LAPORAN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI DAn Geofisika
LAPORAN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI
Oleh :
Kelompok I
Samidi
Fandhy Okka P
Dina Septalia L
Soefiana N
Dena Voninda
Nabil Azizar R
M. Muclas Azis A
B0A012001
B0A012002
B0A012003
B0A012004
B0A012006
B0A012007
B0A012008
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI D III PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN
KELAUTAN
PURWOKERTO
2013
DESKRIPSI LOKASI
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa secara geografis Indonesia merupakan salah satu
negara maritim di dunia, memiliki pulau sebanyak +17.504 pulau, panjang pantai + 81.000 km
dan 2/3 (dua per tiga) wilayahnya adalah lautan. Laut merupakan potensi sumberdaya maritim
yang sangat kaya baik hayati, non-hayati maupun energi laut namun selama ini kita telah
mengabaikannya. Provinsi Jawa Tengah memiliki beberapa pantai yang potensial. Salah satunya
adalah Pantai Teluk Penyu, Pelabuhan Sleko, Cilacap.
Segara Anakan secara geografis terletak pada koordinat 7035-7050 LS dan 108045-10903
BT. Secara administratif, Segara Anakan terletak di kecamatan Kawungunten Kabupaten Cilacap
yang berada pada perbatasan antara Kabupaten Ciamis Jawa Barat dengan Kabupaten Cilacap
Jawa Tengah.
Adapun batas – batas Segara Anakan meliputi:
Batas Barat: perbatasan desa Pamotan, kec Kalipucang Kab Ciamis
Batas Timur: batas administratif kota Cilacap
Batas Utara: menggunakan pal batas milik Perum Perhutani
Batas Selatan: Pulau Nusakambangan ke arah Samudra Hindia
Segara Anakan merupakan suatu laguna yang dikelilingi hutan mangrove dan dataran yang
berlumpur. Laguna ini dikelilingi oleh saluran–saluran air dan parit yang mengalir dari hutan
mangrove dan persawahan–persawahan di sekitarnya. Keberadaan laguna ini dipengaruhi oleh
air dan bahan sedimen Citanduy serta air pasang surut Samudera Hindia melalui celah barat
Pulau Nusakambangan dan alur timur Sungai Kembangkuning (Selat Nusakambangan). Sungai–
sungai yang bermuara ke laguna ini adalah sungai Citanduy, Sungai Kayumati, Cibereum,
Ujunggalang dan sungai Dangal sungai–sungai tersebut membawa lumpur yang kemudian akan
mengendap di laguna.
Teluk Penyu merupakan kawasan pantai di selatan Kabupaten Cilacap,utamanya sepanjang
pesisir dari Kecamatan Cilacap Selatan yang lokasinyatidak langsung berhubungan dengan
Samudera India atau Indonesia karenadikelilingi oleh Pulau Nusakambangan. Pantai Teluk
Penyu berjarak 2 Km kearah timur dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Cilacap dan dapat
dijangkaudengan kendaraan umum dan pribadi. Teluk ini cukup memiliki pemandanganyang
indah dan menyegarkan dengan luas kira-kira 14 ha. Area Teluk Penyuyang biasa dikunjungi
oleh para pengunjung (utamanya penduduk dan wisatawanlokal) biasanya mulai dari pelabuhan
perikanan Samudera dari hingga bibirpantai yang biasa disebut Areal 70 (merujuk kepada
sebutan masyarakat sekitarterhadap kawasan tangki-tangki penimbunan bahan bakar dari PT.
PertaminaUP IV) dimana para wisatawan atau pengunjung bisa melihat langsung
PulauNusakambangan dari bibir pantai.
Gambar 1. 1. Pantai Penyu Cilacap (Lokasi pengambilan sampel), 2. Pantai Glagah, 3.Pantai
Samas, 4. Pantai Krakal, 5.Pantai Rembang, 6. Pantai TelukPacitan, 7. Pantai Tuban, dan
8.Pantai Pasir Putih.
Gambar Peta Nusa Kambangan secara keseluruhan.
PENDAHULUAN
GPS adalah singkatan dari Global Positioning System yang merupakan system untuk
menentukan posisi dan navigasi secara global dengan menggunakan satelit. Sistem yang pertama
kali di kembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika ini digunakan i=untuk kepentingan
militer maupun sipil (survey dan pemetaan)
System GPS, yang nama asinya adalah NAVSTAR GPS (Navigation Satelite Timing and
Ranging Global Positioning System), mempunyai tiga segmen yaitu : satelit, pengontrol, dan
penerima/pengguna. Satelit yang GPS yang mengorbit bumi, dengan orbit dan kedudukan yang
tetap (koordinatnya pasti), seluruhnya berjumah 24 buah dimana 21 buah aktif bekerja dan 3
buah sisanya adalah cadangan.
satelit bertugas untuk menerima dan menyimpan data yang di transmisikan oleh
stasiun-stasiun pengontrol, menyimpan dan menjaga informasi waktu berketelitian tinggi
(ditentukan dengan jam atomic di satelit), dan memancarkan sinyal dan informasi secara
kontinyu ke pesawat penerima (resiver) dari pengguna
pengontrol betugas untuk mengendalikan dan mengontrol satelit dari bumi baik
untuk mengecek kesehatan satelit, penentuan dan prediksi orbit dan waktu, sinkronisasi
waktu antar satelit, dan mengirim data ke satelit.
penerima bertugas menerima data dari satelit dan memprosesnya untuk
menentukan posisi (posisi 3 dimensi yaitu koordinat dibumi dan ketinggian), arah, jarak,
dan waktu yang diperlukan oleh pengguna. Ada 2 macam penerima yaitu tipe
NAVIGASI dan tipe GEODETIC. Yang termasuk resiver tipe NAVIGASI antara lain :
Topcon, Leica, Astech, Trimble seri 4000 dan lain-lain.
Dalam bidang survey dan pemetaan untuk wilayah terumbu karang, GPS dapat digunakan
untuk menentukan posisi titik-titik lokasi penyelaman maupun transek. Posisi yang di peroleh
adalah posisi yang benar terhadap system koordinat bumi. Dengan mengetahui posisinya yang
pasti, lokasi-lokasi penyelaman maupun transek dapat di plotkan ke dalam peta kerja.
Plankton
Plankton merupakan organisme mikro yang keberadaanya dalam lingkungan perairan sangat
penting, karena sebagai produser primer, plankton akan meghasilkan karbohidrat yang menjadi
makanan konsumer primer dan menjadi dasar rantai makanan (Kavanaugh et al, 2009). Aktivitas
fotosintesis yang dilakukan plankton menhasilkan karbohidrat dan oksigen, sehingga dapat
meningkatkan kelarutan oksigen dalam perairan. Kelimpahan plankton di perairan dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain salinitas, kecerahan (intensitas cahaya yang masuk), kedalaman,
pH dan suhu. Ini mengandung arti bahwa ketika suhu naik maka salinitas ikut naik sehingga pH
menjadi basa dan pada daerah pasang surut hal ini selalu terjadi berulang-ulang dan organisme
yang ada akan kesulitan dalam menyesuaikan keadaan ini. Kecerahan berpengaruh langsung
pada jumlah fitoplankton, semakin cerah suatuperairan maka cahaya yang masuk semakin
banyak dan jumlah fitoplankton akan banyak yang mengakibatkan proses fotosintesis akan
belangsung dengansempurna, hal ini berkibat pada tingginya kandungan oksigen diperairan dan
dengan tingginya kandungan oksigen diperairan memungkinkan banyaknya organisme yang
hidup (Odum, 1971). Organisme yang ada pada perairan tersebut sangat miskin hal ini bisa
disebabkan oleh faktor salinitas yang selalu berubah-ubah yang menyebabkan kesulitannya
organisme menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut.
Benthos
Benthos adalah organisme yang hidup di dasar perairan (substrat) baik yang
sesil, merayap maupun menggali lubang. Bentos hidup di pasir, lumpur, batuan,
patahan karang atau karang yang sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman
mempengaruhi pola penyebaran dan morfologi fungsional serta tingkah laku hewan
bentik. Hal tersebut berkaitan dengan karakteristik serta jenis makanan bentos.
Benthos adalah organisme yang hidup di dasar laut atau sungai baik yang
menempel pada pasir maupun lumpur. Beberapa contoh bentos antara lain kerang,
bulu babi, bintang laut, cambuk laut, terumbu karang dan lain-lain. Hewan bentos
hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas
lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya.
Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktorfaktor lingkungan dari waktu ke waktu, karena hewan bentos terus menerus
terbawa oleh air yang kualitasnya berubah-ubah. Diantara hewan bentos yang
relatif mudah di identifkasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan
adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini
lebih dikenal dengan makrozoobentos. Makrozoobentos berperan sebagai salah
satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik
sampai konsumen tingkat tinggi. Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan,
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik.
Faktor Lingkungan
Ekosistem laut merupakan suatu kumpulan integral dari berbagai komponen abiotik dan
biotik yang berkaitan satu sama lain dan saling berinteraksi membentuk suatu unit fungsional.
Komponen-komponen ini secara fungsional tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apabila
terjadi perubahan pada salah satu dari komponen-komponen tersebut (misalnya perubahan nilai
parameter fisika-kimia perairan), maka akan menyebabkan perubahan pada komponen lainnya
(misalnya perubahan kualitatif dan kuantitatif organismenya). Perubahan ini tentunya dapat
mempengaruhi keseluruhan sistem yang ada, baik dalam kesatuan struktur fungsional maupun
dalam keseimbangannya. Kelangsungan suatu fungsi ekosistem dapat menentukan kelestarian
dari sumberdaya hayati sebagai komponen yang terlibat dalam sistem tersebut. Dalam
lingkungan laut terdapat faktor-faktor pembentuk suatu ekosistem yang sekaligus sebagai faktor
penentu perubahan ekosistem lautan. Secara umum faktor-faktor tersebut dibagi menjadi 3 (tiga)
yaitu faktor fisika, kimia, dan biologi air laut.
Faktor-faktor
fisika
yang
terdapat
di
lingkungan
laut
meliputi
suhu
air,
kecerahan/kekeruhan, kecepatan arus, gelombang, dan pasang surut (pasut) air laut. Faktor-faktor
kimia yang terdapat di lingkungan laut meliputi salinitas, oksigen terlarut (DO), derajat
keasaman (pH), dan unsur hara (nutrien). Faktor biologi lingkungan laut merupakan parameter
dari mahluk hidup yang menjadi faktor penting dalam komponen penyusun ekosistem laut.
Parameter biologi dapat berupa phytoplankton, zooplankton, benthos, nekton, bakteri, dan virus.
Dari berbagai jenis organisme tersebut ada yang berlaku sebagai produsen, konsumen, dan
pengurai (detritus).
MATERI DAN METODE
Materi
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah Objek termometer celcius,
handrefraktometer, plankton net dan tali, deep sounder, eigman crab, penyaring benthos, botol
sampel, tisu, pipet tetes, mikroskop, object glass, cover glass, buku identifikasi, sampel air,
akuades, kertas label, alat tulis dan plastik label.
Metode
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
Teknik pengambilan plankton
Plankton net berdiameter 30 cm yang telah diikat dengan tali dicelupkan ke dalam
perairan.
Plankton net ditarik sejauh 10 meter.
Hasil saringan plankton net dipindahkan ke dalam botol sampel.
Teknik pengambilan suhu tiap kedalaman
Termometer celcius dicelupkan ke permukaan badan perairan sekitar 3 atau 5 menit.
Termometer diangkat kemudian langsung dibaca skalanya tanpa tersentuh oleh tangan.
Suhu pada kedalaman 1m -5m juga diukur.
Termometer diangkat kemudian langsung dibaca skalanya tanpa tersentuh oleh tangan.
Kemudian data yang di peroleh di catat sebagai data pengamatan.
Teknik pengambilan salinitas
Handrefraktometer dibersihkan dengan akuades dan tisu untuk memastikan keadaan
skala eyeplace stabil atau tidak terpengaruh zat lain.
Sampel air diambil 1 tetes dan ditempatkan pada bagian sensor dari handrefraktometer.
Skala eyeplace yang tertera pada handrefraktometer dilihat .
