MOTIVASI WANITA MELAKUKAN TINDAK KEJAHAT

Motivasi Wanita Melakukan Tindak Kejahatan Pembunuhan Berencana (Studi
Kasus di Napi Lembaga Permasyarakatan Wanita Klas IIA Malang)

Ardy Fazri Maulana
(ardyfazri@rocketmail.com)
Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya Malang

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa dan bagaimana motivasi
seorang wanita dalam melakukan tindak kejahatan pembunuhan berencana. Masih
tabunya seorang wanita dalam melakukan tindak kejahatan pembunuhan, ditambah
dengan kasus pembunuhan yang direncanakan menjadikan peneliti sangat tertarik untuk
menggali kasus tersebut. Mengapa dan bagaimana seorang wanita yang secara konstruk
sosial dikenal sebagai kaum yang selalu melindungi, bersikap lemah lembut dan
pendamai bisa melakukan pembunuhan berencana. Motivasi tindak kejahatan
pembunuhan yang dilakukan oleh LTW sebagai seorang wanita terjadi karena suatu
hubungan yang terlalu dekat diantara keduanya yang menyebabkan tidak ada batasan
kerja dengan kehidupan pribadi. Peneliti menggunakan teori Motivasi Sigmund Freud
yang berawal dari energi psikis dan insting. Kebutuhan-kebutuhan subjek atau LTW yang

tidak tercukupi seperti gaji yang cukup atau pantas (sesuai kinerja subjek), serta harga diri
subjek dan keluarganya selama beberapa tahun berkembang menjadi suatu kebutuhan
insting dan ego atau kebutuhan psikologis yang harus terpuaskan. Dendam dan
kekecewaan tersebut berlangsung terhadap korban selama empat tahun bertumpuk dan
menyebabkan terdorongnya LTW untuk membunuh korban sebagai perwujudan instink
mati oleh LTW kepada korban. Oleh karena itu dalam metode penelitiannya, peneliti
menggunakan penelitian kualitatif dengan model pendekatan studi kasus Robert K. Yin.
Analisa data dengan cara kualitatif yang merujuk pada analisa studi kasus Yin
penjodohan pola dengan strategi penjelasan tandingan sebagai pola. Subjek penelitian
akan meneliti seorang Napi Wanita di LP Klas IIA Malang dengan terpidana kasus
pembunuhan berencana. Wanita dengan kasus pembunuhan berencana di LP Wanita Klas
IIA Malang tersebut cukup unik karena sebagian besar Napi wanita yang berada di LP
tersebut terpidana kasus Narkoba dan sisa sedikitnya yaitu terpidana kasus pembunuhan
dan khususnya pembunuhan berencana. Kasus pada penelitian ini peneliti menggali
motivasi pembunuhan berencana yang dilakukan subjek berawal dari masalah gaji,
hubungan antara subjek dengan korban dan rencana korban dengan teman kerjanya dalam
melakukan pembunuhan
Kata kunci : Motivasi, Wanita, Pembunuhan Berencana

1


2

Motivation Women Doing Crime Murder Planning (Case Studies on
Women's Correctional Institution Inmates Class IIA Malang)
ABSTRACT
This study aims to determine the why and how motivated women doing crime murder
planning . Still taboo woman in committing the crime of murder, coupled with the
planned murder case makes the researcher very interested in exploring the case. Why and
how a woman who is a social construct known as a people who always protects, be gentle
and peaceable could commit murder . Motivation murder crimes committed by LTW as a
woman occurs because of a too close relationship between the two that causes no
restrictions work with personal life . Researchers using Sigmund Freud 's theory that
motivation came from psychic energy and instinct. The needs of the subject or LTW that
is not fulfilled as sufficient or appropriate salary ( performance-based subject ), as well as
self-esteem subjects and their families for several years developed into an instinctual
needs and ego or psychological needs that must be satisfied . Resentment and
disappointment took place against the victim for four years to accumulate and cause
driven LTW to kill the victim as the embodiment of death instinct by LTW to the victim.
Therefore, the research method, the researchers used a qualitative research approach with

a model case study of Robert K. Yin. Analysis of qualitative data in a way that refers to
the analysis of case studies Yin pairing strategy pattern with rival explanations as patterns
. Subjects of the study will examine a Prisoners woman in Malang with the LP Class IIA
convicted of premeditated murder. Women with capital murder in the LP Class IIA
Malang Women are quite unique because most of the women inmates who were
convicted in the LP residual drug and at least that is convicted of murder and murder in
particular. Case in this study, researchers explore the motivation murder of the subject
begins with the salary issue , the relationship between the victim and the subject of the
victims plan to murder his friend
Keywords: Motivation, Woman, Murder Plan

