BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa - Instagram dan Pemenuhan Kebutuhan Pengguna Instagram di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU (Studi Korelasional antara Motif Penggunaan Instagram dan Pemenuhan Kebu

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa

  • Komunikasi Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin comunis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin communico yang artinya membagi. Sama maksudnya disini adalah sama makna. Jika kita mengadakan komunikasi berarti kita mengadakan “kesamaan” dalam hal ini yang dimaksud adalah kesamaan pengertian antara si penyampai informasi dan penerima informasi (Cangara, 2006: 18).

  Kesamaan dalam berkomunikasi dapat diibaratkan dua buah lingkaran yang bertindihan satu sama lain. Daerah yang bertindihan itu disebut kerangka pengalaman (field of experience), yang menunjukkan adanya persamaan antara A dan B dalam hal tertentu, misalnya bahasa atau simbol. Menurut Cangara, ada tiga prinsip komunikasi yakni:

  

A B

Gambar 2.1 : Pinsip Komunikasi (Cangara, 2006: 20) 1.

  Komunikasi hanya bisa terjadi bila terdapat pertukaran pengalaman yang sama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi (sharing similar experience).

  2. Jika daerah tumpang tindih (the field of experience) menyebar menutupi lingkaran A atau B, menuju terbentuknya satu lingkaran yang sama, maka makin besar kemungkinannya tercipta suatu proses komunikasi yang mengena (efektif).

  3. Tetapi kalau daerah tumpang tindih semakin mengecil dan menjauhi sentuhan kedua lingkaran, atau cenderung mengisolasi lingkaran masing-masing, maka komunikasi yang terjadi sangat terbatas. Bahkan besar kemungkinannya gagal dalam menciptakan suatu proses komunikasi yang efektif (Cangara, 2006: 20).

  13

  14 Terdapat tiga unsur penting yang selalu hadir dalam setiap komunikasi, yaitu sumber informasi (receiver), saluran (media), dan penerima informasi (audience). Sumber informasi adalah seseorang atau institusi yang memiliki bahan informasi (pemberitaan) untuk disebarkan kepada masyarakat luas. Saluran adalah media yang digunakan untuk kegiatan pemberitaan oleh sumber berita, berupa media interpersonal yang digunakan secara tatap muka maupun media massa yang digunakan khalayak umum. Sedangkan audience adalah per orang atau kelompok dan masyarakat yang menjadi sasaran informasi atau yang menerima informasi (Bungin, 2006: 57).

  Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan di antara manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat bekerja, organisasi sosial, dan lain sebagainya. Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Menurut Lasswell dalam bukunya “The Structure and

  Function of Communication in Society”, cara yang baik untuk mendefenisikan

  komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut : who, says, what, in which channel, to whom, with what effect (Effendy, 2004: 33).

  Menurut Shannon dan Weaver (dalam Cangara, 2006: 19) komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi, sengaja maupun tidak sengaja. Tidak terbatas pada konteks komunikasi verbal, tapi juga dalam konteks ekspresi muka, seni dan teknologi.

  Effendy dalam bukunya “Ilmu Komunikasi dalam Teori dan Praktek”, menyatakan fungsi komunikasi adalah sebagai berikut :

  1. Menginformasikan (to inform) yang memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide, atau fikiran, dan tingkah laku orang lain. Serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.

  2. Mendidik (to educate) yaitu sebagai sarana pendidikan, dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain sehingga orang lain mendapatkan informasi dan pengetahuan.

3. Menghibur (to entertain) yaitu komunikasi berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.

  4. Mempengaruhi (to influence) yaitu fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya dengan cara saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang di harapkan (Effendy, 2004: 31).

  15

  • Komunikasi Massa Komunikasi massa (Mass Communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan yang ditunjukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara tepat, serentak dan selintas khususnya media elektronik. Komunikasi massa memiliki ciri yaitu melibatkan banyak komunikator, berlangsung melalui sistem bermedia dengan jarak fisik yang rendah (artinya jauh), memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran indrawi (pengelihatan, pendengaran), dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera (Mulyana, 2004: 71-75).

  Pengertian komunikasi massa, merujuk pada pendapat Tan dan Wright, yaitu merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan media massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi keduanya dikenal sebagai media elektronik, surat kabar dan majalah keduanya disebut sebagai media cetak serta media film, film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop (Ardianto, 2004: 3).

  Rakhmat merangkum defenisi-defenisi komunikasi massa menjadi : “Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditunjukkan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, anonim melalui media cetak atau elektronik sebagai pesan yang sama yang dapat diterima secara serentak dan sesaat.” Menurut Bungin (2006: 71) komunikasi massa adalah : “Proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas.”

  16 Dengan demikian, maka unsur-unsur penting dalam komunikasi massa adalah :

  a) Komunikator

  b) Media massa

  c) Informasi (pesan)

  d) Gatekeeper

  e) Khalayak (publik)

  f) Umpan balik tertunda

  Ciri-ciri komunikasi massa adalah: 1.

  Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orang-orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Komunikator dalam komunikasi massa adalah organisasi sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak, ke sejumlah khlayak yang banyak dan terpisah. Komunikator dalam media massa biasanya adalah media massa (surat kabar, jaringan televisi, stasiun radio, majalah atau penerbit buku).

  2. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/ beragam.

  Artinya, penonton televisi itu beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, punya jabatan yang beragam, punya agama atau kepercayaan yang tidak sama. Herbert Blumer memberikan ciri tentang karakteristik audience/ komunikan sebagai berikut:

  • Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari asalnya, mereka bersal dari berbagai kelompok dalam masyarakat.
  • Berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain.

