Hubungan antara pola asuh demokratis dengan harga diri pada remaja - USD Repository

  HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN HARGA DIRI PADA REMAJA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh : Catarina Novita Wahyuningtyas 06 9114 033 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN HARGA DIRI PADA REMAJA

  Disusun oleh : Catarina Novita Wahyuningtyas 06 9114 033

  Telah disetujui oleh : Dosen Pembimbing

Y. Heri Widodo, S.Psi., M.Psi., Psi Tanggal:……………....2010

  

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN HARGA

DIRI PADA REMAJA

Dipersiapkan dan ditulis oleh :

  

Catarina Novita Wahyuningtyas

06 9114 033

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

Pada tanggal …………………….

  

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Penguji 1 : Y. Heri Widodo, S.Psi., M.Psi., Psi. ............................

  

Penguji 2 : Dra. L. Pratidarmanastiti, MS. .............................

Penguji 3 : ML. Anantasari, S.Psi., M.Si. .............................

  Yogyakarta,………….2010 Dekan,

  

Sebuah lagu yang selalu memotivasiku untuk terus berjuang…..

  

Pernahkah terpikir olehmu

Masa depan yang pernah kau jelang

Begitu banyaknya rintangan,

Yang slalu menghadang jalan kita

  

Dan kini kumulai berlari kencang

Kan kugapai semua impian

Kini kumulai berlari kencang,

Kan kugapai semua impian

  

Terindah…

Saat kau temui rintangan

Jangan pernah dirimu menyerah,

Cobalah untuk menghadapinya

Kau menang,bila dirimu percaya

(mars VL 13, by : es cendoelz)

  

Karya yang sederhana ini kupersembahkan untuk:

Tuhanku Yesus Kristus Bapak dan ibuku tercinta Seluruh keluarga besarku

  Penyemangat hidupku “wottomorfosis” Semua sahabat dan teman-temanku Almamaterku, psikologi USD

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 2010 Penulis,

  Catarina Novita wahyuningtyas

  

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN HARGA

DIRI PADA REMAJA

Catarina Novita Wahyuningtyas

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh demokratis dengan

harga diri pada remaja. Subyek penelitian adalah 156 remaja dengan rentang umur antara 13-20

tahun. Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara pola asuh demokratis

dengan harga diri pada remaja. Alat ukur yang digunakan untuk penelitian ini adalah skala yang

terdiri dari skala pola asuh demokratis dan skala harga diri. Skala pola asuh demokratis memiliki

koefisien reliabilitas alpha sebesar 0.963, sedangkan skala harga diri sebesar 0.883. Hasil

penelitian menghasilkan r sebesar 0.483 dan nilai P sebesar 0.00. Hasil ini menunjukkan bahwa

p<0.5= signifikan. Hal ini berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara pola asuh

demokratis dengan harga diri pada remaja. Mean teoritis skala pola asuh demokratis sebesar 150

dan mean empirisnya 192.69 sedangkan mean teoritis skala harga diri sebesar 96 dan mean

empirisnya 108.21 dengan P sebesar 0.00. Hal ini berarti subyek penelitian memiliki pola asuh

demokratis dan harga diri yang tinggi.

  Kata kunci : pola asuh demokratis, harga diri, remaja

  

THE CORRELATION BETWEEN DEMOCRATIC PARENTING STYLE

AND THE SELF ESTEEM OF ADOLESCENT

Catarina Novita Wahyuningtyas

ABSTRACT

  The purpose of this research is to know the correlation between the democratic parenting

style and the self esteem at adolescent. The subjects of this research were 156 adolescent between

16 and 20 years old. The hypothesis of this research is that there is a positive correlation between

democratic parenting style and self esteem at adolescent. The measuring tool of this research is

scale that consist of democratic parenting style scale and self esteem scale. The scale of

democratic parenting style has an alphya reliability coefficient for 0.963, while self esteem at

adolescent scale was 0.883. The result for r was 0.480 and P value was 0.00 these result suggested

that P<0.5=significant. This result means there is a positive correlation that significant between

democratic parenting style and self esteem at adolescent. The theoretical mean of democratic

parenting style scale was 150 and the empirical mean was 192.69 while the theoretical mean of

self esteem scale was 96 and the empirical mean was 108.21 with P value was 0.00. This means

that subject of this research have high democratic parenting style and high self esteem.

