IDEOLOGI POLITIK ISLAM MENURUT PKS

IDEOLOGI POLITIK ISLAM MENURUT PKS

Abstrak
Secara ideologis hubungan agama dan negara, harus diletakkan pada proporsinya
dengan benar, yaitu pemikiran cabang tentang kehidupan, yang lahir dari pemikiran mendasar
tentang alam semesta, manusia dan kehidupan. Beberapa pemikiran mendasar tersebut adalah
aqidah (menyeluruh), fikrah kulliyah tentang alam semesta, manusia dan kehidupan, serta apa
yang ada sebelum dan sesudah kehidupan didunia.1
Islam dengan konsepsi politiknya senantiasa bergerak dalam mempertahankan iman,
amal shaleh dan akhlakul karimah. Selama umat Islalm masih bersemangat untuk tegak
berdiri di atas konsepsi itu maka selama itu pula agama tidak akan terpisah dengan politik
dan tetap dalam keutuhan semula seperti pada zaman Rasulullah dan Khulafaurrasyidin. 2
Agama (Islam) itu berdimensi banyak, sedangkan politik itu hanya berdimensi
tunggal, yaitu dimensi rasional. Agama terdiri dari akidah, akhlak, ibadah, syari’ah dan
mu’amalah. Dalam mu’amalahlah terletak politik. 3

Rumusan Masalah
“Bagaimana PKS mengkompromikan Islamisme yang dianut dengan kenyataan
Indonesia sebagai negara yang plural dengan pancasila sebagai payung bersama?”

Biografi Hidayat Nur Wahid

Hidayat Nur Wahid dilahirkan pada 8 April 1960 M, bertepatan dengan 9 Syawal 1379
Hijriyah. Ia lahir di Dusun Kadipaten Lor, Desa Kebon Dalem Kidul, Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Hidayat Nur Wahid dikenal sebagai seorang
politisi, ustadz dan cendekiawan yang bergaya lembut serta mengedepankan moral dan
1

Muammar Rahim. 2009. “Studi Pemikiran Hidayat Nur Wahid Terhadap Relasi Agama Dan Negara”. Skripsi.

Yogyakarta. Fakultas Syaria’ah : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
2

Hamidullah, Politik Islam Konsepsi Dan Dokumentasi (Surabaya : Bina Ilmu. Cet. 1987) hlm. 1

3

Deliar Noer, Mengapa Partai Islam Kalah? (Jakarta : Alvabet. Cet. 1999) hlm. 4

dakwah. Sosoknya semakin dikenal masyarakat setelah manjabat Presiden Partai Keadilan
(PK) menggantikan Nur Mahmudi Ismail. Kemudian ia menjadi ketua umum PKS yang
mengantarkannya menjadi ketua MPR 2004-2009.4

Hidayat Nur Wahid berasal dari keluarga pemuka agama. Kakeknya dari pihak ibu adalah
tokoh Muhammadiyah di Prambanan, sementara ayahnya H. Muhammad Syukri, meskipun
berlatar Nahdhatul Ulama, juga merupakan pengurus Muhammadiyah. Ny. Siti Rahayu,
ibunda Hidayat, adalah aktivis Aisyiyah, organisasi kewanitaan Muhammadiyah. Hidayat
Nur Wahid adalah sulung dari tujuh bersaudara. Nama Hidayat Nur Wahid sendiri adalah
pemberian ayahnya yang mengharapkan agar anak sulung ini kelak menjadi petunjuk dan
cahaya nomor satu. Ibundanya bersyukur karena menilai Hidayat Nur Wahid bisa menjadi
petunjuk dan cahaya bagi adik-adiknya. Lebih dari itu, Hidayat Nur Wahid bahkan kini
menjadi

pelopor

hidup

sederhana

di

kalangan


pejabat

di

Indonesia.

Keluarga Hidayat Nur Wahid adalah keluarga guru. Ayahnya adalah Sarjana Muda alumni
Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Yogyakarta, yang mengawali karir
mengajar dengan menjadi guru di SD, SMP, hingga akhirnya menjadi Kepala Sekolah di
STM Prambanan. Sedangkan ibunya sendiri berhenti mengajar sebagai guru TK ketika anak
keduanya.
Usai lulus Sekolah Dasar, Hidayat Nur Wahid melanjutkan pendidikan ke Pondok
Pesantren Modern Darussalam, Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Sebagaimana diketahui
Pesantren Gontor menerapkan semboyan “berpikir bebas selain berbudi tinggi, berbadan
sehat, dan berpengetahuan luas.” Semboyan ini tampak pada kehidupan Hidayat Nur Wahid
hingga beranjak dewasa sampai kini yang menyukai buku, olahraga, dan mengutamakan etika
moral

dalam


berpolitik

dan

juga

dalam

kehidupan

sehari-hari.

