Asuhan Keperawatan Mitral Insufisiensi Dan

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Insufisiensi mitralis merupakan akibat katup mitral tidak menutup secara
sempurna. kelainan katup mitralis yang disebabkan karena tidak dapat
menutupnya katup dengan sempurna pada saat systole. Jika hal ini terjadi
maka curah jantung akan berkurang dan menyebabkan kurang efektifnya
pendistribusian oksigen ke seluruh tubuh.
Salah satu penyebab insufisiensi mitralis adalah demam reumatik. Data
terakhir mengenai prevalansi demam rematik di Indonesia untuk tahun 19811990 didapati 0,3-0,8 diantara 1000 anak sekolah dan jauh lebih rendah
dibanding negara berkembang lainnya.
Meskipun jumlah kasus demam rematik yang dapat berpotensi
menyebabkan insufisiensi mitral di Indonesia tidak lebih tinggi dibanding
negara berkembang lainnya tetapi kita harus waspada dalam upaya
pencegahan. Dengan memperhatikan gaya hidup, dan lingkungan yang
sehat,diharapkan dapat menurunkan resiko penyakit katup jantung seperti
insufisiensi mitral.
Berdasarkan uraian diatas, kami selaku mahasiswa keperawatan tertarik
untuk membuat makalah tentang mitral insufisiensi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Mitral Insufisiensi ?

2. Apa penyebab dari Mitral Insufisiensi ?
3. Bagaimana bisa terjadinya Mitral Insufisiensi ?
4. Bagaimana gejala yang ditimbulkan dari Mitral Insufisiensi ?
5. Bagaimana diagnosis banding dari Mitral Insufisiensi ?
6. Pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan pada Mitral Insufisiensi ?
7. Komplikasi apa yang ditimbulkan dari Mitral Insufisiensi ?

1

8. Bagaimana penatalaksanaan yang diberikan pada Mitral Insufisiensi ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada Mitral Insufisiensi ?
C. MAKSUD & TUJUAN PENULISAN
Mengetahui dan memahami mengenai penyakit mitral insufisiensi,
penyebab dari penyakit tersebut,gejala dan patofisiologi mitral insufisiensi,
diagnosis yang ditegakkan pada mitral insufisiensi, pemeriksaan penunjang
pada

mitral

insufisiensi,


dan

komplikasi

dari

mitral

insufisiensi,

penatalaksanaan apa yang diberikan pada mitral insufisiensi, serta mampu
memberikan asuhan keperawatan dengan diagnosa medis mitral insufisiensi.

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi

Insufisiensi mitralis merupakan keadaan dimana terdapat refluks darah
dari ventrikel kiri ke atrium kiri pada saat sistolik, akibat katup mitral
tidak menutup secara sempurna. kelainan katup mitralis yang disebabkan
karena tidak dapat menutupnya katup dengan sempurna pada saat systole.
Mitral regurgitasi adalah gangguan dari jantung dimana katup mitral
tidak menutup dengan benar ketika jantung memompa keluar darah atau
dapat didefinisikan sebagai pembalikan aliran darah yang abnormal dari
ventrikel kiri ke atrium kiri melalui katup mitral. Hal ini disebabkan
adanya gangguan pada bagian mitral valve apparatus. Mitral Regurgitasi
adalah bentuk yang paling umum dari penyakit jantung katup (Tierney
et.al, 2006)
2. Etiologi
Berdasarkan etiologinya insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat
dibagi atas reumatik dan non reumatik (degenaratif, endokarditis, penyakit
jantung koroner, penyakit jantung bawaan, trauma dan sebagainya).
a. Penyakit jantung rematik (PJR/RHD). PJR merupakan salah satu
penyebab yang sering dari insufisiensi mitral berat. Insufisiensi mitral
berat akibat PJR biasanya pada laki-laki. Proses rematik menyebabkan
katup mitral kaku, deformitas, retraksi, komisura melengket/fusi satu
sama lain, korda tendinae memendek, melengket satu dengan yang lain.

