Pengaruh Faktor Fisika dalam Budidaya Ik
PERNGARUH FAKTOR FISIKA DALAM BUDIDAYA IKAN
Makalah
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Limnologi
Disusun Oleh :
Azhar Fajari Nuralim
230110150076
PROGRAM STUDI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang pengaruh faktor
fisika terhadap budidaya ikan.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk masyarakat maupun
memberi inpirasi terhadap pembaca.
Jatinangor, Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1 Pengertian Faktor Fisika dalam Budidaya Ikan...................................................................2
2.2 Parameter Fisika...................................................................................................................2
2.3 Pengaruh terhadap Budidaya Ikan........................................................................................7
BAB III PENUTUP....................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan perairan sebagai tempat hidup atau media hidup organisme akuatik
merupakan salah satu aspek terpenting yang perlu diperhatikan dalam melakukan budidaya
perairan. Hal ini disebabkan karena kualitas perairan suatu wadah budidaya sangat
menentukan kehidupan organisme akuatik yang dibudidayakan, baik dari aspek sumber air
yang digunakan seperti parameter fisika, kimia dan biologi, juga perlu diketahui dan
dipahami aspek-aspek yang diperlukan dalam pengelolaan kualitas air. Parameter fisika
merupakan parameter yang dapat diamati akibat perubahan fisika air seperti cahaya, suhu,
kecerahan, kekeruhan, warna, padatan tersuspensi dan padatan terlarut hingga salinitas air.
1.2 Tujuan
1. Memahami berbagai parameter fisika air dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
2. Mengetahui macam-macam faktor fisika yang berpengaruh pada budidaya ikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Faktor Fisika dalam Budidaya Ikan
Parameter fisik dalam kualitas air merupakan parameter yang bersifat fisik, dalam arti
dapat dideteksi oleh panca indera manusia yaitu melalui visual, penciuman, peraba dan
perasa. Perubahan warna dan peningkatan kekeruhan air dapat diketahui secara visual,
sedangkan penciuman dapat mendeteksi adanya perubahan bau pada air serta peraba pada
kulit dapat membedakan suhu air, selanjutnya rasa tawar, asin dan lain sebagainya dapat
dideteksi oleh lidah (indera perasa). Hasil indikasi dari panca indera ini hanya dapat dijadikan
indikasi awal karena bersifat subyektif, bila diperlukan untuk menentukan kondisi tertentu,
misal kualitas air tersebut telah menurun atau tidak harus dilakukan analisis pemeriksaan air
di laboratorium dengan metode analisis yang telah ditentukan (Hardjojo dan Djokosetiyanto,
2005; Effendi, 2003 dalam Irawan, 2009).
2.2 Parameter Fisika
Sifat-sifat fisika air merupakan faktor pemisah antara lingkungan air dengan
lingkungan udara. Selain itu faktor fisika juga banyak mempengaruhi kehidupan organisme di
dalam air. Adanya perbedaan yang amat besar dari masing-masing faktor fisika di lingkungan
air dengan lingkungan udara, mengakibatkan pengaruh yang berbeda terhadap tumbuhan dan
hewan pada masing-masing lingkungan tersebut. Di samping itu air juga berfungsi untuk
menjaga tekanan osmosis, sebagai pelarut dan penghantar listrik yang baik. Parameter fisika
air antara lain adalah:
a.
Suhu
Suhu udara adalah derajat panas dan dingin udara di atmofer. Berdasarkan
penyebarannya di muka bumi suhu udara dapat dibedakan menjadi dua, yakni sebaran secara
horisontal dan vertikal.air sebagai lingkungan hidup organisme air relatif tidak begitu banyak
mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas jenis air
lebih tinggi daripada udara. Artinya untuk naik 1 oC, setiap satuan Volume air memerlukan
sejumlah panas yang lebih banyak daripada udara. Pada perairan dangkal akan menunjukan
fluktuasi suhu air yang lebih besar daripada perairan yang dalam. Sedangkan organisme
memerlukan suhu yang stabil atau fluktuasi sushu yang rendah. Agar suhu air suatu perairan
berfluktuasi rendah maka perlu adanya penyebaran suhu. Hal tersebut tercapai secara sifat
alam antara lain :
1.
Penyerapan (Absorpsi) panas matahari pada bagian permukaan air.
2.
Angin, sebagai penggerak pemindahan massa air.
3.
Aliran vertikal dari air itu sendiri, terjadi bila disuatu perairan terdapat lapisan air yang
bersuhu rendah akan turun mendesak lapisan air yang bersuhu tinggi naik ke permukaan
perairan.
Suhu air yang ideal bagii organisme air yang dibudidayakan sebaiknya adalah tidak
terjadi perbedaan suhu yang tidak mencolok antara siang dan malam (tidak lebih dari 5 oC).
Pada perairan yang tergenang yag mempunyai kedalaman minimal 1,5 meter biasanya akan
terjadi pelapisan (strasifikasi) suhu. Pelapisan ini terjadi karena suhu permukaan air lebih
tinggi dibanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Strasifikasi suhu terjadi karena
masuknya panas dari cahaya matahari kedalam kolam air yang mengakibatkan terjadinya
gradien suhu yang vertikal. Pada kolam yang kedalaman airnya kurang dari dua meter
biasanya terjadi strasifikasi suhu yang tidak stabil. Oleh karena itu bagi para pembudidaya
ikan yang melakukan kegiatan budidaya ikan kedalaman air tidak boleh lebiih dari 2 meter.
Selain itu untuk memecah strasifikasi suhu pada wadah budidaya ikan perlu iperhatikan dan
harus menggunakan alat bantu untuk pengukurannya.
Donald Ahrens, Meteorology Today: An Introduction to Weather, Climate, and an
Environment, Ninth edition. Thomson BrooksCole. New York. 2008.
b.
Kecerahan
Gusriana, 2012, Sentra Edukasi, Budidaya Ikan (Jilid 1) Kecerahan air merupakan
ukuran transparansi perairan dan pengukuran cahaya sinar matahari didalam air dapat
dilakukan dengan menggunakan lempengan/kepingan Secchi disk. Satuan untuk nilai
kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah satuan meter. Jumlah cahaya yang
diterima oleh phytoplankton diperairan asli bergantung pada intensitas cahaya matahari yang
masuk kedalam permukaan air dan daya perambatan cahaya didalam air.
Masuknya cahaya matahari kedalam air dipengaruhi juga oleh kekeruhan air
(turbidity). Sedangkan kekeruhan air menggambarkan tentang sifat optik yang ditentukan
berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat
didalam perairan. Faktor-faktor kekeruhan air ditentukan oleh:
a.
Benda-benda halus yang disuspensikan (seperti lumpur dsb)
b.
Jasad-jasad renik yang merupakan plankton.
c.
Warna air (yang antara lain ditimbulkan oleh zat-zat koloid berasal dari daun-daun
tumbuhan yang terektrak)
c.
Bau
Pada kolam budidaya ikan, air pada kolam ikan harus selalu di buang atau diganti,
agar tidak akan menimbulkan bau yang menyengat pada air. Faktor yang menyebabkan air
pada kolam berbau tidak sedap yaitu diantaranya; Pakan ikan yang tidak sempat termakan
oleh ikan, menjadi racun bagi kolam dengan amoniak yang muncul, Feses dari kotoran ikan
yang dibudidayakan dan terjadi dekomposisi di air yang menghasilkan amoniak. Material
dalam air dapat berupa jumlah zat tersuspensi (TDS) (Pemuji dan Anthonius, 2010 dalam
Suwondo, 2005).
d.
Warna
Kriteria warna air tambak yang dapat dijadikan acuan standar dalam pengelolaan
kualitas air adalah seperti di bawah ini:
1.
Warna air tambak hijau tua yang berarti menunjukkan adanya dominansi chlorophyceae
dengan sifat lebih stabil terhadap perubahan lingkungan dan cuaca karena mempunyai waktu
mortalitas yang relatif panjang. Tingkat pertumbuhan dan perkembangannya yang relatif
cepat sangat berpotensi terjadinya booming plankton di perairan tersebut.
2.
Warna air tambak kecoklatan yang berarti menunjukkan adanya dominansi diatomae.
Jenis plankton ini merupakan salah satu penyuplai pakan alami bagi udang, sehingga tingkat
pertumbuhan dan perkembangan udang relatif lebih cepat. Tingkat kestabilan plankton ini
relatif kurang terutama pada kondisi musim dengan tingkat curah hujan yang tinggi, sehingga
berpotensi terjadinya plankton collaps dan jika pengelolaannya tidak cermat kestabilan
kualitas perairan akan bersifat fluktuatif dan akan mengganggu tingkat kenyamanan udang di
dalam tambak.
3.
Warna air tambak hijau kecoklatan yang berarti menunjukkan dominansi yang terjadi
merupakan perpaduan antara chlorophyceae dan diatomae yang bersifat stabil yang didukung
dengan ketersediaan pakan alami bagi udang.
d.
Kekeruhan
Kekeruhan merupakan gambaran sifat optik air oleh adanya bahan padatan terutama
bahan tersuspensi dan sedikit dipengaruhi oleh warna air. Bahan tersuspensi ini berupa
partikel tanah liat, lumpur, koloid tanah dan organisme perairan (mikroorganisme). Padatan
tersuspensi tidak hanya membahayakan ikan tetapi juga menyebabkan air tidak produktif
karena menghalangi masuknya sinar matahari untuk fotosintesa.
Kekeruhan air atau sering disebut turbidty adalah salah satu parameter uji fisik dalam analisis
air. Tingkat kekeruhan air umumnya akan diketahui dengan besaran NTU (Nephelometer
Turbidity Unit) setelah dilakukan uji aplikasi menggunakan alat turbidimeter.
Apabila bahan tersuspensi ini berupa padatan organisme, maka pada batas-batas tertentu
dapat dijadikan indikator terjadinya pencemaran suatu perairan. Oleh sebab itu kekeruhan
dapat mempengaruhi/ menentukan:
a) Terjadinya gangguan respirasi,
b) Dapat menurunkan kadar oksigen dalam air,
c) Terganggunya daya lihat (visual) organisme akuatik
d) Terjadinya gangguan terhadap habitat.
e) Menghambat penetrasi cahaya ke dalam air
f) mengurangi efektifitas desinfeksi pada proses penjernihan air
e.
Salinitas
Salinitas didefinisikan sebagai jumlah bahan padat yang terkandung dalam tiap
kilogram air laut, dengan asumsi semua karbonat diubah menjadi bentuk oksida, bromida dan
iodin diganti dengan klorida dan Satuan salinitas dinyatakan dalam gram perkilogram, atau
sebagai perseribu, yang lazim disebut “ppt”.
Kadar salinitas di setiap perairan berbeda disebakan karena adanya distribusi salinitas di laut.
Distribusi ini terjadi secara vertikal dan horizontal. Distribusi salinitas dipengaruhi oleh
beberapa faktor utama, yaitu :
a) Pola sirkulasi air : membantu penyebaran salinitas
b) Penguapan (evaporasi) : semakin tinggi tingkat penguapan di daerah tersebut, maka
salinitasnya pun bertambah atau sebaliknya karena
garam-garam tersebut tertinggal di air contohnya di Laut Merah kadar salinitasnya mencapai
400/00.
c) Curah hujan (presipitasi) : semakin tinggi tingkat curah hujan di daerah tersebut, maka
salinitasnya akan berkurang atau sebaliknya hal ini dikarenakan terjadinya pengenceran oleh
air hujan.
d) Aliran sungai di sekitar (run off) : semakin banyak aliran sungai yang bermuara pada laut
maka salinitasnya akan menurun dan sebaliknya.
f.
Kedalaman
Kedalaman suatu perairan berhubungan erat dengan produktivitas, suhu vertikal,
penetrasi cahaya, densitas, kandungan oksigen, serta unsur hara (Hutabarat dan Evans, 2008).
Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap biota yang dibudidayakan. Hal ini
berhubungan dengan tekanan yang diterima di dalam air, sebab tekanan bertambah seiring
dengan bertambahnya kedalaman (Nybakken, 1992).
Kedalaman merupakan parameter yang penting dalam memecahkan masalah teknik berbagai
pesisir seperti erosi. Pertambahan stabilitas garis pantai, pelabuhan dan kontraksi, pelabuhan,
evaluasi, penyimpanan pasang surut, pergerakan, pemeliharaan, rute navigasi. Kedalaman
juga sangat berpengaruh terhadap penentuan teknologi budidaya perairan yang dilakukan di
laut ataupun di perairan tergenang ataupun mengalir.
2.3 Pengaruh terhadap Budidaya Ikan
Pengaruh suhu secara tidak langsung dapat menentukan stratifikasi massa air,
stratifikasi suhu di suatu perairan ditentukan oleh keadaan cuaca dan sifat setiap perairan
seperti pergantian pemanasan dan pengadukan, pemasukan atau pengeluaran air, bentuk dan
ukuran suatu perairan. Suhu air yang layak untuk budidaya ikan laut adalah 27 – 32 0C
(Mayunar et al., 1995; Sumaryanto et al.,2001). Kenaikan suhu perairan juga menurunkan
kelarutan oksigen dalam air, memberikan pengaruh langsung terhadap aktivitas ikan
disamping akan menaikkan daya racun suatu polutan terhadap organism perairan (Brown dan
Gratzek, 1980). Selanjutnya Kinne (1972) menyatakan bahwa suhu air berkisar antara 35 –
40 0C merupakan suhu kritis bagi kehidupan organism yang dapat menyebabkan kematian.
Menurut Yustina (2001) , kenaikan suhu air yang mencapai 30,80C. Kenaikan suhu air
akan menyebabkan kelarutan oksigen rendah (kurang dari 4 ppm). Kondisi tersebut diduga
sebagai faktor pembatas beberapa jenis ikan tertentu, terutama jenis ikan dari
famili Cyprinidae. MenurutFathuddin (2010), suhu air juga merupakan salah satu faktor yang
banyak mempengaruhi penggunaan oksigen terlarut dalam air, namun suhu air yang
diperoleh tersebut masih normal dan dalam kisaran suhu yang dapat ditolerir oleh ikan
bandeng. Semakin tinggi suhu, maka kelarutan oksigen akan semakin berkurang kelarutan
oksigen dan gas-gas lain juga berkurang dengan meningkatnya lalinitas, sehingga kadar
oksigen cenderung lebih rendah dari pada kadar oksigen di perairan air tawar.
Menurut Salisbury & Ross (1995) dalam Suwondo (2005), menyatakan bahwa Kondisi
air yang tidak terlalu pekat oleh bahan pencemar. Kondisi ini juga didukung oleh suhu
perairan yaitu 29.40C, tingginya suhu pada stasiun ini berpengaruh terhadap penyerapan
unsur logam oleh tanaman. Semakin tinggi suhu lingkungan tanaman semakin tinggi
penyerapanoleh tanaman, dimana suhu lingkungan akan menyebabkan proses fotosintesis
akan meningkat sehingga penyerapan tanaman akan meningkat juga.
Badan dan warna air dapat berubah menjadi berwarna hijau, biru-hijau atau warnawarna lain yang sesuai dengan warna yang dimiliki oleh mikroalgae. Bahkan suatu proses
yang sering terjadi pada danau atau kolam yang besar yang seluruh permukaan airnya
ditumbuhi oleh algae yang sangat banyak dinamakan blooming. Biasanya jenis mikroalgae
yang berperan didalamnya adalah Anabaena flosaquae dan Microcystis
aerugynosa (Widiyanti dan Ristiati, 2004).
Menurut Asmawi (1986) dalam Irawan dkk (2009), kualitas perairan memberikan
pengaruh yang cukup besar terhadap survival dan pertumbuhan makhluk-makhluk yang
hidup yang baik tumbuh-tumbuhan renik yang mempu berasimilasi. Agar tumbuh-tumbuhan
renik dapat berasimilasi air harus:
·
Mempunyai suhu yang optimum untuk mendorong proses hidup
·
Menerima cahaya matahari yang cukup
·
Mengandung gas karbondioksida yang cukup
·
Mengandung mineral-mineral yang cukup
Tingkat kekeruhan air di perairan mempengaruhi tingkat kedalaman pencahayaan
matahari semakin keruh suatu badan air maka semakin menghambat sinar matahari masuk
kedalam air. Pengaruh tingkat pencahayaan matahari sangat besar pada metabolism makhluk
hidup dalam air, jika cahaya matahari yang masuk berkurang maka makhluk hidup dalam air
terganggu, khususnya makhluk hidup pada kedalaman air tertentu, demikian pula sebaliknya
(Hardjojo dan Djokosetiyanto, 2005; Alaerts dan Santika, 1987 dalam Irawan dkk, 2009).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Faktor fisika meliputi suhu, kecerahan, bau, warna, kekeruhan, salinitas
Suhu mempunyai pengaruh yang besar terhadap kelarutan oksigen di dalam air,
apabila suhu air naik maka kelarutan oksigen di dalam air menurun.
Pengaruh tingkat pencahayaan matahari sangat besar pada metabolisme makhluk
hidup dalam air, jika cahaya matahari yang masuk berkurang maka makhluk hidup
dalam air terganggu.
DAFTAR PUSTAKA
- Pengelolaan Kualitas Air Jilid 1. 2013. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
- Irawan. 2009. Faktor-faktor penting dalam proses pembesaran ikan di Fasilitas Nursery dan
Pembesaran.
Makalah
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Limnologi
Disusun Oleh :
Azhar Fajari Nuralim
230110150076
PROGRAM STUDI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang pengaruh faktor
fisika terhadap budidaya ikan.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk masyarakat maupun
memberi inpirasi terhadap pembaca.
Jatinangor, Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1 Pengertian Faktor Fisika dalam Budidaya Ikan...................................................................2
2.2 Parameter Fisika...................................................................................................................2
2.3 Pengaruh terhadap Budidaya Ikan........................................................................................7
BAB III PENUTUP....................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan perairan sebagai tempat hidup atau media hidup organisme akuatik
merupakan salah satu aspek terpenting yang perlu diperhatikan dalam melakukan budidaya
perairan. Hal ini disebabkan karena kualitas perairan suatu wadah budidaya sangat
menentukan kehidupan organisme akuatik yang dibudidayakan, baik dari aspek sumber air
yang digunakan seperti parameter fisika, kimia dan biologi, juga perlu diketahui dan
dipahami aspek-aspek yang diperlukan dalam pengelolaan kualitas air. Parameter fisika
merupakan parameter yang dapat diamati akibat perubahan fisika air seperti cahaya, suhu,
kecerahan, kekeruhan, warna, padatan tersuspensi dan padatan terlarut hingga salinitas air.
1.2 Tujuan
1. Memahami berbagai parameter fisika air dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
2. Mengetahui macam-macam faktor fisika yang berpengaruh pada budidaya ikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Faktor Fisika dalam Budidaya Ikan
Parameter fisik dalam kualitas air merupakan parameter yang bersifat fisik, dalam arti
dapat dideteksi oleh panca indera manusia yaitu melalui visual, penciuman, peraba dan
perasa. Perubahan warna dan peningkatan kekeruhan air dapat diketahui secara visual,
sedangkan penciuman dapat mendeteksi adanya perubahan bau pada air serta peraba pada
kulit dapat membedakan suhu air, selanjutnya rasa tawar, asin dan lain sebagainya dapat
dideteksi oleh lidah (indera perasa). Hasil indikasi dari panca indera ini hanya dapat dijadikan
indikasi awal karena bersifat subyektif, bila diperlukan untuk menentukan kondisi tertentu,
misal kualitas air tersebut telah menurun atau tidak harus dilakukan analisis pemeriksaan air
di laboratorium dengan metode analisis yang telah ditentukan (Hardjojo dan Djokosetiyanto,
2005; Effendi, 2003 dalam Irawan, 2009).
2.2 Parameter Fisika
Sifat-sifat fisika air merupakan faktor pemisah antara lingkungan air dengan
lingkungan udara. Selain itu faktor fisika juga banyak mempengaruhi kehidupan organisme di
dalam air. Adanya perbedaan yang amat besar dari masing-masing faktor fisika di lingkungan
air dengan lingkungan udara, mengakibatkan pengaruh yang berbeda terhadap tumbuhan dan
hewan pada masing-masing lingkungan tersebut. Di samping itu air juga berfungsi untuk
menjaga tekanan osmosis, sebagai pelarut dan penghantar listrik yang baik. Parameter fisika
air antara lain adalah:
a.
Suhu
Suhu udara adalah derajat panas dan dingin udara di atmofer. Berdasarkan
penyebarannya di muka bumi suhu udara dapat dibedakan menjadi dua, yakni sebaran secara
horisontal dan vertikal.air sebagai lingkungan hidup organisme air relatif tidak begitu banyak
mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas jenis air
lebih tinggi daripada udara. Artinya untuk naik 1 oC, setiap satuan Volume air memerlukan
sejumlah panas yang lebih banyak daripada udara. Pada perairan dangkal akan menunjukan
fluktuasi suhu air yang lebih besar daripada perairan yang dalam. Sedangkan organisme
memerlukan suhu yang stabil atau fluktuasi sushu yang rendah. Agar suhu air suatu perairan
berfluktuasi rendah maka perlu adanya penyebaran suhu. Hal tersebut tercapai secara sifat
alam antara lain :
1.
Penyerapan (Absorpsi) panas matahari pada bagian permukaan air.
2.
Angin, sebagai penggerak pemindahan massa air.
3.
Aliran vertikal dari air itu sendiri, terjadi bila disuatu perairan terdapat lapisan air yang
bersuhu rendah akan turun mendesak lapisan air yang bersuhu tinggi naik ke permukaan
perairan.
Suhu air yang ideal bagii organisme air yang dibudidayakan sebaiknya adalah tidak
terjadi perbedaan suhu yang tidak mencolok antara siang dan malam (tidak lebih dari 5 oC).
Pada perairan yang tergenang yag mempunyai kedalaman minimal 1,5 meter biasanya akan
terjadi pelapisan (strasifikasi) suhu. Pelapisan ini terjadi karena suhu permukaan air lebih
tinggi dibanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Strasifikasi suhu terjadi karena
masuknya panas dari cahaya matahari kedalam kolam air yang mengakibatkan terjadinya
gradien suhu yang vertikal. Pada kolam yang kedalaman airnya kurang dari dua meter
biasanya terjadi strasifikasi suhu yang tidak stabil. Oleh karena itu bagi para pembudidaya
ikan yang melakukan kegiatan budidaya ikan kedalaman air tidak boleh lebiih dari 2 meter.
Selain itu untuk memecah strasifikasi suhu pada wadah budidaya ikan perlu iperhatikan dan
harus menggunakan alat bantu untuk pengukurannya.
Donald Ahrens, Meteorology Today: An Introduction to Weather, Climate, and an
Environment, Ninth edition. Thomson BrooksCole. New York. 2008.
b.
Kecerahan
Gusriana, 2012, Sentra Edukasi, Budidaya Ikan (Jilid 1) Kecerahan air merupakan
ukuran transparansi perairan dan pengukuran cahaya sinar matahari didalam air dapat
dilakukan dengan menggunakan lempengan/kepingan Secchi disk. Satuan untuk nilai
kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah satuan meter. Jumlah cahaya yang
diterima oleh phytoplankton diperairan asli bergantung pada intensitas cahaya matahari yang
masuk kedalam permukaan air dan daya perambatan cahaya didalam air.
Masuknya cahaya matahari kedalam air dipengaruhi juga oleh kekeruhan air
(turbidity). Sedangkan kekeruhan air menggambarkan tentang sifat optik yang ditentukan
berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat
didalam perairan. Faktor-faktor kekeruhan air ditentukan oleh:
a.
Benda-benda halus yang disuspensikan (seperti lumpur dsb)
b.
Jasad-jasad renik yang merupakan plankton.
c.
Warna air (yang antara lain ditimbulkan oleh zat-zat koloid berasal dari daun-daun
tumbuhan yang terektrak)
c.
Bau
Pada kolam budidaya ikan, air pada kolam ikan harus selalu di buang atau diganti,
agar tidak akan menimbulkan bau yang menyengat pada air. Faktor yang menyebabkan air
pada kolam berbau tidak sedap yaitu diantaranya; Pakan ikan yang tidak sempat termakan
oleh ikan, menjadi racun bagi kolam dengan amoniak yang muncul, Feses dari kotoran ikan
yang dibudidayakan dan terjadi dekomposisi di air yang menghasilkan amoniak. Material
dalam air dapat berupa jumlah zat tersuspensi (TDS) (Pemuji dan Anthonius, 2010 dalam
Suwondo, 2005).
d.
Warna
Kriteria warna air tambak yang dapat dijadikan acuan standar dalam pengelolaan
kualitas air adalah seperti di bawah ini:
1.
Warna air tambak hijau tua yang berarti menunjukkan adanya dominansi chlorophyceae
dengan sifat lebih stabil terhadap perubahan lingkungan dan cuaca karena mempunyai waktu
mortalitas yang relatif panjang. Tingkat pertumbuhan dan perkembangannya yang relatif
cepat sangat berpotensi terjadinya booming plankton di perairan tersebut.
2.
Warna air tambak kecoklatan yang berarti menunjukkan adanya dominansi diatomae.
Jenis plankton ini merupakan salah satu penyuplai pakan alami bagi udang, sehingga tingkat
pertumbuhan dan perkembangan udang relatif lebih cepat. Tingkat kestabilan plankton ini
relatif kurang terutama pada kondisi musim dengan tingkat curah hujan yang tinggi, sehingga
berpotensi terjadinya plankton collaps dan jika pengelolaannya tidak cermat kestabilan
kualitas perairan akan bersifat fluktuatif dan akan mengganggu tingkat kenyamanan udang di
dalam tambak.
3.
Warna air tambak hijau kecoklatan yang berarti menunjukkan dominansi yang terjadi
merupakan perpaduan antara chlorophyceae dan diatomae yang bersifat stabil yang didukung
dengan ketersediaan pakan alami bagi udang.
d.
Kekeruhan
Kekeruhan merupakan gambaran sifat optik air oleh adanya bahan padatan terutama
bahan tersuspensi dan sedikit dipengaruhi oleh warna air. Bahan tersuspensi ini berupa
partikel tanah liat, lumpur, koloid tanah dan organisme perairan (mikroorganisme). Padatan
tersuspensi tidak hanya membahayakan ikan tetapi juga menyebabkan air tidak produktif
karena menghalangi masuknya sinar matahari untuk fotosintesa.
Kekeruhan air atau sering disebut turbidty adalah salah satu parameter uji fisik dalam analisis
air. Tingkat kekeruhan air umumnya akan diketahui dengan besaran NTU (Nephelometer
Turbidity Unit) setelah dilakukan uji aplikasi menggunakan alat turbidimeter.
Apabila bahan tersuspensi ini berupa padatan organisme, maka pada batas-batas tertentu
dapat dijadikan indikator terjadinya pencemaran suatu perairan. Oleh sebab itu kekeruhan
dapat mempengaruhi/ menentukan:
a) Terjadinya gangguan respirasi,
b) Dapat menurunkan kadar oksigen dalam air,
c) Terganggunya daya lihat (visual) organisme akuatik
d) Terjadinya gangguan terhadap habitat.
e) Menghambat penetrasi cahaya ke dalam air
f) mengurangi efektifitas desinfeksi pada proses penjernihan air
e.
Salinitas
Salinitas didefinisikan sebagai jumlah bahan padat yang terkandung dalam tiap
kilogram air laut, dengan asumsi semua karbonat diubah menjadi bentuk oksida, bromida dan
iodin diganti dengan klorida dan Satuan salinitas dinyatakan dalam gram perkilogram, atau
sebagai perseribu, yang lazim disebut “ppt”.
Kadar salinitas di setiap perairan berbeda disebakan karena adanya distribusi salinitas di laut.
Distribusi ini terjadi secara vertikal dan horizontal. Distribusi salinitas dipengaruhi oleh
beberapa faktor utama, yaitu :
a) Pola sirkulasi air : membantu penyebaran salinitas
b) Penguapan (evaporasi) : semakin tinggi tingkat penguapan di daerah tersebut, maka
salinitasnya pun bertambah atau sebaliknya karena
garam-garam tersebut tertinggal di air contohnya di Laut Merah kadar salinitasnya mencapai
400/00.
c) Curah hujan (presipitasi) : semakin tinggi tingkat curah hujan di daerah tersebut, maka
salinitasnya akan berkurang atau sebaliknya hal ini dikarenakan terjadinya pengenceran oleh
air hujan.
d) Aliran sungai di sekitar (run off) : semakin banyak aliran sungai yang bermuara pada laut
maka salinitasnya akan menurun dan sebaliknya.
f.
Kedalaman
Kedalaman suatu perairan berhubungan erat dengan produktivitas, suhu vertikal,
penetrasi cahaya, densitas, kandungan oksigen, serta unsur hara (Hutabarat dan Evans, 2008).
Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap biota yang dibudidayakan. Hal ini
berhubungan dengan tekanan yang diterima di dalam air, sebab tekanan bertambah seiring
dengan bertambahnya kedalaman (Nybakken, 1992).
Kedalaman merupakan parameter yang penting dalam memecahkan masalah teknik berbagai
pesisir seperti erosi. Pertambahan stabilitas garis pantai, pelabuhan dan kontraksi, pelabuhan,
evaluasi, penyimpanan pasang surut, pergerakan, pemeliharaan, rute navigasi. Kedalaman
juga sangat berpengaruh terhadap penentuan teknologi budidaya perairan yang dilakukan di
laut ataupun di perairan tergenang ataupun mengalir.
2.3 Pengaruh terhadap Budidaya Ikan
Pengaruh suhu secara tidak langsung dapat menentukan stratifikasi massa air,
stratifikasi suhu di suatu perairan ditentukan oleh keadaan cuaca dan sifat setiap perairan
seperti pergantian pemanasan dan pengadukan, pemasukan atau pengeluaran air, bentuk dan
ukuran suatu perairan. Suhu air yang layak untuk budidaya ikan laut adalah 27 – 32 0C
(Mayunar et al., 1995; Sumaryanto et al.,2001). Kenaikan suhu perairan juga menurunkan
kelarutan oksigen dalam air, memberikan pengaruh langsung terhadap aktivitas ikan
disamping akan menaikkan daya racun suatu polutan terhadap organism perairan (Brown dan
Gratzek, 1980). Selanjutnya Kinne (1972) menyatakan bahwa suhu air berkisar antara 35 –
40 0C merupakan suhu kritis bagi kehidupan organism yang dapat menyebabkan kematian.
