Komunikasi Antar Personel Bab 6 Proses K

BAB VI
PROSES KOMUNIKASI

Nama

: Aifa Nur Amalia

NIM

: 1147050015

Kelas

:D

Jurusan

: Teknik Informatika

A. Prinsip Dasar Komunikasi
Menurut Judy C. Pearson, prinsip komunikasi adalah sebagai berikut.

1. Communication begin with the self. Komunikasi dimulai dengan diri
pribadi. Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pemaknaan
berpusat pada diri kita.
2. Communication involve others. Komunkasi bersifat

transaksional.

Anggapan ini mengacu pada pihak-pihak yang berkomunikasi secara
serempak dan bersifat sejajar, menyampaikan dan menerima pesan.
3. Communication has both a content and a relational dimension.
Komunikasi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi.
4. Communication

is

complicated.

Komunikasi

lebih


dari

sekedar

penyampaian yang sederhana dan mensyaratkan kedekatan fisik antarpihak
yang berkomunikasi.
5. Communication quantity does not increase communication quality. Terlalu
banyak berinterkasi tidak berarti kualitas komunikasi menjadi semakin
baik.
6. Communication is inevitable, irreversible and unrepeatable. Komunikasi
tidak dapat diubah maupun diulang.
Adapun prinsip-prinsip dasar komunikasi itu antara lain:
1.

Adanya Proses Komunikasi
Apakah biasanya yang terjadi jika suatu proses komunikasi sedang

berlangsung berikut ini adalah beberapa contoh kejadian yang oleh hampir
tiap orang dinyatakan sebagai komunikasi.

a. Seorang anak kecil menangis di tengah malam mencari ibunya.
b. Seorang

pengendara

mobil

menyembunyikan

tuter

(klakson)

memperingatkan seorang penjalan kaki agar minggir.
c. Nyala lampu lalu lintas berubah dari hijau ke merah.
d. Seekor kucing mengeong karena ada kucing lain yang mau merebut
ikan.
Dari semua contoh di atas, pihak-pihak yang berpartisipasi dalam proses
komunikasi, saling memanfaatkan atau berbagi informasi. Unsur dasar dalam
komunikasi adalah informasi.


1

Proses yang mendasar dalam komunikasi adalah ada yang memberi
informasi (mengirim) dan ada yang menerima informasi. Penggunaan bersama
di sini tidak harus yang memberi dan yang menerima harus saling berhadapan
secara langsung akan tetapi bisa melalui media lain, seperti tulisan, isyarat,
maupun yang berupa kode-kode tertentu yang bisa dipahami.
Kesimpulannya, bahwa dalam proses komunikasi, pihak-pihak peserta
dalam komunikasi menciptakan pesan-pesan yang berupa informasi bisa
berbentuk pola, isyarat ataupun simbol, dengan harapan akan mengutarakan
suatu makna tertentu bagi peserta-peserta lain (penerima).
2.

Makna yang Dikandung Pesan
Dalam bagian sebelum ini, pesan dibahas sebagai suatu kumpulan pola-

pola isyarat-isyarat atau simbol-simbol, baik pola, isyarat maupun simbol itu
sendiri tidak mempunyai makna, karena hanya berupa perubahan-perubahan
wujud perantara yang berguna untuk komunikasi.

Makna adalah balasan terhadap pesan. Kita sudah mengetahui bahwa suatu
pesan itu terdiri dari isyarat-isyarat atau simbol-simbol yang sebenarnya tidak
mengandung makna. Makna baru timbul, jika ada seseorang yang menafsirkan
isyarat atau simbol bersangkutan dan berusaha memahami artinya. Dari segi
psikologis,

isyarat atau simbol

bertindak selaku

perangsang untuk

membangkitkan balasan di pihak penerima pesan.
Adapun makna balasan itu terbagi dua, yaitu :
a. Makna Penegas
Makna penegas adalah sejenis balasan yang menamakan atau
menggambarkan objek yang ditujukan oleh suatu isyarat tertentu. Makna
penegas mengenali, menunjuk dan memisahkan sesuatu. Misalnya : kursi.
Kursi bukan meja, kursi bukan orang, kursi bukan rumah.
Isyarat


dari

masing-masing

objek

ini

menonjolkan

dan

membedakannya dari objek lainnya. Inilah yang dilakukan oleh makna
penegas.
b. Makna Tambahan
Makna tambahan adalah sejenis balasan dari segi perasaan, yang
menyebabkan timbulnya reaksi terhadap suatu isyarat tertentu dengan

