Politik Pembangunan Daerah Studi Tentang Orientasi Pembangunan Di Pemerintahan Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010-2015

  dan mengatur berjalannya negara tersebut. Lebih luas Dye mendefinisikan kebijakan publik sebagai apa yang dilakukan oleh pemerintah, bagaimana mengerjakan, mengapa perlu dikerjakan dan perbedaan apa yang dibuat.

  

Dye seperti yang dikutip Winarno berpandangan lebih luas dalam

merumuskan pengertian kebijakan, yaitu sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu ( whatever governments choose to do or

   not to do ) . Dengan demikian keputusan-keputusan pemerintah adalah kebijakan publik.Kebijakan publik pada dasarnya tidak permanen, tetapi harus selalu disesuaikan, karena adanya perubahan keadaan, baik masalah politik, sosial, dan ekonomi maupun adanya informasi yang berubah.

  Sama dengan negara lain, Indonesia memiliki tujuan dan strategi politik pembangunan nasional. Politik Pembangunan nasional merupakan usaha yang

  dilakukan untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia secara berkelanjutan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global.Politik pembangunan sebagai pedoman dalam pembangunan nasional memerlukan keterpaduan tata nilai, struktur, dan proses.Karena itu, memerlukan sistem manajemen nasional.Sistem manajemen nasional berfungsi memadukan penyelenggaraan kegiatan perumusan, pelaksanaan, dan pengendalian pelaksanaan kebijaksanaan.Sistem manajemen nasional memadukan seluruh upaya manajerial yang melibatkan pengambilan keputusan berkewenangan dalam rangka

1 Budi Winarno.2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta. Media Pressindo

  penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan

  

  Tujuan pembangunan nasional itu sendiri adalah sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia.Dan pelaksanaannya bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga merupakan tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia.Tujuan politik bangsa Indonesia harus dapat dirasakan oleh rakyat Indonesia.Untuk itu, pembangunan di segala bidang perlu dilakukan.Dengan demikian, politik pembangunan nasional harus berpedoman pada pembukaan UUD 1945 alinea ke-4.

  Besarnya tujuan politik pembangunan nasional tesebut membutuhkan kerja sama pemerintah pusat dan daerah, dengan demikian dalam pemerintahan terjadi sebuah perubahan yang mendasar yaitu pemerintahan yang bersifat sentralistik menjadi pemerintahan yang bersifat desentralistik yang memberikan kesempatan dalam penyelenggaraan otonomi daerah.Secara umum otonomi daerah adalah suatu bentuk nyata dari bentuk nyata demokrasi.Dalam tatarn masyarakat, demokrasi berbicara tentang kebebasan indivudu dan kelompok-kelompok namun dalam tataran hubungan pusat-daerah demokrasi menuntut adanya kebebasan daerah untuk mengatur dirinya sendiri.Otonomi diinginkan agar daerah mampu mengembangkan kemandirian dan hasil kemajuan disegala bidang dengan pandangan dan kebutuhan masyarakatnya.

   iakses tanggal 27 Agustus 2014 pukul 13.30

  Sejak diberlakukannya Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan kemudian direvisi dengan Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 perubahan sangat mendasar dalam pelaksanaan pemerintahan daerah. Secara garis besar, perubahan yang paling tampak adalah terjadinya pergeseran- pergeseran kewenangan dari satu lembaga ke lembaga lain. Konsep otonomi luas, nyata, dan bertanggungjawab tetap dijadikan acuan dengan meletakkan pelaksanaan otonomi pada tingkat daerah yang paling dekat dengan masyarakat.

  Visi otonomi daerah dapat dirumuskan dalam 3 ruang lingkup interaksi

  

  utama yakni politik, ekonomi, serta sosial dan budaya . Dibidang politik, karena otonomi daerah adalah hasil buah dari kebijakan desentralisasi dan demoktarisasi, maka ia harus dipahami sebagai sebuah proses untuk membuka ruang bagi lahirnyakepala pemerintahan daerah yang dipilih secara demokratis, memungkinkan berlangsungnya penyelenggaraan pemerintah yang responsive terhadap kepentingan masyarakat luas dan memelihara suatu mekanisme pengambilan keputusan yang taat asaa pertanggungjawaban publik.