  Keywords: democratic parenting style, self esteem, adolescent

  

LEMBAR PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini: NAMA : CATARINA NOVITA WAHYUNINGTYAS NIM : 06 9114 033 adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, memberikan skripsi saya yang berjudul:

  

“Hubungan antara Pola Asuh Demokratis dengan Harga Diri pada Remaja”

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma.

  Oleh karena itu Perpustakaan Universitas Sanata Dharma berhak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mempublikasikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin saya atau memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk digunakan dengan semestinya.

  Yogyakarta, ……………..2010 Penulis,

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Yesus Kristus atas segala berkat dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Pola Asuh Demokratis

  

dengan Harga Diri pada Remaja”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi

  salah satu syarat kelulusan di fakultas Psikologi, universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menghadapi hambatan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

  1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  2. Ibu Titik Kristiyani, M.Psi., selaku Ketua Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Bapak Y. Heri Widodo, S. Psi., M.Psi, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengetahuan dan begitu banyak saran dalam penulisan skripsi ini.

  4. Bapak A. Supratiknya, Ph D, selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan selama penulis menyelesaikan studi di fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  5. Semua bapak ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membagikan pengetahuan dan ilmunya kepada penulis.

  6. Ibu Dra.L.Pratidarmanastiti, MS dan ibu ML. Anantasari, S.Psi., M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun bagi penulis.

  7. Ibu Agnes Indar E., Psi., M.Si terima kasih atas bimbingannya saat penulis menjadi asisten grafis.

  8. Mas Muji, mas Gandung, bu Nanik, mas Doni, pak Gie’, terima kasih atas bantuannya selama ini dalam urusan administrasi.

  9. Bapak Cyrillus Suwarji dan ibu Clarentina Bingah Suwarni yang tercinta...berjuta terima kasih atas doa, motivasi, kasih sayang dan kesabaran yang diberikan kepada penulis selama ini..sangat bangga dan beruntung memiliki orang tua sehebat kalian.

  10. Mas bowo dan keluarga..terima kasih atas motivasi yang diberikan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.

  11. Mbah kakung, mbah putri, bulik-bulikku dan sepupu-sepupuku...terima kasih atas pertanyaan “kapan lulusnya” yang menjadikanku termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi.

  12. Yang tak pernah lekang oleh waktu...Albertus Sigit Prawoto...terima kasih untuk cinta, kesabaran, pengertian dan motivasinya...kasih sayangmu menguatkanku.

  berikan sangat membantu dalam penelitian ini...tanpa kalian penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini.

  14. Semua teman yang telah membantu menyebarkan kuesioner Citra, Tika, Velly, Cupri, Cecil, Ance, Vio, Avis, Gose, Putu, Yoko....terima kasih atas bantuannya..tanpa kalian skripsi ini tidak akan cepat selesai.

  15. Sheenta dan Anna…teman yang membimbing penyelesaian skripsi ini serta mengajariku tentang SPSS..matur nuwun.

  16. Temen-temen satu bimbingan (Sheenta, Anna, Rona, Made, Cicil, Dian, Winda) yang selalu ngantri senin-selasa..terima kasih atas sharing dan kebersamaan dalam berjuang menyelesaikan skripsi.

  17. Lusia Tatik Kartikawati...terima kasih atas pinjeman laptopnya…atas bantuan menyebarkan kuesioner dan entri datanya serta motivasi yang diberikan pada penulis...”segera menyusul ya tik...semangat demi masa

  depan.hehehe.

  18. Chika dan Viany...terima kasih atas pengertian, kesabaran dan persahabatannya...kalian telah mengajariku banyak hal untuk menjadi dewasa.

  19. Ely, Emak, Dephi, Rara, Chacha, Mia, Erze, Windi, Ikke, Noetz, Berto, Satria, Adit, Kessed, Coro, Komeng, Paymun, Maz kun...terima kasih atas dukungan dan motivasi yang diberikan pada penulis…terima kasih telah berbagi banyak hal denganku... keep our friendship.

  21. Sahabat-sahabat VL 13…kalian memang tak pernah padam..terima kasih atas dukungan dan motivasi yang telah kalian berikan dari dekat maupun jauh...terutama untuk Citra, Dimon, Ema, Sheenta, Ninit, Vanda, Putri, Garbo, Danu..saat aku membutuhkan, kalian pasti selalu ada..terima kasih kawan.