b. Penyakit jantung koroner (PJK). Penyakit jantung koroner dapat
menyebabkan insufisiensi mitral melalui 3 cara:
1) Infark miokard akut mengenai maksila Papillaris dapat berakibat
ruptura dan terjadi insufisiensi mitral akut dan berat. Terjadi udema
paru akut dan dapat berakibat fatal.
2) Iskemia maksila papillaris (tanpa infark) dapat menyebabkan
regurgitasi sementara/transient insufisiensi mitral, terjadi pada saat
3

episode iskemia pada maksila papillaris dan mungkin terjadi pada
saat AP.
3) PJK menyebabkan dilatasi ventrikel kiri (dan mungkin terjadi pada
saat AP) dan terjadi insufisiensi mitral.
c. Dilatasi ventrikel kiri/kardiomiopati tipe kongestif. Dilatasi LV
apapun penyakit yang mendasari menyebabkan dilatasi annulus
mitralis, posisi m. Papillaris berubah dengan akibat koaptasi katup
mitral tidak sempurna dan terjadi MR, adapun penyakit yang
mendasari antara lain : diabetes/kardiomiopati diabetik, iskemia
peripartal, hipertiroidisme, toksik, AIDS.
d. Kardiomiopati hipertrofik. Daun katup anterior berubah posisi

selama sistol dan terjadi MR.
e. Klasifikasi annulus mitralis. Mungkin akibat degenerasi pada
lansia. Dapat diketahui melalui ekokardiogram’ foto thoraks,
penemuan biopsi.
f. Prolaps katup mitral (MVP). Merupakan penyebab sering MR.
g. Infective Endocarditis (IE). Dapat mengenai daun katup maupun
chorda tendinae dan merupakan penyebab MR akut.
h. Kongenital. Endocardial Cushion Defect (ECD), insufisiensi mitral
pada anomali ini akibat celah pada katub. Sindrom Marffan yakni
akibat kelainan jaringan ikat.
3. Patofisiologi
Pada insufisiensi katup mitral, terjadi penurunan kontraktilitas yang
biasanya bersifat irreversible, dan disertai dengan terjadinya kongesti vena
pulmonalis yang berat dan edema pulmonal. Patofisiologi insufisiensi
mitral dapat dibagi ke dalam fase akut, fase kronik yang terkompensasi
dan fase kronik dekompensasi.
Pada fase akut sering disebabkan adanya kelebihan volume di atrium
dan ventrikel kiri. Ventrikel kiri menjadi overload oleh karena setiap
kontraksi tidak hanya memompa darah menuju aorta (cardiac output
atau stroke volume ke depan) tetapi juga terjadi regurgitasi ke atrium kiri


4

(regurgitasi volume). Kombinasi stroke volume ke depan dan regurgitasi
volume dikenal sebagai total stroke volume. Pada kasus akut, stroke
volume ventrikel kiri meningkat (ejeksi fraksi meningkat) tetapi cardiac
output menurun. Volume regurgitasi akan menimbulkan overload volume
dan overload tekanan pada atrium kiri dan peningkatan tekanan di atrium
kiri akan menghambat aliran darah dari paru yang melalui vena
pulmonalis.
Pada fase kronik terkompensasi, insufisiensi mitral terjadi secara
perlahan-lahan dari beberapa bulan sampai beberapa tahun atau jika pada
fase akut diobati dengan medikamentosa maka pasien akan memasuki
fase terkompensasi. Pada fase ini ventrikel kiri menjadi hipertropi dan
terjadi peningkatan volume diastolik yang bertujuan untuk meningkatkan
stroke volume agar mendekati nilai normal. Pada atrium kiri, akan terjadi
kelebihan volume yang menyebabkan pelebaran atrium kiri dan tekanan
pada atrium akan berkurang. Hal ini akan memperbaiki drainase dari vena
pulmonalis sehingga gejala dan tanda kongesti pulmonal akan berkurang.
Pada fase kronik dekompensasi akan terjadi kontraksi miokardium

ventrikel kiri yang inadekuat untuk mengkompensasi kelebihan volume
dan stroke volume ventrikel kiri akan menurun. Penurunan stroke volume
menyebabkan penurunan cardiac output dan peningkatan end-systoli
volume. Peningkatan end-systolic volume akan meningkatkan tekanan
pada ventrikel dan kongesti vena pulmonalis sehingga akan timbul gejala
gagal jantung kongestif. Pada fase lebih lanjut
ekstravaskular