  Otonomi daerah juga berarti memberi kesempatan membangun struktur pemerintahan yang sesuai dengan kebutuhan daerah, membangun sistem dan pola karir politik dan administratif yang kompetitif serta mengembangkan sistem managemen pemerintahan yang baik. Di bidang ekonomi, otonomi daerah di satu pihak harus menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, dan di lain pihak terbukanya peluang bagi pemerintah daerah 3 mengembangkan kebijakan regional dan lokal untuk mengoptimalkan Pangihutan Sirumapea.2007. Pemekaran Dan Munculnya Elit Politik Lokal dKabupaten Samosir. pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya. Dalam hal ini daerah akan memungkinkan lahirnya berbagai prakarsa pemerintahan daerah untuk menawarkan fasilitas investasi, memudahkan proses perijinan usaha, dan membangun berbagai infrastruktur yang menunjang perputaran ekonomi didaerahnya. Dengan demikian otonomi daerah akan membawa masyarakat ke tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi dari waktu ke waktu.

  Di bidang sosial budaya, otonomi daerah harus dikelola sebaik mungkin demi menciptakan dan memelihara harmoni sosial dan pada saat yang sama memelihara nilai-nilai lokal yang dipandang bersifat kondusif terhadap kemampuan masyarakat merespon dinamika kehidupan sekitarnya.

  Seiring dengan konsep diatas, maka penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahtraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 merupakan pintu gerbang pemekaran daerah di provinsi maupun di kabupaten/kota.Maraknya pemekaran yang berlangsung sejak undang-undang tentang pemerintahan dijalankan membuat daerah-daerah bergegas dan mengambil kesempatan untuk mengejar ketertinggalan daerahnya, baik dalam ketertinggalan perekonomian dan kesejahteraan.

  Hingga saat ini dapat dikatakan provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi dengan tingkat pemekaran tertinggi di Indonesia. Tingginya tingkat pemekaran yan terjadi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

  6. Deli Serdang Serdang Begadai 2003

  4 Bungaran Antonius Dkk. Dampak Otonomi Daerah Di Indonesia, Merangkai Sejarah Politik Dan Pemerintahan Indonesia,

  kesejahteraan yang hasil jauh dari harapan semenjak Indonesia merdeka, sehinga dengan dimekarkannya kabupaten induk maka diharapkan kebangkitan, pertumbuhan ekonomi akan menggeliat dan dapat diraih hal ini akan memberikan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat untuk berkembang.

  Pertama,

  dari ibu kota menjadi relatiF terlantar dibandingkan dengan daerah yang lebih

   Kedua , luas wilayah kabupaten induk menyebabkan daerah-daerah yang jauh

  Adapaun cita-cita, alasan ataupun jargon-jargon yang dikemukakan dalam mengusung pemekaran sebenarnya adalah hal-hal yang ideal dan mulia.