  Disamping itu, antara individu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung.

  • Mereka tidak mempunyai kemimpinan atau organisasi formal.

  3. Pesannya Bersifat Umum Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditunjukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan- pesannya ditunjukan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan- pesan yang dikemukakanya pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus di sini, artinya pesan itu memang tidak disengaja untuk golongan tertentu.

  4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah Contohnya pada saat kita membaca surat kabar komunikasi hanya berlangsung satu arah yakni dari media massa (koran itu) ke pembaca dan tidak sebaliknya. Kita tidak bisa langsung memberikan respon kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan) kalaupun bisa pasti sifatnya tertunda.

  17 5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan

  Serempak di sini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Contohnya pada saat penayangan langsung siaran bola piala dunia dimana pada saat peristiwa penyetakan gol semua audience yang menonton sama-sama menerima pesan yang serempak bahwa tim sepak bola tersebut mencetak gol. Namun ketika penonton yang ketinggalan menonton tetap bisa mengetahui skor pertandingan yang tidak disiarkan secara langsung melalui news sport.

6. Komunikasi Menggandalkan Peralatan Teknis

  Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik). Televisi disebut media massa yang kita bayangkan saat ini tidak akan lepas dari pemancar. Peran satelit akan memudahkan proses pemancaran pesan yang dilakukan media elektronika seperti televisi.

  7. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau

  mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang diserbarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper yang dimaksud antara lain reporter, editor film//surat kabar/buku, manajer pemberitaan, penjaga rubrik, kameraman, sutradara dan lembaga sensor film yang semuanya mempengaruhi bahan-bahan yang akan dikemas dalam sebuah pesan- pesan dari media massa masing-masing (Nurudin, 2006: 16-30).

  Ada beberapa bentuk komunikasi massa antara lain: televisi, radio, internet, majalah, koran, tabloid, buku dan film (Nurudin, 2006: 5). Berikut beberapa contoh media massa dari paradigma lama dengan paradigma baru :

  

Film

Surat Kaset/ Kabar

  CD Majalah

Alat Komunikasi

  Televisi

Massa

Tabloid Radio

  Buku Gambar 2.2: Model Komunikasi Massa Paradigma Lama

  

Sumber : (Nuruddin, 2006: 12)

  18 Film

  Surat Televisi Kabar Majalah

  

Alat Komunikasi

Radio

Massa

Tabloid

  Internet

Buku

Gambar 2.3 : Model Komunikasi Massa Paradigma Baru

  (Nuruddin, 2006: 12)

  Jika dilihat dari dua bagan diatas, ada perbedaan mencolok antara paradigma lama dengan paradigma baru, dalam paradigma baru ada penambahan dan pengurangan, yakni surat kabar, majalah, tabloid, televisi, radio, film, buku, tabloid, dan internet sedangkan pengurangannya ada apa CD/kaset. Perubahan tersebut dimungkinkan kerena perkembangan teknologi komunikasi massa yang kian cepat. Perubahan tersebut akan membawa konsekuensi pada perubahan ciri yang melekat pada media massa tersebut. Kita tidak bisa membayangkan bahwa internet adalah media baru yang mempunyai keserempakan tinggi dalam penyebaran pesan kepada khalayak. Sedangkan media lama seperti surat kabar, tabloid, dan majalah pada masa yang akan datang keserempakan pesannya sangat mungkin harus direvisi pula. Beruntung saat ini, tiga media massa itu sudah didukung penyebarannya dengan internet. Dengan demikian alat-alat komunikasi massa akan mengalami perubahan dari masa ke masa sejalan dengan tingkat perkembangan perubahan manusia dan peningkatan percepatan teknologi komunikasi (Nurudin, 2006: 14). Ada beberapa era yang dapat dijadikan pijakan untuk melihat sejarah perkembangan komunikasi massa. Menurut Melvin DeFleur dan Sandra J. Ball

  19 Rokeach dalam bukunya Theories of Mass Communication (1989), setidak- tidaknya disebutkan ada lima revolusi komunikasi massa:

1. Zaman penggunaan tanda dan isyarat sebagai alat komunikasi (the age of

  signs and signals) 2.

  Zaman digunakannya percakapan dan bahasa sebagai alat berkomunikasi

  (the age of speech and language) 3.

  Zaman digunakannya tulisan sebagai alat komunikasi (the age of writing) 4. Zaman digunakannya media cetak sebagai alat komunikasi (the age of

  print) 5.

  Zaman digunakannya media massa sebagai alat komunikasi (the age of

  mass communication)