pulmonal (pulmonary

akan

ekstrav askular

terjadi

cairan

fluid). Ketika


regurgitasi meningkat secara tiba-tiba, akan mengakibatkan peningkatan
tekanan atrium kiri dan akan diarahkan balik ke sirkulasi pulmonal, yang
dapat mengakibatkan edema pulmonal.
Regurgitasi mitral juga akan menyebabkan terjadinya edema paru
pada pasien dengan mitral regurgitasi yang kronik, dimana daerah lubang
regurgitasi akan dapat berubah secara dinamis dan bertanggung jawab

5

terhadap kondisi kapasitas, perubahan daun katup mitral dan ukuran
ventrikel kiri serta akan menurunkan kekuatan menutup dari katup mitral.
4. Manifestasi Klinis
Regurgitasi katup mitral yang ringan bisa tidak menunjukkan gejala.
Kelainannya bisa dikenali hanya jika dokter melakukan pemeriksaan
dengan stetoskop, dimana terdengar murmur yang khas, yang disebabkan
pengaliran kembali darah ke dalam atrium kiri ketika ventrikel kanan
berkontraksi. Secara bertahap, ventrikel kiri akan membesar untuk
meningkatkan kekuatan denyut jantung, karena ventrikel kiri harus
memompa darah lebih banyak untuk mengimbangi kebocoran balik ke
atrium kiri.

Ventrikel yang membesar dapat menyebabkan palpitasi (jantung
berdebar keras), terutama jika penderita berbaring miring ke kiri. Atrium
kiri juga cenderung membesar untuk menampung darah tambahan yang
mengalir kembali dari ventrikel kiri. Atrium yang sangat membesar sering
berdenyut sangat cepat dalam pola yang kacau dan tidak teratur (fibrilasi
atrium), yang menyebabkan berkurangnya efisiensi pemompaan jantung.
Pada keadaan ini atrium betul-betul hanya bergetar dan tidak memompa;
berkurangnya

aliran

darah

yang

melalui

atrium,

memungkinkan


terbentuknya bekuan darah. Jika suatu bekuan darah terlepas, ia akan
terpompa keluar dari jantung dan dapat menyumbat arteri yang lebih kecil
sehingga terjadi stroke atau kerusakan lainnya.
Gejala yang timbul pada MR tergantung pada fase mana dari penyakit
ini. Pada fase akut gejala yang timbul seperti decompensated congestive
heart failure yaitu: sesak nafas, oedem pulmo, orthopnea, paroksimal
nocturnal, dispnoe,

sampai

syok

kardiogenik.

Pada

fase

kronik


terkompensasi mungkin tidak ada keluhan tetapi individu ini sensitive
terhadap perubahan volume intravaskuler.

6

5. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan jika terdengar bunyi 'klik' yang khas melalui
stetoskop (midsistolik) yang disebabkan tegangan mendadak daun katup
yang berlebihan dan korda tendinae. Jika terdengar murmur pada saat
ventrikel berkontraksi, berarti terjadi regurgitasi (late sistolic murmur).
Ekokardiografi memungkinkan dokter untuk melihat prolaps dan
menentukan beratnya regurgitas
6. Diagnosis Banding
1) Insufisiensi

