Kebijakan Standar Nasional Pendidikan. docx

Kebijakan Standar Nasional Pendidikan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Politik dan Kebijakan Pendidikan
Prof. Dr. Abd. Rachman Assegaf, M.Ag.

Disusun Oleh :
Kelompok 23
Afiq Fikri Almas (13490077)

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015/2016

1

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................2
BAB I: PENDAHULUAN..............................................................................3

A.Latar Belakang....................................................................................3
B.Rumusan Masalah...............................................................................4
C.Tujuan Makalah...................................................................................4
BAB II: PEMBAHASAN...............................................................................5
A.Latar Belakang Lahirnya Kebijakan Standar Nasional Pendidikan
.......................................................................................................................................5
B.Pengertian Standar Nasional Pendidikan ...........................................6
C.Tujuan dan Fungsi Standar Nasional Pendidikan ...............................6
D.Ruang Lingkup Standar Nasional Pendidikan ...................................7
E.Badan Standar Nasional Pendidikan...................................................9
F.Implementasi Kebijakan Standarisasi Nasional Pendidikan.............10
E.Pro Kontra Standarisasi Pendidikan..................................................11
E.Hasil Analisis Kebijakan Standarisasi Nasional Pendidikan............14
BAB III: PENUTUP.................................................................................... 16
Kesimpulan.......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................17

2

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai salah satu bidang pembangunan nasional Indonesia, sektor
pendidikanpun diatur dalam perundang-undangan yang tersusun sistematis.
Secara umum, penyelenggaraan proses pendidikan di Indonesia tercantum
dalam Bab XIII pasal 31 ayat 1: “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang.”
Masalah yang muncul dari undang-undang di atas adalah bagaimana
secara manajerial proses dan sistem pengajaran tersebut dapat dilaksanakan di
seluruh wilayah nusantara dengan merata dan seragam. Dengan berbagai
ragam latar belakang dan budaya yang ada di Indonesia maka untuk mencapai
sebuah proses yang berjalan atau yang disebut dengan pendidikan pastinya
mempunyai tujuan, dipandanglah perlu adanya acuan dasar yang dapat
menjadi panutan bagi setiap daerah. Bahkan malah dapat dipandang sebagai
dasar penyeragaman pengajaran di Indonesia1.
Oleh karena itu, kemudian munculah undang-undang yang membahas
lebih dalam tentang tujuan pendidikan dengan penyeragaman tersebut yang
kemudian disebut dengan standarisasi pendidikan nasioal. Rumusan tujuan
pendidikan tersebut mendapat legal formal dengan adanya UU Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dimana
implementasinya dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang sekarang diganti dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP). Kebijakan pemerintah yang dikeluarkan tentang standar
nasional pendidikan ini tidak semerta-merta dapat diterima oleh kalangan
1 Dr. Ahmad Arifi, M.A., “Politik Pendidikan Islam: Menelusuri Ideologi dan Aktualisasi
Pendidikan Islam di Tengah Arus Globalisasi”, (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm. 68.

3

masyarakat Indonesia. Akan tetap memunculkan pro dan kontra yang
memprovokasi masing-masing diantara keduanya.
Oleh karena dalam makalah ini pemakalah mencoba memaparkan
sedikit terkait latar belakang lahirnya kebijakan Standar Nasional Pendidikan,
pentingnya

standar

nasional


pendidikan,

perlunya

Standar

Nasional

Pendidikan untuk mutu pendidikan di Indonesia, dan pro kontra terhadap
Standar Nasional Pendidikan. Yang kemudian dirangkum dalam pembahasan
makalah yang berjudul “Kebijakan Standar Nasional Pendidikan”.
B. Rumusan Masalah
Dari pembahasan di atas pemakalah merumuskan beberapa masalah
yang disebutkan sebagai berikut:
1. Latar Belakang Lahirnya Kebijakan Standar Nasional Pendidikan
2. Pengertian Standar Nasional Pendidikan.
3. Tujuan dan Fungsi Standar Nasional Pendidikan
4. Ruang Lingkup Standar Nasional Pendidikan
5. Badan Standar Nasional Pendidikan

