BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi - Gambaran Umum Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

  Perpustakaan perguruan tinggi merupakan salah satu jenis perpustakaan yang banyak kita jumpai pada saat ini, berikut ini penulis kemukakan beberapa defenisi mengenai perpustakaan perguruan tinggi.

  Menurut Syahrial-Pamuntjak (2000: 5) dalam bukunya Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan, menyatakan bahwa :

  Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan pendidikan tinggi, baik yang berupa perpustakaan universitas, perpustakaan fakultas, perpustakaan akademi, dan perpustakaan sekolah tinggi.

  Dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004 : 3) bahwa, “perpustakaan perguruan tinggi merupakan unsur penunjang perguruan tinggi, yang bersama-sama dengan unsur yang lainnya, berperan serta dalam melaksanakan tercapainya visi dan misi perguruan tingginya”. Selanjutnya dinyatakan bahwa, “yang dimaksud dengan perguruan tinggi adalah universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, politeknik, dan perguruan tinggi lain yang sederajat”.

  Sedangkan menurut Sutarno dalam bukunya Perpustakaan dan Masyarakat (2003: 35) mendefinisikan, “perpustakan perguruan tinggi merupakan yang berada dalam suatu perguruan tinggi dan yang sederajat yang berfungsi mencapai tri dharma perguruan tinggi, sedangkan penggunanya adalah seluruh civitas akademika”.

  Berdasarkan beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan perguruan tinggi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di bawah naungan sebuah universitas atau perguruan tinggi lainnya yang sederajat yang penggunanya adalah mahasiswa dan civitas akademika. Perpustakaan perguruan tinggi sering disebut sebagai jantungnya universitas karena tanpa perpustakaan tersebut maka proses pelaksanaan pembelajaran mungkin kurang optimal.

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

  Perpustakaan perguruan tinggi bukan hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya penyelenggaraan perpustakaan diharapkan dapat membantu mahasiswa-mahasiswi dan staf menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar-mengajar. Segala bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan perguruan tinggi harus dapat menunjang proses belajar mengajar maka dalam pengadaan bahan pustaka hendaknya mempertimbangkan kurikulum perkuliahan dan kebutuhan penggunanya.

  Menurut Syahrial-Pamuntjak (2000: 5) dalam bukunya Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan, menyatakan bahwa, ”perpustakaan Perguruan Tinggi tujuannya membantu perguruan tinggi dalam menjalankan program pengajaran”.

  Sebagai bagian dari institusi perguruan tinggi, perpustakaan diselenggarakan dengan tujuan untuk menunjang pelaksanaan program perguruan tinggi sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat. Menurut Yuven (2010 : 1) tujuan perpustakaan perguruan tinggi dapat dijabarkan sebagai berikut ; 1.

  Dalam menunjang pendidikan dan pengajaran maka Perpustakaan Perguruan Tinggi bertujuan untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi untuk mahasiswa dan dosen sesuai dengan kurikulum yang berlaku 2. Dalam menunjang penelitian maka kegiatan Perpustakaan Perguruan

  Tinngi adalah mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi bagi peneliti baik intern institusi atau ekstern di luar institusi.

3. Dalam menunjang pengabdian kepada masyarakat maka Perpustakaan

  Perguruan Tinggi melakukan kegiatan dengan mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi bagi masyarakat.

  4. Pada dasarnya tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi secara umum adalah menyusun kebijakan dan melakukan tugas rutin untuk mengadakan, mengolah dan merawat pustaka serta mendayagunakan untuk kepentingan civitas academica pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan penyelenggaraan perpustakaan perguruan tinggi adalah menjalankan pelaksanaan program perguruan tinggi sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk memberikan pelayanan informasi dan bahan lainnya untuk pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat penggunanya, guna mendukung pelaksanaan program perguruan tingginya.

2.1.3 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

  Perpustakaan perguruan tinggi berfungsi untuk hal-hal yang bersifat informatif, edukatif akademik (ilmiah), dan penelitian yang dapat menunjang berjalanya Tri Dharma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Dalam usaha melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi, maka perpustakaan berfungsi menyediakan informasi guna memenuhi kebutuhan penggunanya.

  Di dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (Depdiknas, 2004:3) perpustakaan memiliki berbagai fungsi sebagai berikut : 1.

  Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang medukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

  2. Fungsi Informasi Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi.

  3. Fungsi Riset Perpustakaan mempersiapkan bahan – bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi mutlak dimiliki, karena tugas perguruan tinggi adalah menghasilkan karya – karya penelitian yang dapat diaplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang.

  4. Fungsi Rekreasi Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan.

  5. Fungsi Publikasi Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas akademik dan staf non-akademik.

  6. Fungsi Deposit Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.

7. Fungsi Interpretasi

  Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber – sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas fungsi perpustakaan

  Sedangkan Yuven (2010 : 2) menyatakan bahwa fungsi perpustakaan perguruan tinggi dapat dijabarkan lebih rinci sebagai berikut : a)

  Studying Center, artinya bahwa perpustakaan merupakan pusat belajar maksudnya dapat dipakai untuk menunjang belajar (mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhan dalam jenjang pendidikan)

  b) Learning Center, artinya berfungsi sebagai pusat pembelajaran (tidak hanya belajar) maksudnya bahwa keberadaan perpustakaan difungsikan sebagai tempat untuk mendukung proses belajar dan mengajar. (Undang-undang No 2 Tahun 1989 Pasal 35: Perpustakaan harus ada di setiap satuan pendidikan yang merupakan sumber belajar).

  c) Research Center, hal ini dimaksudkan bahwa perpustakaan dapat dipergunakan sebagai pusat informasi untuk mendapatkan bahan atau data atau nformasi untuk menunjang dalam melakukan penelitian.

  d) Information Resources Center, maksudnya bahwa melalui perpustakaan segala macam dan jenis informasi dapat diperoleh karena fungsinya sebagai pusat sumber informasi.

  e) Preservation of Knowledge center, bahwa fungsi perpustakaan juga sebagai pusat pelestari ilmu pengetahuan sebagai hasil karya dan tulisan bangsa yang disimpan baik sebagai koleksi deposit, local content atau grey literatur

  f) Dissemination of Information Center, bahwa fungsi perpustakaan tidak hanya mengumpulkan, pengolah, melayankan atau melestarikan namun juga berfungsi dalam menyebarluaskan atau mempromosikan informasi.

  g) Dissemination of Knowledge Center, bahwa disamping menyebarluaskan informasi perpustakaan juga berfungsi untuk menyebarluaskan pengetahuan

  (terutama untuk pengetahuan baru) Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan perguruan tinggi sangat penting bagi masyarakat penggunanya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan untuk memperoleh informasi yang berguna dalam pengembangan pendidikan sebagai fungsi edukasi, informasi, riset, rekreasi, publikasi, deposit dan interpretasi.

