HIERARKI HAK PENGUASAAN ATAS SUMBER DAYA

HIERARKI HAK PENGUASAAN ATAS SUMBER DAYA AIR DI INDONESIA
Oleh : Ardiansyah
10912575
Negara Republik Indonesia adalah merupakan suatu organisasi kekuasaan dari seluruh
rakyat Indonesia, yang dibentuk guna mengatur dan megurus serta menyelesaikan segala
kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Atas dasar inilah rakyat Indonesia melimpahkan
wewenang yang dimilikinya berkenaan dengan karunia Tuhan Yang Maha Esa tersebut di atas
kepada Negara selaku pemegang kekuasaan untuk menguasai, mengatur, dan megurus serta
mengurusi persoalan berkenaan dengan pengelolaan fungsi bumi, air, dan ruang angkasa.
Air adalah hal yang sangat penting bagi masyarakat. Setiap hari kita membutuhkan
kurang lebih 5 liter air minum serta 30 liter untuk sanitasi. Air minum sangat penting bagi
manusia karena air menyangga cairan tubuh yang memiliki banyak fungsi. Air digunakan untuk
transportasi makanan dalam sistem pencernaan, transportasi nutrisi dan oksigen, pergerakan
karbondioksida ke paru-paru serta mengatur suhu tubuh. Jika kita tidak dapat menyediakan air
secara layak, maka tubuh akan kehilangan 12 % dari 5 liter air dan hal ini sangat membahayakan
karena membuat kita kering serta dapat menimbulkan kematian. 1 Pentingnya air bagi kehidupan
manusia yang menjadikan air juga di kuasai oleh Negara untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat, Negara yang di wakili oleh pemerintah membuat suatu regulasi untuk mencapai tujuan
tersebut.
Dari beberapa hal diatas, akan penulis sedikit jelaskan tentang bagaimanakah hierarki
penguasaan sumber daya air di Indonesia?

Hierarki penguasaan Sumber daya air di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Hak bangsa indonesia
Sama seperti dengan sumber daya agraria yang lain, hak bangsa indonesia adalah yang
paling utama dan paling tertinggi dalam hal penguasaan agaria. Hal ini terlihat di dalam
pernyataan pasal 1 ayat 2 yang didalam penjelasnnya umumnya menjelaskan bahwa :
Bumi, air, dan ruang angkasa dalam wilayah republik indonesia yang kemerdekaannya di
perjuangkan oleh bangasa indonesia sebagai keseluruhan, menjadi hak pula dari bangsa
indonesia, jadi tidak semata-mata menjadi hak dari para pemiliknya saja. Demikian pula
1 Dzunuwanus Ghulam Manar, Krisis Kekuasaan Negara di Balik Privatisasi Air. Jurusan Ilmu Pemerintahan, FISIP, Universitas
Diponegoro

tanah-tanah di daerah-daerah dan pulau-pulau, tidak lah semata-mata menjadi hak rakyat
asli dari daerah atau pulau yang bersangkutan. Dengan pengertian demikian maka
hubungan bangsa indonesia dengan bumi, air, dan ruang angkasa indonesia merupakan
semacam hubungan hak ulayat, yang dia angkat pada tingkatan paling atas, yaitu
tingkatan yang mengenai seluruh wilayah indonesia.
Pernyataan bahwa hak bangsa adalah semacam hak ulayat berarti bahwa dalam konsepsi
hukum tanah nasional hak tersebut merupakan hak penguasaan atas tanah yang tertinggi.
Ini berarti bahwa hak-hak penguasaan atas tanah yang lain, termasuk hak ulayat dan hakhak individual atas tanah yang di maksudkan diatas, langsung ataupun tidak semuanya
bersumber pada hak bangsa.2