Salinitas sampel air ditunjukkan oleh batas bagian terang gelap yang memotong skala.
Data yang diperoleh di catat.
Teknik pengambilan kedalaman
Deep sounder ditempelkan pada permukaan perairan
Tombol pada deep sounder ditekan maka kedalaman air akan nampak pada layar.
Setelah itu, tombol ditarik kembali dan diangkat ke atas , kemudian data yang tertera
pada layar di catat sebagai data pengamatan .
Teknik pengambilan benthos
Eigman crab dimasukkan ke dalam perairan selama beberapa menit
Eigman crab diangkat dan dibuka untuk mengetahui apakah terdapat bentos dalam badan
perairan tersebut.
Lalu di bawa ke laboratorium dan disaring dengan alat penyaring bentos dan diamati
apakah terdapat benthos pada sempel sedimen.
Teknik pengamatan plankton
Pengamatan plankton dilakukan dengan terlebih dahulu sampel dihomogenkan, kemudian
diambil satu tetes di atas object glass, ditutup cover glass.
Plankton diamati menggunakan mikroskop binokuler dengan perbesaran 100 x (untuk
menghitung jumlah plankton) dan perbesaran 400 x (untuk identifikasi plankton).
Pengamatan dilakukan sebanyak 20 lapang dengan 3 x ulangan pada tiap sampel.
Plankton yang ditemukan diidentifikasi dengan buku identifikasi.
Teknik Menggunakan GPS
Meng-ON-kan GPS, untuk menyalakan lampu layar GPS tekan tomol ON dua kali
Tunggu sampai muncul Aquaring Satelite dan muncul lima satelit
Tekan find
Pilih waypoint
5.
Tekan enter
6.
Pilih P09 dan P67
7.
Enter
8.
Enter
9.
Follow road of road
10. Enter
11. Untuk memperbesar gambar lokasi tekan zoom in dan untuk memperkecil gambar lokasi
tekan zoom out
12. Cari titik mengikuti garis pink atau menuju bendera untuk sampai ke lokasi, jika sudah
sampai lokasi di tandai dengan hilangnya garis pink dan tulisan arriving
13. Page untuk kompas lokasi
Jika sudah sampai lokasi maka mendeskripsikan tempat dan mengambil foto 4 arah 20 meter
dari titik lokasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Parameter Fisik di Lapangan
Parameter fisik
Stasiun
Salinitasperairan
28 0/00
Suhu airpada kedalaman 1 m
33,1 oC
Suhu airpada kedalaman 2 m
32,1oC
Suhu airpada kedalaman 3 m
32,0 oC
Suhu airpada kedalaman 4 m
32,6 oC
Suhu airpada kedalaman 5 m
38,5 oC
Kedalamanperairan
8m
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Plankton
Nama plankton
Keterangan
Heleoperarosea
Fitoplankton
Gambar plankton :
Pembahasan
GPS
GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi
yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan
posisi dan kecepatan tiga dimensi serta informasi mengenai waktu. GPS terdiri dari 3
segmen yaitu segmen angkasa, kontrol/pengendali, dan pengguna. Segmen angkasa terdiri
dari 24 satelit yang beroperasi dalam 6 orbit pada ketinggian 20.200 km dengan periode 12
jam (satelit akan kembali ke titik yang sama dalam 12 jam). Segmen Kontrol/Pengendali
terdapat pusat pengendali utama yang terdapat di Colorodo Springs, dan 5 stasiun pemantau
lainnya dan 3 antena yang tersebar di bumi ini. Pada sisi pengguna dibutuhkan penerima
GPS yang biasanya terdiri dari penerima, prosesor, dan antena. akan ditunda pengiriman ke
tujuan hingga tujuan aktif kembali ( Abidin,1993).
Fungsi – Fungsi Tombol Garmin GPS Navigasi 60
Garmin GPS Navigasi 60 adalah salah satu Receiver GPS tipe navigasi, yang dilengkapi
dengan Kompas Digital. Alat ini punya kemampuan sebagai berikut :
1.
Dapat menentukan posisi (koordinat) dalam format geografi (lintang & bujur), koordinat pada
proyeksi peta (UTM), dll
2.
Dapat menentukan ketinggian suatu tempat
3.
Dapat menentukan waktu, kecepatan, dan arah
4.
Dapat menyimpan koordinat sebanyak 3000 titik (waypoint)
5.
Dapat menyimpan koordinat secara otomatis (track) sebanyak 10000 titik.
Fungsi – fungsi tombol pada keypad Receiver Garmin GPS 60 adalah sebagai berikut :
1.
Tombol ON/OFF
Tombol ini berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan Receiver atau untuk mengatur terang/
gelap layar.
2. Tombol Zoom In dan tombol Zoom Out
Tombol ini berfungsi pada tampilan halaman (page) peta (map)
untuk
memperbesar
atau
memperkecil tampilan peta dilayar.
3.
Tombol FIND
Tombol Find berfungsi untuk menampilkan menu Find, berguna untuk navigasi mencari suatu
titik yang telah diketahui koordinatnya (waypoint) atau mencari suatu kota (Cities).
4. Tombol MARK
Tombol Mark berfungsi untuk menyimpan posisi saat ini ke dalam waypoint.
5. Tombol QUIT
Tombol Quit berfungsi untuk keluar dari suatu tampilan menu atau kembali ke halaman
sebelumnya.
6 Tombol ROCKER
Tombol Rocker berfungsi untuk memilih menu atau menggerakkan kursor pada tampilan di layer.
7. Tombol PAGE
Tombol Page berfungsi untuk pindah dari tampilan halaman (page) 1 ke halaman berikut.
8. Tombol MENU
Tombol Menu berfungsi untuk menampilkan option masing-masing tampilan halaman atau kalau
ditekan 2 kali akan menampilkan halaman menu utama.
9. Tombol ENTER
Beberapa fungsi tombol ini adalah sebagai berikut :
Untuk memilih menu/submenu Untuk memasukkan data (misalnya memasukkan koordinat ke
waypoint).
Dibagian belakang Receiver Garmin GPS terdapat :
1. Port untuk koneksi kabel ke antena luar.
2. Port untuk koneksi kabel ke batterai luar.
3. Port untuk koneksi kabel USB ke computer.
4. Kunci penutup batterai.
5. Tempat batterai.
Menurut Abidin (2000) sumber Kesalahan Sinyal GPS. Beberapa faktor yang dapat
mengurangi sinyal GPS dan mempengaruhi akurasi antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Penundaan Ionosphere dan Troposphere
Sinyal satelit menjadi lambat sewaktu melewati atmosfir. Saat ini sistem GPS sudah
memiliki alat yang dapat menghitung rata-rata dari penundaan ini untuk mengkoreksi kesalahan
tersebut.
2.
Penggandaan Sinyal (Signal multipath)
Kesalahan ini terjadi apabila sinyal dipantulkan dari objek misalnya ketinggian gedung
atau batuan besar sebelum sinyal dijangkau oleh receiver GPS. Lama waktu penerimaan sinyal
juga menyebabkan kesalahan ini.
3.
Kesalahan Jam pada Receiver
Sebuah receiver memiliki jam di dalamnya, yang tidak begitu akurat sebagaimana jam
atom pada satelit GPS. Meskipun demikian kesalahan ini hanya merupakan kesalahan yang
sangat kecil sekali.
4.
Kesalahan orbit Juga dikenal sebagai kesalahan sebentar
Kesalahan ini disebabkan tidak akuratnya posisi satelit diorbit.
5.
Penampakan Jumlah Satelit
Semakin banyak jumlah satelit yang “tampak” akan semakin baik akurasinya. Gedung,
kemiringan, gangguan elektronik, dan kadang-kadang kerapatan penutupan daun dapat
menghalangi sinyal yang menyebabkan kesalahan posisi atau kehilangan posisi sama sekali. GPS
sama sekali tidak dapat bekerja didalam ruangan, didalam air, atau dibawah tanah.
6.
Posisi Geometri Satelit/Arah posisi
Satelit (Shading) Kesalahan relative ini berhubungan dengan posisi satelit dari suatu
waktu ke waktu yang lain. Posisi ideal satelit adalah pada posisi sudut relative yang lebar satu
sama lain. Posisi geometri yang kurang baik akan terjadi bila posisi satelit dalam satu garis atau
posisi berhimpitan.
Plankton
Plankton merupakan organisme mikro yang keberadaanya dalam lingkungan perairan
sangat penting, karena sebagai produser primer, plankton akan meghasilkan karbohidrat yang
menjadi makanan konsumer primer dan menjadi dasar rantai makanan (Kavanaugh et al, 2009).
Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen pada tahun 1887,dan disempurnakan
oleh Haeckel tahun 1890.Kata plankton berasal dari bahasa Yunani yang berarti
mengembara.dan dapat diartikan sebagai seluruh kumpulan organisme baik hewan maupun
tumbuhan yang hidup terapung atau melayang didalam air,tidak dapat bergerak atau dapat
bergerak sedikit dan tidak dapat melawan arus.
Plankton dapat dikelompkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan cara makan,
keberadaan/dominansi,asal
penangkap.pengelompokan
makanannya.berdasarkan
usul,ukuran,
plankton
cara
yang
makanannya
bentuk
paling
plankton
dan
umum
dapat
koloni
sel,serta
didasarkan
alat
pada
dikelompokkan
cara
kedalam
bakterioplankton (saproplankton),fitoplankton,dan zooplankton.
Bakterioplankton merupakan kelompok plankter yang terdiri atas organisme yang tidak
berklorofil, meliputi bakteri (Micrococcus,Sarcina,Vibrio,Bacillus,Dll). Fitoplankton merupakan
tumbuhan planktonic berklorofil yang umumnya terdiri atas (Bacillariphyceae, Chlorophyceae,
Dinophyceae).
Klasifikasi dalam biologi membedakan plankton dalam dua kategori utama yaitu
fitoplankton yang meliputi semua hubungan renik dan zooplankton yang meliputi hewan yang
umumnya renik (Rutter, 1973 dalam Sahrainy, 2001). Fitoplankton ada yang berukuran besar
dan kecil dan biasanya yang besar tertangkap oleh jaringan plankton yang terdiri dari dua
kelompok besar, yaitu diatom dan dinoflagellata. Diatom mudah dibedakan dari dinoflagellata
karena bentuknya seperti kotak gelas yang unik dan tidak memiliki alat gerak. Pada proses
reproduksi tiap diatom akanmembela dirinya menjadi dua. Satu belahan dari bagian hidup
diatom akan menempati katup atas (epiteka) dan belahan yang kedua akan menempati katup
bawah (hipoteka). Sedangkan kelompok utama kedua yaitu dinoflagellata yang dicirikan dengan
sepasang flagella yang digunakan untuk bergerak dalam air. Beberapa dinoflagellata seperti
Nocticula yang mampu menghasilkan cahaya melalui proses bioluminesens (Nybakken, 1992).
Anggota
fitoplankton
(Cyanophyceae),
yang
kokolitofor
merupakan
minoritas
(Coccolithophoridae,
adalah
berbagai
Haptophyceae),
alga
dan
hijau
biru
silicoflagellata
(Dictyochaceae, Chrysophyceae). Cyanophyceae laut hanya terdapat di laut tropik dan sering
sekali membentuk “permadani” filamen yang padat dan dapat mewarnai air (Nybakken, 1992).
Sachlan (1972) menggolongkan algae dalam tujuh golongan berdasarkan pigmen yang
dikandungnya dan habitatnya, yaitu :
Cyanophyta: alga biru yang hidup di air tawar dan laut.
Chlorophyta : alga hijau banyak hidup di air tawar
Chrysophyta : alga kuning yang hidup di air tawar dan laut
Phyrrophyta : alga yang hidup sebagai plankton di air tawar dan di laut
Eugulenophyta : hidup di air tawar dan di air payau
Phaeophyta : alga coklat yang hidup sebagai rumput laut
Rhodophyta : alga merah yang hidup sebagai rumput laut.
