TEORI MAKROEKONOMI KLASIK (Classical Macroeconomic Theory, CMT)

  TEORI MAKROEKONOMI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI DAN KOPERASI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA K u s n e n d i

  

TEORI MAKROEKONOMI

KLASIK

(Classical Macroeconomic Theory,

CMT)

  

K u s n e n d i

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

DAN KOPERASI FAKULTAS PENDIDIKAN

EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

EKONOM PELOPOR

  • Teori makroekonomi Klasik (CMT) =

    kumpulan pemikiran para ahli ekonomi klasik. Diantaranya yang paling utama: Adam Smith, J.S. Mill, David Ricardo, J.B. Say, A.C. Pigou, H.H. Gossen, Irving Fisher, Leon Walras, dan Alfred Marshall.
  • • Istilah “Klasik” berasal dari Karl Marx yang

    ditujukan kepada para ekonom pengikut pemikiran Ricardo dan James Mill. Keynes (1936: 3), “The classical economists was

  name invented by Marx to cover Ricardo and James Mill and their predecessors, that is to

  ASUMSI

  • Perekonomian menganut sistem ekonomi leissez faire, laissez passer (sistem ekonomi kapitalis murni).
  • Aktivitas ekonomi, baik di pasar barang, pasar tenaga kerja maupun di pasar uang diatur mekanisme pasar yang bekerja atas dasar persaingan sempurna (perfect competition).
  • Harga-harga (barang dan faktor produksi) feksibel mengikuti perubahan permintaan dan penawaran. Asumsi ini dikenal sebagai market clearing assumption atau self-adjusting assumption.
  • Di dunia nyata berlaku Hukum Say: supply creats its

  own demand” penawaran dengan sendirinya –

  menciptakan permintaan. Karena itu, unsur aktif yang menggerakan roda perekonomian adalah sisi penawaran (supply side) dan bukan sisi permintaan (demand side). CMT = Supply Side Economics.

  • Motivasi masyarakat membutuhkan uang hanya untuk

MODEL I: OUTPUT AGREGAT (PENDAPATAN NASIONAL, Y)

  

Model I: Apa yang menentukan besar kecilnya

tingkat output agregat atau tingkat pendapatan

nasional (Y) yang dapat dihasilkan suatu

perekonomian?

  • • Y ditentukan oleh jumlah input (faktor produksi) yang

    tersedia, dan tingkat teknologi yang digunakan, yaitu kemampuan merubah faktor produksi (input) menjadi output agregat (Y).
  • • Dalam CMT, tenaga kerja (N) dan kapital (K)

    merupakan dua faktor produksi utama.
  • • Teknologi = cara atau metode produksi yang

    digunakan. Cara atau metode produksi ini ditunjukan oleh APF (Aggregate Production Function, fungsi

  Fungsi Produksi Agregat (APF) (1) Y = f(N, K)

   APF jangka panjang Dalam jangka pendek, K diasumsikan konstan (K diberlakukan sebagai input tetap, fxed input), dan N

  (2) Y = f(N) APF sebagai input variabel.

  jangka pendek

  Penggunaan K dan Y atau

  APF, tunduk pada law of

  kualitas N meningkat diminishing marginal product. f’(

  Artinya, dengan

  Y N)

  mempertahankan input K

  3

  tetap, maka jika penggunaan

  f(N

  input N ditambah sebanyak

  Y )

  2

  satu unit, maka Y akan naik tetapi dengan tambahan yang

  Y

  semakin lama semakin

  1

  berkurang.  Y sebagai akibat adanya  N = Marginal

  N product of labor (MPN) =

  N N

  dY/dN

  2

  1

  MODEL II: PERMINTAAN & PENAWARAN TENAGA KERJA

Model II: Apa yang menentukan besar kecilnya

penggunaan tenaga kerja atau tingkat

kesempatan kerja (N) suatu perekonomian?

  • Besar kecilnya N ditentukan di pasar tenaga kerja.
  • • Di pasar tenaga kerja bertemu dua kekuatan:

    permintaan dan penawaran tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja datang dari sektor bisnis (dunia usaha). Penawaran tenaga kerja bersumber dari sektor rumah tangga.
  • • Apa yang menentukan besar kecilnya permintaan

    dan penawaran tenaga kerja?

