Perubahan Sosial yang Paling Efektif

PERUBAHAN SOSIAL YANG EFEKTIF
MELALUI PROSES PENDIDIKAN
OLEH :
WITRI INDRIANA
1413054051
KELAS B

MATA KULIAH :
DASAR-DASAR PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI PG PAUD
2014

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga tersusunnya tugas makalah ini. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan mengenai Perubahan Sosial

Yang Efektif Melalui Proses Pendidikan. Saya mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan kepada Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd
sebagai dosen mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi
sempurnanya makalah ini.

Bandarlampung, 15 Desember 2014

Witri Indriana

2

DAFTAR ISI

COVER MAKALAH.......................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.......................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 6
2.1 Sifat dan Hakikat Manusia..................................................................... 6
2.2 Perubahan Sosial ................................................................................... 9
2.2.1 Teori Utama Pola Perubahan Sosial ............................................ 14
2.2.2 Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial ............................................... 15
2.2.3 Faktor Penyebab Perubahan Sosial ............................................. 18
2.3 Perubahan Sosial Yang Efektif Melalui Proses Pendidikan .................. 22
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 29
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 30

3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Didalam kehidupan sosial dibutuhkan peran manusia sebagai mahluk sosial.
Mahluk sosial selalu berinteraksi sehingga menghasilkan inovasi. Inovasi tersebut

merupakan salah satu perubahan sosial. Manusia adalah pemeran utama dalam
perubahan sosial. Begitu pula di dalam dunia pendidikan. Sasaran pendidikan adalah
manusia.

Pendidikan

bermaksud

membantu

peserta

didik

untuk

menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan
merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Ibarat biji mangga
bagaimanapun wujudnya jika ditanam dengan baik, pasti menjadi pohon mangga.
Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat tujuan, jika

pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya.
Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsip berbeda dari hewan. Ciri khas
manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa
yang disebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki
sifat tersebut hanya dimiliki manusia. Pemahaman pendidik terhadap sifat hakikat
manusia akan membentuk peta tentang karakteristik manusia. Peta ini akan menjadi
landasan serta acuan baginya dalam bersikap, menyusun strategi, metode, dan teknik
serta memilih pendekatan dan orientasi dalam merancang dan melaksanakan
komunikasi transaksional di dalam interaksi edukatif. Dengan kata lain, dengan
menggunakan peta tersebut sebagai acuan seorang pendidik tidak mudah terkecoh ke
dalam bentuk-bentuk transaksional yang patologis dan berakibat merugikan subjek
didik.
Alasan kedua mengapa gambaran yang benar dan jelas tentang manusia itu perlu
dimiliki oleh pendidik adalah karena adanya perkembangan sains dan teknologi yang
sangat pesat dewasa ini, lebih-lebih pada masa mendatang. Memang banyak
manfaatnya yang dapat diraih bagi kehidupan manusia darinya. Namun, di sisi lain

4

tidak dapat dielakan akan adanya dampak negatif, yang terkadang tanpa disadari

sangat merugikan bahkan mungkin mengancam keutuhan eksistensi manusia, seperti
ditemukannya bom kimia dan bakteri dan lainnya yang digunakan secara tidak
bertanggung jawab. Semua itu adalah dampak dari perubahan sosial.
1.2 Rumusan Masalah
2. Apakah yang dimaksud dengan manusia ?
3. Apakah pengertian perubahan sosial ?
4. Bagaimanakah perubahan sosial yang efektif melalui proses pendidikan ?

5

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sifat dan Hakikat Manusia
Sifat hakikat manusia menjadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat
antropologi. Hal ini menjadi keharusan oleh karena pendidikan bukanlah sekadar soal
praktek melainkan praktek yang berlandasan dan bertujuan. Sedangkan landasan dan
tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normatif. Bersifat filosofis karena
untuk mendapatkan landasan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat
mendasar, sistematis, dan universal tentang ciri hakiki manusia. Bersifat normatif
karena pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan sifat hakikat

manusia tersebut sebagai sesuatu yang bernilai luhur dan hal itu menjadi keharusan.
Uraian selanjutnya akan membahas pengertian sifat hakikat manusia dan wujud sifat
hakikat mausia. Gambaran yang jelas dan benar tentang manusia itulah yang memberi
arah tepat pendidik kemana peserta didiknya harus dibawa.
Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik yang secara prinsip
membedakan manusia dari hewan. Meskipun antara manusia dengan hewan banyak
kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya. Bentuknya, bertulang belakang,
berjalan tegak, melahirkan dan menyusui anaknya, pemakan segala,, dan adanya
persamaan metabolisme dengan manusia.
Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira
bahwa hewan dan manusia itu hanya berbeda secara gradual, yaitu perbedaan yang
dengan melalui rekayasa dapat dibuat menjadi sama keadaannya. Seolah-olah dengan
kemahiran rekayasa pendidikan orang hutan dapat dijadikan manusia. Upaya manusia
untuk mendapatkan keterangan bahwa hewan tidak identik dengan manusia telah
ditemukan.
Hal-hal yang menjadi perbedaan antara manusia dan hewan adalah sebagai berikut :
a. Kemampuan Menyadari Diri
Kaum rasionalis menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada
adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya
kemampuan menyadari diri yang dimiliki manusia, maka manusia menyadari


6

bahwa dirinya memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan
manusia dapat membedakan dirinya dengan aku-aku yang lain dan dengan
non-aku dari itu manusia dapat membuat jarak dengan lingkungannya baik
yang berupa pribadi maupun nonpribadi. Orang lain merupakan pribadipribadi di sekitar, adapun pohon, batu, cuaca dan sebagainya merupakan
lingkungan nonpribadi.
b. Kamampuan Bereksistensi
Dengan keluar dari dirinya dan dengan membuat jarak antara aku dengan
dirinya sebagai objek, lalu melihat objek itu sebagai sesuatu, berarti manusia
itu dapat menembus atau menerobos dan menguasai batas-batas yang
membelenggu dirinya. Kemampuan menerobos ini bukan saja dalam
kaitannya soal ruang, melainkan juga dengan waktu. Dengan demikin manusia
tidak terbelenggu oleh tempat atau uang dan waktu ini, tapu dapat menembus
ke “sana” dan ke “masa depan”. Kemampuan menempatkan diri dan
menerobos inilah yang disebut kemampuan bereksistensi. Karena kemampuan
inilah manusia terdapat unsur kebebasan.
c. Kata Hati
Kata hati sering disebut hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita hati dan

sebagainya. Dengan sebutan demikian menunjukan bahwa kata hati adalah
kemampuan pada diri manusia yang memberi penerangan tentang baik
buruknya perbuatan sebagai manusia.
d. Moral
Moral adalah perbuatan yang menyertai kata hati. Disini tampak masih ada
jarak antara kata hati dengan moral. Artinya seseorang yang telah memiliki
kata hati yang tajam belum otomatis perbuatannya merupakan realisasi dari
kata hatinya itu. Untuk menjembatani jarak yang mengantarai keduanya masih
ada aspek yang diperlukan yaitu kemauan.
e. Tanggung Jawab
Kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut
jawab, merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggung jawab. Wujud
bertanggung jawab bermacam-macam.

