Hubungan antara persepsi pola asuh orang tua demokratis dengan prestasi akademik pada remaja siswa SMP Negeri 3 Depok Yogyakarta - USD Repository

  

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POLA ASUH ORANG TUA

DEMOKRATIS DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA REMAJA,

SISWA SMP NEGERI 3 DEPOK, YOGYAKARTA

Skripsi

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  Oleh : Aji Prayoga Marthan

  NIM: 049114049

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN,… Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang

  Merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak khawatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah. Yeremia 17:7-8

  Sebab segala sesuatu berasal dari TUHAN, segala sesuatu hidup oleh kuasa-Nya dan segala sesuatu Itu untuk kemulian-Nya

  Roma 11:36

  Segala Kemuliaan untuk Tuhan Yesus Kristus

  Sebuah karya sederhana untuk orang-orang tercinta,  Keluarga Marthan

   Bapak Martinus dan Ibu Ani Hermilestari, Papa dan Mamaku tercinta yang selalu memberikan teladan dan dorongan semangatnya kepadaku, yang selalu menunjukkan rasa cinta dari hari ke hari, waktu ke waktu. Terima kasih atas doa dan cinta itu pa ma. Papa Mama adalah orang terbaik dan terhebat bagiku di muka bumi ini.

   Untuk Kakakku tersayang, kakakku satu-satunya dan saudariku penerus keluarga Marthan. Kamu luar biasa Mbak, apa yang telah mbak capai hingga hari ini

  

ABSTRAK

Hubungan Antara Persepsi Pola Asuh Orang Tua Demokratis Dengan

Prestasi Belajar Pada Remaja, Siswa SMP Negeri 3 Depok, Yogyakarta

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara persepsi pola asuh orang tua demokratis dengan prestasi belajar pada remaja. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara pola asuh orang tua demokratis dengan prestasi belajar pada remaja.

  Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 3 Depok Yogyakarta kelas 2 sebanyak 140 siswa. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala persepsi terhadap pola asuh orang tua demokratis yang mengacu pada model skala Likert serta laporan hasil belajar berupa nilai raport yang diperoleh siswa.

  Reliabilitas skala persepsi terhadap pola asuh orang tua demokratis diuji dengan menggunakan metode koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dan diperoleh hasil sebesar 0,917.

  Data hasil penelitian untuk skala persepsi terhadap pola asuh orang tua demokratis dengan prestasi belajar dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson. Hasil analisis data untuk skala persepsi terhadap pola asuh orang tua demokratis menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,417 dan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara pola asuh orang tua demokratis dengan prestasi belajar pada remaja diterima.

  

Kata kunci: persepsi pola asuh orang tua demokratis, prestasi akademik, remaja

  

ABSTRACT

The Relation between the Perception of Democratic Parental Education and

Learning Achievement in Teenagers, Student of SMP Negeri 3 Depok,

Yogyakarta

  This research aimed at knowing the correlation between the perception of democratic parental education and learning achievement in teenagers. The hypothesis proposed in this research was there was positive correlation between the perception of democratic parental education and learning achievement in teenagers.

  Subjects in this research were 140 second grade student of SMP Negeri 3 Depok Yogyakarta. Data collection method used in this study was perception scale on democratic parental education by referring to Likert scale model and students’ book report.

  The scale reliability of democratic education was tested using reliability coefficient of Alpha Cronbach and derived result was 0,917. The data on perception scale of democratic parental education and learning achievement analyzed using Product Moment Pearson correlation technique. Analysis results data on perception of democratic parental education demonstrating correlation coefficient (r) by 0,417 and significance level by 0,000 (p<0,05). According the result, the hypothesis proposed above, this stated that there was positive correlation between the perception of democratic parental education and learning achievement in teenagers, accepted.

  

Keywords: perception of demokratic parental education, learning achievement,

  teenagers

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena dengan cinta dan kasih karuniaNya serta uluran tanganNya telah memberikan kesabaran dan membukakan jalan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi dengan judul “Hubungan antara Persepsi Pola Asuh Demokratis Dengan Prestasi Belajar Pada Remaja” dapat terselesaikan dengan baik.

  Penulisan skripsi ini hanyalah sebuah karya kecil yang penulis buat dengan segenap usaha sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Terwujudnya penulisan skripsi ini tidak lepas dari adanya dukungan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini tidak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian ini.

  2. Bapak YB. Cahya Widiyanto, M.Si selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan ijin penelitian, dan bersedia meluangkan waktu, tenaga serta pikiran yang dengan penuh ketelitian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan arahan pada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

  3. Para dosen pengajar yang telah mendidik dan mengajar selama penulis mengikuti kuliah.

  4. Seluruh karyawan/ti Fakultas Psikologi yang telah memberikan perhatian dan pelayanan dengan tulus.

  5. Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Depok Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 3 Depok Yogyakarta.