6. Implementasi Kebijakan tentang Standarisasi Nasional Pendidikan
7. Pro Kontra Standarisasi Pendidikan
8. Hasil Analisis Kebijakan Standarisasi Nasional Pendidikan
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan penulisan yang dimaksud dari pembahasan tentang
makalah ini adalah:
1. Mengetahui Latar Belakang Lahirnya Kebijakan Standar Nasional
Pendidikan
2. Mengetahui Pengertian Standar Nasional Pendidikan.
3. Mempelajari Tujuan dan Fungsi Standar Nasional Pendidikan
4. Memahami Ruang Lingkup Standar Nasional Pendidikan
5. Mengetahui Badan Standar Nasional Pendidikan
6. Mengetahui Implementasi Kebijakan Standarisasi Nasional Pendidikan
7. Memahami Pro Kontra Standarisasi Pendidikan
9. Mengulas Hasil Analisis Kebijakan Standarisasi Nasional Pendidikan

4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Lahirnya Kebijakan Standar Nasional Pendidikan
Pada tahun 1989 bangsa Indonesia telah berhasil merumuskan undangundang organic mengenai pendidikan. Undang-undang nomer 2 tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional itu, merupakan produk hokum, yang
bermaksud mengatur aspek kehidupan yang disebut pendidikan di lingkungan
masyarakat atau bangsa dan negara Indonesia. Kehadiran undang-undang
tersebut sudah cukup lama ditunggu kehadirannya oleh rakyat Indonesia,
karena peranannya yang sangat penting dalam mewujudkan cita-cita
kemerdekaan bangsa Indonesia. Penantian itu sampai juga pada titik akhirnya
dengan disyahkannya undang-undang tersebut pada tanggal 27 maret 1989,
dan dicantumkan di dalam Lembaran Negara Republik Indonesi nomer 6.2
Kemudian dari itu munculah UU nomor 20 tahun 2003 tentang
SISDIKNAS (sistem pendidikan nasional), yang didalamnya terdapat pasal 1
ayat 17 menyebutkan bahwa standar nasional pendidikan adalah kriteria
minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dari beberapa ketentuan-ketentuan pasal per
pasal tersebut di dalamnya, maka terbentuk Peraturan Pemerintah nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang dibentuk sebagai
standar minimum pendidikan.
Demi tercapainya mutu atau kualitas pendidikan yang baik maka
delapan Standar Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan oleh kemendiknas

dengan Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 sekarang diganti menjadi
Peraturan Pemerintah no 32 tahun 2013 yang meliputi standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiyaan, dan

2 H. Hadari Nawawi & H. Mimi Martini, “Kebijakan Pendidikan di Indonesia: Ditinjau
dari sudut hokum”, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994), hlm. 1.

5

standar penilaian pendidikan perlu diterapkan dan dilaksanakan secara hatihati dan berdaya guna bagi mutu pendidikan secara merata.3
B. Pengertian Standar Nasional Pendidikan
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pengertian standar adalah
sesuatu yang dipakai sebagai contoh atau dasar yang sah bagi ukuran, takaran,
dan timbangan. Sedangkan pengertian dari istilah standarisasi adalah
penyeseuaian bentuk (ukuran, kualitas, dsb) dengan pedoman yang telah
ditetapkan.4
Sedangkan pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negeri.
Sedangkan arti dari pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berdasar pancasila dan undang-undang dasar negara Republik Indonesia tahun
1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan
tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Dengan demikian dalam PP No.19 tahun 2005 pengertian dari standar
nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan
diseluruh wilayah hukum negara kesatuan Republik Indonesia.5
C. Tujuan dan Fungsi Standar Nasional Pendidikan
Dalam peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 bab II fungsi dan
tujuan diadakannya Standar nasional pendidikan adalah :

