Cost-Volume-Profit Analysis pada Pelayanan Kesehatan | Ade Heryana, SSt, MKM

  

Ade Heryana, SSt, MKM

UNIVERSITAS ESA UNGGUL Prodi Kesehatan Masyarakat

COST-VOLUME-PROFIT

ANALYSIS

  

(Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan)

  

Cost-Volume-Profit Analysis

(Aplikasi pada Pelayanan Kesehatan)

  

Ade Heryana, SSt, MKM

Dosen Prodi Kesmas Universitas Esa Unggul Jakarta

TUJUAN PEMBELAJARAN 1.

  Memahami pengertian Cost-Volumee-Profit Analysis 2. Memahami fungsi dari CVP Analysis 3. Memahami teknik-teknik analisis biaya dengan menggunakan CVP Analysis serta asumsi- asumsi yang dipakai

  PENDAHULUAN Saat terjadi krisis moneter menjelang reformasi tahun 1998 terjadi kenaikan harga

berbagai produk dan jasa di Indonesia, tidak terkecuali harga obat. Rata-rata harga obat naik 2-

  

3 kali lipat terutama harga obat-obat yang bahan bakunya impor. Kenaikan harga tersebut

disebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Penulis yang saat tahun 1998

tersebut bekerja di sebuah apotik swasta di Jakarta, hampir setiap minggu menaikkan harga

obat. Bahkan dalam sebulan, salah satu merk obat dari perusahaan farmasi asing ternama naik

sampai tiga kali, mengikuti kenaikan harga dollar AS.

  Pada kondisi seperti di atas, manajemen apotik tentu saja ingin mengetahui tingkat

laba/profit yang dihasilkan akibat perubahan harga tersebut. Teori permintaan ekonomi

menyatakan permintaan terhadap satu komoditas barang akan menurun, jika harga meningkat.

Kenaikan harga obat akibat krisis ekonomi tentu saja mengakibatkan permintaan terhadap obat-

obatan menurun. Penurunan permintaan menyebabkan omzet penjualan menurun dan berakibat

pada menurunnya laba. Kondisi ekonomi saat ini turut mempengaruhi perubahan permintaan

pelayanan kesehatan seperti kenaikan harga BBM, kenaikan pajak, pemberlakukan Jaminan

Kesehatan Nasional (BPJS), trend belanja secara digital (online service), kenaikan Upah

Minimum dan sebagainya.

  Pada artikel ini, penulis akan membahas salah satu analisis yang dapat dipakai untuk

mengetahui pengaruh penurunan penjualan (disebut volume) terhadap keuntungan atau aba

(disebut profit), serta implikasinya terhadap biaya-biaya yang harus dikeluarkan (disebut cost).

Sehingga analisis ini sering disebut dengan Cost-Volume-Profit Analysis.

DEFINISI DAN PENGERTIAN

  Horngren, Datar, dan Rajan (2015) menyatakan “managers use Cost-Volume-Profit

(CVP) analysis to study the behavior of and relationship among these elements as changes

occur in the number of units sold, the selling price, the variable cost per unit, or the fixed costs

of a product”. Dengan demikian dalam CVP analysis ada empat komponen yang dianalisis

karena adanya perubahan-perubahan akibat kondisi ekonomi, yakni: 1.

  Profit yaitu tingkat keuntungan 2. Number of unit sold yaitu jumlah produk/jasa yang dapat terjual 3. Selling price yaitu harga jual produk/jasa, dan 4. Variable cost dan fixed cost

FUNGSI DAN ASUMSI-ASUMSI DALAM CVP ANALYSIS

  Cost-Volume-Profit Analysis memiliki berbagai macam fungsi analisis dan

perhitungan yang berguna bagi manajer perusahaan dalam pengambilan keputusan. Pada

artikel ini akan disajikan pengertian dan contoh perhitungan dari fungsi CVP analysis, yang

meliputi: a.

  Menentukan Contribution Margin b.

  Menentukan Operating Income c. Menentukan titik impas penjualan (Break Even Point atau BEP) d.

  Menentukan jumlah unit dijual dengan operating income (Profit) tertentu e. Menganalisis pengaruh pajak pendapatan f. Menganalisis pengaruh biaya iklan g.

  Menganalisis pengaruh kenaikan/penurunan harga h. Menentukan harga jual yang menguntungkan i. Melakukan analisa sensitivitas j. Menentukan struktur biaya tetap dan biaya variabel k.

  Menentukan operating leverage l. Menentukan margin of safety Dalam melakukan CVP analysis, terdapat beberapa asumsi yang harus terpenuhi agar menghasilkan analisis yang berguna, yaitu: a.

  

Perubahan yang terjadi pada pendapatan dan biaya terjadi karena adanya perubahan unit

produk/jasa yang dihasilkan. Sehingga CVP analysis tidak mengakui perubahan pendapatan karena faktor-faktor di luar produksi/operasional untuk menghasilkan produk/jasa, seperti: pendapatan di luar usaha (retribusi, sewa ruangan di rumah sakit, dan sebagainya) b.

Komponen biaya dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

  Artinya CVP analysis hanya mengakui biaya sesuai dengan perilakunya terhadap produk/jasa yang dihasilkan. Jika besarnya proporsional dengan unit yang dihasilkan maka disebut biaya variabel, jika tidak proporsional atau tidak mengalami perubahan pada periode tertentu disebut dengan biaya tetap. Dengan demikian, pada CVP analysis harus dilakukan pemisahan antara biaya tetap dengan biaya variabel.

  c.

  

Ketika digambarkan pada suatu grafik, garis total pendapatan dengan garis total biaya

bersifat linier atau searah yang disebabkan oleh perubahan unit produk/jasa.

  d.

  

Harga produk/jasa, biaya variabel per unit dan total biaya tetap, nilainya diketahui dan

konstan pada periode waktu tertentu.

MENENTUKAN CONTRIBUTION MARGIN

  Dalam CVP analysis terdapat satu konsep yang perlu dipahami yaitu contribution

margin atau marjin kontribusi. Contribution margin adalah selisih antara total revenues (total

pendapatan) dengan total variable cost (total biaya biaya variabel), atau

  = − (1)

  

Dengan demikian contribution margin merupakan jumlah pendapatan yang dapat menutupi

biaya tetap. Sedangkan contribution margin per unit (marjin kontribusi per unit) adalah selisih

antara selling price (harga jual) dengan variable cost per unit (biaya variabel per unit), atau

  = − (2)

  

Selain dinyatakan dalam bentuk moneter (rupiah), contribution margin dapat pula dinyatakan

dalam bentuk persentase yang merupakan perbandingan antara contribution margin terhadap

revenues (pendapatan penjualan), atau

  (3) % = Persentase contribution margin = (contribution margin/revenues) x 100% = (Rp 3.200.000 / Rp 8.000.000) x 100% = 40%

  Contoh Soal-1 (Contribution Margin)

  Setelah lulus sarjana kesehatan masyarakat, Emi memutuskan membuka bisnis toko buku kesehatan. Ia mengawali bisnisnya dengan menjual paket buku tutorial senam sehat dan DVD senam sehat seharga Rp 120.000,- per paket. Sesuai perjanjian jika ada paket yang tidak terjual bisa dikembalikan ke penerbit dengan uang pengganti full Rp 120.000,- per paket. Agar paket buku yang dijual laku, ia mengikuti pameran yang diadakan sebuah instansi pemerintah dengan harga 200.000 per paket, dan harus membayar sewa booth pameran seharga Rp 2.000.000,-. Pertanyaan: 1.

  Jika Emi menjual 5 paket buku, berapakah: a.

  Contribution margin b.

  Contribution per unit c. Persentase contribution margin (%) 2. Jika Emi menjual 40 paket, berapakah: a.

  C ontribution margin b.

  Contribution per unit c. Persentase contribution margin (%) 3. Berapa minimal paket yang harus Emi jual supaya mencapai titik impas?

  Jawab: Dari soal diketahui bahwa:

  • Biaya pembeian paket buku = Rp 120.000 per paket (biaya variabel)
  • Harga jual paket buku (selling price) = Rp 200.000 per paket
  • Biaya sewa booth pameran = Rp 2.000.000,- (biaya tetap) 1.
    • – total variable costs = (5 x Rp 200.000)
    • – (5 x Rp 120.000) = Rp 1.000
    • – Rp 600.000 = Rp 400.000,- b.
    • – variabel cost per unit = Rp 200.000
    • – Rp 120.000 = Rp 80.000 per unit c.
    • >– total variable costs = (40 x Rp 200.000)
    • – (40 x Rp 120.000) = Rp 8.000
    • – Rp 4.800.000 = Rp 3.200.000,- b.
    • – variabel cost per unit = Rp 200.000
    • – Rp 120.000 = Rp 80.000 per unit c.

  Jika menjual hanya 5 paket buku, maka: a.

  Contribution margin = total revenues

  Contribution margin per unit = selling price

  Persentase contribution margin = (contribution margin/revenues) x 100% = (Rp 400.000 / Rp 1.000.000) x 100% = 40% 2.

  Jika mampu menjual sampai 40 paket buku, maka: a.

  Contribution margin = total revenues

  Contribution margin per unit = selling price

  3. Untuk mencapai titik impas, maka contribution margin = fixed costs, dan dapat diselesaikan menggunakan dua cara yaitu matematis dan menggunakan speadsheet excel.

  a.

  Pendekatan matematis Jika jumlah titik impas dinyatakan dengan Q Contribution margin = fixed costs, atau Total variabel revenues

  • – Total variable costs = fixed costs (200.000 x Q)
  • – (120.000 x Q) = 2.000.000 200.
  • – 120.000Q = 2.000.000 80.000Q = 2.000.000 Q = 25 b.

  Spreadsheet excel Jadi titik impas = 25 paket, atau Emi sebaiknya menjual minimal 25 paket.

MENENTUKAN OPERATING INCOME

  Pada contoh soal di atas terdapat komponen pendapatan yang dapat dihitung dari CVP

analysis yaitu operating income yang merupakan selisih antara contribution margin dengan

fixed costs (biaya tetap) disebut dengan operating income, dengan formula:

  (4) = −

  Untuk menentukan operating income dapat pula diperluas dengan menggunakan

komponen-komponen dari Cost-Volume-Profit analysis terdiri dari tujuh jenis entitas yaitu:

1. Harga jual (selling price) 2.

  Jumlah unit yang terjual (quantity of units sold) 3. Total biaya variabel (total varible costs) 4. Biaya varibel per unit (variable costs per unit) 5. Total biaya tetap (total fixed costs) 6. Pendapatan operasional (operating income) 7. Marjin kontribusi (margin contribution) dan marjin kontribusi per unit (contribution margin per unit) .

  

Berdasarkan jenis-jenis komponen di atas, operating income dapat dihitung menggunakan tiga

metode yaitu 1) metode persamaan matematik; 2) metode marjin kontribusi; dan 3) metode

grafik.

  Pendekatan Persamaan Matematis Metode persamaan matematis didasarkan pada hubungan atau formula-formula dalam

perhitungan pendapatan operasional (operating income) dan marjin kontribusi (contribution

margin) sebagai berikut:

  = − = −

  Sehingga berdasarkan persamaan di atas

  = − − (5)

  Sementara itu revenues dan variable costs dihitung dengan formula sebagai berikut:

  = ( ) ( ) (6) (7)

  = ( ) ( )

  

Dengan demikian operating income dengan pendekatan persamaan matematis, dapat dihitung

dengan formula berikut:

  (8) = [( ) − ( ) × ( )] −

  ) × (

  Pendekatan Marjin Kontribusi Sementara itu pada pendekatan Marjin Kontribusi, menghitung operating income berdasarkan formula 8 di atas, sehingga:

  = [( ) − ( ) × ( )] − ) × (

  (9) = [( ) × ( )] −

  Contoh soal-2 (Menghitung Operating Income, pendekatan matematis & marjin kontribusi)

  Menggunakan contoh soal-1 di atas, tentukan operating income dengan menggunakan pendekatan matematis dan pendekatan marjin kontribusi jika unit yang terjual adalah sebayak 40. Jawab: a.

  Pendekatan matematis, dengan formula sebagai berikut: . . = [( ) − ( ) × ( )] −

  ) × ( Operating income = [(200.000)x(40) - (120.000)x(40)] - 2.000.000

  = [8.000.000

  • – 4.800.000] – 2.000.000 = 1.200.000 b.

  Pendekatan marjin kontribusi dengan formula sebagai berikut: = [( ) × ( )] − Operating income = (80.000 x 40)

  • – 2.000.000 = 1.200.000

  Pendekatan Grafis Pendekatan grafis menggukan diagram kartesian sumbu X dan Y. Sumbu X

merepresentasikan jumlah unit produk/jasa yang dijual (quantity of units sold) dan sumbu Y

merepresentasikan nilai rupiah dari biaya atau pendapatan. Sebelum nilai-nilai tersebut

dipetakan pada diagram, maka sebaiknya dibuat tabel terlebih dahulu yang mewakili nilai X

dan Y. Perhatikan contoh soal berikut.

  Contoh soal-3 (Menghitung Operating Income, Pendekatan Grafis)

  Menggunakan contoh soal-1 tentukan hubungan antar biaya dan pendapatan dengan menggunakan pendekatan grafik. Jawab:

  Pertama dilakukan penyusunan tabel hubungan antara jumlah unit terjual (sel A) dengan seluruh biaya dan pendapatan (sel B s/d I), sebagai berikut: Keterangan: Sel A, B, D, dan F merupakan nilai konstanta Sel C = A x B Sel E = A x D Sel G = C + F Sel H = E

  • – C Sel I = E – G atau H – F Kedua, melakukan plotting nilai pada tabel menjadi grafik

MENENTUKAN TITIK IMPAS (BREAK EVEN POINT)

  Break Even Point (BEP) atau Titik Impas adalah jumlah produk/jasa yang dijual yang

menyebabkan total pendapatan sama dengan total biaya, atau yang menyebabkan profit sama

dengan 0 (nol). Dengan menggunakan contoh di atas dan formula (8) dan (9), maka kondisi

BEP jika:

  0 = [( ) × (

  ) − ( ) × ( )] − (10) 0 = [( ) × ( )] −

  (11)

  Contoh soal-4 (Menghitung Break Even Point)

  Menggunakan contoh soal-1 di atas, tentukan titik Break Even Point (dalam unit dan rupiah) dengan menggunakan pendekatan matematis dan pendekatan marjin kontribusi Jawab: a.

  Pendekatan matematis, dengan formula sebagai berikut: . . = [(

  ) × ( ) − ( ) × ( )] −

  = (200.000Q - 120.000Q) - 2.000.000 = 80.000Q

  • – 2.000.000 Q = 2.000.000 : 80.000

  = 25 Break even point dalam rupiah = 25 x Rp 200.000 = Rp 5.000.000 b. Pendekatan marjin kontribusi dengan formula sebagai berikut:

  = [( ) × ( )] − = (80.000 x Q)

  • – 2.000.000 = 80.000Q
  • – 2.000.000 Q = 2.000.000 : 80.000

  = 25

  

MENENTUKAN JUMLAH UNIT DIJUAL DENGAN OPERATING INCOME

(PROFIT) TERTENTU CVP analysis dapat pula digunakan untuk menentukan berapa jumlah produk/jasa yang dijual agar mencapai target profit/operating income yang diingikan perusahaan.

  Contoh soal-5 (Menghitung Jumlah Unit yang Dijual, dengan Profit tertentu)

  Menggunakan contoh soal-1 di atas, jika profit yang diharapkan adalah Rp 1.600.000,- maka tentukan jumlah paket buku yang harus terjual dengan menggunakan pendekatan matematis dan pendekatan marjin kontribusi Jawab: a.

  Pendekatan matematis, dengan formula sebagai berikut: . . = [(

  ) × ( ) − ( ) × ( )] −

  1.600.000 = (200.000Q - 120.000Q) - 2.000.000 1.600.000 = 80.000Q

  • – 2.000.000 80.000Q = 2.000.000 + 1.600.000 Q = 3.600.000 : 80.000

  = 45 Nilai penjualan dalam rupiah = 45 x Rp 200.000 = Rp 9.000.000 b. Pendekatan marjin kontribusi dengan formula sebagai berikut:

  = [( ) × ( )] − 1.600.000 = 80.000Q

  • – 2.000.000 80.000Q = 2.000.000 + 1.600.000 Q = 3.600.000 : 80.000

  = 45 Nilai penjualan dalam rupiah = 45 x Rp 200.000 = Rp 9.000.000

MENGANALISIS PENGARUH PAJAK PENDAPATAN

  Operating income yang dibahas pada sub bab sebelumnya pada dasarnya pendapatan

yang belum dikenakan pajak (income tax). Sehingga praktisi keuangan menyebut operating

income dengan EBIT atau Earning Before Income Tax atau Pendapatan sebelum dikenakan

pajak pendapatan. Dalam laporan akuntansi, perusahaan harus mengurangi profit yang

diperoleh dengan pajak pendapatan, menghasilkan pendapatan yang disebut dengan Net

Income atau Earning After Income Tax (EAIT). Sehingga net income dihitung dengan formula

sebagai berikut:

  = − (12)

  = × (13)

  Sehingga,

  = × (1 − ) (14)

  (15) =

  1−

Contoh soal-6 (Menentukan Operating income setelah dikurangi Pajak)

  Menggunakan contoh soal-4 di atas, tentukan operating income bila pendapatan setelah kena pajak Rp 960.000 (tax rate = 40%) dengan menggunakan pendekatan matematis. Jawab: Pendekatan matematis, dengan formula sebagai berikut:

  =

  1−

  Operating income = 960.000 : (1-0,40) = 960.000 : 0,60 = 1.600.000

MENGANALISIS PENGARUH BIAYA IKLAN

  Untuk meningkatkan penjualan, perusahaan menggunakan metode-metode dan teknik

periklanan yang tentunya membutuhkan biaya. Biaya ini disebut dengan advertise cost.

Penambahan biaya iklan menyebabkan ada perubahan pada produk/jasa yang harus dijual.

  Contoh soal-7 (Menganalisis Pengaruh Biaya Iklan)

  Berdasarkan contoh soal-1 jika Emi ditawarkan untuk mengiklankan paket buku dengan cara promosi melalui penyebaran brosur di pameran, dengan biaya sebesar Rp 500.000. Diharapkan penjualan ini dapat meningkatkan paket buku yang dijual sebesar 10% yaitu dari 40 paket menjadi 44 paket buku. Apakah Emi harus menerima tawaran tersebut? Jawab: Untuk menjawab pertanyaan di atas, dapat digunakan tabel CVP analysis berikut ini: Berdasarkan tabel di atas, bila Emi menyetujui penawaran untuk menyebar brosur pada acara pameran, maka akan menurunkan operating income dari Rp 1.200.000 menjadi Rp

  1.020.000,- meskipun dapat meningkatkan penjualan hingga 44 paket buku. Sehingga jika tujuan Emi adalah mencapai operating income yang semaksimal mungkin, maka tidak perlu dilakukan promosi.

MENGANALISIS PENGARUH KENAIKAN/PENURUNAN HARGA JUAL

  CVP analysis dapat juga menganalisis jika harga jual yang ditawarkan diturunkan atau

dinaikkan sesuai keinginan perusahaan. Perusahaan dapat pula memutuskan harga tidak

dinaikkan atau diturunkan.

  Contoh soal-8 (Menganalisis Pengaruh Perubahan Harga)

  Berdasarkan contoh soal-7 jika Emi memutuskan untuk tidak melakukan penyebaran brosur di pameran, namun menurunkan harga menjadi Rp 175.000. Diharapkan penjualan ini dapat meningkatkan paket buku dari 40 paket menjadi 50 paket buku. Apakah sebaiknya Emi tetap menurunkan harga jual paket buku? Jawab: Untuk menjawab pertanyaan di atas, dapat digunakan tabel CVP analysis berikut ini: Berdasarkan tabel di atas, bila Emi mengurani harga jual dari 200.000 menjadi 175.000, maka akan menurunkan operating income dari Rp 1.200.000 menjadi Rp 750.000,- meskipun dapat meningkatkan penjualan hingga 50 paket buku. Sehingga jika tujuan Emi adalah mencapai operating income yang semaksimal mungkin, maka tidak perlu dilakukan penurunan harga paket buku.

MENENTUKAN HARGA JUAL YANG MENGUNTUNGKAN

  CVP analysis dapat membantu manajemen dalam menentukan harga jual produk/jasa

pada kondisi yang diinginkan. Misalnya pada kondisi kunjungan pasien rata-rata 100 per bulan

  

dan target pendapatan yang dinginkan per bulan adalah Rp 50.000.000,- berapa harga minimal

pelayanan dokter umum yang harus ditetapkan?.

  Contoh soal-9 (Menentukan Harga Jual)

  Berdasarkan contoh soal-1 jika Emi mentargetkan penjualan sebanyak 50 paket buku dengan target operating income adalah Rp 1.200.000,-, berapa harga jual minimal yang harus ditetapkan oleh Emi? Jawab: Target operating income = Rp 1.200.000,- Biaya tetap = Rp 2.000.000,- + Marjin kontribusi = Rp 3.200.000,- Dibagi Target jumlah penjualan = 50 unit Target marjin kontribusi per paket = Rp 64.000,- Biaya variabel per unit = Rp 120.000,- + Harga jual yang ditetapkan = Rp 184.000,- Dengan demikian, harga jual ditetapkan minimal Rp 184.000,- untuk mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1.200.000,- dengan menjual 50 paket buku

MELAKUKAN SENSITIVITY ANALYSIS

  Salah satu teknik dalam CVP analysis yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan

oleh manajemen adalah sensitivity analysis atau analisa sensitivitas. Sensitivity analysis

merupakan teknik untuk menentukan berapa hasil/outcome (misalnya operating income) yang

diperoleh jika target input (misalnya jumlah penjualan) tidak tercapai, atau kebalikannya.

Disebut juga dengan “what-if” technique.

  Untuk menjalankan teknik analisas sentivitas membutuhkan bantuan spreadsheet

microsoft excel untuk mempermudah perhitungan yang berulang-ulang. Lihat contoh soal

berikut.

  Contoh soal-10 (Sensitivity Analysis)

  Setelah lulus sarjana kesehatan masyarakat, Emi memutuskan membuka bisnis toko buku kesehatan. Ia mengawali bisnisnya dengan menjual paket buku tutorial senam sehat dan DVD senam sehat seharga Rp 120.000,- per paket. Sesuai perjanjian jika ada paket yang tidak terjual bisa dikembalikan ke penerbit dengan uang pengganti full Rp 120.000,- per paket. Agar paket buku yang dijual laku, ia mengikuti pameran yang diadakan sebuah instansi pemerintah dengan harga 200.000 per paket, dan harus membayar sewa booth pameran seharga Rp 2.000.000,-. Buatlah analisa sensitivitas terhadap titik Break Even Point dengan skenario jika: a.

  Biaya tetap meningkat dengan kelipatan 400.000 yaitu 2.000.000, 2.400.000, dan 2.800.000 (3 skenario) b. Biaya variabel dengan skenario pada Rp 100.000, Rp 120.000 dan Rp 150.000 per unit

  (3 skenario) c. Operating income pada pendapatan sebesar Rp 0, Rp 1.200.000, Rp 1.600.000 dan Rp

  2.000.000 (4 skenario) Jawab: Berdasarkan permasalahan di atas akan terdapat 36 skenario analisa sensitiftas (yaitu 3 x 3 x 4) yang akan dianalisis. Atau manajemen harus melakukan perhitungan titik BEP sebanyak 36 kali, dengan pasangan skenario sebagai berikut: Skenario-1 = Biaya tetap 2.000.000, Biaya variabel per unit Rp 100.000, dan Operating income Rp 0,- Skenario-2 = Biaya tetap 2.000.000, Biaya variabel per unit Rp 100.000, dan Operating income Rp 1.200.000,- Skenario-3 = Biaya tetap 2.000.000, Biaya variabel per unit Rp 100.000, dan Operating income Rp 1.600.000,- Skenario-4 = Biaya tetap 2.000.000, Biaya variabel per unit Rp 100.000, dan Operating income Rp 2.000.000,- Skenario-5 = Biaya tetap 2.000.000, Biaya variabel per unit Rp 120.000, dan Operating income Rp 0,- ............................ dan seterusnya sampai dengan Skenario-36= Biaya tetap 2.800.000, Biaya variabel per unit Rp 150.000, dan Operating income Rp 2.000.000,- Setiap skenario di atas dihitungan dengan bantuan tabel excel sebagai berikut: Berdasarkan tabel di atas, jika Emi ingin menjual paket buku dengan kondisi: a.

  Target pendapatan 0,- (BEP), Biaya tetap 2.000.000,- dan Biaya variabel per unit 100.000,- maka jumlah paket yang harus djual sebanyak 20 unit b. Target pendapatan 1.200.000,- Biaya tetap 2.000.000,- dan Biaya variabel per unit

  100.000,- maka jumlah paket yang harus djual sebanyak 32 unit c. Target pendapatan 1.600.000,- Biaya tetap 2.000.000,- dan Biaya variabel per unit

  100.000,- maka jumlah paket yang harus djual sebanyak 36 unit d. Target pendapatan 2.000.000,- Biaya tetap 2.000.000,- dan Biaya variabel per unit

  100.000,- maka jumlah paket yang harus djual sebanyak 40 unit Dan seterusnya.

MENENTUKAN STRUKTUR BIAYA TETAP DAN BIAYA VARIABEL

  Tabel analisa sensitivitas (lihat contoh soal-10 di atas), dapat digunakan manajemen

perusahaan untuk merencanakan biaya yaitu menentukan tingkat biaya tetap dan biaya variabel

dalam struktur biaya perusahaan. Dari tabel analisa sensitivitas terlihat ada 13 alternatif

komposisi biaya tetap dengan biaya variabel.

  Contoh soal-11 (Menentukan Struktur Biaya)

  Berdasarkan tabel analisa sensitivitas pada contoh soal-10, bandingkan dan analisis antara struktur biaya pada lajur ke-6 dan lajur ke-11, pada titik BEP dengan pendapatan 2.000.000,-. Jawab: Buat tabel perbandingan lajur-6 dan lajur-11 sebagai berikut:

  Jumlah unit yang terjual pada Alternatif Biaya tetap Biaya variabel operating income: Rp 0,- (BEP) Rp 2.000.000,-

  Lajur 6 2.000.000 120.000

  25

  50 Lajur 11 2.800.000 100.000

  28

  48 Berdasarkan tabel di atas, maka a. Jika target operating income Rp 0,- atau BEP maka struktur biaya pada lajur-6 yang dipilih karena jumlah unit paket buku yang harus dijual lebih sedikit (25 < 28) b.

  Jika target operating income Rp 2.000.000,- maka struktur biaya pada lajur-11 yang dipilih karena jumlah unit paket buku yang harus dijual lebih sedikit (48 < 50)

MENENTUKAN OPERATING LEVERAGE

  Operating leveraging adalah besarnya pengaruh perubahan marjin kontribusi terhadap

operating income. Semakin tinggi nilai operating leverage maka semakin baik, karena

perusahaan semakin baik dalam mendayagunakan (leveraging) biaya tetap untuk menghasilkan

pendapatan. Perusahaan yang memerlukan tenaga kerja banyak sehingga biaya variabel per

  

unit tinggi dan biaya tetap rendah, memiliki operating leverage yang rendah (Kiney & Ralborn,

2011).

  Perhitungan operating leverage atau degree of operating leverage (DOL menggunakan formula sebagai berikut:

  (16) =

  Contoh soal-12 (Menghitung Operating Leverage)

  Berdasarkan tabel analisa sensitivitas pada contoh soal-10 di atas, hitunglah operating leverage pada tingkat pendapatan Rp 1.600.000 dengan biaya tetap 2.000.000 dan target penjualan 40 paket bukut. Jawab: Karena soal di atas meminta untuk menganalisis struktur biaya dengan pendapatan 1.600.000 dan biaya tetap 2.000.000 maka lajur yang dipilih dari tabel pada contoh soal- 10 adalah lajur 5, 6 dan 7. Sehingga dapat dibuat tabel sebagai berikut:

  Alternatif Biaya Biaya/Pendapatan

  Lajur-5 Lajur-6 Lajur-7 1. 100.000 80.000 50.000 Marjin kontribusi per unit

  2. 4.000.000 3.200.000 2.000.000 Marjin kontribusi

  3. 1.600.000 1.600.000 1.600.000 Operating income

  4. 40/16 = 2,50 32/16 = 2,00 20/16 = 1,25 Operating leverage

  Keterangan=

  1. Marjin kontribusi per unit = harga jual per unit

  • – harga variabel per unit

  2. Marjin kontribusi = marjin kontribusi per unit x jumlah unit yang dijual

  3. Operating leverage = marjin kontribusi/operating income Dari tabel terlihat bahwa alternatif lajur ke-5 memberikan operating leverage paling tinggi.

MENENTUKAN MARGIN OF SAFETY

  Margin safety (dalam rupiah) merupakan selisih nilai rupiah antara

revenues /pendapatan (baik yang dianggarkan maupun aktual) dengan breakeven/titik impas

pendapatan. Sedangkan margin safety (dalam unit) merupakan selisih antara jumlah unit

penjualan (baik yang dianggarkan maupun aktual) terhadap jumlah unit breakeven/titik impas.

Secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut:

  (17) ( ℎ) = ( ) − ( ) = ( ) − (18)

  ( ℎ)

  (19) (%) = × 100%

  ( )

  Contoh soal-13 (Menghitung Margin of Safety)

  Setelah lulus sarjana kesehatan masyarakat, Emi memutuskan membuka bisnis toko buku kesehatan. Ia mengawali bisnisnya dengan menjual paket buku tutorial senam sehat dan DVD senam sehat seharga Rp 120.000,- per paket. Sesuai perjanjian jika ada paket yang tidak terjual bisa dikembalikan ke penerbit dengan uang pengganti full Rp 120.000,- per paket. Agar paket buku yang dijual laku, ia mengikuti pameran yang diadakan sebuah instansi pemerintah dengan harga 200.000 per paket, dan harus membayar sewa booth pameran seharga Rp 2.000.000,-. Emi menargetkan jumlah paket terjual adalah 40 unit. Tentukan: 1.

  Breakeven point dalam rupiah dan unit 2. Margin of safety dalam rupiah, unit, dan persentase

  Jawab: 1.

  Dengan pendekatan matematis, maka Breakeven point adalah . . = [(

  ) × ( ) − ( ) × ( )] −

  = (200.000Q - 120.000Q) - 2.000.000 = 80.000Q

  • – 2.000.000 Q = 2.000.000 : 80.000

  = 25 Break even point dalam rupiah = 25 x Rp 200.000 = Rp 5.000.000 2. Margin safety, dengan formula (17), (18), dan (19) diperoleh

  ( ℎ) = ( ) − Margin of Safety (Rupiah) = (40 x 200.000)

  • – 5.000.000 = 8.000.000
  • – 5.000.000 = 3.000.000

  ( ) = ( ) − Margin of Safety (Rupiah) = 40

  • – 25 = 15 unit paket buku

  (%) =

  ( ℎ) ( )

  × 100% Margin of safety (%) = (3.000.000 / 8.000.000) x 100% = 37,5% Hal ini berarti dengan target penjualan 40 paket buku, Emi memilki tingkat keamanan penjualan sebesar 37,5% atau Rp 3.000.000 atau 15 paket buku, jika penjualan yang dianggarkan mengalami penurunan hingga mencapai breakeven atau mencapai pendapatan = Rp 0,-

CVP ANALYSIS PADA DUA PRODUK ATAU LEBIH

  Penjelasan dan contoh perhitungan di atas dilakukan untuk produk tunggal atau

produk/jasa yang dijual hanya satu macam. Bagaimana jika perusahaan menjual mixed product

yaitu menghasilkan pendapatan dari dua atau lebih produk? Menghitung Operating Income Mixed Product

  Dalam menghitung operating income dari penjualan mixed product, prinsipnya adalah: a. Menentukan pendapatan dan biaya variabel kedua produk b.

  Menentukan marjin kontribusi c. Menentukan operating income (marjin kontribusi – biaya tetap) Perhatikan contoh soal berikut

  

Contoh soal-14 (Menentukan Operating Income pada Mixed Product)

  Setelah menikuti pameran untuk menjual paket buku tutorial senam sehat dan DVD senam sehat seharga Rp 120.000,- per paket dengan harga 200.000 per paket, Emi memutuskan untuk mengikuti pameran bulan depan dengan produk lainnya yaitu kaos senam seharga Rp 100.000 yang dibeli dari toko grosir seharga Rp 70.000 per kaos. Untuk itu ia harus membayar sewa booth dengan ukuran yang lebih besar seharga Rp 4.500.000,-. Adapun target penjualan paket buku & CD adalah 60 unit sedangkan target kaos senam adalah 40 unit.

  Pertanyaan: Berapa Operating Income yang diperoleh? Jawab: Dari soal diperoleh informasi: a.

  Biaya tetap = 4.500.000 (sewa booth) b.

  Paket Buku dan CD senam

  • Harga jual = Rp 200.000 per paket
  • Biaya variabe per unit = Rp 120.000 per paket
  • Target penjualan = 60 unit c.

  Kaos senam

  • Harga jual = Rp 100.000 per kaos
  • Biaya variabel per unit = Rp 70.000 per kaos
  • Target penjualan = 40 unit Buat tabel perhitungan sebagai berikut:

  Pendapatan/Biaya Paket buku & Kaos senam Total CD

  Target penjualan

  60 40 100 Pendapatan penjualan 12.000.000 4.000.000 16.000.000 Total biaya variabel 7.200.000 2.800.000 10.000.000 Marjin kontribusi 4.800.000 1.200.000 6.000.000 Biaya tetap

  4.500.000 Operating income 1.500.000

  Keterangan:

  a. Pendapatan penjualan = target penjualan x harga jual

  

b. Total biaya variabel = target penjualan x biaya variabel per unit

  c. Marjin kontribusi = target penjualan x (harga jual – biaya variabel per unit) Dengan demikian operating income yang akan dihasilkan alah Rp 1.500.000,-

  Menentukan Break Even Point pada Mixed Product Untuk menentukan titik impas (BEP) pada penjualan dua produk/jasa atau lebih maka langkah-langkah yang dilakukan adalah:

  1. Menentukan rasio terkecil jumlah unit yang akan dijual antara dua produk atau lebih, yang disebut dengan bundle atau komposisi produk

2. Menentukan total marjin kontribusi bundle 3.

  = (20) 4.

  Menentukan titik impas (BEP) masing-masing produk dalam unit 5. Menentukan titik impas (BEP) masing-masing produk dalam rupiah Perhatikan contoh soal berikut,

  Contoh soal-15 (Menentukan BEP pada Mixed Product)

  Menentukan titik impas (BEP) bundle, dengan formula:

  Tentukan rasio

  

bundle atau komposisi produk terkecil

  Target penjualan paket buku & CD senam = 60 unit Target penjualan kaos senam = 40 unit Rasio bundle = 60 : 40 atau 3 : 2 2.

  Tentukan marjin kontribusi per

  

bundle

Produk Jumlah produk pada tiap bundle Marjin kontribusi per produk Marjin kontribusi per bundle

  Paket Buku & CD senam 3 80.000 240.000 Kaos senam 2 30.000 60.000 Total

  300.000

  Dengan demikian total marjin kontribusi komposisi produk = Rp 300.000,-

  Sesuai dengan contoh soal-13 di atas, tentukan titik impas (BEP) penjualan paket buku dan kaos senam ! Jawab: 1.

3. Tentukan BEP komposisi produk, menggunakan rumus berikut:

  = BEP bundle = 4.500.000 / 300.000 = 15 bundle 4.

  Tentukan BEP masing-masing produk dalam unit:

  a. = 15 bundle x 3 unit per bundle = 45 unit BEP paket buku dan CD senam

  bundle

  b. = 15 x 2 unit per bundle = 30 unit + BEP paket kaos senam

  Total Break Even Point dalam Unit = 75 unit 5. Tentukan BEP masing-masing produk dalam rupiah:

  a. = 45 unit x Rp 200.000 = Rp 9.000.000 BEP paket buku dan CD senam

  b. = 30 unit x Rp 100.000 = Rp 3.000.000 + BEP paket kaos senam

  Total Break Even Point dalam Rupiah = Rp 12.000.000

APLIKASI CVP ANALYSIS PADA PELAYANAN KESEHATAN

  Seluruh contoh soal di atas menggunakan kasus penjualan produk atau pada perusahaan

perdagangan. Bagaimana dengan pelayanan kesehatan? Untuk mengaplikasilan CVP analysis

pada pelayanan kesehatan, maka harus ditentukan terlebih dahulu ukuran jasa yang dihasilkan.

Misalnya: a.

  Layanan poliklinik rawat jalan = jumlah kunjungan pasien per hari

  b. = jumlah hari rawat inap Layanan rawat inap c. = jumlah resep yang dilayani per hari Layanan farmasi d. = jumlah eksposur per hari Layanan radiologi e. = jumlah sampel per hari Layanan laboratorium klinik f. = jumlah berkas klaim per bulan Layanan klaim BPJS g.

  Dan sebagainya Berikut adalah contoh penerapan CVP analysis pada instansi pemerintah yang tidak

mencari profit (not-for-profit organization), sehingga dalam menentukan jumlah jasa yang

dilayani bisa menggunakan prinsip BEP yaitu operating income yang dihasilkan sebesar Rp 0.

  Contoh soal-16 (Dinas Kesehatan, Program jamban sehat, BEP)

  Dinas Kesehatan kabupaten A mendapat anggaran sebesar Rp 900.000.000 setahun dalam rangka program pembuatan jamban sehat di setiap desa. Setiap desa dibiayai sebesar Rp 5.000.000,- untuk membuat jamban sehat. Untuk menjalankan program ini Dinas Kesehatan menganggarkan biaya administrasi dan honor tenaga lapangan Rp 270.000.000,- selama satu tahun.

  Pertanyaan: 1.

  Berapakah jumlah jamban sehat yang dapat dihasilkan dalam setahun dengan jumlah anggaran tersebut?

  2. Jika pada tahun berikutnya ada penurunan anggaran sebesar 15%, berapa jumlah jamban sehat yang dapat dikerjakan?

3. Apakah penurunan anggaran bersifat proporsional terhadap penurunan jumlah jamban sehat yang dapat dikerjakan? Jika tidak, berikan alasannya.

  Jawab: Dari soal diperoleh informasi:

  • Anggaran dianggap sebagai pendapatan/revenues Rp 900.000.000,-
  • Biaya variabel per jamban sehat Rp 5.000.000,-
  • Biaya tetap sebagai biaya admin dan honor tenaga lapangan Rp 270.000.000,- 1.

  Permasalahan di atas mirip dengan menentukan titik impas, karena instansi pemerintah tidak mencari keuntungan melainkan mengoptimalkan aggaran atau operating income = 0. Sehingga dengan formula BEP, jumlah jamban yang dapat dihasilkan adalah: Operating income = revenues

  • – variable costs – fixed costs 0 = 900.000.000
  • – 5.000.000Q – 270.000.000 5.000.000Q = 630.000.000,-

  Q = 630.000.000,- : 5.000.000,- = 126 jamban sehat Dengan demikian, jumlah jamban sehat yang dapat dikerjakan adalah 126 unit.

  2. Jika anggaran pada tahun berikutnya akan dikurangi sebesar 15% maka anggaran baru program jamban sehat menjadi = 900.000.000 x (1-0,15) = 765.000.000 Dengan formula BEP, jumlah jamban sehat yang dapat dikerjakan adalah Operating income = revenues

  • – variable costs – fixed costs 0 = 765.000.000
  • – 5.000.000Q – 270.000.000 5.000.000Q = 495.000.000,-

  Q = 495.000.000,- : 5.000.000,- = 99 jamban sehat

  Dengan demikian, jumlah jamban sehat yang dapat dikerjakan setelah anggaran dikurangi sebesar 15% adalah 99 unit.

  3. Anggaran turun sebesar 15%, sementara penurunan jumlah jamban sehat yang dapat dikerjakan adalah (126-99)/126 = 0,214 atau 21,4%. Penurunan tidak proporsional karena meskipun anggaran diturunkan 15%, jumlah biaya tetap tidak mengalami penurunan, sehingga masih menanggung biaya tetap yang sama. Kemudian contoh berikut adalah bagaimana sebuah klinik rawat jalan menentukan titik

impas, menentukan jumlah kunjungan pasien pada tingkat pendapatan tertentu, dan

menganalisis jumah kunjungan pasien jika harga pelayanan diturunkan.

  Contoh soal-17 (Klinik Rawat Jalan, BEP, Operating income, Pengaruh harga)

  Klinik rawat jalan XYZ pada awal pembukaan menetapkan harga pelayanan pemeriksaan oleh dokter umum sebesar Rp 90.000,- dengan biaya variabel per pasien adalah Rp 20.000,- Dalam sebulan biaya tetap yang dikeluarkan oleh klinik sebesar Rp 14.000.000,- (biaya gaji, sewa, dan sebagainya). Pertanyaan: 1.

  Hitunglah titik impas (BEP) layanan dokter umum 2. Jika target operating income adalah Rp 7.000.000,-, berapa minimal jumlah pasien yang harus dilayani?

  3. Jika harga pelayanan diturunkan menjadi Rp 50.000, per pasien berapa BEP, dan jumlah pasien yang harus dilayani supaya mencapai profit/operating income Rp 7.000.000,-? Jawab: Informasi yang diperoleh dari soal di atas:

  • Harga jual Rp 90.000,-
  • Biaya variabel per unit Rp 20.000,-
  • Biaya tetap Rp 14.000.000,- 1.

  BEP jika operating income = 0, maka Operating income = revenues

  • – variable costs – fixed costs 0 = 90.000Q
  • – 20.000Q – 14.000.000 70.000Q = 14.000.000,-

  Q = 14.000.000,- : 70.000,- = 200 pasien 2. Jika target operating income = 7.000.000,- maka

  Operating income = revenues

  • – variable costs – fixed costs 7.000.000 = 90.000Q
  • – 20.000Q – 14.000.000 70.000Q = 14.000.000 + 7.000.000

  Q = 21.000.000 : 70.000,- = 300 pasien 3. Jika harga turun menjadi 50.000 maka, a.

  Breakeven Point (BEP) Operating income = revenues

  • – variable costs – fixed costs 0 = 50.000Q
  • – 20.000Q – 14.000.000 30.000Q = 14.000.000

  Q = 14.000.000 : 30.000,- = 467 pasien b. Operating income = 7.000.000

  Operating income = revenues

  • – variable costs – fixed costs 7.000.000 = 50.000Q
  • – 20.000Q – 14.000.000 30.000Q = 14.000.000 + 7.000.000

  Q = 21.000.000 : 30.000,- = 700 pasien

  KESIMPULAN Cost-Volume-Profit Analysis atau CVP Analysis merupakan alat pendukung keputusan

manajemen yang melakukan analisis terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya-

biaya selama perusahaan beroperasional. Perubahan tersebut berpengaruh terhadap jumlah

produk/jasa yang dihasilkan dan jumlah keuntungan perusahaan. Komponen-komponen

penting dalam CVP Analysis antara lain Harga jual produk/jasa (Selling price), Jumlah

produk/jasa yang dijual (Quantity of Unit Sold), Revenues (pendapatan), Total variable cost,

Fixed cost, Total Cost, dan Operating income.

  CVP Analysis digunakan untuk mengetahui: a. Besarnya Contribution Margin dan Operating Income b.

  

Jumlah penjualan pada kondisi titik impas penjualan (BEP) dan pada target operating

income (Profit) tertentu c.

  

Pengaruh pajak pendapatan, biaya iklan, dan kenaikan/penurunan harga terhadap jumlah

produk/jasa yang dijual d.

  Harga jual yang menguntungkan e. Analisa sensitivitas terhadap keputusan manajemen f. Struktur biaya tetap dan biaya variabel yang menguntungkan g.

  Tingkat operating leverage dan Margin of safety Terdapat asumsi-asumsi yang harus terpenuhi dalam CVP Analysis yaitu 1) pendapatan

diperoleh dari penjualan produk/jasa; 2) Biaya-biaya dapat dipisahkan menurut biaya tetap dan

biaya variabel; 3) Kenaikan pendapatan, total biaya, dan profit proporsional terhadap jumlah

produk/jasa yang dijual; dan 4) Parameter harga jual (selling price), biaya variabel per unit,

dan jumlah produk/jasa yang dijual diketahui.

DAFTAR ISTILAH

  Break Even Point Bundle Contribution margin Cost-Volume-Profit Analysis CVP Analysis Degree of Operating Leverage Earning After Income Tax Earning Before Income Tax Income Tax Margin of Safety Mixed product Net income Number of unit sold Operating income Operating leverage Profit Selling price Sensitivity analysis Titik impas What-If technique

LATIHAN SOAL 1.

  Isilah sel yang kosong pada tabel di bawah ini dengan benar.

  No Pendapatan Biaya Biaya tetap Total biaya Operating % Marjin variabel income kontribusi (profit)

  1. 800.000 1.200.000 1.000.000 2. 2.400.000 400.000 700.000 3. 900.000 500.000 900.000 4. 1.800.000 400.000 50% 2. Toko Obat Berijin pada tahun 2014 berhasil menjual 4.100 tube krim penghalus kulit dengan harga jual Rp 68.000 per tube. Biaya variabel yaitu harga beli krim dari distributor adalah Rp 60.000 per tube. Biaya tetap selama tahun 2014 tercatat Rp 164.000.000,- Hitunglah: a.

  Marjin kontribusi dan Operating income/profit b. Untuk meningkatkan pelayanan toko obat bermaksud membeli sistem informasi penjualan berbasis website sehingga menyebabkan biaya tetap meningkat menjadi Rp 240.000.000,- dan diharapkan biaya variabel turun menjadi Rp 54.000 per tube, hitunglah Marjin kontribusi dan operating income.

  c.

  Apakah toko obar sebaiknya tetap meng-install sistem informasi? Jelaskan jawaban Anda.

  3. Sebuah Rumah Sakit bermaksud membuka enam klinik satelit di 6 kota. Oleh manajer keuangan RS Anda diberikan data-data anggaran keuangan pada tahun pertama pembukaan satelit, sebagai berikut:  Pendapatan/revenues = Rp 10.400.000.000,-

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

IbM Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut Petani Kakao Kecamatan Bangsalsari

5 96 57