Desain Pasar Jungke Kabupaten Karanganyar

DESAIN PASAR JUNGKE KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI

Oleh: ANDI TRISTIANTO

K 1508054

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Desember 2012

commit to user

iii

DESAIN PASAR JUNGKE KABUPATEN KARANGANYAR

Oleh: ANDI TRISTIANTO K 1508054

Skripsi

Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Pendidikan

Teknik Dan Kejuruan FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Desember 2012

commit to user

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Andi Tristianto NIM : K1508054

Jurusan/Program Studi : PTK/Pendidikan Teknik Bangunan

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ” DESAIN PASAR JUNGKE

KABUPATEN KARANGANYAR ” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Desember 2012 Yang membuat pernyataan

Andi Tristianto

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk di pertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, 7 Desember 2012

Pembimbing I

Ir. Chundakus Habsya, M.SA NIP.1957414 198603 1 002

Pembimbing II

Budi Siswanto,S.Pd,.M.Ars NIP. 19720205 200501 1 001

commit to user

vi

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Tanggal :

Tim Penguji Skripsi: Nama Terang Tanda Tangan

Ketua

: Ida Nugroho Saputro, ST., M.Eng.

Sekretaris

: Sukatiman, ST., M.Si.

Anggota I : Ir. Chundakus Habsya, M.SA. Anggota II

: Budi Siswanto,S.Pd., M.Ars.

Disahkan Oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd. NIP. 19600727 198702 1 001

commit to user

vii

Andi Tristianto. Desain Pasar Jungke Kabupaten Karanganyar. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Desember 2012. Tujuan penelitian ini adalah (1)Merencanakan dan merancang desain Pasar Jungke menjadi pasar tradisional yang menarik serta mencerminkan kearifan lokal. (2)Merencanakan dan merancang desain Pasar Jungke yang memperhatikan kelancaran sirkulasi orang dan barang. (3)Merencanakan dan merancang pasar tradisional yang memperhatikan dalam penataan kios, penataan los dan penataan fasilitas penunjang sehingga menciptakan pasar tradisional yang teratur dan terklasifikasikan dengan baik.

Penelitian yang digunakan merupakan jenis penelitian kualitatif. Strategi penelitian yang digunakan adalah deskripsi analisis. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil observasi terhadap objek penelitian yaitu Pasar Jungke Karanganyar yang merupakan salah satu pasar tradisional terbesar di Kabupaten Karanganyar. Data sekunder berupa arsip atau dokumen yang diperoleh dari Dinas Pasar Kabupaten Karanganyar dan Pengelola Pasar Jungke. Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah Purposive Sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1)Desain Pasar Jungke yang menarik dan mencerminkan kearifan lokal dicerminkan dari: (a)Bentuk atap tajuk yang mengadopsi bentuk atap Pendopo Astana Giri Bangun Matesih. (b)Bentuk teras yang mencerminkan arsitektur kolonial yang mengadopsi bentuk bangunan utama Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar. (c)Bentuk los pada tempat perdagangan mencerminkan kearifan lokal suasana pasar tradisional. (2)Desain sirkulasi Pasar Jungke dengan pola grid menunjang kejelasan arah, efektifitas ruang dan kemudahan akses antar bagian ruang. (3)Desain pengelompokan kios dan los Pasar Jungke dengan menggunakan pola grid mempermudah dalam pengelompokan masing-masing fungsi, jenis dan karakter dari setiap barang dagangan dan jenis perdagangan. (4)Desain utilitas yang mengutamakan kebersihan dan kesehatan pasar dicerminkan dari: (a)Sistem drainase dengan menggunakan saluran tertutup lebih terlihat rapih dan bersih. (b)Sirkulasi Jaringan utilitas dengan penggunaan shaft sebagai sirkulasi vertikal akan membuat desain pasar terlihat rapi dan apabila ada kerusakan pada jaringan akan lebih mempermudah dalam perbaikan. (c)Sistem pengelolaan sampah dengan penggunaan shaft sampah sebagai sirkulasi vertikal akan mempermudah dalam pendistribusian sampah. (d)Selain itu juga dilakukan pemisahan antara sampah organik dan anorganik akan lebih mudah dalam mendaurulang.

Kata Kunci : Desain Pasar Jungke yang menarik, sirkulasi yang lancar, pengelompokan yang jelas, kebersihan dan kesehatan yang baik.

commit to user

viii

Andi Tristianto. Market Design Jungke in District of Karanganyar. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Desember 2012. The purpose of the study was (1)Planning and designing Jungke Market becomes attractive, tradisional markets and reflects the local wisdom. (2)Planning and designing a notice Jungke Markets smooth circulation of people and goods. (3)Planning and design of traditional markets stall attention in structuring, arrangement an structuring los supporting facilities, creating traditional market regularly and properly classifiable.

The Study used a type of qualitative research. The research strategy used is description analysis. Data collected in this study is primary data obtained from the observation of the research object Jungke Market of Karanganyar which is one of the largest traditional market in the district of Karanganyar. Secondary data files or documents obtained from the Market Service of Karanganyar and Business Jungke. Tech data collection used was purposive sampling.

The results of this study show that: (1)Market Desaign Jungke interesting and reflects local wisdom reflected: (a)The roof canopy which adopts the verandah roof Astana Giri Bangun Matesih. (b)The form of terraces which reflect colonial architecture adopting the form of the main building Tasikmadu Karanganyar Sugar Factory. (c)Form los reflects trading in the spot market atmosphere of traditional wisdom. (2)Design circulation Jungke Market with clear directions grid pattern support, effectiveness and ease of access space between the part of spece. (3)Design and los market stall grouping Jungke using a grid pattern makes the grouping of each function, type and character of any merchandise and types trading. (4)Design utility that prioritizes health and hygiene market reflected: (a)The drainage system using closed lines more visible neat and cleane. (b)Circulation network utility to use as the vertical circulation shaft will make easier to repair. (c)Waste management system with the use of waste as vertical circulation shaft will facilitate the distribution of garbage. (d)In addition, the separation between the organic and inorganic waste will be easier to recycle.