2.2 Organisasi dan Staf (Ketenagaan)

2.2.1 Organisasi

  Menurut Sutarno NS (2006: 46) organisasi adalah,suatu bentuk kerja sama antara sekelompok orang berdasarkan suatu keterikatan (perjanjian)untuk mencapai suatu tujuan bersama yang tertentu”.

  Pengorganisasian merupakan salah satu dari fungsi manajemen. Sutarno NS (2006:138) bahwa, “pengorganisaian merupakan proses penyusunan pembagian kerja ke dalam unit-unit kerja dan fungsinya yang disesuaikan dengan tepat mengenai staf yang harus menduduki unit kerja dan fungsi tersebut”

  Berdasarkan PP No. 30 Tahun 1990 pasal 34 PPT yang dikutip dari Yuven (2010:4) dinyatakan bahwa Struktur organisasi PPT dapat dikategorikan dalam 2 (dua) bentuk yaitu : 1.

  Struktur organisasi makro artinya kedudukan PPT dalam struktur lembaga/institusi.

2. Struktur organisasi mikro artinya kedudukan/struktur intern unit perpustakaan dengan segala bagian dan unit kerja/kegiatannya.

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi perpustakaan adalah himpunan orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam rangka mengelola suatu perpustakaan unit-unit kerja dan fungsinya yang disesuaikan dengan tepat mengenai staf yang harus menduduki unit kerja.

2.2.1.1 Organisasi Makro

  Sebagai unsur penting penunjang kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, perpustakaan berada di luar lingkup fakultas dan bertanggungjawab langsung kepada pimpinan perguruan tinggi. Adapun struktur organisasi makro tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

  REKTOR Pembantu Rektor Biro UPT Lembaga Fakultas Perpustakaan Penelitian

  Sumber : (Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi, 2004

2.2.1.2 Organisasi Mikro

  Struktur organisasi mikro perpustakaan perguruan tinggi merupakan suatu susunan atau struktur yang menggambarkan bagian unit-unit kerja dalam perpustakaan. Yuven (2010 : 4) menyatakan bahwa, untuk struktur organisasi mikro minimal mencakup 3 bagian yaitu :

  1) Bagian pelayanan teknis 2) Bagian pelayanan pengguna/pemustaka 3) Bagian tata usaha.

2.3 Staf

  Staf merupakan tenaga kerja yang diperlukan sebagai komponen manusiawi di perpustakaan perguruan tinggi. Staf memiliki peran yang dinamis dalam pelaksanaan seluruh kegiatan kerja, sehingga perpustakaan dapat berfungsi sesuai dengan peranannya di perguruan tinggi. Karena peranannya yang dinamis, kondisi tenaga kerja di perpustakaan perguruan tinggi akan menentukan baik tidaknya pelayanan informasi yang diberikan oleh perpustakaan tersebut.

  Dalam hal ini maka pengelolaan yang baik pada suatu perpustakaan, diperlukan staf yang memliki tingkat pendidikan, keahlian dan keterampilan masing-masing staf. Seperti pada perpustakaan peguruan tinggi maka staf atau pustakawan diminya memliki spesialisasi dalam bidangnya, yaitu perpustakaan. Dan staf yang menjalankan kegiatan-kegiatan pada perpustakaan disebut dengan pustakawan.

  Dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004: 25) dinyatakan bahwa : Karyawan atau staf perpustakaan merupakan komponen yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan layanan perpustakaan, oleh karena itu staf perpustakaan harus memadai dari segi jumlah dan mutu untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dan program yang dikembangkan perpustakaan. Staf perpustakaan dewasa ini sebaiknya terdiri atas pustakawan, asisten pustakawan, tenaga fungsional dan tenaga administrasi perpustakaan dengan kualitas sebagai berikut: 1.

  Pustakawan dengan pendidikan kesarjanaan dalam ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi atau sarjana bidang lain yang memiliki kompetensi teknis perpustakaan.

  2. Asisten pustakawan dengan pendidikan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi tingkat diploma atau yang sederajat.

  3. Tenaga fungsional lain dengan pendidikan keahlian tingkat perguruan tinggi termasuk pranata komputer, ahli arsip dan ahli teknologi informasi.

  4. Tenaga administrasi perpustakaan adakalanya merekrut sarjana berbagai bidang ilmu sebagai tenaga ahli subjek untuk ditempatkan di bagian layanan rujukan atau bagian pengolahan bahan pustaka (Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi, 2004: 25).

  Fungsi staf sangatlah penting bagi sebuah perpustakaan. Oleh karena itu, harus mampu menempatkan seorang staf sesuai dengan tempatnya. Kumar (2003: 80) membagi staf ke dalam 3 kategori :

  The staff in a library may be divided into the following three categories:

  a) Professional b) Supporting (administrative) c) Supporting (technical) / para professional

  Maksud dari defenisi diatas adalah, bahwa staf di perpustakaan dapat dibagi dalam 3 kategori: a)

  Profesional, yaitu staf dengan pendidikan ilmu perpustakaan

  b) Administrasi, yaitu seperti sekretaris dan asisten pustakawan

  c) Pendukung teknis pelayanan perpustakaan seperti petugas shelving, sirkulasi, dll.

