PEDOMAN TEKNIK PEDOMAN PEMBUATAN ASPAL E

PEDOMAN TEKNIK

PEDOMAN
PEMBUATAN ASPAL EMULSI
JENIS KATIONIK

No. 024/T/BM/1999
Lampiran No. 2 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga
No. 76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20 Desember 1999

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
Diterbitkan oleh PT. Mediatama Saptakarya ( PT Medisa )

YAYASAN

BADAN

PENERBIT

PEKERJAAUMUM


DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
ALAMAT JALAN PATTIMURA NO. 20 TELP. 7221950 - 7203165 - 7222806 FAX 7393938
KEBAYORAN BARU - JAKARTA SELATAN KODE P05 12110

KEI'UI'USAN DIREKTURJENDERAL BINA MARGA
NOMOR : 76 /KPTS/Db/1999
TENTANG

PENGESAHAN LIMA BELAS PEDOMAN TEKNIK DIREKTORATJENDERAL
BINA MARGA
DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA,

Menimbang
a,

bahwa dalan7 rangka menunjang pembangunan nasional di bidang kebinamargaan dan
kebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan pendayagunaan sumber daya manusia dan
sumber daya alam, diperlukan pedoman-pedoman teknik bidang jalan;


b.

bahwa pedoman teknik yang termaksud dalam Lampiran Keputusan ini telah disusun
berdasarkan konsensus pihak-pihak yang terkait, dengan memperhatikan syarat-syarat kesehatan
dan keselamatan umum serta memperkirakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan umum sehingga dapat
disahkan sebagai Pedoman Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga;

c.

bahwa untuk maksud tersebut, perlu diterbitkan Keputusan Direktur Jenderal Bina
Marga.

Mcngingat

1.
2.
3.
4.

5.
6.

Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1974, tcntang Pokok-Pokok Organisasi Departemen;
Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1984, tentang Susunan Organisasi Departemen;
Keputusan Presides Noinor 278/M Tahun 1997, tentang Pengangkatan Direktur Jenderal
Dina Marga;
Keputusan Menteri Pekerjaan Umuni Nomor 21I/KPTS/1984 tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umuni;
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor II1/KPTS/1995 tentang Panitia Tetap dan Panitia
Kerja serta Tata Kerja Standardisasi Bidang Pekerjaan Umuni;
Keputusan Menteri Pekerjaan Uinum Nonior 28/KPTS/1995 tcntang Pcnibentukan Panitia
Kerja Standardisasi Naskah Rancangan SNI/Pedoman Teknik Bidang Pengairan/Jalan/
Pcrniukiman;

Membaca
Surat Ketua Panitia Kerja Standardisasi Bidang Jalan Nontor UM 01 01-Bt.2005/768 tanggal 20
Desember 1999 tentang Laporan Panja Standardisasi Bidang Jalan.

Memutuskan /2.


MEMUT USK A N
Mc nct apkan
KEPU'I'USAN DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA T ENT ANG PENGESAHAN LI MA
BELAS P'EDOMAN T EK NI K DI R EK T OR AT JENDER AL BI NA MAR GA
Kesatu: .

Mengesahkan lima belas Pedoman Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini yang merupakan bagian yang
tak trpisahkan dari ketapan ini.

Kedua: .

Pedoman Teknik tersebut pada diktum kesatu berlaku bagi unsur aparatur
pemerintah bidang kebinamargaan dan dapat digunakan dalam perjanjian kerja
antar pihak-pihak yang bersangkutan dengan bidang konstruksi.

Ketiga

Menugaskan kepada Direktur Bina Teknik, Direktorat Jenderal Bina Marga untuk

a. Menyebarluaskan Pedoman Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga;
b. memberikan bimibingan teknik kepada unsur pemerintah dan unsur
masyarakat yang bergerak dalam bidang kebinamargaan;
c, menghimpun masukan sebagai akibat dari penerapan Pedoman Teknik ini
untuk penyempurnaannya di kemudian hari.

Keempat .

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa, jika
terdapat kesalahan dalam pentapan ini, segala sesuatunya akan diperbaiki
sebagaimana mestinya.

'Tembusan Keputusan ini disampaikan kepada Yth.
I.
2.
3.

Kepada Badan Penelitian dan Pengembangan PU, selaku Ketua Panitia Temp Standarnisasi.
Direktur Bina Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga, selaku Ketua Panitia Kerja
Standardisasi bidang Jalan.

Kepata Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan selaku Sekretaris Panitia Kerja
Standardisasi bidang Jalan.

