PENERAPAN PERATURAN KESELAMATAN KERJA PA

LAPORAN KHUSUS PENERAPAN PERATURAN KESELAMATAN KERJA PADA SISTEM

PENGOPERASIAN FORKLIFT DAN CRANE SEBAGAI SARANA PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT GUNA MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN KECELAKAAN KERJA

DI PT. INKA (PERSERO) MADIUN

Isabella Basuki R.0008044

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

ABSTRAK PENERAPAN PERATURAN KESELAMATAN KERJA PADA SISTEM PENGOPERASIAN FORKLIFT DAN CRANE SEBAGAI SARANA PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT GUNA MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN KECELAKAAN KERJA DI PT. INKA (PERSERO) MADIUN

Isabella Basuki 1 , Sumardiyono 2 , dan Henry Sulistyo 3

Tujuan: Setiap saat di dalam proses produksi selalu terdapat kemungkinan terjadi kecelakaan kerja. Forklift dan crane merupakan pesawat angkat dan angkut yang mendukung pelaksanaan proses produksi dengan potensi bahaya yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari penerapan peraturan keselamatan kerja forklift dan crane yang ada di PT. INKA (Persero) dan mengetahui tingkat pengetahuan operator tentang bahaya dan keselamatan kerja pengoperasian forklift dan crane.

Metode: Kerangka pemikiran penelitian ini adalah sumber bahaya dari pengoperasian forklift dan crane dimana di dalamnya terdapat potensi bahaya. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan yakni dengan penerapan peraturan keselamatan kerja. Hasil observasi ini kemudian akan dievaluasi sehingga dapat ditentukan suatu upaya perbaikan sehingga pengoperasian forklift dan crane dapat menjadi aman.

Hasil: Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yang memberikan gambaran tentang penerapan peraturan keselamatan kerja dalam pengoperasian forklift dan crane. Pengambilan data dilakukan melalui observasi langsung ke lapangan, wawancara kepada orang yang berkomitmen pada bidang forklift dan crane serta studi kepustakaan, kemudian dibahas dan dibandingkan dengan peraturan tentang pesawat angkat dan angkut beserta operatornya.

Simpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan dan disarankan bahwa peraturan keselamatan kerja pengoperasian forklift dan crane yang telah diterapkan oleh PT. INKA (Persero) belum terlaksana sesuai dengan prosedur, Pelaksanaan housekeeping lebih ditingkatkan lagi mengingat banyaknya belokan tajam di area tempat pengoperasian forklift dan perusahaan mengadakan sertifikasi pada operator sehingga kinerja dan mutu operator terjamin.

Kata kunci: Peraturan Keselamatan Kerja, Forkkift dan Crane

1. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran,

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, karunia, kesehatan, kekuatan, dan kemudahan dalam pelaksanaan magang serta penyusunan laporan Tugas Akhir dengan judul “Penerapan Peraturan

Keselamatan Kerja pada Pengoperasional Forklift dan Crane sebagai Sarana Pesawat Angkat dan Angkut Guna Mencegah dan Mengendalikan Kecelakaan Kerja di PT. INKA (Persero) Madiun”.

Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang diperoleh bedasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama melakukan magang dengan data dan informasi yang didapat dari karyawan, pembimbing lapangan, dosen dan literatur yang menujang. Di samping itu, magang ini dilaksanakan untuk menambah wawasan guna mengenal, mengetahui dan memahami mekanisme serta problematika yang ada mengenai penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup di perusahaan.

Semoga laporan Tugas Akhir yang penulis susun ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan literatur yang menunjang dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja dalam bidang pesawat angkat dan angkut khususnya forklift dan crane .

Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., S. PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta masa bakti tahun 2011-2016.

2. Bapak Prof. Dr. H. A. A Subiyanto, dr., MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta masa bakti tahun 2006- 2011.

3. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp. Ok selaku Ketua Program Diploma

III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Sumardiyono, SKM., M. Kes. selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyususnan laporan ini.

5. Bapak Henry Sulistyo, ST. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyususnan laporan ini.

6. Bapak Suharyoko, selaku Manager Departemen Har dan K3LH PT. INKA (Persero) yang telah memberikan izin untuk pelaksaan magang.

(Persero) yang paling berperan banyak dalam membimbing dan mengarahkan selama penulis magang serta telah memberikan banyak masukan dalam penyusunan laporan ini.

9. Mangager/Asisten Manager bidang angkat dan angkut dan Operator forklift dan crane selaku narasumber yang telah memberikan banyak informasi tentang pengoperasian forklkift dan crane di lapangan.

10. Bapak Budi dan Bapak Yanto selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan magang serta Ibu Yuli dan Mbak Umi selaku staff Rendal Har dan K3LH yang menjadi teman ngobrol asyik selama di kantor.

11. Mami dan kakak-kakak tercinta serta segenap keluarga besar yang telah memberikan banyak doa dan dukungan selama ini, serta kasih sayang yang tiada henti sehingga sejauh ini penulis mampu menyeselaikan pendidikan sampai Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja dengan lancar.

12. Rendi teman hatiku yang menjadi penyemangat hari-hari ku dan sahabatku tersayang Lia Nur Hidayah yang selalu membantu dalam kondisi apapun

13. Teman-teman magang seperjuangan, teman-teman mahasiswa angkatan 2008, dan keluarga Besar Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan dukungan, kerjasama dan bantuan.

14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan penelitian ini

yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari banyak yang harus

diperbaiki dalam penulisan laporan ini, oleh karena itu penulis mohon kritikan dan saran dari pembaca untuk perbaikan laporan ini.

Surakarta, 27 Mei 2001 Penulis,

Isabella Basuki

Gambar 1. Salah Satu Forklift yang Ada di PT.INKA (Persero) Gambar 2. Salah Satu Contoh Bentuk Crane yang Digunakan PT. INKA (Persero)

Lampiran 1. Denah PT. INKA (Persero) Lampiran 2. General Lay Out PT. INKA (Persero) Lampiran 3. Surat Keterangan Magang Lampiran 4. Jadwal Kegiatan Magang Lampiran 5. General Lay Out Crane PT. INKA (Persero) Lampiran 6. Daftar Record Crane Tahun 2010 PT. INKA (Persero) Lanpiran 7. Daftar Nama Operator yang Memiliki Surat Izin Operasi (SIO)

Forklift dan Crane PT. INKA (Persero)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan pembangunan dan teknologi di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun, dapat dilihat dari maraknya pembangunan gedung-gedung bertingkat, jalan-jalan, perumahan, berbagai jenis industri, termasuk industri yang menghasilkan produk berat seperti alat transportasi, dan lain sebagainya. Dengan demikian penggunaan pesawat angkat dan angkut merupakan bagian intregal dalam pelaksanaan dan peningkatan proses produksi (http://digilib.its.ac.id, 2010).