  Masing-masing perubahan membawa kepentingan sendiri-sendiri dan untuk masyarakat yang berbeda satu sama lain. Perubahan dalam cara berkomunikasi yang dilakukan manusia jelas telah membawa perubahan penting dalam kehidupan berkomunikasi manusia. Perubahan tersebut bukan hanya berdampak positif bagi manusia melainkan dampak negatif pun sudah semakin terasa. Misalnya acara yang disiarkan melalui media elektronik dengan menggunakan jaringan satelit sehingga dapat menyiarkan acara secara langsung. Namun dampak yang dirasakan adalah anak-anak memiliki peluang untuk menghabiskan waktunya berjam-jam di televisi daripada untuk belajar. Ditambah lagi dengan munculnya internet sebagai bentuk komunikasi massa yang paling baru. Membawa pengaruh yang tidak sedikit pula. Seperti munculnya media- media sosial di jaringan internet dan didukung oleh media telepon pintar yang mengakibatkan setiap orang dengan mudah dan dapat mengakses internet kapan saja dan dimana saja. Hal inilah yang mengakibatkan masyarakat banyak menghabiskan waktu dengan teknologi daripada bersosialisasi dengan lingkungan disekitar mereka. Internet telah mengambil peran revolusi komunikasi yang kian kompleks. Orang tidak perlu lagi susah-susah mengirim surat dengan jasa pos, tetapi cukup memakai surat elektronik (e-mail). Inilah abad komunikasi massa pada zaman sekarang ini. Semua dipercepat, dipermudah, disederhanakan, tetapi dampak negatif yang ditimbulkan juga akan lebih nyata dan besar. Munculnya era komunikasi massa adalah keniscayaan sejarah perkembangan manusia dalam melakukan komunikasi. Semakin cerdas manusia, semakin kompleks dan rumit komunikasi yang dilakukan.

  20 Menurut Wright (dalam Severin dan Tankard, 2008: 4), perubahan teknologi baru menyebabkan perubahan dalam defenisi komunikasi massa yang mempunyai tiga ciri, yaitu : 1.

  Komunikasi massa yang diartikan kepada audiens yang relatif besar, heterogen dan anonim.

  2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan unruk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara.

  3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar. Menurut McManus (dalam Severin dan Tankard, 2008: 4) ada beberapa ciri lingkungan media baru adalah sebagai berikut:

  1. Teknologi yang terdahulu berbeda dan terpisah seperti percetakan dan penyiaran sekarang bergabung.

  2. Kita sedang bergeser dari kelangkaan media menuju media yang melimpah.

  3. Kita sedang mengalami pergeseran dari mengarah kepuasan massa audiens kolektif menuju kepuasan grup atau individu.

  4. Kita sedang mengalami pergeseran dari media satu arah ke media interaktif. Media baru merujuk pada dunia metamorfosis di mana banyak bentuk komunikasi elektronik dipakai. Porsi terbanyak adalah menggunakan internet yaitu jaringan dari komputer yang berkembang pesat. Internet merubah komunikasi dengan sangat mendasar, termasuk melibatkan banyak interaktivitas antara komunikator dan pengguna. Dunia maya (internet) menawarkan kesempatan membentuk komunitas yang sebenarnya, orang yang memiliki kesamaan ketertarikan bertemu hanya melalui elektronik. Maka defenisi komunikasi massa bahwa audiens yang bersifat heterogen dan tidak saling mengenal dan berinteraksi tidaklah sama dengan prinsip pada media baru terutama pada jejaring sosial. Kemudian, pesan tidak lagi dijadwalkan secara umum dan komunikator berada dalam sebuah organisasi. Dalam media baru semua orang dapat menyebarkan pesan kepada semua orang baik bersifat umum maupun khusus baik itu penting ataupun tidak penting. Media baru dalam penggunaan medianya khalayak sangat aktif dalam pemanfaatan media termasuk

  21 dalam menyebarkan informasi yang sering kita kenal citizen journalism (Saverin and Tankard, 2008 : 465).

  Merton (dalam Bungin, 2006: 78) mengemukakan bahwa fungsi aktivitas sosial memiliki dua aspek, yaitu fungsi nyata (manifest function) adalah fungsi nyata yang diinginkan, kedua fungsi tidak nyata atau tersembunyi (latent

  

function ), yaitu fungsi yang tidak diinginkan. Sehingga pada dasarnya setiap

fungsi sosial dalam masyarakat itu memiliki efek fungsional dan disfungsional.

  Fungsi komunikasi media massa sebagai bagian dari komunikasi massa terdiri atas: a.

  Fungsi pengawasan Berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif.

  Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Fungsi persuasif sebagai upaya memberi reward dan punishment kepada masyarakat sesuai dengan apa yang dilakukannya. Contoh nya saja seperti dalam jejaring sosial Instagram para pengguna Instagram bisa mengunduh gambar ataupun video mengenai HIV/AIDS. Sehingga orang yang melihat bisa terpengaruh untuk ikut menjahui hubungan seks bebas.

  b.

  Fungsi social learning Melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat.

  Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung. Contohnya seperti dalam jejaring sosial Instagram dapat dijelaskan dengan menggunakan video yang berdurasi 15 detik serta ditambahkan dengan caption mengenai sebuah produk yang dapat memberikan pencerahan dan pengetahuan terhadap produk tersebut.

  c.

  Fungsi penyampaian informasi Komunikasi massa menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas, yang memungkinkan informasi dari sebuah institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat. Contohnya dalam jejaring sosial Instagram dapat dimasukkan informasi mengenai pemilu 2014 dengan menggunakan video berdurasi 15 detik yang diunggah oleh institusi yang bersangkutan.

  d.

  Fungsi transformasi budaya Komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media massa. Contohnya dengan menggunakan Instagram kita dapat berbagi gambar dengan seluruh orang di penjuru dunia. Kita bisa mengunggah berbagai macam budaya dari Indonesia dan begitu pula sebaliknya dari negara lainnya. Sehingga tanpa disadari kita mengikuti budaya lain, misalnya dalam hal berpakaian.

  e.

  Hiburan Komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunkasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa. Contohnya dengan adanya Instagram mampu menjadi media hiburan seperti melihat video, melakukan obrolan dan melihat gambar-gambar yang menarik yang diunggah oleh para pengguna

  Instagram.

