Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Sin

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SINDROM
NEFROTIK

Disusun Oleh :
1. Lailul Muna

[20161257]

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III KESEHATAN
AKADEMI KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
KENDAL
2017/2018

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SINDROM
NEFROTIK

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah I


Dosen Pembimbing :
Sri Hesthi Sonyo R, S.Kep, Ns, M.Kep

Disusun Oleh :
1. Lailul Muna

[20161257]

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III KESEHATAN
AKADEMI KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
KENDAL
2017/2018

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah
melimpahkan

rahmat,


karunia

dan

hidayah-Nya

sehingga

kami

dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “LAPORAN PENDAHULUAN DAN
ASUHAN

KEPERAWATAN

PADA

PASIEN


DENGAN

SINDROM

NEFROTIK” ini dengan baik. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas dari mata
kuliah keperawatan medikal bedah I oleh ibu Sri Hesthi Sonyo R, S.Kep, Ns,
M.Kep. Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini,
diantaranya:
1. Ibu Sulastri, S.Kep., Ns., M.Kes., direktur Akper Muhammadiyah Kendal
2. Ibu Sri Hesthi Sonyo R, S.Kep, Ns, M.Kep, dosen pembimbing
3. Teman – teman yang telah membantu dan bekerjasama sehingga tersusun
makalah ini.
4. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam
pembuatan makalah ini yang namanya kami tidak dapat sebutkan satu persatu.
Kami menyadari atas kekurangan kemampuan penulis dalam pembuatan
makaah ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila
mendapatkan kritikan dan saran yang membangun untuk menyempurnakan
makalah ini.

Demikian akhir kata dari kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua
pihak dan menambah wawasan bagi pembaca.

Kendal, September 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Sindrom Nefrotik
B. Etiologi
C. Anatomi Fisiologi Ginjal
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis

F. Pathways
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Penatalaksanaan
I. Konsep Asuhan Keperawatan
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Didalam tubuh manusia, terdapat salah satu organ penting yang berkaitan
erat dengan sindrom nefrotik, yaitu ginjal. Ginjal berfungsi mengatur
keseimbangan tubuh dan mengekskresikan zat-zat yang sudah tidak berguna
dan beracun jika terus berada didalam tubuh. Ginjal sangat penting bagi tubuh
kita, karena ginjal bertugas mempertahankan homeostatis bio kimiawi normal
didalam tubuh manusia, dengan cara mengeluarkan zat sisa melalui proses
filtrasi, absorbsi, dan augmentasi. Pada saat proses urinasi, bladder

berkontraksi dan urin dikeluarkan melalui uretra. Tetapi semua fungsi organ
tersebut tidak luput dari adanya abnormalitas fungsi, yang mana jika hal itu
terjadi dapat menyebabkan suatu masalah atau gangguan, salah satunya yaitu
sindrom nefrotik (Siburian, 2013; Astuti, 2014).
Sampai pertengahan abad ke-20 morbiditas Sindrom Nefrotik pada anak
masih tinggi yaitu melebihi 50% sedangkan angka mortalitas mencapai 23%.
Angka kejadian di Indonesia pada Sindrom Nefrotik mencapai 6 kasus
pertahun dari 100.000 anak berusia kurang dari 14 tahun (Alatas, 2002).
Mortalitas dan prognosis anak dengan sindroma nefrotik bervariasi
berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang
mendasari dan responnya terhadap pengobatan (Betz & Sowden, 2002).

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusun dalam penyusunan makalah ini terbagi menjadi dua bagian,
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, dimana :
1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami tentang konsep dasar penyakit sindrom nefrotik dan asuhan
keperawatan yang benar pada pasien dengan sindrom nefrotik.

