SKKNI STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL
SKKNI STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA
MANAJER LOGISTIK PROYEK
(PROJECT LOGISTICS MANAGER)
BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
KATA PENGANTAR
Dalam rangka penyiapan tenaga profesional di bidang jasa konstruksi pada suatu Jabatan Kerja tertentu, baik untuk pemenuhan kebutuhan nasional di dalam negeri maupun untuk kepentingan penempatan ke luar negeri, diperlukan adanya perangkat standar yang dapat mengukur dan menyaring tenaga kerja yang memenuhi persyaratan sesuai dengan kompetensinya.
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) merupakan suatu hal yang sangat penting dan dibutuhkan sebagai tolok ukur untuk menentukan kompetensi tenaga kerja sesuai dengan jabatan kerja yang dimilikinya.
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk tenaga kerja jasa konstruksi disusun berdasarkan analisis kompetensi setiap jabatan kerja yang melibatkan para pelaku pelaksana langsung dilapangan dan para ahli dari jabatan kerja yang bersangkutan. Kegiatan Review SKKNI ini diawali dengan desk study, survei, wawancara dan workshop. Dari hasil tersebut, yang masih dalam format DACUM, yang kemudian ditransformasi ke dalam format RMCS, yang selanjutnya dibahas dalam pra konvensi yang melibatkan Tim Komite RSKKNI, Tim Teknis, BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi), LPJK (Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi), unsur Perguruan Tinggi, para Pakar dan Nara Sumber yang berkaitan dengan Jabatan Kerja tersebut.
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk jabatan kerja Manajer Logistik Proyekinimerupakan review dari jabatan kerja yang sama, dan disusun berdasarkan format Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : PER.21/MEN/X/2007 Tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 14/PRT/M/2009 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Bakuan Kompetensi Sektor Jasa Konstruksi, yang selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan dalam peningkatan dan pengukuran tingkat kompetensi pada jabatan kerja Manajer
Logistik Proyek.
Diharapkan adanya Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) tersebut dapat meningkatkan mutu tenaga kerja Indonesia dan mutu hasil pekerjaan di lapangan. Di sisi lain standar kompetensi kerja ini tetap masih memerlukan penyempurnaan sejalan dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan industri Jasa Konstruksi, sehingga setiap masukan untuk penyempurnaan sangat diperlukan.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) ini, kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, ……………………….. 2011
Kementerian Pekerjaan Umum Kepala Badan Pembinaan Konstruksi
(………...........................................) NIP …………………………
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. /MEN/ /2011 TENTANG
PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR KONSTRUKSI – BIDANG PEKERJAAN UMUM JABATAN KERJA MANAJER LOGISTIK PROYEK MENJADI STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Undang-Undang No. 18 Tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi beserta peraturan
pelaksanaannya menyatakan bahwa tenaga kerja yang melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan konstruksi harus memiliki sertifikat keahlian dan atau ketrampilan.
Keharusan me miliki “SERTIFIKAT KEAHLIAN DAN/ATAU KETERAMPILAN”: mencerminkan adanya tuntutan kualitas tenaga kerja yang kompeten. Kondisi tersebut memerlukan langkah nyata dalam mempersiapkan perangkat (standar baku) yang dibutuhkan untuk mengukur kualitas kerja jasa konstruksi.
Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan, dimana dinyatakan pada pasal 10 ayat (2), menetapkan bahwa Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu pada Standar Kompetensi Kerja, diperjelas lagi dengan Peraturan Pelaksanaannya yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor: 31 tahun 2006, tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional :
1. Pasal 3, Prinsip dasar pelatihan kerja adalah, huruf (b) berbasis pada kompetensi kerja.
2. Pasal 4 ayat (1), Program pelatihan kerja disusun berdasarkan SKKNI, Standar Internasional dan/atau Standar Khusus.
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut di atas menyebut tentang kompetensi yaitu suatu ungkapan kualitas Sumber Daya Manusia yang terbentuk dengan menyatunya 3 aspek, kompetensi yang terdiri dari : Aspek Pengetahuan (Domain Kognitif atau Knowledge), Aspek Kemampuan (Domain Psikomotorik atau Skill) dan Aspek Sikap Kerja (Domain Afektif atau Attitude/Ability), atau secara definitif pengertian kompetensi ialah penguasaan disiplin keilmuan dan pengetahuan serta Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut di atas menyebut tentang kompetensi yaitu suatu ungkapan kualitas Sumber Daya Manusia yang terbentuk dengan menyatunya 3 aspek, kompetensi yang terdiri dari : Aspek Pengetahuan (Domain Kognitif atau Knowledge), Aspek Kemampuan (Domain Psikomotorik atau Skill) dan Aspek Sikap Kerja (Domain Afektif atau Attitude/Ability), atau secara definitif pengertian kompetensi ialah penguasaan disiplin keilmuan dan pengetahuan serta
Jadi apabila seseorang atau sekelompok orang telah mempunyai kompetensi kemudian dikaitkan dengan tugas pekerjaan tertentu sesuai dengan kompetensinya, maka akan dapat menghasilkan atau mewujudkan sasaran dan tujuan tugas pekerjaan tertentu yang seharusnya dapat terukur dengan indikator sebagai berikut: dalam kondisi tertentu, mampu dan mau melakukan suatu pekerjaan, sesuai volume dan dimensi yang ditentukan, dengan kualitas sesuai standar dan mutu/ spesifikasi, selesai dalam tempo yang ditentukan.
Indikator ini penting untuk memastikan kualitas SDM secara jelas, lugas dan terukur, serta untuk mengukur produktivitas tenaga kerja dikaitkan dengan perhitungan biaya pekerjaan yang dapat menentukan daya saing.
B. Tujuan Penyusunan Standar kompetensi Sektor Jasa Konstruksi mempunyai tujuan tersedianya
standar untuk mengukur dan meningkatkan kompetensi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) sesuai dengan kebutuhan masing-masing pihak diantaranya :
1. Institusi pendidikan dan pelatihan
a. Memberikan informasi untuk pengembangan program kurikulum.
b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan dan peningkatan kompetensi.
2. Dunia usaha/industri dan pengguna tenaga kerja
a. Membantu dalam rekruitmen tenaga kerja
b. Membantu penilaian unjuk kerja
c. Mengembangkan program pelatihan bagi karyawan berdasarkan kebutuhan
d. Untuk membuat uraian jabatan
3. Institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi
a. Sebagai acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi sesuai dengan kualifikasi dan levelnya
b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan, penilaian kompetensi dan sertifikasi. Selain tujuan tersebut diatas, tujuan lain dari penyusunan standar kompetensi ini adalah
untuk mendapatkan pengakuan kompetensi secara nasional bagi tenaga kerja pemegang sertifikat kompetensi jabatan kerja ini. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan pengakuan tersebut adalah :
1. Menyesuaikan tingkat kompetensi dengan kebutuhan industri/usaha, dengan melakukan eksplorasi data primer dan sekunder secara komprehensif dari dunia kerja.