Fitoplankton hanya dapat dijumpai pada lapisan permukaan saja karena mereka hanya
dapat hidup di tempat-tempat yang mempunyai sinar matahari yang cukup untuk melakukan
fotosintesis. Mereka akan lebih banyak dijumpai pada tempat yang terletak di daerah continental
shelf dan di sepanjang pantai dimana terdapat proses upwelling. Daerah ini biasanya merupakan
suatu daerah yang cukup kaya akan bahan-bahan organik (Hutabarat dan Evans, 1985).
Berlawanan dengan fitoplankton, zooplankton yang merupakan anggota plankton yang bersifat
hewani, sangat beraneka ragam dan terdiri dari bermacam larva dan bentuk dewasa yang
mewakili hampir seluruh filum hewan. Namun demikian dari susdut ekologi, hanya satu
golongan dari zooplankton yang sangat penting artinya, yaitu subklas copepoda (klas Crustaceae,
filum Arthropoda). Kopepoda adalah crustacea haloplanktonik yang berukuran kecil yang
mendominasi zooplankton disemua samudra dan laut. Hewan kecil ini sangat penting artinya
bagi ekonomi ekosistem-ekosistem bahari karena merupakan herbivora primer dalam laut.
Dengan demikian, copepoda berperan sebagai mata rantai yang amat penting antara produksi
primer fitoplankton dengan karnivora besar dan kecil (Nybakken, 1992).
Menurut Nybakken (1992), plankton digolongkan ke dalam beberapa kategori, yaitu
berdasarkan kemampuan membuat makanan, berdasarkan ukuran, berdasarkan daur hidupnya,
berdasarkan kemampuan membuat makanan.
Berdasarkan kemampuan membuat makanan, plankton digolongkan menjadi dua golongan
utama, yaitu fitoplankton dan zooplankton.
Fitoplankton
Fitoplankton disebut juga plankton nabati, adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung
atau melayang di laut. Ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang.
Umumnya fitoplankton berukuran 2 – 200 µm (1 µm = 0,001mm). Fitoplankton umumnya
berupa individu bersel tunggal, tetapi juga ada yang berbentuk rantai. Meskipun ukurannya
sangat kecil, namun fitoplankton dapat tumbuh dengan sangat lebat dan padat sehingga dapat
menyebabkan perubahan warna pada air laut. Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut,
karena bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organik untuk makanannya.
Zooplankton
Zooplankton, disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya mengapung, atau
melayang dalam laut. Kemampuan renangnya sangat terbatas hingga keberadaannya sangat
ditentukan ke mana arus membawanya. Zooplankton bersifat heterotrofik, yang maksudnya tak
dapat memproduksi sendiri bahan organik dari bahan inorganik. Oleh karena itu, untuk
kelangsungan hidupnya, ia sangat bergantung pada bahan organik dari fitoplankton yang menjadi
makanannya. Jadi, zooplankton lebih berfungsi sebagai konsumen (consumer) bahan organik.
Ukurannya yang paling umum berkisar 0,2 – 2 mm, tetapi ada juga yang berukuran besar
misalnya ubur-ubur yang bisa berukuran sampai lebih satu meter. Kelompok yang paling umum
ditemui antara lain kopepod (copepod), eufausid (euphausid), misid (mysid), amfipod
(amphipod), kaetognat(aetognath). Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai,
perairan estuaria, di depan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari perairan tropis
hingga ke
perairan kutub.
Berdasarkan Ukuran
Kini, dengan kemajuan teknik penyaringan yang dapat lebih baik memilah-milah partikel
yang sangat halus, penggolongan plankton berdasarkan ukurannya lebih berkembang. Ukuran
plankton sangat beraneka ragam, dari yang sangat kecil hingga yang besar. Pengolongan di
bawah ini diusulkan oleh Rutter, 1973 dalam Sahrainy (2001) yang kini banyak diacu orang.
Makroplankton (2-20 mm)
Contohnya adalah Pteropods; Chaetognaths; Euphausiacea (krill); Medusae; ctenophores;
salps, doliolids and pyrosomes (pelagic Tunicata); Cephalopoda.
Mesoplankton (0,2-2 mm)
Sebagian besar zooplankton berada dalam kelompok ini, seperti metazoans;
copepods; Medusae; Cladocera; Ostracoda; Chaetognaths; Pteropods; Tunicata; Heteropoda.
Mikroplankton (20-200 µm)
Contohnya adalah: eukaryotic protist besar; kebanyakan phytoplankton; Protozoa
(Foraminifera); ciliates; Rotifera; metazoans muda – Crustacea (copepod nauplii)
Nanoplankton (2-20 µm)
Plankton yang lolos dari jaring, tetapi lebih besar dari 2 µm. Atau berukuran 2-20 µm;
Contohnya: eukaryotic protista kecil; Diatoms kecil; Flagellates kecil; Pyrrophyta;
Chrysophyta; Chlorophyta; Xanthophyta
Picoplankton (0,2-2 µm)
Contohnya: eukaryotic protists kecil; bacteria; Chrysophyta
Femtoplankton (< 0.2 μm)
Contohnya: Virus laut.
Berdasarkan Daur Hidupnya
Berdasarkan daur hidupnya plankton dibagi menjadi:
Holoplankton
Dalam kelompok ini termasuk plankton yang seluruh daur hidupnya dijalani sebagai
plankton, mulai dari telur, larva, hingga dewasa. Kebanyakan zooplankton termasuk dalam
golongan ini. Contohnya: kokepod, amfipod, salpa, kaetognat. Fitoplankton termasuk juga
umumnya adalah holoplankton.
Meroplankton
Plankton dari golongan ini menjadi kehidupannya sebagai plankton hanya pada tahap awal
dari daur hidup biota tersebut, yakni pada tahap sebagai telur dan larva saja. Beranjak
dewasa ia akan berubah menjadi nekton, yakni hewan yang dapat aktif berenang bebas, atau
sebagai bentos yang hidup menetap atau melekat di dasar laut. Oleh sebab itu, meroplankton
sering pula disebut sebagai plankton sementara. Meroplankton ini sangat banyak ragamnya
dan umumnya mempunyai bentuk yang sangat berbeda dari bentuk dewasanya. Larva
crustacea seperti udang dan kepiting mempunyai perkembangan larva yang bertingkattingkat dengan bentuk yang sedikitpun tidak menunjukkan persamaan dengan bentuk yang
dewasa.
Berdasarkan Habitat
Plankton berdasarkan habitatnya, dapat digolongkan menjadi 5, yaitu:
Limnoplankton (di danau)
Heleoplankton (di kolam)
Potamoplankton (di sungai)
Hipalmiroplankton (di air payau)
Haliplankton (di laut)
Berdasarkan Asal-Usulnya
Plankton berdasarkan asal-usulnya dibedakan menjadi 2, yaitu:
Autoplankton
Yaitu plankton yang berasal dari habitat tersebut (plankton asli dari suatu habitat).
Alloplankton
Yaitu plankton yang berasal dari luar habitat tersebut (plankton pendatang).
Selaian berklorofil fitoplankton juga memiliki bahan makanan cadangan yang umumnya
berupa pati atau lemak,dinding sel yang tersusun dari selulosa,serta bentuk flagel yang
beragam.zooplankton
holozik.Anggota
merupakan
kelompok
kelompok
Ini
plankter
meliputi
yang
mempunyai
hewan–hewan
dari
cara
makan
kelompokb
protozoa,coelenterate,ctenopora,amelina,dan beberapa larva hewn-hewan vertebrata.kelompok
zooplankton hamper seluruhnya didominasi oleh copepod dengan nilai sebesar 50-80%.
Aktivitas fotosintesis yang dilakukan plankton menhasilkan karbohidrat dan oksigen,
sehingga dapat meningkatkan kelarutan oksigen dalam perairan. Kelimpahan plankton di
perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain salinitas, kecerahan (intensitas cahaya yang
masuk), kedalaman, pH dan suhu. Ini mengandung arti bahwa ketika suhu naik maka salinitas
ikut naik sehingga pH menjadi basa dan pada daerah pasang surut hal ini selalu terjadi berulangulang dan organisme yang ada akan kesulitan dalam menyesuaikan keadaan ini. Kecerahan
berpengaruh langsung pada jumlah fitoplankton, semakin cerah suatu perairan maka cahaya yang
masuk semakin banyak dan jumlah fitoplankton akan banyak yang mengakibatkan proses
fotosintesis akan belangsung dengan sempurna, hal ini berkibat pada tingginya kandungan
oksigen diperairan dan dengan tingginya kandungan oksigen diperairan memungkinkan
banyaknya organisme yang hidup (Odum, 1971). Organisme yang ada pada perairan tersebut
sangat miskin hal ini bisa disebabkan oleh faktor salinitas yang selalu berubah-ubah yang
menyebabkankesulitannya
organisme
menyesuaikan
diri
dengan
keadaan
tersebut
(Sachlan,1972).
Kelompok dimana ditemukan kelimpahan fitoplankton yang rendah memiliki karakteristik
perairan yang salinitas rata-ratanya sangat rendah yaitu ± 23 ‰, oksigen terlarut yang rendah ±3
ppm, nitrat yang rendah ±1.6 ppm dan kecepatan arus rata-rata yang sangat tinggi ±21 cm/detik.
Sebaliknya pada kelompok yang memiliki kelimpahan fitoplankton yang relatif tinggi salinitas
rata-ratanya ±32 ‰, oksigen terlarut ±4 ppm, dan nitrat yang tinggi ±2 ppm serta kecepatan arus
yang lambat yaitu ±15 cm/detik (Rimper, 2007).
Hubungan antara parameter lingkungan dengan kelimpahan fitoplankton berbanding lurus
dengan suhu namun berbanding terbalik dengan salinitas. Suhu merupakan faktor kualitas air
yang sangat mempengaruhi kehidupan organisme perairan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Seperti pernyataan Huet (1971) dalam Alfan (1995), bahwa suhu secara langsung
mempengharuhi proses kehidupan organisme seperti terganggunya pertumbuhan dan reproduksi,
Sedangkan secara tidak langsung mempengaruhi daya larut oksigen. Berdasarkan hasil
pengamatan ditemukan 1 jenis fitoplankton yaitu Heleoperarosea.
Benthos
Benthos adalah organisme yang hidup di dekat dasar sungai atau dikenal
sebagai zona benthik. Mereka hidup di dekat sedimen baik itu batu, lumpur, pasir
dan lain lain dan beradaptasi dengan tekanan air dalam serta arus perairan yang
deras. sebagian atau seluruh siklus hidup benthos berada di dasar perairan, baik
yang sesil, merayap maupun menggali lubang. selain itu pergerakan benthos relatif
terbatas. Atau Bentos merupakan sebuah organisme yang tinggal di dalam, atau di
dasar laut, dikenal sebagai zona bentik. Mereka tinggal di dekat laut atau endapan
lingkungan, dari pasang surut di sepanjang tepi kolam, dan kemudian ke bawah
abisal pada kedalaman. Hal tersebut berkaitan dengan karakteristik serta jenis
makanan benthos. Beberapa contoh bentos antara lain kerang, bulu babi, bintang
laut, cambuk laut, terumbu karang dan lain-lain. Hewan bentos hidup relatif
menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena
selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Hewan bentos terus
menerus terbawa oleh air yang kualitasnya berubah-ubah diantara hewan bentos
yang relatif mudah di identifkasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan
adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini
lebih dikenal dengan makrozoobentos. Makrozoobentos berperan sebagai salah
satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik
sampai konsumen tingkat tinggi.
Menurut Hakim (2009) Bentos merupakan suatu organisme yang hidupnya di
dasar perairan. Mereka juga mendiami semua ekosisitem perairan. Organisme
bentik hidup di atas substrat dasar perairan yang disebut sebagai organisme
epifauna dan adapula yang berada dalam substrat itu sendiri disebut organisme
bentik infauna.
Cara menentukan kualitas perairan berdasarkan Benthos yang ada di perairan
tersebut salah satunya yaitu dengan pendekatan kualitatif dimana kita melihat
jenis-jenis daripada Benthos yang hidup diperairan itu sendiri. jenis-jenis bentos
berdasarkan tingkat kerusakan perairan dikemukakan oleh Mahmudi (2005)
sebagai berikut:
Perairan bersih adalah Planaria, Perla, Isoperia, Leuctra, Nemoura, Eodyonurus
dan Ephemera.
