Imperialisme Inggris di Asia Selatan Ana

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelemahan dan kemunduran dunia Islam dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa
Barat untuk bangkit dan bergerak menuju ke arah negara-negara Islam serta
menguasai dan menjajahna. Motivasi mereka datang ke negara-negara Islam adalah
motivasi ekonomi, politik dan agama. Hal tersebut dapat terlihat dari cara-cara
mereka datang untuk pertama kali ke negara-negara Islam. Mereka datang dengan
dalih untuk berdagang atau mencari rempah-rempah di Timur. Akhirnya mereka
terangsang oleh keuntungan besar dan ambisi yang kuat, sehingga muncullah
keinginan untuk menguasai semua sistem ekonomi dan politik negara-negara Islam
yang dikuasainya.1 Semua hal itu, didorong dengan sedang bangkit dan majunya
peradaban bangsa Barat. Contohnya ketika Eropa menemukan benua Amerika dan
jalan ke Timur melalui Cape Town. Dua penemuan ini, sungguh tak terkirakan
nilainya, Eropa menjadi maju dalam dunia perdagangan karena tidak lagi tergantung
kepada jalur lama yang dikuasai umat Islam.2
Pada saat yang sama, dunia Islam sedang terus dilanda kemunduran dan
kelemahan dalam berbagai bidang, sehingga negara-negara Islam tidak mampu
bersaing dengan bangsa Barat yang didukung oleh kekuatan politik militer yang
tangguh. Saat itulah dunia Islam berada dalam kekuasaan kaum imperialism Barat.3
Pada awal abad ke-19 tepatnya tahun 1803 M, Delhi, ibu kota Kerajaan Mughal

juga berada di bawah bayang-bayang kekuasaan Inggris. Maka sejak itulah Inggris
dengan leluasa mengembangkan kekuasaannya di anak benua India dan sekitarnya.
Pada tahun 1842 M, Keamiran Muslim Sind di India dikuasainya. Tahun 1857 M,
kerajaan Mughal bahkan dikuasai penuh dan setahun kemudian rajanya yang terakhir
dipaksa meninggalkan istana.4
Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang “Imperialisme Inggris di
Kawasan Asia Selatan (Anak Benua India)”. Adapun materi-materi yang dibahasa
berkaitan dengan tema tersebut adalah awal mula kedatangan Inggris ke Asia
Selatan, Imperialisme Inggris kepada Asia Selatan (Anak Benua India) dan Dampak
Imperialisme Inggris terhadap Asia Selatan (Anak Benua India).
1
2
3
4

Samsul Munir Amin, Sejarah Pradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2013), hlm. 349.
Samsul Munir Amin, Sejarah Islam, hlm. 347-348.
Samsul Munir Amin, Sejarah Islam, hlm. 349.
Samsul Munir Amin, Sejarah Islam, hlm. 353.


[1]

B. Rumusan Masalah
Adapun pembahasan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses awal mulanya kedatangan Inggris ke Kawasan Asia
Selatan (Anak Benua India)?
2. Bagaimana proses Imperialisme Inggris terhadap Asia Selatan (Anak Benua
India)?
3. Apa saja Dampak dari Imperialisme Inggris terhadap Kawasan Asia Selatan
(Anak Benua India)?
C. Pembahasan Masalah
1. Untuk mengetahui proses awal mulanya kedatangan Inggris ke Kawasan
Asia Selatan (Anak Benua India)?
2. Untuk mengetahui proses Imperialisme Inggris terhadap Asia Selatan (Anak
Benua India)?
3. Untuk mengetahui Dampak dari Imperialisme Inggris terhadap Kawasan
Asia Selatan (Anak Benua India)?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Awal Mula Kedatangan Inggris ke Asia Selatan (Anak Benua India)
Anak Benua India, pada abad sembilan belas hingga pertengahan abad dua
puluh, secara politis, sedang berada dalam penguasaan Inggris. Walaupun pada abad
[2]