Sebelum masuk Pondok Modern Gontor, Hidayat Nur Wahid juga sempat mengenyam
pendidikan di Pondok Pesantren Ngabar, Ponorogo. Sebuah pesantren yang didirikan oleh
salah seorang alumni Gontor. Menurut Hidayat, apa yang tidak ia dapatkan di Gontor, justru
ia dapatkan di Ngabar.
Di Pondok Modern Gontor, Hidayat Nur Wahid termasuk siswa yang cerdas dan
menonjol. Ia duduk di kelas B yang hanya diisi oleh santri-santri berprestasi. Di kelas ini pun
ia selalu mendapatkan rangking pertama atau kedua. Menurut Ahmad Satori Ismail, kakak
kelas yang kemudian menjadi rekannya di Lembaga Pelayanan Pesantren dan Studi Islam

4

Salman Iskandar, 99 Tokoh Muslim Indonesia (Bandung : Mizan. Cet 2009) hlm. 148

(LP2SI) al-Haramain, Hidayat Nur Wahid adalah satu-satunya dari 132 santri pada 1978 yang
mendapatkan ijazah tanpa prosedur tes. Selama menempuh pendidikan di Gontor, Hidayat
Nur Wahid mengikuti banyak kegiatan. Selain kursus bahasa Arab dan Inggris, Hidayat juga
mengikuti kajian sastra, hingga kursus menjahit. Hidayat Nur Wahid juga diangkat menjadi
Staf Andalan Koordinator Pramuka Bidang Kesekretariatan ketika duduk di kelas lima
Pondok Gontor. Hidayat Nur Wahid tercatat pula sebagai anggota Pelajar Islam Indonesia
(PII).
Selepas dari Gontor tahun 1978, Hidayat Nur Wahid sebetulnya berkeinginan untuk
kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, rupanya ia terkesan pada jasa
seorang mantri di PKU Muhammadiyah yang banyak memberikan manfaat bagi masyarakat
sekitarnya. Namun akhirnya ia mendaftar di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan
Kalijaga. Di kampus ini Hidayat Nur Wahid sempat mengikuti Training Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI).
Sebagai bagian dari Gerakan Tarbiyah, Hidayat memandang Islam sebagai sebuah konsep
yang integral, komprehenshif, fundamental, dan penuh toleransi. Paradigma keislamannya ini
kemudian diaktualisasikan melalui keaktifannya dalam kegiatan-kegiatan sosial dan politik.

Gerakan Tarbiyah, adalah gerakan dakwah Islam yang mulai marak di Indonesia pada era
1980. Gerakan ini banyak mengambil referensi keislaman dari gerakan Islam di Timur
tengah, terutama al-Ikhwan al-Muslimun. Menurut sejumlah studi, Tarbiyah mengawali
gerakannya di kampus-kampus, seperti Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia,
Institut Pertanian Bogor, dan Universitas Gajah Mada.
Aktivis gerakan ini secara khusyu’ mengikuti mentoring rutin keislaman, mengkaji bukubuku karya Sayyid Qutb, Hassan al-Banna, dan tokoh-tokoh gerakan Islam lain, di bawah
cover Lembaga Dakwah kampus (LDK). Konsentrasi mereka begitu besar pada Islam,
seakan-akan tidak peduli dengan kondisi politik tanah air. Gerakan ini mendapat kemajuan
setelah pulangnya para pelajar dari Timur Tengah mulai tahun 1988, seperti Abdul Hasib
Hassan, Salim Segaff al-Jufri, Yusuf Supendi, Hidayat Nur Wahid, dan Musyyaffa Abdul
Rahim.
Gerakan Tarbiyah inilah yang pada 1998 melahirkan organisasi kemahasiswaan ekstra
kampus bernama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), dan mendirikan
partai politik Islam bernama Partai Keadilan (PK).
Selepas pulang ke tanah air setelah merampungkan program master dan doktornya,
Hidayat Nur Wahid melibatkan diri dalam Yayasan Alumni Timur Tengah dan mendirikan

yayasan-yayasan alumni Timur Tengah. Ia juga mendirikan Lembaga Pelayanan Pesantren
dan Studi Islam (LP2SI) Yayasan al-Haramain sebagai bentuk baktinya terhadap pesantren.
Yayasan al-Haramain ini pernah menerbitkan Jurnal Ma’rifat dimana ia menjabat sebagai

dewan redaksinya. Jurnal Ma’rifat ini diterbitkan sebagai counter terhadap Jurnal ‘Ulumul
Qur’an yang berisikan tema-tema pembaharuan Islam Nurchalish Madjid atau Cak Nur.
Sungguh pun demikian, sebagai seorang Muslim dan akademisi, Hidayat Nur Wahid tetap
menaruh rasa hormat kepada Cak Nur.
Hidayat Nur Wahid juga pernah menjabat sebagai Ketua Forum Da’wah Indonesia,
peneliti di Lembaga Kajian Fiqh dan Kajian Hukum (LKFKH) al-Khairat, dan juga sebagai
salah

satu

pengurus

Badan

Wakaf

Pondok

Modern


Gontor.

