Profil Geomorfologi Kolom Geomorfologi P
1
8GEOMORFOLOGI DAN PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Geomorfologi Indonesia
Yang dibina oleh Drs. Sudarno Herlambang, M.Si
Oleh
Arizky Putra Perdana Zulmi
Dyan Permana Putra
Faza Difa Setiyanti Fuadi
Muhammad Ra’ad Assidiqy
Teddy Heryanto Saputro
Yusuf Yudhistira
130721616011
130721611771
130721611762
130721616013
130721616008
130721611773
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
Maret 2015
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat limpahan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Makalah yang berjudul
“GEOMORFOLOGI DAN PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN”
dengan baik tanpa suatu halangan yang berarti. Tulisan ini disusun untuk memenuhi
Tugas Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia.
Selesainya penulisan makalah ini adalah berkat dukungan dari semua pihak,
untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Drs. Sudarno Herlambang, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah
Geomorfologi Indonesia yang membimbing dan memberikan arahan kepada penulis.
2. Orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dan doanya.
3. Segenap pihak yang telah ikut andil dalam proses penyelesaian penelitian ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Dengan sepenuh hati penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak
memiliki kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan. Semoga tulisan ini dapat memberi manfaat dan sumbangan ilmiah
yang sebesar-besarnya bagi penulis dan pembaca.
Malang, Februari 2015
Penulis
3
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
1. PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Tujuan............................................................................................................6
2. PEMBAHASAN..................................................................................................6
2.1 Kondisi Umum Kalimantan...........................................................................6
2.2 Stratigrafi-Fisiografis dan Pengembangan Wilayah Kalimantan Tengah.....11
2.3 Stratigrafi-Fisiografis dan Pengembangan Wilayah Kalimantan Timur.......18
2.4 Stratigrafi-Fisiografis dan Pengembangan Wilayah Kalimantan Selatan......32
2.5 Stratigrafi-Fisiografis dan Pengembangan Wilayah Kalimantan Barat.........47
3. PENUTUP............................................................................................................61
3.1 Simpulan........................................................................................................61
3.2 Saran..............................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................63
4
GEOMORFOLOGI DAN PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kalimantan adalah nama bagian wilayah Indonesia di Pulau Borneo
Besar; yaitu pulau terbesar ketiga di dunia setelah Greenland dan Seluruh Pulau
Irian. Kalimantan meliputi 73 % massa daratan Borneo. Terdapat empat propinsi di
Kalimantan, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Timur, luas seluruhnya mencapai 549.032 km2. Luasan ini merupakan
28 % seluruh daratan Indonesia.
Kalimantan Timur saja
merupakan 10% dari
wilayah Indonesia. Bagian utara Pulau Borneo meliputi negara bagian Malaysia
yaitu Serawak dan Sabah, dan Kesultanan Brunei Darusallam. Batasan wilayah
secara politik yang ada sekarang ini mencerminkan kepentingan penjajah masa
lampau.
Secara geografis pulau Kalimantan (Indonesia), terletak diantara 40 24` LU 40 10` LS dan anatara 1080 30` BT - 1190 00` BT dengan luas wilayah sekitar
535.834 km2. Berbatasan langsung dengan negara Malaysia (Sabah dan Serawak) di
sebelah utara yang panjang perbatasannya mencapai 3000 km mulai dari proinsi
Kalimantan Barat sampai dengan Kalimantan Timur.
Pulau Kalimantan sebagaian besar merupakan daerah pegunungan /
perbukitan (39,69 %), daratan (35,08 %), dan sisanya dataran pantai/ pasang surut
(11,73 %) dataran aluvial (12,47 %), dan lain lain (0,93 %).
Pada umumnya
topografi bagian tengah dan utara (wilayah republik Indonesia/RI) adalah daerah
pegunungan tinggi dengan kelerengan yang terjal dan merupakan kawasan hutan dan
hutan lindung yang harus dipertahankan agar dapat berperan sebagai fungsi cadangan
air dimasa yang akan datang.
Pegunungan utama sebagai kesatuan ekologis tersebut adalah Pegunungan
Muller, Schwaner, Pegunungan Iban dan Kapuas Hulu serta dibagian selatan
Pegunungan Meratus. Para Ahli agronomi sepakat bahwa tanah-tanah di Kalimantan
5
adalah tanah yang sangat miskin, sangat rentan dan sangat sukar dikembangkan untuk
pertanian. Lahan daratan memerlukan konservasi yang sangat luas karena terdiri dari
lahan rawa gambut, lahan bertanah asam, berpasir, dan lahan yang memiliki
kelerengan curam. Kalimantan dapat dikembangkan, tetapi hanya dalam batas-batas
ekologis yang agak ketat dan dengan kewaspadaan tinggi.
Sejumlah sungai besar merupakan urat nadi transportasi utama yang
menjalarkan kegiatan perdagangan hasil sumber daya alam dan olahan antar wilayah
dan eksport-import. Sungai-sungai di Kalimantan ini cukup panjang dan yang
terpanjang adalah sungai Kapuas (1.143 km) di Kalbar dan dapat menjelajah 65 %
wilayah Kalimantan Barat.
Potensi pertambangan banyak terdapat di pegunungan dan perbukitan di
bagaian tengah dan hulu sungai. Deposit pertambangan yang cukup potensial adalah
emas, mangan, bauksit, pasir kwarsa, fosfat, mika dan batubara. Tambang minyak
dan gas alam cair terdapat di dataran rendah, pantai, dan lepas pantai. Kegiatan
perkebunan pada umumnya berada pada wilayah di perbukitan dataran rendah.
Perkebunan yang potensi dan berkembang adalah : sawit, kelapa, karet, tebu dan
perkebunan tanaman pangan. Usaha perkebunan ini sudah mulai berkembang banyak
dan banyak investor mulai datang dari negara jiran, karena keterbatasan lahan di
negara jiran tersebut. Untuk terus dikembangkan secara ekonomis dengan
memanfaatkan lahan yang sesuai. Namun sekarang ini pengembangan perkebunan
juga mengancam kawasan perbukitan dataran tinggi, namun diduga areal yang
sebenarnya kurang cocok untuk perkebunan hanya sebagai dalih untuk melakukan
eksploitasi kayu.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimanakah gambaran umum mengenai Kalimantan?
1.2.2 Bagaimanakah stratigrafi-fisiografi dan pengembangan wilayah
Kalimantan Tengah?
6
1.2.3 Bagaimanakah stratigrafi-fisiografi dan pengembangan wilayah
Kalimantan Timur?
1.2.4 Bagaimanakah stratigrafi-fisiografi dan pengembangan wilayah
Kalimantan Selatan?
1.2.5 Bagaimanakah stratigrafi-fisiografi dan pengembangan wilayah
Kalimantan Barat?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk mendeskripsikan gambaran umum mengenai Kalimantan.
1.3.2 Untuk mendeskripsikan stratigrafi-fisiografi dan pengembangan
wilayah Kalimantan Tengah.
1.3.3 Untuk mendeskripsikan stratigrafi-fisiografi dan pengembangan
wilayah Kalimantan Timur.
1.3.4 Untuk mendeskripsikan stratigrafi-fisiografi dan pengembangan
wilayah Kalimantan Selatan.
1.3.5 Untuk mendeskripsikan stratigrafi-fisiografi dan pengembangan
wilayah Kalimantan Barat.
2. Pembahasan
2.1 Gambaran umum mengenai Kalimantan.
Indonesia bagian barat seperti Kalimantan, Sumatera dan Jawa Barat serta
Jawa Tengah tersusun oleh kerak benua, demikian pula dasar lautan di antara pulaupulau ini yang dangkal. Di bawah kerak bumi adalah zona yang batuannya lebih
panas dan bersifat lebih plastis. Lempeng benua dan lempeng samudera mengapung
di atas bahan cair di bawahnya. Di Kalimantan terdapat empat unit geologi utama,
yaitu batuan yang dihubungkan dengan pinggir lempeng, batuan dasar, batuan muda
7
yang mengeras dan tidak mengeras, dan batuan aluvial serta endapan muda yang
dangkal.
Kompleks batuan dasar di Kalimantan di bagian barat dan bagian tengah
Kalimantan (termasuk pegunungan Schwaner) mewakili singkapan dasar benua
terbesar di Indonesia. Batuan dasar adalah batuan di dasar lapisan stratigrafi yang
umumnya lebih tua dari batuan di atasnya. Batuan ini biasanya mengalami
metamorfosis bela terkena panas. Hasil metamorfosis batuan ini yang khas adalah
batu pualam yang berasal dari batu kapur; bati sekis hijau yang berasal dari batuan
vulkanik, batu gneis yang berasal dari batu pasir atau granit. Daerah batuan
metamorfosis atau batuan dasar adalah jenis kerak benua yang sering dipengaruhi
oleh batuan intrusi muda. Kompleks batuan dasar Kalimantan terdiri dari atas sekis
dan gneis yang tercampur dengan granit dari Era Palaezoikum dan Periode Terseir
membentuk daerah kristal yang sangat luas.
Batuan yang berasosiasi dengan pinggir lempeng Kalimantan mencakup
opiolit (kerak samudera) dan melange. Potongan lantai samudera (kerak samudera)
terdapat beberapa tempat didaratan Kalimantan. Potongan-potongan ini dicirikan
oleh susunan batuan beku yang padat gelap tipe basa dan ultra basa dengan
komponen granit. Endapan batu kersik samudera dan karbonat mungkin juga
terdapat deretan batuan ini disebut opiolit. Sebagian pengganti jalur penunjaman,
opiolit-opiolit ini terbentuk oleh tubrukan lempeng ketika kerak samudera
terperangkap oleh gerakan tektonik lempeng dan tertekan ke pinggir lempeng yang
berdekatan dan di sini opiolit-opiolit ini tetap terlindungi. Proses pencuatan ini
sering disertai oleh rubuh dan retaknya batuan. Kompleks opiolit di Pulau Laut dan
Pegunungan Meratus terbentuk dengan cara ini.
Batuan melange adalah batuan campuran potongan-potongan batu dari
berbagai jenis dan ukuran yang berbeda dalam matrik berliat yang terpotong, yang
menunjukkan adanya tekanan yang sangat kuat. Potongan-potongan ini ukurannya
dapat sangat kecil (cm) dan dapat juga berukuran besar (ratusan meter atau lebih.
Malange sering dikaitkan dengan proses pembentukan jalur penunjaman. Melange
8
merupakan perpaduan antara bahan-bahan yang terkikis dari lempeng samudera
yang bergerak turun dengan endapan yang berasal dari massa daratan atau lengkung
vulkanik di dekatnya. Seluruh massa ini tergesek dan terpotong karena desakan ke
bawah dari lempeng yang bergerak turun. Batuan yang terbentuk dengan cara ini
berasosiasi dengan desakan keatas lempeng opiolit yang besar di Pegunungan
Meratus.
Daerah melange yang luas di bagian tengah Kalimantan, yaitu yang
terbentang di perbatasan antara Kalimantan dan Malaysia, masih belum diketahui
dengan baik. Daerah melange ini merupakan zona batuan hancur, sering
mengandung potongan-potongan opiolit, tetapi luas dan umur geologinya (akhir
mesozoikum sampai periode tersier yang lebih tua) sulit untuk dijelaskan dalam
peristilahan lempeng tektonik sederhana (williams dkk, 1989)
Sebagian besar Kalimantan terdiri dari batuan yang keras dan agak keras,
termasuk batuan kuarter di semenanjung Sangkulirang dan jajaran pegunungan
meratus, batuan vulkanik dan endapan tersier. Kalimantan tidak memiliki gunung
api yang aktif seperti yang terdapat di Sumatera dan Jawa, tetapi memiliki daerah
batuan vulkanik tua yang kokoh di bagian barat daya dan bagian timur Kalimantan.
Hal-hal tersebut merupakan peninggalan sejarah geologis Indonesia yang mencakup
berbagai masa kegiatan vulkanik dari 300 juta tahun yang lalu sampai sekarang.
Batuan vulkanik terbentuk sebagai hasil magma dari perut bumi yang mencapai
permukaan. Ketika magma menjadi dingin dan membeku, dibawah permukaan
bumi terbentuk sebagai hasil magma dari perut bumi yang mencapai permukaan.
Ketika magma menjadi dingin dan membeku, dibawah permukaan bumi terbentuk
batuan intrusi seperti granodiorit. Ditempat batuan vulkanik tua Kalimantan yang
telah terkikis, intrusi yang mengandung cadangan emas, semula di bawah gunung
api merupakan bagian penting dari proses utama pembentukan mineral seperti
emas.
Suatu kawasan yang luas di bagian tengah, timur dan selatan Kalimantan
tersusun dari batuan endapan seperti batu pasir dan batu sabak. Selain formasi yang
9
lebih tua di Kalimantan Barat, kebanyakan formasi sedimen relatif muda dan
mencakup batu bara dan batuan yang mengandung minyak bumi. Bagian selatan
Kalimantan terutama tersusun dari pasir keras yang renggang dan teras kerikil yang
sering dilapisi oleh timbunan gambut muda yang dangkal dan kipas aluvial yang
tertimbun karena luapan sungai
Setidaknya di Kalimantan terdapat 205 formasi batuan. Formasi batuan di
Kalimantan, terdapat banyak patahan di Kalimantan Timur dan Barat, sedikit di
Kalimantan Selatan dan sangat sedikit di Kalimantan Barat. Sebaran patahan yang
paling sedikit berada di bagian selatan sampai barat dari Pulau Kalimantan.
Kalimantan Utara membentuk sebagian arah pokok Kepulauan Filipina.
Rangkaian pulau Palawan berakhir pada Pegunungan Kinibalu dan rangakaian
Pulau Sulu berakhir di daerah Teluk Darvel. Pegunungan Kinibalu yang membujur
arah timur laut barat daya terdiri dari lapisan Pra-tertier yang terlipat tinggi dan
lapisan Tertier tang terlipat lebih rendah, yang terganggu oleh granodiorit dari
massa batuan massif Kinibalu. Pegunungan di sebelah utara Teluk Darvel yang
membujur arah timur barat juga tersusun dari batuan Pre tertier dan Tertier bawah.
Lapisan Tertier yang lebih muda yang kurang terlipat terdapat pada sisi rangkaian
ini serta pada basin di antaranya yang meluas ke arah barat palung Sulu.
Kalimantan Utara yang komplek ini mempunyai hubungan geologis dengan
Kepulauan Filipina, yang dipisahkan oleh massa Neogen yang membentang
melintasi pulau itu dari Basin Sulawesi di bagian timur sampai teluk Labuhan di
pantai barat laut.