  Permintaan Tenaga Kerja (1)

  • Dalam model CMT, produsen dan konsumen adalah dua aktor perekonomian utama yang selalu mengejar kepentingannya masing- masing. Produsen mengejar laba maksimum, dan konsumen mencapai kepuasaan maksimum. Dengan demikian, pertimbangan utama bagi produsen dalam memutuskan untuk menambah atau mengurangi penggunaan input N ditentukan oleh apakah penambahan atau pengurangan penggunaan input N (tenaga kerja) itu akan mendatangkan laba yang maksimum atau tidak.
  • Syarat untuk mencapai laba maksimum:

  (1) MR = MC

  • Dalam pasar persaingan sempurna berlaku:

  (2) MR = P

  • Berdasarkan persamaan (1) dan (2), diperoleh syarat untuk mencapai laba maksimum: (3) P = MC
  • Berdasarkan APF jangka pendek, hanya ada satu input variabel N maka: (4) MC = W/MPN

  Laba maksimum: MPN = W/P Laba maksimum: MPN = W/P

  • Y = f(N)
  • L = TR – TC
  • TR = P.Y
  • TC = W.N
  • L = P.Y – W.N
  • L = P.Y – W.f
  • Y = f(N)
  • L = TR – TC
  • TR = P.Y
  • TC = W.N
  • L = P.Y – W.N
  • L = P.Y – W.f
    • 1
    • 1

  (Y)

  (Y)

  • L maksimum jika: dL/dY = 0
  • dL/dY = P – W(dN/dY) = 0
  • Mengingat: dY/dN = MPN maka dN/dY = 1/MPN, jadi:
  • dL/dY = P – W(1/MPN) = P – W/MPN = 0
  • P = W/MPN  P.MPN = W  MPN = W/P<>L maksimum jika: dL/dY = 0
  • dL/dY = P – W(dN/dY) = 0
  • Mengingat: dY/dN = MPN maka dN/dY = 1/MPN, jadi:
  • dL/dY = P – W(1/MPN) = P – W/MPN = 0
  • P = W/MPN  P.MPN = W  MPN = W/P
  •   Permintaan Tenaga Kerja (2)

    • MPN = W/P; mengandung arti, untuk mencapai

      laba maksimum produsen akan menggunakan input N sampai dicapai posisi di mana tambahan produk yang dihasilkan N, yaitu MPN sama dengan biaya, yaitu upah riel (W/P) yang harus dikeluarkan untuk membayar balas jasa pemilik input N. Jadi, jika MPN W/P, laba tidak akan

      MPN &gt; N maksimum.

    W/P

      naik samp ai

      MPN  MPN = Laba dicap W/P ai W/P max. posisi

      MPN &lt; N W/P turun

      Kurva Permintaan Tenaga Kerja (D N ) W/P, MPN N MP N = D N (W/ P)

      2 = MPN diminta N = N

      W d dD P

          P

      ) (     

      KESIMPULAN: jika (W/P) naik (supaya laba yang diperoleh max.) maka permintaan terhadap N (D N ) akan turun, dan

       Laba max.

      2

      2 (W/P)

      1 (W/ P)

      N

       Laba max.

      1

      1 = MPN diminta N = N

      1 A B (W/P)

      2 N

      W D f N N

      Penawaran Tenaga Kerja

    • • Jika permintaan tenaga kerja merupakan fungsi negatif dari

      tingkat upah riel (W/P), bagaimana dengan penawaran tenaga kerja?
    • • Model Klasik menyatakan, penawaran tenaga kerja adalah fungsi

      positif dari tingkat upah riel. (W/P)   (penawaran tenaga kerja)   Semakin tinggi tingkat upah riel, semakin tinggi jumlah penawaran tenaga. Mengapa tinggi rendahnya penawaran tenaga kerja berhubungan positif dengan tingkat upah riel?
    • • Pemilik faktor produksi tenaga kerja (rumah tangga konsumen)

      tidak kena ilusi uang (money illusion). Artinya, tenaga kerja selalu membandingkan kenaikan upah nominal (W) dengan kenaikan harga-harga (P). Jika W naik 20% tetapi P juga naik 20% maka tenaga kerja tidak menganggap pendapatannya telah naik, tetapi menganggap pendapatannya tetap tidak berubah. Tenaga kerja  Pendapatan riel = W – tingkat infasi.
    • • Dalam sehari, setiap pemilik faktor produksi tenaga kerja

      memiliki waktu 24 jam yang dapat digunakan untuk

      Keseimbangn Alokasi Waktu Istirahat - Bekerja Waktu Istirahat dan Bekerja

      24 jam Y

    Istirahat = 0 jam  24 jam bekerja  pendapatan (Y) = (24

    jam)(W/P) = 0Yo

      Y

      W U

      per jam = (W/P)1 Y A

      8 E

      1 U

      2 E

      2 Jika (W/P) per jam naik menjadi (W/P)2, garis alokasi waktu istirahat – berkerja menjadi WY1. Kurva U bergeser menjadi U2 (U2 &gt; U1) dan keseimbangan menjadi E2