2


perasaan takut, yakin, tidak senang dan sebagainya. Reaksi ini terpisah
dari gambaran yang timbul dalam pikiran.
3. Menuju Suatu Model Proses Komunikasi yang Umum dan Memusat
Ada tiga model dalam proses komunikasi, yaitu :
a. Model Umpan Balik
Istilah “umpan balik” sering dipergunakan bagi informasi yang didapat
kembali oleh sumber dari penerima tujuan “umpan balik” ini adalah guna
menilai pengaruh pesannya atau untuk melihat sampai seberapa jauhkah si
penerima memahami makna yang ada pada diri sumber mengenai pesan
yang digunakan bersama. Umpan balik ini dapat berupa wajah penerima
yang kelihatan bingung atau berupa pulangnya kembali seorang pasien
dalam waktu satu bulan ke klinik. Kadang-kadang “umpan balik”
terlambat sekali datangnya dan kadang-kadang sama sekali tidak terdapat
umpan balik atau kalaupun datang sudah tidak berguna lagi.
Jika pihak yang diajak berkomunikasi tidak atau kurang memahami
maksud kita, susunlah sandi yang mirip dengan masalah tetapi berlainan
wujudnya, agar jangan sampai pemahamannya tidak memencar.
b. Model Timbal Balik
Pada model timbal balik, proses komunikasi tidak hanya terbatas pada

penerimaan sumber terhadap informasi mengenai pengaruh pesannya
(umpan-balik) pada diri penerima. Proses komunikasi ini tidak terhenti
sesudah umpan balik, melainkan berbalik kembali ke peserta pertama. Dan
pihak pertama ini menyusun pesan yang baru lagi. Jadi ingkarannya
berulang kembali.
c. Model Komunikasi yang Memusat
Model komunikasi yang memusat, mirip wujudnya dengan model dua
tahap, akan tetapi pada model komunikasi yang memusat perubahan arah
yang diambil oleh peserta-peserta bergerak melingkar dan adanya
pengertian bersama sebagai hasil akhir dala proses komunikasi. Di sini,
pengertian bersama diperlakukan sebagai arah yang ideal atau sebagai
hasil akhir yang ideal dalam proses komunikasi.

3

B. Tingkatan Proses Komunikasi
Sunarjo (1983) mengemukakan bahwa proses sering diartikan sebagai
kegiatan atau pengolahan yang terus menerus. Ada pula yang mengartikan dan
menjelaskan sebagai suatu fenomena yang menunjukkan perubahan dalam suatu
waktu secara terus menerus.

Atau menurut Kincaid (1987) proses adalah suatu perubahan atau rangakaian
tindakan serta peristiwa selama beberapa waktu dan yang menuju suatu hasil
tertentu. Dengan begitu setiap langkah yang mulai dari saat menciptakan
informasi sampai saat informasi itu dipahami, merupakan proses-proses di dalam
rangka proses komunikasi yang lebih umum.
Dalam hubungannya dengan komunikasi yang dipandang sebagai suatu
proses, maka menurut Sunarjo (1983) komunikasi sebagai suatu proses dapat
menggambarkan suatu peristiwa atau perubahan yang susul menyusul, terus
menerus dan karenanya komunikasi itu tumbuh, berubah, berganti, bergerak
sampai akhir zaman.1
Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara
sekunder.
1. Proses Komunikasi secara Primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol)
sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi
adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara
langsung mampu “menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator kepada
komunikan.2
Pikiran dan perasaan seseorang baru akan diketahui oleh dan akan ada

dampaknya kepada orang lain apabila ditransmisikan dengan menggunakan
media primer tersebut, yakni lambang-lambang. Dengan perkataan lain, pesan
(message) yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri atas
isi (the content) dan lambang (symbol).