mitral

Bentuk jantung pada insufisiensi mitral ini hampir sama dengan stenosis
mitral. Pada insufisiensi mitral, ventrikel kiri nampak besar; sedang pada
stenosis mitral ventrikel kiri normal atau mengecil.
2) Regurgitasi Aorta
Hipertrofi ventrikel kiri yang jelas, pengurangan bunyi jantung pertama (S1)
dan tidak adanya opening snap pada auskultasi menyokong kearah
regurgitasi aorta.
7. Pemeriksaan Penunjang
Regurgitasi katup mitral biasanya diketahui melalui murmur yang
khas, yang bisa terdengar pada pemeriksaan dengan stetoskop ketika
ventrikel kiri berkontraksi. Elektrokardiogram (EKG) dan rontgen dada
bisa menunjukkan adanya pembesaran ventrikel kiri. Pemeriksaan yang
paling informatif adalah ekokardiografi, yaitu suatu tehnik penggambaran
yang menggunakan gelombang ultrasonik. Pemeriksaan ini dapat
menggambarkan katup yang rusak dan menentukan beratnya penyakit.
Jika penyakitnya berat, katup perlu diperbaiki atau diganti sebelum
ventrikel kiri menjadi sangat tidak normal sehingga kelainannya tidak
dapat diatasi. Mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki
katup (valvuloplasti) atau menggantinya dengan katup mekanik maupun
katup yang sebagian dibuat dari katup babi. Memperbaiki katup bisa
menghilangkan regurgitasi atau menguranginya sehingga gejala dapat
ditolerir dan kerusakan jantung dapat dicegah.

7

Setiap jenis penggantian katup memiliki keuntungan dan kerugian.
Katup mekanik biasanya efektif, tetapi menyebabkan meningkatnya resiko
pembentukan bekuan darah, sehingga biasanya untuk mengurangi resiko
tersebut diberikan antikoagulan. Katup babi bekerja dengan baik dan tidak
memiliki resiko terbentuknya bekuan darah, tetapi tidak mampu bertahan
selama katup mekanik. Jika katup pengganti gagal, harus segera diganti.
Fibrilasi atrium juga membutuhkan terapi. Obat-obatan seperti betablocker, digoxin dan verapamil dapat memperlambat denyut jantung dan
membantu mengendalikan fibrilasi. Permukaan katup jantung yang rusak
mudah terkena infeksi serius (endokarditis infeksius). Karena itu untuk
mencegah terjadinya infeksi, seseorang dengan katup yang rusak atau
katup buatan harus mengkonsumsi antibiotik sebelum menjalani
pembedahan.
8. Komplikasi
Komplikasi dapat berat atau mengancam jiwa. Mitral stenosis
biasanya dapat dikontrol dengan pengobatan dan membaik dengan
valvuloplasty atau pembedahan. Tingkat mortalitas post operatif pada
mitral commisurotomy adalah 1-2% dan pada mitral valve replacement
adalah 2-5%. (7,9)
9. Penatalaksanaan
Jika penyakitnya berat, katup perlu diperbaiki atau diganti sebelum
ventrikel kiri menjadi sangat tidak normal sehingga kelainannya tidak
dapat diatasi. Mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki
katup (valvuloplasti) atau menggantinya dengan katup mekanik maupun
katup yang sebagian dibuat dari katup babi. Memperbaiki katup bisa
menghilangkan regurgitasi atau menguranginya sehingga gejala dapat
ditolerir dan kerusakan jantung dapat dicegah.
Setiap jenis penggantian katup memiliki keuntungan dan kerugian.
Katup mekanik biasanya efektif, tetapi menyebabkan meningkatnya resiko
pembentukan bekuan darah, sehingga biasanya untuk mengurangi resiko
tersebut diberikan antikoagulan. Katup babi bekerja dengan baik dan tidak

8

memiliki resiko terbentuknya bekuan darah, tetapi tidak mampu bertahan
selama katup mekanik. Jika katup pengganti gagal, harus segera diganti.
Fibrilasi atrium juga membutuhkan terapi. Obat-obatan seperti betablocker, digoxin dan verapamil dapat memperlambat denyut jantung dan
membantu mengendalikan fibrilasi.
Permukaan katup jantung yang rusak mudah terkena infeksi serius
(endokarditis infeksius). Karena itu untuk mencegah terjadinya infeksi,
seseorang