Dalam bidang akademis, sebagai bentuk pengabdiannya kepada ilmu pengetahuan, Hidayat
Nur Wahid juga melibatkan diri mengajar di sejumlah Perguruan Tinggi. Ia menjadi dosen
pada Program Pasca Sarjana Magister Studi Islam, dan Program Pasca Sarjana Magister Ilmu
Hukum di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Hidayat Nur Wahid juga menjabat sebagai
dosen pasca sarjana di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, dan dosen pasca sarjana
di Universitas Asy-Syafi’iyah, Jakarta.
Karena perhatiannya terhadap problem sosial dan kemanusiaan, kemampuannya
mengonsolidasi massa, dan integritas pribadinya yang dipandang baik, Hidayat Nur Wahid
dipercaya oleh gabungan beberapa organisasi massa dan politik,[8] untuk memimpin
demonstrasi terbesar di Indonesia yang tergabung dalam Komite Indonesia untuk Solidaritas
Rakyat Irak (KISRA) pada 30 Maret 2003 dalam rangka menentang agresi Amerika Serikat
ke Irak.
Sebelumnya Pada tahun 2000, atas permintaan dari Nurchalish Madjid, Imam B.
Prasodjo, dan Emmy Hafidl, Hidayat Nur Wahid pernah pula menjabat sebagai ketua
koordinator tim agama di Forum Indonesia Damai (FID), sebuah organisasi yang dibentuk
oleh para aktivis, akademisi, dan tokoh lintas agama seperti Nurchalish Madjid, Syafi’i
Ma’arif, Frans Magnes Suseno, Bara Hasibuan, Asmara Nababan, Sa’id Agiel Siradj, dan
Mar’ie Muhamad.

Dalam konteks politik, nama Hidayat Nur Wahid sebetulnya mulai dikenal ketika ia
menjabat sebagai Presiden Partai Keadilan (PK) pada 21 Mei 2000, menggantikan Nur
Mahmudi Ismail yang melepas jabatannya karena harus berkonsentrasi sebagai Menteri
Kehutanan dan Perkebunan. Tradisi melepas jabatan partai ini kemudian hari diikuti oleh
Hidayat Nur Wahid yang melepas jabatannya sebagai Presiden Partai Keadilan Sejahtera
setelah terpilih sebagai Ketua MPR pada tahun 2004.

Sebelum menjabat sebagai Presiden PK, Hidayat hanya dikenal di lingkungan internal
Gerakan Tarbiyah. Di kalangan Partai Keadilan sendiri, Hidayat Nur Wahid dikenal sebagai
dewan pendiri. Ketika Partai Keadilan dideklarasikan pada 20 Mei 1998, sebetulnya ia sudah
diminta untuk menduduki kursi presiden partai, namun ia menolak dengan alasan konteks
waktu yang belum tepat.

Pandangan Hidayat Nur Wahid Mengenai Islam
Hidayat Nur Wahid memiliki idealisme Islam yang lebih realistis. Hidayat tidak
sependapat dengan sekularisme karena selain ahistoris, juga dianggap kurang memiliki spirit
moral yang kuat untuk membangun negara dengan segala dimensi problematikanya yang
kompleks. Namun dalam konteks yang sama, Hidayat Nur Wahid tidak mengeluarkan
antitesa bagi sekularisme berupa negara Islam. Tuntutan-tuntutan yang lebih aplikatif seperti
menghadirkan politik yang bermoral, menjauhkan diri dari korupsi, mengatasi pengangguran,

meningkatkan mutu pendidikan, merupakan hal yang lebih realistis dan memiliki urgensi
tinggi, serta pada saat yang sama merupakan pengejawantahan aktivitas politik berdasarkan
Islam.
1. Sejarah Ringkas Berdirinya PKS
Partai ini bermula dari Pada 20 Juli 1998 PKS berdiri dengan nama Partai Keadilan
(disingkat PK) dalam sebuah konferensi persdi Aula Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru,
Jakarta.
Pada 20 Oktober 1999 PK menerima tawaran kursi Kementrian dan Perkebunan (Hutbun)
dalam kabinet pemerintahan KH Abdurrahman Wahid, dan menunjuk Nurmahmudi Ismail
(saat itu presiden partai) sebagai calon mentri. Nurmahmudi kemudian mengundurkan diri
sebagai presiden partai dan digantikan oleh Hidayat Nur Wahid yang terpilih pada 21 Mei
2000. Pada 3 Agustus, delapan partai Islam (PPP, PBB, PK, Masyumi, PKU, PNU, PUI, PSII
1905) menggelar acara sarasehan dan silaturahmi partai-partai Islam di masjid Al-Azhar dan
meminta piagam Jakarta masuk dalam Amandemen UUD 1945.
Akibat UU Pemilu Nomor 3 Tahun 1999 tentang syarat berlakunya batas minimum keikut
sertaan parpol pada pemilu selanjutnya (electoral threshold) dua pesen, maka PK merubah
namanya untuk dapat ikut kembali di Pemilu berikutnya. Pada 2 Juli 2003, Partai Keadilan
Sejahtera (PK Sejahtera) menyelesaikan seluruh proses verifikasi Departemen Kehakiman

dan HAM (Depkehham) di tingkat Dewan Pimpinan Wilayah (setingkat propinsi) dan Dewan