1 Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hlm. 142.
2 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2013, hlm. 11.

4

Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam
komunikasi adalah bahasa. Kata-kata mengandung dua jenis pengertian, yakni
pengertian denotatif dan pengertian konotatif. Sebuah perkataan dalam
pengertian denotatif adalah yang mengandung arti sebagaimana tercantum
dalam kamus (dictionary meaning) dan diterima secara umum oleh
kebanyakan orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama. Perkataan
dalam pengertian konotatif adalah yang mengandung pengertian emosional
atau mengandung penilaian tertentu (emotional or evaluative meaning).3
Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan

yang diterima oleh komunikan. Dengan perkataan lain, komunikasi adalah
proses membuat pesan setala (tuned) bagi komunikator dan komunikan.
Pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan
disampaikan kepada komunikan. Ini berarti ia memformulasikan pikiran
dan/atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan
dimengerti oleh komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan untuk
mengawa-sandi (decode) pesan dari komunikator itu. ini berarti ia menfsirkan
lambang yang mengandung pikiran dan/atau perasaan komunikator tadi dalam
konteks pengertiannya. Dalam proses itu komunikator berfungsi sebagai
penyandi (encoder) dan komunikan berfungsi sebagai pengawa-sandi
(decoder).4
Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi kenamaan, dalam karyanya,
Communication Research in The United States, menyatakan bahwa
komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator
cocok dengan kerangka acua (frame of reference), yakni paduan pengalaman
dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah
diperoleh komunikan.
Menurut Schramm, bidang pengalaman (field of experience) merupakan
faktor yang penting dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator
sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung
lancar. Sebaliknya, bila pengalaman komunikan tidak sama dengan
3 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2013, hlm. 12.
4 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2013, hlm. 13.

5

pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama
lain.5
2. Proses Komunikasi secara Sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai
media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan
komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang
relatif jau atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah,
radio, televisi, film dan banyak lagi adalah media kedua yang sering
digunakan dalam komunikasi.6
Pentingnya peranan media, yakni media sekunder, dalam proses
komunikasi, disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan. Surat
kabar, radio atau televisi misalnya, merupakan media yang efisien dalam
mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak. Jelas efisien karena,
dengan menyiarkan sebuah pesan satu kali saja, sudah dapat tersebar luas
kepada khalayak yang begitu banyak jumlahnya; bukan saja jutaan, melainkan
puluhan juta, seperti misalnya pidato kepala negara yang disiarkan melalui
radio atau televisi.
Akan tetapi, oleh para ahli komunikasi diakui bahwa keefektifan dan
efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan pesan-pesan yang
bersifat informatif. Menurut mereka yang efektif dan efisien dalam
menyampaikan pesan persuasif adalah komunikasi tatap muka karena
kerangka acuan (frame of reference) komunikan dapat diketahui oleh
komunikator, sedangkan dalam proses komunikasinya, umpan balik
berlangsung seketika, dalam arti kata komunikator mengetahui tanggapan atau
reaksi komunikan pada saat itu juga. Ini berlainan dengan komunikasi
bermedia. Apalagi dengan menggunakan media massa, yang tidak
memungkinkan komunikator mengetahui kerangka acuan khalayak yang
5 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2013, hlm. 14.
6 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2013, hlm. 16.

