Konsep Asuhan Kep Pada Lansia

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

Makalah ini bertujuan guna memenuhi tugas mata kuliah keperawatan gerontik

Disusun oleh :
Desi Canda D.

P.17420113007

Dhinar Retno P.

P.17420113010

Tina Rejeki

P.17420113032

Vera Veronika

P.17420113035
3a1


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG
2015

1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kelompok dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Keperawatan Gerontik dalam bentuk makalah.Adapun judul makalah ini
yaitu Konsep AsuhanKeperawatan Pada Lanjut Usia. Dalam penyelesaian makalah ini,
kelompok banyak menemui kesulitan. Oleh karena itu, kelompok ingin mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini,
diantaranya :
1.

Fajar Surahmi, SKM, MKes selaku koordinator mata kuliah Keperawatan Gerontik.

2.


Pihak perpustakaan yang telah menyediakan buku yang dapat dijadikan refrensi
dalam penyelesaian makalah.

3.

Teman-teman seperjuangan yang telah membantu pembuatan hingga penyelesaian
makalah.

Kelompok sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu kami
mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini dan makalah
berikutnya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa/i
Jurusan Keperawatan Semarang.
Semarang, 10 Desember 2015

2

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Sesuai dengan UU.23 tahun 1992 (pasal 19) dijelaskan bahwa “ manusia lansia
adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan
sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk
kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu mendapat perhatuan khusus dengan
tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif
sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam
pembangunan”. Beberapa alasan timbulnya perhatian kepada lanjut usia, meliputi :
1. Pensiun-pensiunan dan masalah-masalahnya
2. Kematian mendadak karena penyakit jantung dan stroke
3. Meningkatkan jumlah lanjut usia
4. Pemerataan pelayanan kesehatan
5. Kewajiban Pemerintah terhadap orang cacat dan jompo
6. Perkembangan ilmu :
a.

Gerontologi

b.

Geriatri


7. Program PBB
8. Konferensi Internasional di WINA tahun 1983.
9. Kurangnya jumlah tempat tidur rumah sakit
10. Mahal obat-obatan
11. Tahun Lanjut Usia Internasional 1 Oktober 1999.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, penting bagi kita untuk mengetahui lebih
lanjut hal-hal yang berkaitan dengan asuhan keperawatan yang perlu diberikan pada
lansia yang di bahas pada bab selanjutnya. Hal ini penting karena agar lansia dapat hidup
secara produktif dan dapat memberikan asuhan secara tepat pada lansia sesuai dengan
asuhan yang diperlukannya.

3

B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
1.

Untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah keperawatan gerontik.


2.

Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan dasar bagi lansia.

3.

Untuk mengetahui pendekatan keperawatan lansia.

4.

Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada lansia.

4

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANJUT USIA
A.

KEGIATAN ASUHAN KEPERAWATAN DASAR BAGI LANJUT USIA
Kegiatan ini menurut Depkes (1993 1b), dimaksudkan untuk memberikan

bantuan, bimbingan, pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia
secara individu maupun kelompok, seperti di rumah/lingkungan keluarga, Panti
Werda maupun Puskesmas, yang di berikan perawat. Untuk asuhan keperawatan yang
masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga
keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu
tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti. (Depkes,
1993 1b).
Adapun asuhan keperawatan dasar yang di berikan, disesuaikan pada
kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain :
1.

Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan
tentang personal hygine, kebersihan lingkungan serta makanan yang sesuai dan
kesegaran jasmani.

2.

Untuk lanjut usia yang telah mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain.
Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut
usia pasif pada dasarnya sama sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan

penuh oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu
dicegah agar tidak terjadi dekubitus.
Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena
perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain :
a. Berkurangnya jaringan lemak subkutan.
b.

Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas.

c.

Menurunnya efisiensi kolateral kapital pada kulit sehingga kulit menjadi
lebih tipis dan rapuh.

d.

Ada kecendrungan lansia imobisasi sehingga potensi terjadinya dekubitus.

5


Disamping itu, faktor intrinsik (tubuh sendiri) juga berperan untuk terjadinya
dekubitus, yakni :
1. Status gizi
2. Anemia
3. Adanya hipoalbunemia
4. Adanya penyakit-penyakit neurologik
5. Adanya penyakit-penyakit pembuluh darah
6. Adanya dehidrasi
Faktor ekstrinsik, yakni :
1. Kurang kebersihan tempat tidur
2. Alat-alat tenun yang kusut dan kotor
3. Kurangnya perawaatan yang baik dari perawatan
B.

PENDEKATAN KEPERAWATAN LANJUT USIA
1.

Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-


kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ
tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakit
yang dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian,
yakni :
a.

Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan sehari-hari masih
mampu melakukan sendiri.

b.

Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit. perawat harus mengetahui dasar perawatan
klien lanjut usia ini terutama tentang hal-hal yang berhubunga dengan
keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. kebersihan
perorangan (personal hygiene) sanga penting dalam usaha mencegah

6


timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila keberihan
kurang mendapat perhatian.