      1

      Bekerja = 0 jam  24 jam dialokasikan untuk istirahat = 0W YoW = garis alokasi waktu istirahat – bekerja Alokasi waktu yang digunakan bekerja = 8 jam  Y = 0Y A.

    1 Y o

      Keseimbangan di E1 Jumlah waktu yang dialokasikan untuk kerja naik menjadi 14 jam, dan pendapatan 0Y

    1 U1 = kurva alokasi waktu dengan kepuasan sama, jika (W/P)

      B Ketika (W/P) = (W/P)1 alokasi waktu kerja = 8 jam

    Ketika (W/P) naik menjadi (W/P)2 alokasi waktu kerja juga

    4 Y B

      Upah Riel Jumlah Jam Kerja

      (W/P)1 8 jam (W/P)2 14 jam

      Kurva Penawaran Tenaga Kerja (S N ) W/P S N Jumlah Jam Kerja (W/ P)

      1 (W/ P)

      2

      8

      14

    ) (

         

       

     

    P

      W d dS

    P

      

    W

    S f N N

      Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja

    • Di pasar tenaga kerja bertemu dua kekuatan, yaitu permintaan dan penawaran tenaga kerja:

    W/P

      N N D = f(W/P); dD /d(W/P) &lt; 0

      S = f(W/P); dS /d(W/P) &gt; 0

      N S N N

    • Keseimbangan pasar tenaga kerja

      Kelebih

      terjadi dititik E, yaitu ketika N

      an S

      jumlah permintaan sama dengan jumlah penawaran tenaga kerja (W/ N N.

      D = S P)2

    • Keseimbangan pasar tenaga kerja

      E menentukan tingkat upah riel (W/

      (W/ P)e dan volume kesempatan kerja

      P)e (Ne). (W/

      N D

    • Jika upah riel = (W/P)1 terjadi

      P)1

      Kelebih

      kelebihan permintaan tenaga N

      an D

      N kerja (D ).

      N

    • Jika upah riel = (W/P)2 terjadi

      N e kelebihan penawaran tenaga

      N kerja (S ).

      MODEL III: KESEMPATAN KERJA &amp;

    PENDAPATAN NASIONAL (OUTPUT AGREGAT), Y

    • Model I menjelaskan dalam jangka pendek, tingkat Y yang dapat dicapai sebuah perekonomian ditentukan oleh penggunaan input tenaga kerja atau tingkat kesempatan kerja.
    • Model II menjelaskan bagaimana tingkat upah riel menentukan jumlah permintaan dan penawaran tenaga kerja, serta volume kesempatan kerja. Model III merupakan gabungan Model I dan II.
    • Model III menjelaskan bagaimana keseimbangan permintaan dan penawaran tenaga kerja di pasar tenaga kerja menentukan tingkat upah riel, volume kesempatan kerja, dan tingkat pendapatan nasional (output agregat), Y.
    • Model III: Y = f(N)  Fungsi produksi agregat

      N N D = f(W/P); dD /d(W/P) &lt; 0  Fungsi permintaan tenaga kerja

      N N S = f(W/P); dS /d(W/P) &gt; 0  Fungsi penawaran tenaga kerja

      N D = S N  Keseimbangan pasar tenaga kerja

      Kesempatan Kerja &amp; Pendapatan Nasional (1)

      PASAR TENAGA KERJA PASAR TENAGA KERJA

      N N

      D = f(W/P); S = f(W/P);

      N N

      D = f(W/P); S = f(W/P);

      VARIABEL

      VARIABEL

      

    N N

      D = S

      N N

      D = S EKSOGEN EKSOGEN

      TINGKAT TINGKAT menentuk

      Kapital, Kapital,

      UPAH RIEL UPAH RIEL an

      Teknologi Teknologi

      (W/P) (W/P)