Keywords: Attractive design of Jungke Market, proper circulation, grouping of the clear, hygiene and good health.

commit to user

ix

MOTTO

Dan Carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah Dianugrahkan Alloh kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Alloh telah berbuat

baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi, sungguh Alloh tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.

(Q.S Al Qashash: 77)

Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi senantiasa bertasbih kepada Alloh; milik-Nya semua kerajaan dan bagi-Nya (pula) segala puji; dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu.

(Q.S At Taghabun: 1)

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Alloh Menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat)perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan

yang benar) (Q.S Ar Ruum: 41)

Perumpamaan Surga yang dijanjikan kepada orang yang bertaqwa (seperti taman),mengalir di bawahnya sungai-sungai; senantiasa berbuah dan teduh. Itulah tempat kesudahan bagi orang yang bertaqwa; sedang tempat kesudahan bagi orang yang ingkar kepada Tuhan ialah neraka.

(Q.S Ar Ruum: 41)

commit to user

PERSEMBAHAN

Alloh SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, Puji syukur Alhamdullilah atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya. Karya ini dipersambahkan kepada orang-orang yang kucintai, kusayangi, kuhormati dan kubanggakan:

1. Ibu dan Ayah tercinta terimakasih atas Kasih sayang, Do’a, jerih payah dan pengorbanan kepada saya.

2. Kakak-kakakku yang selalu memberikan dukungan yang sangat berarti bagiku.

3. Teman-teman yang telah memberikan bantua, pengalaman dan pengetahuan yang insyaAlloh akan tetap ku kenang selamanya.

4. Almamater UNS

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim Alhamdulillaahirobbil’aalamiin

Ass alaamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, atas segala

limpahan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Desain Pasar Jungke Kabupaten Karanganyar”, yang disusun untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, Program Pendidikan Teknik Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta.

2. Bapak Drs. H. Sutrisno, S.T., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknikdan Kejuruan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Ida Nugroho Saputro, S.T., M.Eng, selaku Ketua Program Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Abdul Haris Setyawan S.Pd., M.Pd, selaku Koordinator Skripsi Pendidikan Teknik Bangunan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ir. Chundakus Habsya, M.SA, selaku Pembimbing I yang telah memberikan

arahan dan bimbingan dalam menyusun skripsi.

6. Budi Siswanto,S.Pd., M.Ars, selaku Pembimbing II yang telah memberikan

arahan dan bimbingan dalam menyusun skripsi.

7. Kepala Pengelola Pasar Jungke Karanganyar yang telah memberikan ijin, data dan kelonggarannya dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Kedua orang tua penulis, yang telah memberikan doa, dorongan dan perjuangannya.

commit to user

xii

dan bantuannya.

10. Berbagai pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam tulisan ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan didalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan dalam skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Alloh SWT selalu membimbing kita semua.Aamiin.

Wassalaamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh

Surakarta, Desember 2012

Penulis

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Perbandingan Pasar Tradisional dengan Pasar Modern .................. 15 Tabel 3.1. Waktu Penelitian ............................................................................. 28 Tabel 4.1. Kondisi Jalan yang Ada di Sekitar Site Pasar Jungke ..................... 52 Tabel 4.2. Peruangan Kantor Pengelola Pasar Jungke ..................................... 60 Tabel 4.3. Peruangan Kios Pemda Pasar Jungke .............................................. 61 Tabel 4.4. Peruangan Kios Darurat Pasar Jungke ............................................ 62 Tabel 4.5. Peruangan Los Daging Pasar Jungke .............................................. 63 Tabel 4.6. Peruangan Kios Berdikari Pasar Jungke.......................................... 64 Tabel 4.7. Peruangan Kios PKL Pasar Jungke ................................................. 65 Tabel 4.8. Peruangan Skat Darurat Pasar Jungke ............................................. 66 Tabel 4.9. Peruangan Los Pemda Pasar Jungke ............................................... 67 Tabel 4.10. Peruangan Los Berdikari Pasar Jungke ........................................... 68 Tabel 4.11. Peruangan Los Halaman Luar Pasar Jungke ................................... 69 Tabel 4.12. Peruangan Area Parkir dan Bongkar Muat Pasar Jungke ................ 70 Tabel 4.13. Peruangan Mushola Pasar Jungke ................................................... 71 Tabel 4.14. Peruangan Area MCK Pasar Jungke ............................................... 71 Tabel 4.15. Peruangan Area Terbuka Pasar Jungke ........................................... 72 Tabel 4.16. Rekapitulasi Peruangan Pasar Jungke ............................................. 73 Tabel 4.17. Rekapitulasi Jumlah Pedagang Pasar Jungke .................................. 73 Tabel 4.18. Klasifikasi Jenis Komoditas di Pasar Jungke .................................. 74 Tabel 4.19. Analisa Pelaku dan Kebutuhan Ruang Kegiatan Jual-beli .............. 75 Tabel 4.20. Analisa Pelaku dan Kebutuhan Ruang Kegiatan Pengelola ............ 76 Tabel 4.21. Analisa Pelaku dan Kebutuhan Ruang Kegiatan Penunjang ........... 76 Tabel 4.22. Rencana Besaran Ruang Penerimaan Pasar Jungke ........................ 81 Tabel 4.23. Rencana Besaran Ruang Kios dan Los Pasar Jungke ...................... 82 Tabel 4.24. Rencana Besaran Ruang Kantor Pengelola Pasar Jungke ............... 83 Tabel 4.25. Rencana Besaran Ruang Area Parkir .............................................. 84

commit to user

xvii

Tabel 4.27. Rencana Besaran Ruang Masjid ...................................................... 85 Tabel 4.28. Rencana Besaran Ruang Lavatory ................................................... 86 Tabel 4.29. Rencana Besaran Ruang ME ........................................................... 87 Tabel 4.30. Rencana Besaran Ruang Pos Jaga, ATM dan Box Telepon ............ 87 Tabel 4.31. Rekapitulasi Rencana Peruangan Pasar Jungke .............................. 87 Tabel 4.32. Perbandingan Pencahayaan Alami dan Buatan ............................... 125 Tabel 4.33. Kelebihan dan Kelemahan Baja Konvensional ............................... 131 Tabel 4.34. Perbandingan Saluran Terbuka dan Tertutup .................................. 135 Tabel 4.35. Standar Kebutuhan Drainase ........................................................... 136

commit to user

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Suasana di Dalam Pasar jungke .................................................

