse.

Keywords: Influence, Social Economic Family, Drug Abuse


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah

Setiap masyarakat pasti menghadapi masalah sosial. Masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produk dari kemajuan teknologi, mekanisme, industrialisasi dan urbanisasi memunculkan banyak masalah sosial. Adaptasi atau penyesuaian diri terhadap masyarakat modern yang serba kompleks itu menjadi tidak mudah. Kesulitan mengadakan adaptasi atau penyusuaian diri menyebabkan kebingungan, kecemasan, dan konflik-konflik, baik yang terbuka dan eksternal sifatnya, maupun yang tersembunyi dan internal dalam batin sendiri, sehingga banyak orang yang mengembangkan pola tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma umum atau berbuat semau sendiri demi kepentingan sendiri dan mengganggu atau merugikan orang lain.

Salah satu hal yang sejak dulu menjadi permasalahan dalam masyarakat dan membutuhkan perhatian khusus adalah penyalahgunaan narkoba. Masalah penyalahgunaan narkoba merupakan salah satu permasalahan sosial. Masalah ini merupakan masalah yang berkaitan dengan berbagai segi kehidupan, serta berakibat negative tidak hanya bagi penyandang masalah saja, melainkan juga bagi keluarganya, lingkungan sosialnya dan dapat membahayakan masa depan bangsa dan Negara.

Masalah tersebut juga bukan hanya mengakibatkan ketergantungan narkoba secara fisik maupun psikis terhadap pemakainya, namun juga dapat mengakibatkan kehancuran pada perkembangan kepribadian korban yang pada gilirannya nanti akan berlanjut pada perbuatan yang mengarah pada kriminalitas yang menimbulkan keresahan bagi masyarakat serta mengancam ketertiban,


(14)

2

ketentraman dan keamanan masyarakat seperti pembunuhan, pencurian dan lain-lain.

Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah manusia seutuhnya, artinya melibatkan aspek jasmani, kejiwaan (psikologis-sosial), dan rohani (moral spiritual) seseorang. Penyalahgunaan narkoba menyebabkan gangguan kesehatan jasmani, emosional dan sosial mental, bahkan cacat permanen, kematian, kehilangan produktivitas, kemerosotan nilai-nilai sosial-budaya dan moral-spiritual, kehancuran keluarga dan masyarakat, serta peningkatan kejahatan. Itu sebabnya penyalahgunaan narkoba merupakan ancaman bagi masa depan bangsa.

Di Indonesia, Permasalahan penyalahgunaan narkoba pada akhir tahun ini kian hari kian meningkat saja, terbukti dengan semakin banyaknya pemberitaan-pemberitaan melalui media. Baik itu di media massa maupun di media elektronik, yang hampir setiap hari memberitakan tentang penangkapan para pelaku penyalahgunaan narkoba oleh aparat keamanan. Data yang diperoleh dari Gerakan Nasional Anti Narkoba (Granat) menyatakan, sepanjang tahun 2012 terdapat sebanyak 26.458 kasus penyalahgunaan narkoba yang terdiri dari: 17.620 kasus narkotika, 1.599 kasus psikotropika, serta 7.239 kasus zat adiktif. Sementara, jumlah tersangka yang terkait kasus narkoba ini mencapai 32.743 orang. Di lain sisi, Gerakan Nasional Anti Narkoba (Granat) mencatat sebanyak 50 orang per hari meninggal akibat narkoba.

Pada tahun 2013, Entimasi kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan narkoba +_ Rp. 57 triliun. Yang terdiri dari komponen biaya private dan biaya sosial, sehingga secara global penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba semakin mempengaruhi segenap sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Indonesia yang semula hanya menjadi negara transit atau tempat pemasaran dan peredaran sekarang sudah meningkat menjadi salah


(15)

3

satu negara tujuan bahkan merupakan negara eksportir atau negara produsen (BNNP-Sumut,2013)

Permasalahan penyalahgunaan narkoba dapat mempengaruhi berbagai sudut misalnya: Dari sudut kesehatan, penyalahgunaan narkoba tergolong gangguan kesehatan jiwa serta masalah perilaku dan sosial (psikososial) karena narkoba berpengaruh pada kerja otak. Disini penyalahgunaan narkoba harus dipandang sebagai masalah manusia seutuhnhya, bukan semata-mata masalah narkoba itu sendiri (it is not a problem of drugs, but it is a problem of people). Dari sudut sosial budaya, penyalahgunaan narkoba merupakan gaya hidup. Misalnya : siswa merokok akibat pengaruh kelompok sebaya. Rokok, yang mengandung nikotin, menyebabkan orang ketergantungan. Sulit untuk menghindari tidak merokok di pesta, rapat, tempat kerja, tempat umum, dan di rumah. Akan tetapi, orang kecanduan bukan saja terhadap narkoba, melainkan juga seks, judi, uang, makan, pekerjaan, dan kekuasaan. Kecanduan narkoba sering berkaitan dengan kecanduan jenis lain itu, sebagai keyakinan adiktif dan kepribadiaan adiktif.

Keyakinan adiktif adalah keyakinan tentang diri sendiri dan dunia sekitar yang bersifat adiktif, artinya bergantung pada hal-hal diluar dirinya. Kepribadian adiktif adalah kepribadian yang berpusat pada diri sendiri untuk memuaskan dirinya tanpa harus bersusah payah. Memakai narkoba merupakan cara menghindari kenyataan atau persoalan dan rasa tidak nyaman, dan bukan mencari penyelesaian masalah secara konstuktif yang sering menyakitkan.

Dari sudut sosial ekonomi, penyalahgunaan narkoba adalah produk dari sistem sosial yang kurang menguntungkan, seperti modernisasi, urbanisasi yang terkait penggangguran, kemiskinan dan korupsi. Didorong oleh kemudahan memperoleh narkoba dan keuntungan besar bagi pengedar gelapnya, mengakibatkan penyalahgunaan narkoba makin marak.


(16)

4

Sosial ekonomi berkaitan dengan penyalahgunaan narkoba, misalnya mereka yang berasal dari keadaan sosial ekonomi yang pas-pasan memaksa seseorang tersebut harus mencari jalan untuk bisa menggunakan narkoba dengan bertindak yang dapat merugikan masyarakat lainnya, tindakan tersebut bisa seperti pencurian maupun yang lainnya, yang terpenting seseorang tersebut dapat mengkonsumsi narkoba, sedangkan seseorang dari kalangan sosial ekonomi yang tinggi tidak memaksanya untuk bertindak yang merugikan masyarakat, karena untuk dapat mengkonsumsi narkoba seseorang tersebut menggunakan apa yang dimilikinya yang terpenting bisa mendapatkan narkoba.

Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki kerawanan tinggi terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, harus memiliki komitmen untuk melaksakan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Komitmen ini sejalan dengan tujuan Pembangunan Nasional yang dilaksanakan dalam rangka mencapai cita-cita bangsa Indonesia membangun masyarakat sejahtera, adil dan makmur. Untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur yang merata materil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka kualitas sumber daya manusia Indonesia sebagai salah satu modal pembangunan nasional perlu ditingkatkan secara terus-menerus termasuk derajat kesehatannya.

Guna meningkatkan derajat kesehatan sumber daya manusia Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat maka perlu generasi-generasi yang sehat baik jasmani maupun rohani tanpa terkontaminasi unsur-unsur ketergantungan terhadap barang-barang terlarang baik itu narkotika, psikotropika maupun bahan-bahan adiktif lainnya.

Mengatasi penyalahgunaan narkoba ini, pemerintah harus bertindak dengan serius untuk menanggulanginya, bila pemerintah tidak segera bertindak secara serius, maka dampak dan kerugian biaya yang ditimbulkan akan jauh lebih


(17)

5

besar lagi. Fakta bahwa sebagian besar penyalahguna merupakan remaja dan berpendidikan tinggi yang merupakan modal bangsa yang tidak ternilai, besaran biaya yang sesungguhnya jauh lebih besar dari biaya hitungan studi ini. Dampak ekonomi dan sosial penyalahgunaan narkoba yang yang sangat besar ini menggaris bawahi upaya pencegahan dan penanggulangan narkoba sebagai upaya yang sangat mendesak.

Masalah ini merupakan ancaman yang serius bukan saja terhadap kelangsungan hidup dan masa depan pelakunya tetapi juga sangat membahayakan bagi kehidupan masyarakat bangsa dan negara. Penyalahgunaan narkoba ini sudah sangat mendesak, harus terus menjadi perhatian serius dari seluruh komponen masyarakat. Bahaya penyalahgunaan Narkoba tidak saja menyebabkan terjadinya degradasi usia produktif tapi juga telah memicu meluasnya penderita HIV/AIDS. Untuk mengurangi angka penyalahgunaan narkoba, dibutuhkan berbagai upaya dalam melakukan pengurangan penggunaan narkoba, misalnya dengan melakukan upaya sosialisasi tentang bahaya narkoba bisa dilakukan antara lain dengan melakukan seminar-seminar ataupun diskusi terbuka mengenai permasalahan ini. Keluarga juga mempunyai peran penting dalam mengurangi angka penyalahgunaan narkoba. Orangtua harus bisa menjadi polisi keluarga, orangtua harus memberikan pengarahan kepada anak-anaknya agar bisa terhindar dari narkoba. Orangtua perlu memberikan penjelasan akibat-akibat yang ditimbulkan narkoba, bagaimana cara menghindarinya dari berbagai sudut pandang. Dengan bimbingan itu diharapkan anak memiliki bekal konsep mengenai narkoba sehingga diharapakan anak bisa menghindarinya (Zulkarnain, 2004:68).

