Stratifikasi Sosial Pelapisan pelapisan (1)

Stratifikasi Sosial (Pelapisan-pelapisan Sosial)
Desny Putri Sunjaya (1306376004)
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu
dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu
akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari yang lain. Gejala ini
menimbulkan lapisan masyarakat (yang membedakan posisi seseorang/kelompok dalam
kedudukan vertikal).
Menurut Pitrim A. Sorokin, sistem lapisan merupakan ciri yang tetap dan umum dalam
setiap masyarakat yang hidup teratur. Mereka yang memiliki sesuatu yang berharga dalam
jumlah banyak berkedudukan dalam lapisan atas dan sebaliknya. Kedudukan yang tinggi ini
sifatnya kumulatif. Stratifikasi berasal dari kata Stratification yang berasal dari kata stratum
(jamaknya: strata yang berarti lapisan ). Social Stratification berarti sistem berlapis dalam
masyarakat. Sorokin menyatakan bahwa Social stratification adalah pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas (kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah) secara
bertingkat (hierarkis). Aristoteles mengatakan bahwa di dalam Negara terdapat 3 unsur di
antaranya, kaya sekali, sedang, dan melarat yang ketiganya menggambarkan adanya lapisan
dalam suatu masyarakat.
Lapisan mulai ada sejak manusia kenal adanya kehidupan bersama dalam suatu
organisasi sosial. Pada masyarakat yang taraf kebudayaan masih sederhana, lapisan mula-mula
hanya terbatas pada perbedaan sex/ jenis kelamin, pemimpin dan dipimpin, serta pembedaan
kekayaan dalam batas-batas tertentu. Sedangkan, pada masyarakat yang kompleks, semakin

kompleks dan maju perkembangan teknologi suatu masyarakat, semakin kompleks pula sistem
lapisan-lapisan di dalamnya.
Bentuk-bentuk lapisan dalam masyarakat berbeda-beda dan banyak sekali. Lapisan
tersebut tetap ada pada masyarakat kapitalis, demokratis dan komunis. Secara prinsipil
bentuknya antara lain ekonomis, politis, dan jabatan. Misalnya, politik jabatan dan ekonomi
menduduki posisi penting. Namun, tidak selalu berlaku, tergantung pada nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat tersebut.

Terjadinya Lapisan-lapisan dalam Masyarakat
Adanya sistem lapisan terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat
itu dengan alasan kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan kerabat sebagai kepala
masyaakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Ada pula yang dengan sengaja
disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama yang biasanya berkaitan dengan kekuasaan dan
wewenang resmi dalam organisasi-organisasi formal, seperti pemerintahan, perusahaan, partai
politik, angakatan bersenjata, dan kumpulan.
Pedoman untuk meneliti pokok-pokok terjadinya proses lapisan dalam masyarakat :
1. Pada sistem pertentangan yang ada dalam masyarakat, sistem demikian hanya
mempunyai arti khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu.
2. Sistem lapisan dapat dianalisis dalam arti-arti:
a. Distribusi hak-hak istimewa yang objektif seperti misalnya penghasilan, kekayaan,

keselamatan (kesehatan, laju kejahatan)
b. Sistem pertanggaan yang diciptakan oleh para warga masyarakat (prestise dan
penghargaan)
c. Kriteria sistem pertentangan dapat berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan
kelompok kerabat tertentu, milik, wewenang, dan kekuasaan.
d. Lambang-lambang kedudukan seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian,
perumahan, dan keanggotan pada suatu organisasi.
e. Mudah-sukarnya bertukar kedudukan
f. Solidaritas di antara individu atau kelompok-kelompok sosial yang menduduki
kedudukan yang sama dalam sistem sosial masyarakat:


Pola-pola interaksi (struktur klik, keanggotaan organsasi, perkawinan)



Kesamaan atau ketidaksamaan sistem kepercayaan, sikap, dan nilai-nilai




Kesadaran akan kedudukan masing-masing



Aktivitas sebagai organ kolektif

Sifat Sistem Berlapis Masyarakat

1. Tertutup (Close Social Stratification). Membatasi kemungkinan seseorang untuk pindah
dari satu lapisan ke lapisan lain, baik yang merupakan gerak ke atas maupun gerak ke
bawah. Satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah
kelahiran. Visualisasi sifat stratifikasi tertututp yakni terbatasnya atau bahkan tidak
adanya mobilitas.
2. Terbuka (Open Social Stratification). Setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan
untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan, atau, bagi mereka yang
tidak bergantung jatuh dari lapisan atas ke lapisan di bawahnya. Visualisasi sifat
stratifikasi terbuka yakni sangat besarnya mobilitas.
Kelas-kelas dalam Masyarakat (Social Classes)
Kelas adalah kesadaran akan kedudukan di dalam suatu lapisan dan kedudukan tersebut
diketahui dan diakui masyarakat umum. Beberapa pendapat tentang kelas sosial:

Kurt B. Mayer. Kelas hanya digunakan untuk lapisan berdasarkan atas unsur-unsur
ekonomis sedangkan lapisan berdasarkan pada kehormatan kemasyarakatan dinamakan
kelompok kedudukan (status group).
Max Weber membuat perbedaan antara dasar-dasar ekonomis dan dasar-dasar
kedudukan sosial, dan tapi menggunakan istilah kelas bagi semua lapisan. Adanya kelas yang
bersifat ekonomis dibaginya lagi dalam kelas yang berdasarkan atas pemilikan tanah dan bendabenda, serta kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi dalam menggunakan kecakapannya.
Adanya golongan yang mendapat kehormatan khusus dari masyarakat dan dinamakan stand.
Karl Marx. Tiap masyarakat mempunyai 4 macam kelas:
1. Kelas yang memiliki tanah atau alat produksi (Borjuis)
2. Kelas yang tidak memiliki atau hanya tenaga saja (Proletar)
3. Kelas senantiasa dalam pertentangan atau perebutan kekuasaan
4. Meramalkan semua kelas akan lenyap dengan sendirinya
Joseph Schumpeter. Terbentuknya masyarakat karena diperlukan untuk menyesuaikan
masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata, akan tetapi makna kelas dan gejala-gejala
kemasyarakatan lainnya hanya dapat dimengerti dengan benar apabila diketahui riwayat
terjadinya. Definisi lain dari kelas sosial adalah berdasarkan beberapa kriteria tradisional, yaitu:
1. Besar atau ukuran jumlah anggota-anggotanya

2. Kebudayaan yang sama, yang menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban warganya
3. Kelanggengan

4. Tanda-tanda/lambang-lambang yang merupakan ciri-ciri khas
5. Batas-batas yang tegas (bagi kelompok itu terhadap kelompok lain)
6. Antagonism tertentu
Sehubungan dengan kriteria tersebut di atas, kelas menyediakan kesempatan atau
fasilitas-fasilitas hidup tertentu. Sosiologi menamakannya life chances. Menurut Sosiologi
terhadap kelas yakni, hubungan antarkelas tidak harus selalu dipandang bertentangan dan kelaskelas dalam masyarakat akan senantiasa sepanjang masa. Kelas mempengaruhi gaya dan tingkah
laku hidup dan menimbulkan perbedaan-perbedaan dalam memberikan kesempatan. Contoh
Adanya Kelas yaitu, di Inggris kaum bangsawan disebut nobility dan kaum biasa disebut
commoners. Selain itu, di Timor, kaum atas dikenal dengan usif dan kaum kebanyakan orangorang biasa disebut tog. Umumnya, dalam setiap masyarakat mempunyai ukuran / kriteria /
penggolongan pada kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ilmu pengetahuan.
Unsur-unsur Lapisan Masyarakat
1. Kedudukan (status)
Kedudukan diartikan sebagai tempat/posisi seseorang dalam kelompok sosial, dan
kedudukan sosial diartikan sebagai tempat seseorang secara umum dalam masyarakat
sehubungan dengan prestise, hak-hak, dan kewajiban-kewajibannya. Masyarakat pada umumnya
mengembangkan dua macam kedudukan, yaitu Ascribe Status dan Achieve Status

yang

kemudian dibedakan lagi satu macam kedudukan yang dibeut Assigned Status.

a. Ascribe Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan
perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran.
Umumnya ada pada masyarakat lapisan tertutup, misalnya masyarakat Feudal. Namun,
ada juga pada masyarakat lapisan terbuka (misalnya : kedudukan lelaki sebagai suami
dalam keluarga).
b. Achieve Status adalah kedudukan yang dicapai dengan usaha-usaha yang disengaja.
Kedudukan ini tidak diperoleh berdasarkan kelahiran. Akan tetapi, bersifat terbuka bagi
siapa saja tergantung kemampuan masing-masing mengejar serta mencapai tujuannya.

c. Assigned Status, merupakan kedudukan yang diberikan kelompok atau golongan yang
lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa, yang telah memperjuangkan sesuatu untuk
memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
Status Konflik adalah pertentangan antara kedudukan-kedudukan yang dimiliki seseorang
dalam masyarakat. Misalnya, seorang dokter berkulit hitam praktek di suatu daerah yang masih
menganut paham rasialis. Status Konflik bersifat individual di mana konflik yang dirasakan
dalam batin sendiri misalnya, seorang dokter harus melakukan operasi terhadap isteri/anaknya.
Status Konflik bersifat antarindividual di mana dua orang yang ingin menyelesaikan suatu hal
yang terletak pada bidang yang sama, misalnya bapak yang ingin menyetop studi anaknya karena
sudah dua kali tidak lulus, sedangkan ibu ingin memberikan kesempatan sekali lagi. Status
Symbol merupakan corak/macam kedudukan yang dimiliki atau melekat pada seseorang dapat