Gambar 2.1. Pasar jungke Adalah Contoh Pasar Tradisional .........................

Gambar 2.2. Drainase dan Kebersihan yang Buruk di Pasar Tradisional .......

Gambar 2.3. Bangunan Pasar yang Kurang Memperhatikan Kenyamanan....

Gambar 2.4. Penataan Barang di Palur Plasa yang Rapi dan Terklasifikasi . 11 Gambar 2.5. Minimarket ................................................................................. 12 Gambar 2.6. Plasa Singosaren Solo ................................................................ 13 Gambar 2.7. Solo Grand Mall ......................................................................... 13 Gambar 2.8. Lotte Mart .................................................................................. 14 Gambar 2.9. Bagan Perkembangan Objek Penelitian Desain di Indonesia .... 16 Gambar 2.10. Bagan Hubungan Desain, Seni, Sains dan Teknologi ................ 17 Gambar 2.11. Solo Tecno Park dengan Konsep Bangunan Fungsional ........... 18 Gambar 2.12. Pasar Gedhe Solo, Pasar Gading Solo, Pasar Kembang Solo .... 19 Gambar 2.13. Masjid Agung Kabupaten Karanganyar ..................................... 20 Gambar 2.14. Desain Bank Indonesia Solo ...................................................... 22 Gambar 2.15. Bangunan Kampus Universitas Indonesia dengan Bentuk dan

Warna yang Dirancang dengan Konsep Selaras ........................ 23

Gambar 2.16. Bank Indonesia Solo, Benteng Vestemberg Solo, Bangunan

dengan Arsitektur Kolonial di Kota Solo ................................... 24

Gambar 2.17. Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar, Salah Satu Bangunan

yang ada di Karanganyar dengan Gaya Arsitektur Kolonial ..... 25

Gambar 2.18. Bagan Kerangka Pemikiran ....................................................... 26 Gambar 3.1. Bagan Proses Penelitian ............................................................. 36 Gambar 3.2. Bagan Analisa Konsep Desain Pasar Jungke ............................ 37 Gambar 3.3. Bagan Konsep Desain Pasar Jungke ......................................... 38 Gambar 4.1. Foto Udara Pasar Jungke Karanganyar ...................................... 39 Gambar 4.2. Batas Lahan Site Pasar Jungke................................................... 40 Gambar 4.3. Bentuk dan Ukuran Lahan Site Pasar Jungke ............................ 41 Gambar 4.4. Sketsa Potongan Site Pasar Jungke ........................................... 42

commit to user

xxiii

Lampiran26. Foto Maket Pasar Jungke (Perspektif dari Arah Timur Laut dan dari Arah Barat Laut) .......................................................................... 171

Lampiran26. Foto Maket Pasar Jungke (Perspektif dari Arah Tenggara) ........ 172 Lampiran26. Foto Maket Pasar Jungke (Perspektif dari Arah Barat Laut) ....... 173 Lampiran26. Laporan Desain ............................................................................ 174

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi sekarang ini gaya hidup modern sudah menjadi dambaan bagi masyarakat Indonesia. Hampir di semua bidang kehidupan masyarakat Indonesia mengalami modernisasi utamanya pada masyarakat perkotaan. Hal itu juga terjadi di bidang perdagangan yang tidak lain adalah pasar. Pasar tradisional yang dahulu menjadi pusat perdagangan dan perekonomian masyarakat sudah sedikit tergeser karena adanya pasar modern lebih-lebih di kota-kota besar. Hal ini menjadikan pertumbuhan pasar tradisional lebih rendah dari pada pertumbuhan pasar modern.

Hal tersebut sesuai dengan hasil survei yang dilakukan AC. Nielsen (Situs resmi DPW DKI Jakarta, 2005). menunjukkan bahwa jumlah pasar tradisional di Indonesia mencapai 1,7 juta unit atau 73%dari keseluruhan pasar yang ada. Namun, ternyata laju pertumbuhan pasar modern jauh lebih tinggi dari pada pasar tradisional. Kalau diamati, di antara pasar-pasar tersebut ada yang mempunyai spesifikasi barang dagangan yang sama dengan pasar-pasar modern. Kondisi seperti ini yang membuat pasar tradisional semakin terpuruk. Pasar-pasar modern tersebut telah menggeser peran pasar tradisional sebagai penyedia kebutuhan masyarakat kota. (Sadilah, Ariani, Herawati, Moertjipto dan Sukari, 2011:2)

Pertumbuhan pasar modern juga sudah terjadi di Kabupaten Karanganyar. Pasar modern di Kabupaten Karanganyar yang baru adalah Palur Plasa. Palur Plasa adalah sebuah pusat perbelanjaan modern yang lengkap menyediakan kebutuhan masyarakat mulai dari pakaian, barang elektronik, bahkan sembilan bahan pokok. Jenis barang yang dijual di Palur Plasa juga sama dengan jenis barang yang dijual di pasar tradisional bahkan di Palur Plasa lebih lengkap dan lebih menarik. Hal itu menjadikan keberadaan pasar tradisional di Kabupaten Karanganyar sudah mulai tergeser.

Pasar Jungke yang merupakan salah satu pasar tradisional terbesar di Kabupaten Karanganyar yang letaknya di pusat kota sudah mulai sedikit tergeser oleh keberadaan pasar modern. Beberapa masyarakat sudah beralih untuk berbelanja di pasar modern terutama masyarakat menengah ke atas. Mereka lebih

commit to user

tradisional. Mereka memandang pasar modern lebih aman, nyaman, menarik dan jauh dari kesan kumuh.