2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengetahui dan memahami tentang konsep dasar penyakit
sindrom nefrotik yang meliputi definisi sindrom nefrotik, etiologi,
anatomi fisiologi ginjal, patofisiologi, manifestasi klinis, pathways,
pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan.
b. Dapat mengidentifikasi konsep asuhan keperawatan yang benar pada
klien dengan sindrom nefrotik yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, dan evaluasi keperawatan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Sindrom Nefrotik
Sindroma Nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas membran glomerulus terhadap protein yang mengakibatkan
kehilangan urinarius yang massif (Whaley & Wong, 2003). Sindroma nefrotik
adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari kehilangan protein karena
kerusakan glomerulus yang difus (Luckman, 1996). Sindrom Nefrotik ditandai
dengan proteinuria masif ( ≥ 40 mg/m2 LPB/jam atau rasio protein/kreatinin
pada urine sewaktu >2mg/mg), hipoproteinemia,


hipoalbuminemia (≤2,5

gr/dL), edema, dan hiperlipidemia (Behrman, 2001).
Nefrotik sindrom merupakan gangguan klinis ditandai oleh (1)
peningkatan protein dalam urin secara bermakna (proteinuria) (2) penurunan
albumin dalam darah (3) edema, dan (4) serum kolesterol yang tinggi dan
lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia). Tanda-tanda tersebut dijumpai di
setiap kondisi yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan
menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus (Brunner & Suddarth,
2001)
Whaley and Wong (1998) membagi tipe-tipe Sindrom Nefrotik :
1. Sindroma Nefrotik lesi minimal (MCNS

: Minimal Change Nefrotik

Sindroma) : Merupakan kondisi yang tersering yang menyebabkan
sindroma nefrotik pada anak usia sekolah.
2. Sindroma Nefrotik Sekunder : Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler
kolagen, seperti lupus eritematosus sistemik dan purpura anafilaktoid,
glomerulonefritis, infeksi sistem endokarditis, bakterialis dan neoplasma

limfoproliferatif.

3. Sindroma Nefirotik Kongenital : Faktor herediter sindroma nefrotik
disebabkan oleh gen resesif autosomal. Bayi yang terkena sindroma
nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala awalnya adalah edema dan
proteinuria.

Penyakit ini resisten terhadap semua pengobatan dan

kematian dapat terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan bayi jika tidak
dilakukan dialisis.
B. Etiologi
Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi dua menurut Muttaqin, 2012
adalah:
1. Primer, yaitu berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal, seperti
glomerulonefritis, dan nefrotik sindrom perubahan minimal
2. Sekunder, yaitu yang diakibatkan infeksi, penggunaan obat, dan penyakit
sistemik lain, seperti diabetes mellitus, sistema lupus eritematosus, dan
amyloidosis
C. Anatomi Fisiologi Ginjal


(Sumber: Astuti, 2013)
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip
kacang. Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran
(terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam
bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya
disebut nefrologi (Astuti, 2013).

Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang
peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III melekat langsung pada
dinding abdomen. Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang
perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di
bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar
adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal kanan biasanya terletak
sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.Sebagian dari
bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal
dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang
membantu meredam goncangan (Astuti, 2013).
Unit fungsional ginjal


(Sumber: Astuti, 2013)
Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih
dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron
berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam
tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan
molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan

dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme
pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian
diekskresikan disebut urin (Astuti, 2013).
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut
korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran
(tubulus).Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut
glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat
aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki poripori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding
epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena
adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang
dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring
akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen (Astuti, 2013).
Ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat penting
melalui ultrafiltrat yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat
ini sangat dipengaruhi oleh sirkulasi ginjal yang mendapat darah 20% dari
seluruh cardiac output (Astuti, 2013).
D. Patofisiologi
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah
proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder.
Kelainan ini disebabkan oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler
glomerulus yang sebabnya belum diketahui yang terkait dengan hilangnya
muatan negative gliko protein dalam dinding kapiler. Pada sindrom nefrotik
keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan protein yang sebelumnya
terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak akibat dari kebocoran
glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam urin. (Latas, 2002 : 383).
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat
pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria.
Kelanjutan

dari

proteinuria

menyebabkan

hipoalbuminemia.