2.4 Sarana

  Sarana yang dimaksud adalah sarana fisik dalam bentuk ruangan atau gedung dan perlengkapannya. Untuk menampung pekerjaan setiap unit kerja yang ada di perpustakaan, maka perpustakaan perlu dilengkapi dengan sarana yang dipersiapkan secara khusus untuk menunjang setiap pekerjaan yang ada di perpustakaan.

2.4.1 Ruangan atau Gedung

  Untuk menghasilkan gedung perpustakaan yang dapat menjadi tempat kerja yang efisien, nyaman dan menyenangkan bagi staf perpustakaan dan pengunjung, maka gedung/ruangan perpustakaan haruslah direncanakan secara baik agar dapat menampung segala kegiatan dalam pelaksanaan fungsi perpustakaan.

  Menurut Soejono Trimo dalam Siregar (2009 : 2) dinyatakan bahwa: Gedung yang baik haruslah dapat memenuhi semaksimal mungkin ketentuan-ketentuan yang dikemukakan oleh para calon pemakainya, karena hanya mereka yang akan tahu apa yang akan terjadi ataupun dikerjakan di dalam gedung/ruangan tersebut.

  Pembangunan gedung perpustakaan harus luwes (fleksibel) artinya mampu menyesuaikan tata letak tanpa perlu perubahan struktur gedung. Selanjutnya dinyatakan bahwa; Gedung perpustakaan minimal harus memiliki ruangan sebagai berikut :

  • Gudang.
  • Alat-alat bibliografi dan pembantu : katalog, indeks, staf pembantu.
  • Ruangan koleksi.
  • Ruangan pengunjung.
  • Ruang staf. Tata ruang perpustakaan untuk setiap perpustakaan berbeda-beda sesuai dengan kondisi perpustakaan itu sendiri. Siregar (2009 : 13) menyatakan bahwa, Minimal ruangan yang harus ada di perpustakaan yaitu :

  1. Ruang koleksi

  2. Ruang baca

  3. Ruang pelayanan

  4. Ruang kerja teknis dan administrasi

  5. Ruang tambahan jika memungkinkan

  6. Ruang khusus

  7. Ruang umum di luar gedung

2.4.2 Perlengkapan dan Perabotan

  Pada suatu perpustakaan Kebutuhan akan perabot dan perlengkapan tergantung kepada fungsi spesifik dan jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh perpustakaan tersebut.

  Dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004 : 18) dinyatakan bahwa : Perabotan adalah perlengkapan fisik yang diperlukan di dalam ruang perpustakaan sebagai penunjang fungsi perpustakaan seperti berbagai meja-kursi kerja dan layanan, berbagai rak, berbagai jenis lemari dan laci, kereta buku, dan lain-lain. Sedangkan Siregar (2009 : 18) menyatakan bahwa Yang dimaksud dengan perabot adalah barang-barang yang berfungsi sebagai wadah atau wahana penunjang fungsi perpustakaan seperti meja, kursi, rak buku dan lain-lain sedangkan perlengkapan adalah barang-barang yang merupakan perlengkapan dari suatu komponen dan atau kegiatan perpustakaan antara lain mesin tik, komputer, layer proyektor dan lain-lain.

  Sarana perlengkapan dan perabotan yang diperlukan bergantung kepada banyak hal seperti selera pemilih, keragaman kegiatan, program perpustakaan, keadaan keuangan perpustakaan dan lain-lain yang mengakibatkan banyaknya perlengkapan dan perabotan yang dibutuhkan perpustakaan.

  Menurut Siregar (2009 : 19-21) dinyatakan bahwa secara garis besar perabotan dan perlengkapan yang dibutuhkan perpustakaan adalah sebagai berikut: 1.

  Perabot dan perlengkapan pokok minimal untuk ruang koleksi :

  • Rak buku - Penyangga atau standar buku
  • Rak buku anak-anak - Label tanda penunjuk rak Tambahan jika sudah berkembang
  • Gantungan surat kabar - Kotak majalah/brosur
  • Rak atlas - Alat pemadam api
  • Rak kamus - Telepon - Lemari pamphlet dan brosur - AC/Kipas angina
  • Lemari/rak kaset - Rak display - Lemari/video kaset 2.

  Perabot dan perlengkapan pokok minimal untuk ruang baca :

  • Meja baca - Kursi baca Tambahan jika sudah berkembang
  • Sice untuk membaca santai - Telepon - Karel/meja baca perorangan - Kipas angin/AC
  • Karpet lantai untuk anak-anak - Poster dinding/hiasan
  • Bantal duduk untuk anak-anak - Booklet/pamphlet 3.

  Perabot dan perlengkapan pokok minimal untuk ruang pelayanan :

  • Meja peminjaman - Papan pengumuman
  • Lemari/tempat penitipan barang - Kotak/kartu peminjaman
  • Lemari katalog/kardeks - Kartu katalog
  • Buku pengunjung Tambahan jika sudah berkembang
  • Rak pameran display - Steples - Gantungan topi/mantel - Telepon - Tanda-tanda penunjuk - microfilm reader/printer
  • Kotak saran - Videocassete/TV
  • Mesin ketik - Slide proyektor
  • Kereta buku (book trolley) - book charger
  • Mesin photo copy - AC/Kipas angina
  • Stempel dan bantalannya - Kartu pembatas
  • Peruncing pensil - Kartu anggota peminjaman

4. Perabot dan perlengkapan minimal untuk ruang kerja teknis dan administrasi :

  • Meja/Kursi kerja - Buku induk bahan pustaka
  • Lemari arsip - Cap - Rak/lemari - Gunting - Mesin tik - Steples - Kartu blamko - Alat tulis kantor
  • Alat/kelengkapan bahan pustaka Tambahan jika sudah berkembang
  • Alat pengepel - Label, kantong, due slip
  • Sice tamu - Stempel dan bantalan
  • Meja pengolahan - Peruncing pensil
  • Mesin/ pisau potong kertas - Pelobang kertas
  • Peralatan pembersih ruangan - Book charger
  • Alat mufigasi - Kartu pemesanan koleksi
  • Alat penjilidan - Komputer analisa
  • Kartu pencatat majalah - Kipas angina/AC
  • Telepon - Kartu statistik - Kalkulator 5.