Banyak sekali perusahaan-perusahaan besar tumbuh di Indonesia tetapi belum menyadari dan memahami program keselamatan kerja yang harus diterapkan pada saat melakukan pekerjaan, sehingga masih banyak kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada saat bekerja, baik dari segi pekerjaan, lingkungan kerja, sistem manajemennya maupun tenaga kerjanya (http://digilib.its.ac.id, 2010).

Pekerjaan di sektor industri mempunyai potensi bahaya yang cukup tinggi yang pada akhirnya menyebabkan kecelakaan kerja yang dapat mengakibatkan kerugian baik terhadap harta maupun jiwa manusia, sehingga perlu diusahakan pencegahan. Apalagi dalam proses produksi sering menggunakan alat bantu Pekerjaan di sektor industri mempunyai potensi bahaya yang cukup tinggi yang pada akhirnya menyebabkan kecelakaan kerja yang dapat mengakibatkan kerugian baik terhadap harta maupun jiwa manusia, sehingga perlu diusahakan pencegahan. Apalagi dalam proses produksi sering menggunakan alat bantu

Setiap pembuatan, pemasangan, pemakaian, bahkan perawatan pesawat angkat dan angkut tidak lepas dari bahaya potensial. Kecelakaan kerja tersebut dapat disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor manusia, faktor peralatan, dan faktor lingkungan kerja. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor manusia merupakan faktor paling dominan penyebab kecelakaan kerja yang paling sering terjadi. Hal ini sering kali disebabkan oleh kurangnya kesadaran pekerja akan pentingnya keselamatan kerja sehingga mereka tidak menyadari jenis potensi bahaya dan faktor bahaya yang ada (Modul Pelatihan dan Sertifikasi operator forklift dan crane PT. Citra Media Utama, 2010).

Faktor peralatan crane dan forklift ataupun faktor lingkungan kerja juga dapat menyebabkan kecelakaan kerja jika tidak dikelola dengan benar. Untuk mengurangi kecelakaan kerja yang diakibatkan pada tenaga kerja (human error ), khususnya kelamatan kerja bidang pesawat angkat dan angkut perlu adanya perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja yang melakukan pekerjaan pembuatan, pemasangan, dan persyaratan pesawat angkat dan angkut agar tenaga kerja lebih mudah menyadari dan memahami tentang permasalahan tersebut (http://repository.petra.ac.id/18619/, 2010).

PT. INKA (Persero) merupakan industri pembuatan gerbong dan lokomotif kereta api yang mempunyai risiko-risiko terjadinya kecelakaan akibat digunakan alat-alat berat dan bahan baku yang keras dengan ukuran- PT. INKA (Persero) merupakan industri pembuatan gerbong dan lokomotif kereta api yang mempunyai risiko-risiko terjadinya kecelakaan akibat digunakan alat-alat berat dan bahan baku yang keras dengan ukuran-

Dengan memperhatikan permasalahan diatas, perlu diupayakan usaha- usaha untuk menghindari kecelakaan kerja akibat penggunaan alat angkat dan angkut mekanik, diantaranya mengembangkan prosedur keselamatan alat angkat dan angkut yang tepat, pastikan operator sudah terlatih dan mengetahui risiko yang mungkin terjadi, dan jangan membiarkan orang yang tidak terlatih menggunakan alat tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat disusun perumusan masalah yaitu:

1. Apa fungsi operasional dari penggunaan forklift dan crane di PT. INKA

(Persero)?

2. Upaya apa yang dilakukan PT. INKA (Persero) dalam menyiapkan

keselamatan untuk forklift dan crane?

3. Bagaimana penataan jalur forklift dan penempatan crane di PT. INKA

(Persero)?

4. Kejadian kecelakaan apa yang pernah tejadi di PT. INKA (Pesrero) akibat dari penggunaan forklift dan crane dan bagaimana PT. INKA (Pesero) 4. Kejadian kecelakaan apa yang pernah tejadi di PT. INKA (Pesrero) akibat dari penggunaan forklift dan crane dan bagaimana PT. INKA (Pesero)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian tentang Penerapan Peraturan Keselamatan Kerja pada Sistem Pengoperasian Forklift dan Crane sebagai Sarana Pesawat Angkat dan Angkut di PT. INKA (Persero) Guna Mencegah dan Mengendalikan Kecelakaan Kerja adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui apa saja fungsi forklift dan crane di PT. INKA (Persero).

2. Mengetahui upaya PT. INKA (Persero) dalam menyiapkan keselamatan

untuk forklift dan crane.

3. Mengetahui penataan forklift dan penempatan crane PT. INKA (Persero).

4. Mengetahui kejadian kecelakaan kerja dari penggunaan forklift dan crane di PT. INKA (Persero) serta upaya tindak lanjut apabila terjadi kecelakaan.

5. Mengetahui upaya yang dilakukan PT. INKA (Persero) dalam rangka usaha mencegah kondisi yang tidak aman dalam penggunaan crane dan forklift.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan dan hasil-hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberi manfaat. Manfaat tersebut antara lain:

1. Perusahaan

Perusahaan dapat memperoleh masukan, evaluasi serta bahan Perusahaan dapat memperoleh masukan, evaluasi serta bahan

2. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar khususnya tentang Penerapan Peraturan Keselamatan Kerja pada Sistem Pengoperasian Forklift dan Crane sebagai Sarana Pesawat Angkat dan Angkut di PT. INKA (Persero) Guna Mencegah dan Mengendalikan Kecelakaan Kerja.

3. Mahasiswa

Mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan wawasan, terutama tentang Penerapan Peraturan Keselamatan Kerja pada Sistem Pengoperasian Forklift dan Crane sebagai Sarana Pesawat Angkat dan Angkut di PT. INKA (Persero) Guna Mencegah dan Mengendalikan Kecelakaan Kerja.

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kecelakaan Kerja

Suma’mur (1996) menyebutkan bahwa kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat.

Frank E. Bird, Jr. And George L. Germain (1990) menyebutkan bahwa kecelakaan adalah suatu keadaan yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan cidera, kerusakan alat atau terganggunya produksi. Ini biasanya terjadi kontak dengan sumber energi atau subsitusi seperti mesin, panas, bahan baku, lingkungan kerja dan lain-lain.

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti bahwa kecelakaan kerja terjadi sebab oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan (Suma’mur, 1996).

Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human

a. Kurangnya kontrol dari manajemen

b. Penyebab dasar: faktor pekerjaan dan faktor personil

c. Penyebab langsung: tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman

d. Kecelakan

e. Kerugian

Hal ini menyiratkan bahwa upaya pencegahan kecelakaan sebenarnya adalah usaha menghilangkan salah satu diantara faktor- faktor tersebut:

1) Kurangnya kontrol merupakan urutan pertama menuju suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian. Kontrol ini menyangkut kegagalan manajemen, berupa tidak ada program, tidak memadainya standar program atau kurang tepat/ketidaksesuaian dengan standar.

2) Penyebab dasar terdiri dari faktor personil dan faktor pekerjaan. Faktor personil meliputi kurang pengetahuan, ketrampilan, pengarahan dan permasalahan fisik dan mental. Sedangkan faktor pekerjaan dapat berupa karena standar kerja yang kurang cukup, rancang bangun dan pemeliharaan yang tidak memenuhi standar.

3) Penyebab lansung merupakan terjadinya peluang dan kondisi tidak aman. Unsafe action adalah pelanggaran terhadap tata cara kerja 3) Penyebab lansung merupakan terjadinya peluang dan kondisi tidak aman. Unsafe action adalah pelanggaran terhadap tata cara kerja

4) Kontak mengakibatkan cidera fisik atau kerusakan harta benda. Tipe kecelakaan antara lain: terbentur kepala, jatuh ke bawah, jatuh pada permukaan yang sama, terjepit, terperangkap, terpeleset dan arena beban yang berlebihan.

5) Kerugian manusia dan harta benda, jika seluruh urutan telah terjadi maka akan mengakibatkan kerugian terhadap manusia dan harta benda yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi sebagaimana pengaruhnya terhadap keselamatan, kesehatan, dan keamanan. Kerugian yang mempengaruhi di semua bidang usaha dapat bersifat ringan, berat atau bencana. Akibat ini dapat dinilai dalam bentuk fisik dan kerusakan harta benda atau mempunyai dampak terhadap manusia dan biaya/ekonomi, atau cidera ataupun mati yang sangat berpengaruh pada moral pekerja termasuk keluarganya (Suma’mur, 1996).

Kecelakaan yang terjadi dapat mengakibatkan beberapa kerugian. Suma’mur (1996) menyebutkan bahwa kecelakaan dapat menyebabkan lima kerugian, yaitu: kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan dan kesedihan, kelainan dan cacat serta kematian.

2. Keselamatan Kerja

Keselamatan Kerja adalah keselamatan kerja yang bertalian dengan

(Suma’mur, 1996).

3. Tempat Kerja

Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pengertian tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja adalah semua ruangan, lapangan, halaman, dan sekelilingnya yang merupakan bagian atau berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

Dengan perumusan tersebut di atas ruang lingkup bagi berlakunya Undang-undng No. 1 Tahun 1970 ini jelas ditentukan oleh tiga faktor:

a. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.

b. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.

c. Adanya bahaya kerja di tempat kerja. Dalam penjelasan tersebut tidak selalu tenaga kerja sehari-hari bekerja

dalam suatu tempat kerja. Sering kali pula mereka pada waktu tertentu harus memasuki ruangan-ruangan untuk mengontrol, menyetel menjalankan instalasi-instalasi, setelah mana mereka keluar dan bekerja selanjutnya di lain tempat.

4. Potensi Bahaya

Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang

a. Bangunan, Peralatan, dan Instalasi

b. Bahan

c. Proses

d. Cara Kerja

e. Lingkungan Kerja

Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat perhatian. Hal ini dapat diwujudkan dengan cara:

a. Bangunan

Kontruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Desain ruangan dan tempat kerja harus menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja, pencahayaan dan ventilasi harus baik tersedia penerangan darurat yang diperlukan. Tersedia jalan penyelamatan diri yang diperlukan lebih dari satu pada sisi yang berlawanan. Pintu harus membuka keluar untuk memudahkan penyelamatan diri.

b. Peralatan

Dalam industri digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya. Termasuk pesawat angkat dan angkut. Apabila tidak dipergunakan dengan semestinya serta tidak dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman, peralatan itu bisa menimbulkan macam-macam

Instalasi harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja baik dalam desain maupun konstruksi. Sebelum penggunaan harus diuji terlebih dahulu serta diperiksa oleh sebuah tim ahli.

5. Pesawat Angkat dan Angkut

Pesawat angkat dan angkut adalah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan, mengangkat muatan baik bahan atau barang atau orang secara vertical dan atau horizontal dalam jarak yang ditentukan (Permenakertran No. 5 tahun 1985). Forklift dan crane merupakan pesawat angkat dan angkut yang paling sering digunakan di dalam dunia industri.

6. Forklift

Forklift adalah suatu alat yang paling efisien dalam menunjang prosses produksi untuk memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain. Dalam hal pengoperasian forklift diperlukan prosedur kerja yang benar dan aman mulai dari menghidupkan engine sampai dengan menjalankannnya, untuk itu ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, dimana kesalahan dalam mengoperasikan forklift akan mengakibatkan kerusakan pada forklift itu sendiri maupun pada barang yang dipindahkan, selain itu juga dapat mengakibatkan kecelakaan yang fatal pada operator maupun orang-orang yang berada disekitar forklift (Modul Pelatihan dan Sertifikasi operator forklift dan crane PT. Citra Media Utama, 2010).

Gambar 1. Salah satu forklift yang ada di PT.INKA (Persero) Adapun hal-hal yang perlu diketahui tentang forklift menurut Modul Pelatihan dan Sertifikasi operator forklift dan crane PT. Citra Media Utama (2010) antara lain:

a. Keselamatan Kerja Forklift

Faktor penyebab kecelakaan pada saat pengoperasian forklift adalah:

1) Faktor manusia

2) Faktor keadaan dan lingkungan

3) Faktor mesin

Diantara ketiga faktor di atas, faktor manusialah yang paling besar pengaruhnya sebagai penyebab terjadinya suatu kecelakaan, misalnya karena:

a) Salah dalam pengoperasian.

b) Kurangnya perawatan dan pemeriksaan sebelum maupun sesudah

pengoperasian.

c) Barang yang diletakkan di atas garpu kurang stabil.

d) Operator kurang mengetahui kondisi jalan dan menjalankan forklift

terlalu cepat. Forklift berfungsi untuk mengambil, mengangkat atau memindahkan

b. Pemilihan Forklift

Klasifikasi forklift tergantung atau dipengaruhi beberapa hal antara lain :

1) Berat dan ukuran dari barang yang diangkat.