3 Soedijarto, “Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita”, (Jakarta : PT Kompas
Media Nusantara, 2008), hlm. 474
4 W.J.S Poerwadarminta, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: PN. Balai Pustaka,
1982), hlm. 964.
5 Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
(Bandung: Utra Umbara, 2008), hlm. 58


6

“standar nasional pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.”6
“standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.”
Ada pula pakar serta peneliti yang betul-betul mempercayai dan yakin
bahwa Standarisasi pendidikan adalah suatu hal yang perlu, Karena Standar
nasional pendidikan mempunyai fungsi diantaranya sebagai berikut:
1. Standar nasional pendidikan berfungsi untuk pengukuran kualitas
pendidikan. Standar tersebut tentunya bukan merupakan ukuran yang
statis, tetapi semakin lama semakin ditingkatkan.
2. Standar nasional pendidikan berfungsi sebagai pemetaan masalah
pendidikan.
3. Standar nasional pendidikan berfungsi sebagai penyusunan strategi dan
rencana pengembangan sesudah diperoleh data-data dari evaluasi
belajar secara nasional seperti ujian nasional.7

4. Standar nasional pendidikan juga sebagai sarana untuk meningkatkan
mutu pendidikan bukannya bertujuan untuk memasung proses
pemberdayaan peserta didik tetapi yang bertujuan memacu inisiatif
belajar yang kreatif.
D. Ruang Lingkup Standar Nasional Pendidikan
Ruang lingkup SNP meliputi (PP 32/2013 pasal 2 ayat 1)8:
1. Standar Kompetensi Lulusan
Adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan (PP 32/2013 pasal 1 ayat 5).
Juklak baru : Permendikbud no. 54 Tahun 2013.
6 Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
hlm. 62.
7 Kunandar, Antara Standar Nasional Pendidikan dengan ujian Nasional,
http://Ruangpikirmultiply.com/jurnal/item/45, diakses tanggal 2 Maret 2016.
8
http://www.kopertis12.or.id/2013/06/28/permendikbud-tentang-standar-nasionalpendidikan-juklak-pp-32-tahun-2013.html#sthash.WDpyK8WV.dpuf diakses tanggal 4 maret 2016

7

2. Standar isi

Adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat Kompetensi untuk
mencapai Kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu (pasal 1
ayat 6)
Juklak baru : Permendikbud no. 64 Tahun 2013
3. Standar Proses
Adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan
untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (pasal 1 ayat 7)
Juklak baru : Permendikbud no. 65 Tahun 2013
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Adalah kriteria mengenai pendidikan prajabatan dan kelayakan maupun mental,
serta pendidikan dalam jabatan (pasal 1 ayat 8).
Juklak lama : Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
5. Standar Sarana dan Prasarana
Adalah kriteria mengenai ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah,
perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan
berekreasi serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (pasal 1
ayat 9).
Juklak lama: Standar Sarana dan Prasarana
6. Standar Pengelolaan
Adalah

kriteria

mengenai

perencanaan,

pelaksanaan,dan

pengawasan

kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi,
atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan
(pasal 1 ayat 10).
Juklak lama: Standar Pengelolaan
7. Standar Pembiayaan
Adalah kriteria mengenai komponen dan besarnya biaya operasi satuan
pendidikan yang berlaku selama satu tahun (pasal 1 ayat 11).