2. Menggunakan referensi dan rujukan dari standar-standar sejenis yang digunakan oleh negara lain atau standar internasional, agar dikemudian hari dapat dilakukan proses saling pengakuan (Mutual Recognition Arrangement – MRA).
3. Dilakukan bersama dengan representatif dari asosiasi pekerja, asosiasi industri/usaha secara institusional, dan asosiasi lembaga pendidikan dan pelatihan profesi atau para pakar dibidangnya agar memudahkan dalam pencapaian konsesus dan pemberlakuan secara nasional.
C. Pengertian
1. Kompetensi Kerja Kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
2. Konsep SKKNI Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang selanjutnya disebut SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian, sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
D. Penggunaan SKKNI Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang telah disusun dan telah
mendapatkan pengakuan oleh para pemangku kepentingan akan dirasa bermanfaat apabila telah terimplementasi secara konsisten. Standar Kompetensi Kerja digunakan sebagai acuan untuk :
a. Menyusun uraian pekerjaan.
b. Menyusun dan mengembangkan program pelatihan dan sumber daya manusia.
c. Menilai unjuk kerja seseorang.
d. Sertifikasi Kompetensi/Profesi di tempat kerja. Dengan dikuasainya kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan maka
seseorang mampu :
a. Mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan.
b. Mengorganisasikan agar pekerjaan dapat dilaksanakan.
c. Menentukan langkah apa yang harus dilakukan pada saat terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana semula.
d. Menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda
E. Format Standar Kompetensi Pengembangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Jasa Konstruksi
mengacu kepada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : PER.21/MEN/X/2007 Tentang Tata Cara Penetapan SKKNI dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 14/PRT/M/2009
1. Struktur Standar Kompetensi Standar Kompetensi suatu Bidang Keahlian distrukturkan dengan bentuk seperti di bawah ini (bentuk ini diterapkan secara luas di dunia internasional) :
STRUKTUR STANDAR KOMPETENSI STANDAR KOMPETENSI
Terbentuk atas sejumlah unit kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan tertentu
UNIT KOMPETESI
Merupakan uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan yang mendukung Tercapainya Standar kompetensi, setiap unit kompetensi memiliki sejumlah
elemen-kompetensi
ELEMEN KOMPETENSI
Merupakan sejumlah fungsi tugas atau pekerjaan yang mendukung Ketercapaian unit kompetensi dan merupakan aktivitas yang dapat diamati
KRITERIA UNJUK KERJA
Merupakan pernyataan sejauh mana elemen kompetensi yang dipersyaratkan tersebut terukur berdasarkan pada tingkat yang diinginkan
BATASAN VARIABEL
Pernyataan-pernyataan kondisi atau konteks dimana kriteria unjuk Kerja
Tersebut diaplikasikan
PANDUAN PENILAIAN
Pernyataan-pernyataan kondisi atau konteks sebagai acuan dalam
melaksanakan penilaian
KOMPETENSI KUNCI
Merupakan persyaratan kemampuan yang harus dimiliki untuk mencapai unjuk kerja yang dipersyaratkan dalam pelaksanaan tugas pada unit kompetensi yang terdistribusi dalam 7 (tujuh) kriteria kompetensi kunci
PANDUAN PENILAIAN
2. Skema Pengembangan Standar Kompetensi Skema pengembangan standar kompetensi dapat digambarkan sebagaimana diperlihatkan pada diagram dibawah ini :
DETAIL SKEMA PENGEMBANGAN STANDAR KOMPETENSI
1. BIDANG KEAHLIAN ATAU PEKERJAAN
4. KRITERIA UNJUK KERJA
KU ALIFIKA
KOM P
E TENS I KU NC
3. Uraian Standar Kompetensi Kode
: Kode unit diisi dan ditetapkan dengan mengacu pada
format kodifikasi SKKNI
Judul Unit : Mendefinisikan tugas/pekerjaan suatu unit kompetensi yang menggambarkan sebagian atau keseluruhan standar kompetensi.
Deskripsi Unit
: Menyebutkan
mendeskripsikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam mencapai standar kompetensi.
Elemen Kompetensi : Mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dikerjakan untuk
mencapai kompetensi
kompetensi berupa pernyataan yang menunjukkan komponen-Komponen pendukung unit kompetensi sasaran apa yang harus dicapai.
Kriteria Unjuk Kerja : Menggambarkan kegiatan yang harus dikerjakan untuk memperagakan Kerja kompetensi di setiap elemen, apa yang harus dikerjakan pada waktu menilai dan apakah syarat-syarat dari elemen dipenuhi.
Batasan Variabel : Ruang lingkup, situasi dan kondisi dimana kriteria unjuk kerja diterapkan. Mendefinisikan situasi dari unit dan
memberikan informasi lebih jauh tentang tingkat otonomi perlengkapan dan materi yang mungkin digunakan dan mengacu pada syarat-syarat yang ditetapkan, termasuk peraturan dan produk atau jasa yang dihasilkan.
Panduan Penilaian : Membantu menginterpretasikan dan menilai unit dengan mengkhususkan Penilaian petunjuk nyata yang perlu dikumpulkan, untuk memperagakan kompetensi sesuai tingkat keterampilan yang digambarkan dalam kriteria unjuk kerja, yang meliputi : Pengetahuan dan keterampilan yang yang dibutuhkan
untuk seseorang dinyatakan kompeten pada tingkatan tertentu.
Ruang lingkup pengujian menyatakan dimana, bagaimana dan dengan metode apa pengujian seharusnya dilakukan.
Aspek penting dari pengujian Menyebutkan hal-hal pokok dari pengujian dan kunci pokok yang perlu dilihat pada waktu pengujian.
Kompetensi kunci : Keterampilan umum yang diperlukan agar kriteria unjuk kerja tercapai pada tingkatan kinerja yang dipersyaratkan untuk peran/ fungsi pada suatu pekerjaan. Kompetensi kunci meliputi : (1) Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisis
informasi. (2) Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi. (3) Merencanakan dan mengorganisir aktivitas-aktivitas. (4) Bekerja dengan orang lain dan kelompok. (5) Menggunakan ide-ide dan teknik matematika. (6) Memecahkan masalah. (7) Menggunakan teknologi.