Lampiran
KeputusanDirekturJenderalBinaMarga
Nomor
: 76/KPTS/Db/1999
Tanggal
: 20 Desember 1999
PEDOMAN TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
Nomor
Urut
(1)
1
2
3
4
5
6
7

8
9
10
11
12
13
14
15

JUDUL PEDOMAN TEKNIK
(2)
Pedoman Pelaksanaan Campuran Beraspal
Dingin untuk Pemeliharaan
Pedoman Pembuatan Aspal Emulsi Jenis
Pedoman Perencanaan Campuran Beraspal
Panas dengan Pendekatan Kepadatan Mutlak
Pedoman Perencanaan Bubur Aspal Emulsi
Jembatan untuk Lalu Lintas Ringan dengan
Gelagar Baja Tipe Kabel, Tipe Simetris,
Bentang 125 meter (Buku 2)

Pedoman Penanggulangan Korosi Komponen
Baja Jembatan dengan Cara Pcngecatan
Tata Cara Pelaksanaan Pondasi Cerucuk Kayu
di Atas Tanah Lembek dan Tanah Gambut
Tata Cara Pencatatan Data Kecelakaan Lalu
Lintas (Sistem 3L)
Pedoman Perencanaan Geometrik Jalan
P k t
Pedoman
Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki
pada Jalan Umum
Persyaratan Aksebilitas pada Jalan Umum
Pedoman Pemilihan Berbagai Jenis Tanaman
Pedoman Penataan Tanaman untuk Jalan
Pedoman Perencanaan Teknik Bangunan
P
d Bi
i
Tata
cara

Penentuan
Lokasi Tempat Istirahat
di Jalan Bebas Hambatan

NOMOR P'EDOMAN
TEKNIK
(3)
023/T/BM/I999
024/T/BM/1999
025/T/BM/1999
026/T/BM/1999
027/T/BM/1999
028/T/BM/1999_
029/T/BM/1999
030/T/BM/1999
031/T/BM/1999
032/T/BM/1999
033/T/BM/1999
034/T/BM/1999
035/T/BM/1999

036/T/BM/1999
037/T/BM/1999

DAFTAR ISI

Halaman
Keputusan Dire ktur Jendera Bina Marga No. 76/KPTS/Db/1999 Tan i120 Desember 1999
DAFTAR ISI

i

BAB I DESKRIPSI
1.1 Ruang Lingkup
1.2 Pengertian

1
1
1

BAB II BAHAN DAN PERALATAN

2.1 Bahan
2.1.1 Aspa Kerass
2.1.2 Kerosin
2.1.3 Baian Pengemulsi
2.1.4 Asam Klorida
2.1.5 KaLsium Klorida
2.1.6 Air
2.1.7 Bahan Tamabah Lain

3
3
3
4
4
7
7
8
8

2.2 Peralatan

8

BAB III PERENCANAAN KOMPOSISI ASPAL EMULSI

Pedoman Teknik N o. 024/ T/ BM / 1999

9

i

3.1 Komposisi Aspal Emulsi CSS
3.1.1 Phasa Padat
3.1.2 Phasa Cair

9
9
9

3.2 Komposisi Aspal Emulsi CMS
3 .2.1Phasa Padat
3.2.2 Phasa Cair

11
11
11

3.3 Komposisi Aspal Emulsi CRS 13
3.3.1 Phasa Padat
3.3.2 Phasa Cair

13
13

BAB IV CARA PENCAMPURAN ASPAL EMULSI .................................................................................15
4.1 Sistim Batch Plant
4.1.1 Penyiapan Phasa Padat
4.1.2 Penyiapan Phasa Cair
4.1.3 Pencampuran Aspal Emulsi

15
15
15
15

4.2 Sistim Menerus
4.3 Kemasan Aspal Emulsi
4.4 Persyaratan Aspal Ernulsi

16
18
18

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN C DAFTAR NAMA DAN LEMBAGA

Pedoman Teknik N o. 024/ T/ BM / 1999

ii

BAB I
DESKRIPSI
1.1

Ruang Lingkup
Pedoman Teknik ini mencakup tata cara pembuatan Aspal Emulsi jenis Kationik Mantap Lambat
(CSS/Cationic Slow Setting), Kationik Mantap Sedang (CMS/Cationic Medium Setting.) dan
Kationik Mantap Cepat (CRS/Cationic Rapid Setting) untuk kepeluan perkerasan jalan. Aspal
Emulsi Kationik yang dibuat dengan pedoman ini diharapkan dapat disimpan lama (hingga 9
bulan).

1.2

Pengertian
1.

Aspal Emulsi adalah aspal yang terdispersi dalam air dengan adanya Bahan Pengemulsi
(emulsifier).

2.

Teremulsi (Terdispersi) adalah tercampurya suatu zat dalam bentuk partikel-partikel
kecil dengan zat lain yang berbeda sifat kepolarannya. Kedua zat ini tidak dapat saling
melarutkan sehingga campurannya bersifat heterogen.

3.

Bahan Pengemulsi/Pendispersi adalah suatu zat yang molekulnya memiliki bagian polar
dan nonpolar sehingga dapat larut dalam zat yang polar maupun nonpolar. Dengan
adanya Bahan Pengemulsi, suatu zat dapat teremulsi lebih stabil dalam zat lain yang
berbeda sifat kepolarannya.

4. Kationik adalah elektro positif.
5. Pecahnya Aspal Emulsi (breaking) adalah memecahnya Aspal Emulsi setelah tercampur
dengan agregat. Pada saat memecah, partikel-partikel aspal memisahkan diri dari air dan
menyelimuti agregat.
6.

Mantap adalah cukup stabilnya perkerasan campuran Aspal Emulsi untuk dilalui lalu lintas.