  22. Yang pernah menjalani hidup bersama..anak-anak Palem..Atha, Ely, Nona, Mumbubz, Mira, Mba endoels...terima kasih atas proses yang mendewasakan…sangat membahagiakan mengenal kalian.

  23. Alma’ers…mba Nita terima kasih buat ajaran visionya...Velly, Cupri, Meimei, Pitri, Yuli, Tika kecil...terima kasih atas canda tawa, motivasi dan kebersamaannya.

  24. Anak-anak Putri Ayu..Rinda, Wiwik, Asti...terima kasih banyak atas bantuan dan motivasinya.

  25. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan, doa dan kerjasamanya selama ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih memiliki kekurangan-kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran masih penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi setiap orang yang membacanya.

  Yoyakarta, 25 Agustus 2010 Penulis

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... iv ABSTRAK ........................................................................................................ v ABSTRACT ...................................................................................................... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...................... vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR ATAU SKEMA ............................................................ xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii

  BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang ............................................................................ 1 B. Rumusan Permasalahan .............................................................. 7 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8

BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 10

  1. Pengertian Harga Diri ............................................................. 10

  2. Aspek-aspek Harga Diri ......................................................... 11

  3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga Diri ....................... 13

  4. Perkembangan Harga Diri ..................................................... 16

  5. Harga Diri Remaja.................................................................. 18

  B. Pola Asuh Demokratis ................................................................ 19

  1. Pengertian Pola Asuh Demokratis .......................................... 19

  2. Aspek-aspek Pola Asuh Demokratis ..................................... 20

  3. Pola Asuh Demokratis pada remaja........................................ 21

  C. Hubungan antara pola asuh demokratis dengan harga diri pada remaja .................................................................................. 22 D. Hipotesis ....................................................................................... 25

  

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 26

A. Jenis Penelitian ............................................................................. 26 B. Identifikasi Variabel Penelitian .................................................... 26 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ..................................... 26 D. Subyek Penelitian ......................................................................... 29 E. Metode dan Alat Pengumpulan Data............................................ 30 F. Pertanggungjawaban Mutu ........................................................... 35

  1. Uji Validitas ............................................................................. 35

  2. Uji Daya Beda Item.................................................................. 35

  1. Uji Asumsi............................................................................... 39

  2. Uji Hipotesis ............................................................................ 40

  

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 41

A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 41 B. Data Demografi Subyek Penelitian .............................................. 41 C. Uji Asumsi.................................................................................... 42

  a. Uji Normalitas.......................................................................... 42

  b. Uji Linearitas............................................................................ 42

  D. Hasil Penelitian ............................................................................ 43

  1. Uji Hipotesis ............................................................................ 43

  2. Uji Tambahan........................................................................... 43

  E. Pembahasan ................................................................................. 45

  

BAB V PENUTUP......................................................................................... 51

A. Kesimpulan .................................................................................. 51 B. Saran ........................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 53

LAMPIRAN....................................................................................................... 55

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1 Tabel Spesifikasi Item-Item Skala Pola Asuh Demokratis ......................... 36 Tabel 2 Skor Butir-butir Favorable Skala Pola Asuh Demokratis .......................... 36 Tabel 3 Skor Butir-butir Unfavorable Skala Pola Asuh Demokratis....................... 37 Tabel 4 Skor Butir-butir Favorable Skala Harga Diri ............................................. 38 Tabel 5 Skor Butir-butir Unfavorable Skala Harga Diri.......................................... 38 Tabel 6 Tabel Skala Pola Asuh Demokratis Sebelum dan Sesudah Uji Coba......... 41 Tabel 7 Tabel Spesifikasi Skala Pola Asuh Demokratis Sesudah Uji Coba ............ 41 Tabel 8 Data Usia Subyek Penelitian....................................................................... 45 Tabel 9 Data Teoritis dan Empiris Skala Pola Asuh Demokratis dan

  Skala Harga Diri .........................................................................................48

  DAFTAR GAMBAR ATAU SKEMA

  Skema Hubungan antara Pola Asuh Demokratis dengan harga Diri pada Remaja...... 29

  DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I Estimasi Reliabilitas dan Uji Daya Beda Item

  Skala Pola Asuh Demokratis............................................... 59

  

LAMPIRAN II Uji Normalitas, Uji Linearitas, dan Uji Korelasi ................ 68

LAMPIRAN III Skala Pola Asuh Demokratis dan Skala Harga Diri ............ 72

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya harga diri yang dimiliki oleh remaja akan sangat

  berpengaruh pada perilaku remaja. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan harga diri merupakan kebutuhan mendasar, selain kasih sayang dan rasa aman.