  Perabot dan perlengkapan pokok minimal untuk ruang khusus :

  • Ember - Meja/Kursi
  • Papan tulis - Gelas, ceret, rak gelas Tambahan jika sudah berkembang
  • Alat pembersih debu - Komputer - Alat pengukur suhu udara - Overhead proyektor
  • Televisi/Video kaset - Layar - Kaset atau perekam - Proyektor slide/film strip
  • Microphone/earphone - Interkom 6.

  Perabotan dan perlengkapan lain jika memungkinkan :

  • Alat pemadam api - Perlengkapan kendaraan

2.5 Koleksi Perpustakaan

  Sebagai sarana pembantu utama kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi, perpustakaan harus menyediakan koleksi yang menunjang proses belajar mahasiswa dan dosen. Koleksi harus berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran, agar dapat memenuhi sivitas akademinya yaitu mahasiswa, dosen dan peneliti.

  Dalam UU no 43 tahun 2007 pasal 1 ayat 2 dalam Yuven (2010 : 5) menyatakan bahwa: Yang dimaksud dengan koleksi perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam dalam bentuk berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah dan dilayankan.

  Dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004 : 51) dinyatakan bahwa, Ragam koleksi yang selayaknya ada di perpustakaan : a)

  0696/U/1991 bab II Pasal 11 yang dikutip dari Yuven (2010 : 6); menetapkan persyaratan minimal koleksi perpustakaan perguruan tinggi yakni : Program Diploma dan S1: 1. Memiliki 1 (satu) judul pustaka untuk setiap mata kuliah dasar keahlian

  Dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004 : 52) dinyatakan bahwa: Perpustakaan perguruan tinggi wajib menyediakan 80% dari bahan bacaan wajib mata kuliah yang ditawarkan di perguruan tinggi. Masing-masing judul bahan bacaan tersebut disediakan 3 eksemplar untuk tiap 100 mahasiswa, dimana 1 eksemplar” untuk pinjaman jangka pendek dan 2 eksemplar lainnya untuk pinjaman jangka panjang.

  Memiliki 500 judul pustaka untuk setiap program studi 2. Melanggan sekurang-kurangnya 2 (dua) jurnal ilmiah untuk setiap program studi.

  Sedangkan untuk Program Pascasarjana dan Sp 1: 1.

  Melanggan sekurang-kurangnya 1 (satu) judul jurnal ilmiah untuk setiap program studi

  (MKDK) 2. Memiliki 2 (dua) judul pustaka untuk setiap mata kuliah keahlian (MKK); 3.

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Koleksi perpustakaan adalah bentuk karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam dalam bentuk berbagai yang dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk disebarluaskan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan.

  Koleksi Rujukan

  g) Bahan bacaan untuk rekreasi intelektual

  f) Apabila memiliki dana yang cukup, perpustakaan sebagai sumber belajar tidak hanya menghimpun buku, jurnal, dan sejenisnya yang tercetak, tetapi juga menghimpun koleksi pandang dengar serta koleksi media elektronik

  e) Selain terbitan pemerintah, koleksi yang menjadi minat khusus perguruan tinggi seperti sejarah daerah, budaya daerah, atau bidang khusus lainnya juga perlu diperhatikan

  d) Terbitan Pemerintah

  c) Terbitan Berkala

  b) Bahan Ajar

2.5.1 Standar Jumlah Berdasarkan Keputusan MENDIKBUD Republik Indonesia No.

4. Jumlah pustaka sekurang-kurangnya 10 % dari jumlah mahasiswa dengan memperhatikan komposisi subyek pustaka.

  Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Perpustakaan perguruan tinggi wajib menyediakan 80% dari bahan bacaan wajib mata kuliah yang ditawarkan di perguruan tinggi. Masing-masing judul bahan bacaan tersebut disediakan 3 eksemplar untuk tiap 100 mahasiswa.

2.5.2 Pengembangan Koleksi

  Salah satu unsur pokok perpustakaan adalah koleksi, dengan adanya koleksi perpustakaan secara maksimal akan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada penggunannya. Untuk dapat memberikan pelayanan informasi secara maksimal. Perpustakaan harus berusaha menyediakan berbagai sumber informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.

  Pengembangan koleksi di perpustakaan sangat diperlukan karena mencakup semua kegiatan untuk memperluas koleksi yang ada di perpustakaan, terutama untuk kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan dan evaluasi bahan pustaka. Kegiatan ini meliputi berbagai aktivitas seperti penyusunan kebijaksanaan, penetapan prosedur seleksi, pengadaan koleksi, serta evaluasi.

  Edward Evans dalam Wijoyo (2008 : 3) memberikan batasan istilah collection development yakni; Sebagai suatu proses untuk mengetahui peta kekuatan dan kekurangan atau kelemahan koleksi perpustakaan, sehingga dengan demikian akan tercipta sebuah planning untuk memperbaiki peta kelemahan tadi dan mempertahankan kekuatan koleksi. Sedangkan Darmono (2001: 45) menyebutkan: Pengembangan koleksi yang isinya berbeda-beda antara satu perpustakaan dengan perpustakaan lainnya. Perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kebijaksanaan pendanaan, suasana dan lingkungan pendidikan, keadaan pennerbitan, kebiasaan pemakai, sikap masyarakat, serta faktor-faktor lain yang besifat lokal (kondisi setempat). Adapun prinsip-prinsip pengembangan koleksi menurut Darmono (2001 :

  49) adalah: 1.

  Relevansi Artinya aktifitas pemilihan dan pengadaan terkait dengan program pendidikan yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada. Berorientasi pada pemakai. Dengan demikian kepentingan pengguna menjadi acuan dalam pemilihan dan pengadaan bahan pustaka.