Pedoman Teknik N o. 024/ T/ BM / 1999

1

7.

Larutan Pengemulsi adalah Bahan Pengenuilsi dan Bahan Tambah Lain, seperti Asam
Klorida dan Kalsium Klorida, yang dilarutkan dalam air.

8.

Aspal Emulsi terdiri atas phasa cair dan phasa padat. Phasa cair adalah larutan
pengemulsi, sedangkan phasa padat adalah aspal keras atau aspal keras yang sudah
ditambah pelarut sehingga memiliki nilai penetrasi yang diinginkan.

9.

Colloid Mill adalah alat untuk mengemulsikan phasa padat di dalam phasa cair sehingg;a
diperoleh Aspal Emulsi.

10. Nilai Pengendapan Satu Hari adalah perbedaan kadar residu Aspal Emulsi bagian atas
dengan bagian bawah setelah disimpan selama 24 jam pada pengujian sesuai SK SNI M07-1994-03 "Metode Pengujian Pengendapan Aspal Emulsi", yang dinyatakan dalam persen.

Pedoman Teknik N o. 024/ T/ BM / 1999

2

BAB II
BAHAN DAN PERALATAN

2.1

Bahan
Bahan untukk pembuatan Aspal Emulsi Kationik Mantap Sedang dan Kationik Mantap Lambat
terdiri atas aspal keras, kerosin (minyak tanah), Bahan Pengemulsi, Asam Klorida, Kalsium
Klorida, air dan Bahan Tamabah Lain bila diperlukan. Masing-masing bahan tersebut harus
memenuhi persyaratan agar diperoleh Aspal Emulsi dengan mutu sesuai yang diharapkan.

2.1.1

Aspal Keras
Aspal keras sebagai bahan baku Aspal Emulsi dapat berupa aspal pen 60/70 atau pen 80/100.
Bahan baku aspal keras harus memenuhi persyaratan pada Tabel-1 di bawah ini.

Pedoman Teknik N o. 024/ T/ BM / 1999

3

Tabel 1. Persyaratan Aspal Keras
Persyaratan Aspal Keras
No

Jenis Pengujian

Metoda
Pengujian

pen 40/50

pen 60/70

Satuan

pen 80/100

Min Maks Min Maks Min Maks
0
1. Penetrasi 25 C, 100 g, 5dtk.
2. Titik lembek
0

3. Daktilitas 25 C
4. Kelanitan dalain C2HCl3

SNI 06-2456-91

40

59

60

79

80

100 0,1mm

SNI 06-2434-91

?

?

48

58

46

54

SNI 06-2432-91

100

-

100

-

100

0

C

Cm

ASTM D 2042

99

-

99

-

99

-

%

5. Titik nyala (COC)
6. Beratjen,s

SNI 06-2433-91

?

-

232

-

225

-

'C

SNI 06-2456-91

1,0

-

1,0

-

1,0

-

7. Kehilangan berat (TFOT)
8. Penetrasi setelah kehilangan berat

SNI 06-2440-91

-

?

-

0,8

1,0

%

SNI 06-2432-91

?

-

54

-

-

-

% asli

9. Daktilitas setelah kehilangan berat SNI 06-2432-91
Titik lembek setelah kehilangan
SNI 06-2434-91
10. berat

?

-

50

-

50

-

Cm

?

-

-

-

-

-

°C

SN 106-2490-91

0,2

-

-

02

-

02

%

SN106-2439-91

95

-

95

-

95

11. Kadar air
12 Kelekatan

%

Sumber dart AASHTO M-20-1990 kecuali pen 40/50.

2.1.2

Kerosin
Dalam pembuatan Aspal Emulsi, kerosin digunakan untuk memodifikasi aspal keras antara
lain untuk menurunkan berat jenis dan meningkatkan nilai penetrasi. Persyaratan kerosin
disajikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Persvaratan Kerosin

enis Pengujian
Titik Nyala
Berat Isi pada 15 °C
Pcnyttlingan:
a. Titik Didih
b. 50% tersuling
c. Akhjr penvulingan

Metode
Pengujian
AASI-IT() T 73

SN 106-2488-1991

Pedoman Teknik N o. 024/ T/ BM / 1999

Persyaratan
Mill
Nbk,,
32
0,77
0,83
140
160

200
290

Satttan
°C
kg/I
°C
°C
°C

4

2.1.3

Bahan Pengemulsi
Bahan Pengemulsi berfungsi mendispersikan partikel-partikel aspal dalam air. Setiap
molekul emulgator terdiri atas dua bagian, yaitu yang bersifat polar dan nonpolar. Bagian
nonpolar dapat larut dalam partikel aspal yang juga bersifat non-polar. Bagian polar tidak larut
dalam aspal sehingga akan berada dipermukaan partikel aspal dan membentuk lapisan
polar. Apabila jumlah Bahan Pengemulsi cukup, setiap partikel aspal yang nonpolar akan
diselimuti lapisan polar sehingga partikel aspal tersebut dapat terdispersi dalam air.
Senyawa organik banyak yang dapat berfungsi sebagai Bahan Pengemulsi. Aspal Emulsi
Kationik umumnya menggunakan senyawa hidrokarbon-nitrogen rantai panjang. Beberapa
Jenis emulgator yang dapat digunakan untuk Aspal Emulsi Kationik disajikan dalam Tabel 3
berikut.
Tabel 3. Beberapa Jenis Bahan Pengetnulsi untuk Aspal Ernulsi Kationik
Jenis
Senyawa
Senyawa
Amonium
Quarter

Sifat-sifat
• Pada temperatur
ruang berbentuk
cair,
• Digunakan sebagai
emulgator
• tunggal atau
dikombinasikan
• dengan senyawa
lain, Tidak perlu
direaksikan
•dengan asam
kecuali dipcrlukan
pi -I rendah.