Perairan tercemar organik ringan adalah Caenis, Ephemerella, Baetis,
Limnophillus dan Hydropsyche.
Perairan tercemar organik sedang adalah Simulium, Lymnaea dan Physa.
Perairan tercemar organik berat adalah Chironomous dan Tubifex.
Komunitas bentos termasuk beraneka ragam spesies dari larva serangga, termasuk nyamuknyamuk kecil, lalat, lalat naga muda dan jenis cacing-cacingan (Romimohtanto dan Juwana,
2001). Menurut Hakim (2009), makrozoobenthos yang memilki toleran yang luas akan memilki
penyebaran yang luas juga seperti contohnya jenis ephemeroptera. Sebaliknya organisme yang
kisaran tolerasinya sempit (sensitif) maka penyebaranya juga sempit seperti jenis lalat batu dan
tricoptera. Adapun contoh-contoh benthos adalah sebagai berikut Hydropsychidae, Odonata,
Stone
flies,
Chironomidae
Larvae,
Penaeidae,
Coleoptera,
Baetidae,
Hirudinea,
Gecarcinucoidea, kerang-kerangan air tawar.
Menurut Odum (1993), berdasarkan jenisnya benthos dapat di bagi 2 yaitu :
Zoobentos.
Zoobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar
perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang .
Phytobentos merupakan tanaman milik bentos tersebut.
Menurut Odum (1993), Hewan Benthos memegang beberapa peran penting dalam perairan
seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan
serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan. Suwondo dkk, (2004) juga
mengemukakan bahwa Benthos merupakan organisme perairan yang keberadaannya dapat
dijadikan indikator perubahan kualitas biologi perairan sungai. Selain itu, organisme bentos juga
dapat digunakan sebagai indikator biologis dalam mempelajari ekosistem sungai (Hilsenhoff,
1977). Hal ini disebabkan adanya respon yang berbeda terhadap suatu bahan pencemar yang
masuk dalam perairan sungai dan bersifat immobile.
Mahmudi, dkk, (1999), juga mempertegas bahwa makrozoobentos mempunyai peranan
penting di ekosistem sungai, yaitu :
Dapat memberikan informasi mengenai pemindahan dan penggunaan energi.
Dalam ekosistem sungai, mempunyai peranan dalam proses self purification
sungai, dan
Dapat digunakan untuk kepentingan restorasi perairan sungai dengan cara
mencipatakan habiatat yang mendorong kolonisasi makrozoobentos. Komunitas
makrozoobentos bahkan menjadi sumber energi untuk perikanan di ekosistem sungai.
Bentos sebenarnya memiliki peranan yang penting dalam suatu ekosistem. Berikut ini akan
diuraikan pentingnya keberadaan bentos dalam suatu ekosistem.
Bentos berfungsi dalam proses rantai makanan.
Bentos dapat digunakan untuk melihat kualitas air pada suatu perairan tidak
seperti ikan, bentos tidak bisa bergerak banyak sehingga mereka kurang mampu
menghindar dari efek sedimen dan polutan lain yang mengurangi kualitas air.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi bentos adalah sifat fisik perairan seperti
pasang surut, kedalaman, kecepatan arus, kekeruhan atau kecerahan, substrat dasar dan suhu air.
Sifat kimia antara lain kandungan oksigen dan karbondioksida terlarut, pH, bahan organik, dan
kandungan hara berpengaruh terhadap hewan bentos. Sifat-sifat fisika-kimia air berpengaruh
langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan bentos. Perubahan kondisi fisika-kimia suatu
perairan dapat menimbulkan akibat yang merugikan terhadap populasi bentos yang hidup di
ekosistemperairan (Setyobudiandi, 1997). Oksigen adalah gas yang amat penting bagi hewan.
Perubahan kandungan oksigen terlarut di lingkungan sangat berpengaruh terhadap hewan air.
Kebutuhan oksigen bervariasi, tergantung oleh jenis, stadia, dan aktivitas. Kandungan oksigen
terlarut mempengaruhi jumlah dan jenis makrobentos di perairan. Semakin tinggi kadar O 2
terlarut maka jumlah bentos semakin besar. Nilai pH menunjukkan derajad keasaman atau
kebasaan suatu perairan yang dapat mempengaruhi kehidupan tumbuhan dan hewan air. pH
tanah atau substrat akan mempengaruhi perkembangan dan aktivitas organisme lain. Bagi hewan
bentos pH berpengaruh terhadap menurunnya daya stress. Penetrasi cahaya seringkali dihalangi
oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesis dimana habitat akuatik dibatasi oleh
kedalaman. Kekeruhan, terutama disebabkan oleh lumpur dan partikel yang mengendap,
seringkali penting sebagai faktor pembatas. Kekeruhan dan kedalaman air pempunyai pengaruh
terhadap jumlah dan jenis hewan bentos. Tipe substrat dasar ikut menentukan jumlah dan jenis
hewan bentos disuatu perairan (Susanto, 2000). Tipe substrat seperti rawa tanah dasar berupa
lumpur. Macam dari substrat sangat penting dalam perkembangan komunitas hewan bentos.
Pasir cenderung memudahkan untuk bergeser dan bergerak ke tempat lain. Substrat berupa
lumpur biasanya mengandung sedikit oksigen dan karena itu organisme yang hidup didalamnya
harus
dapat
beradaptasi
pada
keadaan
ini
Sedangkan faktor fisika yang lain adalah pasang surut perairan, hal ini berpengaruh pada pola
penyebaran
hewan
bentos
(Susanto,
2000).
Faktor biologi perairan juga merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup masyarakat
hewan bentos sehubungan dengan peranannya sebagai organisme kunci dalam jaring makanan,
sehingga komposisi jenis hewan yang ada dalam suatu perairan seperti kepiting, udang, ikan
melalui predasi akan mempengaruhi kelimpahan bentos (Susanto, 2000).
Faktor lingkungan
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pada stasiun, suhu permukaan air 33,1°C,
sedangkan suhu pada kedalaman 2-5 m berkisar antara 32,1°C- 38,5°C. Hal ini menunjukkan
bahwa permukaan perairan akan memiliki suhu yang tinggi di bandingkan suhu yang ada didasar
perairan karena terjadi penurunan suhu secara perlahan-lahan (Odum, 1971). Suhu air akan
selalu lebih tinggi dibandingkan dengan suhu udara karena sifat air yang mudah menyerap panas
dan sulit untuk melepas panas (Odum, 1971). Sependapat dengan Efriyeldi (1999) yang
menyatakan bahwa tingginyanilai suhu udara pada stasiun atau perairan disebabkan
kedalamannya yang relatif dangkal. Perkins (1974) menyatakan bahwa kisaran suhu yang
dianggap layak bagi kehidupan organisme akuatik bahari adalah 25-32°C.Suhu ini
memungkinkan badan air untuk mengikat oksigen bebas dari udara secara optimal. Menurut
Afrianto dan Liviawaty (1994), bahwa suhu lingkungan yang normal menyebabkan kemampuan
air untuk mengikat oksigen terlarut (DO) menjadi maksimal. Selain itu, suhu yang sesuai dapat
mengakibatkan proses metabolisme berjalan normal sehingga konsumsi oleh organisme dalam
air juga akan berjalan dengan normal.
Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap
kelimpahan fitoplankton di perairan Segara anakan. Hal ini disebabkan oleh adanya daya
toleransi yang berbeda antar spesies untuk hidup dan tumbuh dalam kisaran salinitas yang
berbeda. Lagi pula umumnya organisme laut bersifat stenohaline yaitu beradaptasi pada kisaran
salinitas yang kecil (Odum, 1971). Parameter salinitas, kecepatan arus, oksigen terlarut, dan
nitrat memiliki peranan yang sangat besar dalam membedakan tinggi rendahnya kelimpahan
plankton. Meskipun demikian parameter lainnya juga ikut berperan bersama-sama tetapi dengan
peranan yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan empat parameter ini. Mekanisme
keterkaitan antara kelimpahan plankton dengan parameter-parameter tersebut dapat dijelaskan
dengan proses-proses biofisik yang mungkin terjadi (Rimper, 2007).
Salinitas pada stasiun sebesar 28 ‰. Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam
dalam suatu perairan. Garam yang dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air
termasuk garam dapur (NaCl). Pada umumnya salinitasdisebabkan oleh 7 ion utama yaitu :
natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca),magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat (SO4) dan
bikarbonat (HCO3). Salinitasdinyatakan dalam satuan gram/kg atau promil (‰) (Effendi, 2003).
Variasi salinitas di daerah estuaria menentukan kehidupan organisme laut/payau. Hewanhewanyang hidup di perairan payau (salinitas 0,5-30‰), hipersaline (salinitas 40-80‰) atau air
garam (salinitas >80‰), biasanya mempunyai toleransi terhadapkisaran salinitas yang lebih
besar dibandingkan dengan organisme yang hidup di air laut atau air tawar (Sagala, 2009).
DAFTAR REFERENSI
Abidin, Hasanuddin Z, Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya, Pradnya Paramita,
Jakarta, 2000.
Abidin, H.Z., 1993. Sinyal dan Data Pengamatan GPS. Majalah S&P Vol.10; No. 4; pp: 1-14.
Afrianto, L. dan Liviawati, 1994. Teknik Pembuatan Tambak Udang. Kanisius. Yogyakarta.
Alfan, M.S., 1995. Evaluasi Kualitas Fisika Kimia Air, sungai Ciliwung di Wilayah Kota
Administrasi Depok bagi Kepentingan Perikanan. Skripsi. IPB. Bogor.
Efriyeldi. 1999. Sebaran Spasial Karakteristik Sedimendan Kualitas Air Muara Sungai Bantan
Tengah,Bengkalis KaitannyadenganBudidaya KJA(Keramba Jaring Apung). Fakultas
Perikanan Universitas Riau dalam Jurnal Natur Indonesia I1 (1): 85 – 92.
Hakim,L. 2009. Makrozoobenthos
http//ilmukelautan.com.
Sebagai
Indikator
Pencemaran
Lingkungan.
Hilsenhoff, W. L. 1977. Use of arthropods to evaluate water quality of streams.
Bulletin No. 100google.com
Technical.
Hutabarat, S. dan S.M, Evans, 1985. Pengantar Oseanografi. Universitas
Indonesia Press Jakarta
Kavanaugh M.T., K. J. Nielsen, F. T. Chan, B. A. Menge, R. M. Letelier, and L. M. Goodrich,
2009. Experimental Assesment of the Effects of Shade on an Intertidal kelp: Do
Phytoplankton Blooms Inhibit Growth of Open-Coast Macroalgae?. Limnol. Oceanogr.,
54(1), 276-288.
Mahmudi, M.2005. produktivitas Perairan. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Gramedia Jakarta
Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology.3rd Edition, W. B. Soundres Company.
Philladhelphia and London.
Odum, Eugene, P. 1993. Biologi Laut. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Perkins, E.J. 1974. The Biology of Estuaries and Coastal Waters. Academic Press, London. 678
pp.
Rimper, J. 2007. Kelimpahan Fitoplankton Dan Kondisi Hidrooseanografi Perairan Teluk
Manado. http://kadatua.multiply.com/journal diakses pada tanggal 1 Januari 2011.
Romimohtanto dan Juwana. 2001. Biologi Laut. Djambatan. Jakarta.
Sachlan, M. 1972. Planktonologi. Correspondense Course Center. Jakarta.
Sagala, A. H. L. 2009. Kandungan Amonia (NH3-N) dan Kelimpahan Plankton di Tambak PT.
Merdeka Sarana Usaha dan Perairan sekitarnya, Pangkal Pinang Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. http://sarmanpsagala.wordpress.com diakses pada tanggal 1
Januari 2011.
Sahriany, S. 2001. Studi Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan
Karbino Kepulauan Sembilan Kabupaten Sinjai. Skripsi. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar
Setyobudiandi, 1997. Keanekaragaman dan Kelimpahan
Susanto, 2000. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota
Makrozoobenthos. Erlangga. Jakarta
Laut. Dlambatan. Jakarta.