6

menjadi sasaran komunikasinya, sedangkan dalam proses komunikasinya,
umpan balik berlangsung tidak pada saat itu.7
Karena proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari
komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam
menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi,
komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan
digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan
dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan mengenai siapa
komunikan yang akan dituju. Komunikan media surat, poster atau papan
pengumuman akan berbeda dengan komunikan surat kabar, radio, televisi atau
film. Setiap media memiliki ciri atau sifat tertentu yang hanya efektif dan
efisien untuk dipergunakan bagi penyampaian suatu pesan tertentu pula.8
Dengan demikian, proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan
media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (mass media) dan
media nirmassa atau media nonmassa (non-mass media).
C. Pandangan Para Ahli
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran
bisa merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari
benaknya.

Perasaan

bisa

berupa

keyakinan,

kepastian,

keragu-raguan,

kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan dan sebagainya yang timbul
dari lubuk hati.9
Sedangkan pengertian proses komunikasi menurut Ruslan (1998:69-70)
adalah : Proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau
pesan-pesan (message) dari

pengirim

pesan

sebagai

komunikator,

kepada

penerima pesan sebagai komunikan, dalam proses komunikasi tersebut bertujuan
untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah
7 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2013, hlm. 17.
8 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2013, hlm. 18.
9 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2013, hlm. 11.

7

pihak. Sebelum komunikator mengirimkan pesan-pesan atau informasi kepada
pihak komunikan, terlebih dahulu dalam proses komunikasi tersebut, memberikan
makna terhadap pesan-pesan tersebut (encode). Pesan tersebut ditangkap oleh
komunikan dan diberi makna sesuai dengan konsep yang dimilikinya (decode).
Pengertian proses komunikasi menurut Dale Yoder, dkk dalam Surakhmat
(2006:17), proses komunikasi adalah pertukaran informasi, ide, sikap, pikiran dan
atau pendapat.
Proses komunikasi adalah suatu proses interaksi dari satu individu dengan
individu lainnya. Melalui proses tersebut individu yang satu dapat mempengaruhi
individu lainnya, serta dapat diperoleh suatu pemahaman bersama. Sebagai suatu
proses interaksi, maka komunikasi sebaiknya dilakukan dua arah, serta timbal
balik. Karena umpan balik memainkan peranan penting dan memungkinkan bagi
pengirim pesan merubah atau memperbaiki isi pesan, khususnya apabila tujuan
pengirim pesan tidak tercapai, atau pesan yang diterima meskipun dimengerti dan
dilaksanakan oleh penerima berita, tetapi hal tersebut ternyata tidak sesuai dengan
apa yang dimaksud oleh pengirim berita (Mangunjaya, 2001:15).
Unsur-unsur dalam proses komunikasi menurut Lasswell :
1. Sender : komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau
sejumlah orang.
2. Encoding : penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk
lambing.
3. Message : pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang
disampaiakan oleh komunikator.
4. Media : saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator
kepada komunikan.
5. Decoding : pengawasandian, yaitu proses di mana komunikan menetapkan
makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
6. Receiver : komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
7. Response : tanggapan, seperangkat reaksi kepada komunikan setelah
diterpa pesan.
8. Feedback :

umpan

balik,

yakni

tanggapan

komunikan

apabila

tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

8

9. Noise : gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi
sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda
dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

DAFTAR PUSTAKA

9

Effendy, Onong Uchjana. 2013. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Pearson, Judy dan Paul Nelson. 2011. Human Communication. New York:
McGraw-Hill.
E-Jurnal. (2014). Proses Komunikasi dalam Community Relations, [Online].
Tersedia:

http://jurnalapapun.blogspot.co.id/2014/03/proses-komunikasi-

dalam-community.html [14 Oktober 2015].
Ipin, Phienout. (2011). Prinsip-Prinsip Dasar Komunikasi, [Online]. Tersedia:
http://kuliahonlinekomunikasi.blogspot.co.id/2011/09/prinsip-prinsip-dasarkomunikasi.html [14 Oktober 2015].
Suteja, Amar. (2013). Proses Komunikasi Perspektif Hadist, [Online]. Tersedia:
http://amarsuteja.blogspot.co.id/2013/01/proses-komunikasi-perspektifhadist.html [14 Oktober 2015].

10