dengan

katup

yang

rusak

atau

katup

buatan

harus

mengkonsumsi antibiotik sebelum menjalani tindakan pencabutan gigi
atau pembedahan.
Terapi medikamentosa:
1. Digoxin
Digoxin amat berguna terhadap penanganan fibrilasi atrium.
Ia adalah kelompok obat digitalis yang bersifat inotropik positif.
Ia meningkatkan kekuatan denyut jantung dan menjadikan
denyutan jantung kuat dan sekata.
2. Antikoagulan oral.
Antikoagulan di berikan kepada pasien untuk mengelakkan
terjadinya pembekuan darah yang bisa menyebabkan emboli
sistemik. Emboli bisa terjadi akibat regurgitasi dan turbulensi
aliran darah.
3. Antibiotik profilaksi.
Administrasi antibiotic dilakukan untuk mengelakkan infeksi
bacteria yang bisa menyebabkan endokarditis.
Terapi surgikal :
Dalam kasus insufisiensi mitralis kronik, terapi surgical
adalah penting untuk memastikan survival pasien. Untuk itu katu
prostetik digunakan untuk menggantikan katup yang rusak.

9

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1.

Pengkajian
Anamnesa
a. Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal sebagai
gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain
mengenai identitas pasien.
b. Keluhan utama
Sesak napas, ada beberapa macam sesak napas yang biasanya
dikeluhkan oleh klien, antara lain :


Ortopnea terjadi karena darah terkumpul pada kedua paru pada
posisi terlentang, menyebabkan pembuluh darah pulmonal
mengalami kongesti secara kronis dan aliran balik vena yang
meningkat tidak diejeksikan oleh ventrikel kiri.



Dyspnea nocturnal paroximal merupakan dispnea yang berat.
Klien sering terbangun dari tidurnyaatau bangun, duduk atau
berjalan menuju jendela kamar smabil terengah-engah. Hal ini
terjadi

karena

ventrikel

kiri

secara

mendadak

gagal

mengeluarkan curah jantung, sehingga tekanan vena dan kapiler
pulmonalis meningkat menyebabkan transudasi cairan kedalam
jaringan interstisial yang meningkatkan kerja pernapasan.
c. Riwayat penyakit dahulu


penyakit jantung rematik



penyakit jantung koroner



trauma

d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat penyakit jantung atau penyakit kardiovaskular
lainnya.
e. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
 Inspeksi : bentuk tubuh, pola pernapasan, emosi/perasaan
10

 Palpasi : suhu dan kelembaban kulit, edema, denyut dan
tekanan arteri
 Perkusi : batas-batas organ jantung dengan sekitarnya.
 Auskultasi :
Bising yang bersifat meniup (blowing) di apeks, menjalar ke
aksila dan mengeras pada ekspirasi
o Bunyi jantung I lemah karena katup tidak menutup
sempurna
o Bunyi jantung III yang jelas karena pengisian yang
cepat dari atrium ke ventrikel pada saat distol.
2. Tanda – tanda vital :
Pemeriksaan tanda vital secara umum terdiri atas nadi, frekuensi
pernapasan, tekanan darah, dan suhu tubuh
a.

Pemeriksaan persistem
o

B1 (Breath)

: Dyspnea, Orthopnea, Paraxymal

nocturnal dyspnea
o

B2 (Blood)

: Thrill sistolik di apeks, hanya terdengar

bising sistolik di apeks, bunyi jantung 1 melemah,

b.

o

B3 (Brain)

: pucat, sianosis

o

B4 (Bladder)

: output urin menurun

o

B5 (Bowel)

: nafsu makan menurun, BB menurun

o

B6 (Bone)

: lemah

Elektrokardiogram

: Menilai derajat insufisiensi

f. Pemeriksaan Diagnostik
: Menilai ada/tidaknya penyakit penyerta
: Gambaran P mitral dengan aksis dan kompleks QRS yang normal
: Axis yang bergeser ke kiri dan adanya hipertrofi ventrikel kiri
: Ekstra sistol atrium
c.

foto thorax : Pembesaran atrium kiri dan ventrikal kiri
: Bendungan paru, bila ada dekompensasi kordis

11

: Perkapuran pada anulus mitral
d.

Fonokardiogram
Menilai gerakan katup, ketebalan dan perkapuran serta menilai
derajat regurgitasi insufisiensi mitral

g. Pemeriksaan Laboratorium

: Mengetahui ada/tidaknya reuma aktif/

reaktivas
2.
No
1

Diagnosa Keperawatan dan Rencana Tindakan

Diagnosa
keperawatan
Penurunan

Tujuan dan
kriteria hasil
Setelah dilakukan

Intervensi
a.

