BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Hidden Curriculum Di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dasar dalam menentukan tujuan dalam proses
pendidikan berasal paling tidak ada lima cara yaitu: 1)
bahwa
pendidikan
bertujuan
untuk
menjaga
keberlangsungan kehidupan sosial dalam masyarakat
yaitu untuk mempersiapkan anak muda supaya dapat
dengan lancer memasuki kehidupan sosial orang-orang
dewasa. 2) tujuan pendidikan bisa ditentukan oleh
tujuan politis sebuah masyarakat. Pendidikan memang
tidak
dapat
melepaskan
diri
dari
pembentukan
manusia di dalam masyarakat yang nantinya dapat
secara aktif terlibat dalam kehidupan politik. 3) ada
pula yang mendasarkan tujuan pendidikan mereka dari
analisis situasi sosial aktual kontemporer dengan cara
mendeskripsikan dan menganalisis berbagai macam
pekerjaan dan karier yang dikerjakan oleh orang-orang
dewasa pada masa kini. 4) ada yang mendasarkan
tujuan pendidikan mereka dengan mendasarkan diri
pada pola perilaku dan norma yang berlaku di dalam
masyarakat, ditelaahlah perilaku, sikap, dan cara
bertindak dari anak-anak yang sedang ada dalam tahap
perkembangan untuk dikoreksi dalam kerangka proses
pendidikan di sekolah. 5) apa yang ada dalam diri
2
individu, seperti daya-daya psikologis, kecenderungan,
bakat-bakat,
talenta,
keinginan,
kepercayaan,
keyakinan, dan lain-lain, juga dijadikan pertimbangan
bagi penentuan tujuan pendidikan (Doni Koesoema,
2011: 67).
Hal-hal yang dipaparkan di atas tertuang dalam
tujuan pamungkas pendidikan di Indonesia yaitu dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3, disebutkan bahwa
pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan
bangsa.
Pendidikan
untuk berkembangnya
nasional
potensi peserta
bertujuan
didik
agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan
Yang
Maha
Esa,
berakhlak
mulia,
sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.
Terdapat beberapa hal yang sangat penting untuk
kita kritisi dari konsep pendidikan menurut undangundang tersebut. Pertama, pendidikan adalah usaha
sadar yang terencana, hal ini berarti proses pendidikan
di sekolah bukanlah proses yang dilaksanakan secara
asal-asalan dan untung-untungan, akan tetapi proses
yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan
guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan.
Kedua, proses pendidikan yang terencana itu diarahkan
3
untuk
mewujudkan
pembelajaran,
suasana
berarti
mengesampingkan
belajar
pendidikan
proses
belajar.
dan
proses
tidak
boleh
Ketiga,
suasana
belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta
didik mengembangkan potensi dirinya, ini berarti
proses pendidikan itu harus berorientasi kepada siswa
(student active learning). Keempat, akhir dari proses
pendidikan
kekuatan
adalah
kemampuan
spiritual
kepribadian,
ketrampilan
keagamaan,
kecerdasan,
yang
anak
pengendalian
akhlak
diperlukan
memiliki
mulia,
dirinya,
diri,
serta
masyarakat,
bangsa, dan negara. Hal ini berarti proses pendidikan
berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan
kecerdasan
atau
intelektual,
serta
pengembangan
ketrampilan anak sesuai dengan kebutuhan (Wina
Sanjaya, 2009: 2).
Dengan
demikian
ketika
seorang
guru
memberikan pelajaran fisika, maka seharusnya guru
berpikir
bagaimana
mata
pelajaran
fisika
dapat
membentuk anak yang memiliki sikap, kecerdasan, dan
keterampilan
sesuai
dengan
tujuan
pendidikan,
demikian juga guru mata pelajaran lainnya. Sehingga
ketika hal itu sudah dapat dilaksanakan oleh semua
guru, mata pelajaran apapun yang diberikan akan
mengarah pada tujuan yang sama, yaitu pembentukan
sikap,
kecerdasan,
dan
keterampilan
bagi
setiap
peserta didik. Tampaknya, pelaksanaan pendidikan kita
4
di sekolah belum sesuai dengan harapan di atas. Para
guru masih bekerja sendiri-sendiri sesuai dengan mata
pelajaran yang diberikan, seakan-akan mata pelajaran
yang satu terlepas dari mata pelajaran yang lain.