Gambar 1.1. Suasana di Dalam Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi)

Pasar Jungke yang merupakan pasar tradisional memiliki kondisi yang memprihatinkan lebih-lebih jika dibandingkan dengan kondisi pasar modern. Banyak sekali permasalahan yang ada pada Pasar Jungke. Permasalahan yang paling menonjol adalah kuranganya kenyamanan. Hal-hal yang membuat tidak nyaman diantaranya kurang lancarnya sirkulasi orang maupun barang, kondisi pasar yang kumuh, penataan dan pengelompokan los dan kios yang tidak teratur, serta kesemrawutan suasana pasar.

Kondisi sirkulasi orang maupun barang di Pasar Jungke pada saat ini kurang lancar. Pengunjung harus saling bergantian dalam melintasi jalan sirkulasi pasar. Kondisi jalan sirkulasi semakin macet apabila ada pengangkutan barang oleh kuli angkut maka pengguna jalan yang lain harus mengalah dan menyingkir terlebih dahulu. Lebih macet lagi ketika pengunjung pasar sangat banyak.

Ketidak lancaran sirkulasi orang dan barang terjadi karena beberapa sebab. Penyebab ketidak lancaran sirkulasi antara lain penataan kios dan los yang kurang baik. Hal lain juga karena penambahan los secara darurat yang mengesampingkan kelancaran sirkulasi. Penyebab terbesar ketidak lancaran sirkulai adalah penggunaan jalan sirkulasi untuk berdagang. Para pedagang saat ini dilegalkan dan

commit to user

pedagang yang tidak diimbangi dengan penambahan tempat untuk berdagang.

Kondisi lain yang menyebabkan kondisi pasar kurang nyaman adalah kebersihan yang kurang terjaga. Banyak terlihat tempat-tempat kumuh di sudut- sudut pasar. Kurangnya kebersihan Pasar Jungke disebabkan karena sarana kebersihan seperti tempat sampah sangat kurang. Kondisi fisik Pasar Jungke yang kurang mendukung seperti saluran drainase yang kurang memadai mengakibatkan penyumbatan. Hal itu mengakibatkan pasar terlihat kumuh dan kesehatan pasar sangat kurang. Tidak adanya petugas kebersihan yang cukup juga menjadi penyebab kebersihan pasar tidak terjaga.

Selain itu, Pasar Jungke juga beberapa kali mengalami kebakaran. Kejadian itu dapat terjadi selain kelalaian pedagang pasar juga karena kondisi fisik bangunan yang kurang memadai serta tidak teraturnya penataan. Penataan tanpa perencanaan terjadi karena beberapa pedagang membuat partisi antar pedagang dari bahan yang mudah terbakar seperti bahan dari kayu lapis atau plat kayu. Hal itu tidak hanya rawan terhadap kebakaran tetapi juga mengurangi kerapian dan keindahan pasar. Selain itu tidak ada jalur darurat apabila terjadi kebakaran sehingga menyulitkan pemadam kebakaran untuk memadamkan api. Pasar Jungke juga tidak dilengkapi dengan hydrant yang sebenarnya sangat diperlukan untuk antisipasi kebakaran lebih-lebih Pasar Jungke memiliki area yang luas.

Hal-hal diatas menjadikan Pasar Jungke kurang nyaman dan kurang aman. Hal itu sangat disayangkan bila Pasar Junge kalah bersaing dengan pasar modern hanya karena kondisi fisik yang tidak mendukung.

Permasalahan-permasalahan diatas sangat disayangkan karena Pasar Jungke memiliki potensi untuk bersaing dengan pasar modern. Diantaranya Pasar Jungke menjadi pusat perdagangan dan perekonomian bagi masyarakat di Kabupaten Karanganyar sejak dulu. Letak Pasar Jungke juga sangat strategis yaitu berada di jantung Kota Karanganyar. Pasar Jungke berada tepat di sebelah selatan Terminal Jungke yang merupakan terminal kota. Dengan itu Pasar Jungke menjadi pusat tempat menjual hasil pertanian dari petani untuk di jual di Pasar Jungke dan selanjutnya akan dibeli oleh penduduk kota di Kabupaten Karanganyar. Menurut

commit to user

anatara unsur-unsur aliran vertikal dan horizontal dimana tukar-menukar terjadi tidak hanya di antara petani, tetapi juga antara petani dengan orang-orang kota.

Untuk mengatassi permasalahan tersebut diperlukan pengembangan Pasar Jungke yang baik agar dapat menjadikan Pasar Jungke menjadi pusat perdagangan yang menarik. Hal itu dapat dilakukan dengan perencanaan pasar yang matang dan sesuai dengan kebutuhan pasar pada saat sekarang dan berorientasi pada masa yang akan datang. Setelah itu diperlukan perancangan ulang untuk menciptakan sebuah rancangan pasar dalam bentuk desain pasar yang lebih layak dan lebih menarik.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana menciptakan Pasar Jungke yang menarik dan mencerminkan kearifan lokal.

2. Bagaimana merencanakan Pasar Jungke dengan kelancaran sirkulasi orang dan barang.

3. Bagaimana merencanakan Pasar Jungke dengan penataan dan pengelompokan kios dan los yang baik.

4. Bagaimana merencanakan Pasar Jungke yang bersih dan sehat.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari Desain Pasar Jungke di Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut :

1. Merencanakan dan merancang desain Pasar Jungke menjadi pasar tradisional yang menarik serta mencerminkan kearifan lokal.

2. Merencanakan dan merancang desain Pasar Jungke yang memperhatikan kelancaran sirkulasi orang dan barang.

3. Merencanakan dan merancang pasar tradisional yang memperhatikan dalam penataan kios, penataan los dan penataan fasilitas penunjang sehingga

commit to user

baik.

4. Merencanakan dan merancang desain Pasar Jungke yang memperhatikan kebersihan dan kesehatan sehingga tercipta pasar tradisional yang bersih dan jauh dari kesan kumuh.

