T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kelas Berbasis Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran Tematik Di SD Negeri Kebongung 3 Demak T2 BAB II
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Manajemen Kelas Berbasis Tema
2.1.1 Pengertian manajemen kelas
Menurut
Arikunto
(2004)
“manajemen
kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh
penanggung
dengan
jawab
maksud
kegiatan
agar
belajar
dapat
mengajar
tercapai
kondisi
optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar
seperti yang diharapkan”. Selain itu Arikunto
(2004) „berpendapat bahwa tujuan manajemen
kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat
bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai
tujuan pengajaran secara efektif dan efisien”.
Sedangkan menurut Mulyasa (2007:91)
“pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru
dalam
menciptakan
iklim
pembelajaran
yang
kondusif dan dapat mengendalikannya jika terjadi
gangguan
dalam
pembelajaran”.
Pendapat
ini
sejalan dengan pendapat Arikunto yang juga
mengemukakan pengertian kelas dari segi anak
didik.
Dia
menegaskan
bahwa
kelas
yang
dimaksud di sini adalah kelas dengan sistem
11
pengajaran
klasikal
dalam
pengajaran
secara
tradisional.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa
pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang
sengaja
dilakukan
untuk
mencapai
tujuan
pengajaran. Pengelolaan adalah penyelenggaraan
atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat
berjalan
dengan
Kesimpulannya
merupakan
lancar,
efektif
dan
efisien.
yaitu,
Pengelolaan
kelas
usaha
yang
dilakukan
oleh
penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau
proses seleksi bagaimana menggunakan alat yang
tepat terhadap problem dan situasi agar
membantu
siswa
dan
dapat
dicapai
dapat
kondisi
optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar
yang seperti diharapkan. Usaha yang diarahkan
untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang
efektif,
menyenangkan
tentunya
guru
harus
inovatif dan kreatif dalam memotivasi siswa untuk
belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan.
Dalam mengatur kegiatan proses belajar mengajar
secara sistematis, yang mengarah pada penyiapan
media belajar, penyiapan administrasi, pengaturan
ruang belajar termasuk pengaturan tempat duduk,
12
dan pengaturan waktu agar pembelajaran berjalan
dengan baik. Guru harus trampil, memahami, dan
memiliki
kemampuan
dalam
menggunakan
berbagai strategi pada manajemen kelas, meskipun
tidak semua cara yang dipahami dan dimilikinya
dipergunakan bersamaan atau sekaligus. Tetapi
guru dituntut untuk
cerdas dalam memadukan
strtegi yang dianggapnya yakin dapat menangani
kasus dalam memanajemen kelas yang tepat
dengan masalah yang dihadapinya. Kemungkinan
dari hasil diagnosis memutuskan menggunakan
strtegi A, tetapi setelah diterapkan ternyata gagal.
Dari situasi tersebut dianalisis kembali, akhirnya
sampai
pada
kesimpulan
harus
menerapkan
alternatif kedua, ketiga, atau kombinasi.
Berikut
berbasis
ini
tema
cara
yang
memanajemen
penerapannya
kelas
dalam
pembelajaran tematik di Sekolah Dasar Negeri
Kebonagung
3
Demak
dengan
perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi yang sesuai dengan
kondisi lingkungan siswa di SD Negeri kebonagung
3 Demak.
13
2.1.2 Perencanaan Dalam Manajemen Kelas
Dalam
manajemen
merupakan
seleksiatau
penentuan
tujuan
kelas
perencanaan
pemilihan
dalam
pembelajaran,
untuk
penyusunan strategi, kebijaksanaan, dan program
kegiatan yang akan dilakukan pada masa yang
akan datang secara terpadu dan sistematis terkait
penggunaan sumber-sumber daya lainnya (misal
sarana dan prasarana, prosedur, metode dan
teknik) sesuai kondisi peserta didik dalam rangka
mencapai
tujuan
yang
telah
ditetapkan
sebelumnya. Terry (1993:17) menyatakan bahwa
”perencanaan adalah
menetapakan pekerjaan
yang harus di laksanakan oleh kelompok untuk
mencapai tujuan yang digariskan. Perencanaan
termasuk kegiatan pengambilan keputusan untuk
itu
diperlukan
visualisasi
dan
kemampuan
melihat
ke
mengadakan
depan
guna
merumuskan suatu tindakan untuk masa dating”.
Menurut Arikunto (2004 : 16) “perencanaan
dalam manajemen kelas seyogianya disusun secara
lebih spesifik dan operasional”.
14
Menurut Farida Jaya (2009 : 7) “Perencanaan
pembelajaran
merupakan
proses
menspesifikasi
kondisi-kondisi dalam belajar agar tercipta strategi
untuk produk pembelajaran baik pada level mikro
maupun makro”.
Dari pendapat diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa Perencanaan adalah menetapkan pekerjaan
yang harus di laksanakan oleh kelompok untuk
mencapai tujuan yang digariskan disusun secara lebih
spesifik dan operasional dalam proses menspesifikasi
kondisi-kondisi
untuk
belajar
sehingga
tercipta
strategi untuk produk pembelajaran baik pada level
mikro maupun makro.