Kata ”seluruh” dalam pasal 1 ayat 2 UUPA menunjukkan bahwa tidak ada sejengkal
tanah pun di negara kita yang merupakan apa yang disebut ”res nullius” (tanah tak
bertuan).
Hak bangsa indonesia ini adalah hubungan yang bersifat abadi berarti berlangsung tiada
terputus untuk selamanya. Ini berarti bahwa, selama rakyat indonesia yang bersatu
sebagai bangsa indonesia masih ada dan selama bumi, air, serta ruang angkasa indonesia
masih ada pula, dalam keadaan yang bagaimanapun, tidak ada suatu kekuasaan yang
akan dapat memutuskan atau meniadakan hubungan tersebut.
Dalam regulasi tentang sumber daya air yaitu UU nomor 7 tahun 2004 tentang sumber
daya air, memang belum di jelaskan secara implisit tentang hak bangsa indonesia akan
tetapi di lihat dari tujuannya secara eksplisit Undang-undang ini sudah menjadikan hak
bangsa indonesia sebagai tujuan paling tertinggi dalam pelaksaannya. Seharusnya UU ini
harus disesuaikan dengan UUPA sebagai dasar adanya hak bangsa indonesia dalam
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air.
2. Hak menguasai negara
Pasal 2 ayat 1 UUPA disebutkan bahwa Negara adalah organisasi kekuasaan seluruh
rakyat Indonesia. Hal ini berarti bahwa bangsa Indonesia membentuk Negara Republik

2 Boedi Harsono. Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok agraria, Isi dan Pelaksanaannya,
Djambatan,Jakarta, 2007 hlm. 229


Indonesia untuk melindungi segenap tanah air

Indonesia dan melaksanakan tujuan

bangsa Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum.
Untuk melaksanakan tujuan tersebut, Negara Republik Indonesia mempunyai hubungan
hukum dengan tanah diseluruh wilayah Indonesia agar dapat memimpin dan mengatur
tanah-tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia atas nama bangsa Indonesia melalui
peraturan perubdang-undangan, yaitu UUPA dan peraturan pelaksanaannya.
Hubungan hukum tersebut dinamakan hak menguasai Negara. Hak ini tidak memberi
kewenangan untuk menguasai secara fisik dan menggunakannya seperti hak atas tanah
karena sifatnya semata-mata sebagai kewenangan publik sebagaimana dirumuskan dalam
Pasal 2 UUPA.3
Dalam tataran teoritis, menurut aliran hukum alam konsep hak menguasai Negara (HMN)
menempatkan tanah sebagai salah satu objek pemilikan, baik oleh perseorangan maupun
masyarakat. Dengan demikian, Negara bukan sebagai pemilik (privat) atas tanah sebab
pemilik atas tanah adalah manusia alami. Sementara itu, tanah-tanah tak bertuan atau
tanah masyarakat hukum yang diduduki oleh warga masyarakat menjadi bagian dari sifat
keteraturan pola kepemilikan tanah individual.4

Penguasaan Negara atas tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia bersumber pula
pada Hak Bangsa Indonesia yang meliputi kewenangan Negara dalam pasal 2 ayat (2)
UUPA, yaitu :
a.

Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan, dan
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa;

b.

Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan
bumi, air, dan ruang angkasa;

c.

Menentukan dan mengatur hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatanperbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang angkasa.

Dengan rincian kewenangan mengatur, menentukan, dan menyelenggarakan berbagai
kegiatan dalam pasal 2 tersebut, oleh UUPA diberikan suatu interpretasi autentik
mengenai hak menguasai dari Negara yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Dasar

1945 sebagai hubungan hukum yang bersifat publik semata-mata. Dengan demikian,
3 Arie Sukanti Hutagalung dan Markus Gunawan, Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan, Rajawali Pers,
Jakarta, 2008, hlm. 23
4 Imam Soetiknjo, Politik Agraria Nasional, Hubungan Manusia dengan Tanah Berdasarkan Pancasila, Gajahmada
University Press, Yogyakarta, 1993, hlm. 11

tidak aka nada lagi tafsiran lain mengenai pengertian dikuasai dalam pasal 33 UndangUndang Dasar 1945 tersebut.5
Dalam UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dijelaskan bahwa Sumber daya air
merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam segala bidang. Sejalan dengan Pasal
33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, undangundang ini menyatakan bahwa sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat secara adil. Atas penguasaan sumber daya air
oleh negara dimaksud, negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi
pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan melakukan pengaturan hak atas air.
Penguasaan negara atas sumber daya air tersebut diselenggarakan oleh Pemerintah
dan/atau pemerintah daerah dengan tetap mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya, seperti hak ulayat masyarakat
hukum adat setempat dan hak-hak yang serupa dengan itu, sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia.6