Contoh Struktur
Kimia2)

Jenis Aspal
Emulsi
Mantap sedang
atau lambat

Cl
Cl
+
+
R-N(CH3)2-(CH2)3
N(CH3)3

Pedoman Teknik N o. 024/ T/ BM / 1999

5

Jenis
Senyawa
Alkoxylated
Amines

Amidomines

Monoamines

Contoh Struktur
Kimia 2)

Sifat-sifat
• Pada temPeratur
ntang berbentuk
cair,
• Jarang digunakan
sebagai emulgator
tunggal,
• Berguna sebagai
komponen
emulgator yang
diformulasikan,
• Harus direaksikan
dengan asam.

• Pada temperatur
ruang berbentuk
Pasta atau cair,
• Dapat digunakan
sebagai emulgator
tunggal atau
dikombinasikan
dengan senyawa
lain,
• Harus direaksikan
dengan asam.

• Pada tentperatur
ruang berbentuk
pasta,
• Jarang digunakan
sebagai emugator
tunggal,
• Harus direaksikan
dengan asam

Jenis Aspal
Emulsi
Mantap lambat

CH2-CH2-OH
R-N<
CH2-CH2-OI-1

Mantap cepat
atau sedang

O
R-C-NH-(CH2)2NH-(CH2)2-NH2

Mantap cepat

R-NH2

Pedoman Teknik N o. 024/ T/ BM / 1999

6

Jenis
Senyawa
Diatnines

Sifat-sifat
• Pada temperatur
ruang berbentuk pasta
atau cair,
• Efisiensi tinggi,
• Digunakan sebagai
emulgator tunggal
atau dikonnbinasikan
dengan senyawa lain,
• Harus direaksikan
dengan asam.

Contoh Struktur
Kimia2)

Jenis Aspal
Emulsi
Mantap cepat

R-NH-(CH2)3-NH2

Sumber dari Scan Road, Technology Buletin 2 Bitumen Emulsion,
Sweden, 1983
Catalan 2
R adalah rantai Hydrokarbon dengan jumlah atom Karbon antara 8 sampai22 atom. untuk
mengetahui jenis emulgator uutuk Aspal Emulsi dapat
berkousultasi pada produsen atau distributor bahan tersebut.
Catatan 1

2.1.4

Asam Klorida
Penggunaan asam Klorida dalam Aspal Emulsi Kationik tergantung pada jenis Bahan
Pengemulsi yang digunakan. Asam Klorida ditambahkan pada larutan Bahan
Pengemulsi yang aktif pada pH di bawah 7.
Asam Klorida yang digunakan tidak boleh tercemar senyawa-senyawa yang dapat merusak
Aspal Emulsi Kationik diantaranya gram-gram alkali, sabun, deterjen, dan minyak.

2.1.5

Kalsium Klorida
Kalsium Klorida dalam Aspal Emulsi dapat mencegah pengaruh garam-garam alkali
dalam jumlah yang sedikit. Kalsium Klorida dapat memodifiasi larutan emulgator hingga
memiliki berat jenis yang lebih tinggi mngimbangi berat jenis phasa padat. Kalsium
Klorida yang digunakan tidak boleh tercemar senyawa-senyawa yang dapat merusak Aspal
Emulsi Kationik.

Pedoman Teknik N o. 024/ T/ BM / 1999

7

2.1.6

Air
Air merupakan bagian terbanyak dalam phasa cair Aspal Emulsi. Air yang digunakan untuk
pembuatan Aspal Emulsi adalah air bersih yang tidak tercemari oleh senyawa-senyawa yang dapat
merusak Aspal Ernulsi Kationik.

2.1.7

Bahan Tamabah Lain
Selain bahan baku yang sudah diuraikan di atas, untuk memperbaiki karakteristik Aspa Emulsi
Kationik dapat digunakan Bahan Tamabah Lain seperti Thixotropic agents, Breaking agent, dan
polymer.

2.2

Peralatan
Tangki-tangki penampung bahan baku Aspal Emulsi harus dilengkapi dengan ,alat pengontrol
kuantitas sedemikian rupa sehingga komposisi bahan yang dicampur dapat dikontrol dengan baik.
Alat pemanas aspal keras dan alat pemanas larutan Bahan Pengemulsi harus mempunyai fasilitas
pengendali sehingga setelah dicampur dalam Colloid Mill akan dihasilkan Aspal Emulsi dengan
suhu sesuai yang dikehendaki. Persyaratan Colloid Mill ditunjukkan dalam Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Persvaratan Alat Colloid Mill Aspal Emulsi (6)
No.