Upaya Preventif merupakan pencegahan yang dilakukan agar seseorang jangan sampai terlibat baik secara langsung maupun tidak secara langsung dengan narkoba. Sedangkan upaya represif artinya usaha penanggulangan dan pemulihan pengguna narkoba yang mengalami ketergantungan. Budiarta menambahkan


(18)

6

bahwa usaha-usaha refresif dapat dilakukan dengan mendirikan panti-panti rehabilitasi maupun Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO). Didalam RSKO atau panti rehabilitasi itulah nantinya dilaksanakan program-program pemulihan bagi pengguna narkoba (Budiarta, 200:54).

Salah satu Pusat Panti Rehabilitasi Ketergatungan Narkoba terbesar di Sumatera Utara adalah Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre

yang didirikan oleh H Kamaluddin SH Lubis. Bapak H Kamaluddin SH Lubis

berkecimpung mengelola panti rehabilitasi miliknya di Kawasan Sibolangit Sumatera Utara. Panti tersebut di beri nama Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre. Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Center

berada dibawah naungan Lembaga PIMANSU dan GAN. Menurut beliau

sudah ratusan penghuni yang mendapat perawatan di Panti tersebut. Berasal dari berbagai daerah di Sumut maupun Aceh, bahkan ada juga pasien dari provinsi lain. Mereka yang menjadi korban ketergantungan obat terlarang itu umumnya para kawula muda yang masih berusia produktif.

Bapak Kamaluddin sendiri mengaku terinspirasi mendirikan pusat

rehabilitasi tersebut karena dampak dari zat Psikotropika itu juga turut merenggut nyawa puteranya, Baron sepuluh tahun lalu. Dimana anaka beliau mengalami kerusakan sistem pompa jantung (gagal jantung) akibat kebanyakan mengkonsumsi. Akibatnya ayah empat anak ini pun berjanji untuk mendirikan panti rehabilitasi, karena keinginannya yang kuat untuk bisa mengobati putera-puteri bangsa ini yang mengalami nasib yang sama seperti puteranya.

Panti ini awalnya merupakan swadaya dan tanpa bantuan dari pemerintah provinsi maupun daerah. Menurut Kalamuddin, tekadnya dengan ikhlas mengelola panti rehabilitasi itu juga karena amanah sang anak yang sebelum meninggal sempat bertutur meminta agar ayahnya juga mau menolong pemuda-pemuda lain


(19)

7

yang bernasib sama seperti dirinya. “Selamatkan juga teman-teman saya ayah,” kata Kamaluddin menceritakan pesan puteranya itu.

Beranjak dari apa yang sudah dipaparkan sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam lagi untuk mengidentifikasi dan menganalisis apa saja faktor dominan yang mempengaruhi remaja menggunakan narkoba. Untuk itu peneliti membuatnya dalam suatu karya tulis yaitu skripsi untuk bisa mengetahui dengan lebih jelas lagi. Penelitian skipsi ini berjudul Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan oleh penulis pada latar belakang, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : adakah pengaruh sosial ekonomi keluarga terhadap penyalahgunaan narkoba binaan al-kamal sibolangit center

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sosial ekonomi keluarga terhadap penyalahguna narkoba pada binaan al-kamal sibolangit center

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Secara akademis,

Memberikan kontribusi terhadap keilmuan dalam menambah referensi dan kajian serta studi bagi peneliti atau mahasiswa yang tertarik terhadap penelitian yang berkaitan dengan pengaruh sosial ekonomi keluarga terhadap penyalahgunaan narkoba.


(20)

8

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi pemikiran bagi pihak-pihak yang terlibat di dalam program rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba dan juga lembaga lainnya yang berkecimpung di dunia narkoba.

1.4 Sistematikan Penulisan

Adapun sistemtikan penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan uraian metodologi penelitian yang terdiri dari tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sample, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan uraian sejarah geographis dan gambaran umum tentang lokasi dimana peneliti melakukan penelitian. BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta hasilnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran atas penelitian yang dilakukan.


(21)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sosial Ekonomi

2.1.1 Pengertian Sosial dan Ekonomi

Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. Istilah sosial (social dalam bahasa inggris) dalam ilmu sosial memiliki arti yang berbeda beda, misalnya istilah sosial dalam sosialisme dengan istilah departemen sosial, jelas kedua duanya memiliki menunjukan makna yang sangat jauh berbeda. Menurut Soekanto, apabila istilah soaial pada ilmu sosial menunjuk pada objeknya, yaitu masyarakat, sosialisme suatu ideology yang berpokok pada prinsip pemikiran umum atas alat-alat produksi dan jasa-jasa dalam bidang ekonomi.

Sedangkan istilah sosial pada departemen sosial, menunjukan pada kegiatan-kegiatan dilapangan sosial. Artinya kegiatan yang ditujukan untuk mengatasi persoalan yang di hadapi masyarakat dalam bidang kesejahteraan, seperti tuna karya, tuna susila, tuna wisma, orang jompo, anak yatim piatu, dan lain-lain. Selain itu Soekanto (1993:464) mengemukakan bahwa istilah sosial pun berkenaan dengan pelaku interpersonal, atau yang berkaitan dengan proses-proses sosial. (Soekanto, dalam Supardan, 2009:27).

Defenisi sosial pada dasarnya bisa diartikan sebagai kemasyarakatan. Dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan yang menghadirkan orang lain dalam kehidupan manusia. Kehadiran orang lain itu bisa bersifat nyata maupun tidak nyata. Kehadiran manusia secara nyata bisa dirasakan baik audio maupun visual. Sedangkan untuk kehadiran manusia tidak nyata bisa berupa imajenasi, kenangan, khayalan, dan lain sebagainya. Defenisi sosial ini terkait pada hubungan-hubungan manusia dengan lingkungan masyarakat, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan kelompoknya, dan manusia dengan organisasi yang diikutinya.


(22)

10

Hal ini juga berkaitan langsung dengan istilah bahwa manusia merupakan makhluk sosial di muka bumi, karena manusia tidak bisa hidup sendirian dan pasti akan selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya sehari-hari

pukul 22.00).

Sedangkan ekonomi atau economic dalam banyak literature ekonomi disebutkan barasal dari bahasa yunani yaitu “Oikos atau Oiku” dan “Nomos” yang berarti peraturan rumah tangga. Dengan kata lain pengertian ekonomi adalah semua yang menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan perkehidupan dalam rumah angga, tentu saja yang dimaksud dan dalam perkembangannya kata rumah tangga bukan hanya sekedar merujuk pada satu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anaknya, melainkan juga rumah tangga yang lebih luas yaitu rumah tangga bangsa, negara, dan dunia (Putong, 2005:9). Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi dapat dikatakan bahwa ekonomi bertalian dengan proses pemenuhan keperluan hidup manusia

sehari-hari

2014 pukul 22.00).

Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain dalam sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan yang dimaksud berkaitan dengan penghasilan. Hal ini disesuikan dengan penelitian yang dilakukan.

Salah satu yang terpenting dalam kehidupan sosial individu adalah interaksi sosial. Pengalaman-pengalaman interaksi sosial dalam keluarga menentukan pula cara-cara tingkah laku individu terhadap orang lain yang berada di lingkungan pergaulan sosial diluar keluarganya, didalam masyarakat pada umumnya. Apabila interaksi sosialnya didalam kelompok-kelompok karena


(23)

11

beberapa sebab tidak lancar atau tidak wajar, kemungkinan besar bahwa interaksi sosial dengan masyarakat pada umumnya juga berlangsung tidak wajar.

Peran umum kelompok keluarga sebagai kelompok pertama, dimana tempat manusia berkembang sebagai makhluk sosial. Terdapat pula peran-peran tertentu dalam keluarga yang dapat mempengaruhi perkembangan individu sebagai makhluk sosial. Keluarga menjadi kelompok sosial utama tempat anak belajar manjadi manusia sosial. Rumah tangga menjadi tempat pertama dalam perkembangan segi-segi sosial anak. Dalam interaksi sosial dengan orangtuanya yang wajar, anak dapat memperoleh hasil yang memungkinkan menjadi anggota masyarakat berguna kelak. Sedangkan apabila hubungan dengan orangtuanya kurang baik, kemungkinan bahwa interaksi sosial pada umunya berlangsung kurang baik pula (Gerungan, 2004:216)

Untuk melihat kedudukan sosial ekonomi seseorang dilihat dari pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan.

1. Pendapatan

Pendapatan dapat didefenisikan sebagai gaji, upah, keuntungan, sewa, dan setiap aliran pendapatan yang diterima. Namun, cara lain untuk melihat generasi sumber penghasilan (pendapatan) adalah dalam bentuk kompensasi pekerja, jaminan sosial, uang pensiun, kepentingan atau deviden, royalti, piutang, tunjangan atau tunjangan lain dari pemerintah, masyarakat, atau bantuan keuangan keluarga.