Bagian yang bersifat Sunda di Kalimantan terdiri atas teras kontinen
berbentuk segitiga (baji) di Kalimantan barat daya yang dibatasi oleh Basin Tertier
bagian selatan dan timur Kalimantan pada sisi lain. Hanya bagian barat Kalimantan
berupa segitiga yang dibentuk oleh Pegunungan Muller Ujung Datuk Ujung Sambar
yang sebenarnya merupakan massa kontinen. Bagian itu pada sisi timurnya terdiri
atas Basin Melawi dengan fasies air payau Tertier Bawah. Menurut Fen
10
(1933),hanya Kalimantan barat daya yang boleh disebut daratan tua (Alte
Rumpfebene).
Teras kontinen ini membentuk bagian massa daratan Sunda tua. Batas
utaranya dibentuk oleh kelompok pegunungan yang membentang dari Ujung Datuk
melalui gunung Niut dan Plato Madi ke arah Pegunungan Muller. Tepi selatan
dibentuk oleh Pegunungan Schwaner dan pegunungan rendah yang membentang ke
pantai selatan. Kedua jalur batuan selanjutnya ditandai dengan intrusi volkanis dan
ekstrusi Tertier. Jalur volkan Tertier ini bertemu di Pegunungan Muller dan
selanjutnya membentang ke arah timur laut melalui Batuayan (1652 m) ke
Kongkemal (2053 m) dan berakhir pada Pegunungan Datong yang rendah disebelah
barat Tarakan. Di dekat ujung utara massa kontinen Kalimantan Barat, jalur basalt
Kuarter terdapat di sekeliling Gunung Niut yang tua dan sepanjang ujung barat daya
terdapat beberapa volkan Kuarter yang telah padam, seperti Murai, Seluh, dan
Bawang Aso. Dari Kongkemal sebuah pegunungan yang kompleks bercabang ke
arah timur menuju Niapa (1275 m) dan dari tempat tersebut basement kompleks
merosot dengan teratur da bawah lapisan Tertier semenanjung Mangkaliat.
Massa tanah Sunda itu menyusup ke Kalimantan seperti sebuh baji besar
yang lebar dasarnya 600 km, sepanjang pantai barat daya antara Ujung Datuk dan
Ujung Sambar, membentang ke timur laut sampai pulau itu, serta berangsur angsur
menyempit. Bagian timur laut Pegunungan Schwaner mulai merosot di bawah
lapisan marin Tertier, tetapi kemudian dapat diikuti lebih jauh ke arah timur laut
sampai Kongkemal, kemudian meruncing keluar ke pegunungan Latong di
Kalimantan timur laut. Baji batuan Pre Tertier ini membentuk kerangka struktural
Kalimantan Sunda.
Di sebelah barat lautnya terdapat pegunungan besar setinggi 1000 -- 2000 m
yang cekung ke arah barat laut dan terdiri dari Pegunungan Kapuas Hulu dan Iran.
Rangkaian pegunungan ini tersusun dari batuan marin Pre Tertier dan Tertier
Bawah yang terlipat secara intensif serta menekan ke arah barat laut.rangkaian
tersebut dipisahkan oleh Lembah Rejang, dari sebuah punggungan (Igir Ularbulu)
11
yang tingginya berangsur -angsur berkurang dari 1000 m, yang juga cekung ke arah
barat laut. Pegunungan ini merupakan antiklinorium yang sebagian besar terdiri dari
lapisan Tertier, dipisahkan dari pantai Serawak dan Brunei oleh jalur agak sempit
dari tanah pegunungan rendah. Pegunungan Kapuas Hulu Iran dan Punggungan
Ularbulu merupakan rangkaian pegunungan Tertier yang termasuk kedalam Sistem
Pegunungan Sunda. Di sebelah tenggara dan timurkerangka struktural Kalimantan,
basement kompleks Pre tertier menghilang di bawah basin bagian selatan dan timur
dan di tempat itu terjadi pengendapan ribuan meter sidimen Tertier.
Basement kompleks itu muncul lagi ke arah pantai timur, merosot
membentuk palung di Selat Makasar dan muncul lagi sebagai Pulau Laut dan
Sebukku di luar sudut tenggara Kalimantan. Pada bagian tepi ini basin Tertier
Kalimantan tenggara dan timur berupa pegunungan membujur barat daya timur laut.
Pegunungan tersebut berawal di Meratus di bagian selatan, terdiri dari batuan Pre
tertier dan berhubungan dengan antiklinorium Samarinda. Dari antiklinorium
Samarinda, pada bagian yang terpotong oleh sungai anteseden Mahakam, sumbu itu
muncul lagi ke arah utara ke ambang melintang yang dibentuk oleh Sistem
Kongkemal Niapa Mangkaliat.
Rangkaian Pegunungan Meratus Samarinda merupakan hasil orogenesis
Tertier pada sisi tenggara kerangka struktural kalimantan. Orogenesis itu
membentuk bagian yang berlawanan dari rangkaian pegunungan Tertier Serawak
pada sisi barat lautnya.
2.2 Stratigrafi-Fisiografi dan pengembangan wilayah Kalimantan Tengah.
A. Stratigrafi dan Fisiografi Kalimantan Tengah
Menurut Buranda, pada umumnya Kalimantan memiliki pegunungan yang
sudah tidak atif lagi dikarenakan zona subduksi yang menghasilkan gunung-gunung
tersebut sudah padam (Buranda, 2015:39). Kalimantan tengah merupakan daerah
yang zone ketiga yang ada di pulau Kalimantan. Pada zona tengah atau zona ketiga
12
ini pada dasarnya merupakan kawasan geantiklin yang mana pada beberapa tempat
penyebarannya sudah tidak lagi menunjukkan aktivitas vulkanis aktif, semisal
sebagai contohnya adalah pegunungan iran. Menurut Herlambang, rangkaian
pegunungan iran merupakan pegunungan yang tersusun atas batuan marin pretersier dan tersier bawah yang mana mengalami proses terlipat secara intensif serta
tertekan mengarah ke barat laut (Herlambang, 2015:36). Pegunungan iran
merupakan pegunungan yang strukturnya terpisah oleh adanya lembah rejang dari
sebuah punggungan atau Igir Ularbulu yang mengalami penurunan ketinggian
hingga menjadi 1000m, dengan kondisi cekung kearah barat laut. Igir tersebut
merupakan anticlinorium yang terdiri dari lapisan tersier terpisahkan oleh pantai
Serawak dan Brunei oleh jalur sempit tanah pegunungan rendah. Pegunungan iran
merupakan rangkaian pegunungan tersier, pegunungan sunda.
Selain adanya kompleks pegunungan iran, di Kalimantan tengah juga
merupakan mengalirnya sungai besar, yaitu sungai Kapuas. Pada zona sungai
Kapuas, merupakan zona endapan yang notabene berumur cukup tua dan lebih
sering disebut dengan formasi danau. Mata air sungai Kapuas terletak di Cemaru,
yaitu berada pada bagain tengah Kalimantan. Sungai Kapuas merupakan sungai
yang mengalir ke barat, menuju palung yang bermuara dengan beberapa cabang ke
dalam laut. Menurut Verstappen, bagian hulu yang dekat dengan aliran sungai
Kapuas merupakan zona yang sebanding dengan di barat laut, yang mana
merupakan sinklinal Silat dan jalur lipatan di sekelilingnya , zona piedmont dan
beberapa bagian yang lebih tinggi , tempat batuan tersier muncul (Verstappen,
2013:10).
Menurut Verstappen, Satuan bentuk lahan yang banyak dijumpai di kawasan
Kalimantan tengah yaitu merupakan satuan bentuk lahan peneplain yang
melengkung dan memotong konfigurasi pulau Kalimantan baik yang rendah
maupun yang tinggi. Namun kebanyakan bentukannya merupakan peneplain tinggi
non-volcanic arcs (Verstappen, 2013:Geological Maps). Selain itu satuan bentuk
13
lahan berupa kompleks pegunungan tua yang sudah mati dan mengalami proses
patahan, pelipatan, dan bekas intrusi vulkanik.
B. Pengembangan Wilayah Kalimantan Tengah
Propinsi Kalimantan Tengah terletak ditengah-tengah pulau Kalimantan dan
dapat dijadikan sebagai titik poros penghubung atau interconnection antara propinsipropinsi lainnya di pulau Kalimantan, disamping itu letaknya juga dekat dan
berhadapan langsung dengan laut/ pulau Jawa.
Hal ini tentu berpotensi dan memberikan peran yang sangat penting untuk
suatu prospek kegiatan pembangunan dan pengembangan perekonomian Kawasan
Pulau Kalimantan dimasa yang akan datang, khususnya yang menyangkut rencana
realisasi kesepakatan para Gubernur se- Kalimantan untuk membangun jalan Trans
Kalimantan dan jalur jalan Kereta Api di Kalimantan .
Topografi Propinsi Kalimantan Tengah merupakan dataran rendah, dengan
ketinggian 0-150 meter dari permukaan laut. Wilayah Utara sebagian kecil
merupakan daerah perbukitan dimana terbentang pegunungan Muller-Schwanner
dengan puncak tertingginya mencapai 2.278 meter dari permukaan laut. Dengan
sebelas sungai besar dan tidak kurang dari 33 sungai kecil/anak sungai. Sungai Barito
merupakan salah satu sungai yang ada di Kalimantan Tengah dengan panjang
mencapai 900 km dengan rata-rata kedalaman 8m.
1. Sektor Perkebunan
Berdasarkan hasil penelitian tanah, agroklimat dan komoditas/budidaya,
Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah telah menetapkan Rencana Induk
Pembangunan Perkebunan dan lahan yang sesuai untuk pengembangan berbagai
komoditi perkebunan dicadangkan seluas 3.139.500 Ha (20,4 %) dari luas wilayah
Kalimantan Tengah.
Berdasarkan pengalaman disertai penelitian sesuai dengan kondisi tanah dan
iklim yang mendukung di Kalimantan Tengah ada 4 (empat) komoditi utama yang
telah dikembangkan dan mengarah kepada kegiatan Usaha Agribisnis oleh petani
14
pekebun maupun oleh perusahaan perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kelapa
dan lada.
Kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan utama yang dikelola oleh
perusahaan besar swasta/nasional/asing yang bergerak dibidang perkebunan,
sedangkan tanaman karet dan kelapa sebagai tanaman utama yang dikembangkan
pada perkebunan rakyat.
Tabel E-1 Luas areal dan produksi tanaman perkebunan sampai tahun 2008
adalah sebagai berikut :
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Komoditas
Karet
Kelapa
Kelapa Sawit
Kopi
Lada
Kakao
Cengkeh
Jambu Mete
Pinang
Aren
Kemiri
Kapuk Randu
Nilam
Mendong
Luas (Ha)
413.244
84.721
876.217
7.184
4.336
929
38
1.294
469
256
1.347
61
509
987
Produksi (Ton)
251.053
79.295
1.449.302
2.489
1.785
308
1
49
93
12
17
4
63
47
2. Sektor Industri
Pembangunan Pabrik Industri Hilir CPO
Salah satu persyaratan minimal untuk membangun 1 (satu) unit industri Hilir
CPO yang menghasilkan barang jadi (minyak goreng/makan, mentega /margarine dan
produk turunan lainnya) apabila telah tersedia kebun kelapa sawit yang sudah
menghasilkan TBS/berproduksi secara optimal seluas 150.000 - 200.000 Ha. Untuk
diketahui di Kalimantan Tengah kebun yang sudah menghasilkan sampai akhir tahun
2008 seluas 372.130,69 Ha dengan produksi 6.434.970,06 Ton TBS. Dengan
15
demikian sampai saat ini sudah saatnya untuk dapat dibangun Pabrik Industri Hilir
CPO. Sedangkan luas areal yang sudah tertanam sampai dengan tahun 2008 adalah
712.025,76 Ha.
Pada saat ini telah berdiri pabrik minyak goreng (PT. Sinar Alam Permai) yang
berada di Pangkalan Bun kabupaten Kotawaringin Barat yang menggunakan bahan
baku CPO. Namun demikian pabrik tersebut sampai saat ini masih belum beroperasi
secara optimal mengingat Perusahaan tersebut tidak memiliki kebun sawit di
Kalimantan Tengah.
Pengembangan Industri Karet
Potensi produksi karet di Kalimantan Tengah cukup besar yaitu 254.735,64 Ton
karet kering/tahun (2008). Sementara dari ketiga pabrik Crumb Rubber yang ada
belum mampu menampung hasil karet yang ada sehingga masih ada peluang investasi
untuk pembangunan Pabrik Crumb Rubber baru. Disamping itu untuk meningkatkan
nilai tambah dari produksi Crumb Rubber yang ada tersedia peluang investasi untuk
industri hilirnya seperti pembangunan Pabrik Ban kendaraan bermotor.
3. Sektor Peternakan
Tujuan Pembangunan Kehewanan di Kalimantan Tengah adalah untuk
meningkatkan populasi dan produksi ternak, meningkatkan pendapatan peternak,
memperluas kesempatan kerja, meningkatkan gizi masyarakat serta meningkatkan
pendapatan asli daerah. Sampai saat ini usaha peternakan/kehewanan di Kalimantan
Tengah sebagian besar merupakan peternakan rakyat yang bersifat tradisional,
dimana jumlah pemilikan ternak masih berskala kecil, permodalan terbatas,
keterampilan dan teknologi yang digunakan relatif rendah.
Potensi Ternak Sapi Potong
Kalimantan Tengah ditinjau dari luas wilayah dapat memberikan dukungan
yang memadai bagi pengembangan peternakan sapi potong. Sampai dengan saat ini
sumber daya peternakan masih belum dimanfaatkan secara optimal, demikian juga
masih terdapat faktor-faktor ekonomi yang belum dimanfaatkan. Jika keadaan ini
16
dapat diperbaiki, maka peternakan akan tetap mampu menjadi sektor yang tangguh
yang mampu menopang pengembangan ekonomi regional.
Potensi Pengembangan Peternakan Kambing
Kalimantan Tengah ditinjau dari luas wilayah dapat memberikan dukungan
yang memadai bagi pengembangan peternakan kambing. Dengan potensi lahan yang
sesuai untuk usaha peternakan kambing sekitar 1.215.106 hektar, dimana dapat
menampung sekitar 6.075.530 Satuan Ternak, maka terbuka peluang yang sangat
besar untuk pengembangan ternak kambing. Lokasi Pengembangan Peternakan
Kambing diarahkan kepada daerah yang mempunyai potensi untuk keberhasilan
usaha dan adanya peternak yang sudah berpengalaman dalam memelihara ternak
kambing.