  6. Siswa–siswi kelas 2 dan 3 SMP Negeri 3 Depok Yogyakarta yang telah membantu untuk memperoleh data maupun keterangan yang penulis perlukan dalam penulisan skripsi ini.

  7. Papa dan Mamaku tercinta, atas semua doa dan dorongan semangatnya khususnya selama aku selesaikan skripsi ini. Papa Mama luar biasa…

  8. Kakakku Asri Prabawani Marthan. Akhirnya aku bisa lalui ini juga mbak!!!

  9. Teman-temanku di Universitas Sanata Dharma khususnya di Fakultas Psikologi Sanata Dharma yang gak bisa disebutin satu per satu… terus berjuang teman-teman!

  10. Untuk teman-teman seperjuanganku… Hetty, Evi, Frenky, Galih, Yoan, Nico, Nana, Ferani, Angga, Ronald… kapan kita bisa kumpul semua lagi?! Semangat terus ya!!!

  11. Semua Brother and Sisterku di Fire Community and Area UGM khususnya komselku… Keep FIRE… kalian semua luar biasa!!!

  12. Semua rekan kerjaku di TWI.

  13. Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moral maupun material yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Namun demikian, penulis berharap karya ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya dan semoga berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

  Yogyakarta, 30 September 2009 Penulis

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………… iii HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………. v ABSTRAK .............................................................................................. vi ABSTRACT............................................................................................. vii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........... viii KATA PENGANTAR ............................................................................. ix DAFTAR ISI ............................................................................................ xii DAFTAR TABEL .................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvii BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................

  1 B. Rumusan Masalah .................................................................

  8

  D. Manfaat Penelitian .................................................................

  8 BAB II. DASAR TEORI ........................................................................

  9 A. Prestasi Akademik……………………………......................

  9 1. Pengertian Prestasi Akademik………..............................

  9 2. Prestasi Pada Masa Remaja…………………..................

  10

  3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Akademik……………….................................................

  12 4. Pengukuran Prestasi Akademik………………………....

  17 B. Persepsi Pola Asuh Demokratis……………………………..

  19 1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua......................................

  19 2. Pengertian Persepsi Terhadap Pola Asuh Orang Tua…....

  19 3. Tipe-tipe Pola Pengasuhan Orang Tua…..........................

  20 4. Faktor Pembentuk Pola Asuh Orang Tua……….............

  26 5. Aspek Pola Asuh Demokratis..........................................

  28 C. Remaja.....................................................................................

  30 1. Pengertian Remaja……………………………………….

  30

  2. Tugas Perkembangan Remaja dan Faktor Yang Mempengaruhinya…………………………

  31 3. Perkembangan Intelektual Pada Remaja………………...

  34 D. Hubungan Persepsi Pola Asuh Orang Tua Demokratis Dengan Prestasi Akademik………………………………….

  36 E. Skema Faktor Yang Mempengaruhi

  F. Hipotesis……………………………………………………

  40 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ..............................................

  41 A. Jenis Penelitian .....................................................................

  41 B. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian .............................

  41 C. Definisi Operasional Variabel-Variabel Penelitian ..............

  42 D. Subjek Penelitian ..................................................................

  45 E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ....................................

  47 F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data ...............

  54 G. Teknik Analisis Data.............................................................

  57 BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN.....................

  58 A. Persiapan Penelitian .............................................................

  58 1. Izin Penelitian………………………………………….

  58 2. Uji Coba Alat Ukur…………………………………….

  58 B. Pelaksanaan Penelitian .........................................................

  59 C. Deskripsi Data Penelitian…………………………………..

  60 D. Analisis Data Penelitian……………………………………

  62 1. Uji Asumsi Penelitian.....................................................

  62 a. Uji Normalitas...........................................................

  62 b. Uji Linearitas.............................................................

  63 c. Uji Hipotesis Hubungan............................................

  64 E. Pembahasan ..........................................................................

  65

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................

  73 A. Kesimpulan ...........................................................................

  73 B. Saran ......................................................................................

  73 C. Kelemahan Penelitian ............................................................

  73 DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

  75 LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL Tabel 1 Blue Print Item Pola Asuh Demokratis...........................

  50 Tabel 2 Distribusi Item Pra Uji Coba Skala Persepsi Pola Asuh Demokratis Menurut Aspek dan Sifat Favorable / Unfavorable...........