dilihat pada kehidupan sehari-harinya melalui ciri-ciri tertentu.
2. Peranan
Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan
hak dan kewajibannya sesuai kedudukannya, dia menjalankan peranannya. Peranan adalah suatu
perilaku yang diharapkan oleh orang lain dari seseorang yang menduduki status tertentu. Peranan
dan kedudukan tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling bergantung. Setiap orang
memiliki peranan yang bermacam-macam sesuai pola pergaulan hidupnya. Peranan penting
karena mengatur perilaku seseorang. Seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada
individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.
Peranan ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat seperti profesi sebagai dokter
tidak boleh mementingkan diri sendiri, tidak boleh mengiklankan diri dan tidak boleh menolak
pasien. Di dalam peranan terdapat dua macam harapan, yakni harapan dari masyarakat terhadap
pemegang peran dan harapan yang dimiliki pemegang peran terhadap masyarakat. contohnya,
dokter mempunyai hak-hak istimewa dalam masyarakat sebagai balasan terhadap tugasnya.
Suatu peranan paling sedikit mencakup 3 hal sebagai berikut:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang
dalam masyarakat

2. Peranan merupakan suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial.
Model Peranan :
a. Prescribed Role (peranan yang dianjurkan)/PR yaitu peranan yang diharapkan
masyarakat atau orang lain.
b. Enacted Role (peranan yang dijalankan)/ER yaitu peranan yang nyata atau keadaan yang
sesungguhnya.

Ketidakselarasan antara PR dan ER sering terjadi akibat kurangnya

pengertian, kesengajaan, dan ketidakmampuan individu.
c. Role Distance (Kesenjangan Peranan) yaitu menjalankan peranan secara emosional,
pelaksanaan peranan sering disertai ketegangan atau tekanan psikologis yang terus
berlangsung. Seperti, peranan wanita yaitu ibu rumah tangga, pekerja, dan kuliah.
Ketegangan terjadi akibat ketidakselarasan antara kewajiban dan tujuan peran itu sendiri.
Misalnya, manager Rumah Sakit ingin meningkatkan mutu pelayanan tetapi menghadapi
masalah dalam kenaikan harga. Kegagalan peranan terjadi apabila setiap individu dalam
masyarakat mempunyai banyak peranan sekaligus kemungkinan adanya saling bertentangan.
Kegagalan peranan adalah suatu yang wajar. Konflik peranan terjadi bila individu memiliki
keanggotaan ganda dan dituntut untuk melakukan peranan lebih dari satu sering menimbulkan
ketidakserasian. Apabila seseorang dengan status tertentu di kelompok yang satu, mengambil

peranan lebih tinggi terhadap orang yang sama dalam kelompok lain.
Lapisan-lapisan Yang Sengaja Disusun
Chester I. Barnard (The Functions of Status System) membatasi diri pada uraian tentang
pembagian kedudukan dalam organisasi formal yang di dalam masyarakat merupakan bagianbagian yang khusus. Ia mengatakan bahwa faktor-faktor yang terdapat di dalam organisasiorganisasi itu selalu mempunyai timbal balik dengan keadaan di dalam masyarakat luas, di mana
organisasi-organisasi iu berada. Menurutnya, pembagian kedudukan pada pokoknya diperlukan
secara mutlak, agar organisasi tersebut dapat bergerak secara teratur untuk mencapai tujuan yang
dimaksud. Sistem berlapis sengaja disusun dalam organisasi formal untuk mengejar suatu tujuan

tertentu. Sistem berlapis timbul karena perbedaan kebutuhan, kepentingan dan kemampuan
individu seperti perbedaan kemampuan individu, perbedaan kesukaran melakukan macammacam jenis pekerjaan, perbedaan kepentingan masing-masing jenis pekerjaan, keinginan pada
kedudukan yg formal sebagai alat sosial atau alat organisasi, serta kebutuhan akan perlindungan
bagi seseorang.
Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial adalah gerak sosial, yaitu suatu gerak di dalam struktur sosial. Misalnya,
Apud dengan gaji Rp. 600.000,00 pindah kerja ke tempat baru yang lebih besar gajinya. Prinsip
umum gerak vertikal meliputi tidak adanya sisemt berlapis yang mutlak tertutup dan tidak
adanya gerak sosial yang sebebas-bebasnya dalam sistem lapisan terbuka. Terdapat dua macam
gerak sosial, di antaranya:
1. Gerak Horizontal, yaitu peralihan individu atau objek sosial lainnya dari suatu
kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat yang akibatnya tidak

menimbulkan perubahan dalam derajat kedudukan seseorang atau objek sosial.
2. Gerak Vertikal yaitu perpindahan individu dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan
lainnya yang tidak sederajat. Terdapat dua arah gerak vertikal, yaitu:
a. Naik (Social Climbing), keadaan masuknya individu yang rendah ke kelompok
yang tinggi, dan pembentukan kelompok baru yang derajatnya lebih tinggi dari
kedudukan individu-individu pembentuk kelompok tersebut.
b. Turun (Social Sinking), keadaan di mana terjadi turunnya kedudukan individu ke
kedudukan yang lebih rendah atau sederajat. Turunnya derajat sekelompok
individu-individu yang dapat berupa suatu disintegrasi dalam kelompok sebagai
kesatuan.
Daftar Pustaka:
Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo Perkasa.