Kaji dan

Rasionalisasi
Kejadian mortalitas dan

curah jantung tindakan

laporkan tanda

morbiditas sehubungan

berhubungan

keperawatan selama

penurunan curah

dengan MI yang lebih

dengan

3 X 24 jam

jantung.

dari 24 jam.

ketidakmampu

penurunan curah

an
kiri

ventrikel jantung dapat teratasi
untuk dan menunjukan

memompa

tanda vital dalam

darah.

batas yang dapat

b. Catat bunyi
jantung.
c. Palpasi nadi
perifer.
d. Awasi adanya

b. S1 dan S2 mungkin
lemah karena
menurunnya kerja
pompa, irama gallop
umum ( S3 dan S4)

diterima (disritmia

pengeluaran

dihasilkan sebagai aliran

terkontrol atau

urine,catat

darah ke dalam serambi

hilang dan bebas

pengeluaran, dan

yang distensi, murmur

gejala gagal jantung

kepekatan urine.

dapat

misalnya parameter

e. Istirahatkan klien

hemodinamika

dengan tirah

dalam batas normal,

baring optimal.

output urine

f. Atur posisi tirah

menunjukan/inkompete
nsi stenosis mitral.
c. Penurunan curah
jantung dapat

adekuat )

baring yang ideal.

menunjukan

Kriteria: klien akan

Kepala tempat

menurunnya nadi radial,

melaporkan

tidur harus

popliteal, dorsalis pedis

penurunan episode

dinaikan 20-30 cm

dan postibial. Nadi

dispnea, berperan

atau klien

mungkin cepat hilang

12

dalam aktivitas
mengurangi beban

didudukan dikursi.
g. Kaji perubahan

atau tidak teratur untuk
di palpasi dan pulsus

kerja jantung,

pada sensorik,

alteran ( denyut kuat

tekanan darah dalam

contoh letargi,

lain dengan denyut

batas normal

cemas dan

lemah) mungkin ada.

120/80mmHg, nadi

depresi.

80x/menit, yidak

h. Berikan istirahat

d. Ginjal berespon untuk
menurunkan curah

terjadi aritmia dan

psikologi dengan

jantung dengan

irama jantung

lingkungan yang

menahan cairan dan

teratur, CRT kurang

tenang.

natrium, pengeluaran

dari 3 detik.

i. Berikan oksigen

urine biasanya menurun

tambahan dengan

selama tiga hari karena

nasal

perpindahan cairan ke

kanul/masker

jaringan tetapi dapat

sesuai dengan

meningkat pada malam

indikasi.

hari sehingga cairan

j. Kolaborasi
pemberian diet
jantung.
k. Hindari manuver

berpindah ke sirkulasi
bila pasien tidur.
e. Istirahat akan
mengurangi kerja

dinamik seperti

jantung, meningkatkan

berjongkok waktu

tenaga cadangan

BAB dan

jantung, dan

mengepal-

menurunkan tekanan

ngepalkan tangan.

darah. Lamanya

l. Kolaborasi untuk

berbaring juga

pemberian obat

merangsang diuresis

( diuretik,

karena berbaring akan

vasodilator,

memperbaiki perfusi

captopril).

ginjal. Istirahat juga

m. Pemberian cairan

13

mengurangi kerja otot

IV, pembatasan

pernafasan dan

jumlah total sesuai

penggunaan oksigen.

dengan indikasi.

Frekuensi jantung

Hindari cairan

menurun, yang akan

garam.

memperpanjang periode

n. Pantau seri EKG

diastole pemulihan

dan perubahan

sehingga memperbaiki

foto dada.

efisiensi kontraksi
jantung.
f. Posisi tersebut pada
pasien penurunan curah
jantung berfungsi Untuk
mengurangi kesulitan
bernapas dan
mengurangi jumlah
darah yang kembali
kejantung, sehingga
dapat mengurangi
kongesti paru.
g. Dapat menunjukkan
tidak adekuatnya perfusi
serebral sekunder
terhadap penurunan
curah jantung.
h. Stress emosi
menghasilkan
vasokonstriksi yang
terkait dan
meningkatkan tekanan
darah dan
frekuensi/kerja jantung.