Suwondo dkk, 2004. . Keanekaragaman, densitas dan distribusi benthos di perairan sungai pepe
Surakarta. http://top-pdf.com/jenis-bentos.html
Oleh :
Kelompok I
Samidi
Fandhy Okka P
Dina Septalia L
Soefiana N
Dena Voninda
Nabil Azizar R
M. Muclas Azis A
B0A012001
B0A012002
B0A012003
B0A012004
B0A012006
B0A012007
B0A012008
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI D III PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN
KELAUTAN
PURWOKERTO
2013
DESKRIPSI LOKASI
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa secara geografis Indonesia merupakan salah satu
negara maritim di dunia, memiliki pulau sebanyak +17.504 pulau, panjang pantai + 81.000 km
dan 2/3 (dua per tiga) wilayahnya adalah lautan. Laut merupakan potensi sumberdaya maritim
yang sangat kaya baik hayati, non-hayati maupun energi laut namun selama ini kita telah
mengabaikannya. Provinsi Jawa Tengah memiliki beberapa pantai yang potensial. Salah satunya
adalah Pantai Teluk Penyu, Pelabuhan Sleko, Cilacap.
Segara Anakan secara geografis terletak pada koordinat 7035-7050 LS dan 108045-10903
BT. Secara administratif, Segara Anakan terletak di kecamatan Kawungunten Kabupaten Cilacap
yang berada pada perbatasan antara Kabupaten Ciamis Jawa Barat dengan Kabupaten Cilacap
Jawa Tengah.
Adapun batas – batas Segara Anakan meliputi:
Batas Barat: perbatasan desa Pamotan, kec Kalipucang Kab Ciamis
Batas Timur: batas administratif kota Cilacap
Batas Utara: menggunakan pal batas milik Perum Perhutani
Batas Selatan: Pulau Nusakambangan ke arah Samudra Hindia
Segara Anakan merupakan suatu laguna yang dikelilingi hutan mangrove dan dataran yang
berlumpur. Laguna ini dikelilingi oleh saluran–saluran air dan parit yang mengalir dari hutan
mangrove dan persawahan–persawahan di sekitarnya. Keberadaan laguna ini dipengaruhi oleh
air dan bahan sedimen Citanduy serta air pasang surut Samudera Hindia melalui celah barat
Pulau Nusakambangan dan alur timur Sungai Kembangkuning (Selat Nusakambangan). Sungai–
sungai yang bermuara ke laguna ini adalah sungai Citanduy, Sungai Kayumati, Cibereum,
Ujunggalang dan sungai Dangal sungai–sungai tersebut membawa lumpur yang kemudian akan
mengendap di laguna.
Teluk Penyu merupakan kawasan pantai di selatan Kabupaten Cilacap,utamanya sepanjang
pesisir dari Kecamatan Cilacap Selatan yang lokasinyatidak langsung berhubungan dengan
Samudera India atau Indonesia karenadikelilingi oleh Pulau Nusakambangan. Pantai Teluk
Penyu berjarak 2 Km kearah timur dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Cilacap dan dapat
dijangkaudengan kendaraan umum dan pribadi. Teluk ini cukup memiliki pemandanganyang
indah dan menyegarkan dengan luas kira-kira 14 ha. Area Teluk Penyuyang biasa dikunjungi
oleh para pengunjung (utamanya penduduk dan wisatawanlokal) biasanya mulai dari pelabuhan
perikanan Samudera dari hingga bibirpantai yang biasa disebut Areal 70 (merujuk kepada
sebutan masyarakat sekitarterhadap kawasan tangki-tangki penimbunan bahan bakar dari PT.
PertaminaUP IV) dimana para wisatawan atau pengunjung bisa melihat langsung
PulauNusakambangan dari bibir pantai.
Gambar 1. 1. Pantai Penyu Cilacap (Lokasi pengambilan sampel), 2. Pantai Glagah, 3.Pantai
Samas, 4. Pantai Krakal, 5.Pantai Rembang, 6. Pantai TelukPacitan, 7. Pantai Tuban, dan
8.Pantai Pasir Putih.
Gambar Peta Nusa Kambangan secara keseluruhan.
PENDAHULUAN
GPS adalah singkatan dari Global Positioning System yang merupakan system untuk
menentukan posisi dan navigasi secara global dengan menggunakan satelit. Sistem yang pertama
kali di kembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika ini digunakan i=untuk kepentingan
militer maupun sipil (survey dan pemetaan)
System GPS, yang nama asinya adalah NAVSTAR GPS (Navigation Satelite Timing and
Ranging Global Positioning System), mempunyai tiga segmen yaitu : satelit, pengontrol, dan
penerima/pengguna. Satelit yang GPS yang mengorbit bumi, dengan orbit dan kedudukan yang
tetap (koordinatnya pasti), seluruhnya berjumah 24 buah dimana 21 buah aktif bekerja dan 3
buah sisanya adalah cadangan.
satelit bertugas untuk menerima dan menyimpan data yang di transmisikan oleh
stasiun-stasiun pengontrol, menyimpan dan menjaga informasi waktu berketelitian tinggi
(ditentukan dengan jam atomic di satelit), dan memancarkan sinyal dan informasi secara
kontinyu ke pesawat penerima (resiver) dari pengguna
pengontrol betugas untuk mengendalikan dan mengontrol satelit dari bumi baik
untuk mengecek kesehatan satelit, penentuan dan prediksi orbit dan waktu, sinkronisasi
waktu antar satelit, dan mengirim data ke satelit.
penerima bertugas menerima data dari satelit dan memprosesnya untuk
menentukan posisi (posisi 3 dimensi yaitu koordinat dibumi dan ketinggian), arah, jarak,
dan waktu yang diperlukan oleh pengguna. Ada 2 macam penerima yaitu tipe
NAVIGASI dan tipe GEODETIC. Yang termasuk resiver tipe NAVIGASI antara lain :
Topcon, Leica, Astech, Trimble seri 4000 dan lain-lain.
Dalam bidang survey dan pemetaan untuk wilayah terumbu karang, GPS dapat digunakan
untuk menentukan posisi titik-titik lokasi penyelaman maupun transek. Posisi yang di peroleh
adalah posisi yang benar terhadap system koordinat bumi. Dengan mengetahui posisinya yang
pasti, lokasi-lokasi penyelaman maupun transek dapat di plotkan ke dalam peta kerja.
Plankton
Plankton merupakan organisme mikro yang keberadaanya dalam lingkungan perairan sangat
penting, karena sebagai produser primer, plankton akan meghasilkan karbohidrat yang menjadi
makanan konsumer primer dan menjadi dasar rantai makanan (Kavanaugh et al, 2009). Aktivitas
fotosintesis yang dilakukan plankton menhasilkan karbohidrat dan oksigen, sehingga dapat
meningkatkan kelarutan oksigen dalam perairan. Kelimpahan plankton di perairan dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain salinitas, kecerahan (intensitas cahaya yang masuk), kedalaman,
pH dan suhu. Ini mengandung arti bahwa ketika suhu naik maka salinitas ikut naik sehingga pH
menjadi basa dan pada daerah pasang surut hal ini selalu terjadi berulang-ulang dan organisme
yang ada akan kesulitan dalam menyesuaikan keadaan ini. Kecerahan berpengaruh langsung
pada jumlah fitoplankton, semakin cerah suatuperairan maka cahaya yang masuk semakin
banyak dan jumlah fitoplankton akan banyak yang mengakibatkan proses fotosintesis akan
belangsung dengansempurna, hal ini berkibat pada tingginya kandungan oksigen diperairan dan
dengan tingginya kandungan oksigen diperairan memungkinkan banyaknya organisme yang
hidup (Odum, 1971). Organisme yang ada pada perairan tersebut sangat miskin hal ini bisa
disebabkan oleh faktor salinitas yang selalu berubah-ubah yang menyebabkan kesulitannya
organisme menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut.
Benthos
Benthos adalah organisme yang hidup di dasar perairan (substrat) baik yang
sesil, merayap maupun menggali lubang. Bentos hidup di pasir, lumpur, batuan,
patahan karang atau karang yang sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman
mempengaruhi pola penyebaran dan morfologi fungsional serta tingkah laku hewan
bentik. Hal tersebut berkaitan dengan karakteristik serta jenis makanan bentos.
Benthos adalah organisme yang hidup di dasar laut atau sungai baik yang
menempel pada pasir maupun lumpur. Beberapa contoh bentos antara lain kerang,
bulu babi, bintang laut, cambuk laut, terumbu karang dan lain-lain. Hewan bentos
hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas
lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya.
Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktorfaktor lingkungan dari waktu ke waktu, karena hewan bentos terus menerus
terbawa oleh air yang kualitasnya berubah-ubah. Diantara hewan bentos yang
relatif mudah di identifkasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan
adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini
lebih dikenal dengan makrozoobentos. Makrozoobentos berperan sebagai salah
satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik
sampai konsumen tingkat tinggi. Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan,
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik.
Faktor Lingkungan
Ekosistem laut merupakan suatu kumpulan integral dari berbagai komponen abiotik dan
biotik yang berkaitan satu sama lain dan saling berinteraksi membentuk suatu unit fungsional.
Komponen-komponen ini secara fungsional tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apabila
terjadi perubahan pada salah satu dari komponen-komponen tersebut (misalnya perubahan nilai
parameter fisika-kimia perairan), maka akan menyebabkan perubahan pada komponen lainnya
(misalnya perubahan kualitatif dan kuantitatif organismenya). Perubahan ini tentunya dapat
mempengaruhi keseluruhan sistem yang ada, baik dalam kesatuan struktur fungsional maupun
dalam keseimbangannya. Kelangsungan suatu fungsi ekosistem dapat menentukan kelestarian
dari sumberdaya hayati sebagai komponen yang terlibat dalam sistem tersebut. Dalam
lingkungan laut terdapat faktor-faktor pembentuk suatu ekosistem yang sekaligus sebagai faktor
penentu perubahan ekosistem lautan. Secara umum faktor-faktor tersebut dibagi menjadi 3 (tiga)
yaitu faktor fisika, kimia, dan biologi air laut.
Faktor-faktor
fisika
yang
terdapat
di
lingkungan
laut
meliputi
suhu
air,
kecerahan/kekeruhan, kecepatan arus, gelombang, dan pasang surut (pasut) air laut. Faktor-faktor
kimia yang terdapat di lingkungan laut meliputi salinitas, oksigen terlarut (DO), derajat
keasaman (pH), dan unsur hara (nutrien). Faktor biologi lingkungan laut merupakan parameter
dari mahluk hidup yang menjadi faktor penting dalam komponen penyusun ekosistem laut.
Parameter biologi dapat berupa phytoplankton, zooplankton, benthos, nekton, bakteri, dan virus.
Dari berbagai jenis organisme tersebut ada yang berlaku sebagai produsen, konsumen, dan
pengurai (detritus).
MATERI DAN METODE
Materi
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah Objek termometer celcius,
handrefraktometer, plankton net dan tali, deep sounder, eigman crab, penyaring benthos, botol
sampel, tisu, pipet tetes, mikroskop, object glass, cover glass, buku identifikasi, sampel air,
akuades, kertas label, alat tulis dan plastik label.
Metode
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
Teknik pengambilan plankton
Plankton net berdiameter 30 cm yang telah diikat dengan tali dicelupkan ke dalam
perairan.
Plankton net ditarik sejauh 10 meter.
Hasil saringan plankton net dipindahkan ke dalam botol sampel.
Teknik pengambilan suhu tiap kedalaman
Termometer celcius dicelupkan ke permukaan badan perairan sekitar 3 atau 5 menit.
Termometer diangkat kemudian langsung dibaca skalanya tanpa tersentuh oleh tangan.
Suhu pada kedalaman 1m -5m juga diukur.
Termometer diangkat kemudian langsung dibaca skalanya tanpa tersentuh oleh tangan.
Kemudian data yang di peroleh di catat sebagai data pengamatan.
Teknik pengambilan salinitas
Handrefraktometer dibersihkan dengan akuades dan tisu untuk memastikan keadaan
skala eyeplace stabil atau tidak terpengaruh zat lain.
Sampel air diambil 1 tetes dan ditempatkan pada bagian sensor dari handrefraktometer.
Skala eyeplace yang tertera pada handrefraktometer dilihat .