Ada tanggung jawab kepada diri

7

sendiri, masyarakat dan kepada Tuhan. Tanggung jawab kepada diri sendiri
berarti menanggung tuntutan kata hati, misalnya dalam bentuk penyesalan

yang mendalam.
f. Rasa Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas, tidak terkait dengan sesuatu tetapi sesuai dengan
tuntutan kodrat manusia. Dalam pernyataan ini ada dua hal yang kelihatannya
saling bertentangan yaitu rasa bebas dan sesuai dengan tuntutan kodrat
manusia yang berarti ada ikatan. Kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya
memang berlangsung dalam keterikatan. Artinya, bebas berbuat sepanjang
tidak bertentangan dengan tuntutan kodrat manusia. Orang hanya mungkin
merasakan adanya kebebasan batin apabila ikatan-ikatan yang ada telah
menyatu dengan dirinya dan menjiwai segenap perbuatannya. Dengan kata
lain, ikatan luar yang membelenggu telah berubah menjadi ikatan dalam yang
menggerakan. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa merdeka tidak sama
dengan berbuat bebas tanpa ikatan. Perbuatan bebas membabi buta tanpa
memperhatikan petunjuk kata hati, sebenarnya hanya merupakan kebebasan
semu. Sebab hanya kelihatan bebas, tetapi sebenarnya justru tidak bebas,
karena perbuatan seperti itu segera disusul dengan sanksi-sanksinya.
g. Kewajiban dan Hak
Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi
dari manusia sebagai mahluk sosial. Yang ssatu ada karena adanya yang lain.
Tak ada hak tanpa kewajiban. Jika seseorang mempunyai hak untuk menuntut

sesuatu maka tentu ada pihak lain yang berkewajiban untuk memenuhi hak
tersebut. Sebaliknya kewajiban ada oleh karena ada pihak yang harus dipenihi
haknya. Pada dasarnya hak itu adalah sesuatu yang masih kosong. Artinya
meskipun hak tentang sesuatu itu ada, belum tentu orang mengetahuinya. Dan
jika sudah mengetahuinya belum tentu digunakan haknya.

h. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia.
Penghayatan hidup yang disebut kebahagiaan ini meskipun tidak mudah untuk
dijabarkan tetapi tidak sulit dirasakan. Dapat diduga, bahwa hampir setiap

8

orang pernah mengalami rasa bahagia. Untuk menjabarkan arti istilah
kebahagiaan sehingga cukup jelas dipaham serta memuaskan semua pihak
tentunya tidak mudah. Sebagian orang mungkin menganggap bahwa seseorang
yang sedang mengalami rasa senang gembira itulah mengalami kebahagiaan.

2.2 Perubahan Sosial
Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan. Pada dasarnya, perubahan

merupakan proses modifikasi struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat.
Perubahan yang terjadi dalam masyarakat disebut perubahan sosial, yaitu gejala
umum yang terjadi sepanjang masa pada setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi
sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan
perubahan. Albert O. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia merupakan
penyebab dari perubahan. Manusia selalu tidak puas dengan apa yang telah
dicapainya. Ia selalu mencari sesuatu yang baru, bagaimana mengubah suatu keadaan
agar lebih baik. Manusia merupakan makhluk yang selalu ingin berubah, aktif, kreatif,
inovatif, agresif, selalu berkembang, dan responsif terhadap perubahan yang terjadi di
masyarakat.
Perbedaan perubahan antara masyarakat yang satu dengan yang lain atau antara
kurun waktu lainnya hanyalah terletak pada tingkat kecepatan perubahan tersebut.
Aperubahan yang terjadi di masyarakat meliputi perubahan norma-norma sosial, polapola sosial, interaksi sosial, pola perilaku, organisasi sosial, lembaga kemasyarakatan,
lapisan-lapisan masyarakat, serta susunan kekuasaan dan wewenang.
Perubahan sosial tidak terlepas dari perubahan kebudayaan. Kingsley Davis
mengatakan bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan.
Perubahan

kebudayaan

mencakup

semua bagiannya, yaitu kesenian, ilmu

pengetahuan, teknologi, filsafat, bahkan perubahan dalam bentuk serta aturan
organisasi sosial. Sebagai contoh, perubahan dalam bidang teknologi komunikasi dari
bentuk telegram menjadi telepon seluler. Akan tetapi, perubahan itu tidak
memengarungi oranisasi sosial masyarakatnya. Perubahan tersebut lebih merupakan
perubahan kebudayaan ketimbang perubahan sosial.
Secara teoretis, perubahan sosial dan perubahan kebudayaan dapat dipisahkan.
Namun, dalam kehidupan sehari-hari, tidak mudah menentukan garis pemisah antara