F. Gradasi Kompetensi Kunci TINGKAT 1 TINGKAT 2 TINGKAT 3
KOMPETENSI NO KUNCI “Melakukan “Mengevaluasi dan “Mengelola
Kegiatan” Memodifikasi Kegiatan”
Proses”
1 Mengumpulkan,
Mengakses, menganalisa dan
Mengakses dan
Mengakses,
mengevaluasi mengorganisasikan
merekam dari satu memilih dan
sumber merekam lebih
mengorganisasikan informasi dari satu sumber berbagai sumber
Mengakses, ide dan informasi
2 Mengkomunikasikan Pengaturan
Berisi hal yang
sederhana yang
komplek mengevaluasi dan telah lazim/familier mengkomunikasikan nilai/perubahan dari berbagai sumber
3 Merencanakan dan
Inisiasi mandiri dan mengorganisasikan
Di bawah
Dengan
pengawasan atau
bimbingan/pandu
mengevaluasi
Kegiatan supervisi an
kegiatan kompleks dan cara mandiri
4 Bekerjasama
Kegiatan-kegiatan
Membantu
Berkolaborasi dalam
TINGKAT 1 TINGKAT 2 TINGKAT 3
KOMPETENSI NO KUNCI “Melakukan “Mengevaluasi dan “Mengelola
Kegiatan” Memodifikasi Kegiatan”
Proses”
dengan orang lain &
yang sudah
merumuskan
melakukan kegiatan-
kelompok dipahami /aktivas
tujuan kegiatan komplek
rutin
5 Menggunakan ide-
Berkolaborasi dalam ide dan teknik
Tugas-tugas yang
Memilih ide dan
sederhana dan
teknik yang tepat
menyelesaikan matematika telah ditetapkan untuk tugas yang tugas yang komplek komplek
6 Memecahkan
Rutin di bawah
Rutin dan
Problem/masalah
masalah pengawasan dilakukan sendiri
yang kompleks
berdasarkan
dengan pada panduan menggunakan pendekatan yang sistimatis, serta mampu mengatasi problemnya
7 Menggunakan
Membuat kembali / Mengkonstruksi,
Merancang,
teknologi memproduksi /
mengorganisasik
menggabungkan
memberikan jasa / an atau
atau memodifikasi
yang berulang pada menjalankan
produk atau jasa
tingkat dasar produk atau jasa
Keterangan : Tingkat 1 : Kemampuan untuk mengerjakan tugas rutin menurut cara yang telah
ditentukan, bersifat sederhana dan merupakan pengulangan, serta sewaktu- waktu sering diperiksa perkembangannya. Unjuk kerja tingkat1 adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk menyebutkan pekerjaan sederhana berulang-ulang secara efisien dan memuaskan berdasar pada kriteria atau prosedur yang telah ditetapkan dengan kemampaun mandiri. Untuk itu tingkat 1 ini harus mampu: 1). Melakukan proses yang sederhana dan telah ditentukan;
2) Menilai mutu berdasarkan kriteria yang telah ditentukan Tingkat 2 : Kemampuan untuk mengerjakan tugas yang lebih luas dan lebih rumit yang
ditandai dengan peningkatan otonomi pribadi terhadap pekerjaannya sendiri dan pekerjaan tersebut kemudian diperiksa oleh atasan setelah pekerjaan selesai. Maka unjuk kerja tingkat-2 merupakan tingkat kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas/pekerjaan yang menentukan pilihan, aplikasi dan integrasi dari sejumlah elemen atau data / informasi untuk ditandai dengan peningkatan otonomi pribadi terhadap pekerjaannya sendiri dan pekerjaan tersebut kemudian diperiksa oleh atasan setelah pekerjaan selesai. Maka unjuk kerja tingkat-2 merupakan tingkat kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas/pekerjaan yang menentukan pilihan, aplikasi dan integrasi dari sejumlah elemen atau data / informasi untuk
1) Mengelola atau menyelesaikan suatu proses
2) Menentukan kriteria penilaian terhadap suatu proses atau kerja Tingkat 3 : Kemampuan untuk mengerjakan kegiatan rumit dan tidak rutin yang
dikerjakan sendiri dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan orang lain. Unjuk kerja tingkat-3 merupakan tingkat kemampuan yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi dan merancang kembali proses, menetapkan dan menggunakan prinsip-prinsip dalam rangka menentukan cara yang terbaik dan tepat untuk menetapkan kriteria penilaian kualitas. Untuk itu, pada tingkat 3 ini harus mampu.
1) Menentukan prinsip dasar dan proses
2) Mengevaluasi dan mengubah bentuk proses atau membentuk ulang
proses
3) Menentukan kriteria untuk mengevaluasi dan/atau penilaian proses
G. Penyusun Standar Kompetensi Tim penyusun Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI)
terdiri dari :
a. PENANGGUNG JAWAB/ PENGARAH JABATAN JABATAN DALAM
No. NAMA DALAM
DINAS/LEMBAGA PANITIA/TIM
Kepala Pusat
Pembinaan Kompetensi
Pengarah
1. Dr. Ir. Andreas Suhono. M.Sc
Kementerian Pekerjaan Umum
b. NARASUMBER
JABATAN
JABATAN DALAM
No. NAMA DALAM
DINAS/LEMBAGA PANITIA/TIM
1. Ir. Nur Wachid Nara Sumber
2. Dr.Ir. Nusa Setiani T., MT Nara Sumber
3. Ir. Firdaus Jufri, MT Nara Sumber 3. Ir. Firdaus Jufri, MT Nara Sumber
JABATAN JABATAN DALAM
No. NAMA DALAM
DINAS/LEMBAGA PANITIA/TIM
1. Aca Ditamihardja, ME Ketua
2. Ir. Ati Nurzamiati HZ,MT Sekretaris
3. Ronny Adriandi, ST,MT Anggota
4. Harry Setyawan, ST Anggota
5. Drs.J. Untung Aribowo Anggota
6. Dr.Ir.Deddy Maryadi, Dipl,HE Anggota
7. Ir.John Hendri, M,Eng Anggota
d. TIM PENYUSUN
JABATAN JABATAN DALAM
No. NAMA DALAM
DINAS/LEMBAGA PANITIA/TIM
1. Ade Wahid, S.Pd Ketua
2. Ir.Meidi Asrofien Sekretaris
3. Ir.Ida Bagus Gandem, CES Anggota
4. Ir.Suyata Anggota
5. Ir.Yungki Virwandi Anggota
e. PESERTA WORKSHOP No. Nama Instansi/Perusahaan Jabatan
1 H. Ir. Nur Wachid
Praktisi / Intakindo
2 Dewi Naimah, ST
PT.Adhimix
precast
Indonesia
3 Tiwik Hermawati, ST
PT.Adhimix
Precast
Indonesia
4 Aldi P.Lubis, ST, MT
PT.Thiess
Contractors
Indonesia
5 Ir. Bambang Hari Setyono
PT.Thiess
Contractor
Indonesia
6 Hary Kurniawati, ST PT.Adhi Karya (Persero) tbk
7 Welly Novianto, ST PT.Adhi Karya (Persero) tbk
8 Dr. Ir. Nusa Setiani T, MT
Lembaga Teknologi FTUI
9 Winoto Hadi, ST, MT
10 Ir. Halimah Tunafiah, MT
Universitas YAI
11 Ir.Deni M.Arman, MT
PT.Wijaya Karya
12 Ir.Drs.Afrizal Nursin, MT
Politeknik Negeri Jakarta
No. Nama Instansi/Perusahaan Jabatan
13 Ir.Siti Sugatini, Msi
Unversitas YAI
14 Henni ST,MT
Universitas YAI
f. PESERTA PRA KONVENSI No. Nama Instansi/Perusahaan Jabatan
1 Ir. H. Nur Wachid
Praktisi / Intakindo
2 Ir. Hari Kurniawati, MT
PT.