Perubahan fisik yang terjadi pada lansia :
1. Kehilangan Pendengaran
Kehilangan pendengaran terjadi secara bertahap, kehilangan
konduktif dan sensorineureal (perseptif) merupakan 2 tipe masalah
pendengaran utama pada lansia. Pasien lansia dapat tetap mendengar
tekanan suara rendah, tetapi bila suara ini dikelompokan dalam bentuk
kata – kata, kemampuan untuk memahami dan merasakan suara ini secara
jelas mungkin hilang. Lingkungan bising juga menghambat kemampuan
untuk mendengar bunyi, hal ini disebabkan,
a. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :
b. Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas
umur 65 tahun.
c. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
d. Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena

meningkatnya kreatin.
beberapa intervensi keperawatan untuk pasien lansia dengan
gangguan sistem pendengaran diantaranya :
a. Berdiri dekat dan menghadap ke pasien
b. Menyentuh pasien untuk mendapat perhatian sebelum komunikasi
(lingkungan pribdai harus dilindungi)
c. Berbicara lebih keras dan lambat (bukan berteriak)
d. Berhenti lebih sering dari biasanya
e. Menggunakan ekspresi wajah dan gerakan tubuh
f. Menggunakan kalimat singkat
g. Mengulang kesalah pengertian komunikasi dengen mengulang kata –
kata denga menggunakan kata yang berbeda
h. Tidak berbalik atau jalan saat bicara
i. Membantu keluarga/sistem pendukung dengan teknik komunikasi
7

j. Mengurangi penolakan sosial (masalah sehubungan dengan kehilangan
sistem pendengaran)
k. Meyakinkan bahwa alat bantu dengar bekerja dengan tepat
2. Gangguan Penglihatan
Seperti sistem tubuh lain, mata dipengaruhi oleh proses penuaan.
Perubahan struktur dan fungsi terjadi dengan lambat dan bertahap. Pesepsi
penglihatan bergantung pada integrasi sistem neurosensori dan struktur
sesuai beda rentan usia. Kemungkinan kehilangan fungsi penglihatan ini
adalah karena lansia, proses penuaan lensa menjadi kurang fleksibel dan
tak mudah merubah ketajaman dari kerja pemfokusan otot. Berikut adalah
perubahan yang terjadi pada penglihatan :
a. Kornea lebih berbentuk skeris.
b. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon
c. terhadap sinar.
d. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
e. Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
f. Hilangnya daya akomodasi.
g. Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
h. Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada
skala.
Diantara penyakit gangguan penglihatan lansia yang umum adalah :
a. Katarak
Katarak adalah pembentukan awan pada

lensa mata yang

bersih dan transparan. Kondisi lensa ini membuat kurangnya
kemampuan untuk memfokuskan penglihatan pada retina. Pengkajian
8

penglihatan penting karena hampir 50 % pada 75-85 tahun lansia
mengalami katarak.
b. Glaukoma
Pada keadaan ini terjadi peningkatan tekanan didalam mata
menyebabkan kerusakan sel saraf di retina. Tekanan yang terus
menerus dapat menimbulkan kebutaan. Usia berhubungan perubahan
dalam kanal schlemm, infeksi, cedera, pembengkakan katarak dan
tumor merupakan faktor etiologi pada glaukoma.
Intervensi gangguan penglihatan :
a. Memperkenalkan diri untuk pendekatan
b. Dekati pasien buta dari depan
c. Kaji pengaruh kehilangan penglihatan dan kemampuan pasien
untuk beradaptasi selama di rumah sakit dan setelah pulang.
d. Berikan semua pengobatan yang diprogramkan
e. Kaji tingkat ansietas karena peningkatan dapat meningkatkan dosis
obat pada pasien glaukoma
f. Waspadai efek obat yang ada pada obat mata
g. Berikan minyak pada mata bila kering
3. Perubahan Sensori Lain
Meskipun pendengaran dan penglihatan merupakan perubahan
sensori yang diteliti pada lansia, pasien – pasien juga dapat mengalami
penurunan pada tiga sensori lain. Sensori pengecap dilaporkan menurun
sesuai pertambahan usia, berhubungan penurunan kemampuan untuk
mengecap beberapa substansi. Menurunnya kemampuan mengecap
mengakibatkan selera makan berkurang. Rasa manis dan asin yang
dirasakan saat masih muda berbeda dengan saat mulai lansia .
Penurunan penciuman dapat terjadi karena atropi organ olfaktori
dan peningkatan pertumbuhan rambut dirongga hidung. Hilangnya
pengecap dan penciuman mempengaruhi kemampuan lansia untuk
mengidentifikasi makanan dan membedakan bau – bauan. Ambang raba
bervariasi sesuai rangsangan bagian tubuh seperti kemunduran dalam
merasakan sakit, kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
Ada kehilangan sensasi raba sesuai pertambahan usia, lansia dapat tidak
9

merasakan efek dari berbaring pada satu sisi dalam waktu yang lama,
kunci imtervensi keperawatan adalah untuk mengubah posisi lansia yang
terimobilisasi.
4. Perubahan Tidur
Paling banyak terjadi dan paling serius hubungan antara lansia dan
gangguan tidur adalah apnea saat tidur. Ada bukti gangguan apnea saat
tidur dan gangguan sirkulasi, meliputi hipertensi, stroke dan angina
pektoris dan juga hubungan apnea tidur dan harapan hidup. Selain itu ada
hubungan antara kebiasaan mendengkur, stroke dan angina pektoris pada
orang dewasa.
Proses penuaan normal dan terapi obat meningkatkan kerentanan
lansia mengalami insomnia. Pengobatan tergantung pada masalah.
Perubahan perilaku telah digunakan untuk masalah tidur, akan tetapi
pengobatan konsevatif dapat diberikan pada masalah tidur yang lebih
berat, gerakan tidur periodik dan penyakit demensia.
5. Perubahan Kulit
a. Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b. Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya
jaringan adipose
c. Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga
tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
d. Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran
darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
e. Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan
luka luka kurang baik.
f. Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
g. Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna
rambut kelabu.
h. Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang
menurun.
i. Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang
menurun.
j. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak rendahnya akitfitas otot.
10

