Implementasi Pervasive Computing di Indo

Pervasive Computing / Ubiquitous Computing (Ubicomp) di Indonesia
Oleh: Catur Setiawan
P r ogr a m Chie f Info r ma tion Office r 8A – MTI Univer sita s Ga dja h Ma da
ca tur .c io.8a @ma il.ugm.a c.id

Sejarah dan Perkembangan
Revolusi teknologi komputer terus
berkembang dengan pesatnya sesuai dengan
perkembangan peradaban manusia untuk
memenuhi kebutuhannya. Masih banyak
masyarakat awam pada umumnya belum
menyadari bahwa kita sudah berada didalam
era ketiga revolusi komputer, yaitu ubiquitous
computing. Dimana era pertama pada tahun
1970-an merupakan era mainframe, yaitu
komputer berukuran raksasa dan digunakan
bersama-sama oleh banyak orang (one
Gb. 1 Tren perkembangan komputasi
Sumber: Weiser (1996)
computer-many people). Memasuki era kedua
setelah tahun 1970-an yaitu ditandai dengan tren penggunaan personal computer atau PC

(one computer-one person). Selanjutnya pada era ketiga ini seseorang dapat berinteraksi
dengan banyak komputer (one person-many computer ). Disaat itulah mulai terjadi revolusi
penggunaan komputer.
Pada tahun 1988, Mark Weiser, seorang peneliti senior dari Xerox Palo Alto Research
Center (PARC) yang merupakan “the father of ubiquitous computing” pada pertama kalinya
mempublikasikan definisi istilah ubiquitous computing atau disebut juga ubicomp, yang
dalam artikelnya disebutkan sebagai berikut: “Ubiquitous computing is the method of
enhancing computer use by making many computers available throughout the physical
environment, but making them effectively invisible to the user.”
Pernyataan diatas mendefinisikan ubicomp sebagai metode peningkatan penggunaan
teknologi komputer yang bertujuan untuk dapat digunakan dan meningkatkan efektifitas kerja
dilingkungan fisik pemakainya dengan tingkat visibilitas serendah mungkin.

Definisi dan Konsep
Ubiquitous Computing (Ubicomp) atau yang lebih sering disebut Pervasive Computing
merupakan suatu bentuk interaksi manusia-komputer yang menitikberatkan pada kemampuan
computing dan komunikasi tetapi berintegrasi dengan pengguna pada saat yang bersamaan
sehingga menjadi “technology that disappears”, sebuah teknologi yang menghilang dalam
arti tidak disadari oleh penggunanya karena keberadaanya yang tidak terpisahkan dan sudah
menyatu dengan kehidupan sehari-hari.

Ubicomp menyajikan tantangan di dalam ilmu komputer, dalam desain dan rekayasa
sistem, pemodelan sistem dan desain antarmuka pengguna. Model interaksi manusiakomputer yang kontemporer, seperti command-line, menu-driven, atau berbasis GUI sudah
tidak sesuai dan tidak memadai untuk solusi komputasi dimana-mana seperti yang
diharapkan. Weiser (1996) menjelaskan bahwa ubicomp dapat berwujud bermacam-macam
perangkat yang memiliki sifat natural. Maksudnya adalah pengguna teknologi yang
menggunakan ubicomp devices tidak akan merasakan bahwa mereka sedang mengakses

komputer. Oleh karena itu, Weiser mengusulkan tiga bentuk dasar untuk perangkat sistem
ubicomp, sejenis smartphone : tab, pad dan board.
Ketiga bentuk yang diusulkan oleh Weiser tersebut mempunyai karakter berukuran
makro (sentimeter, desimeter dan meter), memiliki bentuk planar dan menggabungkan
tampilan keluaran visual. Dari ketiga karakteristik tersebut dapat diperluas jangkauannya ke
berbagai bentuk yang jauh lebih beragam dan berpotensi lebih berguna untuk ubicomp
devices. Oleh karena itu menurut wikipedia, Poslad (2009) mengusulkan tiga bentuk
tambahan, antara lain:

 Dust: perangkat miniatur yang dapat menampilkan visual tanpa display, misalnya,
Micro Sistem Electro-Mechanical (MEMS), ukurannya dari nanometer hingga
mikrometer.
 Skin: berbasiskan lapisan yang memancarkan cahaya dan polimer konduktif, perangkat

komputer organik, dapat dibentuk menjadi permukaan layar non-planar dan produkproduk yang lebih fleksibel seperti pakaian dan tirai.
 Clay: MEMS lunak yang dapat dibentuk menjadi bentuk yang berubah-ubah dalam tiga
dimensi sebagai artefak yang menyerupai berbagai macam objek fisik.