D. Batasan Masalah

Skripsi dengan judul “Desain Pasar Jungke Kabupaten Karanganyar” membahas hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan Pasar

Jungke. Masalah-masalah yang berhubungan dengan sosial masyarakat, psikologi masyarakat, dan perekonomian tidak dibahas dalam penelitian.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan data pendukung pada mata kuliah Teknik Presentasi, Aplikasi Perencanaan dan Perancangan serta mata kuliah pendukung lain di prodi Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.

2. Manfaat Praktis

Menciptakan sebuah desain pasar tradisional yang nyaman, aman, bersih dan jauh dari kesan kumuh yang diawali dari perencanaan dan perancangan yang sesuai dengan kondisi sekarang dan berorientasi pada masa yang akan datang.

commit to user

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pasar

Pasar adalah pusat perdagangan dan perekonomian masyarakat. Pasar merupakan tempat berlangsungnya kegiatan jual-beli. Pasar juga merupakan tempat berkumpulnya komoditas hasil pertanian masyarakat khususnya masyarakat yang berada di sekitar pasar. Pada umumnya di dalam pasar akan terjadi tukar menukar antara barang dan uang akan tetapi masih ada pasar yang transaksinya masih dengan pertukaran barang dengan barang atau sistem barter.

Pasar juga menjadi tempat untuk mencari kebutuhan pokok karena di pasar terdapat barang-barang yang diperlukan seperti bahan pokok, sandang atau yang lain. Barang-barang itu diperoleh dari masyarakat sekitar, dari pasar di daerah lain dan dari tempat lain atau dari negara lain. Mengenai jaringan pasar tradisional,

Sadilah, dkk (2011) bependapat, “Dari pasar itu pula akan terungkap jaringan perdagangan antara pedagang besar maupun kecil, pedagang lokal maupun dari

daerah lain dan dapat berlangsung dari pasar ke pasar atau dari pasar desa ke pasar kota ” (hlm. 1)

Di dalam pasar akan terjadi persaingan. Persaingan sangat penting dalam pasar karena dari persaingan akan terbentuk pasar. Dua orang mungkin melakukan perdagangan, tetapi dibutuhkan setidaknya tiga orang untuk berdirinya sebuah pasar, sehingga ada persaingan pada setidaknya satu dari dua belah pihak. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis, lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang diperdagangkan.

Pasar adalah tempat yang memiliki fungsi sebagai tempat perdagangan. Selain itu pasar memfasilitasi perdagangan dan memungkinkan distribusi dan alokasi sumber daya dalam masyarakat. Pasar juga merupakan tempat terbentuknya harga sebuah barang. Dengan proses jual-beli maka secara otomatis akan terbentuk harga barang.

commit to user

Pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli yang biasanya dalam transaksinya menggunakan proses tawar menawar sampai pada kesepakatan kedua belah pihak. Pasar tradisional bisa diartikan sebuah tempat atau wadah yang menampung orang-orang dimana terdiri dari latar belakang yang berbeda, etnis, status sosial dan agama namun dapat saling berinteraksi tanpa hambatan akan perbedaan tersebut. Pada umumnya pasar tradisional menyediakan kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur- sayuran, telur, daging, kain, pakaian, barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan dan perkampungan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar.

Gambar 2.1. Pasar Jungke Adalah Contoh Pasar Tradisional

di Kabupaten Karanganyar (Sumber: Dokumen Pribadi)

Pasar tradisional di daerah kota memiliki ciri yang berbeda bila dibandingkan dengan pasar tradisional di pedesaan. Pasar tradisional di kota lebih besar dan lebih komplek. Dengan sekala yang besar maka di pasar tradisional sudah dilakukan klasifikasikan dalam penataan kios atau lapak sesuai dengan jenis barang dagangannya. Pasar tradisional di kota lebih tertata dan pengelolaannya lebih teratur. Pengembangan pasar tradisional di kota pun juga sering dilakukan

commit to user

bersaing dengan pasar modern yang saat ini sedang berkembang di kota-kota.

Sangat terlihat adanya perbedaan antara pasar tradisional di kota dan pasar tradisional yang ada di desa. Mengenai karakteristik pasar tradisional di kota Sadilah, dkk (2011) menyatakan:

Keberadaan pasar-pasar tradisional di kota mempunyai karakteristik berbeda dengan pasar-pasar tradisionalyang berada di desa. Kondisi pasar tradisional di kota besar lebih terorganisir, baik dalam hal penataan ruang jual-beli, jenis-jenis barang yang dijual (baik secara kualitas maupun kuantitas), maupun tersedianya aneka barang untuk memenuhi kebutuhan sebagian penduduk kota. Selain itu, tempat pasar tradisional itu sendiri berupa bangunan permanen sederhana. Disamping itu juga pasar-pasar trasional di kota memiliki keberagaman, yang berkembang dengan aneka kekhususan misalnya pasar buah, pasar bunga, pasar barang-barang antic, pasar pakaian, pasar batik/tenun, pasar burung. (hal. 3)

a. Ciri-ciri Pasar Tradisional

1) Organisasi pasar yang sederhana

2) Tingkat efisiensi dan spesialisasi yang rendah

3) Volume barang relatif kecil

4) Bentuk bangunan yang apa adanya, terkesan sempit, dan kotor

Gambar 2.2. Drainase dan kebersihan yang buruk di pasar tradisional

(Sumber: Dokumen Pribadi)

Barang dagangan yang mengganggu sirkulasi barang dan orang

Lantai yang kotor dan becek

Drainase air hujan yang kotor dan menggenang

Sampah berserakan

commit to user

1) Pengelolaannya dikelola oleh pemerintah kota yang biasanya sudah ada Dinas pasar sebagai pengelola pasar tradisional.

2) Terdiri dari unit-unit usaha kecil yang dimiliki oleh perseorangan dan bersifat tradisional.

3) Ada koperasi pedagang pasar yang berperan sebagai lembaga simpan pinjam.

4) Kondisi fisik bangunan temporer, semi permanen atau permanen.

5) Kebersihan kurang terjaga dengan baik dan penataan barang seadanya.

6) Gang antar kios terlalu sempit dan fasilitas parkir tidak memadai.