Dari penjejelasan umum UU SDA tersebut, dapat diketahui bahwa UU ini menjadikan
pemerintah sebagai penyelenggara Negara untuk mengatur dan mengelola sumber daya
air. Pengelolaannya harus dengan tetap mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat di daerah setempat sepanjang masih hidup dengan prinsip Negara
kesatuan republic Indonesia.
Dengan adanya hak menguasai Negara tersebut, pemerintah lah yang berhak memberi
izin terhadap siapa yang yang ingin mengelola dan mengeksploitasi sumber air yang ada
di Indonesia, izin ini berupa hak guna air. Hak guna air dengan pengertian tersebut bukan
merupakan hak pemilikan atas air, tetapi hanya terbatas pada hak untuk memperoleh dan
memakai atau mengusahakan sejumlah (kuota) air sesuai dengan alokasi yang ditetapkan
oleh pemerintah kepada pengguna air, baik untuk yang wajib memperoleh izin maupun
yang tidak wajib izin.
Hak guna air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, pertanian rakyat, dan
kegiatan bukan usaha disebut dengan hak guna pakai air, sedangkan hak guna air untuk
5 Boedi Harsono, sejarah, Op,Cit.,hlm. 232
6 Pejelasan umum UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

memenuhi kebutuhan usaha, baik penggunaan air untuk bahan baku produksi,
pemanfaatan potensinya, media usaha, maupun penggunaan air untuk bahan pembantu
produksi, disebut dengan hak guna usaha air. Jumlah alokasi air yang ditetapkan tidak

bersifat mutlak dan harus dipenuhi sebagaimana yang tercantum dalam izin, tetapi dapat
ditinjau kembali apabila persyaratan atau keadaan yang dijadikan dasar pemberian izin
dan kondisi ketersediaan air pada sumber air yang bersangkutan mengalami perubahan
yang sangat berarti dibandingkan dengan kondisi ketersediaan air pada saat penetapan
alokasi.
3. Hak individual
Sebagaimana dalam lingkup hak ulayat, dalam lingkup hak bangsa pun di mungkinkan
para warga Negara Indonesia, sebagai pihak yang mempunyai hak bersama atas tanah
bersama tersebut, masing-masing menguasai dan menggunakan sebagian dari tanah
bersama itu secara individual, dengan hak-hak yang bersifat pribadi. Menguasai dan
menggunakan tanah secara individual berarti bahwa tanah yang bersangkutan boleh
dikuasai secara perseorangan. Tidak keharusan menguasai bersama-sama dengan orangorang lain secara kolektif, biarpun menguasai dan menggunakan tanah secara bersama
dimungkinkan dan di bolehkan.7
Sifat pribadi hak-hak individual menunjuk pada kewenangan pemegang hak untuk
menggunakan tanah yang bersangkutan bagikepentingan dan dalam memenuhi kebutuhan
pribadidan keluarganya.8
Dalam UU nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya air, ada upaya dari pemerintah
untuk menjadikan sumber air sebagai barang komoditi untuk meningkatkan
perekonomian bagi pihak swasta. Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumberdaya Air, penyelenggaraan oleh swasta dapat dilakukan jika pada daerah tersebut

belum ada BUMN/BUMD yang menyelenggarakan layanan pemenuhan kebutuhan air
bagi masyarakatnya. Dengan aturan tersebut jelas bahwa Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2004 membuka kesempatan bagi keterlibatan sektor swasta (privatisasi) dalam
penyediaan air bagi masyarakatnya. Pemberian kesempatan kepada badan usaha swasta
dalam penyediaan air baku bagi masyarakat jelas akan menghilangkan penguasaan negara
atas sumberdaya air. Sebagai sebuah institusi yang berorientasi pada keuntungan, badan
7 Boedi Harsono, sejarah, Op,Cit.,hlm. 233
8 ibid