Adapun lokasi tersebut adalah :
a. Kota Palangka Raya
b. Kabupaten Pulang Pisau
c. Kabupaten Kapuas
Lokasi Potensi Pengembangan Ternak di Kalimantan Tengah
Penggemukan Sapi Potong :
a. Pulang Pisau
b. Kapuas
c. Palangka Raya
d. Kotawaringin Barat
e. Kotawaringin Timur
f. Gunung Mas
g. Seruyan
2. Kemitraan Pengembangan Ayam Broiler/Layer :
a. Kapuas
b. Palangka Raya
c. Kotawaringin Timur
4. Sektor Pertambangan
17
Kondisi morfologi pegunungan di bagian Utara juga membentuk tipe aliran
sungai yang memiliki air terjun yang dapat dikembangkan.
Potensi Batubara Kalimantan Tengah:
1
2
3
4
Sumber daya Tereka
Sumber daya Terunjuk
Sumber daya Terukur
Cadangan Terbukti
1.050.749.643
774.660.937
407.801.954
40.000.000
Ton
Ton
Ton
Ton
Infrastruktur Daerah
Meski investasi di bidang pertambangan tidak menuntut infrastruktur yang
lengkap, tetapi di Kalimantan Tengah telah tersedia infrastruktur penunjang yang
cukup memadai seperti sarana dan prasarana transportasi baik darat, udara dan
laut/sungai. Ke 9 Sungai yang ada semuanya dapat dilayari oleh kapal berkapasitas
3000 – 7000 ton hingga jauh ke pedalaman. Juga tersedia 6 lapangan udara, 2
pelabuhan laut dan 6.700 Km jalan darat.
Potensi Sumber Daya Mineral
Disamping potensi sumberdaya logam mulia, batu mulia, logam dasar dan
mineral industri, Kalimantan Tengah adalah satu-satunya daerah di Indonesia yang
memiliki sumberdaya batubara metalurgi. Pada saat ini telah ditemukan potensi
batubara metalurgi (Coking Coal) sebanyak 100.000.000 ton sumberdaya tereka dan
6.500.000 ton cadangan terbukti. Di pasar internasional, batubara ini memiliki harga
antara $ 40 s/d $ 50 per ton.
Sektor Prasarana Wilayah (Jalan Darat)
Peran dan fungsi jalanlintas Kalimantan baik poros selatan, poros tengah
maupun poros utara sangat penting dan strategis bagi pengembangan dan kemajuan
wilayah kalimantan pada khususnya dan kawasan timur Indonesia ( KTI ) pada
umumnya ditinjau dari berbagai segi seperti politik, ekonom, sosial, budaya dan
hankamnas. Dengan akan berfungsinya jalan lintaskalimantan akan tercipta satu
kesatuan yang sangat luas dengan berbagai macam potensi sumberdaya alam yang
18
luar biasa. Dan apabila jalan lintas terbuka dan berfungsi dengan baik maka hal ini
akan dapat menjadi stimulan bagi pengembangan wilayah dibidang lainnya seperti
kehutanan perkebunan dan pertambangan, pariwisata, tranmigrasi,
aktifitas
perdagangan / jasa dan lain sebagainya.
Sektor Pehubungan dan Telekomunikasi
Kalimantan Tengah merupakan wilayah yang luas dengan penduduk tersebar
dengan kepadatan rendah dalam jangkauan permukiman yang amat variatif, baik
lokasi mau pun tipografinya. Untuk membangun Kalimantan Tengah menjadi daerah
tujuan nasional masyarakat Indonesia dalam rangka mengatasi persoalan-persoalan
ekonomi di wilayah lainnya di Indonesia, diperlukan pembangunan infrastruktur
ekonomi yang dipercepat. Potensi dan peluang investasi di sektor ini adalah :
Pembangunan/ peningkatan kualitas Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya.
Pembangunan Pelabuhan laut Pulang pisau dan pelabuhan laut Kumai.
2.3 Stratigrafi-Fisiografi dan pengembangan wilayah Kalimantan Timur.
A. Stratigrafi dan Fisiografi Kalimantan Timur
Kalimantan Timur merupakan zona keempat yang ada di kawasan pulau
Kalimantan. Kalimantan timur pada dasarnya merupakan kawasan yang terdiri atas
pegunungan anticlinal Samamuda dan dan geantiklinal Meratus. Pagunungan ini
merupakan pegunungan yang terlipat hebat, sehingga memanjang dari utara ke
selatan. Menurut Verstappen, perbukitan lipatan Meratus yang terbentang dari utara
ke selatan, saling terkait dengan pasangan di barat laut pulau Kalimantan, yang
notabene terletak di luar pulau Kalimantan (Verstappen, 2013:10). Pegunungan ini
juga merupakan hasil pembentukan pegunungan dataran sunda, yang telah
mengalami proses pemerataan yang cukup luas, sehingga menjadi daerah kratogen
Indonesia yang merefleksikan proses denudasi dan litologinya dibandingkan
tektoniknya, namun efek tektonisme tersier secara geomorfologis masih Nampak
jelas. Selain itu, kompleks pegunungan meratus memiliki antiklin yang tinggi.
19
Menurut herlambang, puncak tertinggio pegunungan meratus adalah gunung besar
(1892m), yang mana sistemnya memanjang sebagai kongkemal-niapa-mangkiliat,
serta bagian tenggaranya merupakan terisolir (Herlambang, 2015:34).
Selain kompleks Meratus, terdapat endapan di depresim Mahakam yang
mana membentuk delta yang cukup mengalami perkembangan. Sungai Mahakam
yang mana bermuara pada mata air Cemaru, memotong sumbu pre-tersier
Kalimantan. Sehingga kondisi tersebut menjadikan perkembangan sistem delta
Mahakam mengalami perkembangan yang cukup signifikan.
B. Pengembangan Wilayah Kalimantan Timur
Kondisi Umum
1. Keadaan Geografis
Letak geografis provinsi Kalimantan timur yaitu 02°27’20” Lintang Selatan 04°24’55” Lintang Utara dan 113°49’00 - 119°57’ Bujur Timur. panjang pantai
1.185 km yang terbentang dari selatan di kabupaten pasir sampai di utara di
kabupaten nunukan. Provinsi Kalimantan timur terdiri dari 14 kabupeten /kota dan
sejumlah 19 di antaranya memiliki wilayah perairan laut dengan letak geografis (darat
sampai kelaut).
Ibu kota provinsi Kalimantan timur adalah Samarinda yang terletak di tepi sungai
mahakam. Samarinda dapat dicapai lewat darat darat dan udara, meskipun harus
transit di kota Balikpapan yang merupakan tempat beradanya bandara internasional
sepinggan. Batas wilayah provinsi yang menjadi pintu gerbang utama pembangunan
Indonesia di bagian timur ini adalah :
Utara
: Negara bagian sabah (Malaysia Timur).
Timur
: Selat Makasar, laut Sulawesi dan selat Sulawesi.
Selatan : Kalimantan Selatan.
Barat
: Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Negara bagian Serawak
(Malaysia timur).
2. Iklim
20
Karakteristik iklim provinsi Kalimantan timur termasuk iklim tropika humida
dengan curah hujan berkisar antara 1500-4500 milimeter per tahun. Temperatur udara
rata-rata 26 derajat celcius dengan perbedaan temperatur Siang dan malam antara 5- 7
derajat celcius. Kelembaban udara relative tinggi dengan rata-rata berkisar antara
83,30-91,80 persen dengan kecepatan angin ratarata 2-5 knot per jam. Selanjutnya
curah hujan di Kalimantan timur pada tahun 2009 sangat beragam menurut bulan dan
letak stastiun pengamat. Catatan rata-rata curah hujan di Kalimantan timur berada
pada kisaran 116,50 – 232,50 mm per tahun. Kondisi ini menunjukan bahwa hujan di
Kalimantan timur masih cukup besar walau pun pada musim kemarau pernah
mencapai di atas 100 mm per bulan.
3. Topografi
Provinsi Kalimantan Timur memiliki luas wilayah sebesar 20.865.774 ha
meliputi wilayah daratan seluas 19.844.117 ha (95,1%) dab wilayah lautan sejauh 12
mil laut dari garis pantai terluar kearah laut seluas 1.021.657 ha (4,9%). Wilayah
kemiringan landai hingga curam, dengan ketinggian berkisar antar 0-1.000 meter dari
permukaan laut (dpl) dengan kemiringan 0-40%. Adapun wilayah provinsi
Kalimantan timur berdasarkan kelas lereng, meliputi : 1. Lahan datar, kemiringan 02% dengan luas wilayah mencapai 2.093677 ha 2. Lahan bergelombang, kemiringan
2-15% dengan luas wilayah mencapai 4.476.122 ha 3. Lahan curam, kemiringan 1540% dengan luas wilayah mencapai 4.476.122 ha 4. Lahan sangat curam, kemiringan
> 40% dengan luas wilayah mencapai 10.842.516 ha
4. Luas Wilayah
Luas wilayah Provinsi Kalimantan Timur meliputi luas wilayah daratan
47.349,90 km² dan luas wilayah perairan ± 200.000 km².
5. Pemerintahan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1981, maka di bentuk
kota administratif Bontang di wilayah Kabupaten Kutai dan berdasarkan Peraturan
21
Pemerintah Nomor 20 Tahun 1989, maka dibentuk pula Kota Madya Tarakan di
wilayah Kabupaten Bulungan. Dalam perkembangan lebih lanjut sesuai dengan
ketentuan di dalam Undang – Undang No.22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah,
maka di bentuk 2 kota dan 4 Kabupaten, yaitu :
1. Kabupaten Kutai Barat, beribukota di Sendawar
2. Kabupaten Kutai Timur,beribukota di Sangatta
3. Kabupaten Malinau, beribukota di Malinau
4. Kabupaten Nunukan, beribukota Nunukan
5. Kota Tarakan (peningkatan kota administratif tarakan menjadi kotamadya)
6. Kota Bontang (peningkatan kota administratif bontang menjadi kotamadya)
Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2002, maka Kabupaten
Pasir mengalami pemekaran dan pemekarannya bernama Kabupaten Panajam Paser
Utara. Pada tanggal 17 juli 2007, DPR RI sepakat menyetujui berdirinya Tana Tidung
sebagai Kabupaten baru di Kalimantan Timur, maka jumlah keseluruhan Kabupaten/
Kota di Kalimantan timur menjadi 14 wilayah. Pada tahun yang sama, nama
Kabupaten Pasir berubah menjadi Kabupaten Paser berdasarkan PP No.49 Tahun
2007.
6. Pendidikan
Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas serta berpendidikan tinggi
adalah upaya mempersiapkan SDM yang kompeten agar mampu bersaing dalam
pasar kerja global. Berdasarkan hasil SP2010, penduduk Provinsi Kalimantan Timur
usia 5 tahun ke atas yang tamat SM/sederajat sebesar 25,52 persen, tamat DI/DII/DIII
sebesar 2,31 persen, tamat DIV/S1 sebesar 3,78 persen dan tamat S2/S3 sebesar 0,28
persen.
7. Tenaga Kerja
22
Jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja di Provinsi Kalimantan
Timur sebesar 1.477.917 orang, di mana sejumlah 1.423.257 orang diantaranya
bekerja, sedangkan 54.660 orang merupakan pencari kerja. Dari hasil SP 2010,
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Kalimantan Timur sebesar
60,24 persen, di mana TPAK laki-laki lebih tinggi daripada TPAK perempuan, yaitu
masing-masing sebesar 83,05 persen dan 34,55 persen. Sementara itu, bila
dibandingkan menurut perbedaan wilayah, TPAK di perkotaan lebih rendah daripada
perdesaan, masing-masing sebesar 58,36 persen dan 63,42 persen. Tiga
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur dengan TPAK tertinggi berturut-turut
adalah Kabupaten Malinau (67,97), Kabupaten Kutai Barat (67,46), dan Kabupaten
Penajam Paser Utara (63,70).
8. Penduduk
Jumlah penduduk Kalimantan timur pada Tahun 2010 mencapai angka
3.550.586 jiwa, perkembangan jumlah penduduk Kalimantan timur hingga tahun
2010 menunjukan pertumbuhan yang masih di kategorikan tinggi yaitu 3,81 persen
dan masih lebih tinggi di bandingkan angka rata-rata nasional. Kondisi ini tidak
terlepas pertumbuhan dari penduduk migrasi yang masuk ke daerah ini sebagai
konsekwensi dari era otonomi dimana daerah yang masih menjanjikan peluang kerja
dan pendapatan akan menjadi tujuan migran. Hal ini ditunjukkan dari jumlah migrasi
dan tujuan dari pendatang tersebut yang sebagian besar karena pekerjaan/mencari
pekerjaan yaitu sebesar 46,7 persen (sumber; Survei penduduk antara sensus/SUPAS
2005).
Provinsi Kalimantan Timur dapat dikatakan berpenduduk jarang karena
apabila dilihat dari tingkat kepadatannya yang hanya 15,94 jiwa/km2 yang
menempatkanya pada posisi ke-2 setelah provinsi papua. Selain itu tingkat
penyebaran penduduk yang timpang atau tidak merata, dimana penduduknya lebih
terkonsentrasi di daerah kota yang mencapai 55,85 persen dengan hanya menempati
luas wilayah 1.694,13 km2 dari total luas wilayah 198,441,17 km2 atau sebesar
23
0,85%. Sementara itu sembilan kabupaten terbebani jumlah penduduk hanya sebesar
44,42 persen dengan menempati luas wilayah 99,15 persen.
9. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB Provinsi Kalimantan Timur tahun 2011 berdasarkan Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 mengalami peningkatan. Secara
rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
10. Budaya dan nilai
Masyarakat Kalimantan Timur utamanya suku asli, dalam upacara-upacara
adat selalu menghubungkan antara seni tari, seni musik, dan seni rupa dikaitkan
dengan kepercayaan mereka. Seni tari di Kalimantan Timur antara lain meliputi seni
tari melayu, seni tari Dayak dan di Banjar yang terkenal dengan tari japin yang
merupakan tarian tradisionil dari suku melayu. Senjata tradisional Kalimanatan Timur
pada umumnya sama dengan senjata tradisional daerah Kalimantan lainnya yaitu
senjata Mandau yang merupakan senjata tradisional suku Dayak. Bahasa-bahasa
24
daerah di Kalimantan timur merupakan bahasa Austronesia dari rumpun MalayoPolynesia, diantaranya adalah bahasa tidung, bahasa banjar, bahasa berau dan bahasa
kutai. Bahasa lainya adalah bahasa Lundayeh.
