Model Pembelajaran Kooperatif TTW Cooper

KOOPERATIF-TTW. Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial dan Pemahaman

Konsep Fisika Siswa ”. Terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu, baik tenaga, maupun pemikiran hingga dapat terselesaikannya buku ini. Tidak lupa pula, penulis haturkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. I Wayan Suastra, M. Pd. Sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Jurusan Pend. Fisika Undiksha.

2. I Putu Wina Yasa, S.Pd., M.Pd. sebagai asisten dosen Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Jurusan Pend. Fisika Undiksha.

3. Korti 4A, dan Affinity 4A atas koordinasi dan dukungan morilnya

Penulis menyadari, buku ini tidak sempurna, oleh karena itu penulis denganterbuka menerima keritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga buku ini dapat bermanfaat, terimakasih.

Om Santih Santih Santih Om

Singaraja, Juni 2016

Penulis

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A i

DAFTAR ISI

Halaman Depan Kata Pengantar

i Daftar Isi

ii Rasional

1 Belajar Menurut Paham Kontruktivisme

9 Prinsip-Prinsip Kontruktivisme

12 Hakikat dan Mekanisme Belajar Menurut Kontruktivisme

14 Model Pembelajaran Kooperatif

16 Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif

20 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif

21 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write

24 Komponen Pendukung Model Pembelajaran Kooperatif-TTW

25 Peranan dan Tugas Guru dalam Usaha Mengefektifkan TTW

26 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif TTW

27 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif-TTW

29 Sistem Sosial

33 Prinsip Reaksi

34 Sistem Pendukung

35 Dampak Intrksional dan Pendukung

37 Simpulan dan Saran

37 Contoh RPP Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW

40 Daftar Pustaka Lampiran-lampiran

1. LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 2. RUBRIK PENILAIAN KOGNITIF 3. PENILAIAN KOGNITIF 4. RUBRIK PENIALAIN SIKAP

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A ii

5. PENILAIAN SIKAP 6. RUBRIK PENILAIAN KETERAMPILAN 7. PENILAIAN KETERAMPILAN 8. KUIS 9. RUBRIK PENILAIAN KUIS 10. PENILAIAN KOGNITIF (KUIS) 11. PELERJAAN RUMAH (PR) 12. RUBRIK PENILAIAN PR 13. PENILAIAN PR

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A iii

R ASIONAL

Perkembangan mutu pendidikan diiringi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang pesat menuntut sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu syarat untuk mencapai tujuan pembangunan adalah pendidikan yang berkualitas sebagai salah satu wahana untuk meningkatkan sumber daya manusia. Sebagai faktor penentu keberhasilan pembangunan, maka kualitas sumber daya manusia harus ditingkatkan melalui berbagai program pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan terarah.

aktivitas untuk mempersiapkan siswa agar mampu menjadi warga masyarakat yang memiliki kontribusi positif di masa yang akan datang. Pendidikan diselenggarakan untuk mengarahkan siswa memiliki kecakapan hidup di masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut, pengembangan pendidikan harus bersandar pada empat pilar pendidikan yang dirumuskan oleh United Nations Educational , Scientific, and Culture (UNESCO).

Pendidikan

merupakan

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 1

Keempat pilar pendidikan itu adalah (1) belajar untuk berpengetahuan (learning to know), (2) belajar untuk berbuat (learning to do), (3) belajar untuk hidup bersama (learning to live together), dan (4) belajar untuk jati diri (learning to be) (Soedijarto, 2008).

Jika mengacu pada pilar-pilar tersebut, maka proses pembelajaran seharusnya tidak hanya terfokus pada penguasaan materi. Pilar pendidikan belajar untuk berpengetahuan dan belajar untuk berbuat mengarahkan proses pembelajaran seyogianya mencakup pada pola berpikir dan bertindak, yang merefleksikan pemahaman konsep, keterampilan proses, dan sikap ilmiah siswa. Pembelajaran sains khususnya fisika yang berhubungan dengan gejala alam tidak hanya sekadar mengingat dan memahami konsep yang ditemukan oleh siswa. Hal yang lebih penting adalah pengembangan perilaku siswa dalam menemukan konsep yang dilakukan melalui percobaan dan penelitian ilmiah. Tuntutan kompetensi dalam kurikulum tidak hanya menuntut pemahaman konsep tetapi juga sikap ilmiah yang dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat mencakup aspek pemahaman konsep dan

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 2 Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 2

Begitu pentingnya pendidikan segingga menuntut adanya peningkatan mutu pendidikan, khususnya pembelajaran sains dewasa ini makin terasa. Selain teknis pembelajaran terdapat pula aspek-aspek penting seperti moral dan nilai-nilai (values) yang harus diperhatikan dalam pembelajaran, bukan hanya sekadar pernyataan tentang fakta, konsep, teori maupun hukum- hukum sains (Trianto, 2009). Dengan demikian pendidikan perlu ditempatkan dalam konteks pembentukan manusia seutuhnya sesuai amanat UU Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003.

Umumnya pembelajaran mata pelajaran Fisika dirasakan sulit oleh peserta didik, karena sebagian besar peserta didik belum mampu menghubungkan antara materi yang dipelajari dengan pengetahuan yang digunakan. Masalah ini akan membawa pola pikir siswa

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 3

pada pembelajaran sangat monoton dan membosankan, disamping itu guru dalam proses pembelajaran kurang memperhatikan konsep awal siswa. Siswa beranggapan bahwa apa yang dipelajari tanpa ada arti karena tidak ada kaitannya dengan pembelajaran yang lalu maupun dengan peristiwa yang ada dalam lingkungan mereka. Salah satu penyebab yang paling berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar Fisika yang dicapai siswa adalah terjadinya kesalahan konsep (miskonsepsi) pada siswa. Prakonsepsi siswa yang pada umumnya bersifat miskonsepsi secara terus menerus dapat mengganggu pembentukan konsepsi ilmiah. Hal ini akan berdampak pada prestasi belajar siswa akan menurun. Sehingga bukan hal yang mengejutkan jika hasil belajar Fisika relatif masih rendah, dan kurang diminati oleh siswa. Karenanya diperlukan orientasi dan pendekatan baru yang lebih efektif dalam pembelajaran sains Fisika.