  Khalayak memiliki kebutuhan atau dorongan tertentu yang dipuaskan oleh sumber media. fungsi media massa ini adalah fungsi sosial yang diinginkan dan fungsi sosial yang tidak diinginkan yang dimana para pengguna menyadari atau tidaknya fungsi pada media massa pada kehidupan mereka. Seperti pada fungsi transformasi budaya yang tanpa audiens sadari mereka telah mengikuti budaya dari negara lain dengan adanya terpaan tayangan di televisi maupun media massa lainnya termasuk pada media baru. Adapun efek komunikasi massa bisa dibagi menjadi beberapa bagian: secara sederhana Keith R. Stamm dan Jhon E. Bowes (1990) membagi kedua bagian dasar, pertama efek primer meliputi terpaan, perhatian, dan pemahaman. Kedua, efek sekunder meliputi perubahan tingkat

  

kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap), dan perubahan perilaku (menerima

dan memilih) (Nurudin, 2006: 206).

  Perkembangan teknologi yang begitu cepatnya menimbulkan suatu era bernama digitalisasi, dimana nantinya menimbulkan konvergensi antar media.

  22

  23 Kovergensi media adalah penggabungan atau pengintegrasian media-media yang ada untuk digunakan dan diarahkan kedalam satu titik tujuan. Konvergensi adalah keadaan dimana semua elemen media baik yang menggunakan teknologi lama atau baru bersatu untuk menghasilkan produk baru yang terintegrasi. Konvergensi media yang dimaksud adalah sebuah telepon pintar yang di dalamnya terdapat internet lengkap dengan aplikasi nya seperti media-media sosial, email, kemudian dilengkapi dengan telepon selular, jaringan nirkabel, radio, kamera, video, dan lainnya yang tujuan nya adalah memudahkan para pengguna teknologi sehingga dapat melakukan berbagai hal hanya dengan satu media komunikasi dan dapat dibawa kemana saja. Perkembangan teknologi yang memicu lahirnya media baru tidak serta merta menghapuskan atau mengganti media lama. Karena ada beberapa karakteristik media lama yang tidak bisa digantikan oleh media baru (McQuail, 2011: 153). Menurut McQuail (2011: 153) terdapat beberapa perbedaan yang muncul akibat perkembangan teknologi terletak pada :

  1. Digitalisasi dan konvergensi media 2.

  Interktifitas dan konektivitas jaringan yang semakin meningkat, dimana publik bisa secara langsung memberikan feedback terhadap konten.

  3. Mobilitas dan delokasi untuk mengirim dan menerima 4.

  Adaptasi terhadap peranan publikasi dan khalayak 5. Munculnya beragam bentuk baru ‘pintu’ (gateway) media 6. Pemisahan dan pengaburan dari ‘lembaga media’

  Perkembangan teknologi tidak hanya memicu lahirnya media-media baru tapi juga melahirkan pola baru dalam lalu lintas informasi. Bordewijk dan Van Kaam (dalam McQuail, 2011: 159) mencoba membagi pola tersebut kedalam beberapa kategori :

  • Allocution Merupakan suatu pola komunikasi dimana informasi disebarkan dari satu pusat kepada beberapa titik yang tersebar secara bersamaan. Biasanya pola ini banyak digunakan komunikasi yang berbentuk perkuliahan, konser, atau khotbah. Sedangkan ditengah perkembangan teknologi baru kita dapat melihat pola ini ketika ada salah satu Igers yang mengunggah foto atau video. Secara bersamaan pada saat itu juga akan menyebarkan kepada semua followernya.

  24

  • Percakapan Karakteristik dari pola komunikasi ini adalah memungkin semua orang untuk berinteraksi baik yang dimediasi ataupun secara langsung. Kunci utama dari percakapan ini adalah adanya kesetaraan diantara pihak yang terlibat dalam interaksi. Contohnya adalah percakapan melalui komentar/direct message pada aplikasi Instagram yang dimediasi oleh pihak ketiga berupa aplikasi Instagram itu sendiri .
  • Konsultasi Konsultasi merupakan pola komunikasi dimana antara pihak yang terlibat ada yang berfungsi sebagai bank informasi yang bisa dijadikan tempat untuk mencari informasi yang dibutuhkan. Surat kabar cetak merupakan salah satu media yang menggunakan pola komunikasi konsultasi, dimana didalamnya terdapat beraneka ragam informasi. Saat ini bank informasi dapat di peroleh dari

  

world wide web / google sebagai search engine yang banyak digunakan dalam

  pencarian informasi apapun yang khalayak inginkan. Contoh lainnya dalam aplikasi Instagram banyak informasi terdapat pada bagian search dengan menggunakan hashtag maka informasi yang diinginkan akan keluar. Seperti misalnya ingin mencari konsep photo prawedding maka dengan menggunakan

  

hashtag prawedding gambar-gambar yang sesuai dengan hashtag tersebut akan

keluar dan dapat dilihat sebagai penambah inspirasi.

  • Registrasi Pola komunikasi registrasi adalah pola konsultasi yang berkebalikan, dimana pusat meminta dan menerima informasi dari partisipan di periferi. Hal ini berlaku kapanpun pencatatan pusat disimpan oleh individu dalam sebuah sistem dan pada semua sistem pengawasan. Misalnya dengan pencatatan otomatis di pusat pertukaran panggilan telepon.