Salinitas sampel air ditunjukkan oleh batas bagian terang gelap yang memotong skala.
Data yang diperoleh di catat.
Teknik pengambilan kedalaman
Deep sounder ditempelkan pada permukaan perairan
Tombol pada deep sounder ditekan maka kedalaman air akan nampak pada layar.
Setelah itu, tombol ditarik kembali dan diangkat ke atas , kemudian data yang tertera
pada layar di catat sebagai data pengamatan .
Teknik pengambilan benthos
Eigman crab dimasukkan ke dalam perairan selama beberapa menit
Eigman crab diangkat dan dibuka untuk mengetahui apakah terdapat bentos dalam badan
perairan tersebut.
Lalu di bawa ke laboratorium dan disaring dengan alat penyaring bentos dan diamati
apakah terdapat benthos pada sempel sedimen.
Teknik pengamatan plankton
Pengamatan plankton dilakukan dengan terlebih dahulu sampel dihomogenkan, kemudian
diambil satu tetes di atas object glass, ditutup cover glass.
Plankton diamati menggunakan mikroskop binokuler dengan perbesaran 100 x (untuk
menghitung jumlah plankton) dan perbesaran 400 x (untuk identifikasi plankton).
Pengamatan dilakukan sebanyak 20 lapang dengan 3 x ulangan pada tiap sampel.
Plankton yang ditemukan diidentifikasi dengan buku identifikasi.
Teknik Menggunakan GPS
Meng-ON-kan GPS, untuk menyalakan lampu layar GPS tekan tomol ON dua kali
Tunggu sampai muncul Aquaring Satelite dan muncul lima satelit
Tekan find
Pilih waypoint
5.
Tekan enter
6.
Pilih P09 dan P67
7.
Enter
8.
Enter
9.
Follow road of road
10. Enter
11. Untuk memperbesar gambar lokasi tekan zoom in dan untuk memperkecil gambar lokasi
tekan zoom out
12. Cari titik mengikuti garis pink atau menuju bendera untuk sampai ke lokasi, jika sudah
sampai lokasi di tandai dengan hilangnya garis pink dan tulisan arriving
13. Page untuk kompas lokasi
Jika sudah sampai lokasi maka mendeskripsikan tempat dan mengambil foto 4 arah 20 meter
dari titik lokasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Parameter Fisik di Lapangan
Parameter fisik
Stasiun
Salinitasperairan
28 0/00
Suhu airpada kedalaman 1 m
33,1 oC
Suhu airpada kedalaman 2 m
32,1oC
Suhu airpada kedalaman 3 m
32,0 oC
Suhu airpada kedalaman 4 m
32,6 oC
Suhu airpada kedalaman 5 m
38,5 oC
Kedalamanperairan
8m
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Plankton
Nama plankton
Keterangan
Heleoperarosea
Fitoplankton
Gambar plankton :
Pembahasan
GPS
GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi
yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan
posisi dan kecepatan tiga dimensi serta informasi mengenai waktu. GPS terdiri dari 3
segmen yaitu segmen angkasa, kontrol/pengendali, dan pengguna. Segmen angkasa terdiri
dari 24 satelit yang beroperasi dalam 6 orbit pada ketinggian 20.200 km dengan periode 12
jam (satelit akan kembali ke titik yang sama dalam 12 jam). Segmen Kontrol/Pengendali
terdapat pusat pengendali utama yang terdapat di Colorodo Springs, dan 5 stasiun pemantau
lainnya dan 3 antena yang tersebar di bumi ini. Pada sisi pengguna dibutuhkan penerima
GPS yang biasanya terdiri dari penerima, prosesor, dan antena. akan ditunda pengiriman ke
tujuan hingga tujuan aktif kembali ( Abidin,1993).
Fungsi – Fungsi Tombol Garmin GPS Navigasi 60
Garmin GPS Navigasi 60 adalah salah satu Receiver GPS tipe navigasi, yang dilengkapi
dengan Kompas Digital. Alat ini punya kemampuan sebagai berikut :
1.
Dapat menentukan posisi (koordinat) dalam format geografi (lintang & bujur), koordinat pada
proyeksi peta (UTM), dll
2.
Dapat menentukan ketinggian suatu tempat
3.
Dapat menentukan waktu, kecepatan, dan arah
4.
Dapat menyimpan koordinat sebanyak 3000 titik (waypoint)
5.
Dapat menyimpan koordinat secara otomatis (track) sebanyak 10000 titik.
Fungsi – fungsi tombol pada keypad Receiver Garmin GPS 60 adalah sebagai berikut :
1.
Tombol ON/OFF
Tombol ini berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan Receiver atau untuk mengatur terang/
gelap layar.
2. Tombol Zoom In dan tombol Zoom Out
Tombol ini berfungsi pada tampilan halaman (page) peta (map)
untuk
memperbesar
atau
memperkecil tampilan peta dilayar.
3.
Tombol FIND
Tombol Find berfungsi untuk menampilkan menu Find, berguna untuk navigasi mencari suatu
titik yang telah diketahui koordinatnya (waypoint) atau mencari suatu kota (Cities).
4. Tombol MARK
Tombol Mark berfungsi untuk menyimpan posisi saat ini ke dalam waypoint.
5. Tombol QUIT
Tombol Quit berfungsi untuk keluar dari suatu tampilan menu atau kembali ke halaman
sebelumnya.
6 Tombol ROCKER
Tombol Rocker berfungsi untuk memilih menu atau menggerakkan kursor pada tampilan di layer.
7. Tombol PAGE
Tombol Page berfungsi untuk pindah dari tampilan halaman (page) 1 ke halaman berikut.
8. Tombol MENU
Tombol Menu berfungsi untuk menampilkan option masing-masing tampilan halaman atau kalau
ditekan 2 kali akan menampilkan halaman menu utama.
9. Tombol ENTER
Beberapa fungsi tombol ini adalah sebagai berikut :
Untuk memilih menu/submenu Untuk memasukkan data (misalnya memasukkan koordinat ke
waypoint).
Dibagian belakang Receiver Garmin GPS terdapat :
1. Port untuk koneksi kabel ke antena luar.
2. Port untuk koneksi kabel ke batterai luar.
3. Port untuk koneksi kabel USB ke computer.
4. Kunci penutup batterai.
5. Tempat batterai.
Menurut Abidin (2000) sumber Kesalahan Sinyal GPS. Beberapa faktor yang dapat
mengurangi sinyal GPS dan mempengaruhi akurasi antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Penundaan Ionosphere dan Troposphere
Sinyal satelit menjadi lambat sewaktu melewati atmosfir. Saat ini sistem GPS sudah
memiliki alat yang dapat menghitung rata-rata dari penundaan ini untuk mengkoreksi kesalahan
tersebut.
2.
Penggandaan Sinyal (Signal multipath)
Kesalahan ini terjadi apabila sinyal dipantulkan dari objek misalnya ketinggian gedung
atau batuan besar sebelum sinyal dijangkau oleh receiver GPS. Lama waktu penerimaan sinyal
juga menyebabkan kesalahan ini.
3.
Kesalahan Jam pada Receiver
Sebuah receiver memiliki jam di dalamnya, yang tidak begitu akurat sebagaimana jam
atom pada satelit GPS. Meskipun demikian kesalahan ini hanya merupakan kesalahan yang
sangat kecil sekali.
4.
Kesalahan orbit Juga dikenal sebagai kesalahan sebentar
Kesalahan ini disebabkan tidak akuratnya posisi satelit diorbit.
5.
Penampakan Jumlah Satelit
Semakin banyak jumlah satelit yang “tampak” akan semakin baik akurasinya. Gedung,
kemiringan, gangguan elektronik, dan kadang-kadang kerapatan penutupan daun dapat
menghalangi sinyal yang menyebabkan kesalahan posisi atau kehilangan posisi sama sekali. GPS
sama sekali tidak dapat bekerja didalam ruangan, didalam air, atau dibawah tanah.
6.
Posisi Geometri Satelit/Arah posisi
Satelit (Shading) Kesalahan relative ini berhubungan dengan posisi satelit dari suatu
waktu ke waktu yang lain. Posisi ideal satelit adalah pada posisi sudut relative yang lebar satu
sama lain. Posisi geometri yang kurang baik akan terjadi bila posisi satelit dalam satu garis atau
posisi berhimpitan.
Plankton
Plankton merupakan organisme mikro yang keberadaanya dalam lingkungan perairan
sangat penting, karena sebagai produser primer, plankton akan meghasilkan karbohidrat yang
menjadi makanan konsumer primer dan menjadi dasar rantai makanan (Kavanaugh et al, 2009).
Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen pada tahun 1887,dan disempurnakan
oleh Haeckel tahun 1890.Kata plankton berasal dari bahasa Yunani yang berarti
mengembara.dan dapat diartikan sebagai seluruh kumpulan organisme baik hewan maupun
tumbuhan yang hidup terapung atau melayang didalam air,tidak dapat bergerak atau dapat
bergerak sedikit dan tidak dapat melawan arus.
Plankton dapat dikelompkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan cara makan,
keberadaan/dominansi,asal
penangkap.pengelompokan
makanannya.berdasarkan
usul,ukuran,
plankton
cara
yang
makanannya
bentuk
paling
plankton
dan
umum
dapat
koloni
sel,serta
didasarkan
alat
pada
dikelompokkan
cara
kedalam
bakterioplankton (saproplankton),fitoplankton,dan zooplankton.
Bakterioplankton merupakan kelompok plankter yang terdiri atas organisme yang tidak
berklorofil, meliputi bakteri (Micrococcus,Sarcina,Vibrio,Bacillus,Dll). Fitoplankton merupakan
tumbuhan planktonic berklorofil yang umumnya terdiri atas (Bacillariphyceae, Chlorophyceae,
Dinophyceae).
Klasifikasi dalam biologi membedakan plankton dalam dua kategori utama yaitu
fitoplankton yang meliputi semua hubungan renik dan zooplankton yang meliputi hewan yang
umumnya renik (Rutter, 1973 dalam Sahrainy, 2001). Fitoplankton ada yang berukuran besar
dan kecil dan biasanya yang besar tertangkap oleh jaringan plankton yang terdiri dari dua
kelompok besar, yaitu diatom dan dinoflagellata. Diatom mudah dibedakan dari dinoflagellata
karena bentuknya seperti kotak gelas yang unik dan tidak memiliki alat gerak. Pada proses
reproduksi tiap diatom akanmembela dirinya menjadi dua. Satu belahan dari bagian hidup
diatom akan menempati katup atas (epiteka) dan belahan yang kedua akan menempati katup
bawah (hipoteka). Sedangkan kelompok utama kedua yaitu dinoflagellata yang dicirikan dengan
sepasang flagella yang digunakan untuk bergerak dalam air. Beberapa dinoflagellata seperti
Nocticula yang mampu menghasilkan cahaya melalui proses bioluminesens (Nybakken, 1992).
Anggota
fitoplankton
(Cyanophyceae),
yang
kokolitofor
merupakan
minoritas
(Coccolithophoridae,
adalah
berbagai
Haptophyceae),
alga
dan
hijau
biru
silicoflagellata
(Dictyochaceae, Chrysophyceae). Cyanophyceae laut hanya terdapat di laut tropik dan sering
sekali membentuk “permadani” filamen yang padat dan dapat mewarnai air (Nybakken, 1992).
Sachlan (1972) menggolongkan algae dalam tujuh golongan berdasarkan pigmen yang
dikandungnya dan habitatnya, yaitu :
Cyanophyta: alga biru yang hidup di air tawar dan laut.
Chlorophyta : alga hijau banyak hidup di air tawar
Chrysophyta : alga kuning yang hidup di air tawar dan laut
Phyrrophyta : alga yang hidup sebagai plankton di air tawar dan di laut
Eugulenophyta : hidup di air tawar dan di air payau
Phaeophyta : alga coklat yang hidup sebagai rumput laut
Rhodophyta : alga merah yang hidup sebagai rumput laut.
Fitoplankton hanya dapat dijumpai pada lapisan permukaan saja karena mereka hanya
dapat hidup di tempat-tempat yang mempunyai sinar matahari yang cukup untuk melakukan
fotosintesis. Mereka akan lebih banyak dijumpai pada tempat yang terletak di daerah continental
shelf dan di sepanjang pantai dimana terdapat proses upwelling. Daerah ini biasanya merupakan
suatu daerah yang cukup kaya akan bahan-bahan organik (Hutabarat dan Evans, 1985).