Suastra (2006) mengungkapkan bahwa pendidikan sains di sekolah di Indonesia cenderung hanya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, yaitu pengetahuan yang terlalu berpusat pada buku (textbook), sehingga memecahkan soal sederhana dapat dilakukan,

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 4 Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 4

Pada kenyataannya, guru menyampaikan informasi hanya terpaku pada isi pelajaran dan teori yang ada pada buku paket. Hal ini menimbulkan kesulitan bagi siswa dalam memahami konsep-konsep fisika. Siswa terbiasa dihadapkan pada sesuatu yang abstrak dan cenderung tidak dikaitkan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Hal inilah yang menyebabkan tingkat kemampuan berpikir rendah, karena siswa cenderung mengerti tentang materi yang disajikan oleh guru, tetapi kurang dalam menyelesaikan suatu permasalahan (Heller et al.,

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 5

1992). Permasalahan ini akan bertambah buruk jika siswa tidak mampu memecahkan suatu permasalahan yang diberikan karena mereka kurang memahami materi yang diberikan oleh guru. Selain itu, siswa yang terbiasa menghafal untuk mengetahui akan memiliki tingkat interaksi sosial yang kurang. Mereka akan hidup dengan merasa tidak memerlukan pendapat orang lain. Dengan cara ini, siswa akan cenderung tidak bisa mengungkapkan

pendapatnya sendiri, sehingga perkembangan aspek kognitif siswa akan sangat lamban. Hal inilah yang menyebabkan pemahaman konsep dan interaksi sosial siswa kurang optimal.

Ketidak efektifanya pembelajaran di sekolah seperti sistem pembelajaran di sekolah yang berjalan secara tradisional atau konvensional (metode ceramah lalu dilanjutkan pada latihan soal) menyebabkan guru cenderung menjejalkan materi kepada siswa dan pembelajaran di kelas menjadi sepenuhnya berpusat pada guru (teacher centered). Tidak terkecuali pada mata pelajaran Fisika. Mata pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang menuntut siswa atau peserta didik terampil untuk menerapkan

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 6 Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 6

Strategi atau pendekatan yang hendaknya diterapkan untuk menanggulangi hal-hal diatas adalah strategi yang dimana seorang guru dituntut untuk mampu membentuk interaksi sosial antar siswa agar siswa mampu mengaitkan konsep baru yang dipelajarinya dengan struktur kognitif mereka, bahkan diharapkan mampu menggoyahkan stabilitas miskonsepsi siswa (Hanafiah dan Cucu, 2009). Jika siswa sudah menjadi ragu terhadap kebenaran gagasannya, maka dapat diharapkan mereka akan mau merekonstruksi gagasan atau konsepsinya sehingga pada akhir proses pembelajaran di kepala siswa hanya terdapat sains guru yang berupa pengetahuan ilmiah (Sadia, 2004).

Salah satu model pembelajaran yang dapat merangsang interaksi sosial siswa dan terbentuknya pemahaman konsep yang baik adalah Model Cooperative Think-Talk-Write (TTW). Interaksi sosial dalam pembelajaran sangat membantu proses asimilasi menjadi lebih efektif dan bermakna dalam pergulatan

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 7 Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 7

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dirancang dan dikembangkan suatu model pembelajaran Fisika yang terutama diarahkan untuk meningkatkan interaksi sosial dan pemahaman konsep siswa yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan kualitas proses dan hasil belajar siswa.

Ada tiga fase pokok dalam model pembelajaran Kooperatif TTW. Pertama, Think (Berpikir); Dalam tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban atau strategi penyelesaian, dan hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasanya sendiri. Kedua, Talk (Berbicara atau Berdiskusi); Pada tahap talk siswa diberi kesempatan untuk merefleksikan, menyusun, dan menguji ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Pada tahap talk memungkinkan siswa untuk terampil berbicara. Ketiga, Write (Menulis); Aktivitas

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 8 Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 8

Belajar Menurut Paham Konstruktivisme

Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari seseorang kepada yang lain, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Hal tersebut senada dengan pendapat Sadia (2007), bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke dalam pikiran peserta didik, karena mengajar bukanlah suatu proses pemindahan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu proses yang memungkinkan para siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Konstruksi dimungkinkan bila orang yang bersangkutan melakukan

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 9

interaksi aktif dengan objek, fenomena, pengalaman, atau lingkungan sekitarnya (Yamin, 2008). Menurut pandangan konstruktivisme, siswa adalah pencipta gagasan sedangkan guru adalah mediator yang kreatif dalam proses pembelajaran (Berg dalam Sadia & Suma, 2006) juga menjelaskan bahwa implikasi dari paradigma konstruktivistisme adalah meningkatkan peran guru dalam proses pembelajaran dimana guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Sebagai mediator, guru memandu mengetengahi antar siswa, membantu para peserta didik memformulasikan pertanyaan atau mengkonstruksi representasi visual dari suatu masalah, memandu para peserta didik mengembangkan sikap positif terhadap proses pembelajaran, pemusatan perhatian, mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan awal, dan menjelaskan bagaimana mengaitkan gagasan-gagasan peserta didik, dan pemodelan proses berpikir. Dengan demikian, implikasi pandangan konstruktivisme terhadap proses belajar mengajar adalah mengajar bukan lagi kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa,