Perubahan kulit membuat beberapa pertimbangan bagi asuhan
keperawatan. Peningkatan permeabilitas memungkinkan penetrasi zat
kimia. Sehingga perwatan harus juga menghindari pengobatan transdermal
yang berlebihan.pengikisan epidermis dan hilangnya jaringan bantalan
dapat menyebabkan mudah terjadi kemerahan dan terkelupas. Sehingga
kulit menjdai mudah lepas, penekanan dapat menyebabkan cedera lebih
lanjut. Sesuai kondisi ini, perawatan harus diberikan saat memindahkan
pasien. Intervensi keperawatan harus direncanakan untuk mengurangi
penekanan saat merubah atau memindahkan posisi pasien. Kejadian cedera
atau kulit terkelupas harus dihindari. Pertahankan pasien terselimuti untuk
membantu pengaturan suhu tubuh, hal ini perlu karena hilangnya lemak
subkutan

dan

terganggunya

mekanisme

berkeringat

menurunkan

kemampuan termogulasi pasien. Menurunnya lubrikasi pada kulit
meningkatkan kebutuhan untuk perhatian perawatan kulit. Penggunaan
sabun harus minimal dan pemberian minyak harus dilakukan.
6. Perubahan Kardiovaskuler
a. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah
berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
c. Kehilangan elastisiisitas pembuluh darah.
d. Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa
menyebabkan

tekanan

darah

menurun

menjadi

65

mmHg

( mengakibatkan pusing mendadak ).
e. Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).
Pasien lansia juga dapat mengalami penumpukan lebih besar di
ekstremitas bawah sebab berkurangnya masa otot dan berkurangnya

11

aliran vena balik. Penumpukan cairan ini dapat didistribusikan kembali
dan dapat menyebabkan kelebihan beban pada sistem kardiovaskular.
Perawat harus waspada terhadap beban vaskular dan gagal jantung
kongestiof. Faktor lain untuk mempertimbangkan adalah perpindahan
cairan tiba – tiba ke ektremitas bawah dan penurunan volume cairan
yang disebabkan oleh tirah baring dapat menyebabkan sakit kepala
hebat, peningkatan kepala dengan perlahan, dan menggantung kaki
sebelum memindahkan pasien ke posisi duduk atau berdiri perlu untuk
mencegah pingsan dan kemungkinan cedera karena jatuh.

7. Peubahan Pernafasan
a. Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara
inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
b. Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk
sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
c. Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga
jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan,
kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
d. Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan
normal 50m²), Ù menyebabkan terganggunya prose difusi.
e. Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose
oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua
kejaringan.

12

f. CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri
juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
g. kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus
alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya
obstruksi.
Pada beberapa pasien lansia perubahan yang berhubungan
dengan penyakit meningkat karena kerusakan paru akibat merokok,
polusi lingkungan, atau infeksi, ketidak normalan tulang seperti kiposis
dapat juga menyebabkan retriksi pernapasan, penurunan ekspansi
toraks,

meningkatnya

sekreksi

dan

penurunan

jumlah

silia

menyebabkan pasien rentan terhadap infeksi pernafasan, selain itu
penurunan respon imun pada lansia dapat menambah peningkatan
kejadian infeksi pernafasan.
8. Perubahan Ginjal
a. Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50
%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya
+ 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat.
b. Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi
BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut
usia sehingga meningkatnya retensi urin.
c. Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
d. Atropi vulva.

13

e. Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya
lebih alkali terhadap perubahan warna.
f. Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
Orang

lansia

cenderung

minum

sedikit

sehingga

memungkinkan untuk dehidrasi bila pembatasan cairan lama atau
diberikan obat dengan kerja diuretik. Pasien lansia dapat mengalami
penurunan rasa haus, perawat harus meyakinkan bahwa perawatan
lansia memenuhi asupan cairan yang adekuat baik perora juga
meyakinkan bahwa keseimbangan cairan elektrolit stabil atau
dipertahankan, kekacuan mental, disritmia, koma, dan kematian dapat
terjadi secara cepat pada lansia dengan keseimbangan elektrolit yang
tidak adekuat. Latihan kandung kemih, observasi terhadap distensi, dan
pengobatan

adekuat

merupakan

tindakan

keperawatan

untuk

membanru pasien dengan mempertahankan kontinen. Bila inkontinen
terjadi, pergantian linen yang cepat dan perwatan kulit yang tepat dapat
mengurangi ketidaknyamanan fisik dan mental.
Bila pasien lansia mengalami inkontinensia atau retensi selama
tinggal di unit perwatan kritis, evaluasi program pengobatan untuk
melihat apakah ada obat yang mempengaruhi kontraktilitas kandung
kemih atau tonus, bila kateter foley diberika selama penyakit akut
harus dilepas secepat mungkin bila indikasi pemasanngan sudah tidak
berlaku lagi (misalnya pengukuran per jam). Pelepasan dini mencegah
gangguan fungsi kandung kemih dan infeksi saluran kemih.