delapan belas hingga periode selanjutnya, Dinasti Mughal masih tetap berkuasa,
pemegang kekuatan politik dan ekonomi yang sebenarnya setelah itu adalah orangorang Inggris. Karena itu, saat itu, bisa dikatakan sebagai periode kolonialisasi
Inggris atas India yang selanjutnya ditandai oleh mundurnya penguasa-penguasa
Mughal dan naiknya kekuasaan Inggris di India. Proses ini mencapai puncaknya
pada 1857 ketika terjadi pemberontakan Mutini atau Sepoy atas kolonialis Inggris.
Saat itu, Dinasti Mughal yang menjadi simbol kekuasaan Islam di India mulai
berakhir, dan secara resmi, Inggris mulai berkuasa.5
Pada awalnya, tepatnya pada 1608 M, orang-orang Inggris mulai berdatangan ke
India dan mengajukan permohonan untuk bisa tinggal di India kepada para penguasa
Dinasti Mughal. Tetapi, kehadiran mereka ditolak mentah-mentah. Orang-orang
Inggris baru bisa diterima masuk ke India pada 1610 M. Sejak saat itu, Inggris mulai
mendirikan pabrik, loji dan membentuk tentara dalam jumlah kecil sebagai penjaga
loji. Kemudian, pantai Timur India dikuasai dan dipertahankan oleh Inggris. 6 Lalu,
diikuti oleh orang-orang Eropa lainnya seperti Portugis, Perancis, dan Belanda.
Dengan demikian, sejak saai itu, banyak perusahaan perdagangan Eropa yang mulai

membangun pemukiman untuk masyarakatnya.7
Datangnya Inggris ke India dikarenakan juga oleh faktor kekosongan kas
negara-negara di Eropa akibat kekalahan pasca perang salib. Karena perdagangan
dari timur jauh melalui timur tengah ditutup akibat jatuhnya Konstantinopel ke
tangan Turki Usmani, maka untuk mencari keuntungan yang besar, mereka mencari
jalan untuk merebut daerah penghasil rempah-rempah yang bisa dijual di Eropa.
Daerah penghasil rempah-rempah, yaitu nusantara telah dikuasai Pemerintahan
Hindia Belanda, maka Inggris menguasai daerah India yaitu daerah transit komoditas
perdagangan sebelum dikirim di Eropa. Faktor lainnya adalah kemudahan pelayaran
yang terjadi setelah dibukanya Terusan Suez di Mesir oleh Ferdinand de Lessep,
membuat singkat rute pelayaran. Untuk dapat ke wilayah timur jauh tidak perlu lagi
mengelilingi benua Afrika. Sebab lebih lanjut terjadi setelah terjadinya revolusi di

5 John L. Esposito, Pakistan: Pencarian Identitas Islam dalam John L. Esposito (Ed.), Islam dan
Perubahan Sosial-Politik di negara sedang Berkembang, alih bahasa Wardah Hafidz, (Yogyakarta:
Pusat Latihan, Penelitian dan Pengembangan Masyarakat, 1985), hlm. 276; yang dikutip oleh Ajid
Thohir dan Ading Kusdiana, Islam Di Asia Selatan: Melacak Perkembangan Sosial, Politik Umat
Islam di India, Pakistan dan Bangladesh, (Bandung: HUMANIORA, 2006), hlm. 157.
6 Ading Kusdiana, Sejarah & Kebudayaan Islam Periode Pertengahan, (Bandung: Pustaka Setia,
2013), hlm. 261.

7 Ajid Thohir dan Ading Kusdiana, Islam Asia Selatan, hlm. 157-158.

[3]

Inggris, India dijadikan daerah sumber bahan baku dan juga daerah pemasaran hasil
industri.8
B. Imperialisme Inggris terhadap Asia Selatan (Anak Benua India)
Imperialisme terbagi dua, yaitu Imperialisme Kuno (Ancient Imperialism)
dengan semboyan gold, gospel and glory (kekayaan, penyebaran agama dan
kejayaan), dipelopori oleh Spanyol dan Portugal. Imperialisme Modern (Modern
Imperialism) yaitu dengan ciri khasnya industri besar-besaran (akibat revolusi
industri) membutuhkan bahan mentah yang banyak dan pasar yang luas. Mereka
mencari jajahan untuk dijadikan sumber bahan mentah dan pasar bagi hasil-hasil
industri, dan juga sebagai tempat penanaman modal.9 Di India ini termasuk kepada
Imperialisme Modern.
Sebenarnya, proses penguasaan Inggris itu sendiri di Anak Benua India berawal
dari pencaplokan Bengal pada 1757, yakni ketika kekuatan Siraj al-Daula dengan
mudah bisa dikalahkan dalam peperangan Plassey. Meskipun mendapat perlawanan
dari penguasa setempat, perlawanan tersebut dapat segera diselesaikan dengan
kemenangan di pihak Inggris. Kemenangan ini sangat penting artinya bagi