  2. Kelengkapan Koleksi perpustakaan diusahakan tidak hanya terdiri dari buku teks yang langsung dipakai untuk mata pelajaran yang diberikan tetapi juga yang menyangkut bidang ilmu yang berkaitan erat dengan program yang ada dalam kurikulum. Semua komponen koleksi mendapat perhatian yang wajar sesuai dengan tingkat prioritas yang ditentukan.

  3. Kemutakhiran Disamping memperhatikan masalah kelengkapan, kemutakhiran sumber informasi harus diupayakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kemutakhiran bahan pustaka dapat dilihat dari tahun terbit.

  4. Kerjasama Unsur-unsur yang terkait dalam pembinaan koleksi harus ada kerjasama yang baik dan harmonis sehingga pelaksanaan kegiatan pembinaan koleksi berjalan efektif dan efisien. Kerjasama ini melibatkan semua komponen yang terlibat dalam pembinaan koleksi.

  Menurut Wijoyo (2008 : 4) dinyatakan bahwa ; Dalam pengembangan 1. Siapa yang terlibat dalam pengembangan koleksi.

  2. Apa yang menjadi prioritas dalam pengembangan koleksi.

  3. Survei kebutuhan pemakai.

  4. Penanganan materi dari hadiah.

  5. Weeding atau penyiangan.

  6. Komplain/keluhan tentang koleksi.

  7. Kerjasama antar perpustakaan.

  Sutarno NS (2006 : 115) menyatakan; “pada akhirnya pengembangan koleksi bertujuan untuk (1) menambah jumlah, (2) meningkatkan jenis bahan bacaan serta (3) meningkatkan mutunya sesuai dengan kebutuhan masyarakat pemakai”.

2.5.2.1 Pengadaan

  Secara umum pengadaan bahan pustaka di lingkungan perpustakaan dilakukan melalui pembelian, hadiah, maupun melalui tukar-menukar. Hadiah dapat dari perorangan ataupun dari lembaga. Pengembangan koleksi meliputi kegiatan memilih dan mengadakan bahan perpustakaan sesuai dengan kebijakan yang diterapkan oleh pustakawan bersama-sama dengan sivitas akademika perguruan tinggi. Agar dapat memenuhi kebutuhan informasi masyarakat penggunanya yang senantiasa berubah maka perpustakaan harus selalu menambah jumlah koleksinya. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan informasi yang cepat menuntut perpustakaan untuk selalu memberikan informasi yang mutakhir atau up

  

to date sehingga mengharuskan pustakawan untuk lebih teliti dalam pemilihan

bahan pustaka.

  Pengadaan bahan pustaka melalui pembelian, tukar – menukar, penerimaan c. hadiah dan penerbitan sendiri oleh perpustakaan.

  Untuk pembelian dan penerimaan koleksi perpustakaan hendaknya selalu dikaitkan dengan tujuan perpustakaan yang bersangkutan.

  4. Pangkalan data perpustakaan lain 5. Sumber-sumber lain dari internet. Menurut Lasa Hs (2002:10-11) bahwa kriteria pengadaan bahan pustaka harus berdasar pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut ;

  3. Tinjauan dan resensi.

  2. Bibliografi.

  Untuk dapat memaksimalkan kinerja pustakawan dalam hal pengadaan bahan pustaka, maka pustakawan memerlukan alat bantu pemilihan dan verifikasi. Dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004 : 53) dinyatakan bahwa alat bantu yang biasa digunakan untuk memilih bahan perpustakaan ialah; 1. Silabus mata kuliah.

  Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pengadaan bahan pustaka melalui pembelian, tukar – menukar, penerimaan, hadiah dan penerbitan sendiri oleh perpustakaan.

  Inventarisasi bahan yang telah diadakan serta statistik pengadaan bahan pustaka.

  d.

  b.

  Menurut Sumantri (2002 : 29) bahwa; “pengadaan bahan pustaka atau koleksi adalah proses menghimpun dan menyeleksi bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi, hendaknya koleksi harus relevan dengan minat dan kebutuhan peminjam serta lengkap dan aktual”.

  Pemilihan atau seleksi bahan pustaka.

  Sedangkan Menurut Darmono (2001 : 58 ) secara umum pengadaan bahan pustaka di lingkungan perpustakaan mencakup 3 kegiatan utama yaitu : a.

  Tukar menukar.

  c.

  Sumbangan/hadiah.

  b.

  Pembelian.

  Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Peerguruan Tinggi ( 2004 : 54 ) cara pengadaan seleksi yang biasa di gunakan adalah: a.

1. Relevansi

  2. Perundangan dan peraturan pemerintah Pengelola perlu memperhatikan pandangan, peraturan maupun kebijakan pemerintah pusat atau daerah tentang penerbitan dan perbukuan Indonesia.

  3. Penulis Perpustakaan harus hati-hati dalam pembelian buku karena penulis sering memasukkan ide atau pemikiran yang tidak sejalan dengan pola pemikiran ajaran-ajaran islam atau dengan kurikulum yang berlaku.

  4. Penerbit Karya cetak yang dipilih harus merupakan produk penerbit dengan standar kualitas yang tinggi dan reputasi yang baik khususnya dalam penyajian materi. harus selektif dalam pemilihan.

  5. Kualitas Materi Yang perlu diperhatikan dalam kalimat materi adalah tentang fisik buku seperti kualitas kertas, penjilidan, maupun tata letak layout. Dari sini dapat diketahui buku asli atau bajakan.

  6. Sistematika Penulisan Sebuah buku harus mengikuti tata cara penulisan yang berlaku, seperti sebagainya. Buku yang tidak sistematika akan membingungkan pemakainya.

  7. Tahun Terbit Dalam pemilihan buku terutama buku-buku pelajaran hendaknya dipilih buku terbitan terbaru karena kandungan isi buku terbitan lama mungkin sudah tidak cocok lagi dengan kurikulum.

2.5.2.1 Pembelian

  Melalui pembelian, terdapat kebebasan dalam menentukan pilihan bahan puataka yang dikehendaki. Sebelum pembelian bahab pustaka dilakukan, terlebih dahulu diadakan penelitian secara cermat, yaitu dengan memperhatikan dan meneliti kembali bahan pustaka yang ada di perpustakaan.