Anas Salahudin (2013: 42) memaparkan apa yang
telah diamanatkan Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional bertujuan membentuk insan Indonesia yang
cerdas dan berkepribadian atau berkarakter sehingga
melahirkan
generasi
bangsa
yang
tumbuh
dan
berkembang dengan karakter yang bernapaskan nilainilai luhur bangsa dan agama. Pengertian khusus
karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai
kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik,
dan
berdampak
baik
terhadap
lingkungan)
yang
terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku.
Selaras dengan apa yang disampaikan Wynne (dalam
Asep Jihad, 2010: 38) kata karakter berasal dari
bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan
memfokuskan bentuk tindakan atau tingkah laku. Jadi
istilah karakter erat kaitannya dengan personality
(kepribadian) seseorang, dimana seseorang bisa disebut
orang berkarakter (a person of character) jika tingkah
lakunya sesuai dengan kaidah moral.
Berdasarkan
fungsi
dan
tujuan
pendidikan
nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang,
termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus
diselenggarakan
secara
sistematis.
Hal
tersebut
5
berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik
sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan
santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan
nasional yang erat kaitannya dengan pembentukan
karakter peserta didik di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten
Kendal mempunyai visi “Luhur Budi Pekerti Unggul
dalam Prestasi”. Mengingat bahwa Visi merupakan
tujuan jangka panjang maka tujuan yang akan dicapai
oleh sekolah dalam kurun waktu 5 tahun kedepan
antara lain : mengembangkan lingkungan pendidikan
yang kondusif, bersih, indah, nyaman, rindang dan asri
dengan ditunjang pembentukan pendidikan nilai-nilai
luhur dengan berlandaskan bertaqwa dan akhlak
mulia, dan menumbuhkan semangat Nasionalisme
peserta didik melalui Pembinaan Nasionalisme yang
terintegrasi dengan mata pelajaran.
Visi tersebut diwujudkan melalui pengembangan
kurikulum mengacu pada standar nasional pendidikan.
Ella
Yulaelawati
(2007:
44)
mengatakan
bahwa
kurikulum sebagai suatu sistem yang mempunyai
komponen-komponen yang saling berkaitan erat dan
menunjang
satu
kurikulum
tersebut
pembelajaran,
sama
lain.
terdiri
pengalaman
Komponen-komponen
dari
tujuan,
pembelajaran,
mata
penilaian
kebutuhan rasional, sasaran, sarana/prasarana
dan
evaluasi. Dalam bentuk sistem ini kurikulum
akan
6
berjalan menuju suatu tujuan pendidikan dengan
adanya
saling
kerja
sama
diantara
seluruh
sub
sistemnya. Apabila salah satu dari variabel kurikulum
tidak berfungsi dengan baik maka sistem kurikulum
akan berjalan kurang baik dan maksimal.
Pengelolaan kurikulum merupakan suatu pola
pemberdayaan tenaga pendidikan dan sumberdaya
pendidikan
lainnya
untuk
meningkatkan
mutu
pendidikan. Kurikulum itu sendiri hal yang sangat
menentukan
keberhasilan
kegiatan
pembelajaran
secara maksimal, sehingga perlu adanya pengelolaan
yang meliputi 1) kegiatan perencanaan, 2) kegiatan
pelaksanaan,
dan
3)
kegiatan
penilaian
(Ella
Yulaelawati, 2007: 55).
Menurut Rohinah M. Noor (2012: 3) kurikulum
sebagai dokumen dan sebagai konsep yang disebut
ideal kurikulum tidak mempunyai makna apa-apa jika
tidak
dilaksanakan
oleh
pendidik
dalam
proses
pengajaran dan pembelajaran di dalam atau di luar
kelas. Proses pelaksanaan dan penerapan kurikulum
menjadi salah satu materi tersendiri disebut sebagai
kurikulum tersembunyi. Apa yang dilakukan oleh guru
di dalam dan di luar sekolah akan menjadi pengalaman
belajar yang sangat mempengaruhi peserta
didik.
Pengalaman belajar peserta didik di sekolah dalam
pelaksanaan
kurikulum
ideal
disebut
sebagai
kurikulum yang sebenarnya (real curriculum) atau
7
kurikulum
faktual
(factual
curriculum).