14

i. meningkatkan sediaan
oksigen untuk
kebutuhan miokardio
dalam melawan efek
hipoksia/iskemia.
j. Mengatur diet, sehingga
kerja dan ketegangan
otot jantung minimal.
Status nutrisi terpelihara
sesuai dengan selera dan
pola makan klien.
Pembatasan natrium
ditujukan untuk
mencegah,mengatur
atau mengurangi
edema,seperti pada
hipertensi atau gagal
jantung.
k. Berjongkok
meningkatkan aliran
balik vena dan resisten
arteri sistemik. Secara
simultan menyebabkan
kenaikan volume
sekuncup(stroke
volume) dan tekanan
arterial. Peregangan
ventrikel kiri bertambah

15

sehingga akan
meningkatkan beban
kerja jantung secara
simultan.
l. Banyaknya obat dapat
digunakan untuk
meningkatkan volume
sekuncup,memperbaiki
kontraktilitas dan
menurunkan kongesti.
m.

Oleh karena

adanya peningkatan
tekanan ventrikel
kiri,pasien tidak dapat
menoleransi
peningkatan volume
cairan (preload),pasien
juga mengeluarkan
sedikit natrium yang
menyebabkan retensi
cairan dan
meningkatkan kerja
miokard.
n. Depresi segmen ST dan
datarnya gelombang T
dapat terjadi karena
peningkatan kebutuhan
oksigen. Foto dada
dapat menunjukkan
16

pembesaran jantung dan
perubahan kongesti
pulmonal

2

Pola
tidak

nafas Tujuan: dalam waktu a. Auskultasi bunyi 1. Indikasi edema paru
efektif 3x24

jam

tidak

berhubungan

terjadi

dengan

pola

nafas,criteria

perembesan

hasil:

klien

cairan,

sesak

nafas,

kongesti

dari respon

perubahan

2. Curiga gagal congestif

RR

atau kelbihan volume

output

batas d. Timbang berat

cairan
3. Penurunan curah jantung

badan

mengakibatkan gangguan

batuk e. Pertahankan

perfusi ginjal,retensi

pemasukan total

natriumatau air, dan

membran

cairan 2000 ml/24

penurunan pengeluaran

kapiler alveoli

jam dalam

urine.

dan

toleransi

retensi

cairan
interstitial.

berkurang

edema

dekompensasi jantung

tidak c. Ukur intake dan

normal(16-20x/mnt),

sekunder

sekunder akibat

perubahan b. Kaji adanya

paru dalam

akibat

nafas

4. Perubahan tiba-tiba dari

kardiovaskular

berat badan menunjukkan

f. Kolaborasi dalam

gangguan keseimbangan

pemberian diet
tanpa garam

cairan
5. Memenuhi kebutuhan

g. Kolaborasi dalam
pemberian diuretic
h. Kolaborasi dalam

cairan tubuh orang
dewasa, tetapi memerlukan
pembatasan dengan

pemantauan data

adanya dekompensasi

laboratorium

jantung.

elektrolit kalium 6. Natrium meningkatkan
retensi cairan dan
meningkatkan volume
plasma yang berdampak

17

terhadap peningkatan
beban kerja jantung dan
akan membuat kebutuhan
miokardium meningkat.
7. Diuretik bertujuan untuk
menurunkan volume
plasma dan menurunkan
retensi cairan di jaringan
sehingga menurunkan
resiko terjadinya edema
paru.
8. Hipokalemia dapat
membatasi keefektifan
3

terapi.
aktifitas a. Catat frekuensi dan
1. Respon klien terhadap

Gangguan

Tujuan

aktivitas

sehari-hari

klien

irama jantung serta

aktivitas dapat

sehari-hari

dapat terpenuhi dan

perubahan tekanan

mengindikasikan

berhubungan

meningkatnya

darah selama dan

penurunan oksigen

dengan

kemampuan

sesudah

miokard

penurunan

beraktifitas.Keriteria

beraktifitas.

curah jantung hasil:
ke jaringan.