Potensi Wilayah
1. Luas Kawasan Hutan
Luas Kawasan hutan di Provinsi Kalimantan Timur sesuai SK Menhut No. 79/
KptsII/2001 tanggal 15 Maret 2001 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan
Provinsi Kalimantan Timur adalah seluas 14.651.553 ha, sedangkan luas daratan
kawasan hutannya mencapai 14.651.053 ha. Kawasan hutan tersebut meliputi :
1. Hutan Konservasi seluas 2.165.198 ha
2. Hutan Lindung seluas 2.751.702 ha
3. Hutan Produksi Terbatas seluas 4.612.965 ha
4. Hutan Produksi Tetap seluas 5.121.688 ha
25
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa 34.96% kawasan hutan (daratan) yang
ada di Provinsi Maluku merupakan Hutan produksi tetap, 31.48% produksi terbatas,
18.78% hutan lindung, 14.78% hutan konservasi.
2. Luas Penutupan Lahan
Kondisi penutupan lahan di Provinsi Kalimantan Timur berdasarkan hasil
penafsiran Citra Landsat 7 ETM+ Tahun 2009/2010 adalah sebagai berikut :
3. Penggunaan dan Tukar Menukar Kawasan Hutan
Kegiatan Pinjam Pakai Kawasan Hutan telah diatur dengan Peraturan Menteri
Khutanan No. 43/Menhut-II/2008, tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan.
Penggunaan Kawasan Hutan melalui Izin Pinjam Pakai sampai saat ini mencapai
luasan 115.779,06 Ha (0,79 %) dari total luas kawasan hutan di Provinsi Kalimantan
Timur yang lebih banyak digunakan untuk kegiatan Pertambangan, sedangkan
sebagian kecil untuk pembangunan repeater Telekomunikasi, fasilitas PLN, jalan,
dan rumah sakit.
4. Potensi Kayu di Hutan Negara
26
Rata-rata potensi tegakan kayu untuk semua jenis di Kalimantan Timur
berdasarkan hasil Re-Enumerasi PSP tahun 1996-2009 yaitu jumlah pohon dengan
diameter >20cm sebanyak 74 pohon/ha dengan volume 103.37 m3/ha, diameter
>50cm sebanyak 16 pohon/ha dengan volume 64.92 m3/ha dan diamater >60cm
sebanyak 10 pohon/ha volumenya mencapai 51.5 m3/ha.
5. Potensi Non Kayu
Saat ini pemanfaatan hasil hutan bukan kayu masih bertumpu pada
pemungutan dan belum berbasis pada budidaya sehingga kelestarian dari hasil hutan
bukan kayu belum terjamin ketersediaanya. Kedepan
pembangunan kehutanan
diharapkan tidak lagi hanya berorientasi pada hasil hutan kayu tetapi sudah
selayaknya mengali potensi hasil hutan bukan kayu dan hendaknya didukung dengan
kebijakan yang sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku dan
untuk pengembangan hasil hutan bukan kayu agar lebih selektif maka kebijakan dan
strategi pengembangan di daerah di arahkan dan dilakukan secara selektif terhadap
jenis tertentu yang nantinya dapat di tetapkan melalui penetapan jenis unggulan.
6. Produksi Kayu
Produksi kayu bulat di Provinsi Kalimantan Timur berasal dari Izin Usaha
Pemanfaatan Kayu (IUPHHK) Hutan Alam, Izin Usaha Pemanfaatan Kayu
(IUPHHK) Hutan Tanaman, Izin lainnya yang sah (IPK/ILS), dan Hutan Rakyat.
Total produksi kayu bulat pada tahun 2011 mencapai 3.276.331,84 m3. Produksi
kayu bulat terbanyak berasal dari IUPHHK-HT yaitu sebanyak 2.102.616,50 m3,
kemudian dari IUPHHK-HA sebanyak 926.605,27 m3. Sedangkan kayu yang berasal
dari Izin lainnya yang sah sebanyak 180.374,83 m3, dan kayu yang berasal dari huta
rakyat yaitu 66.735 m3.
7. Flora dan fauna
27
Kalimantan memiliki keanekaragaman jenis satwa yang tergolong tinggi.
Setidaknya terdapat 222 spesies mamalia, (44 spesies endemik), 13 spesies primata
yang semuanya endemik, 10 spesies, 420 spesies burung (37 spesies endemik), 166
spesies endemik ular, lebih dari 100 spesies amphibi, 394 spesies ikan (149 spesies
diantaranya endemik). Tipe hutan Kalimantan sangat beragam, diantaranya hutan
bakau, hutan rawa gambut dan hutan air tawar, hutan kerangas, hutan
Dipterocarpaceae dataran rendah, hutan kayu besi (ulin), hutan pada batu kapur dan
tanah ultra basa, hutan bukit Dipterocarpaceae dan beberapa formasi hutan
pegunungan, kalimantan memiliki lebih dari 3.000 pohon, termasuk 267 jenis
Dipterocapaceae, lebih dari 2.000 jenis anggrek dan lebih dari 1.000 jenis pakis, lebih
dari 146 rotan, dan pusat distribusi karnivora kantung semar (Nepenthes sp.).
Sebagaimana halnya terjadi di belahan dunia lain, keanekaragaman hayati di
provinsi Kalimantan timur dalam status terancam karena terjadinya kerusakan habitat
tempat flora dan fauna itu hidup. Kerusakan itu umumnya terjadi di daerah pantai dan
tempat-tempat dan mudah di akses oleh masyarakat. Padahal, melindungi
keanekaragaman hayati adalah melindungi kehidupan manusia karena manusia
bergantung kepada keanekaragaman hayati yang digunakan sebagai makanan, obat,
devisa Negara dan lainya. Salah satu upaya konservasi yang dilakukan di Kalimantan
timur adalah perlindungan sistem penyangga kehidupan melalaui pengelolaan
kawasan konservasi. Di Kalimantan timur, terdapat sembilan kawasan konservasi
yaitu cagar alam (CA) Teluk Adang, CA Teluk Apar, CA Muara Kaman Sedulang,
CA Padang Luway, Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Sangalaki dan Suaka
Margasatwa (SM) Pulau Semama, Taman Nasional (TN) Kutai, TN Kayan
Mentarang dan Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto.
Meskipun saat ini kawasan konservasi dan kawasan hutan lindung diakui
tidak seluruhnya dalam kondisi baik, namun kawasan tersebut merupakan gerbang
terakhir dalam upaya mempertahankan fungsi dan mamfaat sumber daya hutan
setelah
hutan
produksi
terdegradasi.
Mengkonsentrasikan
upaya
pengamanan/perlindungan lingkungan di sekitar kawasan konservasi dan hutan
28
lindung diharapkan menjadi penyangga yang efektif, mengingat saat ini tekanan
perusakan terhadap keduanya juga dipertimbangkan semakin besar (Wijaya et. al.
2008).
Flora, Vegetasi mangrove di SM pulau semama didominasi oleh avicennia sp,.
Sonneratia sp. dan rhizophora sp. vegetasi ini umumnya tumbuh pada daerah pasang
surut yang cukup mendapat aliran air. Fauna yang dapat dijumpai di SM pulau
semama diantaranya ikan karang, udang, ketam kelapa, teripang, berbagai jenis
karang (acropora sap. dan montipora sap.), kima raksasa (tridacna gigas), penyu
hijau (chelonian mydas) dan penyu sisik (eretmochelys imbricata).
8. Perdagangan karbon
Hutan Kalimantan Timur tidak hanya berperan ekologis sebagai penyeimbang
iklim global antara lain melalui fungsi pengurangan emisi namun sekaligus juga
memberikan peluang ekonomi dalam konteks perdagangan karbon baik melalui
skema sukarela (voluntary), maupun wajib (mandatory). REDD+ (Reducing
Emisions from Deforestation Forest Degradation Plus) merupakan suatu mekanisme
global yang bertujuan untuk memperlambat perubahan iklim dengan memberikan
kompensasi kepada Negara berkembang untuk melindungi hutannya. Perkembangan
Kegiatan REDD+ s/d Tahun 2010 telah menyentuh Wilayah Prov. Kaltim yaitu
Kabupaten Berau, Kutai Barat, Kutai Timur dan Malinau.
9. Jasa Lingkungan Air
Selain karbon, hutan juga menyediakan jasa lingkungan berupa air untuk
memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia dan mahkluk hidup lainnya. Sebagai
contoh di Prov. Kalimantan Timur adalah Taman Nasional Kutai, yaitu daerah aliran
sungai Sangata, Santan, Menamang dan daerah tangkapan air pantai (coastal).
10. Wisata Alam
29
Cagar Alam Teluk Adang
Kawasan teluk adang yang berada di kabupaten paser ditunjuk sebagai cagar
alam berdasarkan SK Gubernur Kalimantan timur No. 46/1982 tanggal 1 Maret 1982
dengan luas 53.800 Ha. CA teluk adang mempunyai tipe ekosistem hutan mangrove,
hutan rawa air tawar, hutan kerangas dan hutan dataran rendah jenis mangrove yang
dominan di CA teluk adang adalah Rhizophora mucronata lmk yang tumbuh di
bagian paling depan pantsi. Ciri khas tumbuhan ini berupa akar tunjang yang besar
dan buah yang sangat panjang. Jenis ini juga digunakan masyarakat untuk
merehabilitas daerah pantai yang mengalami abrasi. Kemamapuan regenerasi R.
mucronata sangat tinggi, hal ini dapat dilihat di arealbe kas tambak yang di tumbuhi
jenis tersebut. Selain berbagai jenis mangrove, di kawasan ini juga terdapat flora
hutan tropis lain seperti jenis-jenis dipterokarpa dan pohon penghasil kayu lainya.
Cagar Alam Teluk Apar
Cagar alam teluk apar di tetapkan berdasarkan surat keputusan mentri
kehutanan nomor. 86/Kpts-II/1993 dengan luas 46.900 Ha. Tujuan penetapan
kawasan ini adalah untuk melindungi keadaan alam yang khas yang merupakan
tempattumbuh dan berkembangnya aneka flora dan fauna. CA teluk apar telah ditata
batas tahun 1991 dengan panjang batas + 62,3 km. Kawasan ini masuk dalam wilayah
administrasi Kec. Batu Engau (desa riwang dan desa segendang) dan Kec. Tanjung
Harapan (desa pasir baru, desa lori, desa labungkallo, desa selengot dan desa tanjung
aru). Kawasan Cagar Alam Teluk Apar luasnya mencapai 46.900 ha dan telah
dilakukan tata batas sepanjang 62.300 km.
Cagar Alam Muara Kaman Sedulang
Kawasan Muara Kaman sedulang ditetapkan sebagai cagar alam melalui SK.
Menhut nomor: 598/Kpts-11/1995 tanggal 2 November 1995 dengan luas
keseluruhan 62. 500 ha. Kawasan ini telah di tata batas pada tahun 1991 dengan total
panjang batas +259,24 km, kemudian batas kawasan ini direkonstruksi pada tahun
2005 dan di reposisi pada tahun 2008. Ekosistem kawasan ini didomonasi tipe
30
ekosistem rawa sehingga memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Hampir 85%
penduduk sekitar kawasan CA Muara Kaman Sedulang bermatapencaharian sebagai
nelayan dan sangat tergantung pada kelestarian cagar alam ini. Secara administrasi,
CA Muara Kaman Sedulang terletak di dua kabupaten yaitu di Kab. Kutai
kartanegara (Kec. Muara Kaman) dan Kab. Kutai timur (Kec. Muara Bengkel dan
Kec. Muara Ancalong).
Cagar Alam Padang Luway
Cagar Alam Padang Luway oleh sebagian orang di kenal sebagai kersik
luway. Dalam bahasa dayak tanjung kersik bararti “pasir” dan luway bararti “sunyi”.
CA Padang luway merupakan komplek hutan yang terdiri dari lima kersik yaitu
kersik luway, kersik kerbangan, kersik lepok, kersik meraduk dan kersik serai
(BKSDA V Banjar Berau, 1982).
Kawasan ini di tetapkan sebagai cagar alam bardasarkan surat keputusan
menteri pertanian nomor 110/Um/1957 tanggal 14 Juni 1957 dengan luas 1.000 ha.
Kemudian cagar alam ini di perluas menjadi 5.000 ha berdasarkan SK menteri
pertanian nomor 792/Kpts/Um/10/1982 tanggal 29 Oktober 1982 sebagai kelanjutan
dari SK. Gubernur Kalimantan timur nomor 85/T.HKehut/1967 tanggal 15 Juni 1967.
kawasan ini telah batas pada tahun 1985 dengan total panjang batas +33,4 km.
Berdasarkan eksplorasi flora nusantara yang dilakukan oleh LIPI (1999) di kawasan
ini ditemukan 57 jenis anggrek. Dari seluruh jenis anggrek tersebut, yang dominana
adalah anggrek hitam (Ceologyne Pandurata Lindl.), anggrek merpati (Dendrodium
Cruminatum Sw.), seraga tongau laki (Coelogyne Foerstermanii), anggrek merpati
tanah (Bromheadia Finlaysoniana) dan anggrek tebu (Gramathopyllum Apesiosum).
Spesies fauna dilindungi yang terdapat di CA Padang Luway antara lain adalah owaowa (Hylobates Muelleri), rusa sambar (Cervus Unicolor), kijang (Muntiacus
Muntjak), kancil (Tragulus Javanicus) dan burung lenggang (Buceros sap.). Daerah
penyebaran fauna di CA Padang Luway umumnya di sepanjang aliran Sungai Nabah,
Sungai Pesing dan Sungai Luway.
31
Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Sangalaki
Taman wisata alam (TWA) pulau sangalaki merupakan kawasan konservasi
yang peruntukkan sebagai kawasan wisata alam, walaupun demikian secara ekologi
pulau ini memiliki fungsi penting sebagi pelestarian biota laut terutama habitat
peneluran penyu hijau (Chelonian mydas) dan penyu sisik (Eritmochelysimbricata).