2) Berat barang-barang yang diangkat.

3) Kekuatan konstruksi dari forklift.

4) Fungsi dan kegunaan forklift.

c. Prinsip Kerja Forklift

Prinsip kerja forklift ini menggunakan prinsip tuas atau prinsip keseimbangan. Bilamana prinsip tuas ini diterapkan pada forklift maka akan terlihat bahwa seluruh komponen yang berada di depan titik tumpu termasuk barang diangkat dan disebut beban (load), sedangkan seluruh komponen yang berada di belakang titik tumpu (cabin, counter weight, engine, operator, dan lain-lain) disebut penyeimbang atau dengan kata lain jika beban yang diangkat mempunyai berat yang sama dengan berat pengimbang maka akan terjadi keseimbangan terhadap forklift. Jadi keseimbangan forklift terjadi karena berat barang sama dengan berat alat.

d. Bagian Forklift Forklift dibagi didalam 2 bagian utama, yaitu :

1) Body truck yang tergabung rangkaian tenaga penggerak dan ruangan 1) Body truck yang tergabung rangkaian tenaga penggerak dan ruangan

Jika forklift mengangkat barang berarti fork dan mast itulah yang menanggung beban dan langsung tertumpu pada roda depan. Oleh karena itu forklift dirancang, dimana berat unit dan barang itu seimbang dengan as roda depan sebagai sumbu (counterbalance).

e. Beda Forklift dengan Truck

1) Pada truck biasa, barang dibawa antara roda depan dengan roda belakang. Jadi tidak perlu diperhitungkan keseimbangan antara barang dan berat dari alat pengangkut.

2) Forklift dikendalikan oleh roda belakang sehingga radius putar menjadi kecil. Jika berbelok maka bagian belakang alat cenderung sering keluar dari radius belokan.

f.Konstruksi Forklift

Forklift digolongkan berdasarkan pada bermacam-macamnya konstruksi forklift, garpu, dan tenaga penggeraknya.

1) Menurut tenaga penggeraknya :

a) Tenaga penggerak motor bensin atau LPG

b) Tenaga penggerak motor diesel

c) Tenaga penggerak motor battery.

a) Forklift dengan posisi garpu berada di depan.

b) Forklift dengan posisi garpu berada di samping.

3) Menurut konstruksi atau bentuk kelengkapan garpunya:

a) Garpu dilengkapi dengan penyetabil (stabilizer fork).

b) Garpu yang dapat berputar (rotating fork).

c) Garpu dengan gerakan engsel (hinged fork).

d) Garpu penjepit beban (load grab fork).

e) Garpu klam putar (rotating clamp fork).

f) Garpu geser samping (side shift fork).

g) Garpu untuk blok beton (concrete block fork).

h) Alat pengangkat container (container handles).

g. Istilah yang Digunakan pada Forklift

1) Load capacity adalah ukuran yang menunjukkan berat maksimum dari barang yang dapat diangkat pada garpu dengan mast standar pada posisi tegak.

2) Load center adalah jarak dari sisi tegak dari permukan garpu ke titik

pusat gaya berat dari barang pada garpu.

3) Maximum fork height adalah ketinggian dari permukaan tanah kepermukaan garpu apabila garpu dinaikkan maksimum dimana mast dalam keadaan tegak.

dalam belum keluar dari mast bagian luar (liner mast belum menonjol dari outer mast).

h. Beban Kerja Aman dan Beban Seimbang Forklift

Kemampuan angkat sebuah forklift dalam keadaan seimbang (balance) adalah 100%. Oleh karena itu diberikan batas kerja aman (safety margin) yang ditentukan antara 10% sampai 25% dari beban seimbang. Berarti bahwa beban kerja aman (safety working load) yang dapat diangkat antara 75% sampai 90% dari beban seimbang atau beban jungkit (tipping load).

i. Faktor-faktor yang Harus Diketahui oleh Operator Forklift

1) Beban kerja aman yang digunakan.

2) Berat beban yang akan diangkat.

3) Titik pusat barang (center of gravity).

4) Jalan yang akan dilewati.

5) Lokasi pengambilan atau penempatan barang. j. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja Aman (Safety Work Load)

Secara Umum adalah :

1) Permukaan tanah atau landasan yang tidak rata.

2) Titik berat barang (center of gravity of load).

3) Tinggi angkat garpu.

4) Tekanan angin ban.

Waktu Berjalan Sambil Mengangkat Barang antara lain :

1) Kecepatan forklift.

2) Pengereman mendadak.

3) Posisi forklift pada waktu melalui rel kereta api atau tikungan.

4) Posisi forklift pada saat menanjak dan menurun. l. Hal-hal yang Mempengaruhi Beban Kerja Aman (Safety Work Load) pada

Waktu Mengambil dan Meletakkan Barang yaitu :

1) Keadaan sekeliling tempat pengambilan dan peletakan barang.

2) Lokasi pengambilan dan peletakan batang.

3) Lebar atau sempitnya ruang tempat pengambilan dan peletakan

barang. m. Prosedur Pengoperasian Forklift

Pedoman pengoperasian pada forklift dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) Pedoman pengambilan barang yang aman:

a) Sesuaikan garpu dengan lebar barang yang akan diangkat.

b) Jika dimensi barang cukup panjang, maka sebaiknya dipasang tambahan sepatu garpu selama berat barang masih dalam batas kapasitas forklift.

c) Posisikan garpu sesuai dengan barang yang diangkat.

dudukan, selanjutnya penyangga diungkit atau condong ke belakang.

e) Jika barang berbentuk bulat atu silinder, tempatkan garpu di bawah barang dengan sedikit tukikan ke depan hingga rata dengan landasan.

f) Angkat barang tersebut, kemudian mast dicondongkan ke belakang. Jalankan forklift dengan perlahan-lahan dan posisi garpu harus serendah mingkin kira-kira 10-20 cm dari landasan.

2) Pedoman Pemindahan Barang yang Aman

Untuk melakukan pemindahan barang ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dari operator, antara lain:

a) Pada waktu melalui rel kereta api, operator harus menegemudikan forklift secara menyerong, guna menghindari benturan atau getaran.

b) Untuk lokasi yang mempunyai tikungan sempit dan tajam, operator harus mengemudikan dengan perlahan karena apabila menikung

sebesar lebih dari 30 0 forklift tidak bisa jalan. Ketika membawa

barang ikat barang dengan kuat.

3) Pedoman Peletakan Barang dengan Aman.