3
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lombrosso (Kartono,2005) berpendapat bahwa yang namanya penjahat itu
mempunyai tipe-tipe tertentu, misalnya berwajah seram, dan matanya merah
menakutkan. Namun demikian kenyataannya tidak selalu yang dibayangkan
orang. Bahkan belakangan ini tidak jarang dijumpai adanya pria yang rapi menjadi
penghuni suatu Lembaga Pemasyarakatan karena terlibat dalam berbagai
kejahatan. Kaum wanita yang sesungguhnya lebih banyak berperan sebagai

makhluk pelindung, ternyata juga banyak yang meninggalkan sifat keibuannya,
dengan melakukan berbagai kejahatan.
Hurwits (2001) mengemukakan bahwa kejahatan yang dilakukan kaum
wanita secara kualitatif maupun kuantitatif lebih rendah dari pada yang dilakukan
kaum pria, hal ini disebabkan karena:
1. Biologis
Menurut pendapat ini bahwa, wanita secara fisik kurang kuat atau lemah,
dan karena ada psikis yang khas yang berbeda dengan laki-laki, sehingga
kriminalitas berkurang.
2. Sosiologis
a. Wanita lebih terlindung oleh lingkungan karena tempat bekerja di
rumah dengan tanggung jawab hanya mengenai rumah tangga .
b. Kurang minum-minuman keras.
Kejahatan yang dilakukan wanita biasanya

kejahatan yang tergolong dalam

kejahatan ringan dan tidak profesional. Serta dilakukan dalam keadaan terpaksa
yang didorong suatu keadaan dan kepentingan yang amat sangat serta dilakukan
secara mendadak . Salah satu kejahatan sering terjadi, dan sangat meresahkan


4
dewasa ini adalah kejahatan pembunuhan. Biasanya kejahatan ini dilakukan oleh
kaum pria, walaupun ada juga wanita yang melakukan pembunuhan.
Kesimpulan Latar Belakang
Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang
mendorong perilaku ke arah tujuan (goal), (Walgito,2010) .Secara umum memberikan

gambaran bahwa karakteristik dari motivasi adalah wilayah yang berfungsi
mengaktifkan perilaku. Dikatakan adanya motivasi yang melatari tindak pembunuhan
berencana oleh wanita.

Melihat motivasi seperti diatas, dapat dikatakan ketika seorang wanita
melakukan agresifitas seperti pembunuhan berencana karena tertekan keadaan
maka secara mutlak terdapat motivasi yang ada pada diri pelaku pembunuhan.
Penulis ingin mengetahui apa saja motivasi seorang wanita ketika melakukan
tindak kejahatan seperti pembunuhan berencana itu.
Peneliti melihat tindak kejahatan pembunuhan berencana yang dilakukan
oleh seorang wanita memang menjadi hal yang tabu selama peradaban manusia itu
berlangsung. Tidak sedikit juga pembunuhan selama berabad-abad ini pelakunya

adalah seorang wanita. Hal ini menjadi anomali ketika disangkut pautkan dengan
penilaian masyarakat secara umum tentang wanita yang selalu tampil sebagai
pendamai, berperilaku santun dan sangat lembut.
Berdasarkan dari latar belakang diatas, Indonesia khususnya sudah banyak
terjadi pembunuh yang dilakukan oleh kaum wanita. Kasus pembunuhan yang
dilakukan oleh wanita dengan melibatkan orang lain serta menggunakan
perencanaan sebelum melakukan pembunuhan. Melihat permasalahan tersebut
penjelasan yang lengkap tentang motivasi akan dijelaskan Sigmund Freud
menggunakan konsep insting dalam menjelaskan motivasi, peneliti tertarik

5
melakukan penelitian secara empiris dengan judul adalah “Motivasi Wanita
Melakukan Tindak Kejahatan Pembunuhan Berencana (Studi Kasus di Napi
Lembaga Permasyarakatan Wanita Klas IIA Malang) ”.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana dan mengapa seorang Wanita melakukan tindak kejahatan
pembunuhan berencana?
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui motivasi dan mengapa seorang wanita melakukan

tindak

kejahatan

pembunuhan

berencana

pada

Narapidana

Lembaga

Permasyarakatan Wanita Kelas IIA Malang dengan menggunakan studi kasus.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan teoritis bagi
perkembangan ilmu psikologi, serta dapat digunakan sebagai pedoman dalam
penelitian yang lebih lanjut, mengenai motivasi pembunuhan berencana oleh

kaum wanita.
2. Manfaat Praktis
Sebagai masukan kepada pihak masyarakat agar menyadarkan bahwa
wanita sebagai benteng terakhir kesejahteraan keluarga di masyarakat luas..
Bagi pihak Lembaga Permasyarakatan Wanita Klas IIA Malang, sebagai
tambahan kekayaan informasi yang berkaitan studi wanita dan kajian tentang
gender, khususnya pembunuhan yang dilakukan oleh kaum wanita.