pertumbuhan kekuatan Inggris di India karena dengan kemenangan itulah Inggris
mengukuhkan diri sebagai penguasa de facto yang tidak terkalahkan di Bengal.10
Rupanya Robert Clip memang seorang ahli dalam bidang strategi militer. Sesudah
Benggala diduduki, daerah-daerah pantai Timur India sepenuhnya berada di tangan
Inggris.11
Selanjutnya, menurut strategi militer orang-orang Inggris, kekuatan di India
yang patut diperhitungkan tinggallah Kerajaan Islam Mughal yang wilayahnya hanya
sekitar Delhi dan kekuatan tentaranya sudah dapat diketahui. Untuk itu, strategi yang
perlu dilakukan adalah sebagai berikut. Pertama, membiarkan kerajaan ini terlebih
dahulu, sambil melihat keadaan di kanan dan kiri. Kedua, menurut strategi militer
keberadaan kaum Maratha yang tujuannya tidak lepas dari harta dan sudah diketahui
pula posisi-posisi kuncinya oleh Inggris. Oleh karena itu, Inggris mengadakan
pertemuan dengan pimpinan kelompok Maratha di Najpurdan di Gujarat pada tahun
8 Renny Faqih, Penjajahan India dalam https://www.academia.edu/4120187/Penjajahan_India,
diakses pada tanggal 17 Oktober 2015, pukul 06.26 WIB.
9 Tanta, Kolonislisme di India dalam https://ntanta.wordpress.com/2009/11/29/kolonialisme-diindia-sampai-abad-xix-british-raj-kemaharajaan-britania-di-india/, diakses pada tanggal 18 Oktober
2015 pukul 09.37 WIB.
10 Ajid Thohir dan Ading Kusdiana, Islam Asia Selatan, hlm. 158.
11 Ading Kusdiana, Sejarah Islam, hlm. 261.


[4]

1780 M. Pada saat itulah, Inggris memberikan taktik suap dengan harapan kekuatan
Maratha melemah. Dengan cara-cara inilah, kekuatan Maratha menjadi bertambah
kendur, bahkan akan berpindah tempat, jika Inggris memang memerlukan. Ketiga,
dalam menghadapi kaum Sikh, Inggris bersikap lunak, bahkan setengah membiarkan,
sebab Sikh pada saat itu sudah bergabung dengan Gurkha, penduduk asli Nepal dan
Inggris pun membiarkan mereka mengambil lokasi daerah Punjab. Akan tetapi, pada
tahun 1849 Inggris terpaksa menyerang orang-orang Sikh yang berada di Kashmir,
menggempur dan mengalahkan mereka, tetapi tidak menghabisi riwayatnya. Sejak
itulah Kashmir dikuasai Inggris sehingga hanya satu yang belum dikuasai, yaitu
Delhi.12
Pada 1772, Waren Hasting menjadi gubernur di Bengal. Di antara keberhasilan
Hasting

selama

menjabat

sebagai


gubernur

adalah

kepiawaiannya

dalam

mempertahankan keutuhan kepemilikan Inggris di Anak Benua India. Proses
penguasaan Inggris di Bengal terus berlanjut hingga masa Cornwallis, Shore,
Walesley, Minto, dan Marques Hasting. Melalui gubernur jenderal ini, kekuasaan
Inggris di Bengal secara perlahan-lahan tetapi pasti mulai meluas dengan
keberhasilan Inggris merebut daerah Mysore, Tanjore, Surat, Carnatic, Rohilkand,
Farrukhabad, Mainfuri, Garwal, Kumaon, dan Assam. Bahkan, kekuatannya mulai
mengancam kekuasaan Dinasti Muhgal.13
Ketika kekuasaan Inggris mulai mengancam daerah-daerah yang ada di Anak
Benua India, kekuasan Dinasti Mughal sebagai satu-satunya simbol kekuasaan
politik Islam di India justru sedang berada dalam kondisi mundur. Setelah satu
setengah abad Dinasti Mughal berada di puncak kejayaannya, para sultan setelah