Dengan

menurunya albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga cairan

intravascular berpindah ke dalam intertisial. Perpindahan cairan tersebut
menjadikan volume cairan intravascular berkurang, sehingga menurunkan
jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemi. Menurunya aliran darah ke
renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin
angiotensin dan peningkatan sekresi antideuretik hormone (ADH) dan sekresi
aldosteron yang kemudian menjadi retensi natrium dan air. Dengan retensi
natrium dan air, akan menyebabkan edema (Wati, 2012).
Terjadi peningkatan cholesterol dan Triglicerida serum akibat dari
peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin
atau penurunan onkotik plasma. Adanya hiperlipidemia juga akibat dari
meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena
kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria).
Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan
oleh karena hipoalbuminemia, hyperlipidemia, atau defisiensi seng. (Suriadi
dan yuliani, 2001 : 217).
E. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis menurut Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2 (2001),
manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya lunak dan
cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan di sekitar mata
(periorbital), pada area ekstremitas (sekrum, tumit, dan tangan), dan pada
abdomen (asites). Gejala lain seperti malese, sakit kepala, iritabilitas dan
keletihan umumnya terjadi.

(Sumber: Irapanussa, 2015)

(Sumber: nursingbegin.com, 2010)

(Sumber: ujeuji.blogspot.co.id)

(Sumber: pakarobatherbal.com)

F. Pathways
Virus, bakteri, protozoa
inflamasi
glomerulus
DM peningkatan viskositas darah
Sistemik lupus eritematous regulasi
kekebalan terganggu proliferasi
abnormal leukosit

Perubahan
permeabilitas
membrane
glomerlurus

Protein &
albumin lolos
dalam filtrasi &
masuk ke urine

Kegagalan
dalam proses
filtrasi

Kebocoran
molekul besar
(immunoglobuli
n)

Gangguan
citra tubuh

Protein dalam
urine meningkat

Protein dalam
darah menurun

Pengeluaran
IgG dan IgA

Pembengka
kan pada
periorbita

Proteinuria

Hipoalbuminemia

Sel T dalam
sirkulasi
menurun

Ekstravaksi
cairan

Kerusakan
glomerlurus

SINDROM
NEFROTIK

Mekanisme
penghalang
protein

Gangguan
imunitas

Mata

Oedema

Penumpukan
cairan ke ruang
intestinum

Volume
intravaskuler

Resiko infeksi

Reabsorbsi
air

ADH

Penekanan
pada tubuh
terlalu dalam

Nutrisi & O2

Paru-paru

Asites

Efusi pleura

Tekanan
abdomen
meningkat

Menekan
diafragma

Mendesak
rongga lambung

Otot pernafasan
tidak optimal

Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas

Hipoksia
jaringan

Metabolism
anaerob

Iskemia

Produksi asam
laktat

Kelebihan
volume cairan

Anoreksia,
nausea, vomitus

Gangguan
pemenuhan
nutrisi

Nafas tidak
adekuat

Ketidakefektif
an pola nafas

Nekrosis
Menumpuk di
otot
Ketidakefek
tifan perfusi
jaringan
perifer

Kelemahan,
keletihan,
mudah capek

Ketidakseimba
ngan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh

Volume urin
yang diekskresi

Oliguri

Intoleransi
aktivitas

Absorbsi air oleh usus

Feses mengeras

Hipovolemia

Tekanan arteri

Sekresi renin

Granulasi selsel glomerulus

konstipasi

Mengubah
angiotensin
menjadi
angiotensin I &
II

Efek
vasokontriksi
arterioral
perifer

Aldosterone

Merangsang
reabsorbsi Na+
dan air

Volume plasma

Tekanan darah

Beban kerja
jantung

Penurunan
curah jantung

(Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015)
G. Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosis sindrom nefrotik tidak ditentukan dengan hanya
penampilan klinis. Diagnosis sindrom nefrotik dapat ditegakkan melalui
beberapa pemeriksaan penunjang berikut yaitu urinalisis, pemeriksaan
sedimen urin, pengukuran protein urin, albumin serum, pemeriksaan serologis
untuk infeksi dan kelainan immunologis, USG renal, biopsi ginjal, dan darah,
dimana :
1. Urinalisis
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguri ) yang terjadi
dalam 24-48 jam setelah ginjal rusak, warna kotor, sedimen kecoklatan
menunjukkan adanya darah, Hb, Monoglobin, Porfirin. Berat jenis kurang
dari 1,020 menunjukkan penyakit ginjal. Protein urin meningkat (nilai