Langkah yang perlu dilakukan untuk peletakan barang yang aman antara lain :

a) Dekatkan forklift ke tempat penumpukan barang.

tersebut akan diletakkan atau ditumpuk.

c) Lihat keadaan sekeliling tempat penumpukan, untuk memastikan tidak ada hambatan-hambatan pada waktu meletakkan barang.

n. Pengoperasian Forklift yang Aman

Hal-hal yang perlu diperhatikan agar dalan pegoperasian forklift tetap pada kondisi aman adalah:

1) Lakukan pemeriksaan awal terlebih dahulu.

2) Jangan menjadikan barang melebihi beban kerja aman (safety work

load ) yang diijinkan.

3) Jangan membawa barang jika kestabilannya kurang terjamin.

4) Jangan mempergunakan forklift untuk membawa manusia.

5) Pada waktu menjalankan forklift, letakkan garpunya serendah

mungkin.

6) Usahakan agar pandangan operator ke depan tidak tertutup.

7) Periksalah terlebih dahulu kondisi landasan dan hambatan- hambatan yang akan dilalui pada waktu memindahkan barang.

8) Jangan berhenti secara mendadak.

9) Pusatkan perhatian selama mengoperasikan forklift.

10) Jangan membiarkan seseorang berdiri atau berjalan didekat garpu

yang sedang mengangkat barang.

11) Jangan menurunkan barang dengan kecepatan tinggi.

vertikal jika sedang membawa barang dalam posisi yang tinggi).

13) Jika pandangan ke depan terhalang barang, jalankan forklift dalam

posisi mundur atau memakai seorang penuntun arah.

14) Pada saat membawa barang, jalankan forklift dengan perlahan-

lahan dan jangan berbelok-belok. o. Perawatan Forklift

Pada umumnya operator yang ada belum memiliki pengetahuan dasar tentang syarat-syarat pengoperasian forklift sehingga tidak tahu sampai sejauh mana tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang operator. Sedangkan seorang operator yang baik harus memilki pengatahuan dan kemampuan melakukan pengoperasian maupun perawatan.

Pada umumnya perawatan mempunyai tujuan utama, yaitu untuk menjaga agar peralatan selalu dalam keadaan siap pakai. Perawatan selalu melibatkan beberapa bagian atau jabatan, orang-orang tersebut adalah :

4) Kadang-kadang safety juga diperlukan dalam hal ini. p. Kewajiban Operator Forklift 4) Kadang-kadang safety juga diperlukan dalam hal ini. p. Kewajiban Operator Forklift

b) Mekanisne forklift, rem, dan perlengkapan listrik harus diperiksa dari luar tanpa membuka tutup apakah dalam keadaan baik.

c) Melakuakan pemeriksaan dan perawatan harian terhadap seluruh

komponen forklift.

d) Melakukan pelumasan terhadap komponen yang harus dilumasi.

e) Semua lampu dalam keadaan menyala, klakson dan perlengkapan

listrik harus baik.

f) Semua indikator di yakinkan dalam keadaan berfungsi dengan baik.

2) Kewajiban operator forklift pada waktu bekerja di atas forklift

a) Operator turun naik ke mesin harus melalui tangga yang tersedia.

b) Operator harus menjaga kebersihan forklift dengan baik.

c) Setelah forklift diperbaiki operator hanya boleh menjalankan forklift tersebut bila perbaikan telah dicatat dan diratifikasi dalam buku log.

d) Sebelum meninggalkan forklift semua tuas atau lever control harus

dalam posisi netral dan kunci kontak dilepas.

alat pemadam api dipergunakan dan segera memberitahukan kepada bagian pemadam kebakaran.

f) Operator dilarang melakukan hal-hal sebagai berikut :

(1) Meninggalkan kunci-kunci (tools) dan barang-barang lain pada

mesin. (2) Membersihkan dan memeriksa forklift dengan kunci kontak

yang terpasang. (3) Turun naik forklift yang sedang berjalan. (4) Bekerja dengan alat-alat pengamanan yang sedang rusak. (5) Sewaktu forklift sedang bekerja atau berjalan tidak dibenarkan

ada orang yang ikut atau menumpang di atas mesin.

g) Operator harus bertanggung jawab atas keselamatan kerja bagi trainee yang ditugaskan bersamanya dan tidak membiarkan bekerja sendiri pada forklift.

3) Kewajiban operator setelah pekerjaan selesai

a) Pada akhir pekerjaan operator harus melakukan hal-hal seperti di

bawah ini: (1) Garpu forklift harus bebas dari muatan. (2) Posisi garpu terletak pada landasan secara menukik. (3) Forklift harus diparkir pada tempat yang aman. (4) Semua tuas harus pada posisi netral dan kunci kontak bawah ini: (1) Garpu forklift harus bebas dari muatan. (2) Posisi garpu terletak pada landasan secara menukik. (3) Forklift harus diparkir pada tempat yang aman. (4) Semua tuas harus pada posisi netral dan kunci kontak

b) Untuk forklift yang bekerja dalam beberapa shift, operator harus menyerahkan kepada operator berikutnya sebelum meninggalkan forklift dan harus menjelaskan semua kekurangan pada forklift tersebut kepada operator penggantinya.

7. Crane

Crane adalah alat pengangkat dan pemindah material, yang bekerja dengan prinsip kerja tali (Cudley, 2004). Crane sangat bervariasi, mulai dari sistem katrol sederhana sampai sistem mekanis yang rumit. Dalam penelitian ini salah satu pesawat pengangkat yang akan dibahas pada tulisan adalah Overhead Crane.

Gambar 2. Salah satu contoh bentuk crane yang digunakan PT. INKA (Persero)

8. Overhead Crane

Overhead crane merupakan pesawat pengangkat yang banyak digunakan dalam dunia indrustri, yang digunakan untuk memindahkan

Sumatra Utara, 2010).

Dalam pekerjaan diberbagai lapangan industri, overhead crane banyak digunakan di wokshop di dalam gedung maupun di luar gedung untuk mengangkat dan memindahkan barang, baik barang dalam bentuk curah, misalnya batubara maupun barang bukan dalam bentuk curah. Menurut modul pelatihan dan sertifikasi operator forklift dan crane (2010), pemilihan overhead crane didasarkan pada:

a. Ruang yang sangat sempit.

b. Daerah operasi yang sangat berbahaya.

c. Cara pengopeasian mudah.

d. Perawatan mudah dan lebih ekonomis.