6

TINJAUAN TEORITIS
A. Motivasi

Kata motivasi berasal dari bahasa latin “Motivere” yang artinya
menimbulkan pergerakan. Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan.
Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat.
Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia
untuk bertingkah-laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu.
Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di mulai dengan motivasi
(niat). Menurut Wexley dan Yukl (As’ad, 2007) motivasi adalah pemberian atau

penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif.
Sedangkan menurut Mitchell (Winardi, 2002) motivasi mewakili proses- proses
psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya
persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarah

Motivasi Insting Sigmund Freud

Freud dalam diktat mata kuliah (As’ad, 2010) menggunakan konsep energi
dalam menjelaskan motivasi. Ia menyebut motivasi dengan energi psikologis,
sekalipun definisi mengenai hal tersebut tidak pernah dipaparkan secara jelas.
Kadang-kadang ia menyamakan energi psikis sebagai stimulasi yang terjadi dalam
sistem persyarafan dan pada kesempatan lain ia menganggapnya sebagai sistem
hidrolik yang berkaitan dengan penyimpanan dan pelepasan energi.
Freud menegaskan bahwa energi psikis adalah salah satu struktur
kepribadian yaitu id (aspek psikologis dari kepribadian). Proses timbulnya energi

7
psikis bermula dari adanya kebutuhan-kebutuhan fisiologis yang menyebabkan
ketegangan pada organisme. Ketegangan ini menimbulkan insting dan dari insting
inilah muncul energi psikologis. Ego sebagai aspek psikologis dari kepribadian

mengambil alih upaya pemuasan dengan cara mengingat, berfikir dalam rangka
upaya menemukan obyek pemuasan dalam hal ini makanan yang realistis untuk
orang yang lapar. Freud berpendapat bahwa dalam kehidupan, seseorang tidak
cukup hanya memenuhi kebutuhan hidupnya dengan obyek-obyek yang riil secara
materi belaka. Karena dalam kenyataan ia akan berhadapan dengan hal-hal yang
sifatnya non materi yaitu nilai-nilai, baik itu nilai-nilai moral maupun nilai-nilai
sosial. Oleh karena itu sekalipun ego sudah menemukan objek pemuasan yang
realistis, ego masih mengirim energi psikologis ke super ego yang memiliki
prinsip kerja kesempurnaan (perfection principle). Energi psikologis dikirim oleh
ego ke super ego, dengan maksud untuk meminta pertimbangan apa objek yang
realistis tadi tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral misalnya norma-norma
agama atau norma-norma sosial. Apabila super ego memberikan persetujuan,
dalam arti upaya pemuasan yang akan dilakukan tidak bertentangan dengan
norma-norma

(agama,

sosial,

dan


moral),

maka

dimulailah

upaya

pemuasan.(As’ad,2010)

B. Wanita

Kata perempuan dalam bahasa Arab diungkapkan dengan lafaz yang
berbeda, antara lain mar`ah, imra`ah, nisa`, dan unsa. Kata mar`ah dan imra`ah
jamaknya nisa`. Ada yang mengatakan bahwa akar kata nisa` adalah nasiya yang
artinya lupa disebabkaan lemahnya akal. Akan tetapi pengertian ini kurang tepat,
karena tidak semua perempuan akalnya lemah dan mudah lupa. Sementara dalam

8
Kamus Bahasa Indonesia disebutkan, perempuan adalah orang (manusia) yang
mempunyai puka, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui.
Sedangkan wanita adalah perempuan dewasa. Dapat diketahui, bahwa perempuan
adalah manusia yang mempunyai puka tidak dibedakan umurnya. Tetapi kalau
wanita adalah perempuan yang sudah mencapai dewasa. (Alwi, 2002).

1. Biologis
a. Wanita
Wanita secara biologis mengalami masa-masa yang tidak dialami oleh
kaum laki-laki seperti haid, hamil, melahirkan, dan setelah itu menyusui.
Reproduksi wanita berbeda dengan laki-laki seperti halnya vagina, rahim,
ovum (Anggy, 2013).
b. Laki-laki
Menurut (Anggy, 2013) seorang laki-laki secara fisik mempunyai Jakun
dan jambang. Dalam hal reproduksinya laki-laki mempunyai sperma yang
bertujuan untuk membuahi sel telur pada wanita yang dikeluarkan oleh penis.
Laki-laki hanya bisa menghamili dan tidak untuk melahirkan.