  Orang-orang yang tidak atau kurang terpenuhi kebutuhan harga dirinya cenderung memiliki sifat-sifat negatif antara lain merasa rendah diri, lemah, dan tidak berdaya (Maslow, dalam Hall&Linzey, 1993). Harga diri pada remaja seringkali dihubungkan dengan kenakalan dan tindak kekerasan.

  Remaja yang memiliki harga diri yang rendah cenderung berperilaku menyimpang. Para ahli menyatakan bahwa remaja dengan harga diri rendah yang disertai pengalaman kegagalan, sering melakukan perbuatan kriminal dan kekerasan untuk meningkatan harga diri dan eksistensi pada peer-

  group nya.

  Remaja akan merasa memiliki harga diri yang tinggi dengan melakukan kenakalan karena kelompoknya akan mendukung dengan memberikan perasaan saling memiliki, penerimaan, dan disini remaja akan merasa penting. Selain kekerasan dan kriminal, harga diri juga berkaitan dengan penyalahgunaan obat terlarang dan perilaku bunuh diri pada remaja. Jika bernilai dan bermakna. Sehingga ia tidak akan mungkin dengan sengaja menyakiti dirinya sendiri.

  Seorang remaja yang memiliki harga diri yang negatif menurut Tambunan (2001) akan cenderung merasa bahwa dirinya tidak mampu atau tidak berharga. Di samping itu, remaja dengan harga diri yang negatif cenderung untuk tidak berani mencari tantangan-tantangan baru dalam hidupnya, cenderung tidak merasa yakin akan pemikiran-pemikiran serta perasaan yang dimilikinya, cenderung takut menghadapi respon dari orang lain, tidak mampu membina komunikasi yang baik dan cenderung merasa hidupnya tidak bahagia. Berawal dari perasaan tidak mampu dan tidak berharga, mereka mengkompensasikan dengan tindakan lain yang seolah-olah membuat dirinya lebih berharga, misalnya dengan mencari pengakuan dan perhatian dari teman-temannya.

  Harga diri remaja yang rendah juga nampak dalam banyaknya kasus bunuh diri pada anak dan remaja di Indonesia yang semakin hari cenderung meningkat. Meskipun belum ada data statistik pasti, namun setelah ditelusuri melalui publikasi tentang kasus bunuh diri dari berbagai sumber, didapatkan data yang mencengangkan. Pada tahun 2006 terdapat 114 kasus bunuh diri di seluruh Indonesia yang terdeteksi media (Riadi, 2007). Data yang ada di badan kesehatan dunia WHO menunjukkan, bunuh diri merupakan penyebab kematian ke-12 pada tahun 1998. Saat itu ada 948.000 orang tewas akibat luka bunuh diri altruistik yang sebagian muncul karena perasaan malu. Akibat tidak terpenuhinya kebutuhan tertentu remaja merasa malu dengan teman-temannya.

  Dengan kata lain penerimaan dirinya terganggu. Harga dirinya merasa terabaikan. Sarah (1988) mengatakan, penerimaan diri yang rendah merupakan faktor penting yang mempengaruhi ide dan percobaan bunuh diri. Seseorang yang memiliki penerimaan diri yang rendah mungkin akan melakukan tindakan bunuh diri meskipun ia memiliki dukungan sosial yang baik. Seseorang dengan penerimaan diri yang baik dan memiliki keinginan untuk bisa nyaman dalam lingkungan barunya lebih bisa mencapai tujuan.

  Ketika ditolak oleh kelompok maupun lingkungan sekitarnya, individu yang memiliki penerimaan diri yang baik mungkin akan merasa tertekan untuk sementara, tapi perasan itu akan segera hilang. Sedangkan remaja dengan penerimaan diri yang rendah akan terus merasa ditolak karena perasaan rendah dirinya, dan merasa dirinya lebih buruk dari teman-temannya.