Pendapatan dapat dilihat dalam dua istilah, relatif dan mutlak. Pendapatan mutlak, sebagaimana diteorikan oleh ekonomi John Maynard Keynes, adalah hubungan yang seiring dengan kenaikan pendapatan, sehingga akan konsumsi, tetapi tidak pada tingkat yang sama. Pendapatan relatif menentukan seorang atau tabungan keluarga dan konsumsi berdasarkan pendapatan keluarga dalam kaitannya dengan orang lain. Pendapatan adalah sebuah ukuran yang umumnya digunakan sebagai


(24)

12

status sosial ekonomi masyarakat karena relatif mudah untuk mengetahui seorang individu.

Keluarga dengan pendapatan yang lebih tinggi dapat mengumpulkan kekayaan dan tidak hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan pokok (primer) tetapi pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier sambil dapat mengkonsumsi dan menikmati kemewahan. Sedangkan keluarga dengan pendapatan yang rendah hanya bisa memenuhi kebutuhan pokoknya (primer), bahkan mereka terkadang meminjam uang dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.

2. Pendidikan

Tingkat Pendidikan sesuai dengan status sosial ekonomi karena merupakan fenomena “cross cutting” untuk semua individu. Pencapaian pendidikan individu dianggap sebagai cadangan untuk Nya atas semua prestasi dalam hidup, yang tercermin melalui nilai-nilai atau derajatnya. Akibatnya pendidikan memainkan sebua peran dalam pendapatan.

Pendidikan memberikan dorongan dan dengan demikian meningkatkan penghasilan. Sebagaimana disampaikan pada grafik, derajat tertinggi, gelar professional dan doktor, membuat pendapatan mingguan tertinggi sementara mereka tanpa ijasah sekolah tertinggi terhukum secara finansial. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi berhubungan dengan hasil ekonomi dan psikologis yang lebih baik (yaitu : pendapatan lebih, kontrol yang lebih, dan dukungan sosial dan jaringan yang lebih besar).

Pendidikan memainkan peranan penting dalam mengasah keterampilan seorang individu yang membuat dia sebagai orang yang siap untuk mencari dan memperoleh pekerjaan, serta kualifikasi khusus yang mengelompokkan orang dengan status sosial ekonomi tertinggi dari status sosial ekonomi terendah. Annette Lareau berbicara pada gagasan budidaya terpadu, dimana orang tua kelas menengah mengambil peran aktif dalam pendidikan dan pengembangan anak-anak


(25)

13

mereka dengan menggunakan kendali mengorganisir kegiatan dan mendorong rasa hak melalui diskusi.

Lareau berpendapat bahwa keluarga dengan pendapatan rendah tidak berpartisipasi dalam gerakan ini, menyebabkan anak-anak mereka memiliki rasa kendala. Sebuah divisi dalam pencapaian pendidikan dengan demikian lahir dari dua perbedaan dalam membesarkan anak. Secara teori, keluarga berpenghasilan rendah memiliki anak yang tidak berhasil sedangkan anak-anak yang berpenghasilan menengah, yang merasa berhak, yang argumentatif, dan lebih siap untuk kehidupan dewasa.

3. Pekerjaan

“Pekerjaan yang bergengsi” sebagai salah satu contoh komponen status sosial ekonomi, terdiri dari pendapatan dan pencapaian pendidikan. Status pekerjaan sesuai dengan tingkat pendidikan suatu individu yaitu melalui, mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, mengeksplorasi dan mempertahankan posisi yang baik. Status pekerjaan akibatnya menjadi sebuah indikator untuk posisi sosial kita atau status dalam masyarakat, maka menggambarkan karakteristik pekerjaan, pengambilan membuat kemampuan dan pengendalian emosi, dan psikologis tuntutan pada pekerjaan.

Pekerjaan dirangkingkan oleh jejak pendapat (antara organisasi lainnya) dan pendapat dari masyarakat umum yang disurvei. Beberapa pekerjaan yang paling bergengsi adalah dokter dan ahli bedah, pengacara, insinyur kimia dan biomedis, spesialis komputer dan komunikasi analisis. Pekerjaan ini, dianggap dikelompokkan dalam klasifikasi status sosial ekonomi tinggi, memberikan lebih banyak pekerjaan menantang dan kemampuan dan kontrol yang lebih besar terhadap kondisi kerja. Pekerjaan dengan peringkat yang lebih rendah adalah


(26)

14

pramusaji makanan, petugas counter, bartender dan pembantu, pencuci piring, tukang sapu, pelayan dan pembantu rumah tangga, pembersih kendaraan, dan tukang parkir. Pekerjaan yang kurang dihargai juga dibayar secara signifikan kurang dan lebih melelahkan, secara fisik berbahaya, dan memberikan otonomi

yangkuran

Melly. G. Tan mengatakan berdasarkan pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan maka masyarakat itu dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang dan tinggi (Tan, dalam Koentjaraningrat, 1981 : 35). Golongan masyarakat berpenghasilan rendah. Yaitu masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup minimal. Untuk memenuhi tingkat hidup minimal, mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain

Golongan masyarakat berpenghasilan sedang. Yaitu pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung.

Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi. Yaitu selain dapat memenuhi kebutuhan pokok, juga sebagian dari pendapatannya itu dapat ditabungkan dan digunakan untuk kebutuhan yang lain.

2.2 Narkoba

2.2.1 Pengertian Narkoba

Istilah narkoba sesuai dengan surat edaran Badan Narkotika Nasional (BNN) No SE/03/IV/2002 merupakan akronim dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya. Narkoba yaitu zat-zat alami maupun kimiawi yang jika dimasukan ke dalam tubuh baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena dan lain sebagainya dapat mengubah pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku seseorang.


(27)

15

I. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnnya rasa, mengurangi sampai menghilangi rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Berdasarkan bahan asalnya, Narkotika terbagi dalam 3 golongan yaitu:

1. Alami

Jenis zat/obat yang timbul dari alam tanpa adanya proses fermentasi, isolasi atau proses produksi lainnya. Contoh jenis obat ini adalah: ganja, opium, daun koka dan lain-lain.

Didalam undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Narkotika yang berasal dari alam dan tidak boleh digunakan untuk terapi adalah golongan I terdiri dari:

a. Tanaman papaver soniferum L

b. Opium mentah, opium masak (candu,jicing,jicingko) c. Opium obat

d. Tanaman koka, daun koka, kokain mentah, kokaina,ekgonim

(kerja alkoid koka berbeda dengan alkoid opium). e. Heroin, morfin (alkoid opium yang telah diisolasi) f. Ganja, damar ganja.

2. Semi Sintesis

Yakni zat yang diproses sedemikian rupa melalui proses ekstrasi dan isolasi. Contohnya: morfin, heroin, kodein dan lain-lain. Jenis obat ini menurut Undang-undang No.35 tahun 2009 tentang narkotika termasuk dalam narkotika golongan I


(28)

16

3. Sintesis

Jenis obat atau zat yang diproduksi secara sintesis untuk keperluan medis dan penelitian yang digunakan sebagai penghilang rasa sakit (analgesik) seperti penekanan batuk (antitusif). Jenis obat yang masuk dalam kategori sistensis antara lain: Amfetamin, Dekssamfetamin, Penthidin, Meperidin, Methadon, Dipipanon, Dekstropakasifen, LSD (lisergik, dietilamid).

Berdasarkan efek yang ditimbulkan terhadap manusia, narkotika dapat dibagi kedalam 3 jenis yaitu:

a. Depressan (downer)

Jenis obat yang berfungsi mengurangi aktivitas membuat pengguna menjadi tertidur atau tidak sadar.

b. Stimulan (upper)

Jenis zat yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja(segar dan bersemangat) secara berlebih-lebihan.

c. Halusinogen

Zat kimia aktif atau obat yang dapat menimbulkan efek halusinasi, dapat merubah perasaan dan pikiran.

Jenis – Jenis Narkotika yang sering disalahgunakan

A. Ganja

Dikenal dengan nama: cannabis, mariyuana, hasish, gelek, budha stick, cimeng, grass, rumput dan sayur.

a. Bentuk :

Berupa tanaman yang dikeringkan. Daun ganja bentuknya memanjang, pinggirannya bergerigi, ujungnya lancip, urat daun memanjang ditengah pangkal hingga ujung bila diraba


(29)

17

bagian belakang agak kasar. Jumlah helai daun ganja selalu ganjil yaitu 5,7 atau 9 helai.

b. Warna :

Ganja berwarna hijau tua segar dan berubah kecoklatan bila sudah lama dibiarkan kena udara dan panas.

c. Penggunaan :

Dihisap dari gulungan menyerupai rokok atau dapat juga dihisap dengan menggunakan pipa rokok. Daun ganja mengandung zat THC yaitu zat penyebab terjadinya halusinasi. Getah yang kering disebut hasish, apabila dicairkan akan menyebabkan minyak yang dikenal dengan minyak kanabis.

d. Efek :

a) Denyut jantung semakin cepat, temperatur badan

menurun dan mata merah. b) Nafsu makan bertambah

c) Santai, tenang dan melayang-layang d) Pikiran selalu rindu pada ganja

e) Daya tahan menghadapi problema menjadi lemah f) Malas, apatis

g) Tidak peduli dan kehilangan semangat untuk belajar maupun bekerja

h) Persepsi waktu dan pertimbangan intelektual maupun moral terganggu.