Adhi
Karya
(Persero) Tbk
3 Ir. Drs. Afrizal Nursin, MT
PT.
Gitarencana
Multiplan
4 Tiwi Harmawati, ST PT. Adhimix Precast Indonesia
5 Dewi Naimah, ST PT. Adhimix Precast Indonesia
6 Aldi P. Lubis, ST, MT PT. Thiess Contractors Indoensia
7 Bambang Hari Setyono, ST PT. Thiess Contractors Indonesia
8 Winoto Hadi, ST, MT
Universitas
Negeri
Jakarta
g. PESERTA KONVENSI
No. Nama Instansi/Perusahaan Jabatan
1 Ir.H.Nur Wachid
Praktisi / Intakindo
2 Dr.Ir.Nusa Setiani Triastuti, MT
Lembaga Takhnologi FTUI
3 Imam Mahir, MT
Universitas Negeri Jakarta
4 Patria Yogaswara
PT.Cipta Kreasindo
5 Drs.Sabar Setyoroso
PT.Cipta Kreasindo
6 Prasetyo Wibowo Yunanto,
Universitas Negeri
M.Eng
Jakarta
7 Ani Hidiyah, M,ST
Kementerian Perhubungan
8 Drs.Doddy Rochadi
Universitas N egeri Jakarta
9 Aldi Parlindungan Lubis, ST,MT
PT.Thiess Contractor Indonesia
10 Ir.Hari Kurniawati, MT
PT.Adhi Karya
11 Dr,Ir.Dwi Dinariana, MT
UPI YAI
12 Henni, ST,MT
Universitas Negeri Jakarta
BAB II STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA
A. Standar Kompetensi Mengacu Jenjang Kualifikasi/Jabatan Kerja. Penetapan jenjang kualifikasi jabatan kerja/profesi kerja mengacu pada Kerangka
Kualifikasi Jasa Konstruksi (KKJK). Sesuai hasil studi literatur, konsep standar kompetensi mencakup semua aspek kinerja tugas/pekerjaan untuk membangun wawasan yang tidak terbatas hanya kemampuan tugas secara sempit tetapi mencakup 5 (lima) dimensi kompetensi yang perlu dikembangkan yaitu :
1. Kemampuan dalam tugas (task skill).
2. Kemampuan mengelola tugas (task management skill).
3. Kemampuan mengatasi suatu masalah tak terduga dengan cermat dan tepat (contingency management skill).
4. Kemampuan menyesuaikan dengan lingkungan kerja (job/ role environments skill).
5. Kemampuan mentransfer atau adaptasi dalam situasi kerja yang berbeda/ baru (transferable management skill).
Dimensi kompetensi tersebut di atas dapat muncul dalam kegiatan yang berbeda dari format standar, misalnya dapat berada dalam elemen kompetensi, kriteria unjuk kerja, dan batasan variabel.
B. Kodefikasi Standar Kompetensi. Kodefikasi unit kompetensi dan kualifikasi pada SKKNI Jasa Konstruksi pada dokumen
ini, berdasar pada Permenakertrans No. 21 Tahun 2007. Kodefikasi setiap unit kompetensi mengacu pada format kodefikasi SKKNI sebagai berikut :
NOMOR URUT
VERSI
SEKTOR UNIT
SEKTOR : Diisi dengan singkatan 3 huruf dari nama sektor. Untuk
Sektor Konstruksi disingkat dengan .........
SUB SEKTOR : Diisi dengan singkatan 2 huruf dari sub sektor. Jika tak ada sub sektor, diisi dengan huruf OO. Untuk Sub Sektor ........................... disingkat ..............
KELOMPOK UNIT KOMPETENSI : Diisi dengan 2 digit angka yaitu :
00 : Jika tidak ada grup.
01 : Identifikasi Kompetensi Umum yang diperlukan untuk
dapat bekerja pada sektor.
02 : Identifikasi Kompetensi Inti yang diperlukan untuk mengerjakan tugas tugas inti pada sektor tertentu.
03 : Identifikasi Kompetensi Kekhususan/spesialisasi yang diperlukan untuk mengerjakan tugas-tugas spesifik pada sektor tertentu. dst.
NOMOR URUT UNIT KOMPETENSI
: Diisi dengan nomor urut unit kompetensi dengan menggunakan 3 digit KOMPETENSI angka, mulai dari 001, 002, 003 dan seterusnya.
VERSI UNIT KOMPETENSI
Diisi dengan nomor urut versi menggunakan 2 digit angka, mulai dari KOMPETENSI 01, 02, 03 dan seterusnya
C. Kualifikasi Jabatan Kerja Analisis kompetensi merupakan langkah utama untuk penyusunan “Standar
Kompetensi Kerja” di Sektor Jasa Konstruksi dipersiapkan untuk pegangan atau tolak ukur penilaian kapasitas kemampuan untuk menduduki jabatan kerja “Manajer Logistik
Proyek ”.
Jabatan Kerja ini adalah jabatan yang terdapat di dalam struktur penugasan di dalam organisasi di lingkungan kontraktor selaku penyedia jasa. Jika ditinjau secara keseluruhan, di dalam penyelenggaraan proyek dikenal bentuk-bentuk organisasi garis lurus, organisasi segitiga dan organisasi dengan menggunakan manajemen konstruksi seperti tersebut dalam Bagan Organisasi tersebut di bawah :
1. Bentuk Organisasi Garis Lurus
2. Bentuk Organisasi Segitiga
3. Bentuk Organisasi Dengan Menggunakan Manajemen Konstruksi
Jabatan Kerja “Manajer Logistik Proyek” berada di dalam struktur organisasi Kontraktor Utama. Bentuk dan susunan organisasi Kontraktor Utama disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu sesuai dengan skala proyek yang menjadi tanggung jawabnya.