8

Juklak lama : Standar Pembiayaan Pendidikan
8. Standar Penilaian Pendidikan
Adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil
belajar Peserta Didik (pasal 1 ayat 12)
Juklak baru: Permendikbud no. 66 Tahun 2013
E. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
Selain dari pada pembahasan diatas, pada bab XI peraturan pemerintah
No. 19 tahun 2005 juga terdapat penjelasan tentang badan standar nasional
pendidikan (BSNP).
Badan standar nasional pendidikan (BNSP) adalah lembaga yang
dibentuk berdasarkan dan amanah dari UU sistem pendidikan nasional misi
untuk

mengembangkan,

memantau

pelaksanaan,

dan

mengevaluasi

pelaksanaan standar nasional pendidikan.9
Dalam rangka pengembangan, pemantauan dan pelaporan pencapaian
standar nasional pendidikan, dengan peraturan pemerintah telah membentuk
badan standar nasional (BNSP). Badan tersebut berkedudukan di ibu kota
wilayah negara republik indonesia yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri Pendidikan Nasional. Badan ini menjalankan tugas dan
fungsinya secara mandiri dan profesional. BNSP dipimpin oleh seorang ketua
dan seorang sekretaris yang dipilih oleh dan dari anggota atas dasar suara
terbanyak. Keanggotaan pada BSNP ini berjumlah gasal.
Sesuai dengan peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005, jumlah
anggota BNSP paling sedikit berjumlah 11 (sebelas) orang dan palinf banyak
15 (lima belas) orang. Anggota BSNP terdiri atas ahli-ahli bidang psikometri,
evaluasi pendidikan, kurikulum dan manajemen pendidikan yang memiliki
wawasan,pengalaman dan komitmen untuk peningkatan mutupendidikan.
Keanggotaan BNSP diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Pendidikan
Nasional untuk masa bakti 4 (empat) tahun. Kewenangan yang dimiliki oleh
BNSP sebagaimana diatur dalam PP 19 tahun 2005 mencakup:10
9 http://www.BNSP.Indonesia.org, diakses tanggal 2 Maret 2016
10 Badan Nasional Pendidikan, “ http://www.g-excess.com/id/standar-nasionalpendidikan.html “, diakses tanggal 4 Maret 2016.

9

1. Mengembangkan standar nasional pendidikan,
2. Menyelenggarakan ujian nasional
3. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan pemerintah daerah
dalam penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan
4. Merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
F. Implementasi Kebijakan tentang Standarisasi Nasional Pendidikan
Dengan adanya kebijakan tentang Standarisasi Nasional Pendidikan
yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 mengenai
berbagai pemenuhan standar yang harus dijalankan dalam sistem pendidikan,
dapat diketahui bahwa perkembangan pendidikan di Indonesia telah
direncanakan secara jelas dan terarah. Maka untuk mengetahui perkembangan
penerapannya, dapat dilihat dari implementasi yang ada dari kebijakan ini
sendiri.
Dengan melihat hasil jurnal penelitian mengenai implementasi
kebijakan Standar Nasional Pendidikan melalui evaluasi-evaluasi. Dapat
diketahui tentang perbandingan sekolah tertinggi dan terendah sekolah SMP
program SSN. Perbandingan sekolah pada 10% sampel yang memiliki nilai
paling tinggi dan rendah. Dengan demikian terdapat 4 sekolah yang memiliki
nilai paling rendah. Jumlah nilai paling tinggi adalah 232, 234 (2 sekolah), dan
241 sedangkan nilai paling rendah adalah 170, 171, 175, dan 181.11
Tinggi rendahnya nilai adalah akibat adanya pembinaan dalam rangka
implementasi SNP. Pembinaan dapat berasal dari pusat maupun daerah.
Dengan studi tersebut menemukan bahwa 84,1% (37 sekolah) sampel
menyatakan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan,
sedangkan siswa 15,9% (7 sekolahan) tidak merespon. Berdasarkan hasil
evaluasi terhadap tujuh SNP, maka telah tercapai sebesar 52,27% sekolah atau
lebih dari separuh sekolah yang ada.