Secara adminitrasi TWA pulau sangalaki terletak di kecamatan pulau derawan
kabupaten berau. Secara astronomi kawasan ini terletak pada 02 1’ 11” LU dan 115
45’ 14” BT. Pulau sangalaki ditunjuk sebagai taman wisata alam
8GEOMORFOLOGI DAN PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Geomorfologi Indonesia
Yang dibina oleh Drs. Sudarno Herlambang, M.Si
Oleh
Arizky Putra Perdana Zulmi
Dyan Permana Putra
Faza Difa Setiyanti Fuadi
Muhammad Ra’ad Assidiqy
Teddy Heryanto Saputro
Yusuf Yudhistira
130721616011
130721611771
130721611762
130721616013
130721616008
130721611773
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
Maret 2015
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat limpahan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Makalah yang berjudul
“GEOMORFOLOGI DAN PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN”
dengan baik tanpa suatu halangan yang berarti. Tulisan ini disusun untuk memenuhi
Tugas Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia.
Selesainya penulisan makalah ini adalah berkat dukungan dari semua pihak,
untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Drs. Sudarno Herlambang, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah
Geomorfologi Indonesia yang membimbing dan memberikan arahan kepada penulis.
2. Orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dan doanya.
3. Segenap pihak yang telah ikut andil dalam proses penyelesaian penelitian ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Dengan sepenuh hati penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak
memiliki kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan. Semoga tulisan ini dapat memberi manfaat dan sumbangan ilmiah
yang sebesar-besarnya bagi penulis dan pembaca.
Malang, Februari 2015
Penulis
3
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
1. PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Tujuan............................................................................................................6
2. PEMBAHASAN..................................................................................................6
2.1 Kondisi Umum Kalimantan...........................................................................6
2.2 Stratigrafi-Fisiografis dan Pengembangan Wilayah Kalimantan Tengah.....11
2.3 Stratigrafi-Fisiografis dan Pengembangan Wilayah Kalimantan Timur.......18
2.4 Stratigrafi-Fisiografis dan Pengembangan Wilayah Kalimantan Selatan......32
2.5 Stratigrafi-Fisiografis dan Pengembangan Wilayah Kalimantan Barat.........47
3. PENUTUP............................................................................................................61
3.1 Simpulan........................................................................................................61
3.2 Saran..............................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................63
4
GEOMORFOLOGI DAN PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kalimantan adalah nama bagian wilayah Indonesia di Pulau Borneo
Besar; yaitu pulau terbesar ketiga di dunia setelah Greenland dan Seluruh Pulau
Irian. Kalimantan meliputi 73 % massa daratan Borneo. Terdapat empat propinsi di
Kalimantan, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Timur, luas seluruhnya mencapai 549.032 km2. Luasan ini merupakan
28 % seluruh daratan Indonesia.
Kalimantan Timur saja
merupakan 10% dari
wilayah Indonesia. Bagian utara Pulau Borneo meliputi negara bagian Malaysia
yaitu Serawak dan Sabah, dan Kesultanan Brunei Darusallam. Batasan wilayah
secara politik yang ada sekarang ini mencerminkan kepentingan penjajah masa
lampau.
Secara geografis pulau Kalimantan (Indonesia), terletak diantara 40 24` LU 40 10` LS dan anatara 1080 30` BT - 1190 00` BT dengan luas wilayah sekitar
535.834 km2. Berbatasan langsung dengan negara Malaysia (Sabah dan Serawak) di
sebelah utara yang panjang perbatasannya mencapai 3000 km mulai dari proinsi
Kalimantan Barat sampai dengan Kalimantan Timur.
Pulau Kalimantan sebagaian besar merupakan daerah pegunungan /
perbukitan (39,69 %), daratan (35,08 %), dan sisanya dataran pantai/ pasang surut
(11,73 %) dataran aluvial (12,47 %), dan lain lain (0,93 %).
Pada umumnya
topografi bagian tengah dan utara (wilayah republik Indonesia/RI) adalah daerah
pegunungan tinggi dengan kelerengan yang terjal dan merupakan kawasan hutan dan
hutan lindung yang harus dipertahankan agar dapat berperan sebagai fungsi cadangan
air dimasa yang akan datang.
Pegunungan utama sebagai kesatuan ekologis tersebut adalah Pegunungan
Muller, Schwaner, Pegunungan Iban dan Kapuas Hulu serta dibagian selatan
Pegunungan Meratus. Para Ahli agronomi sepakat bahwa tanah-tanah di Kalimantan
5
adalah tanah yang sangat miskin, sangat rentan dan sangat sukar dikembangkan untuk
pertanian. Lahan daratan memerlukan konservasi yang sangat luas karena terdiri dari
lahan rawa gambut, lahan bertanah asam, berpasir, dan lahan yang memiliki
kelerengan curam. Kalimantan dapat dikembangkan, tetapi hanya dalam batas-batas
ekologis yang agak ketat dan dengan kewaspadaan tinggi.
Sejumlah sungai besar merupakan urat nadi transportasi utama yang
menjalarkan kegiatan perdagangan hasil sumber daya alam dan olahan antar wilayah
dan eksport-import. Sungai-sungai di Kalimantan ini cukup panjang dan yang
terpanjang adalah sungai Kapuas (1.143 km) di Kalbar dan dapat menjelajah 65 %
wilayah Kalimantan Barat.
Potensi pertambangan banyak terdapat di pegunungan dan perbukitan di
bagaian tengah dan hulu sungai. Deposit pertambangan yang cukup potensial adalah
emas, mangan, bauksit, pasir kwarsa, fosfat, mika dan batubara. Tambang minyak
dan gas alam cair terdapat di dataran rendah, pantai, dan lepas pantai. Kegiatan
perkebunan pada umumnya berada pada wilayah di perbukitan dataran rendah.
Perkebunan yang potensi dan berkembang adalah : sawit, kelapa, karet, tebu dan
perkebunan tanaman pangan. Usaha perkebunan ini sudah mulai berkembang banyak
dan banyak investor mulai datang dari negara jiran, karena keterbatasan lahan di
negara jiran tersebut. Untuk terus dikembangkan secara ekonomis dengan
memanfaatkan lahan yang sesuai. Namun sekarang ini pengembangan perkebunan
juga mengancam kawasan perbukitan dataran tinggi, namun diduga areal yang
sebenarnya kurang cocok untuk perkebunan hanya sebagai dalih untuk melakukan
eksploitasi kayu.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimanakah gambaran umum mengenai Kalimantan?
1.2.2 Bagaimanakah stratigrafi-fisiografi dan pengembangan wilayah
Kalimantan Tengah?
6
1.2.3 Bagaimanakah stratigrafi-fisiografi dan pengembangan wilayah
Kalimantan Timur?
1.2.4 Bagaimanakah stratigrafi-fisiografi dan pengembangan wilayah
Kalimantan Selatan?
1.2.5 Bagaimanakah stratigrafi-fisiografi dan pengembangan wilayah
Kalimantan Barat?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk mendeskripsikan gambaran umum mengenai Kalimantan.
1.3.2 Untuk mendeskripsikan stratigrafi-fisiografi dan pengembangan
wilayah Kalimantan Tengah.
1.3.3 Untuk mendeskripsikan stratigrafi-fisiografi dan pengembangan
wilayah Kalimantan Timur.
1.3.4 Untuk mendeskripsikan stratigrafi-fisiografi dan pengembangan
wilayah Kalimantan Selatan.
1.3.5 Untuk mendeskripsikan stratigrafi-fisiografi dan pengembangan
wilayah Kalimantan Barat.
2. Pembahasan
2.1 Gambaran umum mengenai Kalimantan.
Indonesia bagian barat seperti Kalimantan, Sumatera dan Jawa Barat serta
Jawa Tengah tersusun oleh kerak benua, demikian pula dasar lautan di antara pulaupulau ini yang dangkal. Di bawah kerak bumi adalah zona yang batuannya lebih
panas dan bersifat lebih plastis. Lempeng benua dan lempeng samudera mengapung
di atas bahan cair di bawahnya. Di Kalimantan terdapat empat unit geologi utama,
yaitu batuan yang dihubungkan dengan pinggir lempeng, batuan dasar, batuan muda
7
yang mengeras dan tidak mengeras, dan batuan aluvial serta endapan muda yang
dangkal.
Kompleks batuan dasar di Kalimantan di bagian barat dan bagian tengah
Kalimantan (termasuk pegunungan Schwaner) mewakili singkapan dasar benua
terbesar di Indonesia. Batuan dasar adalah batuan di dasar lapisan stratigrafi yang
umumnya lebih tua dari batuan di atasnya. Batuan ini biasanya mengalami
metamorfosis bela terkena panas. Hasil metamorfosis batuan ini yang khas adalah
batu pualam yang berasal dari batu kapur; bati sekis hijau yang berasal dari batuan
vulkanik, batu gneis yang berasal dari batu pasir atau granit. Daerah batuan
metamorfosis atau batuan dasar adalah jenis kerak benua yang sering dipengaruhi
oleh batuan intrusi muda. Kompleks batuan dasar Kalimantan terdiri dari atas sekis
dan gneis yang tercampur dengan granit dari Era Palaezoikum dan Periode Terseir
membentuk daerah kristal yang sangat luas.
Batuan yang berasosiasi dengan pinggir lempeng Kalimantan mencakup
opiolit (kerak samudera) dan melange. Potongan lantai samudera (kerak samudera)
terdapat beberapa tempat didaratan Kalimantan. Potongan-potongan ini dicirikan
oleh susunan batuan beku yang padat gelap tipe basa dan ultra basa dengan
komponen granit. Endapan batu kersik samudera dan karbonat mungkin juga
terdapat deretan batuan ini disebut opiolit. Sebagian pengganti jalur penunjaman,
opiolit-opiolit ini terbentuk oleh tubrukan lempeng ketika kerak samudera
terperangkap oleh gerakan tektonik lempeng dan tertekan ke pinggir lempeng yang
berdekatan dan di sini opiolit-opiolit ini tetap terlindungi. Proses pencuatan ini
sering disertai oleh rubuh dan retaknya batuan. Kompleks opiolit di Pulau Laut dan
Pegunungan Meratus terbentuk dengan cara ini.
Batuan melange adalah batuan campuran potongan-potongan batu dari
berbagai jenis dan ukuran yang berbeda dalam matrik berliat yang terpotong, yang
menunjukkan adanya tekanan yang sangat kuat. Potongan-potongan ini ukurannya
dapat sangat kecil (cm) dan dapat juga berukuran besar (ratusan meter atau lebih.
Malange sering dikaitkan dengan proses pembentukan jalur penunjaman. Melange
8
merupakan perpaduan antara bahan-bahan yang terkikis dari lempeng samudera
yang bergerak turun dengan endapan yang berasal dari massa daratan atau lengkung
vulkanik di dekatnya. Seluruh massa ini tergesek dan terpotong karena desakan ke
bawah dari lempeng yang bergerak turun. Batuan yang terbentuk dengan cara ini
berasosiasi dengan desakan keatas lempeng opiolit yang besar di Pegunungan
Meratus.
Daerah melange yang luas di bagian tengah Kalimantan, yaitu yang
terbentang di perbatasan antara Kalimantan dan Malaysia, masih belum diketahui
dengan baik. Daerah melange ini merupakan zona batuan hancur, sering
mengandung potongan-potongan opiolit, tetapi luas dan umur geologinya (akhir
mesozoikum sampai periode tersier yang lebih tua) sulit untuk dijelaskan dalam
peristilahan lempeng tektonik sederhana (williams dkk, 1989)
Sebagian besar Kalimantan terdiri dari batuan yang keras dan agak keras,
termasuk batuan kuarter di semenanjung Sangkulirang dan jajaran pegunungan
meratus, batuan vulkanik dan endapan tersier. Kalimantan tidak memiliki gunung
api yang aktif seperti yang terdapat di Sumatera dan Jawa, tetapi memiliki daerah
batuan vulkanik tua yang kokoh di bagian barat daya dan bagian timur Kalimantan.
Hal-hal tersebut merupakan peninggalan sejarah geologis Indonesia yang mencakup
berbagai masa kegiatan vulkanik dari 300 juta tahun yang lalu sampai sekarang.
Batuan vulkanik terbentuk sebagai hasil magma dari perut bumi yang mencapai
permukaan. Ketika magma menjadi dingin dan membeku, dibawah permukaan
bumi terbentuk sebagai hasil magma dari perut bumi yang mencapai permukaan.
Ketika magma menjadi dingin dan membeku, dibawah permukaan bumi terbentuk
batuan intrusi seperti granodiorit. Ditempat batuan vulkanik tua Kalimantan yang
telah terkikis, intrusi yang mengandung cadangan emas, semula di bawah gunung
api merupakan bagian penting dari proses utama pembentukan mineral seperti
emas.
Suatu kawasan yang luas di bagian tengah, timur dan selatan Kalimantan
tersusun dari batuan endapan seperti batu pasir dan batu sabak. Selain formasi yang
9
lebih tua di Kalimantan Barat, kebanyakan formasi sedimen relatif muda dan
mencakup batu bara dan batuan yang mengandung minyak bumi. Bagian selatan
Kalimantan terutama tersusun dari pasir keras yang renggang dan teras kerikil yang
sering dilapisi oleh timbunan gambut muda yang dangkal dan kipas aluvial yang
tertimbun karena luapan sungai
Setidaknya di Kalimantan terdapat 205 formasi batuan. Formasi batuan di
Kalimantan, terdapat banyak patahan di Kalimantan Timur dan Barat, sedikit di
Kalimantan Selatan dan sangat sedikit di Kalimantan Barat. Sebaran patahan yang
paling sedikit berada di bagian selatan sampai barat dari Pulau Kalimantan.
Kalimantan Utara membentuk sebagian arah pokok Kepulauan Filipina.
Rangkaian pulau Palawan berakhir pada Pegunungan Kinibalu dan rangakaian
Pulau Sulu berakhir di daerah Teluk Darvel. Pegunungan Kinibalu yang membujur
arah timur laut barat daya terdiri dari lapisan Pra-tertier yang terlipat tinggi dan
lapisan Tertier tang terlipat lebih rendah, yang terganggu oleh granodiorit dari
massa batuan massif Kinibalu. Pegunungan di sebelah utara Teluk Darvel yang
membujur arah timur barat juga tersusun dari batuan Pre tertier dan Tertier bawah.
Lapisan Tertier yang lebih muda yang kurang terlipat terdapat pada sisi rangkaian
ini serta pada basin di antaranya yang meluas ke arah barat palung Sulu.
Kalimantan Utara yang komplek ini mempunyai hubungan geologis dengan
Kepulauan Filipina, yang dipisahkan oleh massa Neogen yang membentang
melintasi pulau itu dari Basin Sulawesi di bagian timur sampai teluk Labuhan di
pantai barat laut.