Jika ditinjau dari skala tugas dan tanggung jawab yang harus dipikulnya, maka kita dapat membagi tingkat keahlian jabatan kerja Manajer Logistik Proyekmenjadi 3 (tiga) tingkatan, yaitu : Ahli Utama, Ahli Madya dan Ahli Muda.
Berikut ini adalah tipikal organisasi pelaksana proyek jika skala proyeknya cukup besar sehingga memerlukan Manajer Logistik Proyek yang kualifikasinya adalah Ahli Madya, sebagai berikut :
MANAJER PROYEK
Tipikal organisasi di atas hanyalah sebuah contoh yang memberikan gambaran, bahwa struktur organisasi yang sebenarnya harus disusun, akan tergantung dari kebutuhan proyek. Jika skala proyeknya sangat besar, kurang lebih akan diperlukan adalah struktur organisasi dengan Manajer Logistik Proyek yang kualifikasinya Ahli Utama, sedangkan jika skala proyeknya sedang dengan kompleksitas dan spesifikasi barang sedang, maka yang diperlukan adalah struktur organisasi dengan Manajer Logistik Proyek yang kualifikasinya Ahli Muda. Tentu struktur organisasi proyek untuk skala pekerjaan sedang dan kecil, akan lebih sederhana jika dibandingkan dengan dengan contoh tipikal di atas.
KUALIFIKASI KEAHLIAN PADA JABATAN KERJA Untuk memperoleh sertifikat pada suatu jabatan kerja, seseorang yang memenuhi
persyaratan (minimal) harus mengikuti Uji Kompetensi yang diselenggarakan oleh suatu institusi atau apapun namanya yang mempunyai kewenangan berdasarkan peraturan perundang-undangan melakukan uji kompetensi terhadap peserta uji kompetensi.
Materi Uji Kompetensi akan mencakup seluruh unit kompetensi yang dipersyaratkan untuk jabatan kerja dimaksud, dalam hal ini adalah Jabatan Kerja “Manajer Logistik Proyek ”. Score penilaian terhadap peserta uji kompetensi memerlukan penilaian yang obyektif, namun secara umum faktor-faktor yang perlu diperhitungkan dalam penilaian untuk mendapatkan kualifikasi keahlian pada jabatan kerja ini :
1. Hasil Uji Kompetensi;
2. Pendidikan Formal / Informal;
3. Pengalaman Kerja. yang masing-masing perlu diberi bobot. Tatacara Evaluasi yang dapat menetapkan seseorang peserta ujian kompetensi dapat
menduduki Jabatan Kerja Manajer Logistik Proyek dengan kualifikasi Ahli Utama, Ahli Madya atau Ahli Muda, sudah harus memperhitungkan bobot-bobot hasil ujian kompetensi, pendidikan formal/informal maupun pengalaman kerja yang perlu diatur tersendiri (disiapkan terpisah) dalam “Pedoman Perhitungan Score dan Penetapan Kualifikasi Keahlian Untuk Manajer Logistik Proyek ” .
Rancangan SKKNI ini dimaksudkan untuk memberikan penilaian terhadap potensi seseorang untuk suatu kualifikasi keahlian pada jabatan kerja Manajer Logistik Proyek, guna memperoleh gambaran apakah peserta uji kompetensi mempunyai potensi mencapai kualifikasi Ahli Utama, ataukah hanya dapat sampai pada kualifikasi Ahli Madya, ataukah barangkali hanya layak untuk kualifikasi Ahli Muda saja.
Berikut ini adalah batasan-batasan yang dijadikan dasar dalam menetapkan kualifikasi keahlian pada jabatan kerja :
a. Seseorang yang memiliki potensi sebagai Ahli Utama, namun karena kalkulasi total score terhadap bobot-bobot hasil ujian kompetensi, pendidikan formal/informal maupun pengalaman kerjanya belum mendukung pencapaian kualifikasi sebagai Ahli Utama, maka ia belum berhak mendapatkan kualifikasi sebagai Ahli Utama. Sebaliknya, meskipun total score telah mencukupi untuk mencapai kualifikasi Ahli Utama, akan tetapi hasil ujian kompetensi menunjukkan bahwa ia tidak/belum memiliki potensi sebagai Ahli Utama, maka ia tidak boleh mendapatkan sertifikat jabatan kerja yang kualifikasinya Ahli Utama. Jadi ia harus mengikuti ujian kompetensi lagi sampai ia memiliki hasil ujian kompetensi yang memberikan kesimpulan bahwa ia mempunyai potensi menuju ke Ahli Utama.
b. Seseorang yang memiliki potensi sebagai Ahli Madya, namun karena kalkulasi total score terhadap bobot-bobot hasil ujian kompetensi, pendidikan formal/informal maupun pengalaman kerjanya belum mendukung pencapaian kualifikasi sebagai Ahli Madya, maka ia belum berhak mendapatkan kualifikasi sebagai Ahli Madya. Sebaliknya, meskipun total score telah mencukupi untuk mencapai kualifikasi Ahli Madya, akan tetapi hasil ujian kompetensi menunjukkan bahwa ia tidak/belum memiliki potensi sebagai Ahli Madya, maka ia tidak boleh mendapatkan sertifikat jabatan kerja yang kualifikasinya Ahli Madya. Jadi ia harus mengikuti ujian b. Seseorang yang memiliki potensi sebagai Ahli Madya, namun karena kalkulasi total score terhadap bobot-bobot hasil ujian kompetensi, pendidikan formal/informal maupun pengalaman kerjanya belum mendukung pencapaian kualifikasi sebagai Ahli Madya, maka ia belum berhak mendapatkan kualifikasi sebagai Ahli Madya. Sebaliknya, meskipun total score telah mencukupi untuk mencapai kualifikasi Ahli Madya, akan tetapi hasil ujian kompetensi menunjukkan bahwa ia tidak/belum memiliki potensi sebagai Ahli Madya, maka ia tidak boleh mendapatkan sertifikat jabatan kerja yang kualifikasinya Ahli Madya. Jadi ia harus mengikuti ujian
c. Seseorang yang memiliki potensi sebagai Ahli Muda, namun karena kalkulasi total score terhadap bobot-bobot hasil ujian kompetensi, pendidikan formal/informal maupun pengalaman kerjanya belum mendukung pencapaian kualifikasi sebagai Ahli Muda, maka ia belum berhak mendapatkan kualifikasi sebagai Ahli Muda. Sebaliknya, meskipun total score telah mencukupi untuk mencapai kualifikasi Ahli Muda, akan tetapi hasil ujian kompetensi menunjukkan bahwa ia tidak/belum memiliki potensi sebagai Ahli Muda, maka ia tidak boleh mendapatkan sertifikat jabatan kerja yang kualifikasinya Ahli Muda. Jadi ia harus mengikuti ujian kompetensi lagi sampai ia memiliki hasil ujian kompetensi yang memberikan kesimpulan bahwa ia mempunyai potensi menuju ke Ahli Muda.