Sultan Aurangzeb tidak bisa lagi mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh
sultan-sultan sebelumnya. Ini tampak jelas ketika abad delapan belas kemerosotan
dinasti ini ditandai oleh, pertama, kekuasaan politiknya mulai merosot dan setiap
kemunculan suksesi kepemimpinan di tingkat pusat acapkali menjadi ajang
perebutan. Kedua, gerakan separatis Hindu di India Tengah, Sikh di Belahan Utara,
dan Islam di Bagian Timur banyak merongrong dinasti ini. Ketiga, orang-orang
12 Ading Kusdiana, Sejarah Islam, hlm. 262.
13 William Benton, Encyclopedia Britanica, (Chicago-London-Toronto-Genewa-Sydney-Tokyo:
Encyclopedia Britanica Inc, 1970), Vol. 12 & 17, hlm. 55-67; yang dikutip oleh Ajid Thohir dan
Ading Kusdiana, Islam Asia Selatan, hlm. 158.

[5]

Inggris yang didukung penuh oleh kekuatan persenjataannya semakin kuat dan
banyak menguasai wilayah pantai.14
Sepeninggal Sultan Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan dipegang oleh
Muazzam yang bergelar Bahadur Syah, putra tertua dari Sultan Aurangzeb yang
sebelumnya menjadi penguasa di Kabul. Pada masa pemerintahannya yang berjalan
selama lima tahun itu, ia dihadapkan pada perlawanan kaum Sikh dan penduduk
Lahore. Setelah Bahadur Syah meninggal, dalam waktu yang lama, di kalangan

istana terjadi perebutan kekuasaan. Seperti diketahui bahwa Bahadur Syah
digantikan oleh anaknya, Azimus Syah. Tetapi, pemerintahannya ditentang oleh
Zulfikhar Khan, putra Azad Khan, wazir dari Sultan Aurangzeb. Azimus Syah wafat
pada 1712 M, dan kemudian digantikan oleh putranya, Jihandar Syah, yang
mendapat tantangan dari Faruk Siyar, adiknya sendiri. Jihandar Syah dapat
disingkirkan oleh Faruk Siyar pada 1713. Lalu, Faruk Siyar berkuasan hingga 1719
dengan dukungan kelompok sayyid. Tetapi, ia tewas di tangan para pendukungnya
sendiri. Pada 1719, ia digantikan Muhammad Syah. Namun, ia pun terusir oleh suku
Asyfar pimpinan Nadhir Syah.15
Setelah Muhammad Syah meninggal, tahta kerajaan dipegang oleh Ahmad
Syah (1748-1754), Alamghir II (1754-1759), dan Syah Alam (1716-1807). Pada
1716, Kesultanan Mughal diserang oleh Ahmad Durani dari Afgan. Akhirnya,
Kesultanan Mughal pun tidak dapat bertahan. Sejak itu, Mughal di bawah kekuasaan
orang-orang Afgan, kendatipun Shah Alam tetap diizinkan untuk memakai gelar.16
Begitulah konflik berkepanjangan yang menimpa Dinasti Mughal di India.
Keadaan ini memunculkan implikasi terhadap lemahnya pengawasan pemerintah
pusat terhadap pemerintah daerah. Pemerintah daerah pun satu persatu melepaskan
loyalitasnya dari pemerintah pusat. Bahkan, mereka cenderung memperkuat posisi
pemerintahannya sendiri. Di sisi lain, Nizamul Muluk membentuk pemerintahan di
Hiderabad, Shivati memerintah Marathas, Rajput menyelenggarakan pemerintahan

sendiri di bawah kendali pimpinan Jai Sing, Punjab dikuasai oleh sekelompok Sikh,
Sadath Khan membentuk pemerintahan di Oud, Bengal dikuasai oleh Syuja al-Din,
menantu Mursyid Qulli, penguasa Bengal yang diangkat Aurangzeb. Wilayah14 Badri Yatim, Sejarah dan Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 159.
15 Badri Yatim, Sejarah Islam, hlm. 159-160.
16 Badri Yatim, Sejarah Islam, hlm. 160.

[6]

wilayah pantai banyak dikuasai oleh pedagang-pedagang asing, terutama pedagangpedagang Ingggris yang tergabung dalam East Indian Company (EIC).17
Sikap Inggris dalam menghadapi Kerajaan Mughal selalu bersifat waspada dan
sabar menunggu.18 Ketika Kerajaan Mughal memasuki keadaan yang semakin lemah
seperti ini, pada tahun itu juga, EIC yang semakin kuat pun mengangkat senjata
untuk melawan pemerintah Kerajaan Mughal. Perang pun berlangsung berlarut-larut
yang berakhir setelah perjanjian antara Syah Alam dan orang-orang Inggris ditandatangani. Dalam hal ini, Syah Alam menyerahkan wilayah Udh, Bengal, dan Orisadi
kepada Inggris. Sementara itu, Najib al-Daula, wazur Kerajaan Mughal dikalahkan
oleh aliansi Sikh-Hindu sehingga Delhi dikuasai Sindhia dari Marathas. Tetapi,
Shindia dapat dikalahkan kembali oleh Syah Alam dengan bantuan Inggris pada 1803
M.19
Syah Alam meninggal pada 1806 M, dan tahta kerajaan selanjutnya dipegang
oleh Akbar II (1806-1837 M). Pada masa pemerintahannya, Akbar berusaha memberi
konsesi kepada EIC untuk mengembangkan usahanya di Anak Benua India. Tetapi,
perusahaan harus menjamin kehidupan raja dan istana. Tetapi, perusahaan harus
menjamin kehidupan raja dan istana. Dengan demikian, kekuasaan sudah berada di
tangan Inggris, sekalipun kedudukan dan gelar sultan masih dipertahankan. Tentu
saja, hal ini tidak disenangi oleh penerus Akbar II, yakni Bahadur Syah.20
Pada saat yang sama, pihak EIC mengalami kerugian karena penyelenggaraan
dan tata-kelola administrasi perusahaan yang kurang efisien, padahal mereka harus
tetap memberi jaminan kehidupan istana. Untuk menutupi kerugian, sekaligus
memenuhi kebutuhan istana ini, EIC memungut pajak yang tinggi, ketat, dan
cenderung kasar terhadap rakyat. Tindakan ini menimbulkan rasa tertekan dalam diri
rakyat India, baik yang beragama Hindu maupun Islam sehingga mereka berusaha
bangkit untuk melawan dan melakukan pemberontakan. Mereka meminta kepada
Bahadur Syah untuk memimpin perlawanan, sekaligus menjadi simbol perjuangan
dalam rangka mengembalikan kekuasaan Dinasti Mughal di India. Jadi, terjadilah
perlawanan rakyat India terhadap kekuasaan Inggris pada Mei 1857 M. Namun,
17 Badri Yatim, Sejarah Islam, hlm. 160.
18 Ading Kusdiana, Sejarah Islam, hlm. 262.
19 Ajid Thohir dan Ading Kusdiana, Islam Asia Selatan, hlm. 160-161.
20 Ajid Thohir dan Ading Kusdiana, Islam Asia Selatan, hlm. 161.

[7]

perlawanan rakyat India dapat dipatahkan dengan mudah karena Inggris mendapat
bantuan dukungan dari beberapa penguasa lokal Hindu dan muslim. Karena itu,
berakhirlah sejarah kekuasaan Dinasti Mughal di India.21
Setelah Dinasti Mughal jatuh, tahun 1857 M India berada di bawah kekuasaan
Inggris yang menegakkan pemerintahannya di sana. Lord Canning menjadi raja
muda dan gubernur jenderal pertama. Salah satu hal terpenting yang dilakukan
orang-orang Inggris setelah berhasil menumpas pemberontakan tersebut adalah
melaksanakan reorganisasi kekuatan militer di India. Langkah ini dilakukan untuk
menyatukan kekuatan Inggris ke dalam angkatan bersenjata Inggris saat di bawah
kekuasaan nominal mahkota. Kondisi demikian akan menjadi jaminan bahwa
angkatan bersenjata India akan menjadi angkatan imperial.22
Mereka pun secara resmi mulai menghapuskan imperium Dinasti Mughal dan
EIC, serta mengonsolidasikan rezim di India. Inggris mulai menyempurnakan
pemberlakuan beberapa kitab hukum seperti kitab hukum pidana tahun 1860,
Undang-undang pidana dan prosedur Sipil tahun 1861, dan mereorganisir system
administrasi peradilan. Rentang waktu 1871-1882, mereka menciptakan sistem
financial modern, membentuk beberapa provinsi yang mempertanggungjawabkan
pendapatan dan pembelanjaan mereka. Pasukan militer diorganisasikan kembali
dengan proporsi antara bangsa Inggris dan tentara yang semula satu berbanding lima
menjadi satu berbanding dua. Langkah ambisius yang dilakukan oleh kolonialis
Inggris dari aspek social-budaya adalah bahwa Inggris mulai memperkenalkan
bahasa Inggris dan system pendidikan Barat. Inggris juga mulai melakukan
intervensi terhadap persoalan poligami, perbudakan, kebebasan wanita, sistem kasta,
dan beberapa praktek keagamaan masyarakat muslim dan Hindu. Tegasnya,
pemerintahan imperial Inggris telah banyak melakukan campur tangan (intervensi)
terhadap pelaksanaan hukum muslim dan melakukan praktek Kristenisasi.23
Jadi, tepatlah jika dikatakan bahwa sejak paruh kedua abad sembilan belas,
pemerintah imperial Inggris telah melakukan konsolidasi dan rekonsiliasi
berhubungan erat dengan kegiatan kolonialisasinya di India. Mereka juga
megeluarkan kebijakan-kebijakannya, terutama sekali yang terkait dengan tata aturan
21 Hamka, Sejarah Umat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), Jilid III, hlm. 164.
22 Ajid Thohir dan Ading Kusdiana, Islam Asia Selatan, hlm. 162.
23 Ajid Thohir dan Ading Kusdiana, Islam Asia Selatan, hlm. 162.

[8]

hukum, seperti tata hukum di India yang untuk pertama kali dibagankan pada 1834
oleh Macaulay, pada 1860, ditetapkan sebagai hukum yang pasti. Prosedur hukum
bagi penjahat dan sipil digulirkan pada 1861. Pada tahun yang sama, penyatuan
system peradilan yang menggabungkan antara pengadilan tertinggi dan adalats
(pengadilan) di negara tersebut juga mulai diberlakukan. Pada 1861, peraturan dalam
pencalonan para anggota tidak resmi dewan legislative gubernur jenderal mulai
dilaksanakan.24
Pada 1864, Jaames Wilson dan Samuel Laing berhasil membangun
perekonomian yang besar di bidang militer dan anggaran belanja sipil seiring dengan
diperkenalkannya pajak penghasilan dan jenis pajak lainnya. Pada 1871,
desentralisasi financial yang menjadikan pemerintah provinsi otonom lebih
bertanggung jawab atas finansialnya mulai diberlakukan di seluruh wilayah. Cara ini,
secara gradual, diperluas sampai 1882 sehingga pemerintah provinsi-provinsi
mendapatkan bagian dalam pajak dari pemberian yang ditentukan oleh bendahara
pusat. Karena itu, pada masa wakil pemerintahan Lord Lytton (1876-1880), Sir John
Sthrachy, Menteri Keuangan pemerintah imperial Inggris di India mampu
mengontrol sumber-sumber pasokan dan menghapus anakronisme keuangan. Lalu,
pada masa Lord Ripon (1880-1884), tepatnya pada 1882, melalui Undang-Undang
Ilbert yang dikeluarkan hakim-hakim senior India untuk menguji-coba kasus-kasus
criminal yang terjadi yang di dalamnya orang Inggris terlibat, baik langsung maupun
tidak langsung. Inilah keadaan politik di Anak Benua India hingga akhir abad
Sembilan belas. Jelasnya, dalam rentang waktu setengah abad, berdasarkan
kebijakan-kebijakan yan dikeluarkannya, secara politis, orang-orang Inggris telah
berhasil membentuk system birokrasi imperial terbesar dalam sejarah bangsa India.25
C. Dampak Imperialisme Inggris terhadap Asia Selatan (Anak Benua India)
Ketika bangsa Inggris melakukan kolonisme dan imperialisme di India. Wilayah
itu mengalami perubahan besar baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya.
Dalam bidang politik terjadi perubahan pada sistem pemerintahan model kolonial.
Sedangkan dalam bidang pendidikan, banyak sekali orang-orang India yang
disekolahkan di Eropa. Setelah lulus, mereka dikembalikan lagi ke negara asalnya.

24 Ajid Thohir dan Ading Kusdiana, Islam Asia Selatan, hlm. 163.
25 Ajid Thohir dan Ading Kusdiana, Islam Asia Selatan, hlm. 163-164.

[9]

Dengan harapan mereka akan mempunyai pola pemikiran model Eropa dan akan
berpengaruh kepada lingkungan masyarakatnya.26
Dalam bidang ekonomi jelas bahwa dimana India mempunyai sumber daya alam
dan sumber daya manusia yang sangat besar. Sehingga menguntungkan bagi bangsa
Inggris. Banyak sekali prabrik-pabrik industri milik Inggris mengolah bahan-bahan
mentah yang berasal dari wilayah jajahan (India) untuk dibuat sebuah produk. Dari
hasil produk tersebut dijual lagi kepada daerah jajahan/koloni. India dijadikan
sebagai tempat produksi dan sekaligus tempat pemasaran hasil-hasil produksi.
Keuntungan dari industri tersebut pastinya sangat besar. Tetapi anehnya penduduk
pribumi hanya memperoleh sedikit dari keuntungan tersebut. Karena Inggris tidak
melibatkan orang-orang pribumi dalam industrinya. Di satu sisi Inggris juga
membangun sebuah jaringan jalan kereta api, yang menghubungkan wilayah satu
dengan yang lainnya. Tetapi jalan tersebut ditujukan untuk kepentingan transportasi
barang-barang produksi Inggris saja. Bukan untuk kepentingan kedua belah pihak.27
Dalam bidang sosial budaya terjadi perubahan pandangan hidup atau pola pikir
masyarakat India dalam menghadapi sesuatu. Misalnya ketika seorang sedang
terkena penyakit, mereka selalu berobat kepada dukun, paranormal, dan lain
sebagainya. Pastinya mereka mempunyai cara pengobatan secara irasional. Tetapi
setelah adanya teknologi dari asing mereka mulai beralih berobat kepada para dokter.
Jadi disini mulai terlihat perubahan dalam menghadapi suatu hal yang terjadi pada
individu maupun suatu komunitas masyarakat dalam hal mengatasi suatu penyakit.
perubahan yang lain terjadi pada strata sosial, dimana pada masa sebelumnya
struktur sosial yang paling tinggi adalah kaum brahmana, ketika adanya kolonisasi
Inggris. Strata tersebut berubah. Strata yang paling tinggi adalah orang-orang Eropa,
baru brahmana.28
Akibat dari semua itu pada 1857, terjadi pemberontakan Sepoy. Inilah
permulaan bangsa India melawan pemerintahan asing. Pemberontakan ini dilakukan
oleh tentara India yang tergabung dalam kemiliteran Inggris. Akibat dari itu mulai
muncul kebencian pribumi terhadap Inggris atas kontrol dan perlakuan mereka
terhadap kaum pribumi. Pemberontakan itu banyak merenggut korban jiwa, baik dari
bangsa pribumi maupun bangsa Inggris. Dalam peristiwa itu, terdapat tentara yang
26
Zaldi
Zakaria,
Kolonialisme
Inggris
di
India
dalam
http://zaldizakaria.blogspot.co.id/2014/09/kolonialisme-inggris-di-india.html, diakses pada tanggal
18 Oktober 2015 pukul 09.05 WIB.
27 Zaldi Zakaria, Kolonialisme Inggris di India.
28 Zaldi Zakaria, Kolonialisme Inggris di India.

[10]

menolak menggunakan peluru berpelumas tersebut karena beberapa alasan atau
adanya Rumor yang berkembang bahwa peluru yang digunakan Inggris dilumasi
dengan lemak sapi dan babi. Sehingga orang-orang Hindu terlukai perasaannya
karena sapi disucikan dalam keyakinan mereka. Adapun Muslim India ternodai
karena babi dalam Islam adalah binatang haram. Sehingga mereka yang tetap
menolak dipenjarakan. Sehari setelah insiden penahanan, pemberontakanpun pecah.
Pertikaian berlangsung selama hampir setahun. Namun, akhirnya EIC mendapatkan
kembali kendali kekuasaannya. Dan setelah itu, pemerintahan Inggris lebih
mengintensifkan lagi kekuasaannya di India. Dampak pemberontakan itu adalah
terjadi jurang pemisah yang makin melebar antara orang-orang Inggris dengan
pribumi. Sikap rasis Inggris terhadap pribumi mendominasi kehidupan sosial India.29