  2008 2008

  8. Labuhan Batu Labuhan Batu Selatan Labuhan Batu Utara

  7. Asahan Batubara 2007

  5. Dairi Pakpak Bharat 2003

   No

  4. Toba Samosir Samosir 2003

  2003 2008 2008 2008

  3. Nias Nias Selatan Nias Utara Nias Barat Kota Gunung Sitoli

  1998 2003

  2. Tapanuli Utara Toba Samosir Humbang Hasundutan

  1998 2001 2007 2007

  1. Tapanuli Selatan Mandailing Natal Kota Padang Sidimpuan Padang Lawas Padang Lawas Utara

  Kabupaten Induk Kabupaten Pemekaran Tahun disahkan

Tabel 1.1. Perjalanan Pemekaran Di Sumatera Utara

  Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2013 hal 178 5 Bungaran Dkk, Ibid; hal 173 dekat ke pusat kekuasaan ( ibu kota kabupaten). Kondisi ini lebih tepat dapat digambarkan atau dianalogikan sebagai daerah yang dianaktirikan dalam proses pembangunan. Daerah pinggiran adalah daerah terlantar dan minus pelayanan pemerintah dalam berbagai sektor kehidupan, juga panjangnya mata rantai birokrasi yang harus dilalui juga semakin melengkapi keinginan memekarkan diri dari kabupaten induk.Ketiga, kemiskinan adalah alasan yang menjadi primadona yang diungkapkan pada saat memperjuangkan pemekaran sebuah kabupaten baru.Kemiskinan dan ketimpangan sosial kerap menjadi klaim yang diajuakan untuk membentuk sebuah kabupaten baru terbebas dari kabupaten induknya.

  Fokus dari pelaksanaan Otonomi daerah atau pemekaran daerah merupakan cara supaya sebuah daerah dapat melaksanakan kemajuan dan perubahan terutama untuk mewujudkan pembangunan, hal ini dianggap benar oleh salah satu kabubaten baru di Provinsi Sumatera Utara yakni kabupaten Pakpak Bharat.

  Kabupaten Pakpak Bharat merupakan kabupaten hasil pemekaran ditahun 2003 sesuai dengan dikeluarkannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2003 tentang Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan.

  Kabupaten ini mengambil tiga kecamatan dari Kabupaten Dairi yang kemudian mengambil nama sub wilayah suku Pakpak dengan ibukota kota Salak.

  Kecamatan tersebut adalah: Kecamatan Salak, Kecamatan Kerajaan dan Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe. Hampir 90 persen penduduk di wilayah

6 Pakpak Bharat beretnis Pakpak . Berbeda dengan kabupaten induknya yang

  6 dihuni bermacam-macam suku, seperti Pakpak, batak Toba, Mandailing, Nias,

  Katalog BPS Pakpak Bharat Tahun2012, hal 7 Karo, Melayu, Angkola, dan simalungun serta suku lainnya. Hal ini menjadi salah satu pendorong wilayah Pakpak untuk memekarkan diri.

  Akhirnya keinginan masyarakat Pakpak untuk berpisah dengan kabupaten Dairi dikabulkan pemerintah pusat, dengan demikian kabupaten ini membentuk sistem pemerintahannya sendiri, dengan harapan dapat mengoptimalisasikan segala potensi, percepatan pembangunan fisik dan untuk pertumbuhan ekonomi wilayah yang kesemuanya itu adalah untuk meningkatkan taraf hidup menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera serta dapat mengatur pembangunan masyarakat dan daerah.

  Kabupaten Pakpak Bharat yang baru melakukan pemekaran, bercita-cita untuk mensejahtrakan dan memakmurkan masyarakatnya dan tentunya sedang gencar- gencarnya melaksanakan pembangunan di segala bidang untuk mengejar ketertinggalan dari daerah-daerah lainnya di Provinsi Sumatera Utara.

  Dalamproses mencapai cita-cita tersebut yakni kesejahtraan rakyat, sangat memerlukan suatu grand desain yang baik dan matang.

  Diberikannya pemekaran terhadap Kabupaten ini, tentu pemerintah daerahnya memiliki tanggungjawab yang besar terhadap keberlangsungan daerah tersebut dan pembangunan. Perkembangan daerah dengan adanya otonomi menunjukkan semakin banyak daerah yang terlihat lebih maju dan berkembang sejak diberikan otonomi yang lebih besar terutama daerah yang memiliki sumber daya alam cukup besar. Akan tetapi, perlu disadari pula daerah yang kurang berkembang setelah diberikan otonomi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat daerah yang terlihat stagnan perkembangannya atau bahkan terdapat daerah yang kesulitan

  

  memenuhi kebutuhannya sebagai daerah otonom. Maka penulis tertarik meneliti “Politik Pembangunan Daerah (studi Analisis Peran Pemerintah Pakpak Bharat Dalam pembangunan Daerah)”.