Hal ini

merupakan kodrat, ditentukan oleh Tuhan dan tidak dapat dipertukarkan.
2. Sifat/Pekerjaan
a. Wanita
Eilhathiana (2013) menjelaskan bahwa sifat wanita pada umumnya lebih
terlihat lemah lembut, tidak rasional, dan emosional. Dalam menyelesaikan
pekerjaannya wanita lebih cenderung teliti dari pada laki-laki. Wanita sering
diasosiasikan sebagai pribadi yang hemat, maka dari itu wanita biasanya
sebagai pengatur masalah keuangan rumah tangga atau di tempat pekerjaannya
atau yang disebut bendahara.

9
b. Laki-laki
Kuat bekerja, mencari nafkah, diasosiasikan lebih kepada kaum lakilaki dalam hal masalah pekerjaan. Dalam hal sehari-hari laki-laki juga mampu
seperti

mengasuh anak, memasak, berkebun. Laki-laki lebih cenderung

banyak sebagai pemimpin, misalnya sebagai pemimpin Negara, pemimpin
perusahaan, pemimpin instansi atau lembaga-lembaga. Pengertian ini bukan
kodrat, tetapi ditentukan oleh masyarakat/budaya. Bisa dipertukarkan
(Gender).
3. Wanita Menurut Konsep Gender
Secara biologis alat-alat kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak
dapat dipertukarkan, hal ini merupakan kodrat dan ketentuan Tuhan (Fakih,
2006).
(Rahmawati, 2004) mengemukakan kata gender berasal dari bahasa Inggris
yang berarti jenis kelamin. Secara umum, pengertian

Gender adalah

perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari
nilai dan tingkah laku.

Perempuan adalah orang (manusia) yang mempunyai rahim, dapat
menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui, sedangkan wanita adalah
perempuan dewasa. Dapat diketahui, bahwa perempuan adalah manusia yang
mempunyai rahim tidak dibedakan umurnya. Tetapi kalau wanita adalah
perempuan yang sudah mencapai dewasa. Sedangkankan gender, mulai
diperbincangkan manusia ketika ada salah satu perubahan yang paling
mencolok dalam hal kemanusiaan pada 80an, yaitu timbulnya isu gender
sebagai katagori analisa. Teori gender mulai berkembang sejak awal 80-an
dalam pemikiran feminis baik dalam bidang sejarah, antrofologi, filsafat.

10
Berbicara tentang gender berarti berbicara tentang laki-laki dan perempuan.
Disimpulkan bahwa gender adalah konsep yang melihat peran laki-laki dan
perempuan dari segi sosial dan budaya, tidak dilihat dari jenis kelaminnya.
Sedangkan relasi gender mempersoalkan posisi perempuan dan laki-laki dalam
pembagian sumber daya dan tanggung jawab, manfaat, hak-hak, kekuasaan,
dan previles (Eilhathiana, 2013).

Dewi (2006) konsep gender juga menyebabkan terbentuknya stereotipe
yang ditetapkan secara budaya atau hal yang umum tentang karakteristik gender
yang spesifik, berupa karakteristik yang berpasangan yang dapat menggambarkan
perbedaan gender. Hal itu dibentuk saling bertentangan, tetapi karakteristiknya
saling berkaitan. Sebagai contoh, laki-laki adalah mahluk yang rasional, maka
perempuan mempunyai karakteristik yang berlawanan yaitu tidak rasional atau
emosional.
Tabel 1. Karekteristik Pria dan Wanita
Karateristik Pria