7) Barang - barang yang dijual adalah barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari.

8) Harga relative lebih murah dan biasanya dapat ditawar.

9) Terdapat interaksi antara penjual dan pembeli dalam proses tawar-menawar.

10) Waktu kegiatan pada umumnya di mulai dari pukul 06.00 s.d 18.00 WIB.

11) Lokasi berada ditempat-tempat yang strategis dan mudah dijangkau.

Gambar 2.3. Bangunan Pasar yang Kurang Memperhatikan Kenyamanan

(Sumber: Dokumen Pribadi)

Atap bangunan pasar yang terlihat semrawut.

Bangunan pasar yang seadanya yang mengesampingkan estetika.

Jalan yang sudah rusak mengurangi kenyamanan.

Lapak yang kurang teratur dan terlihat semrawut.

Tidak ada batas yang jelas antara area pedagang dengan sirkulasi barang dan orang menjadikan aksesibilitas kurang lancer.

commit to user

10

1) Fungsi Ekonomi

Dari sudut arus barang dan jasa ciri khas pasar tradisional yang paling menonjol adalah jenis barang yang diperdagangkan seperti bahan pangan, sandang dan sebaginya yaitu barang-barang yang tidak besar sehingga mudah diangkut dan disimpan. Hasil-hasil produk pertanian untuk kebutuhan sehari- hari merupakan komoditas yang paling banyak diperdagangkan di pasar tradisional. Sebagai pusat ekonomi maka perkembangan pasar tradisional dapat menjadi petunjuk awal untuk melihat perkembangan ekonomi masyarakat setempat.

2) Fungsi Sosial

Pasar tradisional berfungsi sebagai tempat pertemuan sosial. Pertemuan pengunjung pasar disamping untuk menjual produk pertanian dan membeli barang –barang kebutuhan hidup rumah tangga juga terdapat interaksi sosial antara pedagang dengan pembeli, pembeli dengan pembeli, ataupun pedagang dengan pedagang. Pasar merupakan tempat yang paling mudah untuk mendapatkan informasi dari masyarakat utamanya di daerah pedesaan. Pasar menjadi tempat untuk mendapatkan barang yang lengkap dan murah, sekaligus bertemu dan berinteraksi dengan keluarga lain.

3) Fungsi Budaya

Pasar tradisional merupakan pusat keramaian di sebuah masyarakat. Banyak orang berkumpul di dalam pasar tradisional dari berbagai status sosial yang berbeda. Dengan demikian pasar tradisional menjadi tempat yang lekat akan budaya pada suatu daerah. Budaya suatu mayarakat dapat dilihat di dalam sebuah pasar. Tata krama dan bahasa yang khas dapat dilihat dari interaksi pengguna pasar. Selain itu budaya yang bernilai seni seperti tarian, nyanyian, atau seni rakyat lain terkadang dapat dijumpai di dalam pasar tradisional sebagai pertunjukan rakyat.

commit to user

11

Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional. Perbedaanya adalah penjual dan pembeli di pasar modern tidak bertransakasi secara langsung. Tidak ada kegiatan tawar-menawar di pasar modern karena biasanya harga barang sudah dibandrol dengan label harga. Pembeli lebih leluasa dalam memilih barang karena pembeli bebas memilih barang yang ada dan pembeli secara mudah mengambil barang yang akan dibeli sesuai yang dibutuhkan. Barang-barang yang dijual di pasar modern tidak jauh berbeda dengan barang yang dijual di pasar tradisional. Barang-barang yang dijual di pasar modern diantaranya makanan seperti: buah, sayuran, daging. Sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama seperti: piring, gelas, pisau, kipas, dan lain-lain.

Kebersihan pada pasar modern sangat diperhatikan. Kerapian dan keteraturan penataan barangpun diperhatikan dengan baik. Dengan hal itu maka pasar modern terkesan rapih, bersih, dan mewah. Dengan demikian masyarakat sekarang cenderung memilih pasar modern sebagai tempat belanja.

Gambar 2.4. Penataan Barang di Palur Plasa yang Rapi dan Terklasifikasi:

a. Penataan Bahan Makanan, b. Penataan Sepatu, c. Penataan Sayur dan Buah,

d. Penataan kelontong (Sumber: Dokumen Pribadi)

commit to user

12

a. Minimarket

Gambar 2.5. Indomaret (Sumber: www.google.com)

Minimarket termasuk pasar modern yang luasanya paling kecil bila dibanding dengan pasar modern lainya. Minimarket menjual segala macam barang dan makanan, namun tidak selengkap dan sebesar sebuah supermarket. Sebagian besar barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari tersedia di minimarket.

Sekarang ini sangat banyak berdiri minimarket. Bahkan di kota kecil sekalipun seperti kota kecamatan telah berdiri minimarket. Dengan adanya minimarket, masyarakat tidak perlu jauh-jauh untuk berbelanja di pasar modern yang dahulu hanya ada di kota-kota besar. Itu membuktikan bahwa masyarakat Indonesia sudah banyak yang memilih pasar modern seperti minimarket dengan alasan lokasi yang lebih dekat dan lebih bersih bila dibandingkan dengan pasar tradisional.

Minimarket memiliki model transaksi secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan sistem swalayan, dimana pembeli mengambil sendiri barang yang ia butuhkan dari rak-rak dagangan dan membayarnya di kasir. Sistem ini juga membantu agar pembeli tidak berhutang. Sebuah minimarket jam bukanya juga lain dari sebuah supermarket, minimarket melayani hingga 24 jam. Contoh dari minimarket adalah Indomaret, Alfamart, dll.

commit to user

13

Gambar 2.6. Palur Plasa (Sumber: Dokumen Pribadi)

Supermarket adalah sebuah swalayan dengan ukuran yang besar dan memiliki kelengkapan barang yang disediakan. Barang-barang yang disediakan di Supermarket mulai dari kelontong, alat elektronik, furnitur, pakaian, bahan makanan serta kebutuhan sehari-hari yang lain. Contoh supermarket yang ada di Kota Karanganyar adalah Palur Plasa.

c. Hypermarket

Gambar 2.7. Solo Grand Mall (Sumber: www.google.com)

Hypermarket adalah supermarket yang ukuranya lebih besar. Untuk barang yang disediakan tidak jauh berabeda dengan barang yang disediakan di supermarket hanya saja hypermart lebih banyak dan lebih lengkap. Contoh hypermart yang ada di kota solo adalah Solo Grand Mall.

commit to user

14

keberadaanya di kota besar yang sulit memperoleh lahan yang luas maka biasanya hypermart terdiri dari banyak lantai. Dengan demikian bangunan hypermart di kota-kota besar seringkali menjadi sebuah landmark baru dari sebuah kota.