Bagian yang bersifat Sunda di Kalimantan terdiri atas teras kontinen
berbentuk segitiga (baji) di Kalimantan barat daya yang dibatasi oleh Basin Tertier
bagian selatan dan timur Kalimantan pada sisi lain. Hanya bagian barat Kalimantan
berupa segitiga yang dibentuk oleh Pegunungan Muller Ujung Datuk Ujung Sambar
yang sebenarnya merupakan massa kontinen. Bagian itu pada sisi timurnya terdiri
atas Basin Melawi dengan fasies air payau Tertier Bawah. Menurut Fen
10
(1933),hanya Kalimantan barat daya yang boleh disebut daratan tua (Alte
Rumpfebene).
Teras kontinen ini membentuk bagian massa daratan Sunda tua. Batas
utaranya dibentuk oleh kelompok pegunungan yang membentang dari Ujung Datuk
melalui gunung Niut dan Plato Madi ke arah Pegunungan Muller. Tepi selatan
dibentuk oleh Pegunungan Schwaner dan pegunungan rendah yang membentang ke
pantai selatan. Kedua jalur batuan selanjutnya ditandai dengan intrusi volkanis dan
ekstrusi Tertier. Jalur volkan Tertier ini bertemu di Pegunungan Muller dan
selanjutnya membentang ke arah timur laut melalui Batuayan (1652 m) ke
Kongkemal (2053 m) dan berakhir pada Pegunungan Datong yang rendah disebelah
barat Tarakan. Di dekat ujung utara massa kontinen Kalimantan Barat, jalur basalt
Kuarter terdapat di sekeliling Gunung Niut yang tua dan sepanjang ujung barat daya
terdapat beberapa volkan Kuarter yang telah padam, seperti Murai, Seluh, dan
Bawang Aso. Dari Kongkemal sebuah pegunungan yang kompleks bercabang ke
arah timur menuju Niapa (1275 m) dan dari tempat tersebut basement kompleks
merosot dengan teratur da bawah lapisan Tertier semenanjung Mangkaliat.
Massa tanah Sunda itu menyusup ke Kalimantan seperti sebuh baji besar
yang lebar dasarnya 600 km, sepanjang pantai barat daya antara Ujung Datuk dan
Ujung Sambar, membentang ke timur laut sampai pulau itu, serta berangsur angsur
menyempit. Bagian timur laut Pegunungan Schwaner mulai merosot di bawah
lapisan marin Tertier, tetapi kemudian dapat diikuti lebih jauh ke arah timur laut
sampai Kongkemal, kemudian meruncing keluar ke pegunungan Latong di
Kalimantan timur laut. Baji batuan Pre Tertier ini membentuk kerangka struktural
Kalimantan Sunda.
Di sebelah barat lautnya terdapat pegunungan besar setinggi 1000 -- 2000 m
yang cekung ke arah barat laut dan terdiri dari Pegunungan Kapuas Hulu dan Iran.
Rangkaian pegunungan ini tersusun dari batuan marin Pre Tertier dan Tertier
Bawah yang terlipat secara intensif serta menekan ke arah barat laut.rangkaian
tersebut dipisahkan oleh Lembah Rejang, dari sebuah punggungan (Igir Ularbulu)
11
yang tingginya berangsur -angsur berkurang dari 1000 m, yang juga cekung ke arah
barat laut. Pegunungan ini merupakan antiklinorium yang sebagian besar terdiri dari
lapisan Tertier, dipisahkan dari pantai Serawak dan Brunei oleh jalur agak sempit
dari tanah pegunungan rendah. Pegunungan Kapuas Hulu Iran dan Punggungan
Ularbulu merupakan rangkaian pegunungan Tertier yang termasuk kedalam Sistem
Pegunungan Sunda. Di sebelah tenggara dan timurkerangka struktural Kalimantan,
basement kompleks Pre tertier menghilang di bawah basin bagian selatan dan timur
dan di tempat itu terjadi pengendapan ribuan meter sidimen Tertier.
Basement kompleks itu muncul lagi ke arah pantai timur, merosot
membentuk palung di Selat Makasar dan muncul lagi sebagai Pulau Laut dan
Sebukku di luar sudut tenggara Kalimantan. Pada bagian tepi ini basin Tertier
Kalimantan tenggara dan timur berupa pegunungan membujur barat daya timur laut.
Pegunungan tersebut berawal di Meratus di bagian selatan, terdiri dari batuan Pre
tertier dan berhubungan dengan antiklinorium Samarinda. Dari antiklinorium
Samarinda, pada bagian yang terpotong oleh sungai anteseden Mahakam, sumbu itu
muncul lagi ke arah utara ke ambang melintang yang dibentuk oleh Sistem
Kongkemal Niapa Mangkaliat.
Rangkaian Pegunungan Meratus Samarinda merupakan hasil orogenesis
Tertier pada sisi tenggara kerangka struktural kalimantan. Orogenesis itu
membentuk bagian yang berlawanan dari rangkaian pegunungan Tertier Serawak
pada sisi barat lautnya.
2.2 Stratigrafi-Fisiografi dan pengembangan wilayah Kalimantan Tengah.
A. Stratigrafi dan Fisiografi Kalimantan Tengah
Menurut Buranda, pada umumnya Kalimantan memiliki pegunungan yang
sudah tidak atif lagi dikarenakan zona subduksi yang menghasilkan gunung-gunung
tersebut sudah padam (Buranda, 2015:39). Kalimantan tengah merupakan daerah
yang zone ketiga yang ada di pulau Kalimantan. Pada zona tengah atau zona ketiga
12
ini pada dasarnya merupakan kawasan geantiklin yang mana pada beberapa tempat
penyebarannya sudah tidak lagi menunjukkan aktivitas vulkanis aktif, semisal
sebagai contohnya adalah pegunungan iran. Menurut Herlambang, rangkaian
pegunungan iran merupakan pegunungan yang tersusun atas batuan marin pretersier dan tersier bawah yang mana mengalami proses terlipat secara intensif serta
tertekan mengarah ke barat laut (Herlambang, 2015:36). Pegunungan iran
merupakan pegunungan yang strukturnya terpisah oleh adanya lembah rejang dari
sebuah punggungan atau Igir Ularbulu yang mengalami penurunan ketinggian
hingga menjadi 1000m, dengan kondisi cekung kearah barat laut. Igir tersebut
merupakan anticlinorium yang terdiri dari lapisan tersier terpisahkan oleh pantai
Serawak dan Brunei oleh jalur sempit tanah pegunungan rendah. Pegunungan iran
merupakan rangkaian pegunungan tersier, pegunungan sunda.
Selain adanya kompleks pegunungan iran, di Kalimantan tengah juga
merupakan mengalirnya sungai besar, yaitu sungai Kapuas. Pada zona sungai
Kapuas, merupakan zona endapan yang notabene berumur cukup tua dan lebih
sering disebut dengan formasi danau. Mata air sungai Kapuas terletak di Cemaru,
yaitu berada pada bagain tengah Kalimantan. Sungai Kapuas merupakan sungai
yang mengalir ke barat, menuju palung yang bermuara dengan beberapa cabang ke
dalam laut. Menurut Verstappen, bagian hulu yang dekat dengan aliran sungai
Kapuas merupakan zona yang sebanding dengan di barat laut, yang mana
merupakan sinklinal Silat dan jalur lipatan di sekelilingnya , zona piedmont dan
beberapa bagian yang lebih tinggi , tempat batuan tersier muncul (Verstappen,
2013:10).
Menurut Verstappen, Satuan bentuk lahan yang banyak dijumpai di kawasan
Kalimantan tengah yaitu merupakan satuan bentuk lahan peneplain yang
melengkung dan memotong konfigurasi pulau Kalimantan baik yang rendah
maupun yang tinggi. Namun kebanyakan bentukannya merupakan peneplain tinggi
non-volcanic arcs (Verstappen, 2013:Geological Maps). Selain itu satuan bentuk
13
lahan berupa kompleks pegunungan tua yang sudah mati dan mengalami proses
patahan, pelipatan, dan bekas intrusi vulkanik.
B. Pengembangan Wilayah Kalimantan Tengah
Propinsi Kalimantan Tengah terletak ditengah-tengah pulau Kalimantan dan
dapat dijadikan sebagai titik poros penghubung atau interconnection antara propinsipropinsi lainnya di pulau Kalimantan, disamping itu letaknya juga dekat dan
berhadapan langsung dengan laut/ pulau Jawa.
Hal ini tentu berpotensi dan memberikan peran yang sangat penting untuk
suatu prospek kegiatan pembangunan dan pengembangan perekonomian Kawasan
Pulau Kalimantan dimasa yang akan datang, khususnya yang menyangkut rencana
realisasi kesepakatan para Gubernur se- Kalimantan untuk membangun jalan Trans
Kalimantan dan jalur jalan Kereta Api di Kalimantan .
Topografi Propinsi Kalimantan Tengah merupakan dataran rendah, dengan
ketinggian 0-150 meter dari permukaan laut. Wilayah Utara sebagian kecil
merupakan daerah perbukitan dimana terbentang pegunungan Muller-Schwanner
dengan puncak tertingginya mencapai 2.278 meter dari permukaan laut. Dengan
sebelas sungai besar dan tidak kurang dari 33 sungai kecil/anak sungai. Sungai Barito
merupakan salah satu sungai yang ada di Kalimantan Tengah dengan panjang
mencapai 900 km dengan rata-rata kedalaman 8m.
1. Sektor Perkebunan
Berdasarkan hasil penelitian tanah, agroklimat dan komoditas/budidaya,
Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah telah menetapkan Rencana Induk
Pembangunan Perkebunan dan lahan yang sesuai untuk pengembangan berbagai
komoditi perkebunan dicadangkan seluas 3.139.500 Ha (20,4 %) dari luas wilayah
Kalimantan Tengah.
Berdasarkan pengalaman disertai penelitian sesuai dengan kondisi tanah dan
iklim yang mendukung di Kalimantan Tengah ada 4 (empat) komoditi utama yang
telah dikembangkan dan mengarah kepada kegiatan Usaha Agribisnis oleh petani
14
pekebun maupun oleh perusahaan perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kelapa
dan lada.
Kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan utama yang dikelola oleh
perusahaan besar swasta/nasional/asing yang bergerak dibidang perkebunan,
sedangkan tanaman karet dan kelapa sebagai tanaman utama yang dikembangkan
pada perkebunan rakyat.
Tabel E-1 Luas areal dan produksi tanaman perkebunan sampai tahun 2008
adalah sebagai berikut :
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Komoditas
Karet
Kelapa
Kelapa Sawit
Kopi
Lada
Kakao
Cengkeh
Jambu Mete
Pinang
Aren
Kemiri
Kapuk Randu
Nilam
Mendong
Luas (Ha)
413.244
84.721
876.217
7.184
4.336
929
38
1.294
469
256
1.347
61
509
987
Produksi (Ton)
251.053
79.295
1.449.302
2.489
1.785
308
1
49
93
12
17
4
63
47
2. Sektor Industri
Pembangunan Pabrik Industri Hilir CPO
Salah satu persyaratan minimal untuk membangun 1 (satu) unit industri Hilir
CPO yang menghasilkan barang jadi (minyak goreng/makan, mentega /margarine dan
produk turunan lainnya) apabila telah tersedia kebun kelapa sawit yang sudah
menghasilkan TBS/berproduksi secara optimal seluas 150.000 - 200.000 Ha. Untuk
diketahui di Kalimantan Tengah kebun yang sudah menghasilkan sampai akhir tahun
2008 seluas 372.130,69 Ha dengan produksi 6.434.970,06 Ton TBS. Dengan
15
demikian sampai saat ini sudah saatnya untuk dapat dibangun Pabrik Industri Hilir
CPO. Sedangkan luas areal yang sudah tertanam sampai dengan tahun 2008 adalah
712.025,76 Ha.
Pada saat ini telah berdiri pabrik minyak goreng (PT. Sinar Alam Permai) yang
berada di Pangkalan Bun kabupaten Kotawaringin Barat yang menggunakan bahan
baku CPO. Namun demikian pabrik tersebut sampai saat ini masih belum beroperasi
secara optimal mengingat Perusahaan tersebut tidak memiliki kebun sawit di
Kalimantan Tengah.
Pengembangan Industri Karet
Potensi produksi karet di Kalimantan Tengah cukup besar yaitu 254.735,64 Ton
karet kering/tahun (2008). Sementara dari ketiga pabrik Crumb Rubber yang ada
belum mampu menampung hasil karet yang ada sehingga masih ada peluang investasi
untuk pembangunan Pabrik Crumb Rubber baru. Disamping itu untuk meningkatkan
nilai tambah dari produksi Crumb Rubber yang ada tersedia peluang investasi untuk
industri hilirnya seperti pembangunan Pabrik Ban kendaraan bermotor.
3. Sektor Peternakan
Tujuan Pembangunan Kehewanan di Kalimantan Tengah adalah untuk
meningkatkan populasi dan produksi ternak, meningkatkan pendapatan peternak,
memperluas kesempatan kerja, meningkatkan gizi masyarakat serta meningkatkan
pendapatan asli daerah. Sampai saat ini usaha peternakan/kehewanan di Kalimantan
Tengah sebagian besar merupakan peternakan rakyat yang bersifat tradisional,
dimana jumlah pemilikan ternak masih berskala kecil, permodalan terbatas,
keterampilan dan teknologi yang digunakan relatif rendah.
Potensi Ternak Sapi Potong
Kalimantan Tengah ditinjau dari luas wilayah dapat memberikan dukungan
yang memadai bagi pengembangan peternakan sapi potong. Sampai dengan saat ini
sumber daya peternakan masih belum dimanfaatkan secara optimal, demikian juga
masih terdapat faktor-faktor ekonomi yang belum dimanfaatkan. Jika keadaan ini
16
dapat diperbaiki, maka peternakan akan tetap mampu menjadi sektor yang tangguh
yang mampu menopang pengembangan ekonomi regional.
Potensi Pengembangan Peternakan Kambing
Kalimantan Tengah ditinjau dari luas wilayah dapat memberikan dukungan
yang memadai bagi pengembangan peternakan kambing. Dengan potensi lahan yang
sesuai untuk usaha peternakan kambing sekitar 1.215.106 hektar, dimana dapat
menampung sekitar 6.075.530 Satuan Ternak, maka terbuka peluang yang sangat
besar untuk pengembangan ternak kambing. Lokasi Pengembangan Peternakan
Kambing diarahkan kepada daerah yang mempunyai potensi untuk keberhasilan
usaha dan adanya peternak yang sudah berpengalaman dalam memelihara ternak
kambing.