Perencanaan
pembelajaran
adalah
proses
menspesifikasi kondisi-kondisi untuk belajar sehingga
tercipta strategi untuk produk pembelajaran yang
baik.
Jadi perencanaan pembelajaran adalah suatu
pemikiran
atau
persiapan
untuk
melaksanakan
aktivitas pembelajaran dengan menerapkan prinsipprinsip pembelajaran melalui langkah pembelajaran,
perencanaan itu sendiri, pelaksanaan dan penilaian,
dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran yang
telah ditentukan.
15
2.1.3 Pelaksanaan
Menurut
Abdul
Majid
(2014:129)
Dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik ada tiga langkah
yang ditempuh yaitu: 1. Kegiatan Awal, 2. Kegiatan
Inti, 3. Kegiatan Akhir.
Dari pendapat itu sudah sesuai dengan pelaksanaan
pembelajaran
di Sekolah
Dasar pada
umumnya.
Bahwa dalam kegiatan awal untuk menarik perhatian
dan meyakinkan siswa tentang materi selain itu untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa , yang dapat
dilakukan dengan cara membangun suasana akrab
agar siswa merasa dekat dan dapat memberikan
acuan
atau
rambu-rambu
tentang
tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
Dalam kegiatan Inti merupakan kegiatan pokok dalam
pembelajaran yang dilakukan untuk membahas tema
dan sub tema dengan perancangan dan strategi
pembelajaran sehingga siswa mendapat pengalaman
yang berharga.
Dalam kegiatan akhir (Penutup), yaitu kegiatan untuk
mengakhiri
pelajaran
yang
dapat
memberikan
gambaran menyeluruh dari apa yang telah dipelajari
yang berkaitan dengan pengalaman sebelumnya ,
16
untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru dan
siswa selama pelaksanaan pembelajaran.
2.1.4 Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Penilaian pembelajaran dilakukan selama proses
pembelajaran dan pada akhir pembelajaran.Menurut
Ahmad Rohani (2010:208) “Jenis penilaian di sekolah
yang dipandang paling penting yaitu penilaian formatif
dan penilaian sumatif”. Ahmad rohani (2010:193)
“Evaluasi
atau penilaian dalam pengajaran tidak
semata-mata dilakukan terhadap hasil belajar tapi
juga harus dilakukan terhadap proses pengajaran itu
sendiri”. Dengan penilaian dapat dapat dilakukan
revisi desain pengajaran dan strategi pelaksanaan
pengajaran. Sehingga dapat berfungsi sebagai umpan
balik dalam remedial pengajaran agar guru dapat
merubah strategi pengajaran dari waktu ke waktu
sesuai kondisi.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa,
evaluasi merupakan kegiatan yang mengandung unsur
untuk menentukan hasil dari suatu kegiatan melalui
kriteria
tertentu,
untuk
mendukung
tercapainya
tujuan, serta sebagai informasi yang akan digunakan
17
acuan
dalam
keputusan.
penyusunan
Evaluasi
nilai
merupakan
serta
membuat
kegiatan
yang
membandingkan antara hasil implementasi dengan
kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilannya dan merupakan salah satu
rangkaian yang harus dilaksanakan dalam suatu
kegiatan, untuk mengetahui sejauh mana rencana
suatu kegiatan telah tercapai, sehingga bisa menjadi
dasar untuk menentukan langkah selanjutnya.
Begitu
juga
dalam
proses
pembelajaran,
Pengembangan evaluasi pembelajaran merupakan hal
yang sangat penting untuk dilakukan, karena dengan
perkembangan
ilmu
pendidikan
yang
telah
mensyaratkan tercakupnya tiga ranah dalam proses
pembelajaran, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Tiga ranah ini, tidak semuanya bisa diukur dengan
satu teknik penilaian saja, tetapi harus melibatkan
berbagai teknik penilaian yang berbeda-beda. Guru
dituntut untuk memahami prosedur evaluasi dalam
proses pembelajaran, sehingga kegiatan evaluasi dapat
dilakukan secara sistematis serta benar-benar dapat
mengukur kompetensi peserta didik. Pelaksanaan
evaluasi di SD Negeri kebonagung 3 terlaksana
18
berdasar
dari
ulangan
harian,
ulangan
tengah
semester, dan ulangan semester.