DESKRIPSI KUALIFIKASI KEAHLIAN
Ahli Utama Mampu dan memahami pelaksanaan pekerjaan logistik proyek konstruksi dengan tingkat kesulitan tinggi dan sangat komplek, serta memiliki kemampuan menganalisa pekerjaan logistik proyek sesuai metode yang ada.
Ruang lingkup pekerjaan logistik ini adalah proyek konstruksi golongan besar yang memiliki kompleksitas tinggi.
Ahli Madya Mampu dan memahami pelaksanaan pekerjaan logistik proyek konstruksi dengan tingkat kesulitan sedang dan komplek serta menguasai kontrak, spesifikasi, jadwal pelaksanaan dan metode yang ada.
Ruang lingkup pekerjaan logistik ini adalah proyek konstruksi golongan menengah dengan kompleksitas sedang. .
Ahli Muda Mampu dan memahami pelaksanaan pekerjaan logistik proyek konstruksi dengan
tingkat kesulitan sedang dan cukup komplek serta menguasai kontrak, spesifikasi, jadwal pelaksanaan dan metode yang ada.
Ruang lingkup pekerjaan logistik ini adalah proyek konstruksi golongan kecil, dengan kompleksitas sederhana.
D. Jabatan Kerja
1. Nama Jabatan : Manajer Logistik Proyek
2. Kode Jabatan : F45.MLP.01
3. Uraian Jabatan : Melaksanakan pekerjaan dan bertanggung jawab terhadap seluruh proses kegiatan logistik proyek
konstruksi untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi, agar dapat diselesaikan sesuai standar yang diharapkan. Manajer Logistik Proyek bertanggung jawab kepada Manajer Proyek.
4. Persyaratan Jabatan
a. Pendidikan minimal
: S1 Teknik Sipil / Arsitektur ;
b. Pengalaman Kerja : S1, 5 (lima) tahun efektif di bidang Logistik Proyek Konstruksi dan minimum 5 (lima) proyek.
c. Kesehatan : Tidak memiliki cacat fisik yang dapat mengganggu
pekerjaan.
d. Sertifikat : Memiliki sertifikat keahlian bidang Manajer Logistik
Proyek
e. Persyaratan lain : Mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar
E. Daftar Unit Kompetensi
Kompetensi Kerja Manajer Logistik Proyek terdiri dari :
Kelompok Kompetensi Umum
No. Kode Unit Judul Unit Kompetensi Menerapkan
Sistem
Manajemen
1. F45.MLP.01.001.01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L) di Bidang Konstruksi
Melaksanakan Komunikasi dengan Pihak
2. F45.MLP.01.002.01 Terkait Kelompok Kompetensi Inti
No. Kode Unit Judul Unit Kompetensi
1. F45.MLP.02.001.01 Membuat Sistem Logistik Proyek F45.MLP.02.002.01 Merencanakan Pengadaan Barang Proyek
2. F45.MLP.02.003.01 Melaksanakan Pengadaan Barang Proyek
3.
Menyelenggarakan
Penyimpanan dan
4. F45.MLP.02.004.01 Pendistribusian Barang Proyek Melakukan Evaluasi Keseluruhan Proses
5. F45.MLP.02.005.01 Logistik Proyek
6. F45.MLP.02.006.01 Membuat Laporan Logistik Kelompok Kompetensi Khusus
No. Kode Unit Judul Unit Kompetensi
F. Uraian Unit-Unit Kompetensi Uraian unit-unit kompetensi tergambarkan sebagai berikut:
KODE UNIT
: F45.MLP.01.001.01
JUDUL UNIT : Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) DESKRIPSI UNIT
: Unit ini berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan serta sikap kerja yang diperlukan dalam menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja dan Lingkungan (SMK3-L) pada
Pekerjaan Manajer Logistik Proyek. ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
1.1 Potensi bahaya dan kecelakaan kerja
1. Merencanakan penerapan sistem
1.2 Cara pencegahan dan penanganan kesehatan kerja dan lingkungan
kecelakaan kerja (SMK3-L) di tempat kerja diidentifikasi sesuai potensi bahaya.
bahaya
dan
bahaya dan kecelakaan kerja disusun
1.3 Program
mitigasi
2. Melaksanakan SMK3-L
dan peralatan Alat Pelindung Diri (APD), Alat Pengaman Kerja (APK), Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan perlengkapan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Kerja (P3K) disiapkan.
2.1 Perlengkapan
2.2 Perlengkapan dan peralatan K3-L didistribusikan ke unit-unit terkait.
2.3 Tata letak alat dan barang yang diperlukan dalam suatu pekerjaan diatur sesuai ketentuan SMK3-L.
2.4 Proses penanganan pendistribusian barang dan alat dilaksanakan sesuai ketentuan dan prosedur SMK3-L
3.1 SOP SMK3-L yang telah dibuat diperiksa
3. Mengevaluasi pelaksanaan SMK3-L kembali sesuai dengan kebutuhan
lapangan
3.2 Pelaksanaan SMK3-L ditinjau kembali kesesuaiannya dengan SOP yang telah dibuat.
perbaikan terhadap pelaksanaan SMK3-L dibuat
3.3 Rekomendasi
BATASAN VARIABEL
1. Konteks Variabel:
1.1 Unit Kompetensi ini diterapkan dengan kemampuan individu dan diterapkan dengan cara memimpin suatu Tim.
1.2 Unit ini berlaku dalam : Merencanakan pelaksanaan SMK3-L, Melaksanakan SMK3-L dan Mengevaluasi pelaksanaan SMK3-L.
1.3 Seluruh pelaku pelaksana pekerjaan logistik proyek yang berada dibawah kendali Manajer Logistik Proyek mempunyai kompetensi keahlian dan ketrampilanuntuk bidang tugas masing-masing sesuai ketentuan yang diatur dalam Undang- undang Jasa Konstruksi.
2. Perlengkapan yang diperlukan :
2.1 Alat Pelindung Diri (APD).
2.2 Alat Pengaman Kerja (APK).
2.3 Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
2.4 Perlengkapan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K).
2.5 Pedoman SMK3-L
3. Tugas-tugas yang harus dilakukan :
3.1 Merencanakan pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L) .
3.2 Melaksanakan SMK3-L.
3.3 Mengevaluasi pelaksanaan SMK3-L.
4. Peraturan-peraturan yang diperlukan:
4.1 Undang-Undang No. 1/1970 tentang keselamatan kerja dan peraturan lainnya terkait dengan keselamatan kerja.
4.2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992, Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
4.3 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4.4 Permen PU No. 09/PRT/M/2010 tentang pedoman SMK3-L.