9. Perubahan Gastrointestinal
14

a. Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan
gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
b. Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari
syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
c. Esofagus melebar.
d. Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam
lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.
e. Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
f. Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
g. Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
perencaan keperawatan, perawt harus mempertimbangkan
bahwa tirah baring menurunkan peristaltik, dan kondisi lain yang
memperburuk motilitas. Pemasukan cairan adekuat, penggunaan
laksatik alami (jeruk dan air hangat), dan latihan aktif sesuai kondisi
pasien memungkinkan mempertahankan pola yang normal untuk
defekasi.
10. Perubahan Muskuloskeletal
Pembatasan gerakan pada lansia dapat menyebabkan hilangnya
kekuatan otot, masa otot dapat hilang karena penurunan jumlah dan
ukuran serat otot atau mungkin karena peningkatan jaringan
penghubung. Hal ini menyebabkan kurangnya tegangan otot dan
penurunan tekanan kontraksi, penurunan masa otot dan hilangnya
elastisitas menambah hilangnya kelenturan dan hilangnya kekakuan.
Kurangnya latihan olahraga, nutrisi buruk, dan malabsorbsi kalsium
15

menyebabkan hilangnya masa tulang. Kehilangan berhubungan dengan
berkurangnya beban tubuh.
Puasa yang dipaksakan pada pasien lansia dapat menyebabkan
peningkatan hilangnya otot karena katabilosme dan glukoneogenesis.
Tirah baring yang lama menyebabkan hilangnya mobilitas, kekuatan,
dan energi pada pasien lansia. Mempertahankan nutrisi, perubahan
posisi dengan sering, latihan pasif dan aktif sera turun dari tempat tidur
sesuai kondisi adalah penting untuk mempertahankan kekuatan, energi
dan masa tulang. Bila pasien koma, atau mengalami kehilangan fungsi
yang berat posisi yang tepat dan posisi sendi dapat membantu
mencegah depormitas permanen.
11. Perubahan Endokrin
a. Produksi hampir semua hormon menurun.
b. Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
c. Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada
di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH
dan LH.
d. Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya
pertukaran zat.
e. Menurunnya produksi aldosteron.
f. Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen,
testosteron.
g. Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari
sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa
(stess).
12. Perubahan sistem reprduksi.

16

a. selaput lendir vagina menurun/kering.
b. menciutnya ovarium dan uterus.
c. atropi payudara.
d. testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara
berangsur berangsur.
e. dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi
kesehatan baik.
13. Sistem persyarafan.
a. Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
b. Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
c. Mengecilnya syaraf panca indera.
d. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
Untuk mencegah lansia mengalami demensia atau pikun hal yang dapat
dilakukan :
1) Menjaga kepala dari benturan keras atau luka berat. Makanya selalu
gunakan helm saat mengenderai sepeda motor, kegiatan konstruksi
lapangan dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat membahayakan kepala
2) Membaca dan menulis. Kegiatan ini dapat melatih dan menstimulasi
sel-sel saraf otak. Itulah sebabnya saya suka sekali nongkrongin
Kompasiana, membaca tulisan-tulisan yang membuat kita berpikir dan
membuat tulisan yang membuat orang berpikir
3) Bermain catur dan permainan sejenis. Kemarin saya ngobrol-ngobrol
dengan seorang kakek yang telah saya kenal semenjak saya SD.
Usianya saat ini 84 tahun, sama sekali tidak menunjukkan gejala-gejala

17

pikun. Bermain catur adalah kegiatan yang selalu dilakukannya hampir
tiap hari di kedai rumah makan orangtua saya.
4) Melakukan permainan memori. Kegiatan ini dapat meningkatkan dan
menajamkan kemampuan otak, seperti teka-teki silang, teka-teki
matematika dan logika dan menikmati permainan optical illusions.
5) Gaya hidup sehat. Berolahraga secara teratur, menghindari kebiasankebiasaan buruk seperti merokok dan menkonsumsi alkohol.
Mengkonsumsi makanan dan minuman sehat, makanan yang sangat
baik untuk kesehatan otak diantaranya adalah coklat hitam, buah
alpukat, blueberry, ikan salmon dn telur. Sebaiknya gaya hidup sehat
disesuaikan dengan jam biologis. Gaya hidup sehat juga mencakup
kegiatan-kegiatan rekreasi dan hobi misalnya fotografi, melukis dan
mengutak-atik sepeda motor atau komputer.
6) Aktivitas Sosial. Menjalin tali kekeluargaan, persahabatan, menghadiri
undangan pesta dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya dapat menjaga
dan meningkatkan kemampuan otak, khususnya bagian otak yang
mengatur fungsi komunikasi.
7) Aktivitas Spritual. Aktivitas ibadah memiliki peran yang cukup
signifikan dalam menjaga dan meningkatkan fungsi otak. Tidak
mengherankan orang-orang shaleh, alim-ulama atau pemuka-pemuka
agama jarang sekali mengalami kepikunan. Beberapa waktu yang lalu
Kompas Ramadhan memberitakan bahwa puasa dapat memperbaiki
dan meningkatkan kinerja sel-sel otak
8) Senam otak. Gerakan senam otak ini, seperti : gerakan silang, putaran
leher, pernafasan perut, membayangkan huruf X, lambaian kaki,
luncuran grativasi, tombol imbang, gerakan 8 tidur, gerakan gajah,
olengan pinggul, dan lain – lain. Porsi latihan senam otak yang baik
adalah 10 – 15 menit dalam sekali latihan dengan posrsi 2 – 3 kali
dalam seharinya. Namun banyak juga yang menyatakan senam otak ini
hanya perlu dilakukan selama 2 – 5 menit dalam setiap latihan.
2.