Hal
ini
ditunjukkan
dengan
evaluasi
dilaksanakan secara sistematis, terencana, kontinu,
sesuai dengan tujuan, dan menyeluruh. Walaupun
ada beberapa hal yang masih perlu untuk diperbaiki,
seperti aspek evaluasi tidak hanya meliputi ranah
kognitif saja, tetapi juga afektif dan psikomotor. Begitu
juga dalam teknik penilaian, lebih mengembangkan
teknik penilaian non tes, sehingga lebih memberikan
ruang pada keunikan peserta didik, serta mewujudkan
penilaian
yang
tidak
berorientasi
kepada
hasil
akhirnya saja, tetapi juga dengan menghargai usaha
dan proses yang dilakukan oleh siswa, sebagai bagian
dari proses pembelajaran. Ada
kekurangan dalam
teknik yang digunakan lebih dominan bentuk tes
daripada non tes, serta pengembangan instrumen
pada RPP, baru digambarkan secara garis besar, tidak
dideskripsikan secara mendetail dan spesifik. Secara
umum pelaksanaan evaluasi pembelajaran di SD
Negeri Kebonagung 3 telah baik, walaupun masih ada
beberapa hal yang perlu untuk diperbaiki di masa
yang akan datang, untuk pelaksanaan evaluasi yang
lebih baik.
19
2.2
Pembelajaran Tematik
2.2.1 Definisi Pembelajaran Tematik
Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya
adalah
model
pembelajaran
terpadu
yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata
pelajaran
agar
dapat
bermakna
kepada
memberikan
siswa
pengalaman
(Depdiknas, 2006:
5).
Landasan pengembangan pembelajaran tematik secara
psikologis adalah merunut pada teori belajar gestalt.
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti
’whole configuration‟ atau bentuk yang utuh, pola,
kesatuan dan keseluruhan. Teori ini memandang
kejiwaan manusia terikat pada pengamatan yang
berwujud pada bentuk keseluruhan. Menurut teori
belajar ini seorang belajar bila mendapat ”insight”.
Insight itu diperoleh jika ia melihat hubungan tertentu
antara berbagai unsur dalam situasi itu, sehingga
hubungan
itu
menjadi
jelas
baginya
dalam
memecahkan masalah itu (Nasution, 2004; Slameto,
2003 dalam Hesty; 2008).
Pembelajaran
tematik
merupakan
model
pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan
tematik dengan melibatkan beberapa mata pelajaran
untuk memberikan pengalaman bermakna kepada
20
siswa.
Dikatakan
bermakna
karena
dalam
pembelajaran tematik, siswa akan dapat memahami
konsep-konsep
pengalaman
yang
mereka
langsung
dan
pelajari
melalui
menghubungkannya
dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus
perhatian dalam pembelajaran tematik terletak pada
proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami
isi
pembelajaran
sejalan
dengan
bentuk-bentuk
keterampilan yang harus dikembangkannya.
Pembelajaran Tematik merupakan implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun
2006 tentang Standar Isi yang disebutkan pada bagian
struktur kurikulum SD/MI bahwa pembelajaran di
kelas
I
sampai
kelas
III
dilaksanakan
dengan
pendekatan tematik, sedangkan pada kelas IV sampai
kelas
VI
dilaksanakan
melalui
pendekatan
mata
pelajaran.
Ditinjau
dari
pengertiannya,
pembelajaran
adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan,
atau
sikap
berinteraksi
baru
pada
dengan
saat
informasi
seseorang
dan
individu
lingkungan.
Pembelajaran terpadu/tematik menawarkan model-
21
model
pembelajaran
yang
menjadikan
aktivitas
pembelajaran itu penuh makna dan sesuai bagi siswa,
baik
aktivitas
formal
maupun
informal,
meliputi
pembelajaran inquiri secara aktif dapat penyerapan
pengetahuan
dan
fakta,
pengetahuan
dan
membantunya
mengerti
dengan
pengalaman
dan
memberdayakan
siswa
untuk
memahami
dunia
kehidupannya. Cara pengemasan pengalaman belajar
yang
dirancang
terhadap
guru
akan
kebermaknaan
sangat
berpengaruh
pengalaman
siswa
dan
menjadikan proses pembelajaran lebih efektif dan
menarik. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan isi
bidang studi lain yang sesuai akan membentuk skema,
sehingga akan diperoleh keutuhan dan kebulatan
pengetahuan.
pengetahuan
Perolehan
dan
kebulatan
keutuhan
pandangan
belajar,
tentang
kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan
melalui pembelajaran terpadu (William dalam Udin
2006: 5).
Menurut
Kunandar
(2007:311),
“Tema
merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan
berbagai konsep kepada anak didik secara utuh.”
Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud
menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang
22
utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa peserta
didik dan membuat pemmbelajaran yang melibatkan
beberapa
mata
pengalaman
pelajaran
yang
untuk
bermakna
memberikan
kepada
siswa.
Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari
aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek
belajar mengajar. Jadi, pembelajaran tematik adalah
pembelajatan
terpadu
yang
menggunakan
tema
sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam
beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu
kali tatap muka.
2.2.2 Kelebihan Model Pembelajaran Tematik
Menurut
Kunandar
(2007:315),
Pembelajaran tematik mempunyai kelebihan yakni:
1. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan
kebutuhan peserta didik.
2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar
mengajar relevan dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan siswa.
3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih
berkesan dan bermakna.
4. Mengembangkan keterampilan berpikir siswa
sesuai persoalan yang dihadapi.