  Langkah-langkah pembelian bahan pustaka dengan cara berlangganan untuk koleksi terbitan adalah sebagai berikut :

  1. Memeriksa dan melengkapi data bibliografi bahan pustaka yang diusulkan 2.

  Mencocokkan usulan dengan bahan pustaka yang dimiliki melalui katalog perpustakaan tau pangkalan data perpustakaan.

  3. Menerima atau menolak usulan 4.

  Membuat daftar pesanan beberapa rangka menurut kebutuhan 5. Mengirimkan daftar pesanan 6. Menyiapkan satu rangkap daftar pesanan 7. Membayar pesanan / langganan 8. Menyusus laporan pembelian dan pelangganan (Pedoman Perpustakaan

  Perguruan Tinggi, 2004: 54)

  Menurut Akbar, Meidi Abdul dalam Pembinaan dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan (2008: 2) pembelian ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu : a. Toko Buku

  Pembelian bahan pustaka secara langsung ke toko buku banyak dilakukan oleh perpustakaan yang jumlah dananya relative sediktit. Pembelian dengan cara ini biasanya dilakukan untuk judul dan eksemplar yang tidak banyak.

  Kekurangan yang umumnya terjadi pada pembelian bahan pustaka ke toko buku adalah :

  1. Tidak semua subjek atau judul yang dibutuhkan perpustakaan tersedia di toko buku.

  Toko buku tida selalu bisa ditemukan di setiap kabupaten sehingga tidak mampu melayani kebutuhan perpustakaan.

  3. Toko buku yang terdapat di kota kecil pada umumnya hanya menyediakan bahan pustaka yang berbahasa Indonesia.

  4. Tidak semua pesanan bahan pustaka dari satu perpustakaan dapat dipenuhi dari satu toko buku saja.

  a.

  Penerbit Pembelian bahan pustaka juga dapat dilakukan melalui penerbit, baik dalam negeri maupun luar negeri. Penerbit di Indonesia biasanya melayani pemesanan dari perpustakaan. Akan tetapi, penerbit asing umumnya tidak melayani perpustakaan. Biasanya hanya melayani pembelian dari toko buku ataupun penjaja sehingga perpustakaan Indonesia harus membeli melalui toko buku. Pemesanan bahan pustaka secara langsung ke penerbit dapat dilakukan apabila judul- judul yang dibutuhkan betul-betul diterbitkan oleh penerbit tersebut. Untuk mengetahui hal ini perpustakaan dapat memanfaatkan katalog penerbit yang dikeluarkan penerbit sehingga bahan pustaka yang akan diadakan dapat dipesan langsung dari penerbitnya.

  b.

  Melalui agen buku Selain pembelian ke toko buku dan penerbit, perpustakaan juga dapat membeli buku melalui agen buku yang biasa disebut dengan jobber atau vendor. Agen buku ini berperan sebagai mediator antara perpustakaan dan penerbit, terutama untuk pengadaan bahan pustaka terbitan luar negeri.

2.5.2.2 Hadiah/ Sumbangan

  Hadiah / sumbangan yang diterima tidak atas permintaan, biasanaya diperoleh dari lembaga ilmiah, kedutaan lembaga asing maupun penerimaan dari persseorangan dari kenang kenangan atau tanda terima kasih.

  • Mempersiapkan daftar donatur yang akan diminta sumbangannya.
  • Perpustakaan menyusun daftar bahan pustaka yang akan diajukan pihak donatur didalam maupun luar negeri.
  • Daftar permohonan dikirimkan kepada alamat yang dituju disertai surat pengantar.
  • Apabila pihak donatur telah mengirimkannya petugas memeriksa kiriman tersebut dan dicocokkan dengan surat pengantarnya dan mengirimkan ucapan terima kasih.
  • Selanjutnya bahan diproses seperti biasa yaitu diinventarisasi dan seterusnya.
  • Perpustakaan menulis surat ucapan terima kasih.
  • Bahan pustaka diterima ditelusuri dulu apakah subyeknya sesuai dengan tujuan perpustakaan, dan apakah tidak duplikat.jika bahan pustaka benar-benar telah sesuai dapat segera diproses. Jika bahan pustaka tidak sesuai, disisihkan sebagi bahan pertukaran atau dihadiahkan pada orang lain.

  Menyisihkan bahan perpustakaan hadiah yang tidak diperlukan.

  Mengolah bahan perpustakaan hadiah yang diterima seperti f. pengolahan bahan perpustakaan biasa. (Pedoman Perpustakaan Perguruan

  e.

  Mengirimkan kembali surat pengantar disertai ucapan terima kasih.

  Memerikasa dan mencocokkan daftar kiriman bahan perpustakaan hadiah dengan surat pengantarnya d.

  c.

  Mengirimkan surat permohonan bahan perpustakaan hadiah dan setelah bahan perpustakaan diterima.

  b.

  Perpustakaan yang meminta hadiah bahan perpustakaan perlu : a. Menyusun daftar bahan perpustakaan yang diperlukan.

  c.

  Menurut Rudi (2008 : 28) cara dalam pengadaan pustaka melalui hadiah yaitu; a.

  Memilih bahan perpustakaan hadiah yang dibutuhkan.

  b.

  Meneliti semua kiriman bahan perpustakaan dan mencocokkannya dengan surat penghantarnya.

  Menurut Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004:55) perpustakaan yang menerima bahan hadiah secara langsung perlu : a.

  Hadiah tidak atas permintaan Bahan pustaka yang diterima dicocokkan dengan surat pengantar.

  b.

  Alamat dapat dicari pada direktori, buletin, laporan lembaga dan seterusnya.

  Hadiah atas permintaan

  Tinggi, 2004:54)

2.5.2.3 Tukar Menukar

  Tukar menukar adalah suatu kegiatan bahan putaka yang dilakukan antar perpustakaan. Pertukaran ini dilakukan karena perpustakaan memiliki koleksi yang jumlah eksemplar yang berlebihan atau koleksi yang dimiliki tidak sesuai dengan fungsi dan tujuan perpustakaan. Perpustakaan yang melakukan pertukaran bahan pustaka perlu : 1.