  Kasus lain sebagai dampak dari harga diri remaja yang rendah adalah penyalahgunaan NAPZA. Biasanya para penyalahguna NAPZA memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan cenderung depresi, juga turut mempengaruhi. Selain itu, kemampuan remaja untuk memecahkan masalahnya secara adekuat berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah di luar dirinya yang menentukan segala sesuatu (“Sekilas tentang harga diri, 2008). Dalam hal ini, kepribadian yang dependen dan tidak mandiri memainkan peranan penting dalam memandang NAPZA sebagai satu-satunya pemecahan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, sangat wajar bila dalam usianya, remaja membutuhkan pengakuan dari lingkungan sebagai bagian pencarian identitas dirinya. Namun, bila ia memiliki kepribadian yang tidak mandiri dan menganggap segala sesuatunya harus diperoleh dari lingkungan, akan sangat memudahkan kelompok teman sebaya untuk mempengaruhinya menyalahgunakan NAPZA. Di sinilah sebenarnya peran keluarga dalam meningkatkan harga diri dan kemandirian pada anak remajanya (“Sekilas tentang harga diri”, 2008)

  Permasalahan diatas membuktikan bahwa harga diri atau self esteem sebagai salah satu kepribadian, mempunyai peranan yang sangat penting bagi remaja untuk membentuk pribadi yang seimbang. Sebagai generasi penerus bangsa seorang remaja harus mempunyai kepribadian yang seimbang, disamping harus mengembangkan intelektual sebagai calon tenaga ahli. Coopersmith (1967) mengungkapkan bahwa harga diri dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu maupun dari luar individu seperti lingkungan keluarga, lingkungan sosial, kondisi fisik, jenis kelamin, kondisi sosial- ekonomi dan kondisi psikologis individu. Harga diri individu mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku yang ditampilkannya. dekat dan berarti bagi anak sangat berperan dalam perkembangan kepribadian individu. Sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak merupakan iklim psikologis yang timbul dalam bentuk interaksi antara orang tua dan anak di lingkungan keluarga, hal itu akan dapat mempengaruhi bagaimana anak memandang dirinya sendiri sehingga dapat berpengaruh pula terhadap pembentukan harga diri anak tersebut. Apabila di dalam lingkungan keluarga anak merasa tertekan, tidak aman, dan tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan ide atau pendapatnya, maka anak akan cenderung terbentuk menjadi individu yang tertutup serta sulit membuka diri untuk orang lain, karena ia telah terbiasa dengan kondisi tertekan. Hal ini menyebabkan anak memiliki penilaian yang negatif pada dirinya atau cenderung memiliki harga diri yang rendah.

  Setiap orang tua mempunyai kecenderungan pola asuh yang berbeda- beda. Pola asuh otoriter cenderung memberlakukan peraturan dan disiplin yang ketat pada anak. Pola asuh demokratis cenderung memberi kesempatan berpendapat pada anak sedangkan pola asuh permisif cenderung membebaskan anak melakukan apa saja (Santrock, 2007). Pola asuh yang ditanamkan orang tua kepada anaknya akan membentuk persepsi anak, baik berupa persepsi positif maupun negatif. Hal itu tergantung dari perlakuan orang tua terhadap anak. Persepsi yang telah ada dalam diri anak akan terus melekat sampai anak tumbuh dewasa dan akan dijadikan suatu pedoman bagi memberikan tanggung jawab bagi anak-anaknya, saling memberi dan menerima, selalu mendengarkan keluhan-keluhan dan pendapat anak-anaknya.

  Atamimi (1992) menambahkan bahwa pola asuh demokratis juga ditandai oleh sikap tidak mengontrol dan tidak menuntut dari orang tua kepada anak, tetapi lebih menitikberatkan pada sikap yang hangat, ada komunikasi timbal balik antara orang tua dan anak. Dengan menerapkan pola asuh demokratis dalam mendidik anak, maka akan mendorong anak untuk menilai dirinya secara positif, tidak hanya ketika anak berada dalam keluarga akan tetapi saat anak berada di lingkungan sosial.

  Orang tua yang tidak menerapkan pola asuh demokratis seperti pengasuhan otoriter yang mendidik anaknya terlalu keras atau kaku maka akan berdampak negatif pada perkembangan anak, anak akan tumbuh menjadi seorang individu yang agresif, mudah tersinggung, mudah menyerah, penuh curiga, selalu merasa tidak puas, selalu menarik diri dari lingkungan sehingga menyebabkan anak memiliki pandangan yang negatif terhadap dirinya. Sama halnya jika orang tua menerapkan pola asuh permisif, dimana orang tua memberikan kebebasan tak terbatas pada anak, tidak adanya kontrol-kontrol dan aturan-aturan dalam mengasuh dan mendidik anak. Anak dibiarkan tumbuh sendiri tanpa diberi bimbingan yang cukup dari orang tua. Anak yang diasuh dengan pola asuh ini akan tumbuh menjadi seorang individu yang tidak matang, impulsif, tidak mampu menghargai orang lain. Hal tersebut menerima dirinya sendiri serta selalu memiliki emosi dan perasaan yang negatif.