Efek paling terburuk dari pemakain ganja secara kronis dapat menyebabkan kanker paru-paru dikarenakan pengaruh tar pada ganja jauh lebih tinggi daripada tar yang terkandung didalam tembakau, dan penggunaan ganja


(30)

18

dalam jangka waktu panjang dapat mengakibatkan gangguan kejiwaan. Hampir setiap orang yang menjadi pecandu narkoba yang lebih berat seperti heorin pada awalnya mengkonsumsi ganja.

B. Cocain

Berasal dari tanaman coca yang banyak dijumpai di Columbia di Ameriak Latin.

a. Bentuk :

Berupa bubuk, daun coca, buah coca dan cocain kristal. b. Warna :

a) Cairan berwarna putih/tidak berwarna b) Kristal berwarna putih

c) Tablet berwarna putih d) Bubuk/serbuk seperti tepung c. Penggunaan :

Dengan cara menghirup melalui hidung dengan menggunakan alat penyedot atau dapat juga dibakar bersama-sama dengan tembakau bagi perokok, ditelan bersama minuman atau di suntikan pada pembuluh darah. d. Efek :

a) Tidak bergairah bekerja b) Tidak bisa tidur

c) Halusinasi

d) Tidak nafsu makan

e) Berbuat dan berpikir tanpa tujuan f) Merasa gelisah dan cemas berlebihan

Selanjutnya apabila sudah pada tingkat over dosis atau takaran yang berlebihan dapat menyebabkan kematian karena serangan dan gangguan pada


(31)

19

pernapasan dan terhadap serangan jantung. Disamping itu juga dapat menimbulkan keracunan pada susunan saraf sehingga korban dapat mengalami kejang-kejang, tingkah laku yang kasar, pikiran yang kacau dan mata yang gelap. Dampak negatif yang sangat berbahaya dari penyalahgunaan kokain dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah diotak (stroke)

C. Morfin dan Heroin (Nama lain: Putaw, Smack, Junk, Horse, H, PT, Etep, Bedak Putih).

Morfin dan heroin berasal dari getah opium yang membeku sendiri dari tanaman papaver somniferum dengan melalui proses pengolahan dapat menghasilkan morfin, kemudian dengan proses tertentu dapat menghasilkan heroin yang mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin.

a. Bentuk : berupa serbuk.

b. Warna : Putih, abu-abu, kecoklatan hingga coklat tua. c. Penggunaan :

Dengan cara menghirup asapnya setelah bubuk heroin dibakar diatas kertas timah pembungkus rokok (sniffing) dengan menyuntikannya langsung ke pembuluh darah setelah heroin dilarutkan dalam air.

d. Efek

a) Menimbulkan rasa mengantuk, lesu, penampilan

dungu, jalan mengambang b) Rasa sakit seluruh badan

c) Badan gemetar, jantung berdebar-debar d) Susah tidur dan nafsu makan berkurang e) Matanya berair dan hidungnya selalu ingusan


(32)

20

f) Problem pada kesehatan: bengkak pada daerah

menyuntik, tetanus, HIV/AIDS, hepatitis B dan C, problem jantung, dada dan paru-paru serta sulit buang air, ada wanita menggangu sirkulasi menstruasi.

Gejala putus zat (sakaw) adalah sangat menyiksa sehingga yang bersangkutan akan berusaha untuk mengkonsumsi heroin, oleh karena itu pecandu heroin akan berusaha dengan cara apapun dan resiko apapun guna memperoleh heroin. Mereka tidak segan-segan melakukan tindakan-tindakan kekerasan atau kejahatan misalnya mencuri, menodong, merampok dan melakukan pembunuhan. Telah banyak remaja putri yang terlibat dalam pelacuran hanya sekedar untuk mendapatkan uang guna membeli heroin. Pecandu heroin sangat sulit untuk menghentikan pemakaian heroin dan cenderung untuk mengkonsumsi dalam jumlah/dosis semakin bertambah dan sesering mungkin, akibatnya adalah over dosis.

D. Katinone

Merupakan tanaman khat (chata edulis) yang bukan asli tanaman Indonesia, melainkan tanaman yang dibawa oleh turis luar negeri. Tanaman ini pada hakikatnya berasal dari Timur Tengah yaitu negara Yaman yang dibawa pada tahun 1997.

Tanaman ini dikenal juga dengan sebutan Teh Arab dengan dua jenis yaitu khat yang berwarna merah dan warna hijau. Pengaruh yang ditimbulkan antara lain: tidak bisa tidur, dapat merusak gigi, merusak susunan pusat syaraf manusia dan dapat mengakibatkan ketergantungan.

Tanaman khat mengandung zat narkotika “Chatinone” yang termasuk Narkotika Golongan I nomor urut 35 lampiran Undang-undang No 35 Tahun 2009.


(33)

21

II. Psikotropika

Zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Dalam bidang farmakologi, Psikotropika dapat dibedakan ke dalam 3 golongan yaitu:

a. Golongan psikostimulansi

Jenis zat yang menimbulkan rangsangan. Jenis obat yang termasuk kedalam golongan psikostimulansi adalah:

a) Amfetamin (lebih populer dikalangan masyarakat sebagai shabu-shabu dan ekstasy)

b) Desamfetamine b. Golongan psikodepresen

Golongan obat tidur, penenang dan obat anti cemas. Merupakan jenis obat yang mempunyai khasiat pengobatan yang jelas. Jenis obat yang termasuk golongan ini adalah:

a) Amobarbital b) Pheno karkital c) Penti karkital c. Golongan sedativa

Jenis obat-obat yang mempunyai khasiat pengobatan yang jelas dan digunakan sangat luas dalam terapi. Jenis obat yang termasuk ke dalam golongan sedativa adalah

a) Diazepam b) Klobazam c) Bromazepam


(34)

22

d) Fenibarbital e) Barbital f) Klonazepam g) Klordiazepam h) Klordiazepoxide

i) Nitrazezam seperti BK, DUM dan MG Jenis – Jenis Psiktoropika yang sering disalahgunakan

A. Ekstasy

Dikenal dengan nama : Inex, I, Kancing, Huge Drug, Yuppie Drug, Essence, Clarity, Butterfly dan Black Hearth.

a. Bentuk : berupa tablet dan kapsul

b. Warna : bermacam-macam

c. Penggunaan : ditelan

d. Efek

a) Timbul rasa gembira yang berlebihan. Banyak orang

mengkonsumsi ekstasy utuk tujuan bersenang-senang . ekstasy hanya digunakan oleh anak-anak muda agar dapat berpesta/diskotik sepanjang malam, karena sangat gembiranya kadang-kadang sampai lepas kendali sehingga tidak malu-malu melakukan pesta seks.

b) Merasa cemas c) Tidak mau diam

d) Rasa percaya diri meningkat e) Mengalami keringat dan gemetaran f) Susah tidur


(35)

23

Pemakaian ekstasy dapat mendorong tubuh untuk melakukan aktifitas yang melampau batas kemampuannya akibatnya dapat menyebabkan kekurangan cairan pada tubuh (dehidrasi) karena terlalu banyak menggerakan tenaga dan terlalu banyak berkeringat. Pada pemakaian yang berlebihan (over dosis) mengakibatkan penglihatan kabur, mudah tersinggung (pemarah), tekanan darah meningkat, nafsu makan berkurang dan denyut jantung bertambah cepat. Kematian sering terjadi karena pemakaian yang berlebihan yang dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah di otak.

B. Shabu – Shabu

Dikenal dengan nama : Kristal, Ubas, SS dan Mecin a. Bentuk : berupa Kristal

b. Warna : Putih c. Penggunaan

Dibakar dengan menggunakan aluminium foil dan asapnya dihirup melalui hidung. Dibakar dengan menggunakan botol kaca khusus (bong) dan disuntikan.

d. Efek

a) Badannya merasa lebih kuat dan energik (meningkatkan stamina)

b) Tidak mau diam

c) Rasa percaya diri meningkat d) Rasa ingin diperhatikan orang lain

e) Nafsu makan berkurang akibatnya badan semakin kurus. Sering digunakan sebagai salah satu alternatif pengrus badan

f) Susah tidur


(36)

24

h) Tekanan darah meningkat

i) Mengalami gangguan pada fungsi sosial dan pekerjaan Penggunan shabu-shabu mendorong tubuh melakukan aktifitas yang melampaui batas kemampuan fisik, berkeringat secara berlebihan sehingga dapat menyebabkan kekurangan cairan dalam tubuh (dehidrasi).

Bagi mereka yang sudah ketagihan, apabila pemakainnya dihentikan (putus zat) akan menimbulkan gejala-gejala berikut:

i. Merasa lelah dan tidak berdaya (stamina menurun)

ii. Kehilangan semangat hidup yang dapat menyebabkan bunuh diri iii. Merasa cemas dan gelisah secara berlebihan, kehilangan rasa

percaya diri iv. Susah tidur III. Bahan Adiktif

Bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme hidup menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) yaitu keinginan untuk menggunakan kembali secara terus menerus.