  51 Tabel 3 Butir Yang Sahih dan Gugur Pada Skala Persepsi Pola Asuh Demokratis......................

  55 Tabel 4 Hasil Analisis Deskriptif...................................................

  61 Tabel 5 Hasil Uji Normalitas..........................................................

  62 Tabel 6 Hasil Uji Linearitas...........................................................

  64 Tabel 7 Hasil Uji Hipotesis............................................................

  65

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Skala Uji Coba Lampiran 2 Reliabilitas Skala Uji Coba Lampiran 3 Skala Penelitian Lampiran 4 Data Tes Standarisasi Semester Gasal Lampiran 5 Analisis Data Skala Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan kognitif manusia merupakan proses psikologis yang di

  dalamnya melibatkan proses memperoleh, menyusun, dan menggunakan pengetahuan, serta kegiatan mental seperti berpikir, menimbang, mengamati, mengingat, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan memecahkan persoalan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan. Demikian juga yang terjadi dalam tahapan perkembangan remaja. Perkembangan kognitif remaja sedang berkembang untuk membuka cakrawala kognitif dan cakrawala sosial yang baru. Pemikiran mereka semakin abstrak, logis, dan idealis, lebih mampu menguji pemikiran sendiri, pemikiran orang lain, dan apa yang orang lain pikirkan tentang diri mereka, serta cenderung menginterpretasikan dan memantau dunia sosial (Santrock, 1993).

  Transformasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan (Dariyo, 2004). Hal tersebut juga terwujud dalam aktivitas sehari-hari para remaja baik di dalam lingkungan keluarga maupun di luar lingkungan keluarga dalam usaha mereka mengembangkan kemampuan intelektual serta semua potensi yang mereka miliki. Lingkungan di luar keluarga dimana para remaja menghabiskan sebagian aktivitasnya sehari-hari adalah pada saat mereka menimba ilmu di lembaga pendidikan seperti di Sekolah Menengah Pertama (SMP).

  Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau yang sederajat yang berusia antara 13-17 tahun adalah termasuk usia remaja dalam rentang kehidupan manusia. Sebagai salah satu fase perkembangan manusia, masa remaja mempunyai dinamika tersendiri, yang merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Pada masa remaja ini akan terjadi perubahan-perubahan atau transisi fundamental yang meliputi perubahan biologis atau fisik, kognitif dan psikososial (Mahmud, 1989). Perubahan- perubahan tersebut membawa konsekuensi bahwa remaja mempunyai peran dan tanggung jawab baru sesuai dengan harapan-harapan masyarakat dimana mereka berada, termasuk di sekolah yang berkaitan dengan prestasi belajar mereka.

  Masa remaja sangat penting dalam hal berprestasi. Tekanan lingkungan dan akademis yang baru memaksa mereka untuk memainkan peran dan seringkali menuntut tanggung jawab mereka. Apakah mereka dapat atau tidak menyesuaikan diri dalam tekanan lingkungan dan akademis yang baru, sangat ditentukan oleh faktor motivasi dan psikologis (Santrock, 1993). Menurut Mahmud (1989), masa remaja merupakan masa yang penting bagi perkembangan prestasi, karena selama masa inilah remaja membuat keputusan-keputusan penting sehubungan dengan masa depan pendidikan dan pekerjaan. Bagi seorang remaja, jika ia bisa memiliki prestasi baik di sekolah, pada umumnya akan meratakan jalan untuk memperoleh sekolah lanjutan yang lebih baik, bahkan nantinya akan berlanjut kepada pencarian pekerjaan yang lebih baik ( Mahmud, 1989 ).

  Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Jika dijabarkan lebih lanjut, maka faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi 2 faktor utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Slameto (1995), faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri individu itu sendiri, seperti kesehatan jasmani dan rohani, daya ingat, faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti: sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri serta faktor kematangan fisik maupun psikis. Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri individu yang bersangkutan, seperti: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, kelompok sebaya, budaya, lingkungan fisik, dan lingkungan spiritual.

  Seperti yang sudah dijabarkan diatas, maka dapat diketahui bahwa pentingnya faktor lingkungan yang kondusif dan mendukung bagi seorang remaja dalam aktifitas pembelajaran dalam usahanya untuk meningkatkan berbagai perolehan prestasinya yang salah satunya adalah prestasi akademik.

  Beberapa faktor lingkungan yang dijabarkan di atas yang dapat mempengaruhi hasil pencapaian prestasi belajar seorang anak salah satunya adalah dari faktor lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga tidak akan lepas dari faktor dan peranan orang tua. Sekarang ini banyak buku dan tulisan di media massa mengatakan, yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan anak adalah orang tua sedangkan banyak orang tua yang malah menganggap, pendidikan anak adalah tanggung jawab sekolah. Sekolah adalah sebagai media dalam pemberi pendidikan dan pengajaran anak, tetapi semuanya tetap kembali kepada orang tua. Orang tualah yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan dan keberhasilan anak (Graha, 2007).