Aplikasi dan Aspek Pendukung
Aplikasi dari pervasive computing meliputi berbagai aspek dari kehidupan sehari-hari
(rumah, transportasi, kesehatan, pendidikan, personal, dan lain-lain). Pada saat ini pervasive
computing merupakan salah satu topik penelitian terpopuler di dunia. Banyak institusi
pendidikan, penelitian dan perusahaan besar di dunia memiliki pusat penelitian dan proyek
penelitian pervasive computing, sebagai contoh: Proyek Oxygen dari Massachusetts Institute
of Technology (MIT), Microsoft Easyliving, The Aware House dari Georgia Institute of
Technology, pervasive computing dengan smartphone oleh Nokia Research Center, dan lainlain.
Menurut Kompasiana.com, Ada 4 (empat) bidang yang berkembang secara konvergen
dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), yang menyebabkan ubicomp mungkin
diimplementasikan, antara lain:
1. Micro Devices, perangkat komputer yang sangat kecil memungkinkan komputer diletakan
pada obyek sehari-hari (seperti mug, kursi dan pakaian) tanpa terlihat.
2. Connectivity, perangkat-perangkat yang digunakan dan tersebar saling berkomunikasi satu
dengan lainnya dan terhubung ke jaringan global dengan menggunakan teknologi jaringan
kabel (ADSL atau Ethernet) maupun teknologi jaringan nirkabel (WiFi, Bluetooth,

HSDPA, atau lainnya). Memungkinkan ubicomp terdapat dimana-mana.
3. User Interfaces, merupakan titik kontak antara manusia dengan Teknologi Informasi dan
Komunikasi.
4. Radio Frequency Identification (RFID), adalah teknologi identifikasi otomatis tanpa
memerlukan kontak (nirkabel) dan tidak memerlukan catu daya untuk berbagai obyek
(seperti: hewan, tumbuhan, produk, lokasi, manusia, layanan mobile, dan lain-lain) yang
telah digunakan pada berbagai aplikasi dalam skala luas.

Kesimpulan
Dengan kemajuan teknologi user interface (speech recognition, text to speech) serta
telekomunikasi wireless, perangkat-perangkat komputer di masa depan akan semakin
pervasive dengan usernya. Jika dilihat sebagai konsumen, tanpa disadari di Indonesia hal ini
sudah banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti misalnya penggunaan telepon

selular (smartphone) yang sudah terintegrasi beberapa fitur teknologi seperti Internet, GPS,
Video Call bahkan sudah tersedia fitur speech recognition (seperti SIRI dalam iPhone seri 4s
keatas) yang sudah dapat berkomunikasi dengan penggunanya. Namun jika dilihat dari sudut
pandang produsen, Indonesia masih memasuki masa transisi pada era pervasive / ubicomp,
bahkan bisa dikatakan cukup tertinggal dibanding negara-negara maju yang lebih
sophisticated dalam implementasi teknologi dalam kehidupan sehari-hari.

Alexander (2012) menyatakan bahwa pengembangan teknologi saat ini sudah mengarah
kepada pengembangan budaya. Maka, sudah saatnya computer scientists mulai
mempertimbangkan aspek sosial dari teknologi. Hal ini dapat membuka paradigma baru
dalam melakukan penelitian dan pengembangan teknologi.
Dalam pervasive computing, teknologi komputer tidak berdiri sendiri melainkan
dibangun dengan mempertimbangkan keilmuan yang berkembang. Ilmu yang biasa
digandeng dalam studi ini umumnya adalah cabang ilmu sosial. Cabang-cabang ilmu sosial
ini mengidentifikasi masalah dalam kehidupan masyarakat. Kemudian, pengetahuan itu
dipadukan dengan teknologi. Identifikasi penggunaan dapat dimulai dari sumber daya yang
potensial, yakni kalangan akademis. Riset-riset yang populer dapat digunakan sebagai
indikator untuk menjelaskan arah perkembangan keilmuan. Dari sumber penelitian populer
ini nantinya dapat ditentukan teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas
subyek tersebut. Setidaknya didapatkan gambaran mengenai kepentingan dan arah keilmuan
di Indonesia.
Menurut Osareh dan Wilson dalam Alexander (2012), Indonesia sebagai negara dunia
ketiga memiliki riset yang besar ke arah geoscience. Hal ini tidak secara mutlak menunjukkan
tentang kecenderungan riset Indonesia. Tetapi, hal ini dapat menjadi indikator bahwa adanya
bidang keilmuan yang cukup maju untuk dimasuki unsur teknologi.

Referensi


 Weiser, Mark (1996). "Ubiquitous computing".
http://www.ubiq.com/hypertext/weiser/UbiHome.html . Tanggal akses 26/06/2013

 Widhiarta, P.A (2007). “Ubiquitous Computing – Era Ketiga dari Revolusi Komputer”.
http://ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2007/07/widhiartha_ubiquitous_computing.doc.
Tanggal akses 26/06/2013

 Alexander, J.P (2012). “Pengembangan Lingkungan Pintar di Indonesia”.
http://staff.blog.ui.ac.id/jp/files/2012/11/Paper-Jarkom-Final-Jan-Peter-Alexander-CreativeCommons.pdf . Tanggal akses 01/07/2013

 http://www.ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2011/09/pervasive-computing.doc. Tanggal
akses 27/06/2013

 http://adipratama.blog.binusian.org/2010/05/17/ubiquitous-computing/. Tanggal akses 27/06/2013
 https://en.wikipedia.org/wiki/Ubiquitous_computing . Tanggal akses 27/06/2013

 http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2011/01/13/pervasive-computing-terintegrasinyateknologi-informasi-dan-komunikasi-ke-dalam-kehidupan-sehari-hari-334449.html. Tanggal
akses 27/06/2013


FDWXUVWXGLR

'LJLWDOO\VLJQHGE\FDWXUVWXGLR
'1FQ FDWXUVWXGLRR %3.5 ,H VHWLDZDQFDWXU# JPDLOFRP
5 HDVRQ,DPWKHDXWKRURIWKLVGRFXPHQW
/RFDWLRQ
'DWH