11 Jurnal Pendidikan dan kebudayaan, Volume 17 Nomor 6, Edisi November 2011.

10

Dilihat dari standar isi, telah tercapai 59,09% sekolah. Gambaran ini
merupakan kondisi yang kondusif bagi tercapainya mutu pendidikan dengan
melaksanakan kurikulum yang ada dengan sesuai dan tepat.
Dilihat dari standar proses, telah tercapai 72,73% sekolah. Hal ini
terlihat sekolah sudah memiliki RPP dengan pembelajaran yang kondusif dari
usaha kepala sekolah yang melakukan pemantauan dan evaluasi pembelajaran.
Gambaran sarana prasarana telah memadai dengan tercapai 63,64%
sekolah. Hal ini terliahat prasarana seperti luas tanah dan daya listrik
memadai, terdapat ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang guru, ruang tata
usaha, dan ruang lain-lain.
Dilihat dari standar pengelolaan, telah tercapai sebesar 70,45%
sekolah. Dengan memiliki visi misi tujuan serta penerapan masing-masing
sesuai dengan perencanaanya.
Dilihat dari standar penilaian juga tercapai sebesar 52,27% sekolah.
Hal ini terlihat dari rancangan dan kriteria penilaian yang dilakukan oleh guru
seperi tes pengamatan, penugasan terstruktur, tugas mandiri, LKS, portofolio,
analisis, dan remidial.
Sehingga secara garis besar, dapat dinilai pelaksanaan Standarisasi
Nasional pendidikan telah dilaksanakan sesuai dengan ruang lingkup yang
menjadi tanggung jawabnya, dan dalam hal ini penerapan segala kegiatan
dilakukan oleh Badan Standarisasi Nasional Pendidikan dengan bentuk-bentuk
agenda yang telah dijelaskan diatas.
G. Pro Kontra Standarisasi Pendidikan
Disamping pendapat yang optimis tentang manfaat standarisasi tidak
kurang pula pendapat-pendapat yang menentang standarisasi pendidikan atau
setidak-tidaknya

memberikan

aba-aba

untuk

berhati-hati

mengenai

konsekuensi standarisasi di dalam proses pendidikan. Marilah kita lihat
kelompok yang pro maupun kelompok yang kontra terhadap standarisasi
pendidikan. Mengetahui pandangan kedua kelompok yang bertentangan
tersebut akan membawa kita kepada pengertian yang lebih luas dan mendalam
atau memberikan perspektif yang lebih luas terhadap nilai-nilai positif

11

maupun nilai-nilai negative dari standarisasi. Maksudnya tidak lain ialah agar
kita berhati-hati di dalam mengambil keputusan untuk melaksanakan
peningkatan mutu pendidikan dengan menggunakan standarisasi pendidikan.
1. Pro
Pada umumnya kelompok yang mempercayai standarisasi
pendidikan akan meningkatkan proses belajar peseta didik tetapi
dengan kondisi tertentu. Kelompok ini menyutujui adanya standarisasi
pendidikan apabila standar tersebut memenuhi beberapa syarat sebagai
berikut:12
a. Standar yang akan dilaksanakan merefleksikan kebijakan atau
wisdom dari orang tua dan guru. Hal ini berarti standar tidak
ditentukan dari suatu lembaga di luar stakeholder terutama
dalam pendidikan yaitu orang tua dan guru.
b. Penyusunan dan penetapan standar isi atau kurikulum haruslah
secara berhati-hati. Penyusunannya harus mengikutsertakan
para ahli kurikulum oleh sebab penyusunan kurikulum
pendidikan telah mengalami berbagai kemajuan. Kurikulum
tidak dapat disusun oleh sembarang orang, oleh para amatir
atau politisi, tetapi oleh para pakar-pakar spesialis kurikulum
sehingga standar yang telah ditentukan mendapatkan kerangka
yang jelas dan terarah di dalam kurikulum.
c. Standar yang telah ditentukan hendaknya dapat dilaksanakan
oleh guru professional.
d. Kemajuan akademik di sekolah tidak dapat semata-mata
melalui tes akhir atau ujian akhir.
e. Standar haruslah memberikan kesempatan yang sama untuk
semua peserta didik. Apabila standar mengadakan diskriminasi
peserta didik maka standar tersebut merupakan suatu