  Menurut Graha (2007), orang tua zaman sekarang sibuk membesarkan anak untuk memasuki dunia persaingan yang semakin ketat, dimana kemampuan dan kesuksesan dalam kehidupan ini seringkali dianggap hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki intelektualitas yang tinggi. Oleh sebab itu para orang tua berusaha sekuat tenaga dalam memberikan dorongan maupun fasilitas yang dapat menunjang anak-anaknya sukses dalam arti memperoleh prestasi yang baik, salah satunya dalam bidang akademik.

  Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berpikir. Interaksi antara orang tua dengan anak harus terjalin dengan baik, karena tidak dapat dipungkiri kehidupan sehari-hari seorang anak di rumah dapat menunjang prestasi dan keberhasilan yang diperoleh anak di sekolahnya. Kebiasaan sehari-hari yang dilakukan oleh anak di rumah akan membentuk sebuah kepribadian dalam dirinya, dan pembiasaan perilaku yang diberikan orang tua kepada anak dapat mendorong pembentukan perilaku dalam diri seorang anak bagaimana mengerjakan tugas-tugas di rumah dengan baik, dengan teratur dan bertanggung jawab, serta bagaimana sang anak belajar menjadi pribadi yang mandiri. Kehidupan sehari-hari di rumah, khusunya penerapan pola asuh orang tua, membantu membentuk kepribadian anak yang pada akhirnya menunjuang pendidikannya di sekolah, dalam hal ini akan menyangkut prestasi akademik yang diperoleh anak juga.

  Menurut Armunanto (2004), siswa yang mendapat perhatian dari orang tua akan memiliki prestasi akademik yang lebih baik dibandingkan dengan prestasi akademik dari siswa yang kurang mendapat perhatian dari orang tua. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa perhatian dan pola asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi akademik seorang anak di sekolah. Untuk pola asuh orang tua sendiri, Prasetya (2003) mengkualifikasikan pola pengasuhan dalam empat kategori, yaitu: pola asuh demokratis (authoritative), pola asuh otoriter (authoritarian), pola asuh permisif atau penyabar ataupun pemanja (indulgent), dan pola asuh permisif laissez faire atau penelantar (indifferent). Untuk orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter mempunyai ciri sebagai berikut: mendominasi dalam grelasinya dengan anak, mempunyai sikap yang ingin menguasai anak- anaknya, menetapkan peraturan keras serta sangat sulit untuk dipatuhi oleh anak serta pada umumnya sulit menerima ide dan gagasan dari anak yang berbeda dengan pemikiran mereka.

  Orang tua yang mempunyai pola asuh permisif indulgent cenderung memberi perhatian kepada anak dengan cara yang kurang tepat, pernah ada hukuman untuk anak. Untuk orang tua yang mempunyai pola asuh permisif indifferent cenderung membiarkan anak-anak mereka untuk meraba-raba dalam situasi sulit tanpa bimbingan dan pengendalian dari orang tua. Orang tua bahkan menjauh dari anak baik secara fisik maupun psikis yang dalam arti lain menelantarkan anak.

  Orang tua yang demokratis menggunakan pola pengasuhan yang lebih didasari oleh rasa persahabatan yang sewajarnya antara orang tua dengan anak. Kesediaan menerima dan keterbukaan merupakan ciri dari hubungan yang akrab antara orang tua dan anak-anaknya dan ini tercermin dalam pola pengasuhan demokratis tersebut. Pola asuh demokratis adalah pola pengasuhan yang lebih menerapkan kepercayaan dan penerimaan serta melatih tanggung jawab bagi diri sendiri dalam mendidik anak. Dalam pola asuh ini, peraturan yang diterapkan orang tua merupakan hasil kesepakatan bersama dan dalam hal ini anak selalu diikut sertakan dalam membentuk kesepakatan peraturan tersebut. Kontrol-kontrol yang diberikan orang tua dalam mengasuh anak diterapkan secara fleksibel dan tidak kaku, hal ini dilakukan untuk memancing sikap terbuka dan tanggung jawab anak, sehingga diharapkan apapun yang dilakukan oleh anak dapat diketahui oleh orang tua (Gunarsa, 1990).

  Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dalam kehidupan sehari-hari akan ditangkap oleh para remaja dan menimbulkan persepsi tersendiri terhadap pola asuh orang tua yang selama ini mereka alami. Persepsi anak merasakan, menginterpretasi dan mengapresiasikan pola asuh yang mereka dapatkan dari orang tua mereka. Remaja yang bersekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan remaja awal (Yusuf, 2007), dan merupakan awal masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa sehingga kehidupan sehari-hari bersama orang tua serta interaksi di dalamnya masih berlangsung cukup banyak dalam kesehariannya para remaja menjalankan aktifitas.

  Menyimak karakteristik serta ciri-ciri dari keempat pola asuh tersebut, maka bisa dilihat pola asuh yang ideal bagi remaja adalah pola asuh demokratis. Penerapan kedisiplinan, memberi pengarahan, peringatan, dan melakukan kontrol yang sewajarnya atas aktivitas anak serta memberi dukungan kepada anak untuk selalu bisa memberi yang terbaik dapat mengantarkan anak untuk bisa mencapai pencapaian prestasi yang terbaik.