5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja
kelompok.
6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan
tanggap terhadap ide/gagasan orang lain.
7. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai
persoalan yang dihadapi pada lingkungan
peserta didik.
23
Pembelajaran tematik sebagai bagian dari
pembelajaran
terpadu
memiliki
banyak
keuntungan yang dapat dicapai yakni :
Saat pembelajaran perhatian siswa terpusat pada
satu hal tertentu saja, dengan berbagai kompetensi
dasar dapat dipelajari siswa dalam tema yang
sama
dan
sesuai
pengalaman
pribadi
siswa,
sehingga dalam memehahami materi pelajaran
lebih
berkesan dan mendalam,
selain itu dapat
menumbuhkan kegairahan dalam belajar karena
siswa
dapat
berkomunikasi
dalam
situasi
langsung.
Penelitian Yang Relevan
Seda
Yasar
(2008)
mengungkapkan
bahwa
dalam manajemen pembelajaran dikelas I. W. Jiwa, N.
Dantes,
A.A.I.N.
Marhaeni.
2013
Pengaruh
Implementasi Pembelajaran Tematik Di Tinjau Dari
Motivasi
Belajar
Pada
Siswa.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa Pertama, banyak guru SD tidak
memiliki latar belakang pendidikan keguruan, apalagi
yang secara khusus lulusan Pendidikan Guru SD
setaraf
sarjana.
pembakuan
24
yang
Kedua,
dilakukan
penyeragaman
pihak
dan
pemerintah
seringkali
berdampak
kreativitas.
Aktivitas
pada
guru
matinya
inovasi
terjebak
pada
dan
urusan
administrasi yang bersifat rutin, akibatnya guru tak
memiliki waktu untuk melakukan pembaharuan atau
inovasi
secara
melanggar
kreatif.
aturan
jika
Guru
takut
melakukan
salah
atau
sesuatu
yang
berbeda sehingga berakibat pada perencanaan yang
minimalis sekedar memenuhi tuntutan kurikulum
resmi. Ketiga, tampak langsung kurangnya inovasi
kreatif dari guru adalah suasana belajar yang monoton
dan membosankan.
Netty Zulfithratani, Marzuki, Mastar Asran. 2013
Peningkatan Aktivitas Belajar Melalui Pembelajaran
Tematik
.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
kenyataannya yang terjadi di dalam kelas sangat
berlawanan karena pembelajaran mengutamakan hasil
dibandingkan aktivitas belajar peserta didik.
Pudjiastuti, Ari. 2011. Permasalahan Penerapan
Pembelajaran Tematik di Kelas Awal Sekolah Dasar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan
persiapan pembelajaran tematik menemui banyak
kesulitan terutama dalam cara menilai pembelajaran
tematik, karena rapor siswa menggunakan mata
pelajaran.
25
Sukandar. 2009. Implementasi pembelajaran
tematik
dalam
meningkatkan
kualitas
dan
hasil
pembelajaran kelas 1 Sekolah Dasar Negeri Banjarsari
2
Kecamatan
menyatukan
Gajah
persepsi
Kabupaten
guru
Demak.
tentang
Dengan
pembelajaran
tematik, dan menyatukan tema topik pembelajaran,
dan mencari strategi yang benar untuk menerapkan
Pengajaran Tematik.
Meta
Ayu.
2011.
Analisis
Hambatan
Pelaksanaan Model Pembelajaran Tematik Oleh Guru
Kelas Rendah Di SD N Bringin 01, 02 dan 03
Kecamatan Bringin dengan saling kerjasama dalam
membuat perencanaan dengan mencari materi yang
lebih sesuai dengan tema. Dari pendapat diatas dapat
difahami bahwa
dalam pembelajaran tematik yang
hanya mengutamakan hasil tanpa memperhatikan
aktivitas belajar akan sia-sia. Jadi dalam pembelajran
tematik harus dipersiapkan dengan perencanaan yang
lengkap. Selain itu harus memilih strategi yang benar
juga harus sering berdiskusi dan bekerja sama dengan
teman sejawat.
26
2.4 Kerangka Berfikir
Penyusunan kerangka berpikir pada Manajemen
kelas Berbasis tema dalam Pembelajaran Tematik di
SD Negeri Kebonagung 3 Demak terkait dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang matang,
akan membuat peningkatan kualitas pembelajaran
tematik. Harapan masa datang dengan manajemen
kelas yang baik akan menghasilkan output yang
berpotensi, berdaya saing tinggi, animo masyarakat
juga tinggi, sehingga menunjang pencapaian tujuan
pendidikan sekolah dan peningkatan mutu pendidikan
nasional. Adapun kerangka pikir Manajemen Kelas
Berbasis Tema Dalam Pembelajaran Tematik Di SD
Negeri Kebonagung 3 Demak adalah sebagai berikut :
Pembelajran Tematik
Manajemen Kelas Berbasis tema
Perencanaan
Pelaksanaan
Peningkatan
Pembelajaran
Evaluasi
27
KAJIAN TEORI
2.1 Manajemen Kelas Berbasis Tema
2.1.1 Pengertian manajemen kelas
Menurut
Arikunto
(2004)
“manajemen
kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh
penanggung
dengan
jawab
maksud
kegiatan
agar
belajar
dapat
mengajar
tercapai
kondisi
optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar
seperti yang diharapkan”. Selain itu Arikunto
(2004) „berpendapat bahwa tujuan manajemen
kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat
bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai
tujuan pengajaran secara efektif dan efisien”.