1.2. Perumusan Masalah

  Sebelumnya, Kabupaten Pakpak Bharat merupakan kabupaten yang bergabung dengan Kabupaten Dairi.Setelah adanya undang-undang otonomi daerah kabupaten ini berpisah dengan kabupaten induknya.Dengan demikian kabupaten ini melaksanakan seluruh tugas dan fungsi sebagai daerah otonom secara mandiri. Berpisahnya kabupaten ini karna adanya keinginan masyarakat Pakpak yang merasakan adanya ketidakadilan dan ketertinggalan didaerah mereka dibandingkan dengan daerah lain. Kelahiran kabupaten Pakpak Bharat dapat dilihat juga sebagai sebuah rasa kekecewaan masyarakat etnik Pakpak terhadap etnik Toba yang mendominasi sektor politik, ekonomi, dan birokrasi ditanah ulayat mereka ( etnik Pakpak) dalam rentan waktu yang sangat lama. Oleh karena itu etnik Pakpak merasa menjadi orang asing di negeri sendiri, menjadi penonton

   di negeri sendiri, dan menjadi warga negara kelas dua di tanah sendiri .

  Sebagai kabupaten hasil pemekaran, Kabupaten Pakpak Bharat diberikan kewenangan untuk mengurus dan melaksanakan sistem pemerintah dan melaksanakan pembangunan secara mandiri. Dalam setiap pengambilan kebijakan dan keputusan , daerah otonom berhak mengambil keputusan sendiri tanpa adanya 7 campur tangan dari daerah lain.

  Hamdi Muchlis, Naskah Akademik Tentang Pembentukan dan Penghapusan Daerah, BPHN 8 DEPKUMHAM RI, Jakarta,2008 hlm 1

Bungaran Antonius Dkk. Dampak Otonomi Daerah Di Indonesia, Merangkai Sejarah Politik Dan

  Hal inilah yang ingin penulis kaji bagaimanakah politik pembangunan daerah sebagai kabupaten baru. Apakah pemekaran tersebut bias menjadikan masyarakat di daerah sendiri atau dengan kata lain menjadi tuan di tanah sendiri. Maka berdasarkan gambaran yang telah diuraikan maka penelitian ini diadakan untuk menjawab pertanyaan penelitian, yaitu “Bagaimana Orientasi

  Pembangunan di Pemerintahan Pakpak Bharat Periode 2010-2015?” 1.3. Batasan Masalah

  Pembatasan masalah dalam sebuah penelitian diperlukan dengan tujuan memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian.

   1.

  Melihat kebijakan-kebijakan pembangunan yang dibuat pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat.

  Penelitian ini membatasi masalah yang akan dibahas yaitu:

2. Melihat strategi dalam pelaksanaan kebijakan dibuat pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat.

1.4. Tujuan Penelitian

  Adapun yang menjadi tujuan dari dilaksankannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan tentang orientasi atau arah dalam kebijakan pembangunan di pemerintahan Pakpak Bharat tahun 2010-2015.

9 Prof. Dr. Husaini Usman. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. 2009. Hal 1

1.5. Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis penelitian ini sangat bermanfaat dalam mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah di bidang Pemerintahan dan Politik

  Lokal.

  2. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi semua kalangan dalam membuat penelitian mengenai politik pembangunan daerah khususnya di kabupaten Pakpak Bharat.

3. Secara akademis penelitian ini diharapkan berfungsi sebagai referensi tambahan khususnya bagi mahasiswa Departemen Ilmu Politik.

1.6. Kerangka Teoridan Konsepsional

  Dalam melakukan suatu penelitian, seorang peneliti perlu memakai teori atapun penjelasan lainnya dalam memecahkan permasalahan yang ditelitinya.

  Kerangka teori merupakan dasar untuk melakukan suatu penelitian dan teori yang dipergunakan untuk menjelaskan fenomena sosial-politik yang akan dianalisa oleh peneliti

  

  . Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian.Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang diteliti.

10 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, Yogyakarta: Erlangga, 2009, hal 190.