Karateristik Wanita

Maskulin

Feminin

Rasional

Emosional

Tegas

Fleksibel/plinplan

Persaingan

Kerjasama

Sombong

Selalu mengalah

Orientasi Dominasi

Orientasi menjalin hubungan

Perhitungan

Menggunakan insting

Agresif

Pasif

Obyektif

Mengasuh

Fisik

Cerewet

11
C. Tindak Kejahatan
Pidana atau tindak kriminal segala sesuatu yang melanggar hukum atau
sebuah tindak kejahatan. Pelaku kriminalitas disebut seorang kriminal.
Biasanya yang dianggap kriminal adalah seorang pencuri, pembunuh,
perampok, atau teroris. Walaupun begitu kategori terakhir, teroris, agak
berbeda dari kriminal karena melakukan tindak kejahatannya berdasarkan
motif politik atau paham (Mustafa, 2007).
D. Pengertian Pembunuhan
Pembunuhan adalah berasal dari kata “bunuh” yang mendapatkan awalan
“per” dan akhir “an” yang menjadi “ pembunuhan” dengan suara sengau “m”
berarti “mati”. Maka pembunuhan berarti perkara atau perbuatan membunuh,
kata bunuh berarti mematikan, menghilangkan nyawa, membunuh artinya
membuat supaya mati, pembunuhan artinya orang atau alat yang membunuh,
pembunuh berarti perkara membunuh, perbuatan atau hal membunuh (Soesilo,
2005).
Chazawi (2012) mengemukakan bahwa kejahatan terhadap nyawa
(misdrijven tegen bet leven) adalah berupa kejahatan terhadap nyawa orang
lain. kepentingan hukum yang dilindungi dan yang merupakan objek kejahatan
ini adalah nyawa (leven) manusia lebih lanjut diuraikan bahwa kejahatan
terhadap nyawa dalam KUHP dapat dibedakan atas dua dasar, yaitu: 1) Atas
dasar unsur kesalahannya; 2) Atas dasar unsur objeknya (nyawa). Sebagian
pakar mempergunakan istilah "merampas jiwa orang lain". Setiap perbuatan
yang dilakukan dengan segaja untuk menghilangkan/merampas jiwa orang lain
adalah pembunuhan.

12
E. Kerangka Berfikir
Wanita dikenal di masyarakat sebagai makhluk yang lembut, penuh
kasih sayang, dan mengayomi. Wanita mengedepankan perasaannya dari
pada logika dalam memecahkan suatu masalah. Jenis kelamin yang sudah
melekat di masyarakat bahwa yang biasa melakukan tindak kejahatan
pembunuhan adalah seorang laki-laki. Akan tetapi masyarakat menjadi
tabu ketika wanita melakukan tindak kejahatan yang berjenis pembunuhan
berencana. Wanita dikenal sebagai individu yang mudah mencurahkan
hatinya atau berbagi rasa kepada orang didekatnya. Wanita mudah
mengundang simpati orang disekitarnya yang menyebabkan teman dekat
subjek merasa ikut merasakan yang dideritanya. Setiap perilaku individu di
pengaruhi oleh motif-motif dalam pencapaian tujuannya.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
dengan model pendekatan studi kasus. Menurut Yin (2000) studi kasus berorientasi
untuk menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata, menjelaskan keterkaitan
kausal dalam intervensi kehidupan nyata yang terlalu kompleks, mendeskripsikan
konteks kehidupan nyata, evaluasi dan mengeksplorasi situasi dimana intervensi yang
akan dievaluasi tidak memiliki hasil yang jelas. Pendekatan studi kasus ini memiliki
sejumlah alasan, antara lain :
1. Secara umum, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok
pertanyaan mengacu pada “how” atau “ why” yang berguna pada fenomena
kontemporer di dalam konteks kehidupan nyata.

13
2. Sebagai upaya penelitian, studi kasus dapat memberi nilai tambah kepada
pengetahuan secara unik tentang fenomena individual, organisasi, sosial dan
politik.
3. Studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam
konteks kehidupan nyata. Bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks
tak tampak dengan tegas dan dimana dalam pengumpulan data multi sumber
bukti dimanfaatkan.
4. Kekuatan unik dari studi kasus adalah kemampuannya untuk berhubungan
sepenuhnya dengan berbagai jenis bukti seperti dokumen, wawancara,
observasi, perangkat fisik dan pengalaman langsung.
A. Sumber Data
Sumber data adalah sumber penyedia informasi yang akan menjadi fokus
penelitian(Moleong, 2012) . Berdasarkan asal sumbernya, data dalam penelitian ini
berupa:
Data Primer
Menurut Moleong (2012), data primer didefiniskan sebagai data yang
diperoleh secara langsung dari sumbernya. Data diperoleh dengan pengamatan dan
dicatat untuk pertama kalinya. Perolehan data secara langsung ini dapat melalui
teknik wawancara ataupun observasi. Sumber data primer yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah informasi yang peneliti dapatkan secara langsung dari
narasumber melalui wawancara dan observasi nonpartisipan.
Data Sekunder
Menurut Moleong (2012), data sekunder adalah data yang bukan diusahakan
sendiri

dalam pengumpulannya oleh peneliti, seperti data berasal dari Biro Statistik,

majalah, keterangan-keterangan, ataupun publikasi lain. Data sekunder juga dapat

14
diartikan sebagai data yang berasaldari tangan kedua, ketiga, dan seterusnya
(melewati lebih dari satu pihak).
B.