4.5 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 29 tahun 2000, Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
4.6 Peraturan-peraturan spesifik lainnya terkait SMK3-L.
PANDUAN PENILAIAN
1. Penjelasan penilaian
Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya dan yang diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini serta unit-unit kompetensi yang terkait
1.1 Penguasaan unit kompetensi sebelumnya : -
1.2 Keterkaitan dengan unit kompetensi lain:
1.2.1 F45.MLP.01.002.01 Melaksanakan Komunikasi dengan Pihak Terkait
1.22 F45. MLP.02.001.01 Membuat Sistem Logistik Proyek
1.2.3 F45. MLP.02.002.01 Merencanakan Pengadaan Barang Proyek
1.2.4 F45. MLP.02.003.01 Melaksanakan Pengadaan Barang Proyek
1.2.5 F45. MLP.02.004.01 Menyelenggarakan
Penyimpanan dan Pendistribusian Barang Proyek
1.2.6 F45. MLP.02.005.01
Melakukan Evaluasi Keseluruhan Proses Logistik Proyek
1.2.7 F45. MLP.02.006.01 Membuat Laporan Logistik
2. Kondisi pengujian
Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan jika diperlukan dapat dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di luar tempat kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar.
Metode uji yang digunakan adalah:
2.1 Tes tertulis;
2.2 Tes lisan (Wawancara)
3. Pengetahuan yang dibutuhkan
3.1 Dasar-dasar SMK3 berdasarkan Permenaker No.5 Tahun 1996 dan Permen PU No.9 Tahun 2008 tentang SMK3 Konstruksi.
3.2 OHSAS 18001 tahun 2007.
3.3 Dasar-dasar Manajemen Risiko.
3.4 Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 2004
4. Keterampilan yang dibutuhkan
4.1 Kemampuan mengindentifikasi Risiko K3 dan Lingkungan untuk setiap kegiatan yang dilaksanakan
4.2 Kemampuan menyusun program mitigasi risiko K3 dan Lingkungan yang relevan di tempat kerja.
4.3 Kemampuan menyusun laporan hasil mitigasi K3 dan Lingkungan.
4.4 Kemampuan menjelaskan fungsi dan kegunaan APD, APK, P3K dan APAR
4.5 Kemampuan mendemonstrasikan dan menggunakan APD, APK, P3K dan APAR
4.6 Kemampuan menjaga keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja.
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam menjalankan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi terkait dengan jabatan kerjanya
5.2 Ketelitian dalam melakukan pengendalian lingkungan dan situasi kerja, dengan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan aman dengan meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja
5.3 Kecermatan dalam mengelola dan memantau lingkungan di lokasi pekerjaan serta menjaga mutu lingkungan secara konsisten
KOMPETENSI KUNCI NO
KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI TINGKAT
1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan informasi
2. Mengkomunikasikan ide dan informasi
3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan
4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok
5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis
6. Memecahkan masalah
7. Menggunakan teknologi
KODE UNIT
: F45.MLP.01.002.01
JUDUL UNIT : Melaksanakan Komunikasi dengan Pihak Terkait DESKRIPSI UNIT
: Unit
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan pihak terkait.
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
1.1 Informasi dan instruksi kerja diidentifikasi informasi dan instruksi
1. Menginterpretasikan
dengan benar.
kerja yang diterima terkait
1.2 Informasi dan instruksi kerja dijabarkan dengan pelaksanaan
dalam bentuk daftar simak (check list). pekerjaan 1.3 Daftar simak informasi dan instruksi kerja diperiksa kesesuaiannya dengan kondisi lapangan untuk menghindari kesalahan pekerjaan.
2. Meng k omunikasikan
2.1 Daftar simak Informasi dan instruksi kerja instruksi
kerja
kepada
dijelaskan kepada bawahan. bawahan 2.2 Masukan tentang pelaksanaan instruksi kerja dievaluasi
untuk
mendapatkan
pemecahannya.
2.3 Pelaksanaan instruksi kerja dikendalikan.
3. Melaksanakan koordinasi 3.1 Rencana koordinasi pelaksanaan pekerjaan dengan unit-unit terkait dengan pihak terkait disusun.
3.2 Koordinasi pelaksanaan pekerjaan dengan pihak terkait dilakukan sesuai jadwal.
3.3 Hasil koordinasi pelaksanaan pekerjaan dievaluasi kesesuaiannya dengan rencana semula.
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Kompetensi ini diterapkan sebagai landasan dalam melakukan komunikasi, baik dalam menerima informasi dari atasan maupun menyampaikannya kepada para pihak yang terkait dengan prosedur pekerjaan.
1.2 Kompetensi ini diterapkan kepada Manajer Logistik Proyek agar mampu bekerja sama dengan pihak terkait.
2. Perlengkapan yang dibutuhkan
2.1 Dokumen Kontrak Kerja dan Surat Perintah Mulai Kerja.
2.2 Anggaran Biaya Proyek.
2.3 Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule)
2.4 Spesifikasi Barang (Quality)
2.5. Metode Konstruksi
3. Tugas-tugas yang harus dilakukan
3.1 Menginterpretasikan informasi dan instruksi kerja yang diterima terkait dengan pekerjaan Manajer Logistik Proyek
3.2 Meng k omunikasikan instruksi kerja kepada bawahan
3.3 Melaksanakan koordinasi dengan unit-unit terkait
4. Peraturan-peraturan yang diperlukan
4.1 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999, Tentang Jasa Konstruksi
4.2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
4.3 Prosedur Operasional Standar (Standard Operating Procedure (SOP)) dari pengguna jasa/pemberi kerja maupun dalam perusahaan.
4.4 Instruksi Kerja (Work Instruction (WI)) pengendalian dokumen
4.5 Tata cara pengadaan barang yang berlaku di proyek.
4.6 Manual dan spesifikasi barang pada umumnya.
4.7 Peraturan-peraturan terkait pekerjaan jasa konstruksi
4.8 Manual Perusahaan
PANDUAN PENILAIAN
1. Penjelasan prosedur penilaian:
Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya dan yang diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini serta unit-unit kompetensi yang terkait
1.1 Penguasaan unit kompetensi sebelumnya :
1.1.1 F45.MLP.01.001.01
Menerapkan
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L).
Sistem
1.2 Keterkaitan dengan unit kompetensi lain:
1.2.1 F45.MLP.02.001.01 Membuat Sistem Logistik Proyek
1.2.2 F45. MLP.02.002.01 Merencanakan Pengadaan Barang Proyek
1.2.3 F45. MLP.02.003.01 Melaksanakan Pengadaan Barang Proyek
1.2.4 F45. MLP.02.004.01 Menyelenggarakan Penyimpanan dan Pendistribusian Barang Proyek
1.2.5 F45. MLP.02.005.01
Melakukan Evaluasi Keseluruhan Proses Logistik Proyek
1.2.6 F45. MLP.02.006.01 Membuat Laporan Logistik
2. Kondisi Pengujian
Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan jika diperlukan dapat dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di luar tempat kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar.
