Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan (1)
Pancasila Sebagai Paradigma
Pembangunan Bidang Politik
1.1 Latar Belakang
Paradigma merupakan suatu cara memecahkan masalah yang di anut oleh suatu
masyarakat pada masa tertentu. Paradigma juga dapat diartan sebagai cara pandang, nilainilai, metode-metode dan prinsip dasar.
Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan.
Menurut Thomas Kuhn, orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut menyatakan
bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma. Jadi dapat diartikan
paradigma adalah suatu pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi
pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, paradigma sebagai alat bantu para illmuwan dalam merumuskan
apa yang harus dipelajari, apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya dalam menjawab
dan aturan-aturan yang bagaimana yang harus dijalankan dalam mengetahui persoalan
tersebut.Suatu paradigma mengandung sudut pandang, kerangka acuan yang harus dijalankan
oleh ilmuwan yang mengikuti paradigma tersebut.
Dengan suatu paradigma atau sudut pandang dan kerangka acuan tertentu, seorang
ilmuwan dapat menjelaskan sekaligus menjawab suatu masalah dalam ilmu pengetahuan.
Istilah paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan,
tetapi pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi. Dan pada makalah
ini penulis akan membahas mengenai paradigma pembangunan dalam bidang politik.
Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir,
kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan. Sesuatu
yang dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolok ukur,
parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan. Dengan demikian, paradigma menempati
posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia. Namun
paradigama di Indonesia belum di laksanakan secara optimal, masih banyak paradigma di
bidang-bidang tertentu yang belum sesuai dengan fungsinya dan berbeda antara teori yang
ada dengan kenyataan yang selama ini terjadi.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian dari paradigma
Untuk mengetahui bagaimana pancasila sebagai paradigma pembangunan
dalam bidang politik
Untuk mengetahui apakah
1.3 Rumusan Masalah
Apa itu paradigma ?
Bagaimana pancasila sebagai paradigma pembangunan dalam bidang politik
?
Apakah paradigma dalam bidang politik telah sesuai dengan kenyataan yang
ada ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Paradigma Pembangunan
Kata paradigma (Inggris: paradigm), mengandung arti model, pola atau contoh.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, paradigma diartikan seperangkat unsur bahasa
yang sebagian bersifat konstan (tetap) dan yang sebagian berubah-ubah. Paradigma juga
dapat diartikan suatu gagasan sistem pemikiran.
Menurut Thomas S. Khun, paradigma adalah asumsi-asumsi teoritis yang umum
(merupakan suatu sumber nilai), yang merupakan sumber hukum, metode, serta cara
penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri, dan karakter
ilmu pengetahuan tersebut.
Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan.
Menurut Thomas Kuhn, Orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut
menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma.
Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang
menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin lama
makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang lain
seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi.
Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir,
kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan.
Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolok
ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan.
Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam
melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai paradigma, artinya
nilai-nilai dasar pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur
segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai
konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai
dasar negara dan ideologi nasional.
Hal ini sesuai dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara
Indonesia, sedangkan negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia maka
tidak berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan tolok ukur penyelenggaraan
bernegara termasuk dalam melaksanakan pembangunan.
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat
manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang
monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:
a. susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga.
b. sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial.
c. kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.
Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan
harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga,pribadi, sosial, dan aspek
ketuhanan. Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia
secara totalitas.
Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia
secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
2.2 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan dalam Bidang Politik
Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau
pelaku politik bukan sekadar objek politik. Pancasila bertolak dari kodrat manusia maka
pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sistem
politik Indonesia yang bertolak dari manusia sebagai subjek harus mampu menempatkan
kekuasaan tertinggi pada rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat. Sistem politik Indonesia yang sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem
politik demokrasi bukan otoriter.
Berdasar hal itu, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas kerakyatan
(sila IV Pancasila). Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik didasarkan pada
asas-asas moral daripada sila-sila pada pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-turut
sistem politik Indonesia dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral
persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan.