Jenis – Jenis Bahan Adiktif A. Inhalen

zat yang terdapat pada lem dan pengencer cat (thinner) a. Penggunaan :

Dengan cara dihirup yang dapat mengakibatkan kematian mendadak seperti tercekik (sudden sniffing, death syndrome) b. Efek :

a) Hilang ingatan b) Tidak dapat berpikir


(37)

25

d) Kerusakan sistem syaraf e) Kerusakan hati dan ginjal f) Sakit maag

g) Sakit pada waktu buang air kecil h) Kejang-kejang otot dan batuk-batuk

Penyalahgunaan inhalen dapat merusak pertumbuhan dan perkembangan otot, syaraf dan organ tubuh lain. Menghirup sambil mengunakan obat anti depresi seperti obat penenang oabat tidur, alkohol akan meningkatkan resiko over dosis dan dapat mematikan dan jika pengguna melakukan aktifitas normal seperti berlari atau berteriak dapat mengakibatkan kematian karena gagal jantung.

B. Alkohol

Minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi atau destilasi, baik melalui perlakuan sebelumnya, menambah bahan lain, mencampur konsentrat dengan ethanol ataupun dengan proses pengenceran minuman yang mengandung ethanol.

Efek yang ditimbulkan dari alkohol adalah :

a) Menyebabkan depresi pada sistem syaraf pusat b) Jika penggunaan dicampur dengan obat lain

c) Sipemakai akan pingsan atau kejang-kejang tidak sadar diri

d) Menyebabkan oedema otak (pembengkakan dan terbendungnya

darah dari otak)

e) Menimbulkan habilutasi, toleransi dan ketagihan f) Mengakibatkan mundurnya kepribadian

g) Peradangan dilambung (gastritis)


(38)

26

C. Tembakau/Rokok

Zat yang berhubungan luas dengan penggunaan tembakau biasanya dalam bentuk rokok. Pengaruh penggunaannya hanya dapat dilihat apabila digunakan dalam jumlah besar dan jangka waktu yang lama. Zat tembakau itu sendiri merupakan zat yang menimbulkan ketergantungan pada umumnya. Sebenarnya hal yang paling mempengaruhi adalah racun dalam tembakau yang disebut nikotin. Nikotin adalah satu dari 4.000 zat kimia pada tembakau. Rokok mengandung 43 zat kimia beracun termasuk tar dan karbon monoksida yang dinyatakan sebagai penyebab kanker. 2 tetes nikotin murni dapat membunuh orang dewasa secara instan.

Efek yang dapat ditimbulkan dari Tembakau/Rokok adalah:

a) Menyumbat saluran-saluran darah baik dari manapun menuju

jantung sehingga memperlambat aliran darah. b) Menimbulkan penyakit kanker

c) Serangan jantung

d) Impotensi dan gangguan kehamilan dan janin

D. Obat Penenang (Obat tidur, Pil koplo, BK, Nipam, Valium, Lexotan dan lain-lain)

a. Bentuk : Tablet, Kapsul dan Serbuk b. Cara penggunaan : ditelan secara langsung c. Efek yang dapat ditimbulkan

a) Bicara jadi pelo, memperlambat respon fisik, mental dan emosi. Dalam dosis tinggi akan membuat pengguna tidur, kemudian akan menimbulkan perasaan cemas, sensitive dan marah.

b) Penggunaan campuran dengan alkohol dapat berakibat kematian c) Gejala putus zat berakibat halusinasi buruk dan bingung.


(39)

27

d. Zat yang mudah Menguap (Lem aica aibon, Thinner, Bensin dan

Spritus).

Efek yang dapat ditimbulkan adalah

a) Memperlambat kerja otak dan sistem syaraf pusat

b) Menimbulkan perasaan senang, puyeng, penurunan kesadaran,

gangguan penglihatan dan pelo.

c) Problem kesehatan terutama otak, lever, ginjal dan paru-paru d) Kematian timbul akibat berhentinya pernafasan dan gangguan pada

jantung

e. Zat yang menimbulkan halusinasi (Jamur, Kecubung, Kotoran kerbau dan sapi)

Bekerja pada sistem syaraf pusat untuk mengacaukan kesadaran dan emosi pengguna.

Efek yang dapat ditimbulkan adalah:

a) Perubahan pada proses berpikir, hilangnya kontrol, hilangnya orientasi dan depresi

b) Karena halusinasi bisa menimbulkan kecelakaan.

2.2.2 Sejarah Perkembangan Narkoba

Kurang lebih tahun 2000 SM di Samaria dikenal sari bunga opion atau kemudian dikenal opium (candu = papavor somniferitum). Bunga ini tumbuh subur di daerah dataran tinggi di atas ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Penyebaran selanjutnya adalah ke arah India,Cina dan wilayah-wilayah Asia lainnya.

Cina kemudian menjadi tempat yang sangat subur dalam penyebaran candu ini (dimungkinkan karena iklim dan keadaan negeri). Memasuki abad ke XVII


(40)

28

masalah candu ini bagi Cina telah menjadi masalah nasional; bahkan di abad XIX terjadi perang candu dimana akhirnya Cina ditaklukan Inggris dengan harus merelakan Hong Kong.

Tahun 1806 seorang dokter dari Westphalia bernama Friedrich Wilhelim sertuner menemukan modifikasi candu yang dicampur amoniak yang kemudian dikenal sebagai Morphin (diambil dari nama dewa mimpi Yunani yang bernama Morphius).

Tahun 1856 waktu pecah perang saudara di A.S. Morphin ini sangat populer dipergunakan untuk penghilang rasa sakit luka-luka perang sebahagian tahanan-tahanan tersebut "ketagihan" disebut sebagai "penyakit tentara"

Tahun 1874 seorang ahli kimia bernama Alder Wright dari London, merebus cairan morphin dengan asam anhidrat (cairan asam yang ada pada sejenis jamur) Campuran ini membawa efek ketika diuji coba kepada anjing yaitu: anjing tersebut tiarap, ketakutan, mengantuk dan muntah-muntah. Namun tahun 1898 pabrik obat "Bayer" memproduksi obat tersebut dengan nama Heroin, sebagai obat resmi penghilang sakit (pain killer).

Tahun 60-an - 70-an pusat penyebaran candu dunia berada pada daerah "Golden Triangle" yaitu Myanmar, Thailand & Laos. Dengan produksi: 700 ribu ton setiap tahun. Juga pada daerah "Golden Crescent" yaitu Pakistan, Iran dan Afganistan dari Golden Crescent menuju Afrika danAmerika.

Selain morphin & heroin adalagi jenis lain yaitu kokain (ery throxylor coca) berasal dari tumbuhan coca yang tumbuh di Peru dan Bolavia. Biasanya digunakan untuk penyembuhan Asma dan TBC.

Di akhir tahun 70-an ketika tingkat tekanan hidup manusia semakin meningkat serta tekhnologi mendukung maka diberilah campuran-campuran khusus agar candu tersebut dapat juga dalam bentuk obat-obatan.


(41)

29

2.3 Penyalahgunaan

2.3.1 Pengertian Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan dalam penggunaan narkoba adalah pemakaian obat-obatan atau zat-zat berbahaya dengan tujuan bukan untuk pengobata dan penelitian serta digunakan tanpa mengikuti aturan atau dosis yang benar. Dalam kondisi yang cukup wajar/sesuai dosis yang dianjurkan dalam dunia kedokteran saja maka penggunaan narkoba secara terus-menerus akan mengakibatkan ketergantungan, depedensi, adiksi atau kecanduan.

Sarason dan Sarason (1993) mendefenisikan penyalahgunaan zat sebagai penggunaan bahan kimia, legal atau ilegal, yang menyebabkan kerusakan fisik, mental dan sosial seseorang. Sedangkan Wicaksana (1996), Holmes (1996), dan Hawari (1998) mendefenisikan penyalahgunaan zat sebagai pola penggunaan yang bersifat patologik paling sikit satu bulan lamanya, sehingga menimbulkan gangguan funsi sosial dan okupasional (pekerjaan dan sekolah). Pola penggunaan zat yang patologik dapat berupa intoksikasi sepanjang hari terus-menerus menggunakan zat tersebut, meskipun pengguna mengetahui bahwa dirinya sedang menderita sakit fisik yang berat akibat zat tersebut, atau adanya kenyataan bahwa ia tidak dpat berfungsi dengan baik tanpa menggunakan zat tersebut.

Gordon dan Gordon (2000) membedakan pengertian pengguna, penyalah guna, dan pecandu narkoba. Menurutnya, pengguna adalah seseorang yang menggunakan narkoba hanya sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi, dan hidup mereka tidak berputar di sekitar narkoba. Pengguna jenis ini disebut juga pengguna sosial rekreasional. Penyalahguna, adalah seseorang yang mempunyai masalah secara langsung berhubungan dengan narkoba. Masalah tersebut bisa muncul dalam ranah fisik, mental, emosional, maupun spritual. Penyalah guna menolak untuk berhenti sama sekali dan selamanya. Sedangkan pecandu adalah seseorang yang sudah mengalami hasrat/obsesi secara mental dan


(42)

30

emosional serta fisik. Bagi pecandu, tidak ada hal yang lebih penting selain memperoleh narkoba, sehingga jika tidak mendapatkannya, ia akan mengalami gejala-gejala putus obat dan kesakitan.

2.3.2 Modus operandi penyalahgunaan Narkoba

Dalam melakukan aksinya, penyalahguna Narkoba dapat melalui beberapa cara atau modus operandi sebagai berikut :

1. Kelompok Pengedar

a. Guna melancarkan aksinya, mereka sering melakukan penyuapan kepada petugas, seperti Polisi, Petugas Bea dan Cukai, Jaksa maupun Hakim. Ada kalanya mereka juga mempengaruhi petugas-petugas tersebut atau keluarganya sebagai target operasi untuk menyalahgunakan Narkoba. Sindikat pelaku terdiri dari jaringan yang juga terkait dengan jaringan yang sangat luas yang ada kota-kota besar di Indonesia dengan menggunakan sistem sel atau ”cut”, yaitu terdapat beberapa tingkatan pengedar, dimana masing-masing tingkat tidak saling kenal sehingga jika salah satu tingkatan pengedar tertangkap, dia tidak bisa menunjuk jaringan di atasnya.

b. Modus operandi peredaran Narkoba dari pengedar tingkat paling bawah yang berhubungan langsung dengan pengguna, biasanya dengan cara mempengaruhi kelompok ”rentan” yaitu kelompok masyarakat bermasalah secara ekonomis, psikologis, sosial dan lain-lain, melalui dua cara, yaitu :

1) Terhadap kelompok bermasalah secara ekonomis, seperti orang tua yang kurang mampu termasuk ibu-ibu rumah tangga, mereka mempengaruhi dengan menjanjikan keun-tungan ekonomi yang tinggi dengan mengatakan bahwa saat ini hanya dengan berdagang Narkoba saja yang bisa memperoleh keuntungan besar


(43)

31

dalam waktu yang relatif cepat sehingga dapat mengatasi permasalahan ekonomi yang sedang dihadapi.

2) Terhadap kelompok bermasalah lain seperti mahasiswa, pelajar dan generasi muda lainnya, setelah kenal biasanya dipengaruhi dengan memberikan Narkoba secara gratis untuk mengatasi permasalahan hidup atau untuk mendapat-kan kenikmatan dunia. Kemudian setelah korban dapat merasakan kenikmatan (halusinasi dan eforia) dan yakin korban akan menginginkannya kembali maka ia diminta untuk membeli. Setelah korban mengalami ketergantungan dan tidak memiliki uang untuk membeli maka dia diminta untuk membantu mengedarkan atau menjual atau mempe-ngaruhi teman-temannya yang lain untuk menggunakan Narkoba juga. Demikian seterusnya sampai mendapatkan banyak korban-korban baru.

2. Kelompok Pengguna

a. Biasanya mereka memesan Narkoba kepada pengedar melalui telepon/HP untuk diantarkan oleh kurir pada suatu tempat yang sudah ditentukan.

b. Dapat juga bagi para pengguna yang sudah menjadi pelanggan tetap melakukan transaksi langsung di TKP seperti di diskotik, pub, karaoke dan lain-lain.

c. Setelah mendapatkan barang/Narkoba, kemudian para pengguna mengkonsumsinya terlebih dahulu di rumah, kemudian pergi bersenang-senang di diskotik, pub, karaoke dan tempat-tempat pesta lainnya. Hal ini untuk menghindari jika ada operasi dari polisi, maka tidak kedapatan atau tidak ditemukan adanya barang bukti dalam badan/penguasaannya.


(44)

32

d. Selain itu penggunaan Narkoba sering dilakukan secara bersama-sama di suatu tempat seperti hotel, tempat kost, rumah pribadi dan lain sebagainya.

2.3.3 Mekanisme Terjadinya Penyalahgunaan Narkoba

Mekanisme atau proses terjadinya penyalahgunaan Narkoba dapat dijelaskan sesuai dengan rumus umum terjadinya kejahatan yang telah dikenal luas di kalangan Kepolisian, yaitu : C = N + K dimana : C : Crime/Kejahatan/Penyalahgunaan Narkoba. N : Niat K : Kesempatan . Niat adalah sama dengan Demand dalam hukum ekonomi, yaitu timbulmya keinginan dan permintaan dari seseorang terhadap Narkoba. Dalam teori Psikologi, niat atau demand ini dipengaruhi oleh tiga faktor yang satu dengan yang lain saling mempengaruhi, yaitu :

a. Faktor predisposisi

Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri orang tersebut, seperti adanya gangguan kepribadian, adanya kecemasan, depresi atau menderita suatu penyakit tertentu yang secara medis memerlukan pengobatan psikotropika dan atau narkotika.

b. Faktor kontribusi

Adalah faktor yang berasal dari luar, yang biasanya berasal dari lingkungan terdekatnya yang dapat memberikan pengaruh pada sese-orang untuk melakukan bentuk penyimpangan sosial. Misalkan kondisi keluarga yang tidak utuh (cerai), kesibukan orang tua, hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga, dan lain-lain. Kedua faktor predisposisi dan faktor kontribusi ini akan saling mempengaruhi dan membentuk kepribadian seseorang menjadi kelompok rentan.


(45)

33

c. Faktor pencetus

Adalah faktor yang berasal dari luar yang dapat memberikan pengaruh langsung kepada kelompok rentan untuk melakukan penyalah-gunaan Narkoba. Misalkan adanya bujukan, jebakan, desakan dan tekan-an dari teman sebaya, berada di lingkungan pemakai Narkoba, dan lain-lain. Interaksi dari ketiga faktor tersebut di atas menyebabkan peningkatan demand seseorang atau timbul niat untuk menyalahgunakan Narkoba. Jika orang tersebut berhubungan dengan jaringan pengedar yang akan memberikan supply Narkoba, maka terjadilah pertemuan antara supply and demand atau dengan kata lain terjadi penyalahgunaan Narkoba.

2.3.4 Tahap – tahap penyalahgunaan Narkoba

Narkoba merupakan suatu zat atau substansi yang dapat menimbulkan ketagihan dan ketergantungan bagi pemakainya. Proses terjadinya ketergan-tungan dapat secara bertahap yang pada garis besarnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Tahap pengenalan awal.

Pada tahap ini terjadi konsumsi Narkoba untuk pertama kalinya oleh seseorang baik secara sengaja karena alasan medis atau karena ketidaktahuan/secara tidak sengaja mengkonsumsi Narkoba, misalkan minumannya dicampur Narkoba oleh orang lain. Pada umumnya orang tersebut belum merasakan ”reaksi enak” (halusinasi dan eforia) dari Narkoba karena memang tidak ada niat/maksud untuk mendapatkan atau mengetahui reaksi dari Narkoba yang terkonsumsi tadi.


(46)

34

b. Tahap rekreasional

Pada tahap ini seseorang telah dengan sengaja untuk coba-coba atau iseng ingin mengetahui reaksi dari Narkoba. Biasanya mereka akan merasakan reaksi halusinasi dan eforia sesuai yang diharapkan, sehingga secara psikologis dan efek farmakologis akan mendorong orang tersebut mengulanginya lagi, misalkan mengkonsumsi Narkoba setiap ada pesta atau pada acara-acara tertentu atau setiap bulan sekali dan seterusnya. Dari hasil penelitian dinyatakan bahwa dari sepuluh orang yang coba-coba, sembilan orang (90 %) akan berlanjut menjadi ketergantungan.

c. Tahap habitual/kebiasaan

Para pengguna sudah mengkonsumsi Narkoba secara teratur misalnya tiap minggu atau dua hari sekali. Pada tahap ini telah terjadi toleransi, yaitu mereka harus meningkatkan dosis pemakaian guna meng-hasilkan efek atau reaksi yang diharapkan. Konsumsi Narkoba sudah menjadi kebiasaan dan 95 % sampai 99 % orang yang telah memasuki tahap ini akan berlanjut menjadi ketergantungan. Orang ini belum terganggu fungsi sosialnya sehingga masih mampu melakukan pekerjaan atau aktifitas rutin seperti sekolah, bekerja, dan lain-lain. d. Tahap adiksi/ketagihan

Pada tahap ini dapat dipastikan 100 % akan menjadi ketergan-tungan baik secara fisik, psikologis dan sosial. Penggunaan Narkoba akan dilakukan setiap hari dan kalau tidak menggunakan maka semua aktifitas atau pekerjaan rutin menjadi terganggu. Mereka merasa sudah tidak bisa hidup tanpa Narkoba.


(47)

35

Sama dengan tahap adiksi yaitu telah terjadi ketergantungan baik secara fisik, psikologis dan sosial, bedanya mereka yang telah memasuki tahap ini sudah tidak merasakan lagi nikmat atau ”reaksi enak” dari Narkoba, sedangkan pada tahap adiksi mereka masih dapat menikmati ”reaksi enak” seperti halusinasi, eforia dan lain-lain. Mereka yang masuk dalam tahap ini mengkonsumsi Narkoba bertujuan hanya untuk menghi-langkan rasa sakit yang berlebihan dan supaya tidak dianggap sebagai orang gila. Penggunaan Narkoba menjadi sangat intensif beberapa kali sehari, karena begitu reaksi obat/Narkoba sudah habis akan terjadi gejala putus obat (sakau) seperti rasa sakit yang amat sangat dan tidak tertahan-kan serta tidak bisa diatasi dengan apa saja kecuali mengkon-sumsi Narkoba lagi. Dengan demikian mereka sudah tidak mungkin lagi bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat apalagi melakukan aktifitas sehari-hari.