normal negatif). Urinalisis adalah tes awal diagnosis sindrom nefrotik.
Proteinuria berkisar 3+ atau 4+ pada pembacaan dipstik, atau melalui tes
semikuantitatif dengan asam sulfosalisilat, 3+ menandakan kandungan
protein urin sebesar 300 mg/dL atau lebih, yang artinya 3g/dL atau lebih
yang masuk dalam nephrotic range.
2. Pemeriksaan sedimen urin
Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies: epitel
sel yang mengandung butir-butir lemak, kadang-kadang dijumpai
eritrosit, leukosit, torak hialin dan torak eritrosit.
3. Pengukuran protein urin
Pengukuran protein urin dilakukan melalui timed collection atau single
spot collection. Timed collection dilakukan melalui pengumpulan urin 24
jam, mulai dari jam 7 pagi hingga waktu yang sama keesokan harinya.
Pada individu sehat, total protein urin ≤ 150 mg. Adanya proteinuria
masif merupakan kriteria diagnosis. Single spot collection lebih mudah
dilakukan. Saat rasio protein urin dan kreatinin > 2g/g, ini mengarahkan
pada kadar protein urin per hari sebanyak ≥ 3g.
4. Albumin serum
kualitatif

: ++ sampai ++++

kuantitatif :> 50 mg/kgBB/hari (diperiksa dengan memakai reagen
ESBACH)
5. Pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan imunologis
6. USG renal: Terdapat tanda-tanda glomerulonefritis kronik.
7. Biopsi ginjal
Biopsi ginjal diindikasikan pada anak dengan SN kongenital, onset usia >
8 tahun, resisten steroid, dependen steroid atau frequent relaps, serta
terdapat manifestasi nefritik signifikan. Pada SN dewasa yang tidak
diketahui

asalnya,

biopsy mungkin

diperlukan

untuk

diagnosis.

Penegakan diagnosis patologi penting dilakukan karena masing-masing
tipe memiliki pengobatan dan prognosis yang berbeda. Penting untuk
membedakan

minimal-change

disease

pada

dewasa

dengan

glomerulosklerosisfokal, karena minimal-change disease memiliki respon
yang lebih baik terhadap steroid. Prosedur ini digunakan untuk
mengambil sampel jaringan pada ginjal yang kemudian akan diperiksa di
laboratorium. Adapan prosedur biopsi ginjal sebagai berikut :
a. Peralatan USG digunakan sebagai penuntun. USG dilakukan oleh
petugas radiologi untuk mengetahui letak ginjal.
b. Anestesi (lokal).
c. Jarum (piston biopsi). Apabila tidak ada piston biopsi dapat
menggunakan jarum model TRUCUT maupun VIM SILVERMAN.
d. Tempat (pool bawah ginjal, lebih disukai disukai ginjal kiri).
e. Jaringan yang didapatkan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu
untuk pemeriksaan mikroskop cahaya & imunofluoresen.
f. Setelah biopsi.
1) Berikan pasien tengkurap + - sejam, tetapi apabila pada posisi
tengurap pasien mengalami sejas nafas maka biopsi dilakukan
pada posisi duduk
2) Anjurkan untuk minum banyak
3) Monitor tanda-tanda vital terutama tekanan darah, & lakukan
pemeriksaan lab urin lengkap.
g. Apabila tidak terdapat kencing darah (hematuria) maka pasien
dipulangkan. Biasanya untuk pada pasien yang beresiko rendah, pagi
biopsi sore pulang (one day care ).
8. Darah
Hb menurun adanya anemia, Ht menurun pada gagal ginjal, natrium
meningkat tapi biasanya bervariasi, kalium meningkat sehubungan
dengan retensi dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran
jaringan (hemolisis sel darah nerah). Penurunan pada kadar serum dapat
menunjukkan kehilangan protein dan albumin melalui urin, perpindahan
cairan, penurunan pemasukan dan penurunan sintesis karena kekurangan
asam amino essensial. Kolesterol serum meningkat (umur 5-14 tahun :

kurang dari atau sama dengan 220 mg/dl). Pada pemeriksaan kimia darah
dijumpai Protein total menurun (N: 6,2-8,1 gm/100ml), Albumin menurun
(N:4-5,8 gm/100ml), α1 globulin normal (N: 0,1-0,3 gm/100ml), α2
globulin meninggi (N: 0,4-1 gm/100ml), β globulin normal (N: 0,5-0,9
gm/100ml),