  Berdasarkan beberapa paparan di atas, maka dapat dikatakan pola asuh demokratis yang diterapkan oleh orang tua dapat mempengaruhi proses belajar anak yang kemudian juga akan mempengaruhi pencapaian prestasi akademiknya nanti.

  Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 SMP Negeri 3 Depok yang letaknya ada di kota Yogyakarta, dan dengan ini yang ingin diketahui lebih jauh oleh peneliti apakah ada hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap pola asuh demokratis orang tua dengan prestasi akademik yang diperoleh oleh remaja tersebut yang dilihat dari nilai hasil belajar mereka.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah pokok penelitian ini apakah ada hubungan antara persepsi terhadap pola asuh demokratis orang tua dengan prestasi akademik siswa remaja SMP Negeri 3 Yogyakarta.

  C. Tujuan Penelitian

  Mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi terhadap pola asuh demokratis orang tua dengan prestasi akademik siswa remaja SMP Negeri 3 Yogyakarta.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Secara teoritis Diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan sumber informasi yang akurat dan dapat menjadi bahan untuk menemukan kajian baru yang berkaitan dengan hubungan persepsi pola asuh demokratis orangtua dan prestasi akademik pada remaja dalam bidang penelitian.

  2. Secara praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan sumbangan pemikiran dan masukan bagi peneliti berikutnya dalam memahami hubungan antara pola asuh demokratis yang diterapkan oleh orang tua orang tua dengan prestasi akademik yang dicapai oleh para remaja.

BAB II DASAR TEORI A. PRESTASI AKADEMIK

1. Pengertian Prestasi Akademik

  Prestasi akademik adalah istilah yang lazim digunakan dalam dunia pendidikan sekolah yang merupakan hasil belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran yang ditempuh dan dinyatakan dalam nilai raport. Prestasi akademik siswa menjadi indikator hasil belajar siswa yang merupakan akibat dari kegiatan bealjar mengajar yang dilakukan.

  Menurut Syah (1995) prestasi belajar adalah kemampuan siswa untuk mencapai target yang telah ditetapkan dalam suatu program pendidikan. Prestasi itu diukur melalui evaluasi belajar terhadap siswa baik melalui ujian maupun melalui tes. Prestasi merupakan suatu kecakapan yang dimiliki oleh seseorang dari hasil yang dilakukan dan dijadikan dasar untuk melihat sejauh mana hasil dari proses belajar yang dicapai individu tersebut (Winkel, 1987).

2. Prestasi Pada Masa Remaja

  Masa remaja merupakan masa yang penting bagi perkembangan prestasi karena selama masa remaja inilah remaja membuat keputusan- keputusan penting sehubungan dengan masa depan pendidikan dan pekerjaan. Prestasi di sekolah dan di dalam pekerjaan sangat berkait.

  Berprestasi baik di sekolah pada umumnya meratakan jalan untuk memperoleh pekerjaan yang baik pula.

  Dalam masyarakat yang semakin maju dan rumit seperti dewasa ini, prestasi seseorang dipandang sangat penting. Lembaga-lembaga pendidikan menekankan pentingnya kemampuan seseorang dalam mengikuti proses belajar, seperti tangguh dalam menghadapi tantangan- tantangan dalam proses belajar, berhasil baik dalam menempuh tes, baik itu tes pengetahuan maupun tes kemampuan. Berdasarkan kondisi seperti itu, para siswa pun menyadari benar akan arti pentingnya berprestasi.

  Menurut Mahmud (1989), persoalan prestasi atau keberhasilan pada masa remaja ini mendapat perhatian khusus karena beberapa alasan diantaranya adalah para remaja mulai memahami sepenuhnya akan arti dan pentingnya prestasi yang akan mempengaruhi keberhasilan- keberhasilan yang lain di masa kini maupun di masa mendatang. Kemudian pada masa ini para remaja banyak dihadapkan pada macam- macam pilihan baik itu mengenai sekolah lanjutan maupun masa depan untuk melihat akibat-akibat yang mungkin di hadapi oleh seseorang di kemudian hari sebagai akibat dari pilihan-pilihan mengenai sekolah dan pekerjaan. Persoalan prestasi ini berlanjut sepanjang masa remaja hingga mereka menginjak masa dewasa dan sampai janjang akhir masa hidupnya dan menjadi perhatian bukan hanya bagi remaja itu sendiri, namun juga bagi orang tua remaja tersebut.