2.3.5 Dampak penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan Narkoba ini akan memberikan dampak yang sangat luas dan kompleks sebagai berikut :

a. Dampak terhadap pribadi/individu pemaka

b. Terjadi gangguan fisik dan penyakit yang diakibatkan langsung dari efek samping Narkoba seperti kerusakan dan kegagalan fungsi organ-organ vital, seperti merusak ginjal, liver, otak (susunan saraf), jantung, kulit dan lain-lain.

c. Selain itu dapat secara tidak langsung menyebabkan penyakit lain yang lebih serius diakibatkan perilaku menyimpang karena penga-ruh Narkoba, seperti tertular HIV/AIDS, Hepatitis C, penyakit kulit dan kelamin, dan lain-lain.


(48)

36

d. Terjadi gangguan kepribadian dan psikologis secara drastis seperti berubah menjadi pemurung, pemarah, pemalas dan menjadi masa bodoh.

e. Dapat menyebabkan kematian yang disebabkan karena over dosis atau kecelakaan karena penurunan tingkat kesadaran.

f. Dampak terhadap keluarga antara lainnya Mencuri uang atau menjual barang-barang di rumah guna dibelikan Narkoba.

g. Perilaku di luar dapat mencemarkan nama baik keluarga. Keluarga menjadi tertekan karena salah satu anggota keluarganya menjadi target operasi polisi dan menjadi musuh masyarakat.

h. Dampak terhadap masyarakat/lingkungan social.

20:45).

2.3.6 Bahaya Penyalahgunaan Narkoba

Zat Psikotropika dapat menimbulkan bahaya adiksi (ketergantungan). Jenis candu, menurut Hastutiningrum (1997), antara lain menekan fungsi jantung dan pernafasan, kemunduran fisik dan psikis, merusak generasi, ketergantungan dan bahkan kematian. Sedangkan jenis koka, antara lain menyebabkan bertambah aktifnya kerja mental, berkurangnya kelelahan, halusinasi, insomnia, euphoria, dan ketergantungan.

Sementara MDMA (Metilen Dioksi Metaamfetamin), salah satu derivat amfetamin yang masuk golongan psikotropika yang dikenal pula dengan nama ekstasi atau inex, menurut Soewadi (1996), antara lain dapat memberikan peningkatan yang luar biasa, merasa sehat secara berlebihan, meningkatkan keberanian, rasa percaya diri bertambah, menghilangkan rasa malu dan canggung, meningkatkan gairah, paranoid, halusinasi dan rasa melayang. Secara fisik dapat


(49)

37

terjadi kaedaan sebagai berikut: ketergantungan, meningkatnya denyut jantung, naiknya suhu badan,penglihatan kabur, berkeringat, perilaku tidaj wajar dan kejang.

Penyalahgunaan narkoba, menurutnya, juga dapat menghilangkan pengendalian diri sehinga dapat membuat seseorang lepas kontrol, menjadi hyperaktif, dan meningkatnya aktivitas seksual. di samping itu seseorang bisa menjadi lebih berani dan agresif, perilaku berubah, banyak bicara, tidak dapat menyembunyikan rahasia hati, emosi menjadi lebih labil dan kontrol diri hilang, terjadi gangguan daya ingat, rasa percaya diri berlebihan, kepribadian jadi sangat ekspansif disertai meningkatnya efek yang patologik dengan letupan emosi yang berlebihan.

Hawari juga menyebut berbagai jenis narkoba dan akibat serta bahayanya. Minuman keras adalah jenis adalah jenis minuman yang mengandung alkohol yang termasuk zat adiktif. Artinya, zat tersebut dapat menimbulkan adiksi, yaitu ketagihan dan ketergantungan. Minuman keras dapat menimbulkan gangguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam funsi berfikir, perasaan dan perilaku.

Timbulnya GMO disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-sel saraf pusat (otak). Karena sifat adiktif alkohol ini peminum lama-kelamaan, tanpa disadari, akan menambah takaran/dosis samai pada dosis keracunan (intoksikasi) atau mabuk. GMO yang terjadi pada seseorang ditandai dengan gejala-gejala:

(a) Terdapat dampak perubahan perilaku, misalnya perkelahian dan tindak kekerasan, ketidakmampuan menilai realitas, gangguan dalam fungsisosial dan pekerjaan;

(b) Timbul gejala fisiologik, misalnya pembicaraan cadel, gangguan koordinasi, cara berjalan yang tidak mantab, dan muka merah;


(50)

38

(c) Timbul gejala psikologik, misalnya perubahan perasaan, mudah marah dan tersinggung, banyak bicara (melantur), dan gangguan perhatian. Ganja yang termasuk narkotika, dapat merupakan pencetus bagi terjadinya gangguan jiwa, yaitu adanya waham (delusi) mirip dengan waham yang terdapat pada gangguan jiwa skizofrenia. Pemakaian ganja juga dapat menimbulkan dampak munculnya gangguan mental organik (GMO) pada pengisap ganja yaitu:

(a) Euforia, rasa gembira tanpa sebab;

(b) Perasaan identifikasi subjektif, yaitu mengalami gangguan persepsi tentang diri dan lingkungannya, halusinasi, dan ilusi (wham);

(c) Perasaan waktu berlalu dengan lambat, misalnya waktu 10 menit bisa dirasakan 1 jam;

(d) Apatis, sikap acuh tak acuh terhadap diri dan lingkungan, tidak ada kemauan atau inisiatif, dan masa bodoh;

(e) Timbul gejala fisik yaitu mata merah, nafsu makan bertambah dan mulut kering;

(f) Efek dalam tingkah laku terjadi gangguan dalam perilaku, misalnya muncul kecurigaan yang berlebihan, ketakutan berlebihan, aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan menurun, malas sekolah, kuliah, bekerja, kehilangan kawan dan pekerjaan (Afiatin,2008:10).


(51)

39

2.4 Proses terjebak narkoba

3

4

5

1.

Kompromi

2. Coba-coba

Tidak dengan tegas menentukan sikap menentang narkoba mau bergaul dengan pemakai narkoba.

Organ tubuh sudah rusak terutama Otaknya, biasanya menjadi gila atau Menjadi kematian.

Segan menolak tawaran atau ajakan teman untuk mencoba memakai narkoba, lalu ikut-ikutan

3. Toleransi Dengan memakai beberapa kali, tubuh sudah

menjadi toleransi, perlu peningkatan dosis

4. Eskalasi

Peningkatan dosis dan tambah jenis narkoba yang dipakai dengan dosis yang terus bertambah

5. Habituasi

Pemakaian narkoba sudah menjadi kebiasaan

yang mengikat.

6. Adiksi/

Dependensi

Keterikatan pada narkoba yang sudah mendalam sehingga tidak dapat terlepas, gejala putus obat yang

7. Intoksikasi

Keracunan oleh narkoba, mengalami kerusakan pada organ tubuh dan otak, hilang kesadaran.


(52)

40

5.3 Beberapa Gejala dini Penyalahgunaan Narkoba

Gejala dini penyalahgunaan narkoba yang dapat dijadikan salah satu tolak ukur bagi orangtua, antara lain

1. Prestasi di sekolah tiba-tiba menurun secara mencolok, enggan belajar atau terlibat dalam kegiatan ektrakurikuler.

2. Perubahan pola tidur: pagi susah dibangunkan, malam suak begadang. Anak-anak yang besar biasanya pulang ralut malam tanpa alasan yang jelas.

3. Selera makan bekurang. Bisa terlihat dari berat badan yang cenderung turun atau kurus.

4. Banyak menghindari pertemuan dengan anggota keluarga lainnya, karena takut ketahuan jika ia menggunakan narkoba. Banyak mengurung diri dikamar dan menolak diajak makan bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya.

5. Suka berbohong.

6. Pengeluarannya lebih besar dari sebelumnya tanpa jelas kegunaannya.

7. Bersikap lebih kasar terhadap anggota keluarga lainnya dibanding

sebelumnya.

8. Sesekali dijumpai dalam keadaan mabuk, bicara cadel atau berjalan

sempoyongan, paling terlihat dari pandangan mata yang kuyu atau sering menatap kosong.


(53)

41

5.4 Beberapa ciri psikologis dan perilaku yang tertentu terhadap

penyalahgunaan narkoba

Beberapa anak dan remaja yang lebih rentan atau mempunyai kemungkinan desar dalam penyalahgunaan narkoba daripada anak atau remaja yang lain biasanya memiliki ciri-ciri:

1. Mudah mengalami kekecewaan dan kecenderungan menjadi agresif dan

destruktif sebagai cara menanggulangi perasaan kecewa tersebut. 2. Adanya perasaan minder/rendah diri (low self-esteem).

3. Sifat tidak bias menunggu atau bersabar yang berlebihan.

4. Suka berpetualang, mencari sensasi, melakukan hal-hal yang mengandung resiko bahaya yang berlebihan.

5. Sifat menjadi bosan dan merasa tertekan, murung dan merasa tidak

sanggup berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. 6. Adanya hambatan atau penyimpangan seksual. 7. Adanya keterbelakangan mental.

8. Kurangnya motivasi atau dorongan untuk mencapai suatu keberhasilan dalam pendidikan, pekerjaan atau lapangan kegiatan yang lain. Biasanya terlihat dari prestasi belajar yang cenderung rendah.

9. Kurangnya partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler. 10. Cenderung mengabaikan peraturan-peraturan.