Perilaku politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara negara
dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku politik yang
santun dan bermoral.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan bahwa
Pancasila bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujudkan
dengan menggunakan nilai-nilai dalam Pancasila. Pemahaman untuk implementasinya
dapat dilihat secara berurutan-terbalik:
Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya,
agama, dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari
Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) bilamana dalam pengambilan
keputusan
Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep
mempertahankan persatuan
Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan yang adil
dan beradab
Tidak dapat tidak; nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan kemanusiaan
(keadilan-keberadaban) tersebut bersumber pada nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, implementasi tersebut perlu
direkonstruksi kedalam pewujudan masyarakat-warga (civil society) yang mencakup
masyarakat tradisional (berbagai asal etnik, agama, dan golongan), masyarakat industrial,
dan masyarakat purna industrial. Dengan demikian, nilai-nilai sosial politik yang dijadikan
moral baru masyarakat informasi adalah:
nilai toleransi
nilai transparansi hukum dan kelembagaan
nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata)
bermoral berdasarkan konsensus (Fukuyama dalam Astrid: 2000:3).
2.3 Sistem Politik Demokrasi
Sistem politik Indonesia adalah sistem politik yang berdasarkan demokrasi di mana
keputusan tertinggi berada di tangan rakyat. Namun kenyataannya, walaupun keputusan
tertinggi berada di tangan rakyat, rakyat tetap tidak mampu menciptakan kesejahteraan
yang merata bagi masing-masing individu di dalamnya.
Keputusan pemanfaatan lahan hutan sebagai areal pertambangan contohnya,
banyak rakyat kita yang bisa dengan mudah disogok dengan sejumlah uang yang
sebenarnya sangat tidak sebanding dengan pengerukkan kekayaan negara yang dilakukan
di areal-areal pertambangan tersebut.
Lalu, apakah untuk mewujudkan demokrasi itu kembali harus melalui demonstrasi
besar-besaran? Apakah demokrasi akan tegak jika penggulingan kekuasaan kembali
dilakukan? Atau apakah baru ada yang namanya demokrasi setelah kasus kerusuhan
seperti yang terjadi pada tahun 1998? Hal inilah yang akhirnya patut kita renungkan
bersama. Penerapan sistem dalam politik demokrasi saat ini mati rasa. Bagaimana
caranya kita menghidupkan sistem politik berdasarkan demokrasi tersebut tanpa tindakan
kekerasan, demonstrasi yang berbuntut pengrusakan atau kekerasan yang akhirnya
membuat jatuhnya korban jiwa.
Dalam menghadapi permasalahan tersebut kita sebagai rakyat harus bisa lebih
selektif dalam memilih wakil rakyat. Jangan sampai mudah terkena bujuk rayu janji-janji
ataupun omongan calon wakil rakyat yang belum tentu ia penuhi sesudah terpilih. Dan
yang lebih parah lagi, jangan sampai hanya karena embel-embel uang sogokan, kita
memilih wakil rakyat yang tidak tepat. Yang nantinya jika terjadi penyelewengan ataupun
tindakan korupsi, yang salah bukan hanya wakil rakyat (pejabat) tapi rakyat sendiri juga
harusnya bisa instropeksi diri karena itu adalah pilihan mereka yang tidak tepat pada saat
pemilu. Sehingga tidak akan terjadi penyesalan diakhir setelah pemilihan karena pilihan
itu menentukan nasib rakyat kedepannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat kami simpulkan bahwa pembangunan yang didasarkan
pada nilai – nilai Pancasila diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia
yang meliputi aspek jiwa, raga, pribadi, sosial, dan aspek kebutuhan.
IV.2 Saran
Adapun saran yang bisa kami paparkan dari makalah ini yaitu sebaiknya kita lebih
mempelajari dan memahami pancasila lebih dalam lagi agar kita tidak menyimpang dari
nilai – nilai pancasila yang merupakan asas Indonesia.
file:///G:/tugas/Makalah%20Pancasila%20Sebagai%20Paradigma
%20Pembangunan%20_%20dzmivhyeverlastingforever.htm
http://thedarkancokullujaba.blogspot.com/2012/10/penerapan-sistem-politik-diindonesia.html
http://belajarnegara.blogspot.com/2013/04/pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan.html
file:///G:/tugas/Penerapan%20Sistem%20Politik%20Di%20Indonesia%20_%20The%20dark
%20anco.htm
Pembangunan Bidang Politik
1.1 Latar Belakang
Paradigma merupakan suatu cara memecahkan masalah yang di anut oleh suatu
masyarakat pada masa tertentu. Paradigma juga dapat diartan sebagai cara pandang, nilainilai, metode-metode dan prinsip dasar.
Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan.
Menurut Thomas Kuhn, orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut menyatakan
bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma. Jadi dapat diartikan
paradigma adalah suatu pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi
pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, paradigma sebagai alat bantu para illmuwan dalam merumuskan
apa yang harus dipelajari, apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya dalam menjawab
dan aturan-aturan yang bagaimana yang harus dijalankan dalam mengetahui persoalan
tersebut.Suatu paradigma mengandung sudut pandang, kerangka acuan yang harus dijalankan
oleh ilmuwan yang mengikuti paradigma tersebut.
Dengan suatu paradigma atau sudut pandang dan kerangka acuan tertentu, seorang
ilmuwan dapat menjelaskan sekaligus menjawab suatu masalah dalam ilmu pengetahuan.
Istilah paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan,
tetapi pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi. Dan pada makalah
ini penulis akan membahas mengenai paradigma pembangunan dalam bidang politik.
Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir,
kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan. Sesuatu
yang dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolok ukur,
parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan. Dengan demikian, paradigma menempati
posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia. Namun
paradigama di Indonesia belum di laksanakan secara optimal, masih banyak paradigma di
bidang-bidang tertentu yang belum sesuai dengan fungsinya dan berbeda antara teori yang
ada dengan kenyataan yang selama ini terjadi.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian dari paradigma
Untuk mengetahui bagaimana pancasila sebagai paradigma pembangunan
dalam bidang politik
Untuk mengetahui apakah
1.3 Rumusan Masalah
Apa itu paradigma ?
Bagaimana pancasila sebagai paradigma pembangunan dalam bidang politik
?
Apakah paradigma dalam bidang politik telah sesuai dengan kenyataan yang
ada ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Paradigma Pembangunan
Kata paradigma (Inggris: paradigm), mengandung arti model, pola atau contoh.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, paradigma diartikan seperangkat unsur bahasa
yang sebagian bersifat konstan (tetap) dan yang sebagian berubah-ubah. Paradigma juga
dapat diartikan suatu gagasan sistem pemikiran.
Menurut Thomas S. Khun, paradigma adalah asumsi-asumsi teoritis yang umum
(merupakan suatu sumber nilai), yang merupakan sumber hukum, metode, serta cara
penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri, dan karakter
ilmu pengetahuan tersebut.
Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan.
Menurut Thomas Kuhn, Orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut
menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma.
Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang
menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin lama
makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang lain
seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi.
Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir,
kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan.
Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolok
ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan.
Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam
melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai paradigma, artinya
nilai-nilai dasar pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur
segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai
konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai
dasar negara dan ideologi nasional.
Hal ini sesuai dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara
Indonesia, sedangkan negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia maka
tidak berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan tolok ukur penyelenggaraan
bernegara termasuk dalam melaksanakan pembangunan.
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat
manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang
monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:
a. susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga.
b. sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial.
c. kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.
Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan
harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga,pribadi, sosial, dan aspek
ketuhanan. Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia
secara totalitas.
Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia
secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
2.2 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan dalam Bidang Politik
Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau
pelaku politik bukan sekadar objek politik. Pancasila bertolak dari kodrat manusia maka
pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sistem
politik Indonesia yang bertolak dari manusia sebagai subjek harus mampu menempatkan
kekuasaan tertinggi pada rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat. Sistem politik Indonesia yang sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem
politik demokrasi bukan otoriter.
Berdasar hal itu, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas kerakyatan
(sila IV Pancasila). Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik didasarkan pada
asas-asas moral daripada sila-sila pada pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-turut
sistem politik Indonesia dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral
persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan.