  Berkaitan dengan penjelasan tersebut, Graha (2007) menyatakan bahwa di zaman sekarang banyak para orang tua menganggap keberhasilan pendidikan anak adalah sepenuhnya tanggung jawab sekolah. Padahal yang sebenarnya tidaklah demikian. Sekolah adalah sebagai media dalam pemberi pendidikan dan pengajaran anak, tetapi semuanya tetap kembali kepada orang tua. Orang tua memiliki tanggung jawab yang cukup tinggi terhadap pendidikan dan keberhasilan anak. Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berpikir. Memberi kesempatan atau pengalaman tersebut akan menuntut perhatian orang tua (Ali, 2005). Dalam mengasuh dan mendidik sang anak, sekolah bukan satu-satunya tempat pembelajaran, di luar sekolah anak-anak mendapatkan banyak pengetahuan yang sebagian besar didapat dari orang tuanya.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Akademik

  Menurut Syah (1995), secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam: a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.

  b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

  c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

  Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain dalam hubungan dengan prestasi belajar atau akademik yang diperoleh seseorang. Berikut akan dijabarkan satu demi satu faktor-faktor tersebut.

  a. Faktor Internal Faktor yang berasal dari dalam diri individu sendiri meliputi dua aspek, yakni: aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah) 1) Aspek Fisiologis

  Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi- sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Kondisi organ- organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengaran dan indera penglihatan, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan.

  2) Aspek Psikologis 2.1) Inteligensi

  Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988). Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

  2.2) Sikap Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif maupun negatif terutama kepada guru dan mata pelajaran yang disajikan dapat mempengaruhi proses belajar siswa tersebut dan kemudian akan mempengaruhi prestasi belajarnya juga. 2.3) Bakat

  Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Siswa yang berbakat di suatu bidang, akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut. Oleh sebab itu, bakat akan dapat mempengaruhi tinggi- rendahnya prestasi belajar siswa pada bidang-bidang studi tertentu. 2.4) Minat

  Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seorang siswa memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. 2.5) Motivasi

  Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme (manusia ataupun hewan) yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1989; Reber, 1988). Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar, seperti perasaan menyenangi materi tertentu. Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar, seperti pujian dan hadiah. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

  1) Lingkungan Sosial Lingkungan sosial yang terdapat di sekitar individu seperti keluarga, teman sebaya, masyarakat atau tetangga, dan staff pengajar dapat mempengaruhi proses belajar seseorang. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri.

  Sifat-sifat orangtua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

  2) Lingkungan Non-Sosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar seseorang. c. Faktor Pendekatan Belajar Pendekatan belajar, dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu (Lawson, 1991).

4. Pengukuran Prestasi Akademik

  Sebelum siswa dinyatakan berhasil dalam belajar atau bidang akademiknya oleh pihak sekolah, siswa harus mengikuti evaluasi. Syah (1995) menjabarkan pengertian evaluasi sebagai berikut, evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Istilah ”ulangan” dan ”ulangan umum” adalah alat ukur yang banyak digunakan untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah proses belajar atau untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah program pengajaran dan kenaikan kelas. Istilah evaluasi biasanya digunakan untuk menilai hasil pembelajaran para siswa pada akhir jenjang tertentu.

  Pengukuran prestasi akademik menurut Mulyana (2002) antara lain menggunakan kegiatan: a. Ulangan Umum Ulangan umum dilaksanakan bersama-sama kelas pararel dan ulangan umum bersama di tingkat rayon, kecamatan, kodya atau kabupaten maupun propinsi.

  b. Ujian Akhir Ujian akhir dilakukan pada akhir program pendidikan. Hasil evaluasi ujian akhir ini dipergunakan untuk menentukan kelulusan bagi setiap peserta didik.

  Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar (Syah, 1995). Di antara norma-norma pengukuran tersebut adalah:

  1) Norma skala dari 0-10 2) Norma skala dari 0-100

  Fudyartanto (2002) mengungkapkan bahwa di sekolah perlu diadakan pengukuran untuk mengetahui sejauh mana pencapaian dan penguasaan bahan-bahan yang telah dipelajari oleh siswa. Hasil pengukuran tersebut dapat dipakai sebagai umpan balik atau bahan masukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar, penyediaan sarana belajar dan sebagainya. Hasil pengukuran juga dapat dipergunakan untuk meningkatkan prestasi belajar dan peningkatan

B. PERSEPSI POLA ASUH DEMOKRATIS 1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua.

  Pola dapat diartikan sebagai sebuah sistem cara kerja, bentuk yang tetap, bentuk pengorganisasian program kegiatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990) pola bisa diartikan sebagai bentuk (yang dipraktekkan secara berulang-ulang) atau struktur yang tetap. Sedangkan asuh berarti menjaga dalam arti ini merawat dan mendidik anak, membimbing, memimpin dan menjaga supaya anak dapat berdiri sendiri.