Uraian

1.

Kecepatan rotor

2.

Jarak rotor dengan stator

Persyaratan

Satuan

3000 - 6000

rpm

0,2-0,6

mm

Pedoman Teknik N o. 024/ T/ BM / 1999

8

BAB III
PERENCANAAN KOMPOSISI ASPAL EMULSI

3.1
3.1.1

Komposisi Aspal Emulsi CSS
Phasa Padat
Phasa padat terdiri atas aspal keras pen 40/50 atau pen 60/70 atau pen 80/100 yang memenuhi
persyaratan AASHTO M-20-1990 ditambah kerosin sedemikian rupa sehingga menjadi aspal
keras pen 180/200. Untuk aspal keras pen 60/70, agar diperoleh aspal keras pen 180/200,
kerosin yang ditsunbahkan berkisar antara 2% sampai 4% terhadap berat aspal.
Bila Aspal Emulsi yang dibuat jenis CSS-lh (dengan nllai penetrasi residu rendah), dapat
digunakan aspal keras pen 40/50 atau pen 60/70 dengui kadar kerosin dapat dikurangi hingga
0 %.
Kadar phasa padat dan Aspal Emulsi jenis CSS harus sedemikian rupa sehinggi Aspal Emulsi
memiliki kadar residu penyulingn minimum 57%. Namun apabila dikehendaki Aspal Emulsi jenis
CSS yang dapat disimpan lama (6 sampai 9 bulan), kadar phasa padat harus berkisar antara 65%
hingga 70% terhadap berat total Aspal Emulsi agar diperoleh Aspal Emulsi dengan kekentalan
optimum atara 40 sampai 70 centistokes pada temperatur 25 °C.

3.1.2

Phasa Cair
Phasa cair terdiri atas Bahan Pengemulsi, Asam Klorida dan Kalsium Klorida yang dilarutkan
dalam air. Kadar masing-masing bahan tersebut dalam Aspal Emulsi adalah sebagai berikut
a)

Bahan Pengemulsi dan Asam Klorida
Jumlah Bahan Pengemulsi dan asam klorida dalam Aspal Emulsi tergantung pada jenis
Bahan Pengemulsi dan jumlah phasa padat dalam Aspal Emulsi. Jumlah Bahan Pengemulsi
dalam Aspal Emulsi umumnya berkisar antara 0,25% sampai 1,5%. Untuk mengetahui
jumlah Bahan Pengemulsi dan Asam Klorida perkiraan dalam Aspal Emulsi dapat
berkonsultasi pada produsen atau distributor bahan tersebut Kadar Bahan Pengemulsi
dan Asam Klorida optimum

Pedoman Teknik N o. 024/ T/ BM / 1999

9

diketahui dengan cara membuat beberapa contoh Aspal Emulsi dengan kadar emulgator
dan Asam Klorida bervariasi di atas dan di bawah kadar Bahan Pengemulsi atau Asam
Klorida perkiraan, sedang kadar phasa padat tetap sesuai Butir 3.1.1. Setiap contoh tersebut
selanjutnya diuji nilai pengendapan satu hari (SK SNI M-07-1994-()3) dan nilai
pengujian saringan (SNI O3-19G8-1990). Kadar Bahan Pengemulsi dan Asam Klorida
optimum adalah kadar yang memberikan nilai pengendapan satu hari dan pengujian
saringan terkecil serta tidak menyebabkan pembusaan yang berlebihan dalam Aspal
Emulsi.
b)

Kalsium Klorida
Jumlah Kalsium Klorida dalam Aspal Emulsi berkisar antara 0% salnpai 0,3%. Jumlah
Kalsium Klorida optimum dalanl Aspal Emulsi ditentukan berdasarkan percobaan di
laboratorium dengan cara membuat beherapa contoh Aspal Emulsi dengan variasi
kadar Kalsium Klorida dari 0 sampai 0,3%, sedang kadar phasa padat, Bahan
Pengemulsi dan Asam Klorida tetap sesuai Butir 3.1.1 dan Butir 3.1.2a) di atas. Contoh
Aspal Emulsi tersebut diuji nilai pengendapan Satu hari dan nilai saringan. Kadar
Kalsium Klorida optimum adalah kadar yang memberikan Aspal Emulsi nilai
pengendapan satu hari dan nilai pengujian saringan terkecil.

c)

Air
Jumlah air dalam Aspal Emulsi adalah 100% dikurangi kadar phasa padat, Bahan
Pengemulsi, Asam Klorida dan Kalsium Kilorida.
Phasa cair dibuat dengan melarutkan Bahan Pengemulsi, Asam Klorida dan Kalsium
Klorida dalam air dengan jumlah masing-masing bahan sesuai percobaan di atas.