Perilaku politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara negara
dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku politik yang
santun dan bermoral.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan bahwa
Pancasila bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujudkan
dengan menggunakan nilai-nilai dalam Pancasila. Pemahaman untuk implementasinya
dapat dilihat secara berurutan-terbalik:
Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya,
agama, dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari
Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) bilamana dalam pengambilan
keputusan
Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep
mempertahankan persatuan
Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan yang adil
dan beradab
Tidak dapat tidak; nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan kemanusiaan
(keadilan-keberadaban) tersebut bersumber pada nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, implementasi tersebut perlu
direkonstruksi kedalam pewujudan masyarakat-warga (civil society) yang mencakup
masyarakat tradisional (berbagai asal etnik, agama, dan golongan), masyarakat industrial,
dan masyarakat purna industrial. Dengan demikian, nilai-nilai sosial politik yang dijadikan
moral baru masyarakat informasi adalah:
nilai toleransi
nilai transparansi hukum dan kelembagaan
nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata)
bermoral berdasarkan konsensus (Fukuyama dalam Astrid: 2000:3).
2.3 Sistem Politik Demokrasi
Sistem politik Indonesia adalah sistem politik yang berdasarkan demokrasi di mana
keputusan tertinggi berada di tangan rakyat. Namun kenyataannya, walaupun keputusan
tertinggi berada di tangan rakyat, rakyat tetap tidak mampu menciptakan kesejahteraan
yang merata bagi masing-masing individu di dalamnya.
Keputusan pemanfaatan lahan hutan sebagai areal pertambangan contohnya,
banyak rakyat kita yang bisa dengan mudah disogok dengan sejumlah uang yang
sebenarnya sangat tidak sebanding dengan pengerukkan kekayaan negara yang dilakukan
di areal-areal pertambangan tersebut.
Lalu, apakah untuk mewujudkan demokrasi itu kembali harus melalui demonstrasi
besar-besaran? Apakah demokrasi akan tegak jika penggulingan kekuasaan kembali
dilakukan? Atau apakah baru ada yang namanya demokrasi setelah kasus kerusuhan
seperti yang terjadi pada tahun 1998? Hal inilah yang akhirnya patut kita renungkan
bersama. Penerapan sistem dalam politik demokrasi saat ini mati rasa. Bagaimana
caranya kita menghidupkan sistem politik berdasarkan demokrasi tersebut tanpa tindakan
kekerasan, demonstrasi yang berbuntut pengrusakan atau kekerasan yang akhirnya
membuat jatuhnya korban jiwa.
Dalam menghadapi permasalahan tersebut kita sebagai rakyat harus bisa lebih
selektif dalam memilih wakil rakyat. Jangan sampai mudah terkena bujuk rayu janji-janji
ataupun omongan calon wakil rakyat yang belum tentu ia penuhi sesudah terpilih. Dan
yang lebih parah lagi, jangan sampai hanya karena embel-embel uang sogokan, kita
memilih wakil rakyat yang tidak tepat. Yang nantinya jika terjadi penyelewengan ataupun
tindakan korupsi, yang salah bukan hanya wakil rakyat (pejabat) tapi rakyat sendiri juga
harusnya bisa instropeksi diri karena itu adalah pilihan mereka yang tidak tepat pada saat
pemilu. Sehingga tidak akan terjadi penyesalan diakhir setelah pemilihan karena pilihan
itu menentukan nasib rakyat kedepannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat kami simpulkan bahwa pembangunan yang didasarkan
pada nilai – nilai Pancasila diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia
yang meliputi aspek jiwa, raga, pribadi, sosial, dan aspek kebutuhan.
IV.2 Saran
Adapun saran yang bisa kami paparkan dari makalah ini yaitu sebaiknya kita lebih
mempelajari dan memahami pancasila lebih dalam lagi agar kita tidak menyimpang dari
nilai – nilai pancasila yang merupakan asas Indonesia.
file:///G:/tugas/Makalah%20Pancasila%20Sebagai%20Paradigma
%20Pembangunan%20_%20dzmivhyeverlastingforever.htm
http://thedarkancokullujaba.blogspot.com/2012/10/penerapan-sistem-politik-diindonesia.html
http://belajarnegara.blogspot.com/2013/04/pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan.html
file:///G:/tugas/Penerapan%20Sistem%20Politik%20Di%20Indonesia%20_%20The%20dark
%20anco.htm