1.6.1. Konsep Politik Pembangunan

  Politik pembangunan dapat didesain atau dibuat oleh Negara. Ditinjau dari konsepnya, politik banyak mengartikan sebagai sebuah perebutan kekuasaan seperti pengertian politik yang diberikan Hans J. Morgenthau dengan istilah The

   Stuggle For Power yakni perjuangan untuk mendapatkan kekuasaan . Politik itu

  dalam hubungan ini adalah perjuangan untuk mendapatkan kekuasaan, mengontrol kekuasaan, serta bagaimana menggunakan kekuasaan. Namun terlepas dari sinisme akan politik dan perebutan kekuasaan, politik sesungguhnya merupakan cara atau strategi untuk meraih kekuasaan dan dengan itu ia dapat mengimplementasikan ide, gagsan atau ideologi perjuangan baik secara individu,

   kelompok atau negara .

  Sama dengan konsep politik, pembangunan juga merupakan suatu konsep yang masih diperdebatkan dan banyak menuai kritik.Pembangunan adalah perubahan kearah kondisi yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.Dalam kata pembangunan, hal yang sangat pokok yaitu adanya hakikat membangun, yang berlawanan dengan merusak.Oleh karena itu, perubahan ke arah yang lebih baik seperti yang diinginkan dan dengan terencana, harus mengoptimalkan sumberdaya yang tersedia dan mengembangkan potensi yang ada.

  Pembangunan menjadi bahan kajian berbagai ilmu disiplin setelah “Perang 11 Dingin” dengan lahirnya banyak negara baru yang semula negara jajahan.

  

Hans J. Morgenthau. Politics Among Nations, The Struggle For Power and Peace, New York: 12 Alfred A. Knopf, 1959, hal 25 Warjio, Ph.D. Politik Pembangunan Islam, Pemikiran dan Implementasi, Medan: Perdana Pembangunan dipahami sebagai kata benda netral yang digunakan untuk menjelaskan proses dan usaha untuk meningkatkan ekonomi, politik, budaya, infrastruktur masyarakat. Dengan pengertian ini, pembangunan disejajarkan dengan kata perubahan sosial. Namun demikian pembangunan juga merupakan satu discourse, suatu pendirian, atau suatu paham atau ideologi tertentu tentang perubahan sosial.

  Konsep pembangunan banyak dipahami sebagai sebuah tahap demi tahap menuju “ modernitas “. Modernitas itu tercermin dalam bentuk kemajuan teknologi dan ekonomi seperti yang dilakukan oleh negara-negara industri maju. Konsep pembangunan sebagai sebuah bentuk modernitas dan adopsi dari “ pengalaman Barat” melalui Revolusi Industri. Sedangkan konsep pembangunan di Dunia Ketiga dipahami sebagi perbaikan umum dalam standard hidup. Pembangunan juga dipahami sebagai sarana memperkuat negara, terutama melalui proses industrialisasi yang mengikuti pola yang beragam dari suatu negara-ke negara lainnya.

  Dalam pembangunan peran pemerintah menjadi subjek utama yang memperlakukan rakyat sebagai objek, penerima dan bahkan partisipasi pembangunan.Dalam pembahasan mengenai paradigma yang mencari jalan ke arah pembangunan yang berkeadilan perlu diketengahkan teori pembangunan yang berpusat pada rakyat. Paradigma ini memberi peran kepada individu bukan sebagai obyek, melainkan sebagai pelaku yang menetapkan tujuan, mengendalikan, mengendalikan sumber daya, dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupannya. Pembangunan yang berpusat pada rakyat menghargai dan mempertimbangkan prakarsa rakyat dan kekhususan setempat.

  Menurut Todaro, pembangunan adalah sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur social, sikap-sikap masyarakat dan institusi nasional, disaping tetap mengejar akselerasi, perrtumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Pembangunan juga diartikan sebagai suatu proses perubahan sosial dengan partisipasi yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk mencapai kemajuan social dan material ( termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka.