Menurut Yustina (2001) , kenaikan suhu air yang mencapai 30,80C. Kenaikan suhu air
akan menyebabkan kelarutan oksigen rendah (kurang dari 4 ppm). Kondisi tersebut diduga
sebagai faktor pembatas beberapa jenis ikan tertentu, terutama jenis ikan dari
famili Cyprinidae. MenurutFathuddin (2010), suhu air juga merupakan salah satu faktor yang
banyak mempengaruhi penggunaan oksigen terlarut dalam air, namun suhu air yang
diperoleh tersebut masih normal dan dalam kisaran suhu yang dapat ditolerir oleh ikan
bandeng. Semakin tinggi suhu, maka kelarutan oksigen akan semakin berkurang kelarutan
oksigen dan gas-gas lain juga berkurang dengan meningkatnya lalinitas, sehingga kadar
oksigen cenderung lebih rendah dari pada kadar oksigen di perairan air tawar.
Menurut Salisbury & Ross (1995) dalam Suwondo (2005), menyatakan bahwa Kondisi
air yang tidak terlalu pekat oleh bahan pencemar. Kondisi ini juga didukung oleh suhu
perairan yaitu 29.40C, tingginya suhu pada stasiun ini berpengaruh terhadap penyerapan
unsur logam oleh tanaman. Semakin tinggi suhu lingkungan tanaman semakin tinggi
penyerapanoleh tanaman, dimana suhu lingkungan akan menyebabkan proses fotosintesis
akan meningkat sehingga penyerapan tanaman akan meningkat juga.
Badan dan warna air dapat berubah menjadi berwarna hijau, biru-hijau atau warnawarna lain yang sesuai dengan warna yang dimiliki oleh mikroalgae. Bahkan suatu proses
yang sering terjadi pada danau atau kolam yang besar yang seluruh permukaan airnya
ditumbuhi oleh algae yang sangat banyak dinamakan blooming. Biasanya jenis mikroalgae
yang berperan didalamnya adalah Anabaena flosaquae dan Microcystis
aerugynosa (Widiyanti dan Ristiati, 2004).
Menurut Asmawi (1986) dalam Irawan dkk (2009), kualitas perairan memberikan
pengaruh yang cukup besar terhadap survival dan pertumbuhan makhluk-makhluk yang
hidup yang baik tumbuh-tumbuhan renik yang mempu berasimilasi. Agar tumbuh-tumbuhan
renik dapat berasimilasi air harus:
·
Mempunyai suhu yang optimum untuk mendorong proses hidup
·
Menerima cahaya matahari yang cukup
·
Mengandung gas karbondioksida yang cukup
·
Mengandung mineral-mineral yang cukup
Tingkat kekeruhan air di perairan mempengaruhi tingkat kedalaman pencahayaan
matahari semakin keruh suatu badan air maka semakin menghambat sinar matahari masuk
kedalam air. Pengaruh tingkat pencahayaan matahari sangat besar pada metabolism makhluk
hidup dalam air, jika cahaya matahari yang masuk berkurang maka makhluk hidup dalam air
terganggu, khususnya makhluk hidup pada kedalaman air tertentu, demikian pula sebaliknya
(Hardjojo dan Djokosetiyanto, 2005; Alaerts dan Santika, 1987 dalam Irawan dkk, 2009).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Faktor fisika meliputi suhu, kecerahan, bau, warna, kekeruhan, salinitas
Suhu mempunyai pengaruh yang besar terhadap kelarutan oksigen di dalam air,
apabila suhu air naik maka kelarutan oksigen di dalam air menurun.
Pengaruh tingkat pencahayaan matahari sangat besar pada metabolisme makhluk
hidup dalam air, jika cahaya matahari yang masuk berkurang maka makhluk hidup
dalam air terganggu.
DAFTAR PUSTAKA
- Pengelolaan Kualitas Air Jilid 1. 2013. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
- Irawan. 2009. Faktor-faktor penting dalam proses pembesaran ikan di Fasilitas Nursery dan
Pembesaran.