  Penelitian-penelitan sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang berjudul “Program Bimbingan Bagi Orang Tua dalam Penerapan Pola Asuh Untuk Meningkatkan Kematangan Sosial Anak” dengan subyek Anak dan Orang Tua di TK Islam Terpadu Anak Soleh Mataram (Habibi, 2000). Dalam penelitian tersebut, Habibi mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan kematangan sosial anak. Anak dengan pola asuh demokratis lebih dapat mengembangkan kematangan sosialnya. Pola asuh demokratis banyak memberikan dampak yang positif bagi perkembangan psikologis anak. Dalam kesimpulan penelitian tersebut dikatakan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis akan membawa dampak pada kepribadian anak yang lebih positif daripada penerapan pola asuh lainnya.

  Dalam penelitian ini secara khusus penulis membahas tentang pola asuh demokratis dengan harga diri remaja. Hal ini bertujuan untuk mengungkap apakah pola asuh demokratis berkaitan dengan harga diri pada remaja.

B. Rumusan Permasalahan

  Apakah terdapat hubungan antara pola asuh demokratis dengan harga diri pada remaja?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pola asuh demokratis dengan harga diri pada remaja.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis

  Informasi dan pengetahuan tentang hubungan antara pola asuh demokratis dengan harga diri pada remaja telah dipaparkan dan dapat digali melalui penelitian ini, sehingga bisa dijadikan sebagai bahan masukan empiris serta untuk menambah referensi dalam bidang ilmu pengetahuan, khususnya dalam kajian psikologi perkembangan yang menyangkut pembentukan dan perkembangan harga diri remaja terutama dalam kaitannya dengan pola asuh demokratis.

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi orangtua Dengan adanya penelitian ini diharapkan para orang tua memperoleh gambaran mengenai hubungan pola asuh demokratis dengan harga diri pada remaja. Selain itu, para orang tua dapat menerapkan pola asuh yang tepat bagi anak, sehingga akan membentuk persepsi anak yang positif yang nantinya akan berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak terutama dalam hal pembentukan harga diri pada remaja. b. Bagi remaja Melalui penelitian ini remaja dapat belajar dan mengetahui tentang bagaimana pola asuh yang diterapkan oleh orang tuanya dan bagaimana pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadiannya sehingga nantinya penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran bagi remaja dalam perkembangan kepribadiannya.

  c. Masyarakat umum Penelitian ini memberikan gambaran serta wawasan bagi masyarakat umum tentang kaitan antara pola asuh demokratis dengan harga diri pada remaja. Dengan memperoleh gambaran tersebut masyarakat dapat bersikap dengan tepat tentang penerapan pola asuh serta dampaknya terhadap pembentukan kepribadian anak dalam hal ini secara khusus adalah perkembangan harga diri pada remaja.

BAB II LANDASAN TEORI A. Harga Diri

1. Pengertian Harga diri

  Ada beberapa definisi mengenai harga diri yang dikemukakan oleh para ahli. Coopersmith (1967), mendefinisikan harga diri sebagai evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya. Evaluasi ini menyatakan suatu sikap penerimaan atau penolakan dan menunjukkan sejauh mana individu percaya bahwa dirinya mampu berarti, berhasil dan berharga. Hal tersebut didukung oleh pendapat Klass dan Hodge (1978), yang mengemukakan bahwa harga diri merupakan persepsi diri individu tentang rasa keberhargaannya, dimana proses tersebut diperoleh dari hasil interaksi dengan lingkungan serta penghargaan, penerimaan dan perlakuan orang lain terhadap individu.

  Calboun (1990) berpendapat bahwa harga diri merupakan hasil dari salah satu dimensi dari konsep diri yaitu evaluasi diri, yang dimaksud adalah penilaian terhadap diri sendiri melawan apa yang dirasakan dapat dilakukan dan harus dapat dilakukan. Jadi evaluasi diri merupakan penilaian terhadap diri yang nyata dan diri yang dicita- harga diri mengandung arti suatu hasil penilaian individu terhadap dirinya yang diungkapkan dalam sikap-sikap yang dapat bersifat positif dan negatif. Bagaimana seseorang menilai tentang dirinya akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupannya sehari-hari. Harga diri yang positif akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini.