Adapun hal-hal yang perlu diketahui dari overhead crane menurut Modul Pelatihan dan Sertifikasi operator forklift dan crane PT. Citra Media Utama (2010) antara lain:

a. Jenis-jenis Overhead Crane Overhead crane terdiri dari beberapa jenis, yaitu :

1) Semi gantry

2) Cantilever gantry crane

3) Polar gantry crane

4) Wall cran

Pada setiap overhead crane memiliki komponen-komponen yang wajib diketahui. Komponen-komponen tersebut antara lain:

1) Bridge/beam/span (jembatan)

Suatu konstruksi yang menghubungkan sisi gedung yang satu dengan sisi gedung yang lainnya dimana perangkat pengangkatan ditempatkan.

2) Dolly/crab

Suatu konstruksi dimana peralatan pengangkat ditempatkan, yang dirakit menjadi satu kesatuan, yang biasa juga disebut dengan trolley.

3) Hock block

Beberapa puli yang dirangkai menjadi satu dengan besi plat dan dibawahnya digantungi pancing atau kait untuk menggantung barang.

4) Limit switch

Suatu saklar pembatas gerak yang dipasang pada setiap gerakan crane (traveling, traversing, dan hoisting/lowering).

5) Safe working load

Suatu angka yang menunjukkan batas maksimum angkatan sebuah crane dalam keadaan aman.

6) Buffer/bumper stop

Sebuaah karet tebal yang dipasang di setipa ujung trolley atau girder untuk menhindarkan benturan langsung besi dengan besi.

Penunjuk arah yang umumnya dipasang di bagian bawah trolley untuk membantu operator dalam mengarahkan cranenya.

8) Kawat arde

Sebuah kawat atau kabel yang berfungsi untuk menyalurkan listrik ke bumi jika terjadi kebocoran pada sistim listrik crane.

9) Camber

Toleransi penambahan lengkung ke atas pada bagian girder yang mengalami kelengkungan karena pembebanan dan berat komponen crane itu sendiri.

10) Gantry crane

Sejenis overhead crane, dimana balok lintang (bridge) terpasang tetap pada satu kaki atau lebih.

11) Hot molten material handling crane

Overhead crane yang digunakan untuk mengangkat atau menuang cairan panas.

12) Load rate

Maksimum beban diam secara tegak lurus yang dapat diangkat sesuai dengan rancang bngun daripada crane.

13) Overload Beban yang diangkat melebihi kapasitas crane.

Safety device adalah suatu peralatan yang dapat bekerja secara otomatis dengan sistem elektrik, hidrolik, dan mekanis untuk menghentikan kerja alat yang beroperasi membahayakan keselamatan.

Fungsi dari safety device adalah untuk membantu operator didalam mencegah terjadinya kecelakaan akibat kelalaian atau kesalahan dalam mengoperasikan suatu peralatan (crane).

Macam-macam peralatan pengaman (safety device) pada overhead crane :

1) Host upper limit switch

2) Hoist lower limit switch

3) Bridge dan trolley limit switc

4) Pengamanan benturan (bamper)

d. Tali kawat baja

Tali kawat baja adalah sejumlah kawat yang dimuat berkelompok dan dijalin mengeliligi intinya dan merupakan salah satu komponen terpenting pada sebuah crane dan untuk pekerjaan rigging.

1) Ciri-ciri tali kawat baja

a) Tahan tehadap gesekan

b) Tahan terhadap karat

c) Tahan tehadap tekukan

d) Mempunyai sifat anti putar (non rotating) d) Mempunyai sifat anti putar (non rotating)

1) Kawat putus

a) Pada tali yang berjalan maksimum kawat putus pada 1 lilitan strand adalah sebanyak 6 kawat atau 3 kawat putus pada 1 strand sepanjang 1 lilitan strand.

b) Pada tali diam tidak lebih dari 2 kawat putus dalam 1 lilitan strand atau 1 kawat putus di dekat penyambungan akhir (socket).

c) Semua jenis tali yang disimpan dalam gudang lebih dari 1 tahun

harus diperiksa terlebih dahulu sebelum digunakan.

2) Keausan atau berkurangnya diameter tali.

3) Pemanjangan tali setelah dipergunakan tidak lebih dari 0.5% untuk tali yang mempunyai 6 strand dari panjang awal sebelum digunakan.

4) Terpelintir (klinks)

5) Sarang burung (bird caging)

6) Loncatan strand (high stranding)

3) Perawatan tali kawat baja

Pemeliharaan secara continue perlu dilakukan untuk menjaga ketahanan sebuah tali kawat baja. Dalam hal ini perlu diperhatikan antara lain bahwa penanganan tali kawat baja jangan diseret, jangan Pemeliharaan secara continue perlu dilakukan untuk menjaga ketahanan sebuah tali kawat baja. Dalam hal ini perlu diperhatikan antara lain bahwa penanganan tali kawat baja jangan diseret, jangan

e. Tali serat

Tali serat yang digunakan pada crane terdiri dari tali serat alami dan tali serat buatan.

1) Tali serat alam

Kekuatan tali serat tergantung dari gesekan dalam antara serat- seratnya serta diameter tali. Jenis-jenis tali serat alam antara lain manila, sisal, henep, dan rami).

2) Tali serat buatan Jenis-jenis tali serat buatan yaitu :

a) Nylon

Keunggulan dari tali serat buatan jenis nylon antara lain tidak busuk, tidak berjamur, tidak rusak oleh cuaca, tahan terhadap zat alkalis atau basa, dan temperatur titik lelehnya mencapai 300 0 F atau 127 0 C serta jenis ini merupakan jenis terkuat dari semua tali serat buatan. Tetapi jenis ini juga memiliki kelemahan, yaitu tidak taha zat acid atau asam.

b) Polyester

Beberapa keunggulan pemakakaian polyester untuk tali serat yaitu tahan terhadaap zat acid atau asam dan tenperatur titik Beberapa keunggulan pemakakaian polyester untuk tali serat yaitu tahan terhadaap zat acid atau asam dan tenperatur titik

c) Polypropylene

Keunggulan di polypropylene adalah tahan terhadap zat alkalis atau basa. Jenis ini lebih ringan sehingga mampu terapung di air. Polyproplene baik untuk tali tambera karena tidak mengahantar arus listrik dan merupakan tali serat buatan yang paling baik. Dari beberapa keunggulan tersebut diatas polyprone tetap memikli kelemahan, antara lain titik leleh jenis ini rendah dan tidak tahan terhadap zat acid atau asam.

3) Kekuatan relatif serat Kekuatan relatif suatu tali serat tergantung pada:

1) Kekuatan putus, berat, dan pemanjangan maksimum.

2) Karakteristik beban.

3) Kemampuan tali kembali ke panjang semula setelah diberi beban.

4) Batas pemanjangan.

Tali serat buatan lebih kuat 2 sampai 3 kali dibanding tali serat manila grade I.