3.2
3.2.1

Komposisi Aspal Emulsi CMS
Phasa Padat
Phasa padat terdiri atas aspal keras pen 40/50 atau pen 60/70 atau pen 80/100 yang memenuhi
persyaratan AASHTO M-20-1990, ditambah

Pedoman Teknik N o. 024/ T/ BM / 1999

10

kerosin sedemikian rupa sehingga menjadi aspal keras pen 180/200. Untuk aspal keras pen
60/70, agar diperoleh aspal keras pen 180/200, kerosin yang ditamhahkan herkisar antara 2%
sanlpai 4% terhadap berat aspal. Bila Aspal Emulsi yang dibuat jenis CMS-2h (dengan nilai
penetrasi residu rendah), dapat digunakan aspal keras pen 40/5O atau pen 60/70 dengan kadar
kerosin dapat dikurangi hingga 0%. Apabila digunakan Bahan Pengemulsi jenis tertentu, yaitu
misalnya Bahan Pengemulsi yang dapat digunakan untuk Aspal Emulsi jenis Kationik Mantap
Sedang dan juga Kationik Mantap Cepat, kadar kerosin dalam phasa padat untuk Aspal Emulsi jenis
Kationik Mantap Sedang dapat ditingkatkan hingga 7%. Bahan Pengemulsi pada Aspal Emulsi jenis
Kationik Mantap Sedang sering kali memerlukan kerosin yang lebih banyak untuk
memperlambat kecepatan mantap. Dengan alasan tersebut, kadar kerosin dapat ditingkatkan
asal mutu Aspal Emulsi yang dihasilkan tidak keluar dari yang dipersyaratkan (Pd.S-01-1995-03
Spesifikasi Aspal Emulsi Kationik).
Kadar phasa padat dalam Aspal Emulsi jenis CMS harus sedemikian rupa sehingga Aspal Emulsi
memiliki kadar residu penyulingan minimum 65°,/o.

3.2.2

Phasa Cair
Phasa cair terdiri atas Bahan Pengemulsi, Asam Klorida dan Kalsium Klorida yang dilarutkan
dalam air. Kadar masing-masing hahan tersebut dalam Aspal Emulsi adalah sebagai
berikut:
a)

Bahan Pengemulsi dan Asam Klorida
Jumlah Bahan Pengemulsi dan Asam Klorida dalam Aspal Emulsi tergantung pada jenis
Bahan Pengemulsi dan jumlah phasa padat dalam Aspal Emulsi. Jumlah Bahan
Pengemulsi dalam Aspal Emulsi umumnya antara 0,25% sampai 1,5%. Untuk
mengetahui jumlah Bahan Pengemulsi dan Asam Klorida perkiraan dalam Aspal Emulsi
dapat berkonsultasi pada produsen atau distributor Bahan tersebut. Kadar Bahan
Pengemulsi dan Asam Klorida optimum diketahui dengan cara membuat beberapa contoh
Aspal Emulsi dengan kadar emulgator dan Asam Klorida bervariasi di atas dan di bawah
kadar Bahan Pengemulsi atau Asam Klorida perkiraan,

Pedoman Teknik N o. 024/ T/ BM / 1999

11

sedang kadar phasa padat tetap sesuai Butir 3.1.1. Masing-masing contoh tersebut
selanjutnya diuji nilai pengendapan satu hari (SK SNI M-07-1994-03) dan nilai pengujian
saringan (SNI 03-19681990). Kadar Bahan Pengemulsi dan Asam Klorida optimum
adalah kadar yang memberikan nilai pengendapan satu hari dan pengujian saringan terkecil
serta tidak menyebabkan pemhusaan yang berlebihan dalam Aspal Emulsi.
b)

Kalsium Klorida
Jumlah Kalsium Klorida dalam Aspal Emulsi berkisar antara 0% sampai 0,3 %. Jumlah
Kalsium Klorida optimum dalam Aspal Emulsi ditentukan berdasarkan percobaan dl
laboratorium dengan cara membuat beberapa contoh Aspal Emulsi dengan variasi kadar
Kalsium Klorida dari 0 sampai 0,3%, sedang kadar phasa padat, Bahan Pengemulsi
dan Asam Klorida tetap sesuai Butir 3.1.1 dan Butir 3.1.2a) di atas. Contoh Aspal
Emulsi tersebut diuji nilai pengendapan satu hari dan nilai saringan. Kadar Kalsium
Klorida optimum adalah kadar. yang memberikan Aspal Emulsi nilai pengendapan
satu hari dan nilai pengujian saringan terkecil.

c)

Air
Jurnlah air dalamn Aspal Emulsi adalah 100% dikurangi kadar phasa padat, Bahan
Pengemulsi, Asam Klorida dan Kalsium Klorida.
Phasa cair dibuat dengan melarutkan Bahan Pengemulsi, Asam Klorida dan Kalsiunl
Klorida dalam air dengan jumlah masing-masing bahan sesuai percobaan di atas.

3.3
3.1.1

Komposisi Aspal Emulsi CRS
Phasa Padat
Phasa padat terdiri atas aspal keras pen 40/50 atau pen 60/70 atau pen 80/100 yang memenuhi
persyaratan SNI M-30-1990, ditambah kerosin sedemikian rupa sehingga menjadi aspal keras pen
I80/200. Untuk aspal keras pen 60/70, agar diperoleh aspal keras pen 180/200, kerosin yang
ditambahkan berkisar antara 2% sampal 4% terhadap berat aspal.