Subjek Penelitian
Subyek yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak satu orang subjek yang

memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Narapidana di LP wanita Klas IIA Malang
2. Wanita terpidana kasus pembunuhan
3. Dengan kasus berjenis pembunuhan berencana
C. Teknik Pengumpulan Data
Yin (2000) mengemukakan bukti atau data untuk keperluan studi kasus berasal
dari enam sumber, yaitu; dokumen, rekaman arsip, wawancara, observasi nonpartisipan. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data
studi kasus. Hal itu mencakup penggunaan ; pertama berbagai sumber bukti yaitu
bukti dari dua atau lebih sumber, tetapi menyatu dengan serangkaian fakta atau
temuan yang sama, kedua data dasar seperti kumpulan formal bukti yang berlainan
dari laporan akhir studi kasus yang bersangkutan, dan yang ketiga serangkaian bukti
yaitu keterkaitan yang eksplisit antara pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, data
yang terkumpul, dan konklusi-konklusi yang ditarik.
D. Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif, dari data yang
diperoleh kemudian disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara kualitatif
untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas. Berikut adalah analisis yang
digunakan dalam studi kasus:

15
1. Penjodohan Pola
Menurut (Yin, 2000) untuk menganalisis studi kasus, salah satu strategi yang
sering digunakan adalah penggunaan logika penjodohan pola. Logika seperti ini
memperbandingkan suatu pola didasarkan atas empiris dengan pola yang
diprediksikan (atau dengan beberapa prediksi alternatif).
a. Penjelasan Tandingan Sebagai Pola
Tipe penjodohan penjelasan tandingan sebagai pola adalah untuk variabel-variabel
independen. Dalam hal ini, beberapa kasus mungkin memiliki tipe hasil tertentu dan
penelitiannya terfokus pada soal bagaimana dan mengapa hasil ini terjadi pada setiap
kasus.
Temuan di
Lapangan

Kategori teori
yang dipakai

Gambar 2
Penjodohan pola

16
PEMBAHASAN
Hasil
Studi kasus ini akan dijelaskan menggunakan teori Freud (As’ad, 2010),
Freud menegaskan bahwa energi psikis berada dalam salah satu struktur
kepribadian yaitu id (aspek psikologis dari kepribadian). Proses timbulnya energi
psikologis

bermula

dari

adanya

kebutuhan-kebutuhan

fisiologis

yang

menyebabkan ketegangan pada organisme. Ketegangan ini menimbulkan insting
dan dari insting inilah muncul energi psikologis.
Menurut Freud (As’ad, 2010) ada empat ciri khas motivasi dari insting,
yang juga terjadi pada kasus ini diantaranya; yang pertama adalah sumber
insting (source) insting timbul dari rangsangan jasmaniah (needs). Sumber insting
(source) LTW mendapat maslah selama bekerjasama dengan korban, sering kali
LTW mendapatkan gaji yang tidak adil. Gaji yang diterima LTW tidak sebanding
dengan perjanjian yang telah ditentukan

sebelumnya diantara keduanya.

Perjanjian pembagian keuntungan itu misalnya 20% -20%, akan tetapi korban
hanya memberikannya 10%-nya saja, serta masalah pembayaran gaji LTW pernah
dipotong sampai 6 bulan (payment belum selesai) . Hal itu terjadi selama empat
tahun LTW bekerja dengan korban. Hal diatas termasuk dalam sumber
insting (source) berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh
ketentraman badaniah jasmani, karena gaji berkaitan dengan

nafkah untuk

memenuhi kebutuhan hidup mendasar keluarga LTW. Teori motivasi dari insting
oleh Freud (As’ad, 2010) yang kedua adalah tujuan insting (aim), yang merupakan
menghilangkan rangsangan jasmaniah atau mereduksi ketegangan, sehingga
mencapai kesenangan dan terhindar dari rasa sakit ataupun tujuan insting pada
dasarnya bersifat regresif (kembali asal) berusaha kembali ke keadaan tenang.