Sedangkan menurut Mulyasa (2007:91)
“pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru
dalam
menciptakan
iklim
pembelajaran
yang
kondusif dan dapat mengendalikannya jika terjadi
gangguan
dalam
pembelajaran”.
Pendapat
ini
sejalan dengan pendapat Arikunto yang juga
mengemukakan pengertian kelas dari segi anak
didik.
Dia
menegaskan
bahwa
kelas
yang
dimaksud di sini adalah kelas dengan sistem
11
pengajaran
klasikal
dalam
pengajaran
secara
tradisional.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa
pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang
sengaja
dilakukan
untuk
mencapai
tujuan
pengajaran. Pengelolaan adalah penyelenggaraan
atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat
berjalan
dengan
Kesimpulannya
merupakan
lancar,
efektif
dan
efisien.
yaitu,
Pengelolaan
kelas
usaha
yang
dilakukan
oleh
penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau
proses seleksi bagaimana menggunakan alat yang
tepat terhadap problem dan situasi agar
membantu
siswa
dan
dapat
dicapai
dapat
kondisi
optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar
yang seperti diharapkan. Usaha yang diarahkan
untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang
efektif,
menyenangkan
tentunya
guru
harus
inovatif dan kreatif dalam memotivasi siswa untuk
belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan.
Dalam mengatur kegiatan proses belajar mengajar
secara sistematis, yang mengarah pada penyiapan
media belajar, penyiapan administrasi, pengaturan
ruang belajar termasuk pengaturan tempat duduk,
12
dan pengaturan waktu agar pembelajaran berjalan
dengan baik. Guru harus trampil, memahami, dan
memiliki
kemampuan
dalam
menggunakan
berbagai strategi pada manajemen kelas, meskipun
tidak semua cara yang dipahami dan dimilikinya
dipergunakan bersamaan atau sekaligus. Tetapi
guru dituntut untuk
cerdas dalam memadukan
strtegi yang dianggapnya yakin dapat menangani
kasus dalam memanajemen kelas yang tepat
dengan masalah yang dihadapinya. Kemungkinan
dari hasil diagnosis memutuskan menggunakan
strtegi A, tetapi setelah diterapkan ternyata gagal.
Dari situasi tersebut dianalisis kembali, akhirnya
sampai
pada
kesimpulan
harus
menerapkan
alternatif kedua, ketiga, atau kombinasi.
Berikut
berbasis
ini
tema
cara
yang
memanajemen
penerapannya
kelas
dalam
pembelajaran tematik di Sekolah Dasar Negeri
Kebonagung
3
Demak
dengan
perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi yang sesuai dengan
kondisi lingkungan siswa di SD Negeri kebonagung
3 Demak.
13
2.1.2 Perencanaan Dalam Manajemen Kelas
Dalam
manajemen
merupakan
seleksiatau
penentuan
tujuan
kelas
perencanaan
pemilihan
dalam
pembelajaran,
untuk
penyusunan strategi, kebijaksanaan, dan program
kegiatan yang akan dilakukan pada masa yang
akan datang secara terpadu dan sistematis terkait
penggunaan sumber-sumber daya lainnya (misal
sarana dan prasarana, prosedur, metode dan
teknik) sesuai kondisi peserta didik dalam rangka
mencapai
tujuan
yang
telah
ditetapkan
sebelumnya. Terry (1993:17) menyatakan bahwa
”perencanaan adalah
menetapakan pekerjaan
yang harus di laksanakan oleh kelompok untuk
mencapai tujuan yang digariskan. Perencanaan
termasuk kegiatan pengambilan keputusan untuk
itu
diperlukan
visualisasi
dan
kemampuan
melihat
ke
mengadakan
depan
guna
merumuskan suatu tindakan untuk masa dating”.
Menurut Arikunto (2004 : 16) “perencanaan
dalam manajemen kelas seyogianya disusun secara
lebih spesifik dan operasional”.
14
Menurut Farida Jaya (2009 : 7) “Perencanaan
pembelajaran
merupakan
proses
menspesifikasi
kondisi-kondisi dalam belajar agar tercipta strategi
untuk produk pembelajaran baik pada level mikro
maupun makro”.
Dari pendapat diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa Perencanaan adalah menetapkan pekerjaan
yang harus di laksanakan oleh kelompok untuk
mencapai tujuan yang digariskan disusun secara lebih
spesifik dan operasional dalam proses menspesifikasi
kondisi-kondisi
untuk
belajar
sehingga
tercipta
strategi untuk produk pembelajaran baik pada level
mikro maupun makro.
Perencanaan
pembelajaran
adalah
proses
menspesifikasi kondisi-kondisi untuk belajar sehingga
tercipta strategi untuk produk pembelajaran yang
baik.
Jadi perencanaan pembelajaran adalah suatu
pemikiran
atau
persiapan
untuk
melaksanakan
aktivitas pembelajaran dengan menerapkan prinsipprinsip pembelajaran melalui langkah pembelajaran,
perencanaan itu sendiri, pelaksanaan dan penilaian,
dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran yang
telah ditentukan.
15
2.1.3 Pelaksanaan
Menurut
Abdul
Majid
(2014:129)
Dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik ada tiga langkah
yang ditempuh yaitu: 1. Kegiatan Awal, 2. Kegiatan
Inti, 3. Kegiatan Akhir.
Dari pendapat itu sudah sesuai dengan pelaksanaan
pembelajaran
di Sekolah
Dasar pada
umumnya.
Bahwa dalam kegiatan awal untuk menarik perhatian
dan meyakinkan siswa tentang materi selain itu untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa , yang dapat
dilakukan dengan cara membangun suasana akrab
agar siswa merasa dekat dan dapat memberikan
acuan
atau
rambu-rambu
tentang
tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
Dalam kegiatan Inti merupakan kegiatan pokok dalam
pembelajaran yang dilakukan untuk membahas tema
dan sub tema dengan perancangan dan strategi
pembelajaran sehingga siswa mendapat pengalaman
yang berharga.
Dalam kegiatan akhir (Penutup), yaitu kegiatan untuk
mengakhiri
pelajaran
yang
dapat
memberikan
gambaran menyeluruh dari apa yang telah dipelajari
yang berkaitan dengan pengalaman sebelumnya ,
16
untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru dan
siswa selama pelaksanaan pembelajaran.
2.1.4 Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Penilaian pembelajaran dilakukan selama proses
pembelajaran dan pada akhir pembelajaran.Menurut
Ahmad Rohani (2010:208) “Jenis penilaian di sekolah
yang dipandang paling penting yaitu penilaian formatif
dan penilaian sumatif”. Ahmad rohani (2010:193)
“Evaluasi
atau penilaian dalam pengajaran tidak
semata-mata dilakukan terhadap hasil belajar tapi
juga harus dilakukan terhadap proses pengajaran itu
sendiri”. Dengan penilaian dapat dapat dilakukan
revisi desain pengajaran dan strategi pelaksanaan
pengajaran. Sehingga dapat berfungsi sebagai umpan
balik dalam remedial pengajaran agar guru dapat
merubah strategi pengajaran dari waktu ke waktu
sesuai kondisi.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa,
evaluasi merupakan kegiatan yang mengandung unsur
untuk menentukan hasil dari suatu kegiatan melalui
kriteria
tertentu,
untuk
mendukung
tercapainya
tujuan, serta sebagai informasi yang akan digunakan
17
acuan
dalam
keputusan.
penyusunan
Evaluasi
nilai
merupakan
serta
membuat
kegiatan
yang
membandingkan antara hasil implementasi dengan
kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilannya dan merupakan salah satu
rangkaian yang harus dilaksanakan dalam suatu
kegiatan, untuk mengetahui sejauh mana rencana
suatu kegiatan telah tercapai, sehingga bisa menjadi
dasar untuk menentukan langkah selanjutnya.
Begitu
juga
dalam
proses
pembelajaran,
Pengembangan evaluasi pembelajaran merupakan hal
yang sangat penting untuk dilakukan, karena dengan
perkembangan
ilmu
pendidikan
yang
telah
mensyaratkan tercakupnya tiga ranah dalam proses
pembelajaran, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Tiga ranah ini, tidak semuanya bisa diukur dengan
satu teknik penilaian saja, tetapi harus melibatkan
berbagai teknik penilaian yang berbeda-beda. Guru
dituntut untuk memahami prosedur evaluasi dalam
proses pembelajaran, sehingga kegiatan evaluasi dapat
dilakukan secara sistematis serta benar-benar dapat
mengukur kompetensi peserta didik. Pelaksanaan
evaluasi di SD Negeri kebonagung 3 terlaksana
18
berdasar
dari
ulangan
harian,
ulangan
tengah
semester, dan ulangan semester.