  Mendaftar bahan pustaka yang akan ditukarkan 2. Mengirim daftar penawaran disertai persyaratan 3. Menerima kembali daftar penawaran yang sudah dipilih pemesan.

4. Mencatat alamat pemesan 5.

  Menyampaikan bahan pustaka yang dipilih perpustakaan atau lembaga yang memesan. (Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi, 2004) Menurut Rudi (2008 : 29) tujuan pertukaran adalah:

  a) Untuk memperoleh buku-buku tertentu yang tidak dapat dibeli ditoko buku atau atau tidak tersedia karena alasan lain. Sebagai contoh buku- buku terbitan pemerintah, majalah-majalah.

  b) Sistem pertukaran memberi jalan bagi perpustakaan untuk membuang buku-buku duplikat dan hadiah yang tidak sesuai.

  c) Pertukaran mengembangkan kerjasama yang baik antar perpustakaan khususnya pada tingkat internasional. Kecuali untuk pertukaran bahan pustaka antar perpustakaan secara informal, banyak program-program pertukaran terbatas pada perpustakaan nasional, perpustakaan khusus, dan perpustakaan research (penelitian) yang besar.

2.5.2.4 Terbitan Sendiri

  Terbitan sendiri meupakan salah satu kegiatan dalam usaha pengadaan bahan pustaka. Penerbitan sendiri adalah penerbitan yang dilaksanakan oleh perpustakaan itu sendiri dan lembaga yang bersangkutan atau unit- unit dilingkungan.

  Dalam buku Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999 : 17) dinyatakan bahwa;

  Untuk melengkapi koleksinya, perpustakaan hendaknya menghimpun semua bahan pustaka yang diterbitkan oleh lembaga yang bersangkutan, misalnya: bulletin, brosur, jurnal ilmiah, majalah, laporan penelitian dan lain-lain.

  Berdasarkan buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004) terbitan sendiri meliputi :

1. Skripsi, tesis, disertai 2.

  Makalah seminar, symposium, konferensi 3. Laporan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat 4. Pidato pengukuhan 5. Artikel yang diduplikasikan di media massa 6. Publikasi internal kampus 7. Majalah atau bulletin kampus.

2.5.2.5 Pembinaan Koleksi

  Pembinaan koleksi terdiri dari beberapa program yang menjadi suatu agenda kerja perpustakaan yang terdata secara pokok. Dikatakan kegiatan pokok karena pembinaan koleksi berorientasi untuk memberi kepuasan pengguna dalam mendapatkan layanan perpustakaan. Bukti kepuasan pengguna adalah ketika mereka puas mendapatkan koleksi yang mendukung kebutuhan seperti kegiatan belajar mengajar.

  Kegiatan pembinaan koleksi perpustakaan terangkai menjadi sepaket dalam agenda kerja perpustakaan. Artinya pembinaan koleksi terbagi atas beberapa program kerja perpustakaan. Program tersebut diurutkan menjadi langkah demi langkah dalam pelaksanaan program pembinaan koleksi.

  Kegiatan pembinaan koleksi perpustakaan terbagi atas seleksi bahan pustaka dengan alat bantu seleksi dan prinsip yang digunakan dalam pemilihan bahan pustaka, pengadaan bahan pustaka, penerimaan bahan pustaka, pengolahan bahan pustaka, dan pemeliharaan bahan pustaka.

  Menurut Buku Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004 : 44 ) pada umumnya pembinaan koleksi meliputi rangkaian sebagai berikut:

  1. Menentukan kebijakan umum pengembangan koleksi berdasarkan identifikasi kebutuhan pengguna. Kebijakan ini disusun bersama oleh sebuah tim yang dibentuk dengan keputusan rektor dan anggotanya yang terdiri atas unsur perpustakaan, fakultas atau jurusan, dan unit lain.

2. Menentukan kewenangan, tugas, dan tanggung jawab semua unsur yang terlibat dalam pengembangan koleksi.

  3. Mengidentifikasi kebutuhan akan informasi dari semua anggota sivitas akademika yang dilayani. Hal ini dapat dilakukan dengan cara, antara lain: a.

  Mempelajari kurikulum setiap program studi.

  b.

  Member kesempatan sivitas akademika untuk memberikan usulan melalui berbagai media komunikasi. c.

  Menyediakan formulir usulan pengadaan buku, baik secara tercetak maupun maya.

  4. Memilih dan mengadakan pustaka lewat pembelian, tukar-menukar, hadiah/sumbangan, dan penerbitan sendiri.

  5. Merawat bahan pustaka.

  Wijoyo (2008 : 4) menyatakan bahwa : Para pustakawan perlu dilibatkan, karena mereka mengetahui akan kebutuhan masyarakat pemakainya dan memegang data mengenai banyaknya pengunjung yang datang ke perpustakaan, maupun data mengenai koleksi bidang apa yang sering dipakai atau diperlukan. Mereka juga mempunyai data mengenai terbitan terbaru. Hal ini karena perpustakaan sering dipakai sebagai ajang promosi terbitan baru. Staf pengajar dan mahasiswa perlu dilibatkan, karena majoritas merekalah yang akan memanfaatkan koleksi perpustakaan.

  Sutarno NS (2006 : 86) menyatakan, Pembinaan koleksi perpustakaan mencakup :

  1. Perumusan kebijakan agar koleksi perpustakaan sesuai dengan keperluan masyarakat pemakai, jumlah bahan pustaka selalu mencukupi

  2. Penjabaran kebijakan berbentuk :

  • - Menyusun rencana operasional pembinaan koleksi
  • - Menghimpun alat seleksi bahan pustaka
  • - Survei minat pemakai
  • - Melakukan survey bahan pustaka
  • - Membuat data menyusun desiderata
  • - Pengadaan bahan pustaka
  • - Meregistrasi bahan pustaka - Mengevaluasi dan menyiangi koleksi.
  • - 2.6 Pengolahan

  Pengolahan atau processing bahan pustaka adalah merupakan kegiatan mengolah bahan pustaka yang masuk ke perpustakaan hingga bahan pustaka dapat dipinjam oleh pengguna.