Hypermat biasanya hanya ada di kota-kota besar. Hal itu dikarenakan kebutuhan masyarakat perkotaan akan sebuah tempat perbelanjaan yang menawarkan gaya hidup modern. Selain itu juga keinginan masyarakat kota dengan pusat hiburan yang superlengkap seperti hypermat.

d. Grosir

Gambar 2.8. Lotte Mart Solo (Sumber: www.google.com)

Grosir adalah pasar modern yang didalamnya ada kegiatan bongkar muat di dalam pusat grosir. Barang yang disediakan tidak jauh berabeda dengan barang yang disediakan di supermarket hanya saja lebih lengkap dan lebih besar jumlahnya. Grosir biasanya terdapat di kota-kota besar. Contoh grosir yang ada di kota Solo adalah Lotte Mart.

4. Perbandingan Pasar Modern dan Pasar Tradisional

Ada beberapa perbedaan antara pasar tradisional dengan pasar modern. Perbedaan tersebut ada yang sangat mencolok utamanya perbedaan cara transaksi jual beli. Selain berbeda dalam cara bertransaksi juga ada perbedaan dengan tempat berjualan atau fisik bangunan pasar. Untuk Lebih jelas mengenai perbandingan pasar modern dan pasar tradisional dapat dilihat pada tabel 2.1.

commit to user

15

(Sumber: www.wikipedia.com)

NO SUBJEK

PASAR TRADISIONAL

PASAR MODERN

1 Pengelolaan

Dikelola oleh Dinas Pasar dan terdiri dari unit-unit usaha kecil

Dikelola oleh perorangan dan bersifat modern.

2 Kondisi fisik tempat usaha

Kebersihan tidak terjaga dengan baik, gang antar kios terlalu sempit, fasilitas parkir tidak memadai kenyamanan kurang baik karena kurang bersih dan kurang tertata.

Kebersihan sangat terjaga dengan baik, gang antar kios lebar dan longgar, fasilitas parkir disediakan dengan baik, kenyamanan lebih baik karena bersih.

3 Harga barang

Harga relatif lebih murah dan dapat ditawar.

Harga lebih mahal dan tidak dapat ditawar.

4 Penataan barang

Penataan barang seadanya dan tidak diklasifikasikan dengan baik sehingga

terlihat

semrawut.

Penataan barang sangat rapih dan teratur serta sudah

diklasisifikasikan dengan baik.

5 Barang - barang yang dijual

Barang-barang yang dijual adalah

barang-barang

kebutuhan rumah tangga sehari dengan jenis barang yang dijual lebih bervariasi.

Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan juga barang lainnya yang dapat bertahan lama seperti alat elektronik.

6 Efisiensi dan spesialisasi

spesialisasi yang rendah.

Tingkat

efisiensi dan spesialisasi yang tinggi.

7 Hubungan penjual dan pembeli

Terdapat interaksi antara penjual dan pembeli dan sering terjadi proses tawar- menawar

Pembeli mengambil barang sendiri yang sudah berlebel harga dan membayar di kasir.

8 Waktu kegiatan

Pada umumnya di mulai dari pukul 06.00 s.d 18.00 WIB

Pada umumnya di mulai dari pukul 08.00 s.d 21.00 WIB

9 Mekanisme peroleh komoditas

Diperoleh melalui pasar induk atau langsung dari hasil bumi masyarakat sekitar.

Diperoleh dari distributor yang

sudah memiliki kualitas barang berstandar.

10 Volume barang

Volume barang relatif kecil.

Volume barang besar

11 Lokasi

Tumbuh tanpa perencanaan dengan lokasi

ditempat-

tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat sekitar.

Direncanakan dengan baik di lokasi di pusat kota atau pusat perdagangan sebuah kota.

commit to user

16

5. Desain

Desain adalah sebuah rancangan yang berbentuk sebuah gambar, patung, atau gedung. Tanpa desain maka sesuatu tidak akan menarik dan tidak bisa menciptakan sesuatu yang khas. Desain juga akan menimbulkan identitas. Menurut Widagdo, desain adalah adalah salah satu manifestasi kebudayaan yang berwujud dan merupakan produk nilai-nilai untuk suatu kurun waktu tertentu (Widagdo, 1993 dalam Sachari, 2002:7). Desain dibuat untuk menciptakan sebuah karya yang mencerminkan kebudayaan tertentu. Sebagai contoh desain masjid mencerminkan budaya islam.

Gambar 2.9. Bagan Perkembangan Objek Penelitian Desain di Indonesia (Sumber: Sachari, 2002:2)

Menurut Archer desain adalah salah satu bentuk kebutuhan badani dan rohani manusia yang dijabarkan melalui berbagai bidang pengalaman, keahlian, dan pengetahuan yang mencerminkan perhatian pada apresiasi terhadap sekelilingnya,

TINJAUAN DESAIN

KARYA & PROSES DESAIN TEORI DESAIN NILAI-NILAI ESTETIKA

GAYA HIDUP KEBENDAAN

DAMPAK SOSIAL DESAIN DESAIN DAN PEMBANGUNAN SEJARAH DESAIN

commit to user

17

tujuan benda buatan manusia (Archer, 1976 dalam Sachari, 2002:6). Desain merupakan bentuk kebutuhan rohani dimana manusia membutuhkan sebuah keindahan. dalam menciptakan sebuah desain juga diperlukan sebuah pengalaman serta keahlian untuk menciptakan desain yang baik. Selain itu dalam desain juga diperlukan teknologi yang dapat menambah kesempurnaan desain yang dihasilkan.