12 H.A.R. Tilaar, “Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis”, ( Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2006), Hlm. 132

12

pemerkosaan yang biadab terhadap hakikat manusia yang
sama.
Selain alasan di atas ada juga alasan dari para pakar yang setuju
terhadap standarisasi pendidikan yaitu sebagai berikut:13
a. Standarisasi berfungsi sebagai penuntun bagi guru di dalam
mengadakan perubahan global.
b. Standarisasi berisi suatu kewajiban moral untuk memberikan
kesempatan yang sama kepada semua peserta didik.
c. Standarisasi

yang

bersifat

nasional

akan

menghindari

keinginan-keinginan pribadi dan guru.
d. Adanya standar nasional mencegah kontrol lokal yang
berlebihan.
e. Standarisasi pendidikan dirasakan suatu kebutuhan karena
tuntunan masyarakat yang berubah dengan cepat.
f. Standarisasi

pendidikan

akan

memberikan

akuntabilitas

pendidikan.
2. Kontra
Dewasa ini standarisasi pendidikan banyak dipengaruhi oleh
keputusan-keputusan bisnis dan politik. Hal ini terbukti ketika
pergantian seorang pemimpin maka akan mengalami perubahan juga
dalam menetapkan kebijakan-kebijakannya contohnya perubahan PP
no 19 tahun 2005 diganti menjadi PP no 32 tahun 2013 sesuai dengan
bergantinya tonggak kepemimpinan dalam pemegang kebijakan
sampai pada bergantinya kurikulum.
Standarisasi telah menentukan suatu tujuan yang terletak di luar
proses pendidikan itu sendiri. Apalagi standar ditentukan oleh birokrasi
yang tidak mengenal apa yang terjadi di dalam praksis pendidikan di
sekolah. Selain itu standarisasi pendidikan yang di atur dalam PP no 19
tahun 2005 sekarang PP no 32 tahun 2013 tentang standar nasional
pendidikan menekankan perlunya masyarakat pendidikan merujuk
13 Ibid, hlm 133

13

pada perangkat standar mutu sebagai acuan formal dan baku dalam
usaha peningkatan kualitas pendidikan. Walupun konsep dasar dari
ketentuan itu secara oprasional masih tidak jelas. PP no 19 tahun
20005 sekarang PP no 32 tahun 2013 memberikan ketentuan kriteria
minimal tentang system pendidikan yang berlaku nasional. Ini berarti
bahwa setiap satuan pendidikan harus sedikit-dikitnya memenuhi
standar

minimal

tersebut

untuk

dapat

dinilai

berkualitas.

Konsekuensinya setiap satuan pendidikan yang tidak memenuhi
standar itu adalah lemabag sub standar tidak berkualitas. 14 Sehingga
hal ini memberikan pemahaman bahwa akan terciptanya diskriminasi
dan pembedaan sedangkan dalam tujuan awal pendidikan nasional
adalah untuk memberikan pemerataan dalam pendidikan tanpa ada
diskriminasi.
Selain alasan-alasan di atas kelompok yang kontra terhadap
standarisasi pendidikan juga menyebutkan bahwa keberhasilan suatu
pendidikan tidak dilihat hanya dari ujian akhir sebagai bahan evaluasi
nasional. Namun pada PP no 32 tahun 2013 ada perubahan terkait ujian
akir nasional bahwa untuk tingkat sekolah dasar baik SD maupun MI
sudah dihapuskan.
H. Hasil Analisis Kebijakan Standarisasi Nasional Pendidikan
1. Kelebihan
Meliahat dari analisis implementasi tentang kebijakan Standar Nasional
Pendidikan diatas, bahwa karakteristik yang digambarkan meliputi status sekolah,
letak geografis, besar sekolah, prestasi, latar belakang orang tua, dan profil
sekolah merupakan sekolah yang relatif baik. Seluruh karakteristik yang dimiliki
SMP sampel menunjukan gambaran baik seperti sebagian besar sekolah negeri.
2. Kelemahan
Berbicara mengenai kelebihan pasti tidak jauh dengan adanya kekurangan. Sebaik
apapun pengelolaan mengenai SNP namun tetap ada kendala atau kelemahan
14 Winarno Surakhmad, “Pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi”, (Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara, 2009), hlm. 353