4) Perawatan tali serat

Perawatan tali serat cukup mudah. Apabila tali serat kotor, sebaiknya dicuci dengan air tawar kemudian dikeringkan dengan teragantung dan gulungan (coil) dilonggarkan. Bila tali serat disimpan, Perawatan tali serat cukup mudah. Apabila tali serat kotor, sebaiknya dicuci dengan air tawar kemudian dikeringkan dengan teragantung dan gulungan (coil) dilonggarkan. Bila tali serat disimpan,

Kekuatan rantai sebuah crane tergantung pada kualitas bahan. Sebelum crane digunakan grade rantai harus selalu diperiksa. Selain itu kekuatannya juga bergantung pada diameter batangan yang dibuat sebagai mata rantai (links) dan las-lasan.

Sebuah sling rantai sebenarnya mempunyai kekuatan sama dengan kekuatan mata rantai yang paling lemah dalam rangkaian sling tersebut.

Perawatan pada rantai juga diperlukan. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk perawatan rantai antara lain, tidak boleh diseret, tidak boleh dipendekkan dengan cara disimpul. Jika ingin memendekkan rantai gunakan selalu pemendek rantai. Selain itu pergunakan penyambung mata rantai jika ingin menyambung, jangan menyambung mata rantai dengan baut, periksa rantai dengan waktu yang terjadwal, bersihkan sebelum diperiksa, periksa dari tanda-tanda keausan 10%, terpelintir, dan memanjang 10%, serta musnakan rantai yang rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi.

g. Alat bantu angkat

Alat bantu angkat adalah semua peralatan pengangkat yang menghubungkan anatara barang denga hok crane Macam-macam alat

Maksimum memmbuka mulut hook 15% dari aslinya, sedangkan untuk keausan hook maksimum 10%.

b. Shackle Jenis alat bantu angkat ini ada 2, yaitu :

1) Jenis omega

2) Jenis dee

c. Eye bolt

Berbeda dengan 2 alat angkat di atas, maka baut mata (eye bolt) ini tidak mempunyai identitas yang dapat dilihat pada barangnya, tetapi identitasnya berupa tabel kekuatan atau SWL (safety work load) baut mata tersebut.

d. Truck buckles

Biasa disebut juga dengan bottlescrew, ringing screw (sekrup labrang, union scew (sekrup penyatu), atau stetching screw (sekrup peregang).

e. Beams

Ada 2 jenis beams, yaitu speader beams digunakan untuk meratakan kaki sling supaya sisi muatan tidak rusak dan lifting beams digunakan untuk mengimbangkan muatan dan digunakan untuk mengangkat muatan dengan jarak yang pendek antara pancing dengan muatan.

Perawatan adalah suatu usaha untuk memelihara agar peralatan atau komponen tidak cepat mengalami kerusakan sehingga dapat dipergunakan dan diopersikan untuk jangka wakatu lama secara aman.

Pemeriksaan adalah usaha untuk memantau kondisi peralatan dalam jangka waktu tertentu sehingga adanya gejala awal kerusakan bisa diketahui dan ditanggulangi dengan cepat sebelum peralatan benar-benar rusak saat dioperasikan.

Pemerikasaan overhead crane ada 3 periode:

1) Periode harian

Pemeriksaan yang harus dilakukan untuk periode harian adalah :

a) Adanya kelainan-kelainan suara pada komponen yang bergerak.

b) Adanya getaran yang berlebihan pada komponen.

c) Mencoba fungsi pembatas gerak (limit switch).

d) Pelumasan pada pulli dan pancing supaya dapat bergerak bebas.

e) Adanya kerusakan pada perlengkapan pengangkat utama.

f) Pelumasan tali kawat baja, kerusakan tali berupa kawat putus atau

perubahan bentuk dan gulungan tali pada tromol.

2) Periode 3 bulanan

Pemeriksaan yang harus dilakukan untuk periode 3 bulanan adalah:

a) Pemeriksaan bagian rem listrik.

penggeraknya.

c) Pemeriksaan tali kawat baja dan alat pengaturnya (rope guide).

d) Pemberian pelumas (grease) pada tali kawat baja, drum dan

pengaturnya.

e) Pemeriksaan minyak pelumas pada gear box.

f) Pemeriksaan baut-baut dan sambungan pengelasan.

g) Pemeriksaan instalasi listrik.

3) Periode tahunan

Pemeriksaan tahunan dimaksudkan untuk memeriksa kondisi seluruh komponen pendukung kerja overhead crane dengan lebih teliti dan dilakukan penggantian secara berkala terhadap komponen tertentu yang rusak.

Pemeriksaan tahunan mencakup semua komponen yang telah diperiksa setiap hari maupun 3 bulanan ditambah dengan pemeriksaan komponen berikut:

a) Jalur lintas rel dan balok lintang.

b) Jembatan crane (girder)

c) Bantalan (bearing)

d) Roda gigi pada gear box.

e) Roda penggerak proses travelling dan traversing serta as roda.

pada gear box serta penggantian grease untuk menghilangkan kotoran pada tali kawat baja.

i. Prosedur umum pengoperasian overhead crane

Dalam penggunaan alat bantu angkat, yang harus diutamakan adalah keamanan, disiplin, dan tanggung jawab, serta perlu diperhatikan tentang fungsi kerja alat dan cara menggunakannya sehingga dapat menjamin keselamatan bagi alat, orang, dan barang yang diangkat.

j. Orang yang berwenang mengopersikan crane

1) Orang yang ditunjuk dan telah dilatih sebagai operator dan memiliki

sertifikat operator.

2) Trainee yang berada di bawah pengawasan langsung dari seorang

operator atau pelatih.

3) Petugas perawatan, perbaikan atau penguji.

4) Inspektur k. Kualifikasi operator

Permenaker No. 1 tahun 1989 menyatakan bahwa calon operator harus sudah melewati uji praktek menhoperasikan overhead crane sesuai kelas operator

l. Sikap operator

1) Operator tidak boleh dibebani dengan tugas lain yang dalam

pelaksaan

kerjanya

mengganggu

perhatiannya

dalam dalam

3) Jika pemberi aba-aba tidak diperlukan, maka operator bertanggung jawab terhadap seluruh proses pemindahan barang tersebut.

4) Operator tidak dibenarkan mengoperasikan crane jika emosinya

sedang tidak stabil dan terganggu kesehatannya.

5) Operator bertanggung jawab terhadap crane yang dioperasikan.

6) Jika diketahui kemudian terjadi kelainan pada crane yang dioperasikan, yang mengakibatkan keamanan akan terganngu, maka pekerjaan segera dihentikan dan laporkan ke atasannya.