BAB III
SIMPULAN
Pada awalnya, tepatnya pada 1608 M, orang-orang Inggris mulai berdatangan ke
India dan mengajukan permohonan untuk bisa tinggal di India kepada para penguasa
Dinasti Mughal. Tetapi, kehadiran mereka ditolak mentah-mentah. Orang-orang
Inggris baru bisa diterima masuk ke India pada 1610 M. Sejak saat itu, Inggris mulai
mendirikan pabrik, loji dan membentuk tentara dalam jumlah kecil sebagai penjaga
loji. Kemudian, pantai Timur India dikuasai dan dipertahankan oleh Inggris.
Sebenarnya, proses penguasaan Inggris itu sendiri di Anak Benua India berawal
dari pencaplokan Bengal pada 1757, yakni ketika kekuatan Siraj al-Daula dengan
mudah bisa dikalahkan dalam peperangan Plassey. Kemenangan ini sangat penting
29 Zaldi Zakaria, Kolonialisme Inggris di India.

[11]

artinya bagi pertumbuhan kekuatan Inggris di India karena dengan kemenangan
itulah Inggris mengukuhkan diri sebagai penguasa de facto yang tidak terkalahkan di
Bengal. Setelah Dinasti Mughal jatuh, tahun 1857 M India berada di bawah
kekuasaan Inggris yang menegakkan pemerintahannya di sana. Lord Canning
menjadi raja muda dan gubernur jenderal pertama. Salah satu hal terpenting yang
dilakukan orang-orang Inggris setelah berhasil menumpas pemberontakan tersebut
adalah melaksanakan reorganisasi kekuatan militer di India.
Ketika bangsa Inggris melakukan kolonisme dan imperialisme di India. Wilayah
itu mengalami perubahan besar baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya.
Dalam bidang politik terjadi perubahan pada sistem pemerintahan model kolonial.
Sedangkan dalam bidang pendidikan, banyak sekali orang-orang India yang
disekolahkan di Eropa. Setelah lulus, mereka dikembalikan lagi ke negara asalnya.
Dengan harapan mereka akan mempunyai pola pemikiran model Eropa dan akan
berpengaruh kepada lingkungan masyarakatnya.

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. (2013). Sejarah Pradaban Islam. Jakarta: AMZAH.
Benton, William. (1970). Encyclopedia Britanica Vol. 12. Chicago-London-TorontoGenewa-Sydney-Tokyo: Encyclopedia Britanica Inc.
Esposito, John L. (1985). Pakistan: Pencarian Identitas Islam dalam John L.
Esposito (Ed.), Islam dan Perubahan Sosial-Politik di negara sedang
Berkembang, alih bahasa Wardah Hafidz. Yogyakarta: Pusat Latihan, Penelitian
dan Pengembangan Masyarakat.
Faqih,
Renny.
Penjajahan
India
dalam
https://www.academia.edu/4120187/Penjajahan_India. Diakses pada tanggal 17
Oktober 2015, pukul 06.26 WIB.
Hamka. (1975). Sejarah Umat Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

[12]

Kusdiana, Ading. (2013). Sejarah & Kebudayaan Islam Periode Pertengahan.
Bandung: Pustaka Setia.
Tanta.
Kolonislisme
di
India
dalam
https://ntanta.wordpress.com/2009/11/29/kolonialisme-di-india-sampai-abadxix-british-raj-kemaharajaan-britania-di-india/. Diakses pada tanggal 18
Oktober 2015 pukul 09.37 WIB.
Thohir, Ajid dan Kusdiana, Ading. (2006). Islam Di Asia Selatan: Melacak
Perkembangan Sosial, Politik Umat Islam di India, Pakistan dan Bangladesh.
Bandung: HUMANIORA.
Yatim, Badri. (2008). Sejarah dan Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Zakaria,
Zaldi.
Kolonialisme
Inggris
di
India
dalam
http://zaldizakaria.blogspot.co.id/2014/09/kolonialisme-inggris-di-india.html.
Diakses pada tanggal 18 Oktober 2015, pukul 09.05 WIB.

[13]