9

keduanya karena tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan.
Sebaliknya, tidak mungkin ada kebudayaan tanpa ada masyarakat pendukungnya.
Perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama, yaitu
berhubungan dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau perbaikan dalam cara
masyarakat memenuhi kebudayaannya.
Mengapa perubahan sosial melekat pada masyarakat dengan kebudayaannya? Hal
tersebut terjadi karena alasan-alasan berikut :
1. Menghadapi masalah-masalah baru. Manusia selaku masyarakat berbudaya
selalu menghadapi masalah baru yang mengharuskan adanya pemikiran,
usaha, dan peralatan baru untuk memecahkannya. Begitu suatu masalah
terpecahkan, tak mustahil muncul masalah dan kebutuhan baru yang menuntut
adanya pemecahan. Contohnya, semakin mampu suatu masyarakat membeli
kendaraan pribadi, semakin banyak pula masalah baru yang menuntut
pemecahannya. Di antaranya adalah penyediaan bahan bakar, penanggulangan
kepadatan dan kemacetan lalu lintas, penanggulangan polusi udara, dan
penyediaan tempat parkir kendaraan bermotor. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa proses perubahan masyarakat akan selalu ada, sepanjang
masyarakat itu masih ada.
2. Ketergantungan pada hubungan antarwarga pewaris kebudayaan. Bertahannya
bentuk kebudayaan dalam suatu masyarakat sangat tergantung pada hubungan
antarwarga masyarakat yang mewarisi kebudayaan tersebut. Tidak semua
orang dalam suatu masyarakat memiliki pandangan dan sikap yang sama
tentang kebudayaan mereka sendiri. Misalnya di kalangan masyarakat yang
bersandar pada sistem budaya agama tertentu, tidak jarang bermunculan para
pembaru yang membawa perubahan, seperti gerakan protestanisme dalam
kalangan pemeluk agama Kristen atau gerakan wahabi dalam agama Islam.
3. Lingkungan yang berubah. Lingkungan tempat suatu masyarakat hidup juga
berubah secara konstan sebagai akibat perlakuan manusia.
Secara umum, kecenderungan masyarakat untuk berubah sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut :
1. Rasa tidak puas terhadap keadaan dan situasi yang ada.
2. Timbulnya keinginan untuk mengadakan perbaikan.
3. Kesadaran akan adanya kekurangan dalam kebudayaan sendiri sehingga
berusaha untuk mengadakan perbaikan.

10

4. Adanya usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan,
keadaan dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan
masyarakat.
5. Banyaknya kesulitan yang dihadapi yang memungkinkan manusia berusaha
untuk dapat mengatasinya.
6. Tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dan adanya keinginan
untuk meningkatkan taraf hidup.
7. Sikap terbuka dari masyarakat terhadap hal-hal baru, baik yang datang dari
dalam maupun dari luar masyarakat.
8. Sistem pendidikan yang memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia untuk
mraih masa depan yang lebih baik.
Akan tetapi, masyarakat pun memiliki kecenderungan untuk mempertahankan nilainilai lama. Hal itu dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini :
1. Adanya unsur yang mempunyai fungsi tertentu dan sudah diterima oleh
masyarakat secara luas. Contohnya, sistem kekerabatan dan solidaritas
kekerabatan pada suku atau etnis tertentu yang mempunyai fungsi sangat
penting di masyarakat.
2. Adanya unsur-unsur yang diperoleh melalui proses sosialisasi sejak kecil.
Misalnya, mayoritas makanan pokok rakyat indonesia adalah nasi. Walaupun
telah mengenal berbagai jenis makanan seperti bulgur, jagung dan makanan
yang lebih lezat, masyarakat Indonesia cenderung tetap mempertahankan nasi
sebagai makanan pokoknya.
3. Adanya unsur yang menyangkut agama dan religi yang dianut masyarakat.
Mayoritas rakyat Indonesia memeluk agama Islam. Namun, sebelumnya, di
Indonesia berkembang agama Hindu yang memiliki beraneka ragam kebiasaan
yang sekarang masih banyak mewarnai kehidupan umat Islam, seperti
selamatan 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari dan 1000 hari bagi orang yang telah
meninggal. Kebiasaan itu sulit dihilangkan, bahkan mungkin jika seseorang
tidak mengadakan upacara selamatan tersebut, dia akan merasa bersalah atau
berdosa.
4. Adanya unsur-unsur yang menyangkut ideologi dan filsafat hidup bangsa.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa perubahan sosial memiliki
karakteristik antara lain sebagai berikut :
1. Tidak ada masyarakat yang berhenti berkembang karena setiap masyarakat
mengalami perubahan, baik lambat maupun cepat.

11

2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu diikuti pula
oleh perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya yang berbeda salam
suatu mata rantai.
3. Perubahan yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang bersifat
sementara karena ada proses penyesuaian diri. Disorganisasi akan diikuti oleh
reorganisasi yang mencakup pemantapan kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang
baru.
4. Perubahan yang tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang
spiritual saja karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik
yang sangat kuat.
5. Dalam menghadapi perubahan, yang paling penting adalah bagaimana
seseorang menyikapinya sehingga tidak menjadi korban perubahan tersebut,
tetapi penentu perubahan.
Perubahan sosial memiliki makna yang luas dan mencakup berbagai segi
kehidupan, seperti ekonomi, sosial, dan politik. Karena itu, perubahan sosial budaya
yang terjadi dalam suatu masyarakat menyangkut perubahan nilai, pola perilaku,
organisasi sosial, pelapisan sosial, kekuasaan, serta segi kemasyarakatan lainnya.
Berikut beberapa pandangan para tokoh tentang perubahan sosial.
1. Selo Soemardjan menyatakan bahwa perubahan sosial adalah bentuk
perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu mesyarakat
yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai, sikap, dan perilaku
antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2. Kingsley Davis menyatakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang
terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, timbulnya
pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan
terjadinya perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dan majikan.
Demikian pula dalam organisasi-organisasi lain, seperti organisasi politik
maupun organisasi ekonomi.
3. John Lewis Gillin dan John Philip Gillin melihat perubahan sosial sebagai
suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan
kondisi geografis, kebudayaan material.], komposisi penduduk, ideologi,
meupun karena adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam
masyarakat.
4. Samuel Koening menyatakan bahwa perubahan sosial menunjuk pada
modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.