Pendekatan psikis
Di sini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
adukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter,
18

interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penamung rahasia yang
pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknnya memiliki kesabaran
dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak
untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas.
Perawat harus selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar, simpatik, dan
service. Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka
terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap,
perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi
sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu
diusahakan agar dimasa lanjut usia ini mereka dapat merasa pua dan bahagia.
Ada

beberapa

faktor

yang

sangat

berpengaruh

terhadap

psikologi

lansia. Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia
dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang
dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah
sebagai berikut:
a.

Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi
adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology),
misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin
rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang
sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda.
Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik,
psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu
keadaan ketergantungan kepada orang lain.
Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang
sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi
psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk
mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus
mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur,
istirahat dan bekerja secara seimbang.

b. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali
berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan jantung,
gangguan metabolisme, misal diabetes millitus, vaginitis, baru selesai operasi
19

: misalnya prostatektomi, kekurangan gizi, karena pencernaan kurang
sempurna atau nafsu makan sangat kurang, penggunaan obat-obat tertentu,
seperti antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer.
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
1) Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
2) Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat
oleh tradisi dan budaya.
3) Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
4) Pasangan hidup telah meninggal.
5) Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan
jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
c. Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses
belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga
menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara
fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan
dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat
bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga
mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan
kepribadian

lansia.

Beberapa

perubahan

tersebut

dapat

dibedakan

berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:
1) Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe
ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat
tua.
2) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa
lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada
dirinya.
3) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini
biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan
keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi

20

jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan
menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
4) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini
setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya,
banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara
seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi moratmarit.
5) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu
orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
d.

Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun
tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau
jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya,
karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan,
jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang
memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya seperti
yang telah diuraikan pada point tiga di atas.
Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental
setelah lansia? Jawabannya sangat tergantung pada sikap mental individu
dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada menerima, ada yang
takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada
juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap
tersebut sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif
maupun negatif.
Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif
akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak
positif sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan
kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu
untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh.
Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan
terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan
assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan
yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan
21

memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan
arah minatnya masing-masing. Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka
usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan macamnya.
Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat
hasilnya sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping
pekerjaan yang selama ini ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup
menjanjikan

dalam

menghadapi

masa

tua,

sehingga

lansia

tidak

membayangkan bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna,
menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya.
e.

Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak
fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan
kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran
sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering
menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu
mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih
sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan
orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah
menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta
merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya
seperti anak kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya
lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran)
masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit,
sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care)
dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak
punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya
pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal,
apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.

3.

Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercarita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama
22

dengan sesame klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka.
Pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang
dihadapinya adalh mahluk social yang membutuhkan orang lain. Dalam
pelaksanaannya perawat dapat menciptakan hubungan social antara lanjut usia dan
lanjut usia maupun lanjut usia dan perawat sendiri. Perawat memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lajut usia untuk mengadakan
komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya jalan pagi, menonton film, atau
hiburan-hiburan lain.Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia
luar, seperti menonton tv, mendengar radio, atau membaca majalah dan surat
kabar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah
pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau
ketenangan para klien lanjut usia.
4.

Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang di anutnya, terutamabila klien lanjut
usia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian. Sehubungan dengan
pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian, DR. Tony
Setyabudhi mengemukakan bahwa maut seringkali menggugah rasa takut. Rasa
takut semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti tidakpastian akan
pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit / penderitaan yang sering
menyertainya, kegelisahan untuk tidak kumpul lagi dengan keluarga / lingkungan
sekitarnya.