Berlawanan dengan fitoplankton, zooplankton yang merupakan anggota plankton yang bersifat
hewani, sangat beraneka ragam dan terdiri dari bermacam larva dan bentuk dewasa yang
mewakili hampir seluruh filum hewan. Namun demikian dari susdut ekologi, hanya satu
golongan dari zooplankton yang sangat penting artinya, yaitu subklas copepoda (klas Crustaceae,
filum Arthropoda). Kopepoda adalah crustacea haloplanktonik yang berukuran kecil yang
mendominasi zooplankton disemua samudra dan laut. Hewan kecil ini sangat penting artinya
bagi ekonomi ekosistem-ekosistem bahari karena merupakan herbivora primer dalam laut.
Dengan demikian, copepoda berperan sebagai mata rantai yang amat penting antara produksi
primer fitoplankton dengan karnivora besar dan kecil (Nybakken, 1992).
Menurut Nybakken (1992), plankton digolongkan ke dalam beberapa kategori, yaitu
berdasarkan kemampuan membuat makanan, berdasarkan ukuran, berdasarkan daur hidupnya,
berdasarkan kemampuan membuat makanan.
Berdasarkan kemampuan membuat makanan, plankton digolongkan menjadi dua golongan
utama, yaitu fitoplankton dan zooplankton.
Fitoplankton
Fitoplankton disebut juga plankton nabati, adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung
atau melayang di laut. Ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang.
Umumnya fitoplankton berukuran 2 – 200 µm (1 µm = 0,001mm). Fitoplankton umumnya
berupa individu bersel tunggal, tetapi juga ada yang berbentuk rantai. Meskipun ukurannya
sangat kecil, namun fitoplankton dapat tumbuh dengan sangat lebat dan padat sehingga dapat
menyebabkan perubahan warna pada air laut. Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut,
karena bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organik untuk makanannya.
Zooplankton
Zooplankton, disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya mengapung, atau
melayang dalam laut. Kemampuan renangnya sangat terbatas hingga keberadaannya sangat
ditentukan ke mana arus membawanya. Zooplankton bersifat heterotrofik, yang maksudnya tak
dapat memproduksi sendiri bahan organik dari bahan inorganik. Oleh karena itu, untuk
kelangsungan hidupnya, ia sangat bergantung pada bahan organik dari fitoplankton yang menjadi
makanannya. Jadi, zooplankton lebih berfungsi sebagai konsumen (consumer) bahan organik.
Ukurannya yang paling umum berkisar 0,2 – 2 mm, tetapi ada juga yang berukuran besar
misalnya ubur-ubur yang bisa berukuran sampai lebih satu meter. Kelompok yang paling umum
ditemui antara lain kopepod (copepod), eufausid (euphausid), misid (mysid), amfipod
(amphipod), kaetognat(aetognath). Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai,
perairan estuaria, di depan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari perairan tropis
hingga ke
perairan kutub.
Berdasarkan Ukuran
Kini, dengan kemajuan teknik penyaringan yang dapat lebih baik memilah-milah partikel
yang sangat halus, penggolongan plankton berdasarkan ukurannya lebih berkembang. Ukuran
plankton sangat beraneka ragam, dari yang sangat kecil hingga yang besar. Pengolongan di
bawah ini diusulkan oleh Rutter, 1973 dalam Sahrainy (2001) yang kini banyak diacu orang.
Makroplankton (2-20 mm)
Contohnya adalah Pteropods; Chaetognaths; Euphausiacea (krill); Medusae; ctenophores;
salps, doliolids and pyrosomes (pelagic Tunicata); Cephalopoda.
Mesoplankton (0,2-2 mm)
Sebagian besar zooplankton berada dalam kelompok ini, seperti metazoans;
copepods; Medusae; Cladocera; Ostracoda; Chaetognaths; Pteropods; Tunicata; Heteropoda.
Mikroplankton (20-200 µm)
Contohnya adalah: eukaryotic protist besar; kebanyakan phytoplankton; Protozoa
(Foraminifera); ciliates; Rotifera; metazoans muda – Crustacea (copepod nauplii)
Nanoplankton (2-20 µm)
Plankton yang lolos dari jaring, tetapi lebih besar dari 2 µm. Atau berukuran 2-20 µm;
Contohnya: eukaryotic protista kecil; Diatoms kecil; Flagellates kecil; Pyrrophyta;
Chrysophyta; Chlorophyta; Xanthophyta
Picoplankton (0,2-2 µm)
Contohnya: eukaryotic protists kecil; bacteria; Chrysophyta
Femtoplankton (< 0.2 μm)
Contohnya: Virus laut.
Berdasarkan Daur Hidupnya
Berdasarkan daur hidupnya plankton dibagi menjadi:
Holoplankton
Dalam kelompok ini termasuk plankton yang seluruh daur hidupnya dijalani sebagai
plankton, mulai dari telur, larva, hingga dewasa. Kebanyakan zooplankton termasuk dalam
golongan ini. Contohnya: kokepod, amfipod, salpa, kaetognat. Fitoplankton termasuk juga
umumnya adalah holoplankton.
Meroplankton
Plankton dari golongan ini menjadi kehidupannya sebagai plankton hanya pada tahap awal
dari daur hidup biota tersebut, yakni pada tahap sebagai telur dan larva saja. Beranjak
dewasa ia akan berubah menjadi nekton, yakni hewan yang dapat aktif berenang bebas, atau
sebagai bentos yang hidup menetap atau melekat di dasar laut. Oleh sebab itu, meroplankton
sering pula disebut sebagai plankton sementara. Meroplankton ini sangat banyak ragamnya
dan umumnya mempunyai bentuk yang sangat berbeda dari bentuk dewasanya. Larva
crustacea seperti udang dan kepiting mempunyai perkembangan larva yang bertingkattingkat dengan bentuk yang sedikitpun tidak menunjukkan persamaan dengan bentuk yang
dewasa.
Berdasarkan Habitat
Plankton berdasarkan habitatnya, dapat digolongkan menjadi 5, yaitu:
Limnoplankton (di danau)
Heleoplankton (di kolam)
Potamoplankton (di sungai)
Hipalmiroplankton (di air payau)
Haliplankton (di laut)
Berdasarkan Asal-Usulnya
Plankton berdasarkan asal-usulnya dibedakan menjadi 2, yaitu:
Autoplankton
Yaitu plankton yang berasal dari habitat tersebut (plankton asli dari suatu habitat).
Alloplankton
Yaitu plankton yang berasal dari luar habitat tersebut (plankton pendatang).
Selaian berklorofil fitoplankton juga memiliki bahan makanan cadangan yang umumnya
berupa pati atau lemak,dinding sel yang tersusun dari selulosa,serta bentuk flagel yang
beragam.zooplankton
holozik.Anggota
merupakan
kelompok
kelompok
Ini
plankter
meliputi
yang
mempunyai
hewan–hewan
dari
cara
makan
kelompokb
protozoa,coelenterate,ctenopora,amelina,dan beberapa larva hewn-hewan vertebrata.kelompok
zooplankton hamper seluruhnya didominasi oleh copepod dengan nilai sebesar 50-80%.
Aktivitas fotosintesis yang dilakukan plankton menhasilkan karbohidrat dan oksigen,
sehingga dapat meningkatkan kelarutan oksigen dalam perairan. Kelimpahan plankton di
perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain salinitas, kecerahan (intensitas cahaya yang
masuk), kedalaman, pH dan suhu. Ini mengandung arti bahwa ketika suhu naik maka salinitas
ikut naik sehingga pH menjadi basa dan pada daerah pasang surut hal ini selalu terjadi berulangulang dan organisme yang ada akan kesulitan dalam menyesuaikan keadaan ini. Kecerahan
berpengaruh langsung pada jumlah fitoplankton, semakin cerah suatu perairan maka cahaya yang
masuk semakin banyak dan jumlah fitoplankton akan banyak yang mengakibatkan proses
fotosintesis akan belangsung dengan sempurna, hal ini berkibat pada tingginya kandungan
oksigen diperairan dan dengan tingginya kandungan oksigen diperairan memungkinkan
banyaknya organisme yang hidup (Odum, 1971). Organisme yang ada pada perairan tersebut
sangat miskin hal ini bisa disebabkan oleh faktor salinitas yang selalu berubah-ubah yang
menyebabkankesulitannya
organisme
menyesuaikan
diri
dengan
keadaan
tersebut
(Sachlan,1972).
Kelompok dimana ditemukan kelimpahan fitoplankton yang rendah memiliki karakteristik
perairan yang salinitas rata-ratanya sangat rendah yaitu ± 23 ‰, oksigen terlarut yang rendah ±3
ppm, nitrat yang rendah ±1.6 ppm dan kecepatan arus rata-rata yang sangat tinggi ±21 cm/detik.
Sebaliknya pada kelompok yang memiliki kelimpahan fitoplankton yang relatif tinggi salinitas
rata-ratanya ±32 ‰, oksigen terlarut ±4 ppm, dan nitrat yang tinggi ±2 ppm serta kecepatan arus
yang lambat yaitu ±15 cm/detik (Rimper, 2007).
Hubungan antara parameter lingkungan dengan kelimpahan fitoplankton berbanding lurus
dengan suhu namun berbanding terbalik dengan salinitas. Suhu merupakan faktor kualitas air
yang sangat mempengaruhi kehidupan organisme perairan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Seperti pernyataan Huet (1971) dalam Alfan (1995), bahwa suhu secara langsung
mempengharuhi proses kehidupan organisme seperti terganggunya pertumbuhan dan reproduksi,
Sedangkan secara tidak langsung mempengaruhi daya larut oksigen. Berdasarkan hasil
pengamatan ditemukan 1 jenis fitoplankton yaitu Heleoperarosea.
Benthos
Benthos adalah organisme yang hidup di dekat dasar sungai atau dikenal
sebagai zona benthik. Mereka hidup di dekat sedimen baik itu batu, lumpur, pasir
dan lain lain dan beradaptasi dengan tekanan air dalam serta arus perairan yang
deras. sebagian atau seluruh siklus hidup benthos berada di dasar perairan, baik
yang sesil, merayap maupun menggali lubang. selain itu pergerakan benthos relatif
terbatas. Atau Bentos merupakan sebuah organisme yang tinggal di dalam, atau di
dasar laut, dikenal sebagai zona bentik. Mereka tinggal di dekat laut atau endapan
lingkungan, dari pasang surut di sepanjang tepi kolam, dan kemudian ke bawah
abisal pada kedalaman. Hal tersebut berkaitan dengan karakteristik serta jenis
makanan benthos. Beberapa contoh bentos antara lain kerang, bulu babi, bintang
laut, cambuk laut, terumbu karang dan lain-lain. Hewan bentos hidup relatif
menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena
selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Hewan bentos terus
menerus terbawa oleh air yang kualitasnya berubah-ubah diantara hewan bentos
yang relatif mudah di identifkasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan
adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini
lebih dikenal dengan makrozoobentos. Makrozoobentos berperan sebagai salah
satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik
sampai konsumen tingkat tinggi.
Menurut Hakim (2009) Bentos merupakan suatu organisme yang hidupnya di
dasar perairan. Mereka juga mendiami semua ekosisitem perairan. Organisme
bentik hidup di atas substrat dasar perairan yang disebut sebagai organisme
epifauna dan adapula yang berada dalam substrat itu sendiri disebut organisme
bentik infauna.
Cara menentukan kualitas perairan berdasarkan Benthos yang ada di perairan
tersebut salah satunya yaitu dengan pendekatan kualitatif dimana kita melihat
jenis-jenis daripada Benthos yang hidup diperairan itu sendiri. jenis-jenis bentos
berdasarkan tingkat kerusakan perairan dikemukakan oleh Mahmudi (2005)
sebagai berikut:
Perairan bersih adalah Planaria, Perla, Isoperia, Leuctra, Nemoura, Eodyonurus
dan Ephemera.