  Orang tua adalah ayah dan ibu sebagai suatu kesatuan, karena mempunyai tanggung jawab yang sama. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka pengertian pola pengasuhan orang tua adalah suatu bentuk perbuatan menjaga, merawat, melatih, membimbing, dan mengajar anak yang dilakukan oleh ayah dan ibu secara berulang-ulang dengan tujuan agar anak dapat berdiri sendiri.

2. Pengertian Persepsi Terhadap Pola Asuh Orang Tua

  Persepsi adalah proses akhir dari aktivitas mengamati sehingga dapat diperoleh pengertian tentang sesuatu berdasar pada situasi sekarang dan pengalaman masa lampau (Bambang, 2000).

  Pendapat ini sejalan dengan Crow & Crow (1973) yang menyebutkan bahwa persepsi merupakan pengorganisasian dan penginterpretasian data yang mendasarkan pengalaman masa lalu individu.

  Pengalaman atau sesuatu yang berkaitan dengan karakteristik individu yang mempersepsikan sesuatu akan berkaitan dengan proses penilaian obyek yang dipersepsi. Salah satu pengalaman masa lalu yang berperan bagi pembentukan karakteristik individu adalah pola asuh orangtua. Pola asuh orangtua ini memiliki fungsi untuk membantu remaja atau anak dalam mempelajari standart perilaku dan tujuan diri yang ingin dicapai, serta sebagai obyek identifikasi sehingga perilaku orangtua akan mempengaruhi interaksi dalam keluarga dan perkembangan kepribadian anggota keluarga (Grinder, 1976).

  Dapat disimpulkan persepsi anak terhadap pola asuh orang tua berarti aktivitas yang dilakukan oleh anak untuk merasakan, menginterpretasi dan mengapresiasikan pola asuh yang mereka dapatkan dari orang tua mereka. Persepsi terhadap pola asuh orang tua ini dapat ditujukan kepada ayah atau ibu atau kedua-duanya yang oleh remaja itu sendiri dipersepsikan kuat dalam hal pengaruh serta interaksinya selama pola asuh tersebut mereka dapatkan di kehidupan sehari-hari.

3. Tipe-tipe pola pengasuhan orang tua.

  Menurut Hurlock (1999) terdapat tiga tipe pola pengasuhan orang tua yaitu: pola pengasuhan demokratis, pola pengasuhan otoriter, dan dengan membedakan pola asuh permisif menjadi permisif indulgent dan permisif indifferent .

  Menurut Steinberg (dalam Alibata, 2000), terdapat dua aspek yang akan membentuk macam-macam pola asuh orang tua. Aspek yang pertama adalah dari sisi perhatian dan kedekatan orang tua dengan anak (parental responsiveness). Aspek yang kedua adalah dari sisi tuntutan orang tua kepada anaknya (parental demandingness). Perpaduan antara aspek parental responsiveness dan parental demandingness melahirkan empat pola pengasuhan orangtua terhadap anak, sebagaimana divisualisasikan pada gambar sebagai berikut:

  Demandingness High Low

  High

  Authoritative Indulgent

  Responsiveness

  Autoritarian Indifferent

  Low Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa: pertama, pola asuh authoritative yang bercirikan orang tua sangat responsif atau sangat tanggap terhadap pemenuhan kebutuhan-kebutuhan anak-anak mereka, namun juga sangat menuntut anak-anak mereka. Kedua pola asuh

  

authoritarian yang bercirikan orang tua yang sangat menuntut ketaatan

  dan kepatuhan dan anak-anak mereka, tetapi kurang responsif atau kurang tanggap terhadap pemenuhan kebutuhan-kebutuhan anak-anak mereka. Ketiga, pola asuh indulgent yang bercirikan orang tua yang sangat responsif, tetapi tidak menuntut kedisiplinan dari anak-anak mereka, bahkan tidak menuntut sama sekali sehingga memanjakan anak. Keempat, pola asuh indifferent yang bercirikan orang tua yang tidak menuntut, namun juga tidak responsif atau tidak tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan anak-anaknya. Bahkan senang acuh tak acuh kepada anak.

  Prasetya (2003) mengkualifikasikan pola pengasuhan dalam empat kategori, yaitu pola asuh otoriter (authoritarian), pola asuh permisif

  

indulgent atau pemanja, pola asuh permisif indifferent atau penelantar,

dan pola asuh demokratis (authoritative).

  a. Pola asuh otoriter.