Proses desain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnya, yang biasanya datanya didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada sebelumnya. Penggunaan istilah desain bermula dari gambar teknik arsitektur (gambar potong untuk bangunan) serta di awal perkembangan, istilah desain awalnya masih berbaur dengan seni dan kriya. Dimana, pada dasarnya seni adalah suatu pola pikir untuk membentuk ekpresi murni yang cenderung fokus pada nilai estetis dan pemaknaan secara privasi. Sedangkan desain memiliki pengertian sebagai suatu pemikiran baru atas fundamental seni dengan tidak hanya menitik-beratkan pada nilai estetik, namun juga aspek fungsi dan latar industri secara massa, yang memang pada realitanya pengertian desain tidak hanya digunakan dalam dunia seni rupa saja, namun juga dalam bidang teknologi, rekayasa, dll. (www.wikipedia.com)

Gambar 2.10. Bagan Hubungan Desain, Seni, Sains, dan Teknologi. (Sumber: Sachari, 2002:19)

6. Fungsional

Pada dasarnya konsep arsitektur fungsional berkembang pada masa modern. Perkembangan konsep fungsional dimulai dari negara-negara di Eropa dan Amerika. Konsep fungsional mulai berkembang di Indonesia pada masa setelah kemerdekaan

TEKNOLOGI

SENI

SAINS

DESAIN

commit to user

18

fungsional diartikan sebagai konsep arsitektur yang merumuskan bentuk bangunan sesuai dengan fungsi bangunan. Sesuai dengan pendapat Sachari, “Fungsional artinya tepat guna ” (Sachari, 1986:47). Estetika tidak mengikat pada arsitektur fungsional. Dalam merumusakan bentuk yang fungsional sesuai dengan fungsinya akan menciptakan sebuah desain yang bercirikhas bentuk fungsional. Bentuknya sangat mempertimbangkan efisiensi yaitu efisiensi biaya pembuatan dan efisiensi perawatan berkala pada bangunan. Bentuk bangunan dirancang untuk dapat digunakan seefektif mungkin sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengguna bangunan.

Gambar 2.11. Solo Tekno Park dengan Konsep Bangunan Fungsional

(Sumber: Dokumen Pribadi)

Ciri-ciri Arsitektur Fungsional:

1. Bentuk atap sederhana dan biasa menggunakan jenis atap pelana atau atap panggang pe

2. Sedikit mengunakan talang

3. Menggunakan material yang mudah dalam perawatannya

4. Bentuk bangunan sangat sederhana

5. Menghindari ornamen

7. Kearifan Lokal

Yang dimaksud kearifan lokal adalah bentuk bangunan menyelaraskan dengan budaya dari daerah setempat. Keselarasan dapat dilakukan hanya sebatas area yang sempit atau area yang luas. Perancangan desain berdasarkan atas kelokalan agar

commit to user

19

demikian maka akan menambah daya tarik daerah tersebut. Menurut Sayuti kearifan lokal pada dasarnya dapat dipandang sebagai landasan dalam pembentukan jati diri bangsa secara nasional.

Gambar 2.12. a. Pasar Gedhe Solo, b. Pasar Gading Solo, c.Pasar Kembang Solo. Renovasi Pasar-pasar Tradisional di Solo yang Menyelaraskan dengan Pasar Gede Sebagai Pasar Tradisional Tertua di Kota Solo (Sumber: www.google.com)

Misalnya untuk bangunan di daerah tertentu maka bangunan yang baru akan menyelaraskan bangunan yang sudah ada dan sudah menjadi identitas daerah tersebut. Dengan demikian maka tidak akan terlihat kontras antara bangunan yang baru dengan bangunan yang sudah ada. Selain itu identitas sebuah daerah akan lebih kuat dengan adanya ciri khas sebuah bangunan pada daerah itu.

Kearifan lokal merupakan bagian dari tradisi-budaya masyarakat suatu bangsa, yang muncul menjadi bagian-bagian yang ditempatkan pada tatanan fisik bangunan (arsitektur) dan kawasan (perkotaan), dalam geografi kenusantaraan sebuah bangsa. Secara fisik arsitektural dalam lingkungan binaan, permukiman

commit to user

20

diwujudkan dalam bentuk dan pola tatanan permukimannya. Nilai-nilai adat tradisi-budaya yang dihasilkan mempunyai tingkat kesakralan yang berbeda dari masing-masing daerah di nusantara ini, sesuai dengan keragaman etnis yang menempatkan daerah atau wilayah tersebut. Dalam arsitektur perkotaan, bangunan-bangunan peninggalan kolonial beserta kawasan bersejarahnya dapat memberikan irama sebagai pengikat pola maupun urutan klimaks dan anti klimaks masih dapat ditemukan di beberapa kawasan. Hal ini terjadi, karena perubahan fisik arsitektur dan lingkungan binaan baru tidak memperhatikan harmonisasi kearifan lokal dari bangunan dan kawasan yang telah ada sebelumnya. Sebenarnya pendekatan lain juga dapat digunakan dalam mengungkapkan nilai kearifan lokal, yaitu melalui pendekatan teori di dalam mengkaji arsitektur bangunan maupun kawasan perkotaannya. Dengan demikian kearifan lokal/setempat dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan

2009 dalam antariksaarticle.blogspot.com)

Kerifan lokal lebih tanggap terhadap alam sekitar. Hal itu karena nenek moyang kita dahulu sudah memperhitungkan secara matang dalam membuat bangunan. Setiap bangunan yang dibuat diselaraskan dengan iklim setempat sehingga dapat ditinggali dengan nyaman. Dengan demikian kearifan lokal lebih baik diterapkan sebagai konsep arsitektur di daerah tropis untuk menciptakan sebuah bangunan yang sesuai dengan alam skitar.

Gambar 2.13. Masjid Agung Kabupaten Karanganyar (Sumber: www.google.com)

commit to user

21