C. OLAH RAGA LANSIA
Olahraga yang dianjurkan bagi Lansia, adalah olahraga dengan gerakan yang
melibatkan pelatihan pernafasan dan jantung, melatih kekuatan otot dan sendi, dan
dikemas dalam suasana rekreasi, sehingga tidak menimbulkan rasa jenuh untuk
Lansia.
a. Jalan Kaki untuk Lansia, aktifitas Jalan kaki dapat melatih kekuatan otot jantung
dan kelancaran pernapasan, melatih kekuatan otot kaki, sehingga aliran darah
kembali ke Jantung kembali lancer. Agar Olahraga ini tidak membosankan, dapat
dikemas dalam bentuk rekreasi, seperti jalan kaki di pantai, di taman kota, dan di
pedesaan dengan metode berkelompok.
23

b. Senam Lansia juga dapat menjadi pilihan olahraga yang aman bagi lansia. Buat

Gerakan-gerakan senam tidak terlalu sulit dan dapat melatih kekuatan otot, sendi,
dan keseimbangan. Jangan sampai beban gerakan-gerakan senam terlalu berat,
dan berbahaya bagi Lansia. Beban yang tepat adalah aktivitas fisik dari senam
memiliki beban yang mampu melatih bagian tubuh, sedikit di atas kemampuan
maksimal. Aktifitas pekerjaan Rumahtangga juga baik dilakukan, namun tetap
haris diperhatikan batas maksimal kemampuan tubuh.
c. Yoga atau latihan pernapasan, latihan yoga untuk para lanjut usia hanya berupa
olah pernapasan dan peregangan badan. Ketika seseorang melakukan kegiatan ini
mereka dapat melatih diri agar selalu merasa tenang dan bahagia dalam menjalani
kehidupan di usia tua.
d. Berkebun dan beternak, rata-rata para lanjut usia sangat mengemari kegiatan ini,
dengan kegiatan berkebun dan berternak terbukti ampuh dapat mengurangi tingkat
stres mereka dan melatih daya ingat serta konsetrasi mereka.
e. Bersepeda, bersepeda dapat dilakukan dengan yang stationer maupun yang jalan.
Bersepeda sangat baik untuk kelancaran peredaran darah dalam seluruh tubuh dan
menguatkan otot-otot jantung
f. Angkat beban, olahraga angkat beban membutuhkan kekuatan otot tangan serta
keseimbangan tubuh. Untuk seorang pemula, anda bisa berlatih angkat beban
dengan menggunakan media yang tidak terlalu besar, dan tidak berat. Latihan
yang rutin yang anda lakukan, akan merangsang kerja otot-otot lengan, bekerja
lebih keras dari seharusnya. Dan tidak menutup kemungkinan otot-otot anda akan
terbentuk dan anda akan bisa mengangkat beban dengan berat yang lebih besar.
Ketekunan, kedisiplinan serta tekad yang besar akan membawa anda pada hasil
yang anda inginkan. Teruslah berlatih dengan giat, agar anda mendapatkan hasil
yang sepadan, tubuh yang sehat serta jiwa yang kuat.
g. Renang, berenang adalah olahraga air yang baik untuk kesehatan. Baik untuk
manula yang sering mengalami nyeri sendi.
Ketika

lansia melakukan olahraga, lebih baik didampingi, dan di awasi untuk

mencegah resiko terjadinya kecelakaan saat sedang berolahraga.

D. WISATA UNTUK LANSIA
24

Tempat untuk refresing bagi lansia ada banyak salah satunya adalah taman
lansia. Taman Lansia merupakan singkatan dari Taman Lanjut Usia, merupakan
sarana refreshing dan istirahat bagi lansia dan warga. Lansia bisa berkumpul atau
refreshing di sini baik untuk acara keluarga, rekreasi makan bersama, maupun hanya
sekedar menikmati lingkungan yang asri.
Berikut adalah beberapa tips untuk bepergian

dengan orang lanjut usia

(lansia)
1. Bila bepergian dengan orang lansia, khususnya usia >65 tahun, sebaiknya pilih
waktu di siang hari. Bila malam hari orang lansia mudah masuk angin.
2. Pelajari waktu tempuh dari kota tempat tinggal ke kota tujuan dengan alternatif
transportasi yang ada.
3. Pilih transportasi yang paling sesuai dengan kondisi keluarga. Sebaiknya bila
pergi dengan lansia lama perjalanan tidak lebih dari 12 jam, karena banyak dari
orang lansia yang kurang kuat tulang-tulangnya, mereka akan mudah capai dan
encok. Bila naik kereta api, pada waktu pesan tiket kereta api minta kursi ditengah
berjejer atau saling berhadapan, sedapat mungkin hindari kursi di ujung dekat
kamar mandi. Bila perjalanan dilakukan pada malam hari selain udara dingin, AC
akan terasa sangat menggigit, demikian pula kipas angin dapat membuat lansia
sakit kepala.
4. Pelajari kota/tempat tujuan yang akan dikunjungi baik-baik. Misalnya: tempattempat menarik, tempat bersejarah, shopping area dll serta alternatif transportasi
dalam kota yang ada.
5. Bila akan menginap di hotel/motel, pastikan kita sudah memesan kamar sebelum
berangkat. Sebaiknya kita sudah mengetahui kondisi hotel, fasilitas & servis hotel
dan lingkungannya. Hal-hal tersebut dapat ditanyakan ke teman atau kerabat, ke
petugas hotel via telepon waktu memesan, atau surfing di internet. Ada baiknya
kita memberitahu pihak hotel kalau kita akan menginap dengan orang lansia, yang
mungkin pakai kursi roda atau tidak suka suara-suara yang berisik. Hotel/motel
yang servis nya bagus akan mengantisipasi hal tersebut. Misalnya, hotel akan
memberikan kamar yang letaknya di lantai dasar (tidak perlu naik tangga) dan
terletak di tempat yang agak terisolasi dari kamar lain dan menghadap taman,
25