11. Kurang suka berolahraga 12. Suka melancarkan protes sosial 13. Cenderung makan berlebihan

14. Mempunyai anggapan bahwa hubungan dalam keluarganya kurang dekat, meskipun sering kali kenyataannya tidak demikian.


(54)

42

5.5 Faktor-Faktor Remaja Menggunakan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu fenomena yan terjadi, karena faktor yang secara kebetulan telah terjalin menjadi satu, sehingga berakibat demikina. Faktor-faktor ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian

1. Faktor Individu

Sudah menjadi suatu kodrat bahwa manusia terdiri dari roh, jiwa dan raga. Idelanya roh, jiwa dan raga harus berfungsi secara seimbang. Jiwa manusia terdiri dari tiga aspek yaitu kognisi (berpikir), afeksi (emosi dan perasaan) dan konasi (kehendak, kemauan dan psikomotor). Selain mengalami pertumbuhan fisik, manusia juga mengalami perkembangan kejiwaannya. Didalam masa perkembangan kejiwaan inilah kepribadian terbentuk, dan terbentuknya kepribadian itu sangat dipenagruhi oleh dinamika perkembangan konsep dirinya. Perkembangan ini dialami secara berbeda antara individu yang satu dengan yang lain.

Dengan demikian, tidak ada manusia yang memiliki kesamaan secara mutlak antara seorang dengan yang lain. Mungkin kita jumpai ada orang-orang yang mirip. Mereka memiliki persamaan dalam satu atau beberapa hal, yaitu bentuk fisik, sifat, sikap, pendapat atau kegemaran, juga watak, temperamen dan

perilakunya, namun tidak dalam segala hal. Dalam kaitannya dengan

penyalahgunaan narkoba, faktor-faktor individu yang menyebabkan seseorang dapat dengan mudah terjerumus. Antara lain:

I. Gangguan kepribadiaan

a. Gangguan cara berpikirnya: distorsi kognitif, keyakinan/cara berpikir yang salah atau negative thinking, penalaran semaunya sendiri.

Gangguan cara berpikir ini dapat terjadi dalam beberapa bentuk, antara lain pandangan atau cara berpikir yang keliru atau menyimpang dari pandangan umum yang menjadi norma atau nilai-nilai hakiki dari apa yang dianggap


(1)

118

Apabila r setelah dihitung bernilai mendekati 0,137 berarti ada korelasi antra 2 variabel tersebut. apabila r setelah dihitung bernilai -1 dan nol berarti tidak terjadi hubungan kedua variabel tersebut.

Dalam penelitian ini nilai r adalah 0,137 berarti korelasi antara variabel X ( Sosial Ekonomi Keluarga) dengan variabel Y ( Penyalahgunaan Narkoba) memiliki hubungan untuk mengetahui bagaimana interprestasi hubungan antara kedua variabel tersebut, maka digunakan ketentuan dari Guilford yaitu sebagai berikut:

>0,70

: Hubungan positif yang kuat

0,59 - 0,69

: Hubungan positif yang mantap

0,30 - 0,49

: Hubungan positif yang sedang

0,10 - 0,29

: Hubungan positif yang rendah

0,01 - 0,09

: Hubungan positif yang tak berarti

0,0

: Tak ada hubungan

Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi product moment, dapat diketahui bahwa korelasi antara x dan y dengan N = 15 diperoleh nilai sebesar 0,137. Hal ini menunjukan “hubungan positif yang rendah”, sesuai dengan pendapat Guiford dimana skala korelasi 0,10-0,29 berarti memiliki “hubungan positif yang rendah”.

Untuk menguji kebenaran hipotesis harga kritik r product moment dengan N = 15 maka harus lebih kecil atau sama dengan nilai koefisien korelasi (���) yang signifikan 5% (taraf kepercayaan 95%) diperoleh harga sebesar 0,514 sedangkan harga dari koefisien korelasi yang diperoleh 0,137.

Berdasarkan hasil hitungan tersebut, ternyata nilai koefisien korelasi (���) atau nilai hitung lebih kecil dari taraf signifikan 5% dengan N = 15 atau nilai tabel (0,137 < 0,514). Hal ini menunjukan bahwa


(2)

119

Ha: “Terdapat pengaruh sosial ekonomi keluarga terhadap penyalahgunaan narkoba pada binaan Al-Kamal Sibolangit Center” dapat diterima. Sedangkan Ho: “Tidak Terdapat pengaruh sosial ekonomi keluarga terhadap penyalahgunaan narkoba pada binaan Al-Kamal Sibolangit Center”” tidak dapat diterima (ditolak).

Selanjutnya dicari koefisien determinasi (coefficient of determination), yang merupakan petunjuk besarnya hasil pengukuran yang sebenarnya menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel x terhadap variabel y dengan rumus KP =

(���) 2. 100%. Makin tinggi angka korelasi maka makin rendah kesalahan pengukuran.

KP = (���) 2. 100% KP = (0,137)2. 100% KP = 0,0189. 100% KP = 1,89%

Melalui hasil perhitungan diketahui bahwa nilai hitung koefisien determinasi sebesar 1,89%. Artinya variabel “Pengaruh sosial ekonomi keluarga terhadap penyalahgunaan narkoba pada binaan Al-Kamal Sibolangit Center” sebesar 1,89% dan sisanya 98,11% ditentukan oleh variabel lain.

Adapun hasil notasi statistik antara sosial ekonomi keluarga terhadap penyalahgunaan narkoba di dapat hasil 0,137 < 0,514. Berdasarkan korelasi product moment hitung 0,137 dengan product moment tabel 0,514 terdapat hasil product moment itu lebih kecil dari hasil tabel. Jadi dengan demikian terdapat pengaruh yang sangat rendah antara Pengaruh sosial ekonomi keluarga terhadap penyalahgunaan narkoba pada binaan Al-Kamal Sibolangit Center.


(3)

120

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran mengenai Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Pada Binaan Al-Kamal Sibolangit Center. Berikut ini kesimpulan yang dapat dirumuskan oleh penulis yaitu:

1. Melalui hasil perhitungan KP = (���) 2. 100% diketahui bahwa nilai hitung koefisien determinasi sebesar 1,89%. Artinya variabel sosial ekonomi keluarga memberikan pengaruh terhadap penyalahgunaan narkoba pada binaan Al-Kamal Sibolangit Center sebesar 1,89% dan sisanya 98,11% ditentukan oleh variabel lain.

2. Variabel lain yang sangat menentukan penyalahgunaan narkoba pada remaja adalah karena pergaulan dengan teman sebaya yang salah, rasa percaya diri yang rendah, faktor keluarga, faktor narkoba itu sendiri, faktor lingkungan tempat tinggal.

3. Hasil notasi statistik antara sosial ekonomi keluarga dengan penyalahgunaan narkoba di dapat hasil 0,0189 < 0,514. Berdasarkan korelasi product moment hitung 0,0189 dengan product moment tabel 0,514 terdapat hasil product moment itu lebih kecil dari hasil tabel. Jadi dengan demikian terdapat pengaruh yang sangat rendah terhadap penyalahgunaan narkoba.


(4)

121

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka dapat dibuat saran oleh penulis untuk diberikan atau diajukan bagi pihak-pihak yang terkait, yaitu: 1. Bagi Remaja

Disarankan kepada remaja yang telah menggunakan narkoba untuk bisa berpikir lebih panjang dalam mengambil suatu sikap, dan diharapkan untuk bisa segera meninggalkan narkoba untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik lagi. Kepada remaja yang tidak menggunakan narkoba untuk tetap tidak menggunakannya, karena jika menggunakan narkoba akan berdampak buruk bagi kehidupan.

2. Bagi Orangtua

Disarankan kepada orangtua untuk bisa menjaga komunikasi yang baik kepada anaknya khususnya remaja, komunikasi yang baik akan menciptakan suatu hubungan yang baik pula.

3. Bagi Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit centre Sumatera utara Meningkatkan kualitas pelayanan rehabilitasi sosial penyalahgunaan narkoba di lingkungan kerjanya, agar masalah penyalahgunaan narkoba di lingkungan kita dapat teratasi dan terselesaikan, sehingga korban penyalahgunaan narkoba dapat kita perangi dan hilang dari kehidupan kita.


(5)

122

DAFTAR PUSTAKA

Afiatin, Tina. 2008. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Badan Narkotika Nasional Provinsi sumatera Utara. 2013. Bahaya Penyalahgunaan Narkoba dan Penanggulangannya. Medan: BNNP-Sumut. BNN. 2008. Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia: BNN

bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia. BNN-RI. 2009. Advokasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta. Budiarta. 2000. Penyalahgunaan Narkotika, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Faisal, Sanapiah. 2003. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Gerungan, W A. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Koenjaraningrat. 1981. Masalah dalam metode penelitian masyarakat. Jakarta: Ereka Cipta.

Pribadi, Harlina. 2007. Pedoman Bagi Orangtua, Guru, dan Penyuluh Masyarakat. Jakarta: Cakra Media

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: Grasindo Monoratama. Siregar, Mastauli. 2007. Mata Kuliah Penyalahgunaan Zat dan

Penanggulangannya. Medan: Diktat kalangan sendiri.

Soehartono, Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Supardan, Dadang. 2009. Pengantar ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.

Zulkarnaen. 2004. Menyelamatkan Keluarga dari Bahaya Narkoba. Bandung: Citapustaka Media.


(6)

123

Sumber Lain

pukul 22.00).

22.00).

20:45).