17
Kasus yang terjadi pada LTW adalah LTW mengaku sebagai otak pembunuhan
berencana tersebut. Dikatakan sebagai pembunuhan berencana karena niat untuk
membunuh sudah pernah dibicarakan LTW kepada FA pada jauh hari sebelum
kejadian. Pembunuhan menggunakan Pisau Sangkur yang biasa LTW bawa ketika
ia kerja. Pisau itu menurut LTW biasa ia gunakan bertujuan sebagai keamanan
ketika survey lokasi di pedalaman daerah pertambangan dan menjadi alat tebas
semak-semak ketika di hutan.
Teori motivasi insting yang ketiga adalah Obyek insting (object) meliputi
benda atau keadaan yang berada di lingkungan yang dapat memuaskan kebutuhan,
termasuk kegiatan kegiatan mencari uang, membeli makanan, untuk memperoleh
objek tersebut. Berbeda dengan tujuan dan sumber insting yang konstan, obyek
insting atau cara orang memuaskan kebutuhannya ternyata berubah-ubah
sepanjang waktu. Kasus yang terjadi pada LTW adalah menurut LTW, korban
orang yang berjasa hingga membuat LTW mempunyai rumah dan mobil. Hasil
pekerjaan LTW

dapat menambah modal suaminya untuk membuat usaha

advertising.
Teori

motivasi

dari

instik

yang keempat

adalah

daya

dorong

insting (impetus), kekuatan atau intensitas (besar kecilnya) kebutuhan atau
keinginan yang berbeda-beda setiap waktu. Menurut LTW korban merupakan
orang yang sangat disiplin, tegas dan keras. Penilaian LTW tentang sikap korban
dinilai bagus, karena sikap seperti itu sangat berguna di dalam pekerjaan. Akan
tetapi ketidak adilan korban dalam memberikan gaji dan terlalu ikut campur
masalah keluarga LTW lah yang membuat dendamnya bertumpuk selama empat
tahun. LTW mempunyai teman pekerjaan yang berinisial FA. FA sebenarnya
adalah teman baik adik LTW yang sudah dianggap adik sendiri oleh LTW. LTW

18
memasukkan FA sebagai anggota dalam benderanya sebagai vendor. FA sering
menjadi tempat curahan hati LTW terutama masalah pekerjaannya. Dari situlah
FA sangat bersimpati dengan LTW yang telah membantu pekerjaannya dan
mengetahui suka duka LTW. Daya dorong (impetus) LTW untuk membunuh
korban semakin sangat kuat karena menurut teori daya dorong (impetus) ketika
suatu kebutuhan pada kasus ini yang bisa dikatakan sebagai upah (materiil) dan
penghargaan diri (non-materiil) tidak terpuaskan selama empat tahun maka energi
insting menjadi besar dan ingin dipuaskan semakin bertambah kuat terjadi pada
diri LTW.
Insting mati disebut juga thanatos atau Freud pada (Jauhari, 2007) sering
menyebutnya sebagai insting merusak. Insting ini merupakan motivasi dasar
manusia yang mendorongnya untuk bertingkah laku yang bersifat negatif atau
destruktif. Dendam yang bertumpuk pada LTW merupakan dinamika dari id
(aspek psikologis dari kepribadian) yang tidak terpuaskan secara langsung pada
kasus ini yang akhirnya menyebabkan kecemasan pada LTW, dan telah diuraikan
dinamika kecemasannya di atas. LTW dalam kasus pembunuhan berencananya
sangat kesal sekali dengan perlakukan korban kepadanya selama bertahun-tahun.
Selama empat tahun itu dalam diri LTW ada beberapa kebutuhan-kebutuhan yang
ingin dipenuhi oleh LTW, seperti; kebutuhan untuk dihargai sebagai rekan
kerja,dan kebutuhan untuk merasakan keadilan pembagian keuangan. Kebutuhankebutuhan psikologis yang lama tidak dipenuhi itu berkembang menjadi suatu
insting yang harus terpuaskan. Tujuan insting adalah ketegangan (tension
reduction) yang dialami sebagai suatu kesenangan, maka dalam kasus ini
ketegangan secara fisiologis dan psikologis selama empat tahun itu ingin segera
terpuaskan. Cara LTW untuk memuaskan insting dan ego tersebut dalam kasusnya

19
ini adalah membunuh korban, karena insting mati ini bersifat negatif dan
destruktif.
Uraian kasus-kasus LTW tersebut menunjukkan bahwa motivasi tindak
kejahatan pembunuhan yang dilakukan oleh LTW sebagai seorang wanita terjadi
karena suatu hubungan yang terlalu dekat diantara keduanya yang menyebabkan
tidak ada batasan kerja dengan kehidupan pribadi. Pekerjaan yang dilakukan oleh
keduanya mempunyai masalah dalam pembagian gaji dan masalah kerjasama
dengan suami LTW hingga sampai korban ikut campur masalah pribadinya. LTW
ketika dalam bekerja pernah mengalami suasana hati yang tidak bagus dan korban
mengingatkannya dengan pukulan fisik yang membuat LTW sangat kecewa dan
sakit hati. Kebutuhan-kebutuhan LTW diatas yang tidak tercukupi selama
beberapa tahun berkembang menjadi suatu insting atau kebutuhan psikologis dan
fisologis yang harus dipenuhi. Dendam dan kekecewaan tersebut berlangsung
terhadap korban selama empat tahun bertumpuk dan menyebabkan terdorongnya
LTW untuk membunuh korban sebagai perwujudan insting mati oleh LTW
kepada korban dengan berbagai alasan yang telah diuraikan oleh kasus-kasus
diatas.