γ globulin normal (N: 0,3-1 gm/100ml),

rasio

albumin/globulin 3 detik
3) Warna tidak kembali ke tungkai saat tungkai diturunkan
4) Edema
5) Paresresia
(NANDA, 2015)
f. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nafas tidak adekuat
Batasan Karakteristik :
1) Perubahan kedalaman pernapasan
2) Penurunan tekanan ekspirasi
3) Bradipnea
4) Dipsnea
5) Penurunan ventilasi semeniit
(NANDA, 2015)
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Batasan Karakteristik :
1) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas

2) Dipsnea setelah beraktivitas
3) Menyatakan merasa letih
4) Menyatakan merasa lemah
(NANDA, 2015)
h. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung
Batasan Karakteristik :
1) Bradikardia
2) Palpitasi jantung
3) Perubahan elektrokardiogram (EKG) (mis., aritmia, abnormalitas
konduksi, iskemia)
4) Takikardia
(NANDA, 2015)
4. Intervensi
No.

Tujuan &

Dx.
1.

Kriteria Hasil
Setelah

Timbang berat badan Estimasi penurunan

dilakukan

setiap hari dan monitor edema tubuh

tindakan

status pasien

Intervensi

Rasional

keperawatan
selama … x 24
jam,

Jaga intake/asupan yang

diharapkan

akurat dan catat output

kelebihan
terjadi

dengan kriteria Kaji lokasi dan luasnya
hasil :

keberhasilan terapi
dan dasar penentuan
tindakan

volume cairan
tidak

valuasi harian

edema

menentukan
intervensi lebih
lanjut

a. Terjadi
penurunan

mencegah edema

edema dan Berikan cairan dengan bertambah parah
ascites

tepat

b. Tidak

Diberikan dini

terjadi

Berikan diuretik yang pada fase

peningkata

diresepkan oleh dokter

n

berat

badan

oliguria untuk meng
ubah ke fase

(NIC, 2013)

nonoliguria, dan
meningkatkan
volume urine

2.

Setelah

Monitor

dilakukan

asupan makanan

adekuat
dan Membantu

kalori

dan

mengidentifikasi

tindakan

defisiensi

keperawatan

kebutuhan diet

dan

selama … x 24
jam,

Lakukan

diharapkan

pasien terkait perawatan dapat meningkatkan

ketidakseimba

mulut sebelum makan

ngan

atau

bantu Mulut yang bersih
nafsu makan

nutrisi

kurang

dari Pastikan

kebutuhan
tubuh

makanan Meningkatkan selera

disajikan

secara dan nafsu makan

tidak menarik dan pada suhu

terjadi, dengan yang

paling

cocok

kriteria hasil :

untuk konsumsi secara

a. Nafsu

optimal

makan
klien

Anjurkan pasien terkait Pasien

meningkat

dengan kebutuhan diet kooperatif

b. Tidak

untuk kondisi sakit

dapat
dan

melakukan apa yang

terjadi

dianjurkan

hipoprotein Kolaborasi dengan ahli
emia

gizi

c. porsi
makan

untuk

mengatur Diet yang tepat dapat

diet yang diperlukan

meningkatkan status

(NIC, 2013)

nutrisi pasien

yang
dihidangka
n
3.