Pedoman Teknik N o. 024/ T/ BM / 1999

12

Kadar phasa padat dalam Aspal Emulsi jenis CRS harus sedemikian rupa sehingga Aspal Enulsi
memiliki kadar residu penyulingan minimum 65%.

3.1.2

Phasa Cair
Phasa cair terdiri atas Bahan Pengemulsi, Asam Klorida dan Kalsim Klorida yang dilarutkan
dalan air. Kadar masing-masing bahan tersebut dalam Aspal Emulsi adalah sebagai berikut
a)

Bahan Pengemulsi dan Asam Klorida
Jumlah Bahan Pengemulsi dan asam Klorida dalam Aspal Emulsi tergatung pada
jenis Bahan Pengemulsi dan jumlah phasa padat dalam Aspal Emulsi. Jumlah Bahan
Pengemulsi dalamn Aspal Emulsi umumnya antara 0,25% sampai 1,5%. Untuk
mengetahui jumlah Bahan Pengemulsi dan Asam Klorida perkiraan dalam Aspal Emulsi
dapat berkonsultasi pada produsen atau distributor baban tersebut. Kadar Bahan
Pengemulsi dan Asam Klorida optimum diketahui dengan cara membuat beberapa contoh
Aspal Enlulsi dengan kadar emulgator dan Asam Klorida hervariasi di atas dan di bawah
kadar Bahan Pengemulsi atau Asam Klorida perkiraan, sedang kadar phasa padat tetap
sesuai Butir 3.1.1. Masing-masing contoh tersebut selanjutnya diuji nilai pengendapan satu
hari (SK SNI M-07-1994-03) dan nilai pengujian saringan (SNI 03-196I81990). Kadar
Bahan Pengemulsi dan Asam Klorida optimum adalah kadar yang memberikan nilai
pengendapan satu hari dlan pengujian saringan terkecil serta tidak menyebabkan pembusaan
yang berlebihan dalam Aspal Emulsi.

b)

Kalsium Klorida
Jumlah Kalsium Klorida dalam Aspal Emulsi berkisar antara 0°/° sampai 0,3 %. Jumlah
Kalsium Klorida optimum dalam Aspal Emulsi ditentukan berdasarkan percobaan di
lahoratorium dengan cara membuat beberapa contoh Aspal Emulsi dengan variasi kadar
Kalsium Klorida dari 0 sampai 0,3%, sedang kadar phasa padat, Bahan Pengemulsi dan
Asam Klorida tetap sesuai Butir 3.1.1 dan Butir 3.1.2. a) di atas. Contoh .Aspal Emulsi
tersebut diuji nilai

Pedoman Teknik N o. 024/ T/ BM / 1999

13

pengendapan satu hari dan nilai saringan. Kadar Kalsium Klorida optimum adalah kadar
yang memberikan Aspal Emulsi nilai pengendapan satu hari dan nilai pengujian
saringan terkecil.
c)

Air
Jumlah air dalam Aspal Emulsi adalah 100% dikurangi kadar phasa padat, Bahan
Pengemulsi, Asam Klorida dan Kalsium Klorida.
Phasa cair dibuat dengan melarutkan Bahan Pengemulsi, Asam Klorida dan Kalsium
Klorida dalam air dengan jumlah masing-masing bahan sesuai percobaan di atas.

Pedoman Teknik N o. 024/ T/ BM / 1999

14

BAB IV
CARA PENCAMPURAN ASPAL EMULSI

4.1
4.1.1

Sistim Batch Plant
Penyiapan Phasa Padat
Aspal keras dari tangki penyimpanan dipanaskan hingga cair dan dialirkan ke dalam tangki
penampung phasa padat. Kerosin dengan jumlah sesuai rencana, ditambahkan kedalam
tangki penampung tersebut dari selanjutnya diaduk hingga homogen. DI dalam tangki penampung
aspal ini, phasa padat (aspal) dipanaskan dengan suhu yang dikontrol hingga 145 °C ± 5 °C
ataudengan kekentalan 2 poise. Selanjutnya phasa padat siap untuk dialirkali ke dalam Colloid
Mill.

4.1.2

Penyiapan Phasa Cair
Bahan Pengemulsi, Asam Klorida, Kalsium Klorida dan air dengan jumlah sesuai rencana
dimasukkan ke dalam tangki penampung phasa cair. DI dalam tangki bahan-bahan tersebut diaduk
hingga homogen dan dipanaskan dengan suhu yang dikontrol pada 55 °C ± 5 -C. Selanjutnya
phasa cair siap untuk dialirkan ke dalam Colloid Mill.

4.1.3

Pencampuran Aspal Ernulsi
Pasa padat dan pasa cair yang sudah disiapkan sesuai Butir 4.1.1 dan Butir 4.1 .2 dari masingmasing tangki penampung, dialirkan dengan kecepatan alir yang dikontrol untuk memperoleh
komposisi Aspal Emulsi yang diinginkan, ke dalam Colloid Mill yang sudah dijalankan. Dalam
Colloid Mill ini phasa padat akan didispersikan ke dalam pasa cair hingga dihasilkan Aspal
Emulsi. Suhu Aspal Emulsi yang harus keluar dari Colloid Mill harus 90 °C ± 5 °C, waktu
pencampuran harus dikontrol.