Metode uji yang digunakan adalah :
2.1 Tes tertulis; dan
2.2 Tes lisan (Wawancara)
3. Pengetahuan yang diperlukan
3.1 Prinsip-prinsip manejemen komunikasi dan penerapannya
3.2 Penerimaan wewenang manajemen komunikasi.
3.3. Pemeliharaan sistem informasi dan komunikasi
3.4. Posisi manajemen komunikasi dalam konteks jadwal proyek
3.5. Struktur organisasi proyek yang ada
4. Keterampilan yang dibutuhkan
4.1 Mampu berkoordinasi/berkomunikasi dengan sikap kerja yang profesional dalam tim kerja dan pihak-pihak terkait
4.2 Mampu mengidentifikasi ruang lingkup pekerjaan, spesifikasi teknis dan metoda pelaksanaan konstruksi
4.3 Mampu melakukan kerja sama, baik di dalam maupun di luar lingkungan proyek
5. Aspek kritis
5.1 Kekompakkan dalam berkoordinasi/berkomunikasi dan sikap kerja yang profesional dengan tim kerja dan pihak-pihak terkait
5.2 Ketelitian mengidentifikasi ruang lingkup pekerjaan, spesifikasi teknis dan metoda estimasi biaya jalan
5.3 Kekompakkan melakukan kerja sama, baik sesama tim kerja maupun dengan pihak terkait lainnya
KOMPETENSI KUNCI
NO
KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI
TINGKAT
1. Mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasikan informasi
2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide
3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan
4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok
5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis
6. Memecahkan masalah
7. Menggunakan teknologi
KODE UNIT
: F45.MLP.02.001.01
JUDUL UNIT
: Membuat Sistem Logistik Proyek
DESKRIPSI UNIT
: Unit
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan dalam membuat sistem logistik proyek.
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
1.1 Data yang berkaitan dalam pembuatan logistik
1. Menyiapkan pembuatan
sistem
sistem logistik disiapkan.
1.2 Jenis kegiatan sistem logistik proyek diidentifikasi berdasarkan rencana induk proyek.
1.3 Daftar simak sistem logistik dibuat berdasarkan Rencana Kerja dan Syarat - syarat (RKS).
2.1 Prioritas kebutuhan jenis barang barang
2. Membuat prosedur
pemesanan
diidentifikasi berdasarkan jadwal kerja.
2.2 Bagan alir pemesanan barang dibuat
berdasarkan jadwal kerja
2.3 Prosedur pemesanan barang disusun
jenis barang penyimpanan barang
3. Membuat prosedur penerimaan dan
3.1 Karakteristik
setiap
diidentifikasi sesuai kebutuhan.
3.2 Kondisi
lokasi
penempatan atau
penyimpanan
barang diperiksa kesesuaiannya dengan jenis barang.
3.3 Prosedur penempatan atau penyimpanan
barang disusun
4.1 Prioritas kebutuhan barang disetiap lokasi barang
4. Membuat prosedur pendistribusian
kegiatan diidentifikasi sesuai dengan jadwal kerja.
4.2 Cara pendistribusian barang ditentukan sesuai jenis dan karakteristiknya.
4.3 Prosedur penerimaan barang dilokasi setiap pekerjaan disusun.
4.4 Prosedur pengiriman barang ke lokasi
disusun.
5. Membuat organisasi logistik proyek
5.1 Jenis jabatan diidentifikasi sesuai dengan
jenis pekerjaannya
5.2 Uraian pekerjaan (job description) dan kebutuhan kompetensi pada setiap jabatan dalam struktur organisasi disusun.
5.3 Struktur organisasi logistik proyek disusun untuk diusulkan ke atasan langsung.
BATASAN VARIABEL
1. Konteks Variabel
1.1 Unit Kompetensi ini diterapkan dengan kemampuan individu dan diterapkan dengan cara memimpin suatu Tim.
1.2 Seluruh pelaku pekejaan logistik yang ada di bawah kendali Manajer Logistik Proyek mempunyai kompetensi keahlian dan keterampilan untuk bidang tugas masing-masing sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UUJK.
2. Perlengkapan yang diperlukan
2.1 Peralatan : ATK, komputer dan printer.
2.2 Bahan : Dokumen Kontrak dan Surat Perintah Mulai Kerja, Anggaran Biaya Proyek, Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule), Spesifikasi Barang (Quality), Metode Konstruksi, Data Peralatan Konstruksi, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
3. Tugas yang harus dilakukan
3.1 Menyiapkan pembuatan sistem logistik.
3.2 Membuat prosedur pemesanan barang.
3.3 Membuat prosedur penerimaan dan penyimpanan barang.
3.4 Membuat prosedur pendistribusian barang
4. Peraturan-peraturan yang diperlukan
4.1 Manual dan spesifikasi barang kebutuhan proyek konstruksi.
4.2 Tata cara pengadaan barang yang berlaku di proyek.
4.3 Peraturan dan perundangan terkait jasa konstruksi.
PANDUAN PENILAIAN
1. Penjelasan prosedur penilaian:
Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya dan yang diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini serta unit-unit kompetensi yang terkait.
1.1 Penguasaan unit kompetensi sebelumnya :
1.1.1 F45.MLP.01.001.01
Menerapkan
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3-L).
Sistem
1.1.2 F45.MLP.01.002.01
Melaksanakan Komunikasi dengan
Pihak Terkait
1.2 Keterkaitan dengan unit kompetensi lain:
1.2.1 F45.MLP.02.002.01 Merencanakan Pengadaan Barang Proyek
1.2.2 F45. MLP.02.003.01 Melaksanakan Pengadaan Barang Proyek
1.2.3 F45. MLP.02.004.01 Menyelenggarakan Penyimpanan dan Pendistribusian Barang Proyek Melakukan
Evaluasi
Keseluruhan
1.2.4 F45. MLP.02.005.01 Proses Logistik Proyek
1.2.5 F45. MLP.02.006.01
Membuat Laporan Logistik
2. Kondisi Pengujian
Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan jika diperlukan dapat dilaksanakan dalam situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau diluar tempat kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan tuntutan standar. Metode uji yang digunakan adalah :
2.1 Tes Tertulis
2.2 Tes Lisan (Wawancara).
3. Pengetahuan yang diperlukan
3.1 Proses proyek, hubungan antar kegiatan dan saling ketergantungannya.
3.2 Prosedur perencanaan logistik proyek konstruksi
3.3. Kepemimpinan dalam proyek konstruksi
3.4. Pengorganisasian bidang logistik