  Kontrol Gudang Informasi Pusat Allocution Registrasi Kontrol Waktu dan Konsultasi Percakapan Pilihan Subjek Individual

Gambar 2.4: Tipologi Lalu Lintas Informasi.

Sumber: (Bordewijk dan Van Kaam dalam McQuail, 2011: 161).

  25 Empat pola ini melengkapi dan membatasi (atau tumpang tindih) satu sama lain. Para pencipta model ini telah menunjukkan bagaimana pola-pola dapat dihubungkan dan berkaitan dengan dua variabel utama: dari kontrol informasi pusat versus individual: dari kontrol waktu dan pilihan topik sentral versus individual. Pola allocution di sini berlaku pada media ‘lama’ komunikasi massa pada umumnya. Secara luas sama dengan model transmisi-khususnya penyiaran, dimana persediaan konten yang terbatas disediakan untuk khalayak massa.

  Pola konsultasi telah dapat tumbuh tidak hanya karena telepon dan media telematika baru, tetapi karena penyebaran peralatan rekaman gambar dan suara dan semata-mata peningkatan jumlah saluran sebagai hasil dari kabel dan satelit. Media baru juga secara berbeda meningkatkan potensi ‘komunikasi percakapan’ atau komunikasi interaktif antara individu-individu yang terpisah jauh. Seperti yang telah dijelaskan, ‘registrasi’ menjadi lebih praktis sekaligus sering terjadi, meskipun hal ini bukan pengganti bagi jenis lintas komunikasi lain. Hal ini dapat dipandang sebagai perpanjangan kekuatan pengawasan di era elektronik. Anak panah yang tertera pada gambar 4 mencerminkan penyebaran ulang lalu lintas informasi dari pola allocution ke percakapan dan konsultatif.

  Secara umum, hal ini mengimplikasikan pergeseran luas keseimbangan kekuatan komunikatif dari pengirim ke penerima, meskipun hal ini dapat diimbangi dengan pertumbuhan registrasi dan perkembangan lebih jauh jangkauan dan daya tarik media massa. Pola allocutory belum betul-betul berkurang volumenya, tapi telah mengambil bentuk-bentuk baru dengan penyediaan skala kecil untuk khalayak yang tersegmentasi berdasarkan kepentingan atau keperluan informasi (narrowcasting) (McQuail, 2011: 161).

2.1.2 Teori Uses and Gratification (Teori Penggunaan dan Kepuasan)

  Pendekatan ini pertama kali dinyatakan oleh Elihu Katz (1959) sebagai reaksi terhadap Bernard Berelson yang menyatakan bahwa penelitian komunikasi mengenai efek media massa sudah mati. Penelitian yang mulai hidup adalah tentang usaha untuk menjawab pertanyaan: “what do people do with media ?” karena penggunaan media adalah salah satu cara untuk memperoleh pemenuhan

  26 kebutuhan, maka efek media sekarang didefenisikan sebagai situasi ketika pemuasan kebutuhan terjadi (Rakhmat, 2004: 199).

  Teori ini menjelaskan bagaimana individu berusaha mencari dan menikmati apa yang disajikan media massa guna memuaskan berbagai macam kebutuhan. Perilaku orang sering berorientasi pada tujuan (goal oriented) ketika mereka memilih media dan menikmati apa yang disajikan media massa (isi media). Pilihan mereka terhadap media juga ditentukan oleh informasi dan kepuasan yang telah mereka antisipasi sebelumnya.

  Little John (dalam Morissan, 2010: 77) mengajukan gagasan teori bahwa perbedaan individu (jenis kelamin, usia, tingkatan pendidikan, status sosial, dan lain-lain) menyebabkan audiens mencari, menggunakan dan memberikan tanggapan terhadap isi media secara berbeda-beda, yang disebabkan oleh faktor sosial dan psikologis yang berbeda-beda diantara individu audiens. Inti dari model

  

Uses and Gratification ini adalah aktivitas audiens yaitu pilihan yang disengaja

oleh para pengguna isi media untuk memenuhi kebutuhan mereka.

  Teori Uses and Gratification ini merupakan “kebalikan” dari teori peluru atau teori jarum hipodermik, dimana dalam teori peluru, media sangat aktif dan sementara khalayak berada di pihak yang pasif (Nurudin, 2006: 192). Sedangkan teori Uses and Gratification ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri orang, melainkan tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya (Rakhmat, 2007: 65).

  Adapun asumsi-asumsi dasar dalam pendekatan uses and gratification menurut Katz, Blumler dan Gurevitch (dalam Ardianto, 2004: 71) adalah :

1. Khalayak dianggap aktif artinya sebagian penting dari penggunaan media masa di asumsikan mempunyai tujuan.

  2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.

  3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung pada perilaku khalayak yang bersangkutan.

  27 4. Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

  5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.

  Untuk lebih jelasnya teori Uses and Gratifications divisualisasikan melalui gambar di bawah ini : Antesenden Motif Penggunaan Media Efek Variabel individual Kognitif Hubungan Kepuasan Variabel lingkungan Diversi Macam isi Pengetahuan

  Personal Hubungan Depedensi Identity dengan Isi Media

Gambar 2.5 : Model Uses and Gratification Sumber: (Kriyantono, 2010: 210)

  Penjelasan struktur model tersebut adalah sebagai berikut : 1. Variabel antesenden terbagi atas dua dimensi yaitu: a.

  Individual: dimensi ini menyajikan informasi perihal data demografis seperti usia, jenis kelamin dan faktor-faktor psikologis komunikan.

  b.