12

Modifikasi-modifikasi ini bisa terjadi karena faktor-faktor intern ataupun
ekstern.
5. Robert Maclver melihat perubahan sosial sebagai perubahan dalam hubungan
sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial.
6. William F. Ogburn menyatakan bahwa perubahan sosial menekankan pada
kondisi teknologis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek-aspek
kehidupan sosial, seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sangat berpengaruh terhadap pola berpikir masyarakat.
Perubahan sosial dapat pula berupa kemajuan atau kemunduran. Dalam rupa
kemajuan perubahan yang terjadi dalam masyarakat mampu menciptakan kemudahan
bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan disini dapat
diartikan sebagai proses pembangunan masyarakat ke arah lebih baik. Dalam rupa
kemunduran, perubahan yang terjadi dalam masyarakat pada aspek tertentu membawa
pengaruh yang kurang menguntungkan. Misalnya penggunaan tenaga mesin di
pedesaan mengakibatkan nilai kegotong-royongan masyarakat menjadi berkurang.
Contoh lain, penemuan teknologi selain menguntungkan manusia juga dapat
merugikan seperti halnya dengan penemuan nuklir.
Secara sosiologis, kita dapat mengetahui bahwa perubahan sosial akan selalu
mengikuti suatu pola dan arah tertentu yang dapat dipelajari. Selama ini, para sosiolog
telah berupaya untuk mempelajari proses perubahan sosial dan mencoba untuk
mengerti sifat dan pola perubahan di dalam masyarakat.
2.2.1 Teori Utama Pola Perubahan Sosial
Menurut Robert H. Lauer, terdapat dua teori utama pola perubahan sosial, yaitu
teori siklus dan teori perkembangan.
1. Teori Siklus
Teori siklus melihat perubahan sebagai suatu yang berulang-ulang. Apa yang
terjadi sekarang pada dasarnya memiliki kesamaan atau kemiripan dengan apa
yang terjadi sebelumnya. Dalam pola perubahan ini tidak tampak batas-batas
antara pola hidup primitif, tradisional, dan modern. Perubahan siklus
merupakan perubahan yang menyerupai spiral. Pola perubahan siklus adalah
pola perubahan yang menyerupai spiral. Para penganut teori siklus juga
melihat adanya sejumlah tahap yang harus dilalui oleh masyarakat. Namun,
mereka berpandangan bahwa setiap peradaban besar mengalami proses

13

kelahiran, pertumbuhan dan keruntuhan. Proses perputaran itu memakan
waktu sekitar seribu.
2. Teori Perkembangan
Penganut teori ini percaya bahwa perubahan dapat diarahkan ke titik tujuan
tertentu, seperti perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern
yang kompleks. Masyarakat tradisional menggunakan peralatan yang terbuat
dari bahan seadanya melalui proses pembuatan secara manual. Teknologi ini
kemudian berkembang menjadi teknologi canggih yang pada intinya bertujuan
mempermudah

pekerjaan

manusia.

Teori

ini

dikenal

dengan

teori

perkembangan atau linier. Teori perkembangan dibagi menjadi dua, yaitu teori
evolusi dan teori revolusi. Penganut teori evolusi berpandangan bahwa
masyarakat secara bertahap berkembang dari primitif, tradisional, menuju
masyarakat modern yang kompleks dan maju. Herbert Spencer, seorang
sosiolog dari inggris, berpendapat bahwa setiap masyarakat berkembang
melalui tahapan yang pasti. Sementara itu, Emile Durkheim mengatakan
bahwa masyarakat berkembang dari solidaritas mekanik ke solidaritas organik.
Solidaritas mekanik merupakan cara hidup masyarakat tradisional yang
cenderung mengedepankan keseragaman sosial yang diikat oleh ide bersama.
Solidaritas organik merupakan cara hidup masyarakat lebih maju yang berakar
pada perbedaan daripada persamaan.
Masyarakat tersebut menurut Durkheim, terbagi secara beragam dalam proses
diferensiasi kerja. Max Weber melalui teori evolusinya berpandangan bahwa
masyarakat berubah secara linier dari masyarakat meliputi pemikiran mistik
dan takhayul menuju masyarakat yang rasional. Penganut teori revolusi seperti
Karl Marx, berpandangan bahwa masyarakat berubah secara linier namun
bersifat revolusioner. Marx lebih lanjut mengatakan bahwa masyarakat feodal
akan berubah secara revolusioner menjadi masyarakat kapitalis. Jadi, pada
dasarnya, suatu masyarakat akan berkembang ke arah tertentu.

2.2.2 Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial
1. Perubahan Lambat (Evolusi)
Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lama, dan rentetan-rentetan
perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat dinamakan evolusi.

14

Perubahan pada evolusi terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk
menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan, dan
kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Ada bermacam-macam teori tentang evolusi, yang pada umumnya dapat
digolongkan ke dalam beberapa kategori sebagai berikut:
a. Unilinear Theories of Evolution
Teori ini pada pokoknya berpendapat bahwa manusia dan masyarakat
(termasuk kebudayaannya) mengalami perkembangan sesuai dengan
tahap-tahap tertentu, bermula dari bentuk yang sederhana, kemudian
bentuk yang kompleks sampai pada tahap yang sempurna. Pelopor teori ini
adalah Auguste Comte.
b. Universal Theory of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidaklah perlu
melalui tahap-tahap tertetu yang tetap. Teori ini mengemukakan bahwa
kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu.
Prinsip-prinsip teori ini diuraikan oleh Herbert Spencer yang antara lain
mengatakan bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari
kelompok homogen ke kelompok yang heterogen baik sifat maupun
susunannya.
c. Multilinier Theories of Evolution
Teori ini lebih menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahaptahap pekembangan tertentu dalam evolusi masyarakat, misalnya,
mengadakan penelitian perihal pengaruh perubahan sistem pencaharian
dari sistem berburu ke pertanian, terhadap sistem kekeluargaan dalam
masyarakat yang bersangkutan dan seterusnya.
1. Perubahan Cepat (Revolusi)
Perubahan-perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat dan menyangkut
dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat (yaitu lembagalembaga kemasyarakat) dinamakan revolusi. Unsur-unsur pokok revolusi
adanya perubahan yang cepat dan perubahan tersebut mengenai dasar-dasar
atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahanperubahan yang terjadi dapat direncanakan terlebih dahulu atau tanpa rencana.
Ukuran kecepatan suatu perubahan yang dinakan revolusi, sebenarnya bersifat
relatif karena revolusi dapat memakan waktu yang lama.Misalnya revolusi
industri di Inggris, di mana perubahan-perubahan terjadi dari tahap produksi