dihabiskan
Setelah

Monitor apakah anak Mengidentifikasi

dilakukan

bisa

tindakan

tubuh

keperawatan

berubah

melihat

bagian respon anak terhadap

mana

yang perubahan tubuhnya

selama … x 24
jam,

Identifikasi

diharapkan

strategi

strategi- Respon

orangtua

penggunaan menentukan

gangguan citra koping oleh orangtua bagaimana persepsi
tubuh

dapat dalam

teratasi,

terhadap

berespon anak

terhadap

perubahan tubuhnya

dengan kriteria penampilan anak
hasil :
a. Citra tubuh Bangun
positif
b. Mendeskri

hubungan Memudahkan

saling percaya dengan komunikasi personal
anak

dengan anak

pisikan
secara

Gunakan

faktual

mengenai gambaran diri dari persepsi citra

perubahan

gambaran Mekanisme evaluasi
diri anak

fungsi
tubuh

Ajarkan untuk melihat Membantu

c. Mempertah pentingnya

respon meningkatkan

citra

ankan

mereka

interaksi

perubahan tubuh anak

sosial

dan
masa

terhadap tubuh anak

penyesuaian
depan,

di

dengan

cara yang tepat.
(NIC, 2013)
4.

Setelah

Monitor respirasi dan Data

dilakukan

status O2

dasar

menentukan

tindakan

intervensi

keperawatan

lanjut

selama … x 24

adanya

suara

nafas tambahan

diharapkan

lebih

Auskultasi suara nafas.
Catat

jam,

dalam

Suara

nafas

tambahan

bersihan jalan

mengidentifikasikan

nafas

ada sumbatan dalam

dapat

efektif, dengan
kriteria hasil :

jalan nafas
Atur

intake

untuk

cairan

a. Klien

Mencegah

mampu

bertambah parah

bernafas

Lakukan

mudah
mengidenti
dan

mencegah
faktor yang
dapat
menghamb
nafas

pasien
Memaksimalkan
fisioterapi

dada jika perlu

b. Mampu

at

Posisikan
semifowler

dengan

fikasi

edema

jalan

(NIC, 2013)

ventilasi
Membantu
mengeluarkan sekret

5.

Setelah

Monitor

denyut

dilakukan

irama jantung

dan Mengetahui kelainan
jantung

tindakan
keperawatan

Ukur intake dan outtake Mengetahui

selama … x 24 cairan

kelebihan

jam,

kekurangan

atau

diharapkan
perfusi

Berikan oksigen sesuai Meningkatkan

jaringan

kebutuhan

perfusi

perifer efektif,
dengan kriteria Lakukan

perawatan Menghindari

hasil :

kulit, seperti pemberian gangguan integritas

a. Waktu

lotion

kulit

pengisian
kapiler < 3 Hindari
detik

terjadinya Mempertahankan

palsava manuver seperti pasukan oksigen

b. Tekanan

mengedan,

menahan

sistol

dan napas, dan batuk

diastol

(NIC, 2013)

dalam
rentang
yang
diharapkan
c. Tingkat
kesadaran
6.

membaik
Setelah

Monitor

dilakukan

pernapasan,

tindakan

penggunaan otot bantu

keperawatan

pernapasan,

jumlah Mengetahui
pernapasan
batuk,

selama … x 24 bunyi paru, tanda vital,

status

jam,

warna kulit, AGD

diharapkan
pola
dapat

nafas Berikan oksigen sesuai Mempertahankan
efektif, program

oksigen arteri

dengan kriteria
hasil :

Atur

a. Pasien

fowler

posisi

pasien Meningkatkan
pengembangan paru

dapat
mendemon

Alat-alat

emergensi Kemungkinan terjadi

strasikan

disiapkan

pola

keadaan baik

pernapasan

(NIC, 2013)

dalam kesulitan

bernapas

akut

yang
efektif
b. Pasien
merasa
lebih
nyaman
dalam
7.

bernafas
Setelah

Monitor

dilakukan

aktivitas,

tindakan

saat aktivitas

keterbatasan Merencanakan
kelemahan intervensi

dengan

tepat

keperawatan
selama … x 24 Catat

tanda

vital Megkaji sejauh mana

jam,

sebelum dan sesudah perbedaan

diharapkan

aktivitas

intoleran

peningkatan selama
aktivitas

aktivitas dapat
teratasi,

Lakukan istirahat yang Membantu

dengan kriteria adekuat setelah latihan mengembalikan

hasil :

dan aktivitas

energi

a. Kelemahan
yang

Berikan

berkurang

adekuat

diet

yang Metabolisme
dengan membutuhkan energi

b. Mempertah kolaborasi ahli diet
ankan

(NIC, 2013)

kemampua
n aktivitas
semaksima
8.