7) Jika pekerjaan telah selesai, maka operator harus menempatkan crane pada tempatnya, kemudian mematikan switch saklar listriknya.

8) Jika akan memulai kerja, maka switch utama harus dihidupkan

terlebih dahulu.

9) Jika terdapat tanda bahwa switch utama tidak boleh, maka itu harus

dipatuhi.

10) Sebelum melakukan pengoperasian, maka diperlukan waktu beberapa saat untuk mengenali cirri-ciri crane yang akan digunakan.

11) Lakukan pengujian terlebih dahulu jika akan menggunakan crane

lain yang berbeda dengan yang biasa digunakan.

Selain hal-hal tersebut di atas, maka operator mempunyai tugas harian sebagai berikut:

1) Memeriksa rem.

2) Memeriksa fungsi limit switch.

3) Memeriksa tali kawat baja.

4) Memeriksa rel dari kemungkinan penghalang yang ada.

9. Dasar Perundangan

a. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970

Penerapan tempat kerja yang sehat, aman dan nyaman diperlukan peraturan serta prosedur pelaksanaannya, diantaranya di dalam Undang- undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Bab III Pasal 3 pada butir syarat-syarat keselamatan kerja menyatakan tentang :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

2. Memberi pertolongan pada kecelakan.

3. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

4. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja lingkungan,

cara, dan proses pengoperasian.

5. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,

tanaman atau barang.

6. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaa yang

bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

05/Men/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut.

c. Permenakertrans RI No. Per. 01/MEN/1989 tentang Kualifikasi dan

Syarat-syarat Operator Keran Angkat.

d. Permen No. 09/Men/2010 tentang Kualifikasi Syarat-syarat dan petugas

Pesawat Angkat dan Angkut.

Pesawat angkat

dan angkut

Sumber bahaya

1. Forklift

2. Crane --------------------

3. Operator

a. Beban angkut maksimal

b. Batas kerja aman

c. Pengoperasian yang aman

d. Dasar perundangan

e. Surat izin operasi (SIO)

Pembinaan dan

pengawasan

Upaya pencegahaan dan penanggulangan

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif, yaitu memberikan gambaran secara jelas yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan suatu fakta dan data yang diperoleh digunakan sebagai bahan penulisan laporan. Pada laporan ini bertujuan untuk menjelaskan peninjauan keselamatan penggunaan peswaat angkat dan angkut khususnya forklift dan crane yang ada di PT. INKA (Pesero).

B. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini lokasi yang digunakan untuk pengambilan data adalah sebagai berikut: Nama perusahaan : PT. INKA (Persero) Madiun Alamat Site Office : Jl. Yos Sudarso 71 Madiun

Telp. (0351) 452271-74 Fax. (0351) 452275

Lokasi

: 1. Departemen Rendal Logistik

2. Departemen Fabrikasi Unit Welding IV

5. Departemen Dalprod (Pengendalian Produksi)

6. Departemen Operasi PBTDD

Adapun denah dan general lay out PT. INKA (Persero) dapat dilihat pada daftar lampiran 1 dan lampiran 2.

B. Obyek dan Ruang Lingkup Penelitian

Obyek dan ruang lingkup penelitian ini adalah pesawat angkat dan angkut jenis forklift dan crane di PT. INKA (Persero) sebagai media untuk mengangkat, mengangkut, dan memindahkan material-material yang tidak mampu diangkat oleh tenaga manusia.

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian berasal dari :

1. Data Primer

Mengadakan observasi langsung ke lapangan dan dengan melakukan pemeriksaan, pemeliharaan dan pengujian terhadap pesawat angkat dan angkut berupa forklift dan crane yang digunakan oleh PT. INKA (Persero).

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari data pemeriksaan sebelumnya, dan digunakan sebagai data pendukung dalam penulisan laporan.

1. Observasi Lapangan

Observasi yang dilakukan adalah dengan pengamatan langsung terhadap pesawat angkat dan angkut berupa forklift dan crane yang digunakan oleh PT. INKA (Persero). Obyek yang di observasi meliputi: tempat kerja yang digunakan untuk beroperasi forklift dan crane.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab dengan koordinator Praktek Kerja Lapangan (PKL) maupun dengan orang-orang yang berkomitmen dibidangnya antara lain manager maupun assistant manager yang memegang bidang pengangkutan barang dan beberapa operator

3. Dokumentasi

Dilakukan dengan cara mempelajari dokumen-dokumen dan catatan- catatan serta literatur-literatur yang ada di perusahaan yang berhubungan dengan masalah forklift dan crane.

E. Pelaksanaan

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini melalui serangkaian kegiatan yang dilakukan, antara lain sebagai berikut:

a. Permohonan ijin Praktek Kerja Lapangan di PT. INKA (Persero) pada

Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Higiene Perusahaan.

c. Membaca dan mempelajari materi tentang keselamatan pesawat angkat

dan angkat khususnya forklift dan crane.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. INKA Madiun dilaksanakan mulai tanggal 14 Februari sampai 15 April 2011, setelah permohonan ijin PKL disetujui oleh Pihak SDM PT. INKA (Persero). Adapun tahapan pelaksanaan PKL sebagai berikut:

a. Pengurusan Surat Ijin

Pada hari pertama masuk PKL mahasiswa menyerahkan Surat izin PKL kepada Divisi Pengembangan SDM PT. INKA (Persero) sebagai divisi yang mengelola kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan PKL bagi mahasiswa. Divisi inilah yang mengeluarkan surat ijin masuk ke lingkungan PT. INKA (Persero) Madiun yang ditandatangani oleh Staf Pengembangan SDM.

b. Konsultasi

Pada kegiatan ini mahasiswa melakukan konsultasi dengan Kepala Bagian K3LH dan pembimbing lapangan untuk mendapatkan bimbingan dan arahan selama pelaksanaan kegiatan PKL.

c. Survey Lapangan

Pada tahap survey lapangan, kegiatan yang dilakukan penulis yaitu:

Dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian di lapangan.

2) Wawancara

Untuk melengkapi data yang telah diperoleh dari observasi, maka penulis melakukan wawancara dengan tenaga kerja yang bersangkutan dan pembimbing praktek kerja lapangan di perusahaan, serta orang-orang yang berkompeten pada bidang Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan Hidup di PT. INKA (Persero).

Adapaun surat keterangan telah melaksanakan PKL dan jadwal kegiatan selama PKL di PT. INKA (Persero) dari tanggal 14 februari sampai 15 April 2011 terlampir pada lampiran 3 dan 4.