15

tanpa mesin menuju ke tahap produksi menggunakan mesin. Perubahan
tersebut dianggap cepat karena mengubah sendi-sendi pokok kehidupan
masyarakat, seperti sistem kekeluargaan, hubungan antara buruh dengan
majikan dan seterusnya.
2. Perubahan Kecil
Agak sulit untuk merumuskan masing-masing pengertian tersebut di atas
karena batas-batas pembedaannya agak relatif. Sebagai pegangan dapatlah
dikatakan bahwa perubahan-perubahan kecil merupakan perubahan-perubahan
yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh
langsung atau berarti bagi masyarakat. Perubahan mode pakaian misalnya, tak
akan membawa pengaruh apa-apa bagi masyarakat secara keseluruhan karena
tidak

mengakibatkan

perubahan-perubahan

pada

lembaga-lembaga

kemasyarakatan.
3. Perubahan Besar
Sebaliknya proses industrialisasi yang berlangsung pada masyarakat agraris,
misalnya merupakan perubahan yang akan membawa pengaruh besar pada
masyarakat. Pelbagai lembaga kemasyarakatan akan ikut terpengaruh
misalnya hubungan kerja, sistem milik tanah, hubungan kekeluargaan,
stratifikasi masyarakat dan seterusnya.
4. Perubahan Yang Dikehendaki atau Direncanakan
Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang
diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak
yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang
menghendaki perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin
satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan.Agent of change memimpin
masyarakat dalam mengubah sistem sosial. Dalam melaksanakannya, agent of
change langsung tersangkut dalam tekanan-tekanan untuk mengadakan
perubahan. Bahkan mungkin menyiapkan pula perubahan-perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Suatu perubahan yang dikehendaki
atau yang direncanakan selalu berada di bawah pengendalian serta
pengawasan agent of change tersebut. Cara-cara mempengaruhi masyarakat
dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu dinamakan

16

perencanaan sosial (social planning).
5. Perubahan Sosial Yang Tidak Dikehendaki atau Tidak Direncanakan
Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan
merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung
di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya
akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat. Apabila perubahan
yang tidak dikehendaki tersebut berlangsung bersamaan dengan suatu
perubahan yang dikehendaki, perubahan tersebut mungkin mempunyai
pengaruh yang besarnya terhadap perubahan-perubahan yang dikehendaki.
Dengan demikian, keadaan tersebut tidak mungkin diubah tanpa mendapat
halangan-halangan dari masyarakat itu sendiri. Atau dengan kata lain,
perubahan yang dikehendaki diterima oleh masyarakat dengan cara
mengadakan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan
yang ada atau dengan cara membentuk yang baru. Sering kali terjadi
perubahan yang dikehendaki bekerja sama dengan perubahan yang tidak
dikehendaki dan kedua proses tersebut saling mempengaruhi.
6. Perubahan Progress
Perubahan progres yaitu perubahan yang membawa kemajuan bagi
masyarakat. Perubahan ini akan membawa keberuntungan terhadap kehidupan
masyarakat yang mengalami perubahan tersebut. Misalnya dengan adanya
listrik masuk desa, maka banyak terjadi perubahan-perubahan dalam
masyarakat baik dalam bidang transportasi, komunikasi, hiburan, kemajuan
ekonomi, dan sebagainya.
7. Perubahan Regress
Perubahan regres, yaitu perubahan yang membawa pengaruh kurang
menguntungkan bagi masyarakat sehubngan dengan bidang-bidang tertentu.
Misalnya, perubahan dalam sistem komunikasi di desa akan mengakibatkan
berkurangnya intensitas hubungan masyarakat.
2.2.3 Faktor Penyebab Perubahan Sosial
Terjadinya perubahan dalam masyarakat, pada prinsipnya berasal dari sifat dasar
manusia yang tidak pernah puas dan mudah bosan dengan keadaan yang dialaminya.
Perubahan sosial dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam
masyarakat itu sendri (internal) atau faktor-faktor yang berasl dari luar masyarakat

17

(eksternal).
1. Faktor Internal
a. Bertambah atau berkurangnya penduduk
Pertambahan penduduk yang sangat cepat di pulau Jawa menyebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, terutama lembaga-lembaga
kemasyarakatannya. Misalnya orang lantas mengenal hak milik individu atas
tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil dan seterusnya yang sebelumnya
tidak dikenal.Berkurangnya penduduk mungkin disebabkan berpindahnya
penduduk dari desa ke kota atau dari daerah ke daerah lain (misalnya
transmigrasi). Perpindahan penduduk mengakibatkan kekosongan, misalnya
dalam bidang pembagian kerja dan stratifikasi sosial, yang mempengaruhi
lembaga-lembaga kemasyarakatan.
b. Penemuan-penemuan baru
Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi yang terjadi dalam
jangka waktu yang tidak terlalu lama disebut dengan inovasi atau innovation.
Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan
baru yang tersebar ke lain-lain bagian masyarakat, dan cara-cara unsur
kebudayaan baru tadi diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam
masyarakat yang bersangkutan.Penemuan-penemuan baru sebagai sebab
terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan menjadi discovery dan
invention. Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik
berupa alat, ataupun yang berupa gagasan yang diciptakan oleh seorang
individu atau serangkaian ciptaan para individu. Discovery baru menjadi
invention kalau masyarakat sudah mengakui, menerima serta menerapkan
penemuan baru itu. Sering kali proses dari discovery sampai ke invention
membutuhkan suatu rangkaian penciptaan. Penemuan mobil, misalnya,
dimulai dari usaha seorang Austria, yaitu S. Marcus (1857) yang membuat
motor gas yang pertama. Sebetulnya sistem motor gas tersebut juga
merupakan suatu hasil dari rangkaian ide yang telah dikembangkan sebelum
Marcus. Sungguhpun demikian, Marcuslah yang telah membulatkan
penemuan tesebut, dan yang untuk pertama kali menghubungkan motor gas
dengan sebuah kereta sehingga dapat berjalan tanpa ditarik seekor kuda. Itulah

18

saatnya mobil menjadi suatu discovery. Jadi, 30 tahun kemudian sesudah suatu
rangkaian sumbangan dari sekian banyak pencipta lain yang menambah
perbaikan mobil tersebut, barulah sebuah mobil dapat mencapai suatu bentuk
sehingga dapat dipakai sebagai alat pengangkutan oleh manusia dengan cukup
praktis dan aman. Bentuk mobil semacam itu yang mendapat paten di Amerika
Serikat 1911 dapat disebut sebagai permulaan dari kendaraan mobil yang pada
masa sekarang menjadi salah satu alat yang amat penting dalam kehidupan
masyarakat manusia. Dengan tercapainya bentuk tersebut, kendaraan mobil
menjadi suatu invention. Pada saat menjadi invention, proses inovasi belum
selesai. Sungguhpun kira-kira sesudah 1911 produksi mobil dimulai, mobil
masih belum dikenal oleh seluruh masyarakat. Penyebaran alat pengangkutan
tersebut masih harus disebarluaskan kepada khalayak ramai. Selain itu biaya
produksi mobil demikian tingginya sehingga hanya suatu golongan kecil saja
yang dapat membelinya. Satu persoalan lain yang juga harus dihadapi adalah
apakah masyarakat sudah siap menerimanya karena misalnya diperlukan
pembuatan jalan-jalan raya yang baru. Seluruh proses tersebut merupakan
rangkaian proses inovasi dari sebuah mobil.Penemuan-penemuan baru dalam
kebudayaan jasmaniah atau kebendaan menunjukkan adanya berbagai macam
pengaruh pada masyarakat. Pertama-tama, pengaruh suatu penemuan baru
tidak hanya terbatas pada satu bidang tertentu saja, tetapi ia sering kali meluas
ke bidang-bidang yang lainnya. Misalnya penemuan radio menyebabkan
perubahan-perubahan dalam lembaga kemasyarakatan seperti pendidikan,
agama, pemerintahan, rekreasi dan seterusnya, seperti yang terlihat ada
gambar berikut ini.Kemungkinan lain adalah perubahan-perubahan yang
menjalar