2. Menurunkan kerja

Klien b. Tingkatkan

miokard/konsumsi oksigen

menunjukan

istirahat, batasi

3. Dengan mengejan dapat

kemampuan

aktifitas dan

mengakibatkan bradikardi,

beraktifitas

tanpa

berikan aktifitas

menurunkan curah jantung

gejala-gejala

yang

senggang yang

dan takikardi serta

tidak berat.

penikatan TD

berat

terutama

mobilisasi ditempat c. Anjurkan
tidur.

4. Aktivitas yang maju

menghindari

memberikan control

peningkatan

jantung, menigkatkan

tekanan abdomen.

ragangan, dan mencegah

d. Jelaskan pola

18

aktivitas berlebihan

peningkatan

5. Untuk mengurangi beban

bertahap dari

jantung

tingkat aktifitas. 6. Untuk menigkatkan
e. Pertahankan Klien
tirah baring

venous return

7. Menigkatkan kontraksi

sementara sakit

otot sehingga membantu

akut.

venous return

f. Tingkatkan Klien 8. Untuk mengetahui fungsi
duduk dikursi dan

jantung bila di kaitkan

tinggikan kaki

dengan aktivitas

klien.

9. Untuk mendapatkan cukup

g. Pertahankan

waktu resolusi bagi tubuh

rentang gerak pasif

dan tidak terlalu memaksa

selama sakit kritis.

kerja jantung

h. Evaluasi tanda

10. Untuk meningkatkan

vital saat kemajuan

oksigenasi jaringan

akktifitas terjadi. 11. Melihat dampak dari
i. Berikan waktu

aktivitas terhadap fungsi

istirahat diantara
waktu aktifitas.

jantung
12. Untuk mencegah retensi

j. Pertahankan

cairan dan edema akibat

penambahan O2

penurunan kontraktilitas

sesuai instruksi.

jantung

k. Selama aktifitas 13. Meningkatkan jumlah
kaji EKG

oksigen yang ada untuk

dipsnea,sianosis,ke

pemakaian miokardium

rja dan frekuensi

sekaligus mengurangi

nafas serta keluhan

ketidak nyamanan karena

subjektif.

iskemia

l. Berikan diet sesuai
kebutuhan

19

m. Rujuk keprogram
rehabilitasi
jantung.

3.

Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Pada

evaluasi terdapat evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dinuat segera
setelah perawat melakukan tindakan keperawatan yang berisikan respon
pasien baik subyektif maupun obyektif dan evaluasi sumatif yaitu
evaluasi yang dibuat saat akhir jaga. Tahap evaluasi dalam proses
keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif
yang akan menunjukkan apakan tujuan asuhan keperawatan sudah
tercapai sepenuhnya, sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan
masalah apa yang perlu di kaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai
kembali.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik
rencana keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan
melalui perbandingan asuhan keperawatan yang diberikan serta hasilnya
dengan standar yang telah di tetapkan lebih dulu.

20

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Insufisiensi mitralis merupakan keadaan dimana terdapat refluks darah
dari ventrikel kiri ke atrium kiri pada saat sistolik, akibat katup mitral tidak
menutup secara sempurna. kelainan katup mitralis yang disebabkan karena
tidak dapat menutupnya katup dengan sempurna pada saat systole.
Berdasarkan etiologinya insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat dibagi
atas reumatik dan non reumatik (degenaratif, endokarditis, penyakit jantung
koroner, penyakit jantung bawaan, trauma dan sebagainya).
B. SARAN
Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari
berbagai referensi tentang ssuhan keperawatan pada pasien dengan
Insufisiensi Mitral.

21

Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan
kualitas perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat
untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan
untuk mengatasi masalah pada pasien dengan Insufisiensi Mitral.

DAFTAR PUSTAKA
file:///I:/Mitral%20Stenosis%20&%20Mitral%20Regurgitasi%20~%20Berbagi
%20Manfaat%20.com.htm
Harisson. 2000. prinsip-prinsip ilmu penyaakit dalam vol 3, isselbacher
dkk,jakarta egc
Sudoyo WA, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. 2009.

22