Pimpinan Daerah (setingkat kabupaten/kota). Sehari kemudian, PK bergabung dengan PKS
dan dengan penggabungan ini, seluruh hak milik PK menjadi milik PKS, termasuk anggota
dewan dan para kadernya. Dengan penggabungan ini maka Partai Keadilan (PK) resmi
berubah nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Setelah pemilu 2004, Hidayat Nur Wahid

(Presiden PKS yang sedang menjabat)

kemudian terpilih sebagai ketua MPR masa bakti 2004-2009 dan mengundurkan diri dari
jabatannya sebagai presiden Partai Keadilan Sejahtera. Pada sidang Majelis Syuro 1 PKS
pada 26-29 Mei 2005 di Jakarta. Tifatul Sembiring terpilih menjadi presiden PK Sejahtera
periode 2005-2010. Seperti Nurmahmudi Ismail dan Hidayat Nur Wahid disaat Tifatul
Pembiring dipercaya oleh Susilo Bambang Yudhoyono Presiden Indonesia ke-6 sebagai
mentri Komunikasi dan Informatika. Maka estafet kepemimpinan pun berpindah ke Luthfi
Hasan Ishaq sebagai pjs Presiden PK Sejahtera. Pada sidang Majelis Syuro PKS II pada 1620 Juni di Jakarta , Luthfi Hasan terpilih menjadi presiden PKSejahtera periode 2010-2015.5
Asal-usul PKS dapat ditelusuri dari gerakan dakwah kampus yang mentebar di
universitas-universitas Indonesia pada tahun 1980 an. KAMMI muncul sebagai salah satu
organisasi yang paling vokal menyuarakan tuntutan reformasi melawan Soeharto, dipimpin
oleh Fahri Hamzah. KAMMI patut berbangga karena sampai hari-hari ini kader-kadernya
masih bersih dari deviasi moral. Namun, disisi lain KAMMI belum sepenuhnya bisa
dibanggakan karena belum banyak kontribusi terhadap negara ini. Bersih karena umurnya
masih muda, belum kontributif karena usianya belum apa-apa. 6
Partai ini secara sadar mengamalkan doktrin Ikhwanul Muslimin (IM). IM sendiri adalah
adalah sebuah organisasi pergerakan Islam kontemporer yang paling besar. IM sering dilihat
sebagai organisasi yang ingin mengubah dunia Islam secara radikal dan sering berbenturan
secara frontal dengan pemerintahan dimana ia berada. Militansi untuk meujudkan
pemerintahan yang Islami dengan dasar hukum Al-Qur’an dan as-Sunnah secara kaffah
(dalam rangka yang mereka pahami) mendorong IM cenderung intoleran, eksklusif dan
menimbulkan keterancaman, baik terhadap muslim maupun non-muslim. 7 Sehingga mereka
5

Sejarah Ringkas, Website Resmi Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera, Tanggal 31 Mei 2011 Jam

20.05
6

Dedy Yanwar Elfani, Aktivisme Sekejap Dan Lenyap(Yogyakarta : Diandra Pustaka Indomesia. Cet 2013) hlm.

119
7

M. Imdadun Rahmat, Ideologi Politik PKS (Yogyakarta : LkiS Yogyakarta. cet 2008) hlm. 2

mempunyai hubungan yang dekat dengan Timur Tengah, baik ormas maupun partai politik
yang menjadikan IM sebagai acuan ideologinya.8
2. Ideologi Politik PKS
Adalah fitrah manusia yang selalu hidup didalam kelompok, baik besar atau kecil.
Kehidupan manusia yang kompleks dan majemuk menurut adanya aturan atau norma yang
menata pola hubungan manusia. Islam sebagai agama samawi yang universal tidak
membiarkan kehidupan manusia kosong dari bimbingan. Jika masalah-masalah pribadi yang
relatif sederhana Islam memandang penting untuk membuat aturan didalamnya, maka
kehidupan sosial politik lebih urgen untuk mendapatkan sentuhan dan bimbingan agama agar
terbentuk pola kehidupan yang sehat dan harmonis.9
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan Islam sebagai asas
partai sekaligus ideologinya. Salah satu tujuan utama partai ini adalah mengajak umat Islam
menjalankan ajaran Islam dalam keseluruhan hidupnya. Pengamalan Islam yang dikehendaki
PKS adalah pengamalan islam secara sempurna dan tidak setengah-setengah. Bagi PKS,
penyebab utama dari seluruh persoalan bangsa serta problem-problem yang membelit umat
manusia adalah bahwa umat ini tidak mengatur kehidupan mereka dengan ajaran Islam.10
Kehadiran PKS yang semakin menguat menjadi bukti bahwa Islam ideologis masih terus
hidup di negeri ini. Kemesraan umat Islam dengan pemerintah yang terbangun pada awal
1990-an hingga kini ternyata tidak menyurutkan cita-cita ideologis Islam yang
mempersoalkan sistem negara, ideologi negara, dan hukum negara yanga ada. “Politik
Akomodasi Islam” yang membuat para tokoh Islam berada ditengah pemerintahan serta
diserapnya syari’at Islam secara terbatas ini tidak membuat puas para eksponen Islam
ideologis. Mereka menginginkan Islamisasi negara yang lebih total sesuai jargon “Islam
Kaffah”.11
Yang patut kita tanamkan terlebih dahulu adalah bahwa Islam bukanlah kumpulan ide-ide
yang bertebaran, bukan pula teori-teori dogmatis atau sistem-sistem yang menggaet dari sanasini yang tidak ada hubungannya satu sama lain. Melainkan Islam adalah undang-undang
8

Ibid. Ideologi Politik, hlm. 4

9

Dakwah dan Siyasah Dalam Perspektif Maqashid Syari’ah, Wesite Resmi Dewan Syari’at Pusat Partai

Keadilan Sejahtera. 1434 H
10

Ibid, Ideologi Politik PKS. hlm 141

11

Ibid, Ideologi Politik PKS. hlm 6

universal, tegak diatas dasar kemanusiaan dan prinsip keadilan yang tangguh. Tiang-tiangnya
yang pokok sampaike bagian-bagian yang kecil semuanya saling mengait dan terjalin
hubungan yang kuat.12

3. Pandangan Negatif Masyarakat Terhadap PKS
Dalam kehidupan sehari-hari tidak semua orang sepihak ataupun menyukai diri kita,
otomatis terdapat beberapa orang yang iri dan tidak sependapat dengan diri kita, begitu pula
dalam dunia politik. Walaupun PKS telah menunjukkan berbagai hal positif terhadap
masyarakat, salah satunya adalah partai ini berpegang teguh pada syari’at-syari’at Islam,
namun masih banyak masyarakat yang tidak menyukai partai ini. Dengan alasan yang
berbeda-beda, sehingga muncul istilah PKS adalah Partai Islam Sontoloyo.
Pasca tumbangnya rezin Muhammad Mursi oleh militer di Mesir yang mengakibatkan
partai penguasa Ikhwanul Muslimin

(IM) juga ikut-ikutan tumbang bahkan dilarang

melakukan aktifitas politik di negara Mesir. Apalagi dampak dari tumbangnya rezim
Muhammad Mursi, Pemerintah Mesir yang didukung militer mengumunkan Ilkwanul
Muslimin, yang merupakan kubu Presiden terguling Muhammad Mursi, sebagai sebuah
kelompok teroris baru yang patut diwaspadai keberadaannya.
Bukan hanya pemerintah baru Mesir yang memberi cap teroris pada Ikhwanul Muslimin,
Arab Saudi juga ikut-ikutan memberi label yang sama. Padahal sebelumnya Ikhwanul
Muslimin cukup berkembang di Syiria, Yordania, Iraq, Libanon, Turki, Arab Saudi, Yaman
dan Sudan bahkan gerakan Ikhwanul Muslimin juga sudah menanamkan benihnya di
Indonesia melalui Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang merupakan anak ideologinya
Indonesia.
Ikhwanul Muslimin yang memiliki paham ideologi garis keras memang sudah dilarang di
Mesir dan Arab Saudi bahkan sudah dicap sebagai kelompok teroris. Semua yang terjadi ini
merupakan buah dari sikap Ikhwanul Muslimin yang menghlalkan agama atas nama agama
demi meraih kekuasaan, apalagi Muhammad Mursi sebelum dijatuhkan oleh rakyat Mesir
12

Hamidullah, Politik Islam Konsepsi Dan Dokumentasi (Surabaya : Bina Ilmu. Cet. 1987) hlm. 7

telah melakukan perubahan konstitusi yang menetapkan Islam sebagai agama resmi negera,
dengan membatasi peran agama lain dalam pemerintah.
Selain itu Ikhwanul Muslimin juga melakukan pergantian 11 Gubenur di seluruh Mesir
dan melakukan tindakan sewenanag-wenang yang bertujuan mengganti semua yang anti
Ikhwanul Muslimin diantaranya dengan menguasai seluruh sektor politik, ekonomi,
keamanan serta sektor kehakiman. Khusus sektor kehakiman, Rezmi Mursi juga telah
memecat hakim-hakim senior dengan hakim yang pro terhadap kebijakan Mursi. Sikap
sewenang-wenang ini akhirnya berbuah petaka, akibatnya demo besar yang didukung militer
berhasil menggulingkan Mursi. Rezmi Mursi selama berkuasa dianggap telah merusak Mesir
dengan perilaku Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang luar biasa yang semuanya
diarahkan demi kepentingan Ikhwanul Muslimin dan Anggotanya.
Sebagaimana Ikhwanul Muslimin, keadaan tak jauh berbeda berlangsung di Indonesia.
Anak ideologi Ikhwanul Muslimin yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga kerap
menghalalkan perjuangan atas nama agama demi meraih kekuasaan. Gerakan PKS bila
diamati secara mendalam memang ada kesamaan dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir.
Kesamaan yang pertama adalah sama-sama melakukan gerakan Universal Internasionalis
yang bertujuan ingin memberlakukan peraturan dari salah satu agama. Paham Universal
Internasionalis yang bertujuan ingin memberlakukan peraturan dari salah satu agama ini, jelas
sangat berbahaya dan tidak cocok dengan kondisi di Indonesia, Karena di Indonesia ini ada
ribuan suku, ribuan perbedaan dan ribuan keberagaman, Karena itu memaksakan hal yang
berbeda menjadi satu paham bukanlah sesuatu hal yang bersifat positif. Contoh nyata sudah
dibuktikan oleh mentornya di Mesir yang gagal menerapkan hal itu.
Kesamaan yang kedua adalah berkaitan dengan solidaritas jaringan internasional antar
komunitas Ikhwanul Muslimin, Melalui jalinan solidaritas ini membuat ikatan persaudaraan
lintas Negara yang mereka lakukan menjadi sedemikian kuat. Karena itu untuk menunjang
ikatan persaudaraan diantara mereka, PKS membangun Poros Jakarta, Mesir dan Turki. Salah
satu programnya yaitu membuat program pendidikan para kader, hal ini dibuktikan dengan
pengiriman para kader PKS untuk belajar di berbagai Universitas di Timur Tengah dimana
Ikhwanul Muslimin berada disana.
Karena terikat solidaritas jaringan ideologi internasional serta lebih mementngkan
internasionalisme dan sistem sekutu-sekutu diantara mereka, hal ini membuat PKS sangat

mengabaikan ideologi nasionalis. Karena itu mengapa PKS lebih peduli pada isu Palestina
ketimbang isu Tenaga Kerja Indonesia di Timur Tengah yang menderita, padahal Tenaga
Kerja Indonesia yang menjadi korban di Timur Tengah sana mayoritas beragama Islam.
Apalagi kalau ada ketegangan di Palestina, PKS seperti orang yang kebakaran jenggot
padahal di Indonesia juga banyak terjadi ketegangan, Namun PKS tidak pernah peduli,
mereka lebih mempedulikan Internasionalisme ketimbang Nasionalisme. Lebih konyol lagi
doa-doa yang diajarkan oleh PKS adalah doa-doa untuk mujahid-mujahid di Palestina dan
Afganistan, PKS tidak pernah berdoa untuk pahlawan perjuangan di Indonesia yang telah
menghadiahkan kemerdekaan terhadap kita.
Sehingga dengan fakta ini semakin menguatkan kita, bahwa gerakan mereka memang
lebih condong ke solidaritas ideologi internasionalisme ketimbang ideologi nasionalisme.
Pelopor utama atau sang mentor dari Ideologi Internasionalisme ini adalah Ikhwanul
Muslimin yang memang sudah banyak menancapkan kukunya di bumi Timur Tengah
termasuk juga di bumi Indonesia, Salah satunya adalah PKS yang merupakan Anak Ideologi
Teroris Ikhwanul Muslimin.
Sekedar catatan untuk lebih menguatkan statement diatas, Saat pendirian awal PKS pada
tahun 1998, Ikhwanul Muslimin dari negara di Timur Tengah banyak membantu pendanaan
terhadap Partai Keadilan yang sekarang berubah menjadi Partai Keadilan Sejahtera.13

4. Pemikiran Politik Islam
Dalam Islam, kekuasaan politik erat kaitannya dengan hukum (al-hukm). Perkataan alhukm dan kata-kata yang menjadi bagiannya dipergunakan 210 kali dalam al-Qur’an. Dalam
bahasa Indonesia, perkataan al-hukm yang telah dialih bahasakan menjadi “hukum”, artinya
adalah peraturan, undang-undang, patokan atau kaidah, dan keputusan atau vonis
(pengadilan). Adapun tentang wujud kekuasaan politik menurut agama dan ajaran Islam
sebuah sistem politik yang diselenggarakan berdasar hukum Allah yang terkandung dalam alQur’an, sekalipun al-Qur’an tidak menyebutkan bahwa kekuasaan politik akan diberikakan
kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh. Ini berarti bahwa sistem politik
menurut agama dan ajaran Islam terkait dengan kedua faktor tersebut.

13

PKS Anak Ideologi Teroris Ikhwanul Muslimin, Taman Aspirasi Tumaritis. Agus Sutondo. Depok

Keberadaan sebuah sistem politik berkaitan pula dengan ruang dan waktu. Ini berarti
sistem politik merupakan budaya manusia sehingga keberadaannya tidak dapat dilepaskan
dari dimensi kesejarahan. Oleh karena itu, lahirnya sistem politik islami harus dihubungkan
dengan sebuah peristiwa bersejarah, yaitu perjanjian atau bai’at keislaman yang
menimbulkan satu periktan berisi pengakuan dan penaklukan diri kepada Islam sebagai
agama.14
Dalam proses penyusunan struktur keilmuan, politik pemikiran Islam banyak dipengaruhi
oleh kaidah ushul fiqh, yang telah dibuat dan dikembangkan lebih jauh oleh Imam Syafi’i.
Dengan kaidah-kaidah tertentu akan dikemukakan kebenaran-kebenaran, terutama yang
masih belum secara transparan di ungkapkan sumber utama kebenaran. Hal ini mendapat
perhatian yang sangat luas dalam proses istimbath, baik dalam tataran qiyas maupun ijtihad.
Di mana dalam batasan pemikiran klasik, proses pengambilan keputusan ini setidaknya
memberikan klasifikasi yang sangat ketat, dalam upaya menjaga sebuah kebenaran.15
Menurut Ali Hasjmy dalam buku Politik Ketatanegaraan Islam, setidaknya ada tiga aliran
yang berkembang dalam pemikiran politik kenegaraan Islam yaitu :
Pertama, yang memandang bahwa Islam serba lengkap. Di dalamnya juga terdapat
ketentuan yang mengatur masalah sistem politik maupun kenegaraan. Karenanya dalam
bernegara, umat Islam harus menerapkan sistem kenegaraan Islam yang mengacu pada
keteladanan Nabi Muhammad SAW dan para Khalifah sesudahnya, dan tidak meniru sistem
kenegaraan Barat.
Kedua, mereka yang beranggapan bahwa Islam memang mengatur soal-soal kenegaraan,
tapi tidak menentukan secara lengkap dan tegas. Artinya, dalam Islam tidak terdapat sistem
kenegaraan, tetapi terdapat seperangkat tata nilai, etika bagi kehidupan bernegara. Aliran ini
menolak pandangan bahwa Islam sudah menyediakan aturan kehidupan yang lengkap dan
sempurna. 16
Cita-cita politik seperti yang dijanjikan Allah kepada orang-orang beriman dan beramal
shaleh dalam al-Qur’an adalah terwujudnya sebuah sistem politik, berlakunya hukum Islam
dalam masyarakat secara mantap, dan terwujudnya ketentraman dalam kehidupan
masyarakat. Cita-cita politik tersebut ini tersimpul dalam ungkapan “baldatun thayyibatun wa
14

Ayi Sofyan, Etika Politik Islam (Bandung : Pustaka Setia. Cet 2012) hlm 19

15

Surwandono, Pemikiran Politik Islam (Yogyakarta : LPPI. Cet 2001) hlm 8

16

Sirajuddin, Politik Ketatanrgaraan Islam (Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Cet 2007) hlm 20

rabbun ghafur”, yang mengandung konsep “negeri sejahtera dan sentosa”. Cita-cita ini
merupakan pula ideologi Islami karena ia merupakan nilai-nilai yang diharapkan terwujud,
sehingga dengan begitu diperoleh sarana dan wahana untuk aktualisasi kodrat manusia
sebagai makhluk ‘abid yang diberi kedudukan sebagai khalifah dalam membangun
kemakmuran di muka bumi untuk kebahagiaannya dalam kehidupan dunia akhirat.
Sesuai dengan janji Allah, cita-cita tersebut hanya dapat dicapai dengan iman dan amal.
Ini bermakna manusia harus mengakui dan mengikuti kebenaran yang dibawa Rasulullah
SAW dan melaksanakan usaha pembangunan material spiritual dan memelihara dan
megembangkan ketertiban dan keamanan bersama. Usaha ini pada hakikatnya adalah
penerapan hukum-hukum dan ajaran-ajaran agama yang diwajibkan atas setiap orang
mukmin dan pemerintah sebagai pemegang kekuasaan politik. Dari sini, tampak kedudukan
kekuasaan politik sebagai sarana dan wahana, bahkan diwakili oleh pemerintah merupakan
pula pelaksana bagi tegaknya ajaran agama.17
Islam yang menjadi pijakan hidup merupakan sebuah agama yang memiliki kelengkapan
dibandingkan dengan agama lainnya. Hal ini diungkapkan oleh Prof. H.A.R Gibb dalam
bukunya “Whither Islam”, bahwa “Islam sesungguhnya lebih dari satu sistem agama saja. Ia
adalah suatu kebudayaan yang lengkap”. Konsep agama dengan kandungan, yaitu ajaran
agama yang mengandung ajaran moralitas, pranata sosial politik dan hukum, terlihat dalam
sejarah peradaban Islam. Islam dipandang memiliki tiga sistem, yaitu keimanan, ajaran
moralitas dan hukum atau syari’at. Konsepsi ini berimplikasi pada perbedaan paradigma
dalam melihat hubungan agama dan negara serta demokrasi. 18