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 10 Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 10

Menurut Widodo (2007), terdapat lima prinsip dalam teori belajar konstruktivisme, yaitu (1) siswa telah memiliki pengetahuan awal, (2) belajar merupakan proses pengkonstruksian pengetahuan berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki siswa, (3) belajar adalah perubahan konsepsi peserta didik, (4) proses pengkonstruksian pengetahuan berlangsung dalam konteks tertentu, dan (5) peserta didik bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa konstruktivisme dalam kegiatan pembelajaran menjadi sangat penting dalam membangun pengetahuan siswa. Bagi konstruktivisme,

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 11 Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 11

sendiri. Dengan membangun pengetahuan secara mandiri, maka siswa akan benar- benar mengalami proses belajar dan dapat mencapai tingkat pemahaman dan kemampuan pemecahan masalah yang tinggi.

Prinsip-Prinsip Dasar Kontruktivistik

Menurut Wheatly (dalam Sadia, 2014) ada dua prinsip pokok kontruktivise, yaitu pertama, pengetahuan tidak diterima secara pasif, tetapi dibangun secara aktif

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 12 Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 12

Selain Wheatly, Fosnot (dalam Sadia, 2014) juga mengungkapkan idenya mengenai prinsip dasar kontrutivisme yang jumlahnya ada empat, yaitu pertama, pengetahuan terdiri dari kontruksi pengalaman masa silam. Seseorang akan embangun pengetahuannya tentang dunia objek dengan jalan emandangnya elalui struktur

mengtransformasi, mengorganisasi, dan engintepretasi pengalaman masa silam. Kedua, bahwa pengetahuan itu dibangun atas

kognitif

yang

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 13 Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 13

yang memungkinkan terjadinya perkembangan struktur kognitif.

Hakikat dan Mekanisme Belajar Menurut Kontruktivisme

Belajar dala pandangan kontruktivise bukanlah suatu proses penambahan informasi secara sederhana, akan tetapi belajar dalam pandangan kontruktivisme melibatkan pengetahuan awal dalam interaksinya dengan informasi baru yang merupakan pengetahuan baru yang diterimanya. Interaksi ini memungkinkan terjadi penolakkan terhadap beberapa konsepsi siswa. Adapun mekanisme dalam pikiran seseorang yang sedang mengalami proses belajar adalah sebagai berikut.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 14

PROSES PENGKONTRUKSIAN PENGETAHUAN

3. Masukan sensori dan mengarahkan

1. Otak mengatur

belum mempunyai makna

4. Pebelajar membangun hubungan dengan isi

2. Otak otak (memori)

menentukan data sensori 5. Hubungan yang

mana yang dibangun digunakan untuk memberi makna

6. Terkadang, makna yang dibangun diuji terhadap isi otak

7. Makna yang dibangun oleh pebelajar disimpan dalam otak dengan proses asimilasi atau

Gambar 1. Proses Pengkontruksian Pengetahuan (Sumber: Sadia, 2014) Pertama, pebelajar secara aktif memilih dan mengamati dengan engarahkan indra pada yang diinginkannya. Kedua, masukan sensori yang dipilih tidak langsung bermakna. Ketiga, makna-makna terhadap masukan sensori yang telah dibangunnya dan

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 15 Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 15

Model Pebelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif Kooperatif adalah suatu gambaran kerja sama antara individu satu dengan lainnya dalam suatu ikatan tertentu. Ikatan-ikatan tersebut yang menyebabkan antara satu dengan yang lainnya merasa berbeda dalam suatu tempat dengan tujuan-tujuan yang secara bersama-sama diharapkan oleh setiap orang yang berada dalam ikatan tersebut. Menurut Slavin (2008), pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen.

Metode pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 16 Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 16

Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang didasarkan pada paham konstruktivisme, dimana memandang pebelajar sebagai suatu sistem yang dapat membangun pengetahuannya dengan mengasimilasi atau akomodasi informasi baru dari lingkungannya. Model pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok, akan tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat efektif diantara anggota kelompok (Taniredja, dkk, 2011).

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 17

Menurut Arends (1997), ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi pelajaran, 2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, 3) jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda, 4) penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.

Menurut Isjoni (dalam Davidson dan Warsham, 2011) Pembelajaran kooperatif adalah

model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan

pendekatan pembelajaran yang berefektifitas yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik. Menurut Slavin (2008), pembelajaran

kooperatif merupakan metode pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. Model pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinterasi dan belajar

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 18 Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 18

maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah (Trianto, 2007).

Menurut Lie (2008), bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas lebih efektif. Jadi pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran siswa dengan bekerjasama atau kelompok dengan kemampuan heterogen.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 19

Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Lie (dalam Sadia, 2014) ada lima ciri utama dari model pembelajaran kooperatif, diantaranya sebagai berikut.

1. Saling bergantung secara positif. Dengan model ini, peserta didik akan mengoptimalkan seluruh

anggota kelompoknya melalui koordinasi yang benar untuk encapai tujuan kelompok.

2. Tanggungjawab perorangan. Setiap anggota kelompok harus berusaha semaksimal mungkin tetap utuh dala satu ikatan kelompok.

3. Tatap muka. Tiap anggota kelompok bekerjasama saling bertemu dan berdiskusi untuk menghasilkan prestasi akademik yang terbaik.

4. Komunikasi antar kelompok. Setiap kelompok diajarkan keterampilan sosial untuk digunakan dalam mengoordinasikan upaya mereka secara bersama-sama.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 20

5. Evaluasi proses kelompok. Setiap kelompok diwajibkan melakukan evaluasi diri tentang keberhasilan belajar mereka.

Sintak Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif terdiri dari enam tahap yang di mulai dari guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa,diikuti oleh tahap menyajikan informasi mengorganisasikan siswa kedalam kelompok- kelompok belajar, membimbing kelompok bekerja dan belajar, evaluasi terakhir memberikan penghargaan. Berikut keenam tahapan dari model pembelajaran kooperatif.

Tabel 1. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif

No Fase-fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1 Menyampaikan Guru Siswa tujuan

berusaha motivasi siswa tujuan

dan menyampaiakan

untuk pembelajaran yang mencapai hendak dicapai dan tujuan

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 21 Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 21

2 Menyajikan

Siswa informasi

Guru

menyampaikan menyimak informasi kepada informasi siswa dengan jalan dari guru demonstrasi atau lewat bahan bacaan

3 Meng- Guru menjelaskan Siswa organisasikan

siswa membentuk siswa kedalam bagaimana

kepada

cara kelompok kelompok-

belajar kelompok

membentuk

kelompok belajar belajar

4 Membimbing Guru membimbing Siswa kelompok

kelompokkelompok melakukan bekerja

dan belajar pada saat diskusi

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 22 Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 22

mereka

dalam mengerjakan tugas pengerjaan mereka

tugas bersama kelompok belajar

5 Evaluasi Guru mengevaluasi Siswa hasil

belajar mengerjaka tentang materi yang n soalsoal telah dipelajari atau dan masing-masing

mempresent

kelompok

asikan hasil mempresentasikan diskusi hasil kerjanya

6 Memberikan Guru mencari cara- Siswa penghargaan

cara

untuk mendapat menghargai upaya nilai

dan

maupun

hasil penghargaan

belajar

individu bagi siswa atau kelompok

yang berprestasi

(Sumber: Ibrahim, dkk. (2000))

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 23

Model Pebelajaran Kooperatif Tipe Think, Talk, and Write (TTW)

TTW merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Huinker dan Laughlin (2000). Think Talk Write didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku sosial. Model pembelajaran Think Talk Write mendorong siswa untuk berfikir, berbicara, dan kemudian menuliskan berkenaan dengan suatu topik. Model pembelajaran Think Talk Write digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum menuliskannya. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) memperkenankan siswa untuk mempengaruhi dan memanipulasi ide-ide sebelum menuliskannya. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) juga membantu siswa dalam mengumpulkan dan mengembangkan ide-ide melalui percakapan terstruktur. (Densereau, 1985).

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 24

Komponen Pendukung Model Pembelajaran Kooperatif-TTW

Dalam TTW terdapat beberapa komponen penting yang cukup berperan dalam memperlancar jalannya strategi think talk write pada pembelajaran yaitu:

1. Guru yang berkompeten dan profesional.

2. Anak didik yang aktif dalam proses pembelajaran.

3. Buku bacaan yang sesuai dengan topik materi yang diajarkan dengan jumlah yang banyak dan bervariasi.

4. Beberapa teknik pembelajaran yang mempunyai peranan cukup penting dalam terlaksananya strategi think talk write dalam pembelajaran, agar dapat tercapai tujuan yang telah ditentukan.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 25

Peranan dan Tugas Guru dalam Usaha

Mengefektifkan TTW

Peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan strategi TTW ini, sebagaimana yang di kemukakan Silver dan Smith (dalam Yamin, 2008) adalah:

1. Mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan keterlibatan, menantang setiap siswa berpikir.

2. Mendengar secara hati-hati ide siswa.

3. Menyuruh siswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan.

4. Memutuskan apa yang di gali dan di bawa siswa dalam diskusi.

5. Memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasi

persoalan-persoalan, menggunakan model, membimbing dan membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan.

6. Memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi, dan memutuskan kapan dan

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 26 Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 26

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif TTW

Setiap model pembelajaran pasti memliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing sesuati dengan karakteristiknya. Berikut kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Kooperatif Tipe TTW.

A. Kelebihan

1. Mengembangkan pemecahan yang bermakna dalam rangka memahami materi ajar.

2. Dengan memberikan soal open ended dapat mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan kreatif siswa.

3. Dengan berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok akan melibatkan siswa secara aktif dalam belajar.

4. Membiasakan siswa berpikir dan berkomunikasi dengan teman, guru, dan bahkan dengan diri mereka sendiri.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 27

B. Kelemahan

1. terkecuali kalau soal open ended tersebut dapat memotivasi, siswa di mungkinkan bekerja sibuk.

2. Ketika siswa bekerja dalam kelompok itu mudah

kehilangan kemampuan dan kepercayaan, karena di dominasi oleh siswa yang mampu. Hal ini dapat diantisipasi dengan pembentukan kelompok yang heterogen, baik dalam hal kognitif, maupun yang lainnya.

3. Guru harus benar-benar menyiapkan semua media dengan matang agar dalam menerapkan strategi think talk write tidak mengalami kesulitan. Hal ini diantiipasi dengan komitmen guru untuk menerapkan model ini dalam pembelajaran

tercapainya tujuan pembelajaran.

demi

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 28

Sintak Model Pembelajaran Kooperatif-TTW

Langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write (TTW). Menurut Yamin, 2008, model pembelajaran kooperatif tipe TTW melibatkan 3 tahap penting yang harus dikembangkan dan dilakukan dalam pembelajaran biologi, yaitu:

1. Think (Berpikir)

Dalam tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban atau strategi penyelesaian, dan hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasanya sendiri. Pada tahap ini siswa akan membaca sejumlah masalah yang diberikan pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS), kemudian setelah membaca siswa akan menuliskan hal-hal yang diketahui dan tidak diketahui mengenai masalah tersebut (membuat catatan individu).

2. Talk (Berbicara atau Berdiskusi)

Pada tahap talk siswa diberi kesempatan untuk merefleksikan, menyusun, dan menguji ide-ide

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 29 Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 29

3. Write (Menulis)

Aktivitas menulis siswa pada tahap ini meliputi: menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan

perhitungan, mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah (baik penyelesaiannya, ada yang menggunakan diagram, grafik, ataupun tabel agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti), mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada perkerjaan yang ketinggalan, dan meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik, yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya.

termasuk

Teori belajar yang mendasari pembelajaran dengan teknik Think-Talk-Write (TTW) antara lain adalah teori belajar penemuan (discovery) dan konstruktivisme. Teori belajar discovery menegaskan bahwa siswa belajar bukan untuk memperoleh kumpulan pengetahuan belaka,

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 30 Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 30

Selain discovery, teori belajar lain yang mendasari pembelajaran

TTW adalah konstruktivisme dengan ide utamanya adalah sebagai berikut.

dengan

teknik

1.) Pengetahuan tidak diberikan dalam bentuk jadi (final),

siswa membentuk pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya, melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru ke dalam pikiran. Akomodasi adalah penyusunan kembali (modifikasi) struktur kognitif karena adanya informasi baru, sehingga informasi itu mempunyai tempat.

tetapi

2.) Agar pengetahuan diperoleh, siswa harus beradaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi merupakan suatu keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Andaikan dengan

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 31 Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 31

3.) Pertumbuhan intelektual merupakan proses terus

menerus tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan seimbang (disequlibrium-equilibrium). Akan tetapi, bila tidak terjadi kembali keseimbangan, maka individu itu berada pada tingkat intelektual yang lebih tinggi daripada sebelumnya.

Menurut pandangan tersebut, teori konstruktivisme dapat dikatakan berkenaan dengan bagaimana anak memperoleh pengetahuan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pola intelektual untuk berinteraksi dengan lingkungannya adalah melalui asimilasi. Bila seorang siswa tidak memiliki pengetahuan memadai untuk menanggapi suatu situasi yang datang dari lingkungannya, maka ia harus mengubah intelektualnya, sehingga melakukan akomodasi terhadap lingkungannya. Apabila siswa sudah mampu menyatukan atau mengintegrasikan antara pengetahuan yang ada pada dirinya atau pengalamannya dengan pengetahuan yang

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 32 Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 32

Dengan demikian, ciri-ciri pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan discovery sangat sesuai dengan teknik Think-Talk-Write, sehingga peranan guru dalam teknik ini sebagai simulation of learning benar- benar dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan.

Sistem Sosial

Sistem sosial dari model pembelajaran ini, ditandai dengan guru melakukan pengendalian terhadap aktivitas, tetapi dapat juga menjadi diskusi aktif oleh siswa. Dalam setiap fase, interaksi peserta didik diarahkan secara intensif oleh guru. Dalam pengorganisasian kegiatan pembelajaran ini diharapkan peserta didik akan berinisiatif untuk melakukan proses induktif bersamaan dengan bertambahnya pengalaman dalam melibatkan diri pada setiap proses pembelajaran. Dalam unsur sintem sosial ini ditekankan pola interaksi kedekatan guru sebagai teman belajar siswa, peran guru sebagai

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 33 Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 33

Prinsip Reaksi

Reaksi pendidik dalam setiap tahap adalah dalam membantu pebelajar dalam mengungkapkan ide-idenya dan melakukan diskusi atau interaksi sosial dalam diskusi kelompok. Hal tersebut dapat ditampilkan secara lisan dan tertulis melalui pertanyaan-pertanyaan resitasi dan konstruksi. Pertanyaan resitasi bertujuan memberi peluang kepada siswa memanggil pengetahuan yang telah dimiliki dan pertanyaan konstruksi bertujuan memfasilitasi, menegosiasi, dan mengkonfrontasi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan baru. Pendidik harus dapat memimpin diskusi sehingga diskusi berlangsung seperti dalam suasana ilmuwan mengkomunikasikan konsepsi mereka tentang sesuatu yang dibicarakan.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 34

Dalam proses kegiatan pembelajaran ini, hendaknya

berdasarkan pada prinsip-prinsip pengelolaan, yaitu sebagai berikut.

1. Berikan dukungan dengan menitik beratkan pada sifat konsep dari diskusi-diskusi yang berlangsung.

2. Berikan bantuan kepada peserta didik dalam mempertimbangkan sifat-sifat dan tipe dari konsep yang dipelajarinya.

3. Pusatkan perhatian para peserta didik terhadap contoh-contoh konsepnya yang lebih spesifik

4. Bantulah peserta didik dalam mendiskusikan dan menilai strategi berfikir yang mereka gunakan dalam pembelajaran.

Sistem Pendukung

Sistem pendukung dalam model pembelajaran Kooperatif Tipe TTW ini berupa sarana pendukung yang diperlukan berupa bahan-bahan dan data yang terpilih

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 35 Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 35

Adapun himpunan material yang dapat mengundang keingintahuan, misalnya isi kurikulum yang dapat dijabarkan dalam bentuk masalah atau permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan pembelajar yang masih relevan dengan isi kurikulum. Pendidik hendaknya adalah orang yang memahami proses dan strategi konstruktivis. Selain itu, material sumber yang dapat dipakai memecahkan permasalahan adalah materi yang dapat disediakan dalam lingkungan sekolah atau lingkungan lokal.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 36

Dampak Intruksional dan Pengiring

Dampak instruksional ini sudah ditetapkan terlebih dulu dalam tujuan pengajaran. Jadi dampak instruksional merupakan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun model kognitif konflik akan berdampak instruksional, yakni mencapai tujuan pemahaman pada hakikat konsep dan interaksi sosial. Sedangkan dalam pembelajaran tersebut akan dicapai juga dampak pengiring yang harus diupayakan muncul dalam setiap pelaksanaan proses belajar mengajar atau dapat pula ditulis dalam tujuan pengajaran, yakni peserta didik akan peka terhadap penalaran secara logis dalam komunikasinya sehari-hari.

Simpulan dan Saran

A. Simpulan

Model Pembelajaran Kooperatif ada beberapa tipe, salah satunya adalah tipe Think-Talk-Write (TTW). Model Pembelajaran Kooperatif tipe TTW dapat meningkatkan interaksi sosial siswa dan

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 37 Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 37

Model ini memiliki 3 tahapan utama, yakni Think (Bepikir), Talk (Berbicara), dan Write (Mencatat). Dalam model ini, pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centered), sehingga siswa benar- benar dapat memahami konsep. Selain itu, model ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu siswa dapat lebih aktif dalam belajar dan meningkatkan kemampuan komunikasi siswa. Sedangkan kelemahannya adalah siswa dapat kehiangan kepercayaan diri dalam lingkungan kelompok yang lebih pintar dari dirinya. Hal ini dapat diantisipasi dengan pembentukan kelompok yang heterogen utamanya di aspek kognitifnya.

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah bagi pendidik yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif TTW ini hendaknya memahami sintaknya terlebih dahulu serta

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 38 Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 38

Selain itu, penerapan model ini sebaiknya memperhatikan kesesuaian dengan materi dan kemampuan kognitif

peserta didik karena sesungguhnya tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok di semua materi dan semua kondisi kognitif peserta didik.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A 39

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Mata Pelajaran

: Fisika

Kelas/Semester : XI MIA/Satu Tahun Pelajaran

Materi Pokok : Usaha dan Energi Sub Materi

: Konsep Usaha Alokasi Waktu

: 3 x 45 menit

A. Kompetensi Inti

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, desiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,, kerjasama, toleran, damai), santun, responsive dan pro-aktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,

KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan

sesuai kaidah keilmuan.

metoda

B. Kompetensi

Indikator, Tujuan Pembelajaran

Dasar,

Kompentensi Tujuan Aspek

Indikator

Dasar Pembelajaran

Spiritual 1.1.Menyadari

1.1.1. Menunjukkan 1. Melalui kebesaran

kegiatan Tuhan yang

kekaguman

pembelajaran, menciptakan

akan

siswa mampu dan mengatur

kebesaran

Tuhan yang berdoa alam

menciptakan sebelum dan raya melalui

jagad

alam semesta sesudah pengamatan

beserta isinya. pembelajaran. fenomena

2. Melalui alam fisis dan

kegiatan pengukurann

pembelajaran, ya.

siswa mampu menyampaika n

salam sebelum dan sesudah pembelajaran.

Sosial 2.1. Menunjukka 2.1.1. Menunjukkan 1. Melalui n

rasa demonstrasi, ilmiah

perilaku

sikap

tahu studi pustaka, (memiliki

ingin

kritis dan diskusi rasa

dan

kelompok, tahu;

ingin

dalam

mengumpulk siswa mampu objektif;

dan menunjukkan jujur; teliti;

an

menganalisis sikap rasa cermat;

ingin tahu tekun; hati-

informasi

tentang

dan kritis dan kritis

mengumpulk jawab;

an dan terbuka;

menganalisis kritis;

informasi kreatif;

tentang inovatif dan

konsep peduli

usaha. lingkungan) 2.1.2. Menunjukkan 1. Melalui dalam

demonstrasi, aktivitas

sikap

bekerjasama diskusi sehari-hari

kelompok, sebagai

dan

bertanggung- dan wujud

jawab dalam presentasi implementasi

kelompok, sikap dalam

melakukan

diskusi dan siswa mampu melakukan

menunjukkan percobaan,

presentasi

sikap melaporkan,

kelompok.

bekerjasama dan

dan berdiskusi.

bertanggungj awab

Penge- 3.1. Menganalisis 3.1.1. Menyebutkan 1. Melalui tahuan

konsep definisi usaha demonstrasi, energi,

menurut ilmu studi usaha,

pustaka, dan hubungan

fisika

diskusi usaha

kelompok, perubahan

dan

siswa energi, dan

mampu hukum

menyebutkan kekekalan

definisi definisi

menurut n

ilmu fisika. permasalaha 3.1.2. Menganalisis 1. Melalui n

gerak syarat khusus demonstrasi, dalam

studi kejadian

terjadinya

pustaka, dan sehari- hari

usaha.

diskusi kelompok, siswa mampu menyebutkan syarat khusus terjadinya usaha.

3.1.3. Menganalisis 1. Melalui

dan studi perpindahan

pustaka, dan

terhadap

diskusi besar usaha.

kelompok, siswa mampu menghitung salah

satu besaran fisika dalam rumus hubungan gaya

dan perpindahan dan perpindahan

2. Melalui demonstrasi, studi pustaka, dan diskusi kelompok, siswa mampu menginterpre tasi

dan menghitung besar usaha dari grafik hubungan gaya

dan perpindahan.

3.1.4. Menyebutkan 1. Melalui studi

contoh

pustaka dan aktivitas yang

dan siswa bukan usaha

mampu

menurut

menyebutkan fisika, dalam

contoh usaha

kehidupan

dan bukan

sehari- hari.

usaha menurut fisika, dalam kehidupan sehari-hari.

2. Melalui studi pustaka dan diskusi kelompok, siswa mampu menjelaskan apakah suatu aktivitas termasuk usaha atau bukan usaha, menurut fisika.

Keter 4.1. Memecahkan 4.1.1. Mengumpulk 1. Melalui ampil

dan demonstrasi, an

masalah

an

dengan menganalisis studi menggunaka

dari pustaka, dan n

data

diskusi ilmiah terkait

metode

demonstrasi

kelompok, dengan

siswa konsep gaya,

mampu dan

menyimpulk kekekalan

an hubungan energi.

gaya dan perpindahan terhadap besar usaha.

2. Melalui demonstrasi, studi pustaka, dan 2. Melalui demonstrasi, studi pustaka, dan

kapan usaha bernilai positif, bernilai negatif, dan bernilai nol.

4.1.2. Mempresenta 1. Melalui

sikan hasil

demonstrasi, analisis data

studi dari simulasi

pustaka, dan

virtual

diskusi tentang usaha

kelompok, siswa mampu menyajikan hasil analisis data tentang hubungan gaya

dan perpindahan terhadap besar usaha dalam bentuk grafik serta dan perpindahan terhadap besar usaha dalam bentuk grafik serta

C. Materi Indikator

Materi Pembelajaran

Menyebutkan definisi Usaha didefinisikan usaha menurut ilmu

sebagai hasil kali gaya dan fisika.

perpindahan.

Menganalisis syarat Gaya dikatakan khusus terjadinya

melakukan usaha pada usaha.

benda, jika gaya tersebut menyebabkan benda mengalami perpindahan. Disamping itu, gaya tersebut harus memiliki komponen yang searah dengan arah perpindahan.

Menganalisis hubungan gaya dan perpindahan terhadap besar usaha.

a. Usaha yang diberikan

pada benda sebanding pada benda sebanding

komponen gaya yang searah dengan perpindahan benda tersebut.

b. Jika komponen gaya yang pararel dengan perpindahan searah dengan

arah perpindahan, maka usaha

yang dilakukan bernilai positif.

c. Jika komponen gaya yang pararel dengan perpindahan memiliki

arah yang berlawanan dengan

arah perpindahan, maka usaha

yang dilakukan bernilai negatif.

d. Jika gaya yang diberikan

tidak memiliki komponen

yang pararel

dengan dengan

yang dilakukan bernilai nol.

Menyebutkan contoh

a. Contoh altivitas aktivitas yang

yang termasuk termasuk usaha dan

usaha adalah bukan usaha menurut

seseorang yang fisika, dalam

mendorong atau kehidupan seharihari.

menarik meja sehingga

meja mengalami perpindahan yang searah

dengan dorongan

atau tarikan.

b. Contoh aktivitas yang

tidak termasuk

usaha adalah:

(1) seseorang mendorong tembok

hingga kelelahan, namun tembok

tidak berpindah (hal ini karena tidak terjadi perpindahan tembok) dan (2) seseorang menjinjing ember yang penuh berisi tidak berpindah (hal ini karena tidak terjadi perpindahan tembok) dan (2) seseorang menjinjing ember yang penuh berisi

secara horizontal (hal ini karena arah gaya yang

diberikan tegak

lurus terhadap

arah perpindahan ember).

D. Pendekatan, Model, Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Saintifik

2. Model Pembelajaran : Kooperatif Think-Talk- Write (TTW)

3. Metode : Demonstrasi, observasi, studi pustaka, diskusi, dan presentasi

E. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

1. Media : Lembar Kerja Siswa (LKS), Power Point

2. Alat dan Bahan

a. Alat : 2 buah neraca pegas

b. Bahan : 1 buah balok kayu

3. Sumber Belajar

a. Kanginan, M. 2004. Fisika untuk SMA Kelas

XI. Jakarta: Erlangga.

b. Siswanto & Sukardi. 2009. Kompetensi Fisika. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

c. Tim MIPA. LKS Kreatif Fisika SMA/MA Kelas XI Semester Gasal. Jawa Tengah: Viva Pakarindo.

F. Langkah-langkah Pembelajaran Kompetensi

Sintaks

yang Alokasi Kegiatan Model

Deskripsi

dikembang Waktu TTW kan

Kegiatan

1. Guru memberi Karakter:

salam,

Rasa ingin melaksanakan tahu presesnsi dan mengawali pembelajaran dengan bermasalah bersama

nyakan pembelajaran

3. Guru memberikan apersepsi:

a. Seseorang mendorong tembok hingga kelelahan, namun tembok a. Seseorang mendorong tembok hingga kelelahan, namun tembok

b. Seseorang menjinjing ember yang penuh berisi air sejauh 100 meter. Dalam fisika orang tersebut dikatakan tidak melakukan usaha. Mengapa?

4. Guru kembali mengingatkan siswa tentang materi pembelajaran 4. Guru kembali mengingatkan siswa tentang materi pembelajaran

menyampaikan sedikit materi tentang pengertian tentang gaya dan

6. Guru membagi

menit

kelompok yang anggotanya 4-8 orang.

beberapa contoh soal tentang usaha.

Karakter: Think:

Tahap 8. Setiap

Rasa ingin Mengeks

kelompok

tahu, plorasi

diberi soal

latihan.

tekun,

9. Siswa diberi

kerja

sedikit waktu

keras, dan menit

untuk

tanggungj membaca soal awab yang dibagikan dan menemukan tanggungj membaca soal awab yang dibagikan dan menemukan

Karakter: Talk:

Tahap 10. Guru

Terbuka, Mengeks

membimbing

dapat plorasi

seluruh

anggota

menerima kelompok agar pendapat mendiskusikan orang lain permasalahan

, rasa yang diberikan ingin tahu, beserta ide-ide kritis, hasil

11. Guru meminta tanggungj salah satu

dari masing- masing kelompok untuk mempresentasi kan hasil diskusi dalam kelompoknya di depan kelas.

12. Guru membimbing jalannya diskusi antar 12. Guru membimbing jalannya diskusi antar

Tahap 13. Guru meminta Karakter: Write:

salah seorang

ingin tahu,

sikan dan

menyimpulkan tekun

Mengomuni

kasikan hasil diskusi antar

kelompok.