Perairan tercemar organik ringan adalah Caenis, Ephemerella, Baetis,
Limnophillus dan Hydropsyche.
Perairan tercemar organik sedang adalah Simulium, Lymnaea dan Physa.
Perairan tercemar organik berat adalah Chironomous dan Tubifex.
Komunitas bentos termasuk beraneka ragam spesies dari larva serangga, termasuk nyamuknyamuk kecil, lalat, lalat naga muda dan jenis cacing-cacingan (Romimohtanto dan Juwana,
2001). Menurut Hakim (2009), makrozoobenthos yang memilki toleran yang luas akan memilki
penyebaran yang luas juga seperti contohnya jenis ephemeroptera. Sebaliknya organisme yang
kisaran tolerasinya sempit (sensitif) maka penyebaranya juga sempit seperti jenis lalat batu dan
tricoptera. Adapun contoh-contoh benthos adalah sebagai berikut Hydropsychidae, Odonata,
Stone
flies,
Chironomidae
Larvae,
Penaeidae,
Coleoptera,
Baetidae,
Hirudinea,
Gecarcinucoidea, kerang-kerangan air tawar.
Menurut Odum (1993), berdasarkan jenisnya benthos dapat di bagi 2 yaitu :
Zoobentos.
Zoobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar
perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang .
Phytobentos merupakan tanaman milik bentos tersebut.
Menurut Odum (1993), Hewan Benthos memegang beberapa peran penting dalam perairan
seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan
serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan. Suwondo dkk, (2004) juga
mengemukakan bahwa Benthos merupakan organisme perairan yang keberadaannya dapat
dijadikan indikator perubahan kualitas biologi perairan sungai. Selain itu, organisme bentos juga
dapat digunakan sebagai indikator biologis dalam mempelajari ekosistem sungai (Hilsenhoff,
1977). Hal ini disebabkan adanya respon yang berbeda terhadap suatu bahan pencemar yang
masuk dalam perairan sungai dan bersifat immobile.
Mahmudi, dkk, (1999), juga mempertegas bahwa makrozoobentos mempunyai peranan
penting di ekosistem sungai, yaitu :
Dapat memberikan informasi mengenai pemindahan dan penggunaan energi.
Dalam ekosistem sungai, mempunyai peranan dalam proses self purification
sungai, dan
Dapat digunakan untuk kepentingan restorasi perairan sungai dengan cara
mencipatakan habiatat yang mendorong kolonisasi makrozoobentos. Komunitas
makrozoobentos bahkan menjadi sumber energi untuk perikanan di ekosistem sungai.
Bentos sebenarnya memiliki peranan yang penting dalam suatu ekosistem. Berikut ini akan
diuraikan pentingnya keberadaan bentos dalam suatu ekosistem.
Bentos berfungsi dalam proses rantai makanan.
Bentos dapat digunakan untuk melihat kualitas air pada suatu perairan tidak
seperti ikan, bentos tidak bisa bergerak banyak sehingga mereka kurang mampu
menghindar dari efek sedimen dan polutan lain yang mengurangi kualitas air.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi bentos adalah sifat fisik perairan seperti
pasang surut, kedalaman, kecepatan arus, kekeruhan atau kecerahan, substrat dasar dan suhu air.
Sifat kimia antara lain kandungan oksigen dan karbondioksida terlarut, pH, bahan organik, dan
kandungan hara berpengaruh terhadap hewan bentos. Sifat-sifat fisika-kimia air berpengaruh
langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan bentos. Perubahan kondisi fisika-kimia suatu
perairan dapat menimbulkan akibat yang merugikan terhadap populasi bentos yang hidup di
ekosistemperairan (Setyobudiandi, 1997). Oksigen adalah gas yang amat penting bagi hewan.
Perubahan kandungan oksigen terlarut di lingkungan sangat berpengaruh terhadap hewan air.
Kebutuhan oksigen bervariasi, tergantung oleh jenis, stadia, dan aktivitas. Kandungan oksigen
terlarut mempengaruhi jumlah dan jenis makrobentos di perairan. Semakin tinggi kadar O 2
terlarut maka jumlah bentos semakin besar. Nilai pH menunjukkan derajad keasaman atau
kebasaan suatu perairan yang dapat mempengaruhi kehidupan tumbuhan dan hewan air. pH
tanah atau substrat akan mempengaruhi perkembangan dan aktivitas organisme lain. Bagi hewan
bentos pH berpengaruh terhadap menurunnya daya stress. Penetrasi cahaya seringkali dihalangi
oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesis dimana habitat akuatik dibatasi oleh
kedalaman. Kekeruhan, terutama disebabkan oleh lumpur dan partikel yang mengendap,
seringkali penting sebagai faktor pembatas. Kekeruhan dan kedalaman air pempunyai pengaruh
terhadap jumlah dan jenis hewan bentos. Tipe substrat dasar ikut menentukan jumlah dan jenis
hewan bentos disuatu perairan (Susanto, 2000). Tipe substrat seperti rawa tanah dasar berupa
lumpur. Macam dari substrat sangat penting dalam perkembangan komunitas hewan bentos.
Pasir cenderung memudahkan untuk bergeser dan bergerak ke tempat lain. Substrat berupa
lumpur biasanya mengandung sedikit oksigen dan karena itu organisme yang hidup didalamnya
harus
dapat
beradaptasi
pada
keadaan
ini
Sedangkan faktor fisika yang lain adalah pasang surut perairan, hal ini berpengaruh pada pola
penyebaran
hewan
bentos
(Susanto,
2000).
Faktor biologi perairan juga merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup masyarakat
hewan bentos sehubungan dengan peranannya sebagai organisme kunci dalam jaring makanan,
sehingga komposisi jenis hewan yang ada dalam suatu perairan seperti kepiting, udang, ikan
melalui predasi akan mempengaruhi kelimpahan bentos (Susanto, 2000).
Faktor lingkungan
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pada stasiun, suhu permukaan air 33,1°C,
sedangkan suhu pada kedalaman 2-5 m berkisar antara 32,1°C- 38,5°C. Hal ini menunjukkan
bahwa permukaan perairan akan memiliki suhu yang tinggi di bandingkan suhu yang ada didasar
perairan karena terjadi penurunan suhu secara perlahan-lahan (Odum, 1971). Suhu air akan
selalu lebih tinggi dibandingkan dengan suhu udara karena sifat air yang mudah menyerap panas
dan sulit untuk melepas panas (Odum, 1971). Sependapat dengan Efriyeldi (1999) yang
menyatakan bahwa tingginyanilai suhu udara pada stasiun atau perairan disebabkan
kedalamannya yang relatif dangkal. Perkins (1974) menyatakan bahwa kisaran suhu yang
dianggap layak bagi kehidupan organisme akuatik bahari adalah 25-32°C.Suhu ini
memungkinkan badan air untuk mengikat oksigen bebas dari udara secara optimal. Menurut
Afrianto dan Liviawaty (1994), bahwa suhu lingkungan yang normal menyebabkan kemampuan
air untuk mengikat oksigen terlarut (DO) menjadi maksimal. Selain itu, suhu yang sesuai dapat
mengakibatkan proses metabolisme berjalan normal sehingga konsumsi oleh organisme dalam
air juga akan berjalan dengan normal.
Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap
kelimpahan fitoplankton di perairan Segara anakan. Hal ini disebabkan oleh adanya daya
toleransi yang berbeda antar spesies untuk hidup dan tumbuh dalam kisaran salinitas yang
berbeda. Lagi pula umumnya organisme laut bersifat stenohaline yaitu beradaptasi pada kisaran
salinitas yang kecil (Odum, 1971). Parameter salinitas, kecepatan arus, oksigen terlarut, dan
nitrat memiliki peranan yang sangat besar dalam membedakan tinggi rendahnya kelimpahan
plankton. Meskipun demikian parameter lainnya juga ikut berperan bersama-sama tetapi dengan
peranan yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan empat parameter ini. Mekanisme
keterkaitan antara kelimpahan plankton dengan parameter-parameter tersebut dapat dijelaskan
dengan proses-proses biofisik yang mungkin terjadi (Rimper, 2007).
Salinitas pada stasiun sebesar 28 ‰. Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam
dalam suatu perairan. Garam yang dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air
termasuk garam dapur (NaCl). Pada umumnya salinitasdisebabkan oleh 7 ion utama yaitu :
natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca),magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat (SO4) dan
bikarbonat (HCO3). Salinitasdinyatakan dalam satuan gram/kg atau promil (‰) (Effendi, 2003).
Variasi salinitas di daerah estuaria menentukan kehidupan organisme laut/payau. Hewanhewanyang hidup di perairan payau (salinitas 0,5-30‰), hipersaline (salinitas 40-80‰) atau air
garam (salinitas >80‰), biasanya mempunyai toleransi terhadapkisaran salinitas yang lebih
besar dibandingkan dengan organisme yang hidup di air laut atau air tawar (Sagala, 2009).
DAFTAR REFERENSI
Abidin, Hasanuddin Z, Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya, Pradnya Paramita,
Jakarta, 2000.
Abidin, H.Z., 1993. Sinyal dan Data Pengamatan GPS. Majalah S&P Vol.10; No. 4; pp: 1-14.
Afrianto, L. dan Liviawati, 1994. Teknik Pembuatan Tambak Udang. Kanisius. Yogyakarta.
Alfan, M.S., 1995. Evaluasi Kualitas Fisika Kimia Air, sungai Ciliwung di Wilayah Kota
Administrasi Depok bagi Kepentingan Perikanan. Skripsi. IPB. Bogor.
Efriyeldi. 1999. Sebaran Spasial Karakteristik Sedimendan Kualitas Air Muara Sungai Bantan
Tengah,Bengkalis KaitannyadenganBudidaya KJA(Keramba Jaring Apung). Fakultas
Perikanan Universitas Riau dalam Jurnal Natur Indonesia I1 (1): 85 – 92.
Hakim,L. 2009. Makrozoobenthos
http//ilmukelautan.com.
Sebagai
Indikator
Pencemaran
Lingkungan.
Hilsenhoff, W. L. 1977. Use of arthropods to evaluate water quality of streams.
Bulletin No. 100google.com
Technical.
Hutabarat, S. dan S.M, Evans, 1985. Pengantar Oseanografi. Universitas
Indonesia Press Jakarta
Kavanaugh M.T., K. J. Nielsen, F. T. Chan, B. A. Menge, R. M. Letelier, and L. M. Goodrich,
2009. Experimental Assesment of the Effects of Shade on an Intertidal kelp: Do
Phytoplankton Blooms Inhibit Growth of Open-Coast Macroalgae?. Limnol. Oceanogr.,
54(1), 276-288.
Mahmudi, M.2005. produktivitas Perairan. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Gramedia Jakarta
Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology.3rd Edition, W. B. Soundres Company.
Philladhelphia and London.
Odum, Eugene, P. 1993. Biologi Laut. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Perkins, E.J. 1974. The Biology of Estuaries and Coastal Waters. Academic Press, London. 678
pp.
Rimper, J. 2007. Kelimpahan Fitoplankton Dan Kondisi Hidrooseanografi Perairan Teluk
Manado. http://kadatua.multiply.com/journal diakses pada tanggal 1 Januari 2011.
Romimohtanto dan Juwana. 2001. Biologi Laut. Djambatan. Jakarta.
Sachlan, M. 1972. Planktonologi. Correspondense Course Center. Jakarta.
Sagala, A. H. L. 2009. Kandungan Amonia (NH3-N) dan Kelimpahan Plankton di Tambak PT.
Merdeka Sarana Usaha dan Perairan sekitarnya, Pangkal Pinang Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. http://sarmanpsagala.wordpress.com diakses pada tanggal 1
Januari 2011.
Sahriany, S. 2001. Studi Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan
Karbino Kepulauan Sembilan Kabupaten Sinjai. Skripsi. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar
Setyobudiandi, 1997. Keanekaragaman dan Kelimpahan
Susanto, 2000. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota
Makrozoobenthos. Erlangga. Jakarta
Laut. Dlambatan. Jakarta.
Suwondo dkk, 2004. . Keanekaragaman, densitas dan distribusi benthos di perairan sungai pepe
Surakarta. http://top-pdf.com/jenis-bentos.html