Dengan
demikian kurikulum tersembunyi (hidden curriculum)
adalah
segala
pelaksanaan
sesuatu
yang
terjadi
pada
kurikulum
ideal
menjadi
saat
kurikulum
faktual. Sebagai contoh segala sesuatu yang terjadi
dalam kelas, seperti kebiasaan guru, kepala sekolah,
tenaga kependidikan atau bahkan peserta didik itu
sendiri.
Mengingat pentingnya manfaat hidden curriculum
bagi
perkembangan
karakter
peserta
didik
dalam
proses maupun pasca pembelajaran, maka hidden
curriculum perlu memperoleh pengelolaan yang positif
dari pihak sekolah. Dalam hal ini, tentunya mencakup
bagaimana
hidden curriculum di sekolah maupun
pengendalian
dan
pengevaluasinya
untuk
menghasilkan tindak lanjut yang lebih baik.
Dalam penelitian terdahulu oleh Khairun Nisa’
(2009) dalam Hidden Curriculum: Upaya Peningkatan
Kecerdasan Spiritual Peserta didik, menyebutkan bahwa
dengan penerapan hidden curriculum dapat membantu
pencapaian
tujuan
pendidikan
nasional
yang
diinginkan, peserta didik tidak hanya cerdas secara
intelektual,
tetapi
juga
cerdas
secara
spiritual.
Penelitian “Inovasi Hidden Curriculum pada Pesantren
Berbasis Entrepreneurship” oleh Sigit Wahyono (2010)
dan
penelitian
“Kepemimpinan
Kepala
Sekolah
Perempuan dalam Mengembangkan Hidden Curriculum”
8
oleh
Wijayanto
(2014)
menunjukkan
bahwa
keteladanan guru dan kepala sekolah dan pembiasaan
budaya
sekolah
keberhasilan
merupakan
hidden
curriculum
faktor
penentu
sebagai
langkah
strategis bagi pengembangan karakter peserta didik.
Pengintegrasian
hidden
curriculum
dalam
mata
pelajaran juga tidak boleh ditinggalkan, seperti pada
penelitian “Hidden Curriculum Contributing to Social
Production-Reproduction in a Math Classroom” oleh Esin
Acar (2012). Pada akhirnya hidden curriculum dapat
mempengaruhi pembentukan karakter peserta didik,
seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Zuhal
Cubukcu (2012) dalam “The Effect of Hidden Curriculum
on Character Education Process of Primary School
Students”
Sebagaimana hasil observasi di SMP Negeri 2
Boja Kab. Kendal, selain dilaksanakan kurikulum
formal juga nampak beberapa hidden curriculum yang
justru memberikan pengaruh yang cukup bernilai bagi
perkembangan
proses
Kegiatan-kegiatan
pendidikan
yang
peserta
termasuk
didik.
dalam
pengembangan hidden curriculum di SMP Negeri 2 Boja
antara lain kegiatan bersalaman di pagi hari dimana
guru menyambut peserta didik dengan senyum, sapa,
salam
sekaligus
berseragam,
mengecek
kebersihan
kuku,
ketertiban
tagihan
kosa
dalam
kata
Bahasa Inggris dipandu peserta didik pilihan, kegiatan
9
sholat
dhuhur
berjamaah,
upacara
bendera
dan
perwalian, senam dan kebersihan, pengelolaan kelas,
pemasangan
tulisan
dan
gambar-gambar
yang
memotivasi di kelas dan lokasi-lokasi yang strategis.
Namun demikian belum semua warga sekolah memiliki
komitmen yang sama dalam kegiatan-kegiatan tersebut,
hal tersebut hanya dilakukan oleh sebagian pendidik
dan peserta didik saja.
Guru sebagai pendidik sudah seharusnya mampu
mengaitkan pembelajaran di kelas dengan fungsi dan
tujuan pendidikan pada umumnya. Namun, belum
semua pendidik memahami dan menyadari fungsi
hidden
curriculum
tersebut.
Menjadi
keprihatinan
bersama ketika seorang pendidik hanya melakukan
rutinitas menyampaikan materi pembelajaran tanpa
mengaitkan dengan norma dan nilai yang kelak dalam
kehidupan nyata di masyarakat akan sangat berarti
bagi kesiapan dan kematangan jiwa peserta didik.
Kondisi ini menjadi lebih memprihatinkan karena
rendahnya perhatian orang tua pada perkembangan
karakter
peserta
didik
dan
pembinaan
serta
pengawasan orang tua yang masih kurang maksimal.
Sehingga
memberikan
dampak
negatif
bagi
perkembangan proses pembelajaran khususnya bagi
peserta didik.
Berangkat
dari
permasalahan
ini,
hidden
curriculum yang ada di SMP Negeri 2 Boja menjadi
10
sangat perlu untuk dilakukan evaluasi baik secara
simultan, bertahap dan atau berkelanjutan sehingga
mampu menghasilkan output peserta didik dengan
mutu pendidikan yang berkualitas. Berdasarkan uraian
di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “Evaluasi Hidden Curriculum di SMP
Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal”.
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan permasalahan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana pelaksanaan Hidden Curriculum di SMP
Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal?
2.
Apa dampak dari Hidden Curriculum di SMP Negeri
2 Boja Kabupaten Kendal?
3.
Apa
faktor-faktor
penentu
keberhasilan
dan
keberlanjutan Hidden Curriculum di SMP Negeri 2
Boja Kabupaten Kendal?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi:
1.
Pelaksanaan Hidden Curriculum di SMP Negeri 2
Boja Kabupaten Kendal.
2.
Dampak atau hasil dari pengelolaan Hidden
Curriculum di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten
Kendal.
11
3.
Faktor-faktor
penentu
keberhasilan
dan
keberlanjutan Hidden Curriculum di SMP Negeri 2
Boja Kabupaten Kendal.
Penelitian
ini diharapkan bisa memberikan
manfaat baik secara teoritis dan praktis bagi para
pemerhati pendidikan:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
pengetahuan kepada peneliti dan pembaca mengenai
Hidden Curriculum terhadap terbentuknya karakter
peserta
didik
dan
memberi
sumbangan
bagi
pengembangan teori tentang kurikulum khususnya
kurikulum tersembunyi.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, baik bagi kepala sekolah dan guru
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam perkembangan pendidikan yang
berkaitan dengan pembentukan karakter peserta
didik sehingga pada akhirnya dapat memberikan
kepuasan (satisfaction), kepercayaan (trust), dan
pelayanan (service) kepada masyarakat luas dan
pemakai jasa pendidikan (stakeholders) terhadap
lembaga pendidikan khususnya di SMP Negeri 2
Boja Kabupaten Kendal.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dasar dalam menentukan tujuan dalam proses
pendidikan berasal paling tidak ada lima cara yaitu: 1)
bahwa
pendidikan
bertujuan
untuk
menjaga
keberlangsungan kehidupan sosial dalam masyarakat
yaitu untuk mempersiapkan anak muda supaya dapat
dengan lancer memasuki kehidupan sosial orang-orang
dewasa. 2) tujuan pendidikan bisa ditentukan oleh
tujuan politis sebuah masyarakat. Pendidikan memang
tidak
dapat
melepaskan
diri
dari
pembentukan
manusia di dalam masyarakat yang nantinya dapat
secara aktif terlibat dalam kehidupan politik. 3) ada
pula yang mendasarkan tujuan pendidikan mereka dari
analisis situasi sosial aktual kontemporer dengan cara
mendeskripsikan dan menganalisis berbagai macam
pekerjaan dan karier yang dikerjakan oleh orang-orang
dewasa pada masa kini. 4) ada yang mendasarkan
tujuan pendidikan mereka dengan mendasarkan diri
pada pola perilaku dan norma yang berlaku di dalam
masyarakat, ditelaahlah perilaku, sikap, dan cara
bertindak dari anak-anak yang sedang ada dalam tahap
perkembangan untuk dikoreksi dalam kerangka proses
pendidikan di sekolah. 5) apa yang ada dalam diri
2
individu, seperti daya-daya psikologis, kecenderungan,
bakat-bakat,
talenta,
keinginan,
kepercayaan,
keyakinan, dan lain-lain, juga dijadikan pertimbangan
bagi penentuan tujuan pendidikan (Doni Koesoema,
2011: 67).
Hal-hal yang dipaparkan di atas tertuang dalam
tujuan pamungkas pendidikan di Indonesia yaitu dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3, disebutkan bahwa
pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan
bangsa.
Pendidikan
untuk berkembangnya
nasional
potensi peserta
bertujuan
didik
agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan
Yang
Maha
Esa,
berakhlak
mulia,
sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.
Terdapat beberapa hal yang sangat penting untuk
kita kritisi dari konsep pendidikan menurut undangundang tersebut. Pertama, pendidikan adalah usaha
sadar yang terencana, hal ini berarti proses pendidikan
di sekolah bukanlah proses yang dilaksanakan secara
asal-asalan dan untung-untungan, akan tetapi proses
yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan
guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan.
Kedua, proses pendidikan yang terencana itu diarahkan
3
untuk
mewujudkan
pembelajaran,
suasana
berarti
mengesampingkan
belajar
pendidikan
proses
belajar.
dan
proses
tidak
boleh
Ketiga,
suasana
belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta
didik mengembangkan potensi dirinya, ini berarti
proses pendidikan itu harus berorientasi kepada siswa
(student active learning). Keempat, akhir dari proses
pendidikan
kekuatan
adalah
kemampuan
spiritual
kepribadian,
ketrampilan
keagamaan,
kecerdasan,
yang
anak
pengendalian
akhlak
diperlukan
memiliki
mulia,
dirinya,
diri,
serta
masyarakat,
bangsa, dan negara. Hal ini berarti proses pendidikan
berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan
kecerdasan
atau
intelektual,
serta
pengembangan
ketrampilan anak sesuai dengan kebutuhan (Wina
Sanjaya, 2009: 2).
Dengan
demikian
ketika
seorang
guru
memberikan pelajaran fisika, maka seharusnya guru
berpikir
bagaimana
mata
pelajaran
fisika
dapat
membentuk anak yang memiliki sikap, kecerdasan, dan
keterampilan
sesuai
dengan
tujuan
pendidikan,
demikian juga guru mata pelajaran lainnya. Sehingga
ketika hal itu sudah dapat dilaksanakan oleh semua
guru, mata pelajaran apapun yang diberikan akan
mengarah pada tujuan yang sama, yaitu pembentukan
sikap,
kecerdasan,
dan
keterampilan
bagi
setiap
peserta didik. Tampaknya, pelaksanaan pendidikan kita
4
di sekolah belum sesuai dengan harapan di atas. Para
guru masih bekerja sendiri-sendiri sesuai dengan mata
pelajaran yang diberikan, seakan-akan mata pelajaran
yang satu terlepas dari mata pelajaran yang lain.
Anas Salahudin (2013: 42) memaparkan apa yang
telah diamanatkan Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional bertujuan membentuk insan Indonesia yang
cerdas dan berkepribadian atau berkarakter sehingga
melahirkan
generasi
bangsa
yang
tumbuh
dan
berkembang dengan karakter yang bernapaskan nilainilai luhur bangsa dan agama. Pengertian khusus
karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai
kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik,
dan
berdampak
baik
terhadap
lingkungan)
yang
terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku.
Selaras dengan apa yang disampaikan Wynne (dalam
Asep Jihad, 2010: 38) kata karakter berasal dari
bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan
memfokuskan bentuk tindakan atau tingkah laku. Jadi
istilah karakter erat kaitannya dengan personality
(kepribadian) seseorang, dimana seseorang bisa disebut
orang berkarakter (a person of character) jika tingkah
lakunya sesuai dengan kaidah moral.
Berdasarkan
fungsi
dan
tujuan
pendidikan
nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang,
termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus
diselenggarakan
secara
sistematis.
Hal
tersebut
5
berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik
sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan
santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan
nasional yang erat kaitannya dengan pembentukan
karakter peserta didik di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten
Kendal mempunyai visi “Luhur Budi Pekerti Unggul
dalam Prestasi”. Mengingat bahwa Visi merupakan
tujuan jangka panjang maka tujuan yang akan dicapai
oleh sekolah dalam kurun waktu 5 tahun kedepan
antara lain : mengembangkan lingkungan pendidikan
yang kondusif, bersih, indah, nyaman, rindang dan asri
dengan ditunjang pembentukan pendidikan nilai-nilai
luhur dengan berlandaskan bertaqwa dan akhlak
mulia, dan menumbuhkan semangat Nasionalisme
peserta didik melalui Pembinaan Nasionalisme yang
terintegrasi dengan mata pelajaran.
Visi tersebut diwujudkan melalui pengembangan
kurikulum mengacu pada standar nasional pendidikan.
Ella
Yulaelawati
(2007:
44)
mengatakan
bahwa
kurikulum sebagai suatu sistem yang mempunyai
komponen-komponen yang saling berkaitan erat dan
menunjang
satu
kurikulum
tersebut
pembelajaran,
sama
lain.
terdiri
pengalaman
Komponen-komponen
dari
tujuan,
pembelajaran,
mata
penilaian
kebutuhan rasional, sasaran, sarana/prasarana
dan
evaluasi. Dalam bentuk sistem ini kurikulum
akan
6
berjalan menuju suatu tujuan pendidikan dengan
adanya
saling
kerja
sama
diantara
seluruh
sub
sistemnya. Apabila salah satu dari variabel kurikulum
tidak berfungsi dengan baik maka sistem kurikulum
akan berjalan kurang baik dan maksimal.
Pengelolaan kurikulum merupakan suatu pola
pemberdayaan tenaga pendidikan dan sumberdaya
pendidikan
lainnya
untuk
meningkatkan
mutu
pendidikan. Kurikulum itu sendiri hal yang sangat
menentukan
keberhasilan
kegiatan
pembelajaran
secara maksimal, sehingga perlu adanya pengelolaan
yang meliputi 1) kegiatan perencanaan, 2) kegiatan
pelaksanaan,
dan
3)
kegiatan
penilaian
(Ella
Yulaelawati, 2007: 55).
Menurut Rohinah M. Noor (2012: 3) kurikulum
sebagai dokumen dan sebagai konsep yang disebut
ideal kurikulum tidak mempunyai makna apa-apa jika
tidak
dilaksanakan
oleh
pendidik
dalam
proses
pengajaran dan pembelajaran di dalam atau di luar
kelas. Proses pelaksanaan dan penerapan kurikulum
menjadi salah satu materi tersendiri disebut sebagai
kurikulum tersembunyi. Apa yang dilakukan oleh guru
di dalam dan di luar sekolah akan menjadi pengalaman
belajar yang sangat mempengaruhi peserta
didik.
Pengalaman belajar peserta didik di sekolah dalam
pelaksanaan
kurikulum
ideal
disebut
sebagai
kurikulum yang sebenarnya (real curriculum) atau
7
kurikulum
faktual
(factual
curriculum).
Dengan
demikian kurikulum tersembunyi (hidden curriculum)
adalah
segala
pelaksanaan
sesuatu
yang
terjadi
pada
kurikulum
ideal
menjadi
saat
kurikulum
faktual. Sebagai contoh segala sesuatu yang terjadi
dalam kelas, seperti kebiasaan guru, kepala sekolah,
tenaga kependidikan atau bahkan peserta didik itu
sendiri.
Mengingat pentingnya manfaat hidden curriculum
bagi
perkembangan
karakter
peserta
didik
dalam
proses maupun pasca pembelajaran, maka hidden
curriculum perlu memperoleh pengelolaan yang positif
dari pihak sekolah. Dalam hal ini, tentunya mencakup
bagaimana
hidden curriculum di sekolah maupun
pengendalian
dan
pengevaluasinya
untuk
menghasilkan tindak lanjut yang lebih baik.
Dalam penelitian terdahulu oleh Khairun Nisa’
(2009) dalam Hidden Curriculum: Upaya Peningkatan
Kecerdasan Spiritual Peserta didik, menyebutkan bahwa
dengan penerapan hidden curriculum dapat membantu
pencapaian
tujuan
pendidikan
nasional
yang
diinginkan, peserta didik tidak hanya cerdas secara
intelektual,
tetapi
juga
cerdas
secara
spiritual.
Penelitian “Inovasi Hidden Curriculum pada Pesantren
Berbasis Entrepreneurship” oleh Sigit Wahyono (2010)
dan
penelitian
“Kepemimpinan
Kepala
Sekolah
Perempuan dalam Mengembangkan Hidden Curriculum”
8
oleh
Wijayanto
(2014)
menunjukkan
bahwa
keteladanan guru dan kepala sekolah dan pembiasaan
budaya
sekolah
keberhasilan
merupakan
hidden
curriculum
faktor
penentu
sebagai
langkah
strategis bagi pengembangan karakter peserta didik.