  Menurut Sutarno NS (2006 : 179) Pengolahan atau processing adalah “pekerjaan yang diawali sejak koleksi diterima di perpustakaan sampai dengan penempatan di rak atau di tempat tertentu yang telah disediakan”.

  Kumar (2003 : 135) menyatakan bahwa;

  “first of all easing of the back and cutting open of the pages is done. Next classification and cataloguing take place. This is followed by stamping, tagging, date labelling, pocket fixing and fixing ownership slip. The completion work is carried out. After this checking of classification and cataloguing take place. Finally catalogue cards are filed ”.

  Defenisi ini maksudnya adalah Dalam melakukan pengolahan bahan pustaka adalah pertama-tama periksa kembali kondisi bahan pustaka, selanjutnya lakukan proses klasifikasi dan katalogisasi, kegiatan ini dilanjutkan dengan memberi stempel, memberi label pustaka, memberi kantong peminjaman dan slip kepemilikan, setelah itu periksa kembali klasifikasi dan katalogisasinya dan terakhir membuat kartu katalog.

2.6.1 Inventarisasi

  Inventarisasi bahan pustaka adalah kegiatan pencatatan setiap bahan pustaka yang menjadi koleksi bahan perpustakaan. kegiatan pencatatan setiap tersebut dilakukan pada buku inventaris atau dengan komputer jika perpustakaan sudah automasi.

  Kegiatan pencatatan setiap ini dilakukan untuk memudahkan perpustakaan mengetahui bahan pustaka yang menjadi hak milik perpustakaan denga spesifik mulai dari nomor induk, judul, jenis, jumlah, harga dan informasi yang ada dalam buku induk.

  Berikut merupakan contoh kolom inventarisasi suntuk bahan monograf:

  Kota Bahasa Jumlah No. Pengaran Judul Judul Tah Asal Tgl Terbit; Harga No. Klas Jud Induk g +Kolasi Seri un In Asing Eks Buku Penerbit ul

  Budidaya 5-1 633.875 1/D/20 ANDRE Petani Yogyakart 200 Hadia

  1 - 5 - v 201 And -

10 S ii,31p.:Ilus.;

  a: Kanisius 9 h b 27 cm

  Sumber : Partini (2000: 12) Berikut merupakan contoh cap milik perpustakaan :

MILIK/KOLEKSI

  PUSAT PERPUSTAKAAN DAN PENYEBARAN TEKNOLOGI PERTANIAN Sumber : Partini (2000: 7)

2.6.2 Klasifikasi

  Klasifikasi merupakan kegiatan untuk mengelompokkan subjek bahan pustaka yang sesuai dengan nomor kelas bahan pustaka. Dan klasifikasi yang dikenal adalah menggunakan Dewey Decimal Classification (DDC), Universal Decimal Classification (UDC), Library of Congress Classification (LCC), dll.

  Klasifikasi merupakan kegiatan untuk mengelompokkan subjek bahan pustaka yang sesuai dengan nomor klas bahan pustaka. Richardson dalam Sutarno NS (2006:180) menyatakan bahwa; “Klasifikasi adalah berdasarkan kesamaan dan ketidaksamaan.

  Berdasarkan pemilihan tersebut, koleksi yang memiliki kesamaan (isi) dikelompokkan untuk ditempatkan di suatu tempat, selanjutnya mengklasifikasi adalah kegiatan menganalisis bahan pustaka dan menentukan notasi yang mewakili subjek bahan pustaka dengan Selanjutnya dinyatakan bahwa klasifikasi terdiri atas: 1. Klasifikasi sederhana

  Yaitu klasifikasi yang notasinya ditentukan maksimal 5 angka, biasanya untuk perpustakaan yang relatif kecil atau terbatas jumlah koeksinya.

2. Klasifikasi kompleks

  Yaitu klasifikasi yang notasinya mewakili isi bahan pustaka secara spesifik dan setepat mungkin. Menurut Syahrial-Pamuntjak (2000 : 72) menyatakan bahwa dalam klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) ada sepuluh kelas utama yaitu: 000 Karya Umum 100 Filsafat dan Psikologi 200 Agama 300 Ilmu-ilmu Sosial 400 Bahasa 500 Sains Murni 600 Ilmu Terapan (Teknologi) 700 Kesenian, Hiburan, Olahraga 800 Kesusasteraan 900 Sejarah, Geografi, Biografi

2.6.3 Katalogisasi

  Katalogisasi adalah sarana untuk menemubalikkan suatu bahan perpustakaan dari suatu koleksi perpustakaan. Menurut Hunter dalam Hasugian (2009 : 150) menyatakan bahwa Katalog yaitu :

  “Suatu daftar dari, dan indeks ke, suatu koleksi buku dan bahan perpustakaan lainnya. Dengan katalog pengguna akan lebih mudah menemukan suatu bahan perpustakaan yang tersedia dan juga memungkinkan pengguna untuk mengetahui dimana suatu bahan perpustakaan bisa ditemukan”. Tylor dalam Hasugian menyatakan (2009:152) menyatakan bahwa : “Katalog perpustakaan yang ada pada saat ini terdiri dari berbagai bentuk fisik antara lain katalog berbentuk buku, katalog berbentuk kartu, katalog berbentuk mikro, katalog komputer terpasang. Untuk pengolahan perpustakaan secara konvensional sering menggunakan katalog kartu”.

  Katalog kartu yang standar menggunakan karton halus, kat dan tipis berukuran 12,5 x 7,5 cm, berlubang yang terletak di bagian sisi bagian bawah, dan di tengah-tengah antara sisi kiri dan kanan kartu.

  Kartu-kartu katalog yang dibuat dapat terdiri atas: a.

  Katalog pengarang b.