      , ,

      VOLUME KESEMPATAN

      VOLUME KESEMPATAN Kuantitas

      Kuantitas KERJA (N)

      KERJA (N) &amp;

      &amp; kualitas kualitas melalui tenaga tenaga kerja, kerja,

      SDA SDA FUNGSI PRODUKSI AGREGAT:

      FUNGSI PRODUKSI AGREGAT: Y = f(N)

      Y = f(N) menentuk an

      PASAR PASAR BARANG &amp;

      BARANG &amp;

      Y Y

      PASAR UANG

      Kesempatan Kerja &amp;

    W/P

      Pendapatan nasional N S (2)

      Apakah tingkat Y dan N full employment E2

      (Ye dan Ne) dapat berubah? Menurut (W/P)1

      Klasik dapat, yaitu jika terdapat E1 perubahan dalam variabel eksogen. (W/P)e

      

    D N ’

    Misal, ada peningkatan

      N D penggunaan teknologi sedang yang lainnya tidak berubah.

      N Akibatnya:

      N1 Ne Y N

      1. MPN naik sehingga kurva D

    f’(N)

      N bergeser menjadi D ’

      2. Fungsi produksi juga Y1

    f(N)

    bergeser ke atas menjadi f’(N)

      3. Keseimbangan pasar tenaga Ye kerja berubah menjadi E2 dengan tingkat (W/P) naik menjadi (W/P)1, volume kesempatan kerja bertambah menjadi N1, dan Y meningkat

      N

    MODEL IV: TABUNGAN, INVESTASI DAN TINGKAT BUNGA

      

    Model IV: Apa yang menentukan tabungan,

    investasi, dan tingkat bunga?

    • • Tingkat bunga ditentukan di pasar modal. Di

      pasar modal bertemu dua kekuatan, yaitu permintaan dana untuk investasi dan penawaran dana pinjaman. Keseimbangan permintaan dan penawaran dana pinjaman menentukan tingkat bunga.
    • • Teori penentuan tingkat bunga Klasik dikenal

      sebagai teori dana pinjaman (loanable fund theory) yang dibangun berdasarkan Hukum Say.
    • • Hukum Say bersama dengan teori kuantitas uang

      Hukum Say “Supply creates its own demand”

      Penawaran dengan sendirinya menciptakan permintaan

      Output agregat (Q)

      Output agregat (Q)

      Pendapata n (Y) Pendapata n (Y)

      Penawaran agregat (AS)

      Penawaran agregat (AS)

      Permintaa n agregat (AD)

      Permintaa n agregat (AD)

      Proses Produksi

      Agregat Proses

      Produksi Agregat

      dijual dibelanjak an

      Q = Y AS = AD menciptaka Fungsi uang:

      Unit of account &amp; Medium of exchange

      Menjamin tidak ada penggangguran sumber daya. Karena itu, perekonomian akan selalu ada pada tingkat kesempatan kerja penuh (full employment)

      Tabungan dan Investasi (1)

      Equilibriu m Equilibriu m

      S = I S = I

      C + S = C + I

      C + S = C + I

      AD = C + I AD = C + I

      AS = C + S AS = C + S

      AS = AD AS = AD

      Y at market price = C + I

      Q at factor cost = C + S

      Y at market price = C + I

      Hukum Say

      Hukum Say

      Proses Produksi Agregat

      Proses Produksi Agregat

      Q at factor cost = C + S

      Full Employment Full Employment

      Tabungan dan Investasi (2)

    • Dalam model Klasik, tabungan adalah perilaku

      masyarakat untuk menunda konsumsi sekarang, atau menunda kepuasan atas pembelanjaan pendapatan untuk konsumsi sekarang. Mengapa masyarakat mau

      menabung (menunda konsumsinya)? Ada dua alasan: (1) Masyarakat mau menabung bukan berarti tabungan tersebut akan dipegang sebagai uang tunai, melainkan dialokasikan sebagai dana pinjaman untuk pihak lain (pengusaha) yang membutuhkan dana untuk investasi.