Hal
ini
ditunjukkan
dengan
evaluasi
dilaksanakan secara sistematis, terencana, kontinu,
sesuai dengan tujuan, dan menyeluruh. Walaupun
ada beberapa hal yang masih perlu untuk diperbaiki,
seperti aspek evaluasi tidak hanya meliputi ranah
kognitif saja, tetapi juga afektif dan psikomotor. Begitu
juga dalam teknik penilaian, lebih mengembangkan
teknik penilaian non tes, sehingga lebih memberikan
ruang pada keunikan peserta didik, serta mewujudkan
penilaian
yang
tidak
berorientasi
kepada
hasil
akhirnya saja, tetapi juga dengan menghargai usaha
dan proses yang dilakukan oleh siswa, sebagai bagian
dari proses pembelajaran. Ada
kekurangan dalam
teknik yang digunakan lebih dominan bentuk tes
daripada non tes, serta pengembangan instrumen
pada RPP, baru digambarkan secara garis besar, tidak
dideskripsikan secara mendetail dan spesifik. Secara
umum pelaksanaan evaluasi pembelajaran di SD
Negeri Kebonagung 3 telah baik, walaupun masih ada
beberapa hal yang perlu untuk diperbaiki di masa
yang akan datang, untuk pelaksanaan evaluasi yang
lebih baik.
19
2.2
Pembelajaran Tematik
2.2.1 Definisi Pembelajaran Tematik
Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya
adalah
model
pembelajaran
terpadu
yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata
pelajaran
agar
dapat
bermakna
kepada
memberikan
siswa
pengalaman
(Depdiknas, 2006:
5).
Landasan pengembangan pembelajaran tematik secara
psikologis adalah merunut pada teori belajar gestalt.
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti
’whole configuration‟ atau bentuk yang utuh, pola,
kesatuan dan keseluruhan. Teori ini memandang
kejiwaan manusia terikat pada pengamatan yang
berwujud pada bentuk keseluruhan. Menurut teori
belajar ini seorang belajar bila mendapat ”insight”.
Insight itu diperoleh jika ia melihat hubungan tertentu
antara berbagai unsur dalam situasi itu, sehingga
hubungan
itu
menjadi
jelas
baginya
dalam
memecahkan masalah itu (Nasution, 2004; Slameto,
2003 dalam Hesty; 2008).
Pembelajaran
tematik
merupakan
model
pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan
tematik dengan melibatkan beberapa mata pelajaran
untuk memberikan pengalaman bermakna kepada
20
siswa.
Dikatakan
bermakna
karena
dalam
pembelajaran tematik, siswa akan dapat memahami
konsep-konsep
pengalaman
yang
mereka
langsung
dan
pelajari
melalui
menghubungkannya
dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus
perhatian dalam pembelajaran tematik terletak pada
proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami
isi
pembelajaran
sejalan
dengan
bentuk-bentuk
keterampilan yang harus dikembangkannya.
Pembelajaran Tematik merupakan implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun
2006 tentang Standar Isi yang disebutkan pada bagian
struktur kurikulum SD/MI bahwa pembelajaran di
kelas
I
sampai
kelas
III
dilaksanakan
dengan
pendekatan tematik, sedangkan pada kelas IV sampai
kelas
VI
dilaksanakan
melalui
pendekatan
mata
pelajaran.
Ditinjau
dari
pengertiannya,
pembelajaran
adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan,
atau
sikap
berinteraksi
baru
pada
dengan
saat
informasi
seseorang
dan
individu
lingkungan.
Pembelajaran terpadu/tematik menawarkan model-
21
model
pembelajaran
yang
menjadikan
aktivitas
pembelajaran itu penuh makna dan sesuai bagi siswa,
baik
aktivitas
formal
maupun
informal,
meliputi
pembelajaran inquiri secara aktif dapat penyerapan
pengetahuan
dan
fakta,
pengetahuan
dan
membantunya
mengerti
dengan
pengalaman
dan
memberdayakan
siswa
untuk
memahami
dunia
kehidupannya. Cara pengemasan pengalaman belajar
yang
dirancang
terhadap
guru
akan
kebermaknaan
sangat
berpengaruh
pengalaman
siswa
dan
menjadikan proses pembelajaran lebih efektif dan
menarik. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan isi
bidang studi lain yang sesuai akan membentuk skema,
sehingga akan diperoleh keutuhan dan kebulatan
pengetahuan.
pengetahuan
Perolehan
dan
kebulatan
keutuhan
pandangan
belajar,
tentang
kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan
melalui pembelajaran terpadu (William dalam Udin
2006: 5).
Menurut
Kunandar
(2007:311),
“Tema
merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan
berbagai konsep kepada anak didik secara utuh.”
Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud
menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang
22
utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa peserta
didik dan membuat pemmbelajaran yang melibatkan
beberapa
mata
pengalaman
pelajaran
yang
untuk
bermakna
memberikan
kepada
siswa.
Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari
aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek
belajar mengajar. Jadi, pembelajaran tematik adalah
pembelajatan
terpadu
yang
menggunakan
tema
sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam
beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu
kali tatap muka.
2.2.2 Kelebihan Model Pembelajaran Tematik
Menurut
Kunandar
(2007:315),
Pembelajaran tematik mempunyai kelebihan yakni:
1. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan
kebutuhan peserta didik.
2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar
mengajar relevan dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan siswa.
3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih
berkesan dan bermakna.
4. Mengembangkan keterampilan berpikir siswa
sesuai persoalan yang dihadapi.