  Orang tua yang menggunakan pola pengasuhan otoriter mempunyai sikap ingin menguasai anak-anaknya. Orang tua mendominasi dalam relasinya dengan anak (Sulastri, 1985). Orang tua otoriter beranggapan bahwa anak-anak harus menerima aturan- aturan dan standar yang ditentukan orang tua tanpa mempersoalkannya (Hurlock, 1999). Orang tua otoriter menetapkan peraturan keras serta sangat sulit untuk dipatuhi oleh anak (Lighter, gagasan dari anak yang berbeda dengan pemikiran mereka (Hurlock, 1999). Walaupun sebenarnya mereka menyayangi anak-anaknya, namun secara fisik mereka kurang memperlihatkannya, sehingga terkesan orang tua kurang perhatian dengan anaknya.

  b. Pola asuh permisif Orang tua permisif tidak menetapkan apa saja yang boleh dilakukan dan kapan saja hal tersebut tidak boleh dilakukan, anak diijinkan untuk mengambil keputusan sendiri dan berbuat sekehendak hati. Hanya sedikit permintaan dan batasan atau larangan yang dikenakan pada anak. (Lighter, 1999).

  Orang tua permisif tetap mencintai anaknya, namun mengabaikan peluang yang penting untuk melatih dan membimbing anak-anaknya dengan berbagai kecakapan yang diperlukan anak untuk mandiri (Lighter, 1999).

  Pendapat ini dilengkapi oleh Huffman (1997) bahwa pola asuh permisif adalah pola asuh dimana orang tua merasa tidak mampu menjadi orang tua sehingga aturan yang ada sedikit dan kurang konsisten, termasuk dalam memberikan hadiah dan hukuman.

  Berdasarkan dua pendapat ini dapat dikatakan bahwa orang tua dengan pola permisif mempunyai otoritas yang sangat rendah, karena orang tua memberikan kebebasan penuh kepada anak untuk

  Selanjutnya Huffman (1997) membedakan pola asuh permisif menjadi dua:

  1). Permisif indulgent

  Orang tua dengan pola ini memberi perhatian kepada anak dengan cara yang kurang tepat yaitu dengan menyediakan banyak fasilitas tetapi menempatkan sedikit kontrol pada ana, gterlalu memanjakan anak dan hampir tidak pernah ada hukuman untuk anak. pola ini akan menghasilkan anak yang tidak bisa menghargai orang lain, cenderung impulsif, tidak matang dan tidak mempunyai kontrol.

  2). Permisif indifferent

  Orang tua dengan pola ini cenderung membiarkan anak- anak mereka untuk meraba-raba dalam situasi sulit untuk ditanggulangi oleh mereka sendiri tanpa bimbingan atau pengendalian Orang tua indifferent hampir tidak pernah berbincang-bincang atau berkomunikasi dengan anak. mereka mengabaikan pendapat atau masukan anak dalam membuat keputusan. Mereka bahkan menjauh dari anak baik secara fisik maupun psikis. c. Pola asuh demokratis Berikut ini akan dijabarkan lebih mendalam mengenai pola asuh demokratis menurut Santrock (dalam Gunarsa, 2004) dan

  Prasetya (2003): Dalam pola asuh demokratis ini, orang tua mendidik anak dengan banyak cara. Mereka mendidik bagaimana berlaku secara dewasa dan dengan cara bertanggungjawab, serta memberi hadiah bila anak melakukan hal yang mereka ajarkan. Orang tua demokratis memandang anak sebagai pribadi yang berkembang. Anak diberi kebebasan, namun kebebasan yang tidak mutlak. Orang tua dengan penuh kasih pengertian membimbing anak, mencintai dan mengungkapkan kasih sayang kepada anak, sehingga dalam diri anak tumbuh rasa tanggungjawab dan percaya diri.

  Aturan-aturan yang diberlakukan di rumah cukup beralasan serta didasarkan pada usia dan kebutuhan khusus anak. Aturan tersebut berkembang seiring perkembangan waktu sehingga dapat memberi kesempatan kepada anak untuk lebih bebas dan bertanggungjawab. Ada beberapa konsekuensi bila anak melanggar peraturan, namun tingkah laku anak lebih sering dihargai daripada dihukum. Mereka mengarahkan perilaku anak sesuai dengan kebutuhan anak agar memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan- keterampilan yang akan mendasari anak untuk mengarungi

  Pola asuh demokratis memiliki ciri-ciri: anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internal (kontrol yang berasal dari dalam), anak diakui sebagai pribadi dan dilibatkan dalam mengambil keputusan, menetapkan peraturan serta mengatur kehidupan anak secara sadar (Hurlock, 1999). Sejalan dengan hal itu, para peneliti menurut Prasetya (2003) menemukan bahwa anak dengan pola asuh demokratis cenderung lebih mandiri, tegas terhadap dirinya sendiri, memiliki kemampuan instropeksi dan mengendalikan diri, mudah bekerja sama dengan orang lain secara sinergik serta ramah terhadap orang lain yang menyebabkan mereka mudah bergaul dengan teman-teman sebaya maupun dengan orang- orang yang lebih dewasa.

3. Faktor Pembentuk Pola Asuh Orang Tua

  Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku individu sebagai orang tua yang pada akhirnya akan tercermin dalam perilaku pola asuh terhadap anak-anaknya (Setiawan, 1996):