  Dengan demikian konsep politik dan konsep pembangunan memiliki arti dan implementasi tersendiri. Jika kemudian konsep ini digabungkan maka akan menjadi sebuah konsep baru yang disebut dengan Politik Pembangunan. Politik pembangunan adalah suatu terminologi yang merupakan gabungan antara konsep politik dan pembangunan.Politik pembangunan umumnya akan terkait dengan grand desain atau grand strategi ( cara, arah) sebuah bangsa dalam mewujudkan visi, misi, dan program-program pembangunan yang akan ditempuhnya. Dalam strategi atau desain tersebut harus jelas fokus dan tujuan utamanya.Negara Indonesia fokus politik pembangunan yang harus diwujudkan, tentu tidak boleh terlepas kaitannya dengan tujuan negara sebagaimana yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.

  Penetapan fokus semacam ini, tentu merupakan sebuah upaya untuk melakukan “pensiasatan” terhadap terjelmanya suatu kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat agar sejalan dengan cita-cita bangsa dan tujuan negara itu sendiri. Dengan demikian secara singkat dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “politik pembangunan” adalah sebuah upaya, langkah atau strategi yang dilaksanakan oleh suatu bangsa guna mewujudkan cita-cita yang ingin diraihnya, sesuai dengan nilai-nilai idealisme, nasionalisme dan patriotisme yang dikandungnya.

  Politik pembangunan sebagai sebuah pedoman dalam pembangunan nasional memerlukan keterpaduan tata nilai, struktur, dan proses. Keterpaduan tersebut merupakan himpunan usaha untuk mencapai efisiensi, daya guna, dan hasil guna sebesar mungkin dalam penggunaan sumber dana dan daya nasional guna mewujudkan tujuan nasional. Karena itu sangat memerlukan sistem manajemen nasional.Sistem manajemen nasional berfungsi memadukan penyelenggaraan siklus kegiatan perumusan, pelaksanaan, dan pengendalian pelaksanaan kebijaksanaan. Sistem manajemen nasional memadukan seluruh upaya manajerial yang melibatkan pengambilan keputusan berkewenangan dalam rangka penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan ketertiban sosial, politik, dan administrasi.

  Dengan demikian politik pembangunan merupakan political choice dan didalamnya terkandung strategi.Political choice terhadap beberapa alternatif, menjangkau mulai dari persoalan asas yaitu epistemologi maupun ontologi. Dapat disimpulkan politik pembangunan bukan saja mengenai cara atau strategi yang hendak dicapai dalam pembangunan tetapi juga pemikiran atau pemikiran yang

   .

  Pembangunan sebagaimana disebut Moeljarto yang dikutip Warjio, bahwa

13 Warjio, Ibid; hal 72-74

  pembangunan tidak boleh tidak berbuatan nilai; artinya, pembangunan ingin mewujudkan tipe masyarakat yang lebih baik.

1.6.2. Pemerintahan Daerah

  Pemerintah dalam ruang lingkup negara Indonesia terdiri atas pemerintah pusat dan pemerintah daerah.Secara umum defenisi pemerintahan daerah ialah unsur penyelenggara pemerintah daerah yang terdiri dari Gubernur, Bupati dan

14 Walikota, dan perangkat daerah. Pemerintah daerah menurut Undang-Undang

  Republik Indonesia No. 32 tahun 2004 pasal satu menyebutkan Pemerintah daerah adalah penyelenggara unsur pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai dimaksud dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Kemudian pemerintah pusat merupakan unsur penyelenggara pemerintahan secara nasional atau menyeluruh dalam negara kesatuan republik Indonesia yang membawahi pemerintah daerah.

  Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 pasal 1 menyebutkan dalam menjalankan roda kegiatan pemerintah daerah dipimpin oleh

  

  gubernur, bupati, walikota dan para wakilnya serta perangkat daerah sebagai 14 unsur penyelenggara pemerintah daerah. Awalnya sendiri pembentukan

  I Widarta.Cara mudah Memahami Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Bantul: 15 Pondok Edukasi. 2005. Hal 26

Perangkat daerah yang dimaksud dalam UU RI No, 32 Tahun 2004 bagian kesembilan pasal

yang ke 120 dijelaskan bahwa: (1). Perangkat daerah provinsi terdiri atas sekretariat daerah,

sekretariat DPRD, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah. (2). Perangkat daerah kabupaten/kota

terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan

dan kelurahan. Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang terdapat di setiap

daerah contohnya ialah dinas Pendapatan daerah, sedangkan lembaga teknis daerah merupakan

unsur pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang pemerintah daerah sesuai dengan amanat pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Berangkat melalui defenisi Undang-Undang Dasar 1945 ini maka telah dilahirkan berbagai produk undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang pemerintahan daerah, antara lain Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948, Undang-Undang No. 1 Tahun 1957, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965, Undang-Undang No. 5 Tahun 1974, dan terakhir Undang- Undang No. 32 Tahun 2004.

  Setiap daerah memiliki dan dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala daerah, untuk provinsi disebut gubernur, untuk kabupaten disebut bupati, dan untuk kota disebut walikota. Kepala daerah dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah, yang masing-masing untuk provinsi disebut wakil gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati, dan untuk kota seperti wakil walikota. Dapat disimpulkan bahwa inilah bentuk tatanan birokrasi yang terdapat di Indonesia sekaligus di setiap daerah.

  Sebagai lembaga yang sangat penting dalam menjalankan sebuah daerah pemerintah daerah memiliki fungsi dan perannya masing-masing. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa defenisi pemerintah daerah berdasarkan Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah bahwa berbeda dengan pemerintahan daerah. Adapun yang menjadi fungsi dan peran pemerintah

  

  pemerintah daerah menurut Undang-undang No 32 tahun 2004 adalah: 1.

  Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan 16 menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

  I Widarta, Ibid; hal 26-31

  2. Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahtraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.

  3. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintah memiliki hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah. Dimana hubungan tersebut meliputi kewenangan, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumberdaya lainnya.

  Pemerintah daerah yang dipilih secara demokrasi melalui pemilihan umum merupakan suatu cara untuk menjalankan daerahnya sesuai keinginan masyarakat di daerah itu. Hal yang paling diinginkan dari masyarakat di tingkat lokal ialah pelayanan pemerintah terhadap masyarakatnya.Pelayanan masyarakat merupakan fungsi paling mendasar dari keberadaan pemerintah dimanapun termasuk pula pemerintahan daerah.untuk melaksanakan pelayanan yang baik kepada masyarakat diperlukan lembaga-lembaga pembantu pemerintah termasuk dalam perencanaan dan pembangunan. Fungsi pemerintah itu pada umumnya ialah, stabilisasi, distribusi dan pelayanan publik sekaligus. Jadi dengan demikian fungsi pemerintah daerah sama dengan ketiga fungsi tersebut, hanya saja yang berbeda ialah cakupan dan tekanan pada setiap fungsi di daerah yang dimaksud.

  Tujuan utama dibentuknya pemerintahan adalah menjaga ketertiban dalam kehidupan masyarakat sehingga setiap warganegara dapat menjalani kehidupan secara tenang, tentram dan damai.Pemerintahan modern pada hakikatnya adalah pelayanan kepada masyarakat, tidak untuk melayamni dirinya sendiri.Pemerintah dituntut mampu memberikan pelayanan kepada masyarakatnya dan menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap orang dapat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai kemajuan bersama.

1.7. Metode Penelitian 1.7.1. Metode Penelitian

  Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif.Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan, atau menjelaskan berbagai situasi melalui gambaran tentang kondisi, situasi dan data yang didapatkan untuk menjawab masalah yang terjadi

   sekarang.

  1.7.2. Lokasi Penelitian

  Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pakpak Bharat. Alasan dipilihnya lokasi penelitian ini, sebagai salah satu kabupaten yang baru melaksanakan otonomi daerah di Propinsi Sumatera Utara dan sedang melakukan pembangunan karena kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten yang tertinggal dalam pelaksanaan pembangunan di daerah maupun dalam bidang lainnya.