  Lingkungan: dimensi ini terdiri atas data mengenai organisasi, sistem sosial dan struktur sosial.

  2. Variabel motif terbagi atas tiga dimensi yaitu : a.

  Kognitif: dimensi ini menyajikan informasi perihal data kebutuhan akan informasi dan surveillance atau eksplorasi realitas.

  b.

  Diversi: dimensi ini menyajikan informasi perihal data kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan.

  c.

   Personal identity: dimensi ini menyajikan perihal data tentang

  bagaimana penggunaan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri.

  3. Variabel penggunaan media terbagi atas tiga dimensi yakni : a.

  Hubungan: dimensi ini menyajikan perihal hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan.

  28 b. Jenis isi media: dimensi ini menyajikan jenis media yang dipergunakan.

  c.

  Jumlah waktu: dimensi ini menyajikan jumlah waktu yang digunakan dalam menggunakan media.

4. Variabel efek terbagi menjadi tiga dimensi yaitu: a.

  Kepuasan: dimensi ini menyajikan informasi perihal evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan.

  b.

  Pengetahuan: dimensi ini menyajikan perihal persoalan tertentu.

  c.

  Dependensi media: dimensi ini menyajikan informasi perihal ketergantungan responden pada media dan isi media untuk kebutuhannya. Perkembangan tahap kedua teori penggunaan dan kepuasaan terjadi pada tahun 1970-an. Tahap kedua ini dimulai ketika klasifikasi atau tipologi dari alasan-alasan orang menggunakan atau mengonsumsi media mulai dilakukan. Teori Uses and Gratifications mendapat pijakan yang semakin kokoh dengan munculnya teori hierarki kebutuhan dan motivasi dari Abraham Maslow (1970).

Gambar 2.6 : Teori Hierarki Kebutuhan Maslow (1970)

  

Sumber: (Morissan dkk, 2010: 83)

  Menurut Abraham H Maslow (dalam Morissan dkk, 2010: 83) Teori hirarki kebutuhan dan motivasi menyatakan bahwa orang akan selalu berupaya

  29 secara aktif untuk memuaskan hirarki kebutuhannya (hierarchy of needs), dan orang yang berhasil mencapai satu tingkatan pada hirarki kebutuhan akan berupaya mencapai tingkatan yang lebih tinggi.

  Rubin (dalam Morissan dkk, 2010: 84) menemukan bahwa alasan atau motivasi orang menggunakan media dapat dikelompokkan ke dalam sejumlah kategori sebagai berikut: untuk menghabiskan waktu, sebagai teman (companionship), memenuhi ketertarikan (excitement), pelarian kesenangan, interaksi sosial, relaksasi, memperoleh informasi, dan untuk mempelajari konten media tertentu.

  Rakhmat (2004) menyatakan Kebanyakan riset Uses and Gratification memfokuskan pada motif sebagai variabel independen yang mempengaruhi penggunaan media. Masyarakat secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Disini muncul istilah “Uses and Gratification, penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. Dalam asumsi ini muncul pengertian bahwa komunikasi massa berguna (utility); bahwa konsumsi media diarahkan oleh motif (intentionality); bahwa perilaku media mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivity); dan bahwa khalayak sebenarnya kepala batu”.

  Untuk mengetahui minat audiens terhadap media, berarti hal ini menyangkut sejauhmana selektivitas audien, jenis motivasi yang menimbulkan penggunaan media, penolakan terhadap pengaruh yang tidak diinginkan, jenis dan jumlah tanggapan yang diajukan audiens media. Terdapat semacam ketidak sepakatan tentang kadar selektivitas dalam perilaku penggunaan media. Disatu pihak, ada indikasi kuat dari konstansi pengharkatan audiens atau figure kepembacaan pers dibanding kebanyakan konsumsi media (McQuail, 2011: 216).

2.1.2.1 Perkembangan Terkini dalam Penelitian Uses and Gratification

  Sebuah perkembangan terkini adalah pergeseran dari konseptualisasi audien sebagai aktif atau pasif kearah memperlakukan aktivitas sebagai suatu variabel (Rubin, dalam Saverin, 2008: 363). Artinya, kadang-kadang para pengguna media bersikap selektif dan rasional dalam memproses pesan –pesan media, namun pada saat yang lain mereka memanfaatkan media untuk bersantai

  30 atau sebagai tempat pelarian. Perbedaan jenis maupun tingkat aktivitas audien mungkin juga merupakan akibat dari efek-efek media.

  Arah baru lainnya difokuskan pada manfaat media untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Misalnya saja, salah satu kemungkinan manfaat media adalah untuk mengatasi rasa kesepian. Canary dan Spitzberg (dalam Saverin, 2008: 363) menemukan bukti yang mendukung manfaat ini, namun kaitannya tergantung pada kadar kesepiannya. Mereka menemukan bahwa manfaat media yang paling besar dalam mengatasi kesepian adalah dalam kondisi sepi secara situasional, atau mereka yang kesepian untuk sementara waktu.