5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja
kelompok.
6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan
tanggap terhadap ide/gagasan orang lain.
7. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai
persoalan yang dihadapi pada lingkungan
peserta didik.
23
Pembelajaran tematik sebagai bagian dari
pembelajaran
terpadu
memiliki
banyak
keuntungan yang dapat dicapai yakni :
Saat pembelajaran perhatian siswa terpusat pada
satu hal tertentu saja, dengan berbagai kompetensi
dasar dapat dipelajari siswa dalam tema yang
sama
dan
sesuai
pengalaman
pribadi
siswa,
sehingga dalam memehahami materi pelajaran
lebih
berkesan dan mendalam,
selain itu dapat
menumbuhkan kegairahan dalam belajar karena
siswa
dapat
berkomunikasi
dalam
situasi
langsung.
Penelitian Yang Relevan
Seda
Yasar
(2008)
mengungkapkan
bahwa
dalam manajemen pembelajaran dikelas I. W. Jiwa, N.
Dantes,
A.A.I.N.
Marhaeni.
2013
Pengaruh
Implementasi Pembelajaran Tematik Di Tinjau Dari
Motivasi
Belajar
Pada
Siswa.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa Pertama, banyak guru SD tidak
memiliki latar belakang pendidikan keguruan, apalagi
yang secara khusus lulusan Pendidikan Guru SD
setaraf
sarjana.
pembakuan
24
yang
Kedua,
dilakukan
penyeragaman
pihak
dan
pemerintah
seringkali
berdampak
kreativitas.
Aktivitas
pada
guru
matinya
inovasi
terjebak
pada
dan
urusan
administrasi yang bersifat rutin, akibatnya guru tak
memiliki waktu untuk melakukan pembaharuan atau
inovasi
secara
melanggar
kreatif.
aturan
jika
Guru
takut
melakukan
salah
atau
sesuatu
yang
berbeda sehingga berakibat pada perencanaan yang
minimalis sekedar memenuhi tuntutan kurikulum
resmi. Ketiga, tampak langsung kurangnya inovasi
kreatif dari guru adalah suasana belajar yang monoton
dan membosankan.
Netty Zulfithratani, Marzuki, Mastar Asran. 2013
Peningkatan Aktivitas Belajar Melalui Pembelajaran
Tematik
.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
kenyataannya yang terjadi di dalam kelas sangat
berlawanan karena pembelajaran mengutamakan hasil
dibandingkan aktivitas belajar peserta didik.
Pudjiastuti, Ari. 2011. Permasalahan Penerapan
Pembelajaran Tematik di Kelas Awal Sekolah Dasar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan
persiapan pembelajaran tematik menemui banyak
kesulitan terutama dalam cara menilai pembelajaran
tematik, karena rapor siswa menggunakan mata
pelajaran.
25
Sukandar. 2009. Implementasi pembelajaran
tematik
dalam
meningkatkan
kualitas
dan
hasil
pembelajaran kelas 1 Sekolah Dasar Negeri Banjarsari
2
Kecamatan
menyatukan
Gajah
persepsi
Kabupaten
guru
Demak.
tentang
Dengan
pembelajaran
tematik, dan menyatukan tema topik pembelajaran,
dan mencari strategi yang benar untuk menerapkan
Pengajaran Tematik.
Meta
Ayu.
2011.
Analisis
Hambatan
Pelaksanaan Model Pembelajaran Tematik Oleh Guru
Kelas Rendah Di SD N Bringin 01, 02 dan 03
Kecamatan Bringin dengan saling kerjasama dalam
membuat perencanaan dengan mencari materi yang
lebih sesuai dengan tema. Dari pendapat diatas dapat
difahami bahwa
dalam pembelajaran tematik yang
hanya mengutamakan hasil tanpa memperhatikan
aktivitas belajar akan sia-sia. Jadi dalam pembelajran
tematik harus dipersiapkan dengan perencanaan yang
lengkap. Selain itu harus memilih strategi yang benar
juga harus sering berdiskusi dan bekerja sama dengan
teman sejawat.
26
2.4 Kerangka Berfikir
Penyusunan kerangka berpikir pada Manajemen
kelas Berbasis tema dalam Pembelajaran Tematik di
SD Negeri Kebonagung 3 Demak terkait dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang matang,
akan membuat peningkatan kualitas pembelajaran
tematik. Harapan masa datang dengan manajemen
kelas yang baik akan menghasilkan output yang
berpotensi, berdaya saing tinggi, animo masyarakat
juga tinggi, sehingga menunjang pencapaian tujuan
pendidikan sekolah dan peningkatan mutu pendidikan
nasional. Adapun kerangka pikir Manajemen Kelas
Berbasis Tema Dalam Pembelajaran Tematik Di SD
Negeri Kebonagung 3 Demak adalah sebagai berikut :
Pembelajran Tematik
Manajemen Kelas Berbasis tema
Perencanaan
Pelaksanaan
Peningkatan
Pembelajaran
Evaluasi
27