  1.7.3. Jenis Penelitian

  penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian kualitatif ialah penelitian yang ingin menggambarkan objek yang diamati berdasarkan fakta dan data yang ada dilapangan setelah dilakukannya penelitian.Penelitian ini ingin menganalisis Bagaimana Politik Pembangunan 17 Daerah di Kabupaten Pak-Pak Bharat Dalam Mewujudkan Pembangunan.

  Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial: Fomat-fomat Kuantitatif dan Kualitatif.

1.7.4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

  Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan maka penulis melakukan teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik pengumpulan

  

  data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data tersebut yakni sebagai berikut.

  1. Data Primer Pengumpulan data primer dalam penelitian ini yakni melalui metode wawancara (interview) dan observasi. Teknik pengumpulan data melalui wawancara ialah dengan bertanya langsung kepada informan ataupun narasumber yang dianggap sesuai dengan objek penelitian serta melakukan tanya jawab secara langsung kepada informan yang terkait dengan penelitian. Selain itu data primer juga diperoleh melaui data-data dan dokumentasi dari lembaga dan instansi pemerintah daerah yang terkait.

  2. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini ialah mencari data dan informasi melalui buku-buku, internet, jurnal dan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Selain itu penulis juga mencari informasi dan referensi tambahan melalui buku-buku peraturan pemerintah daerah, kebijakan pemerintah daerah, peraturan perundang-undangan, artikel-artikel dalam majalah, koran dan sebagainnya. Nantinya teori-teori dan referensi dari sumber-sumber data sekunder tersebut dapat dijadikan panduan dalam melakukan penelitian ini.

18 Muhammad Idrus. Metode Penelitian Ilmu Sosial, Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.

1.7.5. Teknik Analisa Data

  Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dengan menggunakan analisis deskriptif.Metode ini digunakan untuk menggambarkan data-data yang diperoleh melalui analisis

   mendalam dan dituliskan dengan bahasa yang terstruktur dan bersifat naratif.

  Dalam penelitian deskriptif kualitatif ini maka peneliti menggunakan metode wawancara, dokumentasi dan data yang akan di uraikan dan dijelaskan sehingga pada akhirnya akan menjelaskan permasalahan yang diteliti. Adapun yang menjadi teknik analisa data dalam penelitian ini dimulai dari proses pengumpulan data melalui teknik pengumpulan data kemudian dianalisis dengan variabel-variabel pada kerangka teori. Permasalahan dalam penelitian ini akan terjawab setelah data dan informasi telah terkumpul dari narasumber dan sumber- sumber yang terkait dan kemudian dianalisis oleh peneliti.

1.8. Sistematika Penulisan

  Untuk mendapatkan gambaran mengenai isi pokok dari penelitian ini, maka penulis akan mempermudah dengan membagi sistematika penulisan kedalam empat bagian sebagai berikut :

Bab I : PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah,

  pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi 19 penelitian, dan sistematika penulisan.

  Bungin, Burhan, Ibid. Hal 137

  Bab II : PROFIL PAKPAK BHARAT Dalam bab ini akan di uraikan tentang gambaran kondisi umum penelitian

  yang menggambarkan keadaan geografis, demografis, ekonomi, dan sosial politik, serta segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian.

  Bab III: ORIENTASI ATAU ARAH DALAM KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PEMERINTAHAN PAK-PAK BHARAT TAHUN 2010-2015. Bab ini berisi penyajian data dan fakta yang diperoleh selama

  berlangsungnya penelitian melalui metode wawancara dan fakta yang diperoleh di lapangan. Selain itu pada bab ini akan menampilkan dan menganalisis data-data yang telah dapat kemudian akan disajikan untuk mendapatkan kesimpulan.

  Bab IV: KESIMPULAN Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi mengenai kesimpulan. Bab ini

  memuat kesimpulan dan saran dari keseluruhan hasil penelitian yang telah di lakukan oleh penulis.