Kesimpulan
Selain sebagai partai dakwah, PKS juga menjadikan Islam sebagai ideologinya.
Bangunan ideologi PKS berpijak pada prinsip utama bahwa islam merupakan konsep
yang utuh dan sempurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Islam diwahyukan
sebagai petunjuk bagi manusia untuk mengelola hidup dan kehdupan. Adalah kewajiban
bagi setiap muslim untuk mewujudkan tata hidup sesuai dengan ajaran Islam. Disini
Islam dipahami sebagai agama, yakni sebuah tuntunan hidup dalam penghambatan dan
17

Abdul Muin Salim, Fiqh Siyasah : Konsepsi Kekuasaan Politik Salam Al-Qur’an ( Jakarta : Rajawali Press.

Cet 1994) hlm 290
18

Ibid,. Etika Politik Islam

penyerahan diri kepada Allah SWT, dan sekaligus negara, yakni tata aturan mengelola
kehidupan dalam konteks kekuasaan. Oleh karena itu, ideologi sekular yang memisahkan
antara agama dengan pengaturan hidup bersama tidak bisa diterima. Agama tidak bisa
hanya menjadi aturan dalam domain privat, tetapi juga harus merambah ke dominan
publik.
Dalam dasar pemikiran Kebijakan Dasar PKS termaktub bahwa “Islam adalah sistem
integral yang mampu membimbing umat manusia menuju kesejahteraan lahir dan batin,
duniawi dan ukhrawi. Kesejahteraan tersebut hanya dapat diwujudkan melalui dua
kemenangan, yaitu kemenangan pribadi dan kemenangan politik. kemenangan pribadi
diraih dengan ketaqwaan yang bersifat individu, sedangkakn kemenangan politik diraih
dengan ketaqwaan kolektif. Dakwah yang sistemik dan terus-menerus adalah satu-satunya
jalan menjadi dua kemenangan tersebut.
Oleh karena itu, PKS memahami Islam sebagai aturan yang mengikat dalam hal
peribadatan, interaksi antara manusia, dan politik. Dengan demikian, sistem ritual,
kemasyarakatan, dan negara harus diatur dengan ketentuan Islam. Adalah sebuah
keharusan bagi setiap muslim untuk berjuang menegakkan kehidupan yang Islami dan
Daftar Pustaka
 Muammar Rahim. 2009. “Studi Pemikiran Hidayat Nur Wahid Terhadap Relasi
Agama Dan Negara”. Skripsi. Yogyakarta. Fakultas Syaria’ah : Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga
 Hamidullah. 1987. Politik Islam Konsepsi Dan Dokumentasi. Surabaya : Bina Ilmu
 Noer Deliar. 1999. Mengapa Partai Islam Kalah?. Jakarta : Alvabet
 Iskandar Salman. 2009. 99 Tokoh Muslim Indonesia. Bandung : Mizan
 Sejarah Ringkas, Website Resmi Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera,
Tanggal 31 Mei 2011 Jam 20.05
 Elfiani Dedy Yanwar. 2013. Aktivisme Sekejap Dan Lenyap. Yogyakarta : Diandra
Pustaka Indonesia
 Rahmat M. Imdadun. 2008. Ideologi Politik PKS. Yogyakarta : LkiS Yogyakarta
 Dakwah dan Siyasah Dalam Perspektif Maqashid Syari’ah, Wesite Resmi Dewan
Syari’at Pusat Partai Keadilan Sejahtera. 1434 H

 PKS Anak Ideologi Teroris Ikhwanul Muslimin, Taman Aspirasi Tumaritis. Agus
Sutondo. Depok
 Sofyan Ayi. 2012. Etika Politik Islam. Bandung : Pustaka Setia
 Surwandono. 2001. Pemikiran Politik Islam.Yogyakarta : LPPI
 Sirajuddin. 20007. Politik Ketatanrgaraan Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
 Salim Abdul Muin. 1994. Fiqh Siyasah : Konsepsi Kekuasaan Politik Salam AlQur’an. Jakarta : Rajawali Press