Adapun lokasi tersebut adalah :
a. Kota Palangka Raya
b. Kabupaten Pulang Pisau
c. Kabupaten Kapuas
Lokasi Potensi Pengembangan Ternak di Kalimantan Tengah
Penggemukan Sapi Potong :
a. Pulang Pisau
b. Kapuas
c. Palangka Raya
d. Kotawaringin Barat
e. Kotawaringin Timur
f. Gunung Mas
g. Seruyan
2. Kemitraan Pengembangan Ayam Broiler/Layer :
a. Kapuas
b. Palangka Raya
c. Kotawaringin Timur
4. Sektor Pertambangan
17
Kondisi morfologi pegunungan di bagian Utara juga membentuk tipe aliran
sungai yang memiliki air terjun yang dapat dikembangkan.
Potensi Batubara Kalimantan Tengah:
1
2
3
4
Sumber daya Tereka
Sumber daya Terunjuk
Sumber daya Terukur
Cadangan Terbukti
1.050.749.643
774.660.937
407.801.954
40.000.000
Ton
Ton
Ton
Ton
Infrastruktur Daerah
Meski investasi di bidang pertambangan tidak menuntut infrastruktur yang
lengkap, tetapi di Kalimantan Tengah telah tersedia infrastruktur penunjang yang
cukup memadai seperti sarana dan prasarana transportasi baik darat, udara dan
laut/sungai. Ke 9 Sungai yang ada semuanya dapat dilayari oleh kapal berkapasitas
3000 – 7000 ton hingga jauh ke pedalaman. Juga tersedia 6 lapangan udara, 2
pelabuhan laut dan 6.700 Km jalan darat.
Potensi Sumber Daya Mineral
Disamping potensi sumberdaya logam mulia, batu mulia, logam dasar dan
mineral industri, Kalimantan Tengah adalah satu-satunya daerah di Indonesia yang
memiliki sumberdaya batubara metalurgi. Pada saat ini telah ditemukan potensi
batubara metalurgi (Coking Coal) sebanyak 100.000.000 ton sumberdaya tereka dan
6.500.000 ton cadangan terbukti. Di pasar internasional, batubara ini memiliki harga
antara $ 40 s/d $ 50 per ton.
Sektor Prasarana Wilayah (Jalan Darat)
Peran dan fungsi jalanlintas Kalimantan baik poros selatan, poros tengah
maupun poros utara sangat penting dan strategis bagi pengembangan dan kemajuan
wilayah kalimantan pada khususnya dan kawasan timur Indonesia ( KTI ) pada
umumnya ditinjau dari berbagai segi seperti politik, ekonom, sosial, budaya dan
hankamnas. Dengan akan berfungsinya jalan lintaskalimantan akan tercipta satu
kesatuan yang sangat luas dengan berbagai macam potensi sumberdaya alam yang
18
luar biasa. Dan apabila jalan lintas terbuka dan berfungsi dengan baik maka hal ini
akan dapat menjadi stimulan bagi pengembangan wilayah dibidang lainnya seperti
kehutanan perkebunan dan pertambangan, pariwisata, tranmigrasi,
aktifitas
perdagangan / jasa dan lain sebagainya.
Sektor Pehubungan dan Telekomunikasi
Kalimantan Tengah merupakan wilayah yang luas dengan penduduk tersebar
dengan kepadatan rendah dalam jangkauan permukiman yang amat variatif, baik
lokasi mau pun tipografinya. Untuk membangun Kalimantan Tengah menjadi daerah
tujuan nasional masyarakat Indonesia dalam rangka mengatasi persoalan-persoalan
ekonomi di wilayah lainnya di Indonesia, diperlukan pembangunan infrastruktur
ekonomi yang dipercepat. Potensi dan peluang investasi di sektor ini adalah :
Pembangunan/ peningkatan kualitas Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya.
Pembangunan Pelabuhan laut Pulang pisau dan pelabuhan laut Kumai.
2.3 Stratigrafi-Fisiografi dan pengembangan wilayah Kalimantan Timur.
A. Stratigrafi dan Fisiografi Kalimantan Timur
Kalimantan Timur merupakan zona keempat yang ada di kawasan pulau
Kalimantan. Kalimantan timur pada dasarnya merupakan kawasan yang terdiri atas
pegunungan anticlinal Samamuda dan dan geantiklinal Meratus. Pagunungan ini
merupakan pegunungan yang terlipat hebat, sehingga memanjang dari utara ke
selatan. Menurut Verstappen, perbukitan lipatan Meratus yang terbentang dari utara
ke selatan, saling terkait dengan pasangan di barat laut pulau Kalimantan, yang
notabene terletak di luar pulau Kalimantan (Verstappen, 2013:10). Pegunungan ini
juga merupakan hasil pembentukan pegunungan dataran sunda, yang telah
mengalami proses pemerataan yang cukup luas, sehingga menjadi daerah kratogen
Indonesia yang merefleksikan proses denudasi dan litologinya dibandingkan
tektoniknya, namun efek tektonisme tersier secara geomorfologis masih Nampak
jelas. Selain itu, kompleks pegunungan meratus memiliki antiklin yang tinggi.
19
Menurut herlambang, puncak tertinggio pegunungan meratus adalah gunung besar
(1892m), yang mana sistemnya memanjang sebagai kongkemal-niapa-mangkiliat,
serta bagian tenggaranya merupakan terisolir (Herlambang, 2015:34).
Selain kompleks Meratus, terdapat endapan di depresim Mahakam yang
mana membentuk delta yang cukup mengalami perkembangan. Sungai Mahakam
yang mana bermuara pada mata air Cemaru, memotong sumbu pre-tersier
Kalimantan. Sehingga kondisi tersebut menjadikan perkembangan sistem delta
Mahakam mengalami perkembangan yang cukup signifikan.
B. Pengembangan Wilayah Kalimantan Timur
Kondisi Umum
1. Keadaan Geografis
Letak geografis provinsi Kalimantan timur yaitu 02°27’20” Lintang Selatan 04°24’55” Lintang Utara dan 113°49’00 - 119°57’ Bujur Timur. panjang pantai
1.185 km yang terbentang dari selatan di kabupaten pasir sampai di utara di
kabupaten nunukan. Provinsi Kalimantan timur terdiri dari 14 kabupeten /kota dan
sejumlah 19 di antaranya memiliki wilayah perairan laut dengan letak geografis (darat
sampai kelaut).
Ibu kota provinsi Kalimantan timur adalah Samarinda yang terletak di tepi sungai
mahakam. Samarinda dapat dicapai lewat darat darat dan udara, meskipun harus
transit di kota Balikpapan yang merupakan tempat beradanya bandara internasional
sepinggan. Batas wilayah provinsi yang menjadi pintu gerbang utama pembangunan
Indonesia di bagian timur ini adalah :
Utara
: Negara bagian sabah (Malaysia Timur).
Timur
: Selat Makasar, laut Sulawesi dan selat Sulawesi.
Selatan : Kalimantan Selatan.
Barat
: Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Negara bagian Serawak
(Malaysia timur).
2. Iklim
20
Karakteristik iklim provinsi Kalimantan timur termasuk iklim tropika humida
dengan curah hujan berkisar antara 1500-4500 milimeter per tahun. Temperatur udara
rata-rata 26 derajat celcius dengan perbedaan temperatur Siang dan malam antara 5- 7
derajat celcius. Kelembaban udara relative tinggi dengan rata-rata berkisar antara
83,30-91,80 persen dengan kecepatan angin ratarata 2-5 knot per jam. Selanjutnya
curah hujan di Kalimantan timur pada tahun 2009 sangat beragam menurut bulan dan
letak stastiun pengamat. Catatan rata-rata curah hujan di Kalimantan timur berada
pada kisaran 116,50 – 232,50 mm per tahun. Kondisi ini menunjukan bahwa hujan di
Kalimantan timur masih cukup besar walau pun pada musim kemarau pernah
mencapai di atas 100 mm per bulan.
3. Topografi
Provinsi Kalimantan Timur memiliki luas wilayah sebesar 20.865.774 ha
meliputi wilayah daratan seluas 19.844.117 ha (95,1%) dab wilayah lautan sejauh 12
mil laut dari garis pantai terluar kearah laut seluas 1.021.657 ha (4,9%). Wilayah
kemiringan landai hingga curam, dengan ketinggian berkisar antar 0-1.000 meter dari
permukaan laut (dpl) dengan kemiringan 0-40%. Adapun wilayah provinsi
Kalimantan timur berdasarkan kelas lereng, meliputi : 1. Lahan datar, kemiringan 02% dengan luas wilayah mencapai 2.093677 ha 2. Lahan bergelombang, kemiringan
2-15% dengan luas wilayah mencapai 4.476.122 ha 3. Lahan curam, kemiringan 1540% dengan luas wilayah mencapai 4.476.122 ha 4. Lahan sangat curam, kemiringan
> 40% dengan luas wilayah mencapai 10.842.516 ha
4. Luas Wilayah
Luas wilayah Provinsi Kalimantan Timur meliputi luas wilayah daratan
47.349,90 km² dan luas wilayah perairan ± 200.000 km².
5. Pemerintahan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1981, maka di bentuk
kota administratif Bontang di wilayah Kabupaten Kutai dan berdasarkan Peraturan
21
Pemerintah Nomor 20 Tahun 1989, maka dibentuk pula Kota Madya Tarakan di
wilayah Kabupaten Bulungan. Dalam perkembangan lebih lanjut sesuai dengan
ketentuan di dalam Undang – Undang No.22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah,
maka di bentuk 2 kota dan 4 Kabupaten, yaitu :
1. Kabupaten Kutai Barat, beribukota di Sendawar
2. Kabupaten Kutai Timur,beribukota di Sangatta
3. Kabupaten Malinau, beribukota di Malinau
4. Kabupaten Nunukan, beribukota Nunukan
5. Kota Tarakan (peningkatan kota administratif tarakan menjadi kotamadya)
6. Kota Bontang (peningkatan kota administratif bontang menjadi kotamadya)
Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2002, maka Kabupaten
Pasir mengalami pemekaran dan pemekarannya bernama Kabupaten Panajam Paser
Utara. Pada tanggal 17 juli 2007, DPR RI sepakat menyetujui berdirinya Tana Tidung
sebagai Kabupaten baru di Kalimantan Timur, maka jumlah keseluruhan Kabupaten/
Kota di Kalimantan timur menjadi 14 wilayah. Pada tahun yang sama, nama
Kabupaten Pasir berubah menjadi Kabupaten Paser berdasarkan PP No.49 Tahun
2007.
6. Pendidikan
Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas serta berpendidikan tinggi
adalah upaya mempersiapkan SDM yang kompeten agar mampu bersaing dalam
pasar kerja global. Berdasarkan hasil SP2010, penduduk Provinsi Kalimantan Timur
usia 5 tahun ke atas yang tamat SM/sederajat sebesar 25,52 persen, tamat DI/DII/DIII
sebesar 2,31 persen, tamat DIV/S1 sebesar 3,78 persen dan tamat S2/S3 sebesar 0,28
persen.
7. Tenaga Kerja
22
Jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja di Provinsi Kalimantan
Timur sebesar 1.477.917 orang, di mana sejumlah 1.423.257 orang diantaranya
bekerja, sedangkan 54.660 orang merupakan pencari kerja. Dari hasil SP 2010,
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Kalimantan Timur sebesar
60,24 persen, di mana TPAK laki-laki lebih tinggi daripada TPAK perempuan, yaitu
masing-masing sebesar 83,05 persen dan 34,55 persen. Sementara itu, bila
dibandingkan menurut perbedaan wilayah, TPAK di perkotaan lebih rendah daripada
perdesaan, masing-masing sebesar 58,36 persen dan 63,42 persen. Tiga
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur dengan TPAK tertinggi berturut-turut
adalah Kabupaten Malinau (67,97), Kabupaten Kutai Barat (67,46), dan Kabupaten
Penajam Paser Utara (63,70).
8. Penduduk
Jumlah penduduk Kalimantan timur pada Tahun 2010 mencapai angka
3.550.586 jiwa, perkembangan jumlah penduduk Kalimantan timur hingga tahun
2010 menunjukan pertumbuhan yang masih di kategorikan tinggi yaitu 3,81 persen
dan masih lebih tinggi di bandingkan angka rata-rata nasional. Kondisi ini tidak
terlepas pertumbuhan dari penduduk migrasi yang masuk ke daerah ini sebagai
konsekwensi dari era otonomi dimana daerah yang masih menjanjikan peluang kerja
dan pendapatan akan menjadi tujuan migran. Hal ini ditunjukkan dari jumlah migrasi
dan tujuan dari pendatang tersebut yang sebagian besar karena pekerjaan/mencari
pekerjaan yaitu sebesar 46,7 persen (sumber; Survei penduduk antara sensus/SUPAS
2005).
Provinsi Kalimantan Timur dapat dikatakan berpenduduk jarang karena
apabila dilihat dari tingkat kepadatannya yang hanya 15,94 jiwa/km2 yang
menempatkanya pada posisi ke-2 setelah provinsi papua. Selain itu tingkat
penyebaran penduduk yang timpang atau tidak merata, dimana penduduknya lebih
terkonsentrasi di daerah kota yang mencapai 55,85 persen dengan hanya menempati
luas wilayah 1.694,13 km2 dari total luas wilayah 198,441,17 km2 atau sebesar
23
0,85%. Sementara itu sembilan kabupaten terbebani jumlah penduduk hanya sebesar
44,42 persen dengan menempati luas wilayah 99,15 persen.
9. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB Provinsi Kalimantan Timur tahun 2011 berdasarkan Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 mengalami peningkatan. Secara
rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
10. Budaya dan nilai
Masyarakat Kalimantan Timur utamanya suku asli, dalam upacara-upacara
adat selalu menghubungkan antara seni tari, seni musik, dan seni rupa dikaitkan
dengan kepercayaan mereka. Seni tari di Kalimantan Timur antara lain meliputi seni
tari melayu, seni tari Dayak dan di Banjar yang terkenal dengan tari japin yang
merupakan tarian tradisionil dari suku melayu. Senjata tradisional Kalimanatan Timur
pada umumnya sama dengan senjata tradisional daerah Kalimantan lainnya yaitu
senjata Mandau yang merupakan senjata tradisional suku Dayak. Bahasa-bahasa
24
daerah di Kalimantan timur merupakan bahasa Austronesia dari rumpun MalayoPolynesia, diantaranya adalah bahasa tidung, bahasa banjar, bahasa berau dan bahasa
kutai. Bahasa lainya adalah bahasa Lundayeh.