dari

satu

lembaga

kemasyarakatan

ke

lembaga-lembaga

kemasyarakatan lainnya. Penemuan baru kapal terbang membawa pengaruh
pada metode peperangan, yang kemudian kian memperdalam perbedaan antara
negara-negara besar dengan negara-negara kecil.Beberapa jenis penemuan
baru dapat pula mengakibatkan satu jenis perubahan sebagai berikut. Misalnya
penemuan mobil, kereta api, telepon dan sebagainya menyebabkan tumbuhnya
lebih banyak pusat kehidupan di daerah pinggiran kota yang dinamakan
suburb.
c. Pertentangan (conflict) masyarakat

19

Pertentangan masyarakat mungkin pula menjadi sebab terjadinya perubahan
sosial dan kebudayaan. Pertentangan-pertentangan mungkin terjadi antara
individu-individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.
Umumnya masyarakat tradisional di Indonesia bersifat kolektif. Segala
kegiatan didasarkan pada kepentingan masyarakat. Tidak jarang timbul
pertentangan antara kepentingan individu dengan kepentingan kelompoknya.
d. Terjadinya pemberontakan atau revolusi
Revolusi yang meletus pada Oktober 1917 di Rusia telah menyulut terjadinya
perubahan-perubahan besar Negara Rusia yang mula-mula mempunyai bentuk
kerajaan absolut berubah menjadi diktator proletariat yang dilandaskan pada
doktrin Marxis. Segenap lembaga kemasyarakatan, mulai dari bentuk negara
sampai keluarga batih, mengalami perubahan-perubahan yang mendasar.
2. Faktor Eksternal
Suatu perubahan sosial dan kebudayaan dapat pula bersumber pada sebab-sebab yang
berasal dari luar masyarakat itu sendiri, antara lain sebagai berikut.
a. Lingkungan fisik
Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar
manusia. Terjadinya gempa bumi, topan, banjir dan lain-lain mungkin
menyebabkan masyarakat-masyarakat yang mendiami daerah-daerah tersebut
terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya.
b. Peperangan
Peperangan selalu berdampak pada tingginya angka kematian, rusaknya
berbagai sarana dan prasarana kebutuhan hidup sehari, hari, terjadinya
kekacauan ekonomi dan sosial, serta tergoncangnya mental penduduk
sehingga merasa frustrasi dan tidak berdaya.
c. Pengaruh kebudayaan lain
Apabila sebab-sebab perubahan bersumber pada masyarakat lain, itu mungkin
terjadi karena kebudayaan dari masyarakat lain melancarkan pengaruhnya.
Hubungan yang dilakukan secara fisik antara dua masyarakat mempunyai
kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbal balik. Artinya, masingmasing masyarakat mempengaruhi masyarakat lainnya, tetapi juga menerima
pengaruh dari masyarakat yang lain itu.Namun apabila hubungan tersebut
berjalan melalui alat-alat komunikasi massa, ada kemungkinan pengaruh itu

20

hanya datang dari satu pihak saja, yaitu dari masyarakat pengguna alat-alat
komunikasi tersebut. Sementara itu, pihak lain hanya menerima pengaruh
tanpa mempunyai kesempatan memberikan pengaruh balik. Apabila pengaruh
dari masyarakat tersebut diterima tidak karena paksaan, hasilnya dinamakan
demonstration effect.Di dalam pertemuan dua kebudayaan tidak selalu akan
terjadi proses saling mempengaruhi. Kadangkala pertemuan dua kebudayaan
yang seimbang akan saling menolak. Keadaan semacam itu dinamakan
cultural animosity. Namun, apabila salah satu dari dua kebudayaan yang
bertemu mempunyai taraf teknologi yang lebih tinggi, maka yang terjadi
adalah proses imitasi, yaitu peniruan terhadap unsur-unsur kebudayaan lain.
2.3

Perubahan Sosial Yang Efektif Melalui Proses Pendidikan Pendidikan
Adanya pendidikan dapat mempengaruhi perubahan sosial, yang mana perubahan

sosial nantinya akan mempunyai fungsi :
1. Melakukan reproduksi budaya
2. Difusi budaya
3. Mengembangkan analisis kultural terhadap kelembagaan-kelembagaan
tradisional
4. Melakukan perubahan-perubahan atau modifikasi tingkat ekonomi sosial
tradisional
5. Melakukan perubahan-perubahan yang lebih mendasar terhadap institusiinstitusi tradisional yang telah ketinggalan.
Sekolah berperan sebagai reproduksi budaya yang maksudnya menempatkan sekolah
sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi
pada perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak
setinggi pada tingkat pendidikan tinggi.Pada masa-masa proses industrialisasi dan
modernisasi pendidikan telah mengajarkan nilai-nilai serta kebiasaan-kebiasaan baru,
seperti orientasi ekonomi, orientasi kemandirian, mekanisme kompetisi sehat, sikap
kerja keras, kesadaran akan kehidupan keluarga kecil, di mana nilai-nilai tersebut
semuanya sangat diperlukan bagi pembangunan ekonomi sosial suatu bangsa.
Usaha-usaha sekolah untuk mengajarkan sistem nilai dan perspektif ilmiah dan
rasional sebagai lawan dan nilai-nilai dan pandangan hidup lama, pasrah dan
menyerah pada nasib, ketiadaan keberanian menanggung resiko, semua itu telah
diajarkan oleh sekolah sekolah sejak proses modernisasi dari perubahan sosial.

21

Dengan menggunakan cara-cara berpikir ilmiah, cara-cara analisis dan
pertimbangan-pertimbangan rasional serta kemampuan evaluasi yang kritis orang
akan cenderung berpikir objektif dan lebih berhasil dalam menguasai alam sekitarnya.
Lembaga-lembaga pendidikan disamping berfungsi sebagai penghasil nilai-nilai
budaya baru juga berfungsi sebagai difusi budaya (cultural diffussion).
Kebijaksanaan-kebijaksanaan sosial yang kemudian diambil tentu berdasarkan
pada hasil budaya dan difusi budaya. Sekolah-sekolah tersebut bukan hanya
menyebarkan penemuan-penemuan dan informasi-informasi baru tetapi juga
menanamkan sikap-sikap, nilai-nilai dan pandangan hidup baru yang semuanya itu
dapat memberikan kemudahan-kemudahan serta memberikan dorongan bagi
terjadinya perubahan sosial yang berkelanjutan.Pendidikan dalam perubahan sosial
dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan analisis kritis yang berperan untuk
menanamkan keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai baru tentang cara berpikir manusia.
Pendidikan dalam era abad modern telah berhasil menciptakan generasi baru
dengan daya kreasi dan kemampuan berpikir kritis, sikap tidak mudah menyerah pada
situasi yang ada dan diganti dengan sikap yang tanggap terhadap perubahan. Caracara berpikir dan sikap-sikap tersebut akan melepaskan diri dari ketergantungan dan
kebiasaan berlindung pada orang lain, terutama pada mereka yang berkuasa.
Pendidikan ini terutama diarahkan untuk mempenoleh kemerdekaan politik,
sosial dan ekonomi, seperti yang diajukan oleh Paulo Friere. Dalam banyak negara
terutama negara-negara yang sudah maju, pendidikan orang dewasa telah
dikembangkan sedemikian rupa sehingga masalah kemampuan kritis ini telah
berlangsung dengan sangat intensif. Pendidikan semacam itu telah berhasil membuka
mata masyarakat terutama didaerah pedesaan dalam penerapan teknologi maju dan
penyebaran penemuan baru lainnya.Pengaruh dan upaya pengembangan berpikir kritis
dapat memberikan modifikasi (perubahan) hierarki sosial ekonomi. Oleh karena itu
pengembangan berpikir knitis bukan saja efektif dalam pengembangan pribadi seperti
sikap berpikir kritis, juga berpengaruh terhadap penghargaan masyarakat akan nilainilai manusiawi, perjuangan ke arah persamaan hak-hak baik politik, sosial maupun
ekonomi. Bila dalam masyarakat tradisional lembaga-lembaga ekonomi dan sosial
didominasi oleh kaum bangsawan dan golongan elite yang berkuasa, maka dengan
semakin pesatnya proses modernisasi tatanan-tatanan sosial ekonomi dan politik
tersebut diatur dengan pertimbangan dan penalaran-penalaran yang rasional.

22

Oleh karena itu timbullah lembaga-lembaga ekonomi, sosial dan politik yang
berasaskan keadilan, pemerataan dan persamaan. Adanya strata sosial dapat terjadi
sepanjang diperoleh melalui cara-cara objektif dan keterbukaan, misalnya dalam
bentuk mobilitas vertikal yang kompetitif.Salah satu kekuatan perubahan yang sangat
kuat dan sering tidak disadari oleh kebanyakan orang adalah pendidikan. Walaupun
pendidikan di manapun merupakan lembaga sosial yang terutama berfungsi untuk
mempersiapkan anggotanya menjadi warga yang trampil dan bertanggung jawab
dengan penanaman dan pengukuhan norma sosial dan nilai-nilai budaya yang berlaku,
namun akibat sampingannya adalah membuka cakrawala dan keinginan tahu peserta
didik. Oleh karena itulah pendidikan dapat menjadi kekuatan perubahan sosial yang
amat besar karena menumbuhkan kreativitas peserta didik untuk mengembangkan
pembaharuan (innovation).Di samping kreativitas inovatif yang membekali peserta
didik, keberhasilan pendidikan menghantar seseorang untuk meniti jenjang kerja
membuka peluang bagi mobilitas sosial yang bersangkutan. Pada gilirannya mobilitas
sosial untuk mempengaruhi pola-pola interaksi sosial atau struktur sosial yang
berlaku. Prinsip senioritas tidak terbatas pada usia, melainkan juga senioritas
pendidikan dan jabatan yang diberlakukan dalam menata hubungan sosial dalam
masyarakat.
Dengan demikian pendidikan sekolah sebagai unsur kekuatan perubahan yang
diperkenalkan dari luar, pada gilirannya menjadi kekuatan perubahan dari dalam
masyarakat yang amat potensial. Bahkan dalam masyarakat majemuk Indonesia
dengan multi kulturnya, pendidikan mempunyai fungsi ganda sebagai sarana integrasi
bangsa yang menanamkan saling pengertian dan penghormatan terhadap sesama
warganegara tanpa membedakan asal-usul dan latar belakang sosial-budaya,
kesukubangsaan, keagamaan, kedaerahan dan rasial.
Pendidikan sekolah juga dapat berfungsi sebagai peredam potensi konflik dalam
masyarakat majemuk dengan multi kulurnya, apabila diselenggarakan dengan benar
dan secara berkesinambungan.Betapa pun masyarakat harus siap menghadapi
perubahan sosial budaya yang diniati dan mulai dilaksanakan dengan reformasi yang
mengandung

makna

perkembangan

ke

arah

perbaikan

tatanan

kehidupan

bermasyarakat dan bernegara.Banyak orang menyebut bahwa antara pendidikan dan
perubahan sosial adalah dua hal yang saling terkait dan mempengaruhi. Suatu
perubahan kiranya sulit akan terjadi tanpa diawali pendidikan, begitu pula pendidikan

23

yang transformatif tak akan pula terwujud bila tidak didahului dengan perubahan,
utamanya, paradigma yang mendasarinya.
Bahkan, ada pula yang berpendapat bahwa menyebut perubahan sosial dan
pendidikan yang transformatif ibarat menyebut sesuatu dalam satu tarikan nafas:
pendidikan tranformatif adalah perubahan sosial dan perubahan sosial adalah
pendidikan transformatif. Hal ini dapat dideskripsikan bahwa perubahan sosial tentu
membutuhkan aktor-aktor yang mempunyai pengetahuan, kemampuan, komitmen,
serta kesadaran akan diri dan posisi strukturalnya. Untuk itu perlu tersedianya suatu
media dimana ide-ide, nilai-nilai maupun ideologi, yang tentunya kontra ideologi
hegemonik, ditransmisikan kepada para pelaku perubahan sosial.Paulo Freire, pemikir
dan aktivis Pendidikan Kritis, mempunyai pendapati cemerlang perihal pendidikan
dan kaitannya dengan perubahan sosial. Dalam bentuknya yang paling ideal, menurut
Freire, pendidikan membangkitkan kesadaran (conscientizacao) diri manusia sebagai
subjek. Dengan kesadaran sebagai subjek tersebut manusia dapat memerankan
liberative action.
Kesadaran ini secara komunal akhirnya membentuk kesadaran sosial. Dengan
kesadaran sosial yang dibangun diatas basis relasi intersubjektif rakyat dapat
memainkan peranan dalam rekonstruksi tatanan sosial baru yang lebih demokratis.
Tatanan sosial yang demokratis ini menurutnya kondusif bagi humanisme dan
pembebasan.Secara konseptual, ada tiga paradigma pendidikan yang dapat memberi
peta pemahaman mengenai paradigma apa yang menjadi pijakan penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia yang berdampak sangat serius terhadap perubahan sosial.
Pertama, paradigma konservatif. Paradigma ini berangkat dari asumsi bahwa
ketidaksederajatan masyarakat merupakan suatu keharusan alami, mustahil bisa
dihindari serta sudah merupakan ketentuan sejarah atau takdir Tuhan. Perubahan
sosial bagi mereka bukanlah suatu yang harus diperjuangkan, karena perubahan hanya
akan membuat manusia lebih sengsara saja. Pada dasarnya masyarakat tidak bisa
merencanakan perubahan atau mempengarhui perubahan sosial, hanya Tuhan lah yang
merencanakan keadaan masyarakat dan hanya dia yang tahu makna dibalik itu semua.
Dengan pandangan seperti itu, kaum konservatif tidak menganggap rakyat memiliki
kekuatan atau kekuasaan untuk merubah kondisi mereka. Mereka yang menderita,
yakni orang orang miskin, buta huruf, kaum tertindas dan mereka yang dipenjara,

24

menjadi demikian karena salah mereka sendiri. Karena toh banyak orang yang bisa
bekerja keras dan berhasil meraih sesuatu.
Banyak orang bersekolah dan belajar untuk berperilaku baik dan oleh karenanya
tidak dipenjara. Kaum miskin haruslah sabar dan belajar untuk menunggu sampai
giliran mereka datang, karena akhirnya semua orang akan mencapai kebebasan dan
kebahagiaan kelak. Paham konservatif hanya melihat pentingnya harmoni serta
menghindarkan konflik dan kontradiksi.Sebagian besar penyelenggaraan sekolah yang
dikelola oleh kaum tradisionalis berangkat dari paradigma konservatif ini.
Penyelenggaraan sekolah atau madrasah dalam perspektif dan paradigma
konservatif memang terisolasi dari persoalan persoalan kelas maupun gender ataupun
persoalan ketidak adilan di masyarakat. Kurikulum sekolah secara jelas bagi kaum
konservatif juga tidak ada kaitannya dengan sistem dan struktur sosial diluar sekolah,
seperti sistem kapitalisme yang tidak adil. Kedua paradigma pendidikan Liberal.
Kaum Liberal, mengakui bahwa memang ada masalah di masyarakat. Namun bagi
mereka pendidikan sama sekali steril dari persoalan politik dan ekonomi masyarakat.
Tugas pendidikan cuma menyiapkan murid untuk masuk dalam sistem yang ada.
Sistem diibaratkan sebuah tubuh manusia yang senantiasa berjalan harmonis dan
penuh keteraturan (functionalism structural). Kalaupun terjadi distorsi maka yang
perlu diperbaiki adalah individu yang menjadi bagian dari sistem dan bukan sistem.
Pendidikan dalam perspektif liberal menjadi sarana untuk mensosialisasikan dan
mereproduksi nilai-nilai tata susila keyakinan dan nilai-nilai dasar agar stabil dan
berfungsi secara baik dimasyarakat. Oleh karena itu masalah perbaikan dalam dunia
pendidikan bagi mereka sebatas usaha reformasi ‘kosmetik’ seperti perlunya:
membangun gedung baru, memoderenkan sekolah; komputerisasi; menyehatkan rasio
murid-guru, metode pengajaran yang effisien seperti dynamics group, learning by
doing, experimental learning dan sebagainya. Hal-hal tersebut terisolasi dengan
struktur kelas dan gender dalam masyarakat.
Akar dari pendidikan semacam dapat ditelusuri dari pijakan filosofisnya yakni,
paham liberalisme, suatu pandangan yang menekankan pengembangan kemampuan,
melindungi hak, dan kebebasan (freedoms), serta proses perubahan sosial secara
inskrimental demi menjaga stabilitas jangka panjang.Yang terakhir adalah paradigma
pendidikan kritis. Pendidikan bagi paradigma kritis merupakan arena perjuangan
politik. Jika bagi kaum konservatif pendidikan bertujuan untuk menjaga status quo,

25

sementara bagi kaum liberal ditujukan untuk perubahan moderat dan acapkali juga
pro status quo, maka bagi penganut paradigma kritis menghendaki perubahan struktur
secara fundamental dalam tatanan politik ekonomi masyarakat dimana pendidikan
berada.
Dalam perspektif ini, pendidikan harus mampu membuka wawasan dan
cakrawala berpikir baik pendidik maupun peserta didik, menciptakan ruang bagi
peserta didik untuk mengidentifikasi dan menganalisis secara bebas dan kritis diri dan
struktur dunianya dalam rangka transformasi sosial.Perspektif ini tentu mempunyai
beberapa syarat. Baik guru maupun peserta didik mesti berada dalam posisi yang
egaliter dan tidak saling mensubordinasi. Masing-masing pihak, mesti berangkat dari
pemahaman bahwa masing-masing mempunyai pengalaman dan pengetahuan.
Sehingga yang perlu dilakukan adalah dialog, saling menawarkan apa yang
mereka mengerti dan bukan menghafal, menumpuk pengetahuan namun terasing dari
realitas sosial (banking system).Tiga paradigma diatas masing-masing membawa
dampak berupa karakter kesadaran manusia yang oleh Freire digolongkan menjadi
tiga.Pertama kesad