14

dalam menjalankan implementasi tersebut. Pada prinsipnya terdapat kelemahan
atau kendala seperti : masih ada yang tidak peduli terhadap SNP, terdapat
kesenjangan target sasaran program SSN antara perkotaan dan di pedesaan, tidak
berubahnya SKL.
3. Solusi
Menarik pembahasan mengenai kelebihan dan kekurangan yang telah dibahas
diatas maka dapat diampil solusi, yaitu : meningkatkan program sampel pada
pedesaan, menekankan informasi tentang pentingnya SNP pada wali murid agar
bisa membantu siswa menjadi berkembang, dan menentukan target sasaran atas
dasar rata-rata nilai UN yang dipengaruhi oleh SKL

15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Latar belakang dari Kebijakan Standar Nasional Pendidikan adalah UU
No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS kemudian memunculkan PP No 19
Tahun 2005 yang sekarang diganti dengan PP No 32 Tahun 2013 tentang SNP.
SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah
hukum negara kesatuan Republik Indonesia. Fungsinya sebagai dasar dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Ruang lingkupnya meliputi:
Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Pendidik
dan Tenaga

Kependidikan,

Standar

Sarana dan

Prasarana,

Standar

Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan.
SNP dalan prosesnya memiliki badan tersendiri yaitu Badan standar
nasional pendidikan (BNSP) atau lembaga yang dibentuk berdasarkan dan
amanah

dari

UU

sistem

pendidikan

nasional

dengan

misi

untuk

mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi pelaksanaan
standar nasional pendidikan. BSN menilai pelaksanaan Standarisasi Nasional
pendidikan telah dilaksanakan sesuai dengan ruang lingkup yang menjadi
tanggung jawabnya sampai saat ini. Walaupun begitu, tetap menimbulkan pro
dan kontra dalam kebijakan SNP, sala satu alas an kelompok pro adalah
standarisasi berfungsi sebagai penuntun bagi guru di dalam mengadakan
perubahan global, sedangkan orang yang kontra memaparkan bahwa
standarisasi pendidikan banyak dipengaruhi oleh keputusan-keputusan bisnis
dan politik.
Dari hal tersebut pemakalah telah memberikan kelebihan, kekurangan
dan solusi dari permasalahan ini dalam akhir pembahasan makalah di atas.

16

DAFTAR PUSTAKA
Arifi, Ahmad. 2010. Politik Pendidikan Islam: Menelusuri Ideologi dan
Aktualisasi Pendidikan Islam di Tengah Arus Globalisasi. Yogyakarta:
Teras.
Nawawi, Hadari & Mimi Martini. 1994. Kebijakan Pendidikan di Indonesia:
Ditinjau dari sudut hokum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Poerwadarminta. 1982. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai
Pustaka.
Soedijarto. 2008. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita. Jakarta : PT
Kompas Media Nusantara.
Surakhmad, Winarno. 2009. Pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi. Jakarta:
PT Kompas Media Nusantara.
Tilaar. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Bandung: Utra Umbara.
Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Kunandar. Antara Standar Nasional Pendidikan dengan ujian Nasional.
http://Ruangpikirmultiply.com/jurnal/item/45,
Badan Standar Nasional Pendidikan. http://www.BNSP.Indonesia.org,
Badan

Nasional

Pendidikan.

http://www.g-excess.com/id/standar-nasional-

pendidikan.html

17