2.1.3 Gratification Sought and Gratification Obtained (Konsep Mengukur Kepuasan: Kepuasan yang Dicari dan Kepuasan yang Diperoleh)

  Salah satu macam riset Uses and Gratifications yang saat ini berkembang adalah yang dibuat Philip Palmgreen dan Kentucky University. Kebanyakan riset

  

Uses dan Gratifications memfokuskan pada motif sebagai variabel independen

  yang sama yaitu orang menggunakan media didorong oleh motif-motif tertentu, namun konsep yang diteliti oleh Palmgreen ini tidak berhenti di situ, dengan menanyakan apakah motif-motif khalayak itu telah dapat dipenuhi oleh media. Dengan kata lain, apakah khalayak puas setelah menggunakan media. Konsep mengukur kepuasan ini disebut Gratification Sought dan Gratification Obtained. Penggunaan konsep-konsep baru ini memunculkan teori yang merupakan varian dari teori Uses and Gratifications, yaitu teori Expectancy Values (nilai pengharapan) (Kriyantono, 2010: 210).

  Gratification sought adalah kepuasan yang dicari atau diinginkan individu ketika mengkonsumsi suatu jenis media tertentu (radio, tv, dan media baru).

Gratification sought adalah motif yang mendorong sesorang mengkonsumsi

  media. Sedangkan Gratification obtained adalah kepuasan yang nyata yang diperoleh seseorang setelah mengkonsumsi suatu jenis media tertentu (Palmgreen dalam Kriyantono, 2010: 211). Operasionalisasi adalah membandingkan kedua konsep Gratification sought dan Gratification obtained, sehingga dapat diketahui kesenjangan kepuasan (Gratifications discrepancy) dengan melihat perbedaan

  31 perolehan kepuasan yang terjadi antara skor Gratification sought dan

  Gratification obtained dalam mengkonsumsi media tertentu.

  Beliefs Gratifications Perceived Media

  Gratifications Sought Consumptio obtained evaluations

  

Gambar 2.7: Model Expectancy-Values

Sumber: (Kriyantono, 2010: 112)

  Gratification sought dianggap tidak ada perbedaan antara bentuk dan jenis

  media massa yang satu dengan yang lainnya. Gratification sought lebih banyak dipengaruhi oleh harapan-harapan audience yang diabstraksikan dari pengalamannya dengan berbagai bentuk dan jenis media massa. Sedangkan

  

gratification obtained adalah prefensi materi favorit yang disajikan media massa

  tertentu yang dianggap tidak memiliki perbedaan bagi individu yang satu dengan yang lainnya.

  Gratification sought merupakan harapan pemuasan kebutuhan pendengar

  dari terpaan media yang diubah menjadi keterlibatan aktif pada saat terpaan media dengan tujuan untuk mencapai tingkat kepuasan tertentu.

2.1.4 Motif Penggunaan Media

  Motif merupakan dorongan dalam diri manusia yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia tersebut. Semua tingkah laku manusia yang melingkupi penggerak, alasan-alasan atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu. Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau to move. Karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat atau driving force.

  32 Motif sebagai pendorong sangat terikat dengan faktor-faktor lain yang disebut dengan motivasi (Walgito, 2010: 255). Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan. Dengan demikian motivasi mempunyai tiga aspek di dalamnya yaitu:

  • Keadaan terdorong dalam diri organisme (a drive state), yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan jasmani, keadaan lingkungan, atau keadaan mental seperti berfikir dan ingatan.
  • Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan.
  • Tujuan atau “goal”yang dituju oleh perilaku tersebut.

  Penggunaan media disebabkan oleh adanya kebutuhan yang timbul dari lingkungan sosial dan psikologis, dan khalayak menggunakan media untuk memuaskan kebutuhannya. Adapun penyebab atau dorongan tersebut disebut dengan motif. Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif tertentu. Motif adalah suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu.

  Dalam mempelajari tingkah laku manusia pada umumnya, kita harus mengetahui apa yang dilakukannya, bagaimana ia melakukan dan mengapa melakukan itu, dengan kata lain kita sebaik-baiknya mengetahui know what, know

  

how, dan know why. Dalam hal ini, persoalan know why adalah berkenaan dengan

  pemahaman motif-motif manusia dalam perbuatannya, karena motif memberi tujuan dan arah pada tingkah laku manusia. Perbuatan dan tingkah laku manusia tentu sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya (Ardianto, 2004: 87).

  Defenisi tersebut, motif jika dihubungkan dengan konsumsi media berarti segala alasan dan pendorong dalam diri manusia menyebabkan seseorang menggunakan media. Setiap individu pasti memiliki motif yang berbeda dalam memilih media, perbedaan motif ini kemudian menimbulkan perbedaan dalam tingkat kepuasan yang didapat individu dalam menggunakan media.

  Jika motif dihubungkan dengan konsumsi media berarti segala faktor dan pendorong dalam diri manusia yang menyebabkan orang menggunakan media dan tujuannya menggunakan media tersebut. Seleksi terhadap media yang dilakukan oleh khalayak yang disesuaikan dengan kebutuhan dan motif. Seleksi terhadap media ini berlaku untuk semua jenis media, baik media cetak maupun media

  33 elektronik. Penggunaan media disebabkan oleh adanya kebutuhan yang timbul dari lingkungan sosial dan psikologis dan khalayak menggunakan media untuk memuaskan kebutuhannya. Adapun penyebab atau dorongan tersebut disebut motif.

  Motif pengguna dalam menggunakan Instagram sebagai media komunikasi, difokuskan pada motif penggunaan media menurut pendapat McQuail, Blumler dan Brown yang menggunakan kategori-kategori berikut (Severin dan Tankard, 2008: 356): 1.

  Informasi (surveillance) yaitu informasi mengenai hal-hal yang mungkin mempengaruhi seseorang atau akan membantu seseorang melakukan sesuatu seperti: a.

  Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia.

  b.

  Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penentuan pilihan.

  c.

  Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum.

  d.

  Mencari tambahan pengetahuan.

  e.