Pedoman Teknik N o. 024/ T/ BM / 1999

15

Gambar 1.
Diagram Pencampuran Aspal Emulsi Sistim Batch Plant
4.2

Sistim Menerus (Continuous Plant)
Pada pencampuran Aspal Emulsi dengan sistim menerus, aspal keras yang merupakan bagian
terbesar dari phasa padat dipanaskan pada suhu 145 °C ± 5 °C. Sedangkan air yang merupakan
bagian terbesar dari phasa cair dipanaskan pada 55 °C ± 5 °C. Kedua bahan tersebut, dari
masing-masing sumbernya, dipompakan ke dalam Colloid Mill secara teratur dan dengan dosis
sesuai komposisi rencana Aspal Emulsi. Ke dalam pipa saluran aspal keras menuju.
Cnhid Mill,

Pedoman Teknik N o. 024/ T/ BM / 1999

16

disuntikkan kerosin dengan pompa pengatur dan dengan dosis sesuai komposisi Aspal
Emulsi rencana. Sedangkan kedalam pipa saluran air menuju Colloid M ill, disuntikkan
Bahan Pengemulsi, Asam Klorida dan larutan CaC12, masing-masing dengan pompa
pengatur dan dengan dosis sesuai komposisi Aspal Emulsi rencana. Dalam Colloid Mi l l ,
aspal keras dan kerosin sebagai pasa padat akan didispersikan ke dalam larutan Bahan
Pengemulsi sebagai phasa cair hingga dihasilkan Aspal Emulsi. Suhu Aspal Emulsi yang
baru keluar dari Colloid Mill harus 90 -c ± 5 - c .

Gambar 2. Diagram Prinsip Pencampuran Aspal Emulsi Sistim Menerus (7)

Pedoman Teknik N o. 024/ T/ BM / 1999

17

Pedoman Teknik N o. 024/ T/ BM / 1999

IA MPIRAN C
DAFTAR NAMA DAN LEMBAGA
1 ). Pemrakarsa
x Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan, Badan Penelitian dan Pengembangan PU.
x Direktorat Bina Teknik, Direktorat Jenderal Bina Marga
2). Penyusun :
Drs. Madi Hennadi

3). T im Pembahas :
DR. Ir. KA. Zamhari, MSc
Ir. Rachma Agus
Ir. Budy Dharma, MSc
Ir Haty Laksmanto, ME ngSc
Ir. Hatyono Sukarto, MSi
DR. Ir. Siegfred, MSc
Ir. Salim Machmud
Ir. Wayan Dharmayasa
Jr. Nono
Ir. Dadang AS.
Ir. Mintardjo
Z. Lubis, BE
Drs. Madi Hermadi
Ir. Iriansyah
Ir. Kumiadji, MSc

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan
Ditjen Bina Marga
Ditjen Bina Marga
Ditjen Bina Marga
Ditjen Bina Marga
Pusat Litbang Jalan
Pusat Litbang Jalan
Pusat Litbang Jalan
Pusat Litbang Jalan
Pusat Litbang Jalan
Pusat Litbang Jalan
Pusat Litbang Jalan
Pusat Litbang Jalan
Pusat Litbang Jalan
Pusat Litbang Jalan

fr. Deddy Rachman.

4). Kelompok Kerja B idang B aha Jalan
(SK Ketua Panja No.: 13/K PT S/B t/1999)
Ketua:
Ir. Sudarisman
Wakil K etua:
DR. Ir. KA. Zamhari, MSc
Anggota:
Ir. Yayan Suryana, ME ngSc
I r. Rachma Agus
Ir. Saktyanu, ME ngSc
Ir. Handri Sarosa, MSc
Ir. "I jitjik Wasiah Suroso
Ir. Iriansyah
Drs. Madi Hennadi
Tonton Aristono
Ir. Kuniadjie, MSc
Ir. Ida Rumkita, MSc
Dra. Leksnm ingsih
Tenn Rustandie, BE
Ir. E ndang Hidayat, MSc
Dr. Ir. Siegfred, MSc
Ir. E nung Sujana, MSc
DR. Ir. Wimpy Santosa, Msc
B4 T - Departemen Perindustrian

Pedoman Teknik N o. 024/ T/ BM / 1999

Ditjen Bina-Marga
Pusat Litbang Jalan
Ditjen Bina marga
Ditjen Bina Marga
Ditjen Bina Marga
Ditjen Bina Marga
Pusat Litbang Jalan
Pusat Litbang Jalan
Pusat Litbang Jalan
Pusat Litbang Jalan
Pusat Litbang Jalan
Pusat Litbang Jalan
Pusat Litbang Jalan
Pusat Litbang Jalan
Pusat Litbang Jalan
Pusat Litbang Jalan
Perguruan Tinggi
Perguruan Tinggi

Pedoman Teknik N o. 024/ T/ BM / 1999