      Jadi dalam model Klasik, tabungan itu akan langsung digunakan untuk investasi. Dengan demikian besarnya tabungan (S) akan selalu sama dengan besarnya investasi (I)  S = I. (2) Masyarakat mau menabung karena pengusaha yang meminjam dana tabungan bersedia membayar balas jasa berupa bunga. Jadi, bunga (i) adalah hadiah atau

      Tabungan dan Investasi (3) i i S i” i'

      I I S

      2

      I

      1

      1 I

    2 S S

    • • Apa yang menentukan besar kecilnya pengeluaran

      investasi (I)? Dalam model Klasik, pengeluaran investasi ditentukan secara negatif oleh tingkat bunga. I = f(i) di mana dI/di &lt; 0. Artinya, semakin tinggi biaya bunga yang harus dibayar, semakin

      Penentuan Tingkat Bunga (Loanable Fund Theory)

      Tingkat bunga ditentukan di i Penawaran pasar modal. Di pasar modal dana pinjaman

      S

      bertemu dua kekuatan: penawaran dana pinjaman dan permintaan akan dana. Penawaran dana pinjaman berasal dari dari tabungan

      E

      Permintaan

      

    i

      masyarakat (S), sedang dana investasi permintaan dana datang dari pihak pengusaha yang

      I

      membutuh-kan dana untuk investasi (I). Atas dasar hal tersebut maka teori bunga

      S, I S = I

      Klasik disebut sebagai teori dana pinjaman (loanable fund

      AS = AD theory):

      Perekonomian ada pada S = f(i); dS/di &gt; 0 tingkat kesempatan kerja

      Perubahan Tingkat Bunga &amp; Komposisi Pendapatan Nasional i

      Apakah keseimbangan S = I akan selalu Kelebihan penawaran terjadi pada kesempatan kerja penuh? dana pinjaman (S &gt; I) Misalkan, karena sesuatu hal, kurva permintaan dana bergeser dari I’ menjadi I”.

      Di pasar barang terjadi AS &gt; AD. Akibatnya: S

      (1) Di pasar modal terjadi kelebihan penawaran dana pinjaman (S &gt; I) sebesar E

      1 A. E A

      1

      1 i (2) Karena S &gt; I maka tingkat bunga akan turun menjadi i

      2 . Dan turunnya tingkat E bunga tersebut menyebabkan penawaran

    2 I’ dana pinjaman (S) berkurang.

      2 i

      (3) S turun mengandung arti pengeluaran konsumsi (C) naik. C naik berarti AD naik.

      Sehingga dicapai keseimbangan baru di I”

      E 2 , di mana S 2 = I 2 dan AS menjadi sama kembali dengan AD, yang berarti S, I perekonomian tetap pada posisi

      2

      2

      1

    1 S = I S = I kesempatan kerja penuh.

      

    KESIMPULAN: ketika ada gangguan di pasar modal, melalui fleksibilitas tingkat bunga,

    keseimbangan S = I atau AS = AD pada tingkat kesempatabn kerja penuh tetap berlaku.

    Perubahan tingkat bunga hanya menyebabkan perubahan dalam komposisi

      Perluasan Model: Kebijakan Fiskal, Tingkat Bunga &amp; Output Agregat Kebijakan Fiskal

    • Kebijakan fiskal dilakukan pemerintah melalui APBN. Misalnya pemerintah menjalankan kebijakan fiskal ekspansif dengan defisit APBN sebesar  G.
    • Pembiyaan defisit APBN sebesar  G dilakukan dengan menjual obligasi. Artinya, pemerintah membiayai defisit APBN melalui pinjaman kepada masyarakat.
    • Apa akibatnya terhadap tingkat bunga dan pendapatan nasional

      (output agregat)?

      Analisis

    • Defisit APBN sebesar  G yang dibiayai pinjaman kepada masyarakat menjadikan di pasar modal terjadi kenaikan permintaan dana untuk investasi sebesar 

      G. Karena itu kurva permintaan dana bergeser dari I menjadi I +  G.

    • Pada tingkat bunga (i1), pasar modal mengalami kelebihan permintaan

      dana sebesar E1-A. Sedang di pasar barang mengalami kelebihan permintaan agregat (AS &lt; AD). Artinya, perekonomian mengalami gangguan. Gangguan tersebut akan dikoreksi sebagai berikut:

    • Karena di pasar modal terdapat kelebihan permintaan dana, maka tingkat bunga akan naik menjadi E2. Naiknya tingkat bunga akan menyebabkan: (1) masyarakat lebih suka menabung. Artinya, pengeluaran konsumsi (C) dikurangi. Jadi penawaran dana pinjaman (S) naik menjadi S2; (2) pengeluaran investasi berkurang. Ketika C dan I turun mengandung arti AD juga turun, sampai dicapai posisi keseimbangan baru di E2 di mana AS kembali sama dengan AD serta penawaran dana pinjaman sama dengan permintaan dana (S = I + G), dan perekonomian kembali normal pada tingkat kesempatan kerja penuh.
    • Kesimpulan: (1) kebijakan fiskal yang ekspansif menyebabkan tingkat bunga naik, dan naiknya tingkat bunga mendorong pengeluaran C dan I berkurang. Berkurangnya I sebagai akibat kenaikan tingkat bunga disebut efek crowding-out of invesment. (2) kebijakan fiskal hanya menyebabkan perubahan komposisi tingkat pendapatan nasional pada

      Kebijakan Fiskal &amp; Tingkat Bunga

    • Defisit APBN sebesar  G

      i

      dibiayai melalui pinjaman pada masyarakat. Akibatnya, kurva permintaan I bergeser menjadi I +  G.

      S Di pasar modal terjadi

      kelebihan permintaan dana sebesar E1-A. Dan di pasar 

      G

      barang mengalami kelebihan

      E1-A = AD (AS &lt; AD).

    2 E

      2 i kelebihan

    • Tingkat bunga naik menjadi

      permintaan

    1 E

      A i2, sehingga S meningkat dana

      1 i

      menjadi S2, dan I turun menjadi I2 (crowding-out of

      I + invesment), sampai dicapai

      

      G

      I

      posisi keseimbangan baru di

      S, I

      E2 di mana AS kembali sama dengan AD serta penawaran

      1

      1

      2

    2 S = I +  G S = I

      dana pinjaman sama dengan

      Perluasan Model: Kebijakan Moneter, Tingkat Bunga &amp; Output Agregat Kebijakan Moneter

    • • Kebijakan moneter dilakukan bank sentral melalui

      pengendalian jumlah uang beredar (M). Misalnya bank sentral menjalankan kebijakan moneter yang ekspansif, yaitu menambah jumlah uang beredar sebesar  M. Apa akibatnya terhadap tingkat bunga dan pendapatan nasional (output agregat)?

      Kebijakan Moneter &amp; Tingkat i

      Bunga

    1 E -A =

      Ketika bank sentral menambah jumlah uang kelebihan  beredar sebesar M, maka jumlah

      S penawaran penawaran dana pinjaman (S) meningkat, dana sehingga kurva S bergeser menjadi S +  M.

      S + M pinjaman Akibatnya, di pasar modal mengalami

       kelebihan penawaran dana pinjaman sebesar

      M E1-A. Tingkat bunga didorong turun menjadi

      E

      1 i i2.

    1 A

      Turunnya tingkat bunga, menjadikan E pengeluaran investasi (I) naik, sedang

      2 tabungan masyarakat (S) turun (berarti pula pengeluaran konsumsi masyarakat C naik),

      2 i

      I sampai dicapai posisi keseimbangan baru di  E 2 , di mana S 2 + M = I 2 dan AS = AD, yang berarti perekonomian tetap pada posisi

      S, I kesempatan kerja penuh.

      1

      1

      2

    2 S +  M = I S = I

      

    KESIMPULAN: (1) Kebijakan moneter yang ekspansif menyebabkan tingkat bunga turun,

    dan turunnya tingkat bunga mendorong pengeluaran C turun sedang pengeluaran I naik.

      

    Kenaikan I sebagai akibat penurunan tingkat bunga disebut efek crowding-in of invesment.

    (2) Sama seperti kebijakan fiskal, kebijakan moneter hanya menyebabkan perubahan

    komposisi tingkat pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh.

    MODEL V: UANG DAN TINGKAT HARGA

      

    Model V: Apa yang menentukan

    penawaran dan permintaan uang serta

    tingkat harga agregat?

      D

    • • Di pasar uang bertemu permintaan (M ) dan

      S penawaran uang (M ).

    • • Teori permintaan uang Klasik mengacu pada

      teori kuantitas uang. Dan teori kuantitas uang itu dikembangkan dengan berlandasankan keberlakuan Hukum Say. Berdasarkan teori kuantitas uang, para ekonom Klasik sampai pada penjelasan tentang penentuan tingkat

      Teori Kuantitas Uang