Pengintegrasian
hidden
curriculum
dalam
mata
pelajaran juga tidak boleh ditinggalkan, seperti pada
penelitian “Hidden Curriculum Contributing to Social
Production-Reproduction in a Math Classroom” oleh Esin
Acar (2012). Pada akhirnya hidden curriculum dapat
mempengaruhi pembentukan karakter peserta didik,
seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Zuhal
Cubukcu (2012) dalam “The Effect of Hidden Curriculum
on Character Education Process of Primary School
Students”
Sebagaimana hasil observasi di SMP Negeri 2
Boja Kab. Kendal, selain dilaksanakan kurikulum
formal juga nampak beberapa hidden curriculum yang
justru memberikan pengaruh yang cukup bernilai bagi
perkembangan
proses
Kegiatan-kegiatan
pendidikan
yang
peserta
termasuk
didik.
dalam
pengembangan hidden curriculum di SMP Negeri 2 Boja
antara lain kegiatan bersalaman di pagi hari dimana
guru menyambut peserta didik dengan senyum, sapa,
salam
sekaligus
berseragam,
mengecek
kebersihan
kuku,
ketertiban
tagihan
kosa
dalam
kata
Bahasa Inggris dipandu peserta didik pilihan, kegiatan
9
sholat
dhuhur
berjamaah,
upacara
bendera
dan
perwalian, senam dan kebersihan, pengelolaan kelas,
pemasangan
tulisan
dan
gambar-gambar
yang
memotivasi di kelas dan lokasi-lokasi yang strategis.
Namun demikian belum semua warga sekolah memiliki
komitmen yang sama dalam kegiatan-kegiatan tersebut,
hal tersebut hanya dilakukan oleh sebagian pendidik
dan peserta didik saja.
Guru sebagai pendidik sudah seharusnya mampu
mengaitkan pembelajaran di kelas dengan fungsi dan
tujuan pendidikan pada umumnya. Namun, belum
semua pendidik memahami dan menyadari fungsi
hidden
curriculum
tersebut.
Menjadi
keprihatinan
bersama ketika seorang pendidik hanya melakukan
rutinitas menyampaikan materi pembelajaran tanpa
mengaitkan dengan norma dan nilai yang kelak dalam
kehidupan nyata di masyarakat akan sangat berarti
bagi kesiapan dan kematangan jiwa peserta didik.
Kondisi ini menjadi lebih memprihatinkan karena
rendahnya perhatian orang tua pada perkembangan
karakter
peserta
didik
dan
pembinaan
serta
pengawasan orang tua yang masih kurang maksimal.
Sehingga
memberikan
dampak
negatif
bagi
perkembangan proses pembelajaran khususnya bagi
peserta didik.
Berangkat
dari
permasalahan
ini,
hidden
curriculum yang ada di SMP Negeri 2 Boja menjadi
10
sangat perlu untuk dilakukan evaluasi baik secara
simultan, bertahap dan atau berkelanjutan sehingga
mampu menghasilkan output peserta didik dengan
mutu pendidikan yang berkualitas. Berdasarkan uraian
di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “Evaluasi Hidden Curriculum di SMP
Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal”.
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan permasalahan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana pelaksanaan Hidden Curriculum di SMP
Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal?
2.
Apa dampak dari Hidden Curriculum di SMP Negeri
2 Boja Kabupaten Kendal?
3.
Apa
faktor-faktor
penentu
keberhasilan
dan
keberlanjutan Hidden Curriculum di SMP Negeri 2
Boja Kabupaten Kendal?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi:
1.
Pelaksanaan Hidden Curriculum di SMP Negeri 2
Boja Kabupaten Kendal.
2.
Dampak atau hasil dari pengelolaan Hidden
Curriculum di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten
Kendal.
11
3.
Faktor-faktor
penentu
keberhasilan
dan
keberlanjutan Hidden Curriculum di SMP Negeri 2
Boja Kabupaten Kendal.
Penelitian
ini diharapkan bisa memberikan
manfaat baik secara teoritis dan praktis bagi para
pemerhati pendidikan:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
pengetahuan kepada peneliti dan pembaca mengenai
Hidden Curriculum terhadap terbentuknya karakter
peserta
didik
dan
memberi
sumbangan
bagi
pengembangan teori tentang kurikulum khususnya
kurikulum tersembunyi.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, baik bagi kepala sekolah dan guru
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam perkembangan pendidikan yang
berkaitan dengan pembentukan karakter peserta
didik sehingga pada akhirnya dapat memberikan
kepuasan (satisfaction), kepercayaan (trust), dan
pelayanan (service) kepada masyarakat luas dan
pemakai jasa pendidikan (stakeholders) terhadap
lembaga pendidikan khususnya di SMP Negeri 2
Boja Kabupaten Kendal.