sehingga suara-suara dari hotel tidak terlalu terdengar tetapi tetap dapat menikmati
suasana hotel.
6. Pikirkan transportasi dalam kota yang akan digunakan (hal ini tidak berlaku bagi
keluarga yang membawa mobil).
7. Buat rencana perjalanan dengan baik dan terinci serta flexible. Lebih baik lagi
apabila disertai dengan perkiraan biaya yang dibutuhkan.
8. Bila hal-hal tersebut diatas sudah dibuat tibalah saat anda menyiapkan barangbarang yang akan dibawa.
9. Bagi orang lansia yang usianya sudah diatas 75 tahun sebaiknya membawa kursi
roda, walaupun kelihatannya masih sehat, tapi menggunakan kursi roda dapat
menghemat banyak tenaga.
10. Jangan lupa membawa obat-obatan pribadi. Kalau perginya diatas 3 hari ada
baiknya sebelum pergi kunjungi dokter langganan, informasikan rencana kita dan
minta resep obat-obat untuk bepergian.
11. Bawa juga barang-barang pribadi penunjang kesehatan, misalnya: lapisan kursi
pijat, bantal untuk bahu, dan lain sebagainya.
12. Bawa ketel listrik. Hal ini sangat bermanfaat untuk membuat minuman hangat,
dan tentu saja untuk membuat indomie. Kabel sambungan dengan kombinasi
colokan listrik juga berguna.
13. Taruh barang-barang dalam koper/tas tangan yang mudah dibawa, yaitu yang
memiliki roda atau ransel. Lebih baik membawa 1 atau 2 koper besar saja tapi
memakai roda dari pada 1 koper kecil/sedang dengan beberapa tas tenteng.
Logikanya koper kecil dan koper besar bila pakai roda tidak banyak perbedaan
mengenai berat dan kerepotannya.
E. PENYAKIT UMUM PADA LANSIA
1.

Degenerasi/kerusakan penglihatan

26

2.

Osteoporosis

3.

Glaukoma

4.

Hilangnya pendengaran

5.

Gangguan kognitif

6.

Alzheimer

7.

Artritis

8.

Mengompol

9.

Sindrom terkait metabolisme tubuh

10.

Gangguan emosional

F. MASALAH GIZI PADA LANSIA
1. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota
besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan
berlebih, apalai pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya
aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk
mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai
penyakit, misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.
2. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga
karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang
dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai
dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak
dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun,
27

3. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang,
penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak
bersemangat.
Pemantauan Status Nutrisi
1. Penimbangan Berat Badan
Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali,
waspadai peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu.
Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap
kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg
/minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
2. Menghitung

berat

badan

ideal

pada

dewasa

:

Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100)
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB
kurang dari 160 cm, digunakan rumus :
a. Berat badan ideal = TB dalam cm – 100
b. Jika

BB

lebih

dari

ideal

artinya

gizi

berlebih

Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang
4. Kekurangan kalori protein
Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang
bersosialisasi, hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman, kesulitan
mengunyah, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk menyiapkan
makanan, sering mangkonsumsi obat-obatan yang mangganggu nafsu makan,
nafsu makan berkurang, makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera.
Karena hal ini dapat menurunkan asupan protein bagi lansia, akibatnya lansia
menjadi lebih mudah sakit dan tidak bersemangat.
28

5. Kekurangan vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan sinar matahari,
jarang atau tidak pernah minum susu, dan kurang mengkonsumsi vitamin D yang
banyak terkandung pada ikan, hati, susu dan produk olahannya.

f. TATA RUANGAN LANSIA

1.

Kamar tidur
Lokasi kamar tidur lansia sebaiknya di lantai bawah. Jika lokasi kamar tidur
manula terpaksa berada di lantai atas, pasang chair lift untuk menghindari agar
manula tidak jatuh saat naik turun tangga. Demi keamanan, lokasi kamar tidur
lansia harus dipertimbangkan dengan matang. Pintu kamar lansia ini pun harus
dibuat cukup lebar, sekitar 30 – 32 inchi atau sekitar 75 hingga 80 cm, yang
memungkinkan kursi roda dapat keluar masuk dengan mudah. Pilih pegangan
pintu

lever-style

yang

memungkinkan

tangan

yang

lemah

dapat

menggerakkannya.
Lalu, kamar tidur lansia tersebut perlu dilengkapi kamar mandi khusus lansia,
yakni en-suite bathroom dengan dudukan toilet yang ditinggikan serta pegangan
safety grip bars yang dipasang di dekatnya. Untuk pencahayaan kamar lansia,
pilih nyala lampu yang subdued namun cukup terang di sepanjang koridor kamar
dan kamar mandi, sehingga manula bisa beraktifitas di malam hari.
2.