usaha swasta tentunya hanya akan mau menanamkan investasinya jika ada jaminan
bahwa investasi yang ditanamkan dapat kembali. Untuk itu badan usaha membutuhkan
jaminan baik itu terhadap resiko politik maupun resiko kinerja, dan permasalahannya
jaminan tersebut dibebankan kepada masyarakat melalui pembayaran kompensasi dari
pemerintah dan penyesuaian tarif. Penyesuaian tarif dilakukan dengan menerapkan full
cost recovery (tarif biaya penuh), untuk menjamin tingkat pengembalian yang tetap
(steady rate of return) bagi pemegang kontrak. Lebih lanjut, dalam penyediaan air baku
bagi masyarakat badan usaha swasta tidak akan mau menanamkan investasinya jika
pendapatan masyarakatnya rendah dan secara topografis sulit karena kesemuanya
membuat investasi yang mereka tanamkan sangat sulit untuk kembali, sehingga
penyediaan air baku untuk masyarakat di daerah terpencil menjadi terbengkalai.9

Jadi dalam perjalanannya, UU ini telah mengupayakan adanya privatisasi terhadap
sumber daya air oleh swsata melalui BUMN/BUMD. Privatisasi terhadap swasta menurut
saya tidak ada masalah jika saja privatisasi tersebut tidak semata-mata untuk mencari
keuntungan dan selalu dalam pengawasan pemerintah sebagai penyelenggara negara,
karena sesuai dengan amanah Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 bahwa sumber daya alam
digunakan oleh negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Daftar Pustaka
Buku
9 Kesimpulan Pengujian Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air terhadap Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Diajukan oleh: Tim Advokasi Koalisi Rakyat untuk Hak atas Air Di Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia Maret 2005

Boedi Harsono. Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan,Jakarta, 2007
Dzunuwanus Ghulam Manar, Krisis Kekuasaan Negara di Balik Privatisasi Air. Jurusan Ilmu
Pemerintahan, FISIP, Universitas Diponegoro. 2006
Maria SW Soemardjono, Tanah dalam perspektif hak ekonomi, social, dan budaya, kompas,
Jakarta, 2008
, kebijakan pertanahan dalam regulasi dan implementasi, Kompas,

Jakarta, 2007
Nurhasan ismail, perkembangan hukum agraria, pendekatan ekonomi-politik, HuMa, Jakarta,
2007
Sanim, Bunasor. Ekonomi Sumberdaya Air dan Manajemen Pengembangan Sektor Air Bersih
Bagi Kesejahteraan Publik. Bogor : Pusat Pengembangan Sumberdaya Regional dan
Pemberdayaan Masyarat. 2003.
Jurnal
Kuntana Magnar, Inna Junaenah, dan Giri Ahmad Taufik Tafsir MK Atas Pasal 33 UUD 1945:
(Studi Atas Putusan MK Mengenai Judicial Review UU No. 7/2004, UU No. 22/2001,
dan UU No. 20/2002. Jurnal Konstitusi, Volume 7, Nomor 1, Februari 2010
Artikel
Kesimpulan Pengujian Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air terhadap
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Diajukan oleh: Tim
Advokasi Koalisi Rakyat untuk Hak atas Air Di Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia Maret 2005
PRIVATISASI SUMBERDAYA AIR DI INDONESIA : Peralihan Hak dan Wewenang
dari Public Sector ke Privat Sector Oleh Fikriyah
PENAFSIRAN KONSEP PENGUASAAN NEGARA BERDASARKAN PASAL 33 UUD 1945
DAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI. Oleh: Pan Mohamad Faiz


HIERARKI HAK PENGUASAAN ATAS SUMBER DAYA AIR DI INDONESIA
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Sumber Daya Agraria

Dosen Pengampu : J. Sembiring, SH.,MPA

OLEH :
ARDIANSYAH
No Mahasiswa : 10912575

MAGISTER ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2011