  Belajar, pendidikan dari diri sendiri.

  2. Identitas pribadi (personal identity) yaitu penguatan nilai atau penambah keyakinan, pemahaman diri, eksplorasi realitas, dan sebagainya meliputi : a.

  Menemukan penunjang nilai-niilai pribadi.

  b.

  Menemukan dan meniru perilaku yang berkaitan dengan tindakan atau metode tertentu.

  c.

  Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai dalam media untuk memuaskan egonya dengan menambah peranan yang memuaskan konsep dirinya.

  d.

  Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.

  3. Hubungan personal (personal relationship) yaitu manfaat sosial informasi dalam percakapan, pengganti media untuk kepentingan perkawanan, meliputi : a.

  Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain dan meningkatkan empati sosial.

  b.

  Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki.

  c.

  Menemukan bahan pembicaraan dan interaksi sosial.

  d.

  Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak keluarga, teman dan masyarakat.

  4. Pengalihan (diversion) yaitu pelarian dari rutinitas dan masalah, pelepasan emosi meliputi: a.

  Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan yang secara psikologi individu membutuhkan penyelesaian.

  b.

  Bersantai.

  c.

  Mengisi waktu luang.

  d.

  Penyaluran emosi.

  34 Selanjutnya, motif-motif ini akan mengarahkan perilaku individu dalam mengkonsumsi media dan akan mempengaruhi terpaan selektif individu terhadap jenis isi media. Antara individu yang satu dengan yang lain akan mengkonsumsi media dengan cara yang berbeda dengan tujuan yang berbeda-beda pula.

2.1.5 New Media (Media Baru)

  New media atau media baru merupakan istilah yang digunakan untuk

  semua media komunikasi yang berlatar belakang teknologi komunikasi dan informasi. Istilah media baru telah digunakan sejak tahun 1960-an dan telah mencangkup seperangkat teknologi komunikasi terpaan yang semakin berkembang dan beragam (McQuail, 2011). Media baru dapat berarti “sebuah rangkaian perubahan yang luas pada produksi media, distribusi media, dan penggunaan media” (Lister, 2003: 9).

  Pengelompokan media baru terbagi menjadi empat kategori. Pertama, media komunikasi interpersonal yang terdiri dari telepon, handphone, e-mail.

  

Kedua , media bermain interaktif seperti komputer, videogame, permainan dalam

internet. Ketiga, media pencarian informasi yang berupa portal/ search engine. Keempat , media partisipasi kolektif seperti penggunaan internet untuk berbagi dan

  pertukaran informasi, pendapat, pengalaman dan menjalin melalui komputer dimana penggunanya tidak semata-mata untuk alat namun juga dapat menimbulkan afeksi dan emosional (McQuail, 2011: 127).

  Dalam media baru dapat memudahkan kita untuk mengetahui segala informasi yang jauh, sehingga kita dapat bertemu secara tatap muka dalam sebuah teknologi. Melalui media baru juga kita mendapatkan berbagai informasi dari seluruh dunia. Beberapa karateristik menurut Martin Lister, Jon Dovey, Seth Giddings, Iain Grant, dan Kieran Kelly (2003) meliputi : digitalisasi, interaktif, hyperteks, dispersal (pemecahan), virtuality (nyata), networked dan cyberspace.

  Apa yang ditawarkan oleh media baru dibandingkan dengan media lama adalah kapasitas untuk memperluas volume informasi yang memungkinkan individu melalui kontrol yang lebih besar dan suatu kapasitas untuk menyeleksi informasi tertentu yang mereka harapkan dapat diterima. Tidak heran jika Ward (1995: 279) mengatakan bahwa media baru terkesan tanpa mediasi karena bisa digunakan secara langsung tanpa melalui organisasi media yang rumit seperti

Dokumen yang terkait

Instagram dan Pemenuhan Kebutuhan Pengguna Instagram di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU (Studi Korelasional antara Motif Penggunaan Instagram dan Pemenuhan Kebutuhan Pengguna Instagram di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2011

12 104 186

Instagram Dan Presentasi Diri Mahasiswa (Studi Korelasional Penggunaan Instagram Terhadap Presentasi Diri Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara)

12 111 94

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi - Program Informasi Televisi dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Masyarakat (Studi Korelasional Mengenai Program “Metro Kini” di Metro TV dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Masyarakat Keluraha

0 0 22

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori - Situs Waspada.co.id Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi (Studi Korelasional Penggunaan Situs Portal Berita Online Waspada.co.id terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi dikalangan Mahasiswa Ikatan Pemuda Tanah Renco

0 0 32

BAB II URAIAN TORITIS 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Komunikasi - Employee Relations dan Kepuasan Kerja

0 0 23

Situs Berita Online dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi(Studi Korelasional Situs Berita Online detikcom Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 1 10

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teoritis - Situs Berita Online dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi(Studi Korelasional Situs Berita Online detikcom Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 0 28

Situs Berita Online dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi(Studi Korelasional Situs Berita Online detikcom Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 0 11

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Kerangka Teori - Strategi Komunikasi Pelayanan dan Kepuasan (Studi korelasional Strategi Komunikasi Pelayanan Pegawai Perpustakaan USU terhadap Kepuasan Mahasiswa USU)

0 0 20

Instagram dan Pemenuhan Kebutuhan Pengguna Instagram di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU (Studi Korelasional antara Motif Penggunaan Instagram dan Pemenuhan Kebutuhan Pengguna Instagram di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2011 dan 2

0 0 36