Warna
Warna kamar tidur untuk lansia haruslah dipilih dari warna yang bisa
menciptakan atmosfer hangat dan mengundang. Warna – warna seperti pink pucat
atau marigold, hingga warna – warna yang membumi, misal cokelat pastel atau
hijau pandan, bisa digunakan. Untuk menghadirkan aksen warna ini, Anda bisa
melakukan kombinasi antara sprei, selimut, dan bantal di tempat tidur, dengan
29

kain yang digunakan sebagai upholstery dan window coverings, seperti tirai atau
gorden.
Pada tempat tidur, hadirkan beberapa lembar selimut tipis namun tetap hangat
untuk digunakan. Hindari penggunaan comforter yang tebal dan cukup berat, dan
penggunaan bantal yang berlebihan. Sebisa mungkin, buat tempat tidur lansia
senyaman mungkin tanpa banyak benda ditempatkan di atasnya.
Tempat tidur dan matras sebaiknya dibuat dengan ketinggian selutut lansia.
Untuk meningkatkan keamanan tempat tidur, tak ada salahnya memasang
moveable railings di kedua sisi tempat tidur. Lalu, di samping tempat tidur,
letakkan nightstand kecil yang bisa dijangkau oleh manula, meski ia tengah
duduk di tempat tidur atau di kursi rodanya. Juga, tambahkan lampu meja dengan
dimmer yang mudah dioperasikan.
3.

Furnitur untuk lansia

terutama kursi, bangku, atau sofa penting untuk dihadirkan pada kamar tidur
lansia yang memungkinkan mereka merapikan diri di depan cermin. Furnitur
tersebut haruslah cukup kuat, mantap, dan tak mudah goyang, sehingga lansia
bisa duduk tanpa takut terjungkal.
Selain itu, upholstery juga harus mudah dibersihkan dan tahan terhadap
pembersihan atau pencucian berkali – kali. Juga, posisnya terlalu rendah,
sehingga lansia harus jongkok atau merunduk terlalu ke bawah jika akan duduk,
dan hal ini tentunya akan menyulitkan lansia untuk berdiri kembali. Lebih baik
furnitur dibuat cukup tinggi, namun masih dalam batas jangkauannya. Selain itu,
pada sofa atau kursi, harus ada lengan kursi untuk membantu lansia berdiri dari
tempat duduknya.
4. Lantai
Untuk lantai di kamar tidur lansia, gunakan bahan keramik atau ubin biasa
yang tidak terlalu licin dan mudah dibersihkan, lalu lapisi dengan karpet wall-to-wall
yang tak terlalu tebal, permukannya halus, dengan padding yang kuat di bawahnya.
Karpet juga harus memungkinkan kursi roda untuk melewatinya dan memudahkan
30

mobilitas lansia. Hindari penggunaan karpet potongan yang mudah tergelincir kala
diinjak. Selain itu, pastikan ujung karpet tidak tergulung keluar, yang bisa
menyebabkan tersandung.
5. Alat komunikasi
Tidak ada salahnya Anda menempatkan alat komunikasi di kamar tidur lansia,
misalnya berupa telepon rumah dengan tombol yang cukup besar untuk digunakan
jika sewaktu – waktu lansia ingin menelepon seseorang. Pasang juga perangkat CCTV
untuk memantau keadaan manula, terutama manula yang sudah tidak bisa beranjak
dari tempat tidur. Jika Anda tak ingin menyediakan telefon atau CCTV, sebagai
alternatif, bekali manula dengan intercom, remote, atau alarm yang akan menyala jika
manula membutuhkan bantuan.
6. Tata ruang dalam rumah
Salah satu hal paling menakutkan bagi orang lanjut usia (lansia) adalah
terjatuh hingga mengalami cedera berat. Tak hanya di luar rumah, bahkan di dalam
rumah pun orang lansia dapat terjatuh. Tidak seperti orang muda, orang lansia tidak
memiliki gerak refleks cepat untuk mencegahnya jatuh.
Bukan sekadar keseleo ataupun memar, jatuh dapat mengakibatkan cedera
serius bahkan kematian pada orang lansia. “Cedera yang paling sering dialami orang
lansia akibat terjatuh adalah patah tulang karena sudah rapuh. Patah tulang pinggang,
panggul, pangkal paha, dan tangan karena berusaha menahan,” ungkap ahli fisioterapi
Widianing Retnaningsih kepada salah satu media. Tak hanya patah tulang, Widianing
juga memaparkan cedera lainnya adalah sendi bergeser, saraf tertekan ataupun putus,
hingga pendarahan kepala akibat terbentur dan dapat mengakibatkan kematian.
Untuk mencegah semua itu, ada beberapa faktor penting dalam menata interior
aman bagi lansia.
a. Pastikan tidak ada ubin yang rusak atau tidak rata di ruang manapun. Hal ini dapat
menyebabkan orang lansia tersandung dan jatuh. Singkirkan tumpukan koran,
buku, kardus, pakaian terutama yang mudah roboh, sehingga ada lebih banyak
area untuk bergerak terutama bagi orang lansia yang menggunakan alat bantu
31

jalan. Minimalisasi penggunaan karpet karena justru dapat membuat orang orang
lansia terpeleset.
b. Bila memang orang lansia harus menggunakan tangga untuk menuju lantai atas,
sebaiknya tangga memiliki handrail yang kuat pada kedua sisinya. Aplikasikan
juga bahan anti selip di tiap tepi anak tangga, atau beri lapisan karpet di sepanjang
tangga. Ganti warna ubin terte

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65