20
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Motivasi merupakan energi psikis yang berwujud suatu insting pada Id
yang harus segera terpuaskan. Kebutuhan-kebutuhan subjek atau LTW yang tidak
tercukupi seperti gaji yang cukup atau pantas (sesuai kinerja subjek), serta harga
diri subjek dan keluarganya selama beberapa tahun berkembang menjadi suatu
kebutuhan insting dan ego atau kebutuhan psikologis yang harus terpuaskan.
Dendam dan kekecewaan tersebut berlangsung terhadap korban selama empat
tahun bertumpuk dan menyebabkan terdorongnya LTW untuk membunuh korban
sebagai perwujudan instink mati oleh LTW kepada korban.

DISKUSI

Lembaga

Permasyarakatan

sebagai

lembaga

yang

membina

dan

mengawasi narapidana hendaknya memberikan fasilitas pelatihan untuk
mengendalikan emosi Napi wanita di dalam Lembaga Permasyarakatan wanita
Klas IIA Malang ataupun ketika pasa narapidana ketika bebas. Pelatihan
mengendalikan emosi ini akan bermanfaat pada kesehatan jiwa dan pola pikir
narapidana yang pernah bertindak kriminal terutama pembunuhan berencana
untuk tidak mengulanginya lagi dan berguna untuk napi pada saat kembali ke
dalam lingkungan masyarakat.
Penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menggali lebih dalam dokumen
yang ada, serta memperpanjang waktu penelitian agar dapat menggali data lebih
dalam. Penelitian selanjutnya diharapkan juga mendpatkan waktu yang lebih agar
peneliti mendapatkan hasil yang lebih baik dan mendalam.

21

DAFTAR PUSTAKA
Alwi,

Hasan. (2002). Kamus
Jakarta: Balai Pustaka

Besar

Bahasa

Indonesia

Edisi

ketiga.

Anggy, M. (2013), Gender dalam Psikologi.
http://12104mafp.blogspot.com/2013/06/gender-dalapsikologi_3835.html
As’ad. (2002). Seri Ilmu Sumber Daya Manusia: Psikologi Industri.
Yogyakarta: Liberty.
As’ad. (2010). Diktat Mata Kuliah Psikologi Motivasi.
http://drmasda.wordpress.com/category/psikologi-motivasi/
Chazawi, Adami (2004). Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa. Jakarta :
Raja GrafindoPersada
Dewi, Sinta R. (2006). Gender Mainstreaming : Feminisme, Gender dan
Transformasi Institusi. Jurnal Perempuan No. 50, November.
Eilhathiana, (2013). Masalah Kesetaraan Gender dan Peranan Perempuan
dalam pembangunan kesejahteraan Keluarga.
http://eilha-dhiansyah.blogspot.com/2013/06/modal-sosial.html
Fakih, M. (2006). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Hurwitz, (2001) , Kriminologi, disadur oleh Ny. L. Moeljatno, Jakarta:
Bina Aksara.
Jauhari, N. (2007). Konflik dan
http://h4r15.blogdetik.com/

Stres.

Blogdetik.com

7

Juni

2013.

Moleong , (2005). Metodologi Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Mustafa, M. (2007). Kriminologi. Depok: FISIP UI PRESS.
Rahmawati,A.(2004).Persepsi Remaja tentang Konsep Maskulin dan
Feminim dilihat dari Beberapa Latar Belakangnya. Skripsi:
Jurusan
Psikologi
Pendidikan
dan
Bimbingan
UPI
Bandung.
http://www.scribd.com/doc/180044692/Pengertian-Gender-MenurutPara-Ahli2-docx.

22
Walgito, B. (2003), Psikologi sosial (suatu pengantar),ed.IV, Yogyakarta:
C.V. Andi offset.
Winardi, J. (2002). Motivasi dan Pemotivasian dalam dunia kerja. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.
Yin, Robert K. (2000). Studi Kasus dan metode/Robert K. Yin:Penerjemah,
M. Djauzi Mudzakir.Edisi 1 cetakan 3. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada