Hubungan antara persepsi terhadap pola asuh permisif dan perilaku konsumtif pada remaja putri - USD Repository

  

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH PERMISIF

DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi Disusun Oleh:

  Stefani Dwi Astuti 07 9114 005

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  Ther e's always gonna be anot her mount ain I'm always gonna wanna make it move Always gonna be an uphill bat t le Somet imes I'm gonna have t o lose Ain't about how f ast I get t her e Ain't about what 's wait ing on t he ot her side It 's t he climb...

  • - M iley Cyr us-

  Kar ya seder hana ini kuper sembahkan kepada: Yesus Kr ist us untuk semua war na kehidupan yang telah mewar nai kehidupanku.. Papa dan Mama unt uk set iap doa dan kasih sayang yang tak per nah ada habisnya, untaian kata pun t idak akan per nah bisa menggambar kan betapa ber unt ungnya aku memiliki kalian..

  

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH PERMISIF

DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI

Stefani Dwi Astuti

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi pola asuh permisif

dan perilaku konsumtif pada remaja putri. Hipotesis dari penelitian ini yaitu adanya hubungan

positif antara persepsi pola asuh permisif dan perilaku konsumtif pada remaja putri. Subyek dalam

penelitian ini berjumlah 58 orang dengan rentang usia 14 hingga 20 tahun yang bertempat tinggal

di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan dua alat ukur, yaitu skala pola asuh permisif dan skala

perilaku konsumtif. Skala persepsi pola asuh permisif memiliki koefisien reliabilitas alpha sebesar

0.919 sedangkan skala perilaku konsumtif memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0.959. Hasil

penelitian ini menghasilkan r sebesar 0.351 dan nilai p sebesar 0.004. Hal ini berarti persepsi pola

asuh permisif dan perilaku konsumtif pada remaja putri memiliki hubungan positif yang

signifikan.

  Kata kunci: Persepsi pola asuh permisif, perilaku konsumtif, remaja putri.

  

CORRELATION BETWEEN PERCEPTION PERMISSIVE PARENTING

AND CONSUMPTIVE BEHAVIOR AMONG FEMALE TEENAGERS

Stefani Dwi Astuti

ABSTRACT

  This research aims to investigate the correlation between perception permissive

parenting style and consumptive behavior among female teenagers. The hypothesis is that there

was positive relationship between perception permissive parenting and consumptive behavior

among female teenagers. Subjects involved in this research were 58 female teenagers from the age

of 14 up to 20. There were two measures used as the instruments of the research, i.e. the scale of

permissive parenting and consumptive behavior. The perception permissive parenting scale

showed that the alpha reliability coefficient was 0.919 and the coefficient of consumptive behavior

scale was 0.959. This research showed that the value of r was 0.351 and p was 0.004. It proved

that perception permissive parenting and consumptive behavior among female teenagers had

significantly positive correlation.

  Key words: perception permissive parenting, consumptive behavior, female teenagers

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu memberikan berkat dan kekuatan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan indah pada waktunya. Skripsi dengan judul “Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Permisif dan Perilaku Konsumtif pada Remaja Putri” ini merupakan salah satu persyaratan dalam mencapai tingkat Strata Satu (S1) pada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulisan skripsi ini mengalami berbagai hambatan, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak maka skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan.

  Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Ibu Titik Kristiyani, M.Si selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Ibu Agnes Indar Etikawati., M.Si., Psi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dari awal hingga akhir dan bersedia meluangkan waktu di sela-sela kesibukan mengurus putri kecilnya. Matur nuwun sanget nggih bu...

  4. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, M.Si selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih untuk masukan dan pengarahan selama penulis menyelesaikan perkuliahan.

  5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik dan mengajar penulis selama menempuh perkuliahan.

  6. Para staff dan karyawan Fakultas Psikologi, Mas Gandung dan Ibu Nani yang selalu siap membantu penulis dalam mengurus dan menyelesaikan urusan administrasi. Mas Doni dan Mas Muji yang juga selalu siap membantu penulis menyelesaikan urusan perkuliahan. Secara khusus untuk Pak Gie yang secara tidak langsung mengajarkan arti keikhlasan dan ketulusan melalui senyuman dan bantuan yang beliau berikan selama penulis menempuh perkuliahan.

  7. Pada Papa dan Mama tersayang, terimakasih untuk semua doa, kasih sayang, kesabaran, dan berjuta semangat yang telah diberikan kepada penulis hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Kehadiran kalian adalah berkat untuk hidupku.

  8. Pada mbak Maria Kristi dan Mas Banu yang sedang menantikan kehadiran anak pertamanya, terimakasih untuk semua semangat yang diberikan.

  9. Semua teman-teman yang membantu menyebarkan kuesioner, Risa, Ochak, Ines, Puti, Reno, Anin, dan Wahyu, terimakasih untuk semua bantuan tanpa kalian penelitian ini tidak akan berjalan dengan lancar.

  10. Kepada teman-teman yang bersedia mengisi kuesioner penelitian ini, membantu kelancaran penelitian ini dan tanpa kalian skripsi ini tidak akan terselesaikan.

  11. Mas Dian Brotie, yang bersedia meluangkan waktu dan tenaga untuk mengajari SPSS, thank you so much mas Brotie...

  12. Pada teman-teman seperjuangan, Sella, De’a, Visca, Nina, Lily, Dewi, Brian, Dody, Tino, Bambang dan Anton terimakasih untuk semua dukungan, keceriaan, kebersamaan maupun kekesalan yang telah kita lewati bersama, sangat beruntung bisa mengenal teman-teman seperti kalian. Keep our friendship yaa...

  13. Untuk Dita, Nidya, Ochak, Ines, dan Bella, terimakasih untuk semua canda tawa dan kekonyolan yang membuat betah berada di dekat kalian, dan pastinya untuk semangat yang kalian berikan sehingga penulis bisa melewati kegalauan-kegalauan terutama kegalauan skripsi, hehehe

  14. Kepada Mas Windra, Mas Wawan, Mba Devi, terimakasih untuk semua waktu yang selama ini kalian sediakan demi mendengarkan keluhkesah, menemani disaat-saat sulit, dan tentunya dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

  15. Untuk Patemoners, Frater Eko, mba Tissa, Bella, Pritha, Janu, Kawat, Radianto, Niko, Dini, Tika, Dion, dan semua anggota Patemon, terimakasih untuk semua kerjasama dan kebersamaan selama ini.

  Pertanyaan yang terlontar dari kalian, seperti “mba Fanoy kapan lulus?”, telah menjadi motivasi penulis untuk segera lulus. Salam Ardens In

  16. Untuk PSF Angels Voice, terimakasih untuk kesempatan bergabung menjadi satu keluarga, semoga suara malaikat kalian tetap berkumandang dan mengharumkan nama Fakultas maupun Universitas.

  17. Untuk penghuni kos Pelangi, Bapak dan Ibu Gatot selaku pemilik kos, Nani dan Ivon, terimakasih untuk kebersamaan yang telah membuat penulis betah dan nyaman berada di kos.

  18. Pada teman-teman Psikologi angkatan 2007, terimakasih untuk kebersamaan yang terasa singkat ini.

  19. Untuk semua orang dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu- persatu terimakasih untuk semua bantuan dan dukungan hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan-kekurangan, sehingga penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat diterima dan menjadi manfaat bagi yang membacanya.

  Yogyakarta, 18 Juni 2012 Penulis

  Stefani Dwi Astuti

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .............................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv

HALAMAN PERNYATAN KEASLIAN KARYA ........................................ v

ABSTRAK ......................................................................................................... vi

ABSTRACT ...................................................................................................... vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................ viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi

DAFTAR SKEMA ......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii

  BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................... 1 B. Rumusan Masalah................................................................. 8 C. Tujuan Penelitian ................................................................. 8 D. Manfaat Penelitian ............................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 11

  1. Definisi Perilaku Konsumtif ........................................... 11

  2. Faktor-faktor Perilaku Konsumtif ................................... 12

  3. Aspek-aspek Perilaku Konsumtif ..................................... 15

  B. Remaja Putri ........................................................................... 17

  1. Batasan Remaja ................................................................ 17

  2. Karakteristik Remaja Putri ............................................... 20

  3. Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri ......................... 23

  C. Persepsi terhadap Pola Asuh Permisif .................................. 24

  1. Pengertian Persepsi .......................................................... 24

  2. Pengertian dan Ragam Pola Asuh ................................... 25

  3. Pola Asuh Permisif .......................................................... 29

  4. Persepsi terhadap Pola Asuh Permisif ........................... 33

  D. Hubungan Persepsi terhadap Pola Asuh Permisif dan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri .............................................. 34

  E. Hipotesis ............................................................................... 37

  

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 39

A. Jenis Penelitian ...................................................................... 39 B. Identifikasi Variabel Penelitian ............................................ 39 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................. 39 D. Subyek Penelitian ................................................................. 41 E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ................................... 42 F. Pertanggungjawaban Mutu .................................................. 46

  2. Uji Reliabilitas ............................................................... 47

  3. Uji Daya Beda Item ....................................................... 48

  G. Teknik Analisis Data ........................................................... 50

  1. Uji Asumsi ..................................................................... 50

  2. Uji Hipotesis .................................................................. 51

  

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................... 52

A. Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 52 B. Hasil Penelitian....................................................................... 52

  1. Deskripsi Demografi Subyek Peneltian ......................... 52

  2. Uji Asumsi ..................................................................... 53

  3. Uji Hipotesis ................................................................... 54

  C. Pembahasan ......................................................................... 56

  

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 59

A. Kesimpulan .......................................................................... 59 B. Saran .................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 61

LAMPIRAN ..................................................................................................... 64

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1 Fitur-Fitur Pola Asuh (Berk, 2008) ............................................ 28 Tabel 2 Skor Butir Favorable .................................................................. 42 Tabel 3 Skor Butir Unfavorable ............................................................... 42 Tabel 4 Spesifikasi Item-item Skala Persepsi terhadap Pola Asuh Permisif

  ....................................................................................................... 44 Tabel 5 Spesifikasi Item-item Skala Perilaku Konsumtif ........................ 46 Tabel 6 Spesifikasi Item-item Skala Persepsi terhadap Pola Asuh Permisif

  Sebelum dan Sesudah Uji Coba .................................................. 49 Tabel 7 Spesifikasi Item-item Skala Perilaku Konsumtif Sebelum dan

  Sesudah Uji Coba ........................................................................ 50 Tabel 8 Data Demografi Subyek .............................................................. 53 Tabel 9 Hasil Uji Normalitas Sebaran ....................................................... 53 Tabel 10 Hasil Uji Linearitas Hubungan antar Variabel ............................ 54 Tabel 11 Hasil Uji Hipotesis ....................................................................... 55

DAFTAR SKEMA

  Skema 1 Hubungan Pola Asuh Permisif dalam Perkembangan dan Penyesuaian (Berk, 2008) ............................................................ 32

  Skema 2 Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Permisif dan Perilaku Konsumtif Remaja Putri ................................................ 38

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I

  Estimasi Reliabilitas dan Uji Seleksi Item Skala Persepsi terhadap Pola Asuh Permisif dan Skala Perilaku Konsimtif ................................................................................. 65

  

Lampiran II Uji Normalitas, Uji Linearitas, Uji Hipotesis .......................... 72

Lampiran III Skala Persepsi terhadap Pola Asuh Permisif dan Skala Perilaku

  Konsumtif ................................................................................ 75

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan-

  kebutuhan yang perlu untuk dipenuhi. Perkembangan jaman menyebabkan kebutuhan masyarakat ikut mengalami perkembangan. Hal ini mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi barang atau jasa demi terpenuhinya kebutuhannya tersebut. Namun, terkadang masyarakat tidak dapat membedakan mana yang perlu dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan dan mana yang hanya untuk memenuhi keinginan hawa nafsu semata.

  Oleh karena itu, saat masyarakat mengkonsumsi kebutuhan secara berlebihan dan lebih didasarkan oleh keinginan hawa nafsu semata maka ini akan menjadi dasar terjadinya perilaku konsumtif (Tambunan, 2010).

  Gaya hidup atau lebih dikenal dengan life style pun terkadang menjadi dasar utama seseorang mengkonsumsi sebuah produk. Didasari alasan untuk mengikuti perkembangan jaman, seseorang akan dengan mudah mengikuti keinginannya untuk mengkonsumsi suatu produk yang terkadang bukanlah kebutuhan utamanya. Di beberapa media, produsen mengemas sebuah produk dengan memberikan janji-janji kepada konsumen sehingga para konsumen dapat tertarik dengan produk yang mengikuti emosi mereka untuk mengkonsumsi produk tanpa memikirkan apakah produk tersebut memang sangat dibutuhkan atau tidak. Hal ini pulalah yang semakin mendorong masyarakat berperilaku konsumtif.

  Menurut Tambunan (2001), perilaku konsumtif merupakan perilaku konsumen yang menggunakan nilai uang melebihi nilai produksi yang sesungguhnya, atau dalam kata lain penggunaan uang secara berlebihan. Menurut Sarwono (1994), perilaku konsumtif dapat terjadi karena lebih didorong oleh faktor emosional daripada logika dan tidak didasari oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomis. Berdasarkan pengertian dan pendapat mengenai perilaku konsumtif tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif tersebut terjadi saat seseorang mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan dengan didorong oleh keinginan hawa nafsu saja tanpa adanya pertimbangan ekonomis.

  Perilaku konsumtif tersebut dapat melanda masyarakat diberbagai rentang usia. Salah satu sasaran para produsen dalam menawarkan produknya adalah para remaja. Dalam sebuah artikel online (Tambunan, 2001) menyebutkan bahwa salah satu pasar potensial para produsen adalah para remaja, hal ini dikarenakan pola konsumsi seseorang terbentuk saat usia remaja. Selain itu, remaja memiliki kecenderungan mudah terpengaruh terutama pada iklan suatu produk, cenderung mengikuti atau mengidentifikasi teman-temannya, tidak realistis, serta cenderung boros

  3 dimanfaatkan oleh para produsen untuk menjadikan para remaja sebagai target pasar.

  Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi dari masa kanak-kanak hingga menjadi dewasa. Pada proses transisi tersebut terjadi beberapa perubahan pada remaja dari perubahan fisik hingga kognitif (Santrock, 2002). Perubahan fisik pada remaja secara tidak langsung menyebabkan bertambahnya kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhinya, seperti dalam hal berpenampilan dan lain sebagainya. Di sisi lain, perkembangan kognitif pada remaja cenderung kurang realistis, sehingga saat memenuhi kebutuhan akan menimbulkan pemenuhan kebutuhan secara berlebihan yang dapat berujung pada perilaku konsumtif.

  Para remaja memasuki masa perkembangan dalam tahap mencari identitas. Tahap ini menunjukan ketertarikan remaja untuk mengetahui siapa dirinya, bagaimana dirinya serta ke mana tujuan hidupnya (Santrock, 2002). Pada masa mencari identitas ini para remaja cenderung menunjukkan keterlibatan dengan teman sebaya sehingga remaja cenderung melepaskan diri dari pengaruh orang tua atau orang dewasa. Remaja memiliki kecenderungan untuk mengikuti apa yang digemari teman sebayanya, dari jenis musik, gaya berpakaian, hingga pada gaya bicara. Hal ini bertujuan untuk menemukan identitasnya juga supaya diterima dan menjadi sama dengan lingkungannya. Di sisi lain, emosi remaja yang belum stabil dan dorongan-dorongan untuk mencoba hal baru

  4 mendorong para remaja menjadi mudah tergoda bujuk rayu iklan yang ditawarkan.

  Perilaku konsumtif lebih cenderung dialami oleh remaja putri dibandingkan remaja putra. Menurut Hadipranata (dalam Nashori, 1991), wanita memiliki kecenderungan berperilaku konsumtif lebih besar daripada pria. Tingginya perilaku konsumtif pada remaja putri tersebut didasari karena wanita lebih mudah tertarik secara emosi dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan pria lebih cenderung menggunakan nalarnya dalam mengkonsumsi suatu barang atau jasa. Kefgen dan Specht (dalam Rosyid dan Lina, 1997) menemukan bahwa remaja putri membelanjakan uangnya dua kali lipat lebih banyak dibandingkan pria. Remaja putra pun memiliki kecenderungan kurang menikmati kegiatan berbelanja karena mereka tidak cukup sabar dalam memilih barang yang diinginkan (Tambunan, 2010). Remaja putri cenderung membeli produk untuk menunjang penampilannya, seperti sepatu, pakaian, kosmetik, serta aksesoris. Orientasi wanita lebih banyak mengarah keluar pada subyek lain dan berusaha untuk menarik perhatian pihak lain. Dalam sebuah

  artikel online (Yosinta, 2010) menyebutkan bahwa, untuk dapat menarik

  perhatian dan keinginan untuk diakui eksistensinya maka para wanita akan sangat memperhatikan penampilannya dengan menghias diri dengan

  fashion yang sedang populer.

  Bila kecenderungan perilaku konsumtif remaja putri dilakukan terus menerus akan menimbulkan permasalahan maupun kecenderungan yang buruk. Mereka akan cenderung menggunakan uang mereka untuk sesuatu yang sebenarnya bukan menjadi kebutuhan mendasar mereka.

  Neufeldt (dalam Zebua dan Nurdjayadi, 2001), menyatakan bahwa perilaku konsumtif menggambarkan suatu tindakan yang tidak rasional dan kompulsif sehingga, secara ekonomis dapat menimbulkan pemborosan dan ketidakefisienan biaya sedangkan, secara psikologis dapat menimbulkan kecenderungan rasa cemas dan tidak aman.

  Permasalahan dan kecenderungan perilaku konsumtif pada remaja tersebut tentu saja dapat diantisipasi bila ada kontrol dari pihak keluarga khususnya orang tua. Dalam hal ini, keluarga merupakan salah satu faktor kuat terhadap pembentukan perilaku seorang remaja. Menurut Santrock (2007), para remaja cenderung untuk mengidentifikasi perilaku orang tua mereka sebelum mengidentifikasi perilaku orang lain. Salah satu bentuk pengaruh keluarga dalam pembentukan perilaku seseorang adalah melalui gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua.

  Beberapa studi menunjukan adanya pengaruh pengasuhan orang tua terhadap terbentuknya perilaku pada remaja. Sebuah survei menyimpulkan bahwa makin banyak keterlibatan, pemberian otonomi, dan struktur yang didapatkan remaja dari orang tua mereka, makin positif remaja menilai perilaku mereka sendiri secara umum, perkembangan dkk, 2008). Pengaruh orang tua secara langsung berhubungan dengan pengendalian perilaku anak. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Basir (2003) menunjukan bahwa pola asuh permisif berhubungan dengan pengendalian perilaku pada perilaku demonstran.

  Jenis pola asuh orang tua ada berbagai macam dan perbedaan pola asuh orang tua ini dapat membentuk perilaku dan kepribadian yang berbeda-beda pula pada diri seseorang (Hauck, 1995). Semakin positif pola asuh yang diterapkan oleh orang tua terhadap anaknya maka akan menimbulkan kecenderungan perilaku yang positif pula pada anaknya tersebut. Pola asuh positif yang dimaksud adalah pola asuh yang memberikan kebebasan pada anak untuk menentukan pilihannya sendiri namun masih dalam batasan tertentu dan tetap memberikan aturan maupun hukuman bila anak melakukan kesalahan, sehingga anak memahami apa saja yang baik dan tidak baik untuk dilakukan.

  Adapun jenis pola pengasuhan orang tua terhadap anak ada beberapa jenis yaitu pengasuhan otoriter, pengasuhan otoritatif, permisif, dan uninvolved (Bukatko, 2008). Pengasuhan dengan gaya otoriter (authoritarian parenting) yaitu suatu pola asuh yang membrikan batasan terhadap anak dan menuntut anak untuk selalu mengikuti perintah orang tua. Pada pola asuh ini orang tua cenderung bersikap kasar pada anak sehingga anak pun memiliki rasa ketakutan pada orang tua mereka dan dapat menimbulkan perilaku agresif pada anak. Pada pola asuh dengan pada anak untuk mengatur dirinya namun tetap pada batasan tertentu sehingga anak pun tetap dalam pengawasan orang tua. Orang tua yang mengasuh anaknya dengan gaya otoritatif ini cenderung memiliki anak yang kompeten secara sosial, percaya diri, serta bertanggung jawab secara sosial. Pada pola asuh uninvolved, orang tua memberikan kebebasan penuh pada anak. Orang tua dengan pola asuh uninvolved ini pun sangat tidak terlibat serta tidak tertarik maupun memberikan perhatian pada berbagai hal yang berkaitan dengan anaknya. Hal ini membentuk anak menjadi tidak percaya diri dalam akademik dan kinerja di sekolah serta memiliki perilaku antisosial (Berk, 2008). Pada pola asuh permisif, orang tua membebaskan anak untuk mengatur dirinya sendiri. Orang tua pun tidak memberikan hukuman maupun aturan kepada anak. Orang tua selalu mengikuti apa yang anak inginkan atau dalam kata lain memanjakan anak sehingga, hal ini dapat menimbulkan adanya kurang pengendalian diri pada anak. Kurangnya pengendalian diri anak ini seperti halnya pada pengendalian dalam berperilaku, berkegiatan, maupun dalam memenuhi keinginan mereka.

  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahi hubungan antara persepsi terhadap pola asuh permisif dan perilaku konsumtif pada remaja putri. Hal ini menjadi menarik untuk diteliti karena perilaku konsumtif terkait dengan masalah pengendalian diri. Pengendalian diri pada remaja dapat berhubungan dengan persepsi terhadap pola asuh orang tua. Persepsi itu

  8 dan menginterpretasikan informasi sensori dan kemudian memberikan makna pada informasi yang diterima tersebut (King, 2010). Berdasarkan definisi tersebut, bila remaja mempersepsikan pola asuh orang tua sebagai pola asuh permisif yang memberikan kebebasan maka remaja ini akan memiliki pengendalian diri yang kurang baik.

  Dengan demikian, peneliti ingin membuktikan adanya hubungan antara persepsi pola asuh permisif dan perilaku konsumtif, mengingat masih terdapat faktor lain yang dapat berpengaruh pada perilaku konsumtif.

  B. Rumusan Masalah

  Apakah ada hubungan antara persepsi terhadap pola asuh permisif dan perilaku konsumtif pada remaja putri?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara perspesi terhadap pola asuh permisif dan perilaku konsumtif pada remaja putri.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan empiris dan referensi dalam psikologi perkembangan dan psikologi konsumen, khususnya menyangkut perkembangan perilaku konsumtif remaja putri berkaitan dengan pola asuh orang tua khususnya pola asuh permisif.

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi Orangtua Bagi para orangtua, penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan atau wawasan mengenai pola asuh orang tua dan dampaknya terhadap perkembangan remaja, khususnya pola asuh permisif terhadap perilaku konsumtif remaja putri. Dengan demikian, orang tua dapat menerapkan pola asuh yang tepat bagi anak-anak.

  b. Bagi Subyek Penelitian Bagi para subyek, penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan mengenai pola asuh permisif beserta dampak dari pola asuh tersebut. Dengan demikian, para subyek dapat melihat seperti apa pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dan dampak

  10 dalam mengkonsumsi barang atau jasa. Dengan harapan para subyek mampu mengantisipasi dampak tersebut pada diri mereka sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif

  1. Definisi Perilaku Konsumtif Tambunan (2001), mengatakan bahwa perilaku konsumtif merupakan perilaku konsumen menggunakan nilai uang melebihi nilai produksinya untuk membeli barang atau jasa diluar kebutuhan yang sesungguhnya. Menurut Sarwono (1994), perilaku konsumtif lebih dipengaruhi oleh faktor emosional daripada logika, karena dalam pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi suatu barang atau jasa lebih menitikberatkan pada status sosial serta kemudahan- kemudahannya daripada pertimbangan ekonomis maka barang yang dikonsumsi pun cenderung hanya sebatas keinginan semata dan bukan kebutuhan pokok.

  Berdasarkan pengertian-pengertian mengenai perilaku konsumtif tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif merupakan perilaku atau tindakan mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan yang tidak didasari oleh pertimbangan realistik dan cenderung hanya bersifat emosional semata.

  2. Faktor-faktor Perilaku Konsumtif Perilaku konsumtif dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut: a. Motivasi

  Dalam motivasi terdapat variabel sentral berupa motif, dimana motif tersebutlah yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku ke arah tujuan tertentu (Engel dkk, 1994). Hal ini menunjukan bahwa perilaku konsumtif seseorang didorong oleh adanya motivasi seseorang untuk memiliki atau mengkonsumsi suatu produk maupun jasa tertentu.

  b. Sikap dan keyakinan Sikap sebagai suatu perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek dan dipandang sebagai hasil dari penilaian terhadap objek tertentu sehingga menyebabkan munculnya perilaku tertentu, termasuk perilaku seseorang dalam mengkonsumsi suatu produk (Amirullah, 2002).

  c. Konsep diri (self-concept) Menurut Engel,dkk (1994), konsep diri merupakan cara pandang terhadap diri sendiri sebagai gambaran tentang apa yang dipikirkan yang didasari oleh konsep diri ideal (ideal self) dan konsep diri nyata (real self). Seseorang yang belum menemukan konsep dirinya yang sesungguhnya akan cenderung berusaha diharapkannya (ideal self). Hal ini mendorong seseorang untuk menemukan hal-hal yang dapat menunjang pembentukan dirinya tersebut. Kecenderungan tersebut ditunjang pula melalui penampilan dirinya sehingga mendorong seseorang untuk mengkonsumsi suatu produk atau jasa hingga apa yang diharapkannya terpenuhi. Bila tidak ada kontrol dan hanya didasari oleh keinginan semata, maka akan menimbulkan perilaku mengkonsumsi yang berlebihan pada suatu produk (perilaku konsumtif).

  d. Kelas sosial Kelas sosial merupakan suatu kelompok yang terdiri dari sejumlah orang yang memiliki kedudukan yang sama dalam masyarakat. Status kelas sosial dapat menghasilkan adanya perbedaan dalam perilaku mengkonsumsi suatu produk. Perbedaan dalam perilaku mengkonsumsi ini ditunjang dengan tingkat kemampuan daya beli tiap individu (Engel dkk, 1994). Kelas sosial itu sendiri memiliki beberapa tingkatan yaitu golongan atas, menengah, dan bawah. Tingkatan dalam kelas sosial ini menunjukan adanya kecenderungan yang berbeda dari tiap golongan dalam mengkonsumsi suatu produk. Semakin tinggi golongannya maka akan semakin tinggi pula perilaku mengkonsumsi suatu produk (Mowen dan Minor, 2002).

  13

  14 e. Budaya

  Budaya merupakan kreatifitas manusia yang tumbuh dari satu generasi ke generasi selanjutnya yang sangat menentukan bentuk perilaku masyarakat (Mowen dan Minor, 2002). Budaya mengacu pada nilai, gagasan, artefak, dan simbol-simbol yang bermakna yang membantu individu berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat (Engel dkk, 1994). Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dilihat bahwa budaya memberikan sumbangan pula dalam membentuk pola pikir individu sehingga membentuk suatu perilaku tertentu, termasuk didalamnya perilaku mengkonsumsi suatu produk.

  f. Keluarga Keluarga memiliki fungsi untuk menjadi model pola perilaku yang tepat bagi seseorang serta pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku seseorang (Yusuf, 2008). Berdasarkan fungsi tersebut tampak bahwa keluarga dapat memberi pengaruh dalam perilaku seseorang. Di sisi lain, dalam mengkonsumsi suatu produk keluarga memiliki beberapa peran, seperti siapa pengambil inisiatif, siapa pemberi pengaruh, siapa pengambil keputusan, siapa yang melakukan pembelian, dan siapa yang memakai (Mowen dan Minor, 2002). Saat anggota keluarga diberi kebebasan dalam bertindak, maka peran-peran keluarga tersebut akan menimbulkan

  15

  3. Aspek-aspek Perilaku Konsumtif Menurut Sumartono (dalam Sari, 2009), perilaku konsumtif dapat dilihat melalui beberapa aspek, di antaranya yaitu: a. Memberi produk karena iming-iming hadiah

  Pembelian suatu produk karena adanya hadiah yang ditawarkan bila membeli porduk tertentu.

  b. Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat atau kegunaan) Seseorang dengan perilaku konsumtif cenderung ditandai dengan kehidupan yang mewah sehingga produk atau jasa yang dibeli pun merupakan barang mewah dengan harga yang tinggi c. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi

  Seseorang dengan perilaku konsumtif memiliki keinginan untuk membeli yang tinggi yang bertujuan untuk menunjang penampilannya sehingga dapat lebih percaya diri.

  d. Membeli lebih dari dua produk sejenis (merk berbeda) Perilaku konsumtif seseorang ditandai pula dengan adanya penggunaan barang atau jasa yang sama dengan merk yang berbeda walaupun produk sebelumnya belum habis terpakai.

  Menurut Amirullah (2002), ada beberapa aspek dari perilaku konsumtif, di antaranya sebagai berikut: a. Aspek promosi

  Persepsi seseorang terhadap suatu produk dapat terbentuk melalui proses promosi yang dilakukan oleh para produsen.

  Seseorang yang berperilaku konsumtif memiliki kecenderungan mudah terpengaruh oleh promosi yang ditawarkan para penjual. Terutama promosi produk yang sedang populer di masanya dan dapat menunjang penampilannya.

  b. Aspek manfaat produk Manfaat produk merupakan salah satu hal yang mendorong seseorang mengkonsumsi suatu produk serta apakah produk yang dikonsumsi memiliki manfaat sesuai dengan yang diharapkan. Seseorang dengan perilaku konsumtif, memiliki kecenderungan tidak memikirkan manfaat produk yang sesungguhnya dan hanya memikirkan bahwa produk yang dikonsumsi dapat memenuhi harapan atau keinginannya semata.

  c. Aspek harga produk Harga merupakan salah satu pertimbangan bagi para pelaku pasar. Namun, harga suatu produk tidak akan menjadi masalah konsumtif, selama produk itu mampu menunjang keinginan mereka. Hal inilah yang menimbulkan pemborosan dalam pengeluaran bagi mereka yang berperilaku konsumtif.

  d. Aspek tempat penjualan produk Seseorang yang berperilaku konsumtif memiliki kecenderungan untuk mengkonsumsi produk dimana pun mereka berada.

  Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan beberapa aspek dalam perilaku konsumtif, yaitu mudah terpengaruh rayuan penjual, pembelian hanya berdasarkan keinginan semata, pemborosan dalam pengeluaran serta mengkonsumsi produk bisa dimana pun dan kapan pun.

B. Remaja Putri

  1. Batasan Remaja Masa remaja (adolescence) merupakan transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan secara biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Rentang usia remaja dimulai dari usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun, sedangkan menurut Sarwono (2007) usia remaja dimulai dari umur 11 hingga 24 tahun.

  Adapun karakteristik masa remaja adalah sebagai berikut:

  a. Keinginan mencoba hal baru Menurut Gunarsa (1981), para remaja memiliki keinginan untuk mengetahui berbagai macam hal terutama yang dilakukan oleh orang dewasa, sebagai pembuktian bahwa dirinya bisa melakukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa pada umumnya. Pada remaja putra, mereka mencoba untuk merokok, sedangkan remaja putri mulai merias diri sesuai dengan perkembangan mode.

  b. Citra tubuh Santrock (2007) berpendapat bahwa remaja memiliki minat yang besar terhadap citra tubuh mereka. Pada remaja awal, minat mereka terhadap citra tubuh lebih besar dibandingkan dengan remaja akhir.

  c. Keragu-raguan Para remaja cenderung mengalami keraguan dalam menentukan suatu strategi atau keputusan tertentu. Hal ini didasari karena banyaknya alternatif pikiran yang dimiliki oleh remaja namun tidak diimbangi dengan pengalaman sepadan (Papalia, dkk, 2008).

  d. Otonomi Menurut Santrock (2007), masa remaja ditandai

  19 Tuntutan akan otonomi ini didasari karena adanya pertentangan dan perbedaan pendapat antara remaja dan orang tuanya (Gunarsa dan Gunarsa, 1981).

  e. Pemekaran diri sendiri (extension of the self) Pemekaran diri pada remaja ini ditandai dengan munculnya kemampuan untuk menganggap orang atau hal lain sebagai bagian dari dirinya, seperti halnya mencintai seseorang atau alam sekitar (Sarwono, 2007). Ciri lain ditandai pula dengan berkembangnya ego ideal berupa cita- cita, idola, dan hal-hal lain yang menggambarkan wujud

  ego (diri sendiri) di masa depan. Pada remaja putra, mereka

  akan lebih berkhayal mengenai prestasi dan karier, sedangkan pada remaja putri terlihat lebih banyak berkhayal mengenai romantika hidup (Gunarsa dan Gunarsa, 1981).

  f. Berkelompok Pada masa remaja, keinginan untuk berkelompok muncul sedemikian rupa dan tekanan untuk mengikuti teman sebaya pun semakin kuat. Keikutsertaan remaja dalam suatu kelompok dianggap penting, karena terkait dengan peningkatan harga diri (Santrock, 2007).

  20

  2. Karakteristik Remaja Putri Menurut Kartono (2006), remaja putri mengalami pertumbuhan jasmani secara pesat. Hal ini dapat dilihat pada pertumbuhan tubuh yang semakin meningkat, seperti berat badan dan tinggi badan yang meningkat serta diimbangi pula dengan menambahnya aktivitas kesehariannya. Selain mengalami pertumbuhan pada jasmani, remaja putri pun mengalami pertumbuhan intelektual yang sangat intensif. Hal ini dapat dilihat pada besarnya minat remaja putri pada dunia luar. Minat yang besar tersebut kemudian membangunkan macam-macam fungsi psikis, rasa ingin tahu, dan dorongan mencari ilmu pengetahuan serta pengalaman baru.