Potensi Wilayah
1. Luas Kawasan Hutan
Luas Kawasan hutan di Provinsi Kalimantan Timur sesuai SK Menhut No. 79/
KptsII/2001 tanggal 15 Maret 2001 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan
Provinsi Kalimantan Timur adalah seluas 14.651.553 ha, sedangkan luas daratan
kawasan hutannya mencapai 14.651.053 ha. Kawasan hutan tersebut meliputi :
1. Hutan Konservasi seluas 2.165.198 ha
2. Hutan Lindung seluas 2.751.702 ha
3. Hutan Produksi Terbatas seluas 4.612.965 ha
4. Hutan Produksi Tetap seluas 5.121.688 ha
25
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa 34.96% kawasan hutan (daratan) yang
ada di Provinsi Maluku merupakan Hutan produksi tetap, 31.48% produksi terbatas,
18.78% hutan lindung, 14.78% hutan konservasi.
2. Luas Penutupan Lahan
Kondisi penutupan lahan di Provinsi Kalimantan Timur berdasarkan hasil
penafsiran Citra Landsat 7 ETM+ Tahun 2009/2010 adalah sebagai berikut :
3. Penggunaan dan Tukar Menukar Kawasan Hutan
Kegiatan Pinjam Pakai Kawasan Hutan telah diatur dengan Peraturan Menteri
Khutanan No. 43/Menhut-II/2008, tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan.
Penggunaan Kawasan Hutan melalui Izin Pinjam Pakai sampai saat ini mencapai
luasan 115.779,06 Ha (0,79 %) dari total luas kawasan hutan di Provinsi Kalimantan
Timur yang lebih banyak digunakan untuk kegiatan Pertambangan, sedangkan
sebagian kecil untuk pembangunan repeater Telekomunikasi, fasilitas PLN, jalan,
dan rumah sakit.
4. Potensi Kayu di Hutan Negara
26
Rata-rata potensi tegakan kayu untuk semua jenis di Kalimantan Timur
berdasarkan hasil Re-Enumerasi PSP tahun 1996-2009 yaitu jumlah pohon dengan
diameter >20cm sebanyak 74 pohon/ha dengan volume 103.37 m3/ha, diameter
>50cm sebanyak 16 pohon/ha dengan volume 64.92 m3/ha dan diamater >60cm
sebanyak 10 pohon/ha volumenya mencapai 51.5 m3/ha.
5. Potensi Non Kayu
Saat ini pemanfaatan hasil hutan bukan kayu masih bertumpu pada
pemungutan dan belum berbasis pada budidaya sehingga kelestarian dari hasil hutan
bukan kayu belum terjamin ketersediaanya. Kedepan
pembangunan kehutanan
diharapkan tidak lagi hanya berorientasi pada hasil hutan kayu tetapi sudah
selayaknya mengali potensi hasil hutan bukan kayu dan hendaknya didukung dengan
kebijakan yang sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku dan
untuk pengembangan hasil hutan bukan kayu agar lebih selektif maka kebijakan dan
strategi pengembangan di daerah di arahkan dan dilakukan secara selektif terhadap
jenis tertentu yang nantinya dapat di tetapkan melalui penetapan jenis unggulan.
6. Produksi Kayu
Produksi kayu bulat di Provinsi Kalimantan Timur berasal dari Izin Usaha
Pemanfaatan Kayu (IUPHHK) Hutan Alam, Izin Usaha Pemanfaatan Kayu
(IUPHHK) Hutan Tanaman, Izin lainnya yang sah (IPK/ILS), dan Hutan Rakyat.
Total produksi kayu bulat pada tahun 2011 mencapai 3.276.331,84 m3. Produksi
kayu bulat terbanyak berasal dari IUPHHK-HT yaitu sebanyak 2.102.616,50 m3,
kemudian dari IUPHHK-HA sebanyak 926.605,27 m3. Sedangkan kayu yang berasal
dari Izin lainnya yang sah sebanyak 180.374,83 m3, dan kayu yang berasal dari huta
rakyat yaitu 66.735 m3.
7. Flora dan fauna
27
Kalimantan memiliki keanekaragaman jenis satwa yang tergolong tinggi.
Setidaknya terdapat 222 spesies mamalia, (44 spesies endemik), 13 spesies primata
yang semuanya endemik, 10 spesies, 420 spesies burung (37 spesies endemik), 166
spesies endemik ular, lebih dari 100 spesies amphibi, 394 spesies ikan (149 spesies
diantaranya endemik). Tipe hutan Kalimantan sangat beragam, diantaranya hutan
bakau, hutan rawa gambut dan hutan air tawar, hutan kerangas, hutan
Dipterocarpaceae dataran rendah, hutan kayu besi (ulin), hutan pada batu kapur dan
tanah ultra basa, hutan bukit Dipterocarpaceae dan beberapa formasi hutan
pegunungan, kalimantan memiliki lebih dari 3.000 pohon, termasuk 267 jenis
Dipterocapaceae, lebih dari 2.000 jenis anggrek dan lebih dari 1.000 jenis pakis, lebih
dari 146 rotan, dan pusat distribusi karnivora kantung semar (Nepenthes sp.).
Sebagaimana halnya terjadi di belahan dunia lain, keanekaragaman hayati di
provinsi Kalimantan timur dalam status terancam karena terjadinya kerusakan habitat
tempat flora dan fauna itu hidup. Kerusakan itu umumnya terjadi di daerah pantai dan
tempat-tempat dan mudah di akses oleh masyarakat. Padahal, melindungi
keanekaragaman hayati adalah melindungi kehidupan manusia karena manusia
bergantung kepada keanekaragaman hayati yang digunakan sebagai makanan, obat,
devisa Negara dan lainya. Salah satu upaya konservasi yang dilakukan di Kalimantan
timur adalah perlindungan sistem penyangga kehidupan melalaui pengelolaan
kawasan konservasi. Di Kalimantan timur, terdapat sembilan kawasan konservasi
yaitu cagar alam (CA) Teluk Adang, CA Teluk Apar, CA Muara Kaman Sedulang,
CA Padang Luway, Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Sangalaki dan Suaka
Margasatwa (SM) Pulau Semama, Taman Nasional (TN) Kutai, TN Kayan
Mentarang dan Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto.
Meskipun saat ini kawasan konservasi dan kawasan hutan lindung diakui
tidak seluruhnya dalam kondisi baik, namun kawasan tersebut merupakan gerbang
terakhir dalam upaya mempertahankan fungsi dan mamfaat sumber daya hutan
setelah
hutan
produksi
terdegradasi.
Mengkonsentrasikan
upaya
pengamanan/perlindungan lingkungan di sekitar kawasan konservasi dan hutan
28
lindung diharapkan menjadi penyangga yang efektif, mengingat saat ini tekanan
perusakan terhadap keduanya juga dipertimbangkan semakin besar (Wijaya et. al.
2008).
Flora, Vegetasi mangrove di SM pulau semama didominasi oleh avicennia sp,.
Sonneratia sp. dan rhizophora sp. vegetasi ini umumnya tumbuh pada daerah pasang
surut yang cukup mendapat aliran air. Fauna yang dapat dijumpai di SM pulau
semama diantaranya ikan karang, udang, ketam kelapa, teripang, berbagai jenis
karang (acropora sap. dan montipora sap.), kima raksasa (tridacna gigas), penyu
hijau (chelonian mydas) dan penyu sisik (eretmochelys imbricata).
8. Perdagangan karbon
Hutan Kalimantan Timur tidak hanya berperan ekologis sebagai penyeimbang
iklim global antara lain melalui fungsi pengurangan emisi namun sekaligus juga
memberikan peluang ekonomi dalam konteks perdagangan karbon baik melalui
skema sukarela (voluntary), maupun wajib (mandatory). REDD+ (Reducing
Emisions from Deforestation Forest Degradation Plus) merupakan suatu mekanisme
global yang bertujuan untuk memperlambat perubahan iklim dengan memberikan
kompensasi kepada Negara berkembang untuk melindungi hutannya. Perkembangan
Kegiatan REDD+ s/d Tahun 2010 telah menyentuh Wilayah Prov. Kaltim yaitu
Kabupaten Berau, Kutai Barat, Kutai Timur dan Malinau.
9. Jasa Lingkungan Air
Selain karbon, hutan juga menyediakan jasa lingkungan berupa air untuk
memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia dan mahkluk hidup lainnya. Sebagai
contoh di Prov. Kalimantan Timur adalah Taman Nasional Kutai, yaitu daerah aliran
sungai Sangata, Santan, Menamang dan daerah tangkapan air pantai (coastal).
10. Wisata Alam
29
Cagar Alam Teluk Adang
Kawasan teluk adang yang berada di kabupaten paser ditunjuk sebagai cagar
alam berdasarkan SK Gubernur Kalimantan timur No. 46/1982 tanggal 1 Maret 1982
dengan luas 53.800 Ha. CA teluk adang mempunyai tipe ekosistem hutan mangrove,
hutan rawa air tawar, hutan kerangas dan hutan dataran rendah jenis mangrove yang
dominan di CA teluk adang adalah Rhizophora mucronata lmk yang tumbuh di
bagian paling depan pantsi. Ciri khas tumbuhan ini berupa akar tunjang yang besar
dan buah yang sangat panjang. Jenis ini juga digunakan masyarakat untuk
merehabilitas daerah pantai yang mengalami abrasi. Kemamapuan regenerasi R.
mucronata sangat tinggi, hal ini dapat dilihat di arealbe kas tambak yang di tumbuhi
jenis tersebut. Selain berbagai jenis mangrove, di kawasan ini juga terdapat flora
hutan tropis lain seperti jenis-jenis dipterokarpa dan pohon penghasil kayu lainya.
Cagar Alam Teluk Apar
Cagar alam teluk apar di tetapkan berdasarkan surat keputusan mentri
kehutanan nomor. 86/Kpts-II/1993 dengan luas 46.900 Ha. Tujuan penetapan
kawasan ini adalah untuk melindungi keadaan alam yang khas yang merupakan
tempattumbuh dan berkembangnya aneka flora dan fauna. CA teluk apar telah ditata
batas tahun 1991 dengan panjang batas + 62,3 km. Kawasan ini masuk dalam wilayah
administrasi Kec. Batu Engau (desa riwang dan desa segendang) dan Kec. Tanjung
Harapan (desa pasir baru, desa lori, desa labungkallo, desa selengot dan desa tanjung
aru). Kawasan Cagar Alam Teluk Apar luasnya mencapai 46.900 ha dan telah
dilakukan tata batas sepanjang 62.300 km.
Cagar Alam Muara Kaman Sedulang
Kawasan Muara Kaman sedulang ditetapkan sebagai cagar alam melalui SK.
Menhut nomor: 598/Kpts-11/1995 tanggal 2 November 1995 dengan luas
keseluruhan 62. 500 ha. Kawasan ini telah di tata batas pada tahun 1991 dengan total
panjang batas +259,24 km, kemudian batas kawasan ini direkonstruksi pada tahun
2005 dan di reposisi pada tahun 2008. Ekosistem kawasan ini didomonasi tipe
30
ekosistem rawa sehingga memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Hampir 85%
penduduk sekitar kawasan CA Muara Kaman Sedulang bermatapencaharian sebagai
nelayan dan sangat tergantung pada kelestarian cagar alam ini. Secara administrasi,
CA Muara Kaman Sedulang terletak di dua kabupaten yaitu di Kab. Kutai
kartanegara (Kec. Muara Kaman) dan Kab. Kutai timur (Kec. Muara Bengkel dan
Kec. Muara Ancalong).
Cagar Alam Padang Luway
Cagar Alam Padang Luway oleh sebagian orang di kenal sebagai kersik
luway. Dalam bahasa dayak tanjung kersik bararti “pasir” dan luway bararti “sunyi”.
CA Padang luway merupakan komplek hutan yang terdiri dari lima kersik yaitu
kersik luway, kersik kerbangan, kersik lepok, kersik meraduk dan kersik serai
(BKSDA V Banjar Berau, 1982).
Kawasan ini di tetapkan sebagai cagar alam bardasarkan surat keputusan
menteri pertanian nomor 110/Um/1957 tanggal 14 Juni 1957 dengan luas 1.000 ha.
Kemudian cagar alam ini di perluas menjadi 5.000 ha berdasarkan SK menteri
pertanian nomor 792/Kpts/Um/10/1982 tanggal 29 Oktober 1982 sebagai kelanjutan
dari SK. Gubernur Kalimantan timur nomor 85/T.HKehut/1967 tanggal 15 Juni 1967.
kawasan ini telah batas pada tahun 1985 dengan total panjang batas +33,4 km.
Berdasarkan eksplorasi flora nusantara yang dilakukan oleh LIPI (1999) di kawasan
ini ditemukan 57 jenis anggrek. Dari seluruh jenis anggrek tersebut, yang dominana
adalah anggrek hitam (Ceologyne Pandurata Lindl.), anggrek merpati (Dendrodium
Cruminatum Sw.), seraga tongau laki (Coelogyne Foerstermanii), anggrek merpati
tanah (Bromheadia Finlaysoniana) dan anggrek tebu (Gramathopyllum Apesiosum).
Spesies fauna dilindungi yang terdapat di CA Padang Luway antara lain adalah owaowa (Hylobates Muelleri), rusa sambar (Cervus Unicolor), kijang (Muntiacus
Muntjak), kancil (Tragulus Javanicus) dan burung lenggang (Buceros sap.). Daerah
penyebaran fauna di CA Padang Luway umumnya di sepanjang aliran Sungai Nabah,
Sungai Pesing dan Sungai Luway.
31
Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Sangalaki
Taman wisata alam (TWA) pulau sangalaki merupakan kawasan konservasi
yang peruntukkan sebagai kawasan wisata alam, walaupun demikian secara ekologi
pulau ini memiliki fungsi penting sebagi pelestarian biota laut terutama habitat
peneluran penyu hijau (Chelonian mydas) dan penyu sisik (Eritmochelysimbricata).
Secara adminitrasi TWA pulau sangalaki terletak di kecamatan pulau derawan
kabupaten berau. Secara astronomi kawasan ini terletak pada 02 1’ 11” LU dan 115
45’ 14” BT. Pulau sangalaki ditunjuk sebagai taman wisata alam