14. Guru meluruskan dan menegaskan kesimpulan dari apa yang sudah dipelajari.

memberikan sedikit waktu bagi siswa untuk mencatat dan menanyakan hal-hal yang belum dimengerti

16. Guru memberikan kuis (terlampir ) kepada siswa

17. Guru 17. Guru

18. Guru mengadakan evaluasi hasil diskusi kelompok siswa.

19. Guru menyampaikan bahwa

di

pertemuan selanjutnya akan

dengan materi konsep energi.

20. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok siswa dengan hasil diskusi yang

paling

baik.

21. Guru 21. Guru

belajar lebih giat lagi.

22. Guru memberikan PR (terlampir) kepada siswa.

23. Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberi salam penutup.

Jumlah Waktu

menit

G. Penilaian No

Aspek Teknik Waktu

1 Sikap

1. Rasa ingin tahu

2. Kritis dalam mengeksplorasi dan mengasosiasi data

3. Bekerja sama dalam

Saat kegiatan Observasi mengeksplorasi dan

pembelajaran mengasosiasi data

4. Bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan

5. Mengagumi kebesaran Tuhan.

2 Pengetahuan

1. Menyebutkan definisi usaha menurut ilmu fisika.

2. Menyebutkan Tes lisan syarat khusus

(KUIS), terjadinya usaha.

Tes Saat kegiatan

3. Menghitung salah tertulis, dan PR satu besaran fisika

dan dalam rumus

penugasan hubungan gaya dan perpindahan terhadap besar usaha.

4. Menginterpretasi 4. Menginterpretasi

5. Menyebutkan contoh aktivitas yang termasuk usaha dan bukan usaha menurut fisika, dalam kehidupan sehari- hari.

6. Menjelaskan apakah suatu aktivitas termasuk

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas . Jakarta: Grasindo.

Arends. 1997. “Pembelajaran Kooperatif”. Dalam http:

//www.docstoc.com/docs/16101609/model- pembelajaran-kooperatif. diakses tanggal 1 Juni 2016.

Dansereau.1985. “Model Pembelajaran Cooperative Tipe TTW”.

Dalam http://www.worldpress.com/2009/11/04/model- pembelajaran-ttw . diakses 25 Mei 2016.

Davidson dan Warsham. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif. Bandung: Rineka Cipta.

Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran . Bandung: Refika Aditama

Heller, et.al. 1992. “Teaching Problem Solving Through Cooperative Grouping ”. American Journal of Physics , 60, (7), 627-636.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A Daftar Pustaka

Huinker, D. & Laughlin, C. (2000). Talk Your Way Into Writing. Dalam Communication in Mathematics K-12 and Beyond, 2000 Year Book. The National Counsil of Teacher of Mathematics.

Ibrahim, M. dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:University Press.

Sadia, I W. 2007. Pembelajaran berbasis masalah (problem-based

suatu model pembelajaran

learning )

konstruktivisme. Makalah . Disajikan dalam pelatihan pembelajaran inovatif bagi guru MIPA di lingkungan dinas pendidikan Kabupaten Karangasem tanggal 12 Juli 2007. Undiksha Singaraja.

berorientasi

Sadia. 2008. Model-model Pembelajaran Sains Kontruktivistik. Singaraja: Graha Ilmu.

Sadia, I W. & Suma, K. 2006. Pengembangan Kemampuan Berpikir Formal Siswa SMA di Kabupaten Buleleng Melalui Penerapan Model Pembelajaran ”Learning Cycle” dan ”Problem Based Learning ” dalam Pelajaran Fisika. Laporan

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A Daftar Pustaka

Penelitian . (tidak diterbitkan). IKIP Negeri Singarja.

Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning (Teori, Riset, Praktik). Bandung: Nusa Media

Soedijarto. 2008. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita . Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Suastra, I W. 2006. Pembelajaran sains (Fisika) berbasis budaya lokal sebagai upaya pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan di sekolah. Makalah . Disajikan pada Seminar dengan tema “meningkatkan profesionalisme guru melalui pembelajaran inovatif”, pada tanggal 4 Oktober 2006, dalam rangka hari jadi Jurusan Pendidikan Fisika Undiksha.

Taniredja, T. and H. Mustafidah. 2011. Penelitian Kuantitatif (Sebuah

Pengantar). Bandung: Alfabeta.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A Daftar Pustaka

Trianto. 2007. Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik : Konsep landasan teoritis-praktis dan implementasinya . Jakarta: Prestasi Pustaka.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif . Jakarta: Prenada Media Group.

Yamin, M. 2008. Paradigma pendidikan konstruktivisme . Jakarta: Gaung Persada Press (GP Press).

Widodo, A. 2007. Konstruktivisme dan Pembelajaran Sains. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 64 (5), 91-103.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A Daftar Pustaka

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 2. RUBRIK PENILAIAN KOGNITIF 3. PENILAIAN KOGNITIF 4. RUBRIK PENIALAIN SIKAP 5. PENILAIAN SIKAP 6. RUBRIK PENILAIAN KETERAMPILAN 7. PENILAIAN KETERAMPILAN 8. KUIS 9. RUBRIK PENILAIAN KUIS

10. PENILAIAN KOGNITIF (KUIS) 11. PELERJAAN RUMAH (PR) 12. RUBRIK PENILAIAN PR 13. PENILAIAN PR

Lampiran 1. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

Mata Pelajaran

: Fisika

Kelas/Semester

: XI MIA/Satu

Tahun Pelajaran

: 2016/2017

Materi Pokok : Usaha dan Energi Sub Materi

: Konsep Usaha Alokasi Waktu

: 3 x 45 menit

PETUNJUK