  Ciri lain dari remaja putri yang cukup mencolok yaitu kecenderungan melepaskan diri dari identifikasi-identifikasi lama. Hal ini muncul karena remaja putri mulai bersikap kritis terhadap orang tuanya terutama pada ibunya. Remaja putri pun berusaha dengan keras untuk berbeda dengan ibunya sehingga mereka cenderung melakukan identifikasi pada salah seorang temannya gadisnya atau tokoh wanita lain yang menonjol dan penting baginya, seperti tokoh-tokoh hero dalam sebuah bacaan, bintang film, tokoh pemimpin dan lain-lain.

  Kemudian remaja putri tersebut akan mengikuti atau meniru gaya berpenampilan, sikap maupun perilaku dari objek yang dianggapnya menarik tersebut. Hal ini menunjukan terjadinya proses pembentukan

  21 Proses pembentukan identitas ini secara tidak langsung mendorong remaja putri untuk menjalin relasi dengan dunia luar.

  Relasi yang terjalin tersebut pada dasarnya diupayakan agar dapat menunjang pencarian dan penetapan identitas yang akan dicapainya.

  Berdasarkan dorongan tersebut muncullah karakteristik remaja putri dalam berelasi, dimana relasi tersebut pada umumnya bersifat monogam. Pada relasi yang monogam ini, unsur eksklusifitas dan kesetiaan, rasa menghargai pada loyalitas dan solidaritas pada masalah yang dihadapi oleh masing-masing pribadi pun sangat dijunjung tinggi. Maka dari itu diusia remaja jalinan pertemanan atau persahabatan para remaja putri terjalin sangat akrab satu sama lain.

  Karakteristik lain yang muncul pada remaja putri yaitu peningkatan aktivitas. Peningkatan aktivitas ini didorong dengan adanya keinginan remaja putri untuk menunjukan dan merealisasikan siapa dirinya, keinginan untuk menjadi dewasa dan terlepas dari ikatan-ikatan masa kanak-kanak, serta adanya dorongan untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Kecenderungan-kecenderungan tersebut didasari oleh dorongan-dorongan yang positif, namun disisi lain kecenderungan tersebut menimbulkan sikap-sikap negatif pula.

  Sikap-sikap negatif tersebut muncul pada ekspresi tingkah laku remaja putri yang kurang terkendali, keras kepala, agresif serta egois atau mau menang sendiri. Sikap inilah yang semakin menunjukan bahwa remaja putri tersebut mulai menemukan kemampuan dirinya sendiri, harga dirinya, identitas serta egonya.

  Karakteristik remaja putri sesuai dengan fase nya (Kartono, 2006):

  a. Pada masa pra-pubertas, anak sering merasa bingung, cemas, gelisah, takut, gelap hati, risau, sedih hati dan lain-lain. Namun tidak mengetahui penyebab munculnya perasaan-perasaan tersebut.

  b. Pada masa pubertas, anak memiliki keinginan tertentu dan berusaha mencari sesuatu tanpa ia ketahui apa yang sebenarnya yang ia inginkan dan ia cari.

  c. Pada masa adolesensi, anak mulai merasa mantap dan stabil, mulai memahami arah hidupnya serta menyadari tujuan hidupnya. Berdasarkan penjelasan diatas, maka terdapat beberapa karakteristik yang terdapat pada remaja putri, yaitu: a. Pertumbuhan pada jasmani secara pesat

  b. Pertumbuhan intelektual yang sangat intensif

  c. Mulai melepaskan diri dari identifikasi lama

  d. Relasinya bersifat monogami

  e. Pertemanan dan persahabatannya terjalin sangat akrab satu sama lain g. Adanya dorongan untuk meningkatkan prestasi belajar

  h. Kurang realistik dan sangat terpengaruh oleh emosionalnya i. Pemikiran yang impulsif j. Mudah terpengaruh dengan dunia luar k. Memperhatikan penampilan l. Tingkah laku yang kurang terkendali m. Agresif n. Egois atau mau menang sendiri o. Mulai kritis terhadap orang tuanya p. Tingginya rasa ingin tahu dan mencoba hal baru

  3. Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri Remaja putri merupakan salah satu target pasar yang potensial bagi para produsen (Tambunan, 2010). Pendapat tersebut didasari oleh adanya kecenderungan remaja putri yang memiliki pemikiran yang kurang realistik (Santrock, 2002). Hal tersebut menunjukan bahwa perilaku yang muncul pada remaja putri cenderung bersifat emosional sehingga, menimbulkan kecenderungan remaja putri mudah terpengaruh dengan dengan rayuan penjual. Tambunan (2010) berpendapat pula bahwa para remaja putri mudah tertarik dengan mode yang sedang populer dimasaya dan lebih memperhatikan warna dan berntuk dari suatu produk daripada kegunaan atau manfaat dari produk

  Menurut Neufeldt (dalam Zebua dan Nurdjayadi, 2001), kecenderungan tersebut pun secara ekonomis menyebabkan terjadinya pemborosan dalam pengeluaran karena barang atau jasa yang dikonsumsi harus selalu dan hanya didasari oleh keinginan sesaat. Hal ini bila dilakukan terus menerus tanpa adanya pengendalian akan menimbulkan perilaku konsumtif.