l mungkin
Setelah

Kaji suara nafas dan Data

dilakukan

suara jantung

dasar

dalam

menentukan

tindakan

intervensi

keperawatan

lanjut

lebih

selama … x 24
jam,

Ukur CVP pasien

Mengetahui

diharapkan

kelebihan

curah jantung

kekurangan

mengalami

tubuh

atau
cairan

peningkatan,
dengan kriteria
hasil :

Monitor aktivitas pasien Mengurangi

a. Menunjukk
an

kebutuhan oksigen

curah

jantung

Monitor

saturasi Mengetahui

yang

oksigen

manifestasi

memuaska

penurunan

n

jantung

curah

dibuktikan
oleh

Kolaborasi

efektifitas

laksatif

pemberian Mengejan
memperparah

dapat

pompa
jantung,

penurunan
(NIC, 2013)

curah

jantung

status
sirkulasi,
perfusi
jaringan,
dan status
TTV
b. Tidak ada
edema
paru,
perifer, dan
asites
5. Evaluasi
Setelah mendapat intervensi keperawatan, maka pasien dengan sindrom
nefrotik diharapkan sebagai berikut :
a. Kelebihan volume cairan teratasi
b. Meningkatnya asupan nutrisi
c. Meningkatnya citra tubuh
d. Bersihan jalan nafas efektif
e. Perfusi jaringan perifer efektif
f. Pola nafas efektif
g. Aktivitas dapat ditoleransi
h. Curah jantung mengalami peningkatan

BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nefrotik sindrom adalah gangguan klinik yang ditandai dengan
peningkatan protein urine (proteinuria), edema, penurunan albumin dalam
darah (hipoalbuminemia), dan kelebihan lipid dalam darah (hiperlipidemia).
Kejadian ini diakibatkan oleh kelebihan pecahan plasma protein ke dalam
urine karena peningkatan permeabilitas membran kapiler glomerulus. (dr.
Nursalam, dkk. 2009). Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi dua menurut
Muttaqin, 2012 adalah primer, yaitu berkaitan dengan berbagai penyakit

ginjal, dan sekunder, yaitu yang diakibatkan infeksi, penggunaan obat, dan
penyakit sistemik lain.
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah
proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder.
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria.
Kelanjutan

dari

proteinuria

menyebabkan

hipoalbuminemia.

Dengan

menurunya albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga cairan
intravascular berpindah ke dalam intertisial. Pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnosis yaitu urinalisis, pemeriksaan sedimen urin, pengukuran
protein urin, albumin serum, pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan
immunologis, USG renal, biopsi ginjal, dan darah.
B. Saran
Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi makalah ini saja karena
masih banyak referensi yang lebih lengkap yang membahas materi dari
makalah ini. Oleh karena itu, pembaca sebaiknya membaca dari referensi dan
literatur lain untuk menambah wawasan yang lebih luas tentang materi ini.

DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif, S.Kep., Ns., dan Hardhi Kusuma S.Kep., Ns. 2015. Aplikasi
Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC
NOC Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta: MediAction
Bulechek, Gloria, dkk. 2013. Nursing Intervensions Classification (NIC) Edisi
Bahasa Indonesia, Edisi Keenam. Mosby: Elsevier Inc.
2010. Askep Sindrom Nefrotik. http:// (diakses pada tanggal 15 September 2017)

Munandar, Riza. Asuhan Keperawatan pada Kasus Sindrom Nefrotik. 2014.
http:// (diakses pada tanggal 15 September 2017)
NANDA Internasional Inc. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi
2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.
Siburian, Apriliani. 2013. ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK
KESEHATAN MASYARAKAT PADA PASIEN SINDROM NEFROTIK DI
LANTAI 3 SELATAN RSUP FATMAWATI.
http://www.google.com/lib.ui.ac.id (Diunduh pada tanggal 15 September
2017)
Wati, Nur Ekma. 2012. ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN
GANGGUAN SISTEM NEFROLOGI : SINDROMA NEFROTIK
DI RUANG MINA RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA. http://
(Diunduh pada tanggal 15 September 2017)