  Branden (2001) menambahkan bahwa harga diri merupakan pengalaman intim yang berada dalam inti kehidupan. Harga diri adalah apa yang dipikirkan dan dirasakan tentang diri sendiri, bukanlah apa yang dipikirkan atau dirasakan orang lain tentang siapa diri kita sebenarnya.

  Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa harga diri merupakan hasil dari penilaian individu terhadap dirinya sendiri yang menunjukkan tingkat kepercayaan individu bahwa dirinya mampu berarti, berhasil dan berharga.

2. Aspek-aspek harga diri

  Harga diri menurut Coopersmith (1967) adalah suatu pendapat pribadi yang pantas, yang diekspresikan dalam sikap-sikap individu yang berpatokan pada dirinya sendiri. Ada empat aspek menurut Coopersmith (1967) yang menjadi sumber dari pembentukan harga diri a. Kekuatan (Power), yaitu kemampuan untuk mempengaruhi dan mengontrol orang lain serta mengontrol diri sendiri. Keberhasilan seseorang yang meliputi kemampuan untuk mengontrol diri sendiri, mengendalikan dan mempengaruhi orang lain dengan maksud untuk mencapai tujuan dan kemampuan melakukan inisiatif yang baik.

  b. Keberartian (Significance), yaitu individu yang memandang dirinya sesuai dengan pandangan orang lain yang nampak dari adanya penerimaan, penghargaan, perhatian dan kasih sayang dari orang lain. Penerimaan dan perhatian biasanya ditunjukkan dengan adanya penerimaan dari lingkungan, ketenaran, dukungan dari keluarga dan masyarakat.

  c. Kebajikan (Virtue), yaitu kebajikan atau ketaatan individu pada nilai-nilai moral, etika serta aturan-aturan, ketentuan yang ada dalam masyarakat dan juga memberi contoh yang baik. Makin taat seseorang menjalankan apa yang telah digariskan oleh lingkungan, makin dapat seseorang dijadikan contoh oleh lingkungan sehingga harga dirinya semakin tinggi.

  d. Kompetensi (Competence), yaitu kemampuan yang diartikan sebagai performance atau penampilan yang sesuai untuk mendapatkan prestasi yang baik, untuk mencapai hal-hal yang membawa ke arah kerugian atau kegagalan, sehingga mampu menghadapi masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri

  Harga diri tidak dibawa sejak kecil, namun merupakan faktor yang dipelajari dan terbentuk sepanjang pengalaman hidup individu dalam relasinya dengan dirinya sendiri maupun orang lain. Di bawah ini faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri antara lain: a. Lingkungan keluarga

  Menurut Hurlock (1999) seorang anak akan belajar menilai dirinya melalui sikap orang tua dan anggota keluarga yang lain, demikian pula dengan para remaja, mereka akan mengevaluasi dirinya melalui sikap, perhatian, penerimaan dan kasih sayang dari keluarga. Coopersmith (1967) mengatakan bahwa perlakuan orang tua terhadap anak akan mempengaruhi perkembangan harga diri anak. Orang tua yang sering memuji anaknya, bila anak berperilaku baik, lebih demokratis penuh penerimaan dan pengungkapan cinta, tidak gampang menghukum dan bila menghukum anak hukumannnya sesuai dengan perbuatan anak.

  Hal ini akan cenderung mempengaruhi perkembangan harga diri anak ke arah yang tinggi. Pada orang tua yang menerapkan aturan yang kurang jelas, cara mendidik anak yang cenderung kasar serta b. Lingkungan sosial Coopersmith (1967) mengatakan bahwa harga diri dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Para remaja akan mengevaluasi dirinya melalui respon yang diberikan oleh orang lain. Apabila lingkungan memberi tanggapan yang baik dimana individu merasa diterima, dihargai, diperhatikan dan memperoleh kasih sayang maka hal tersebut akan mendorong terbentuknya harga diri yang baik. Sebaliknya bila lingkungan menolak dan tidak mempedulikan individu maka hal tersebut akan mendorong terbentuknya harga diri yang buruk.

  c. Kondisi psikologis individu Rosenberg (dalam Coopersmith, 1967) mengemukakan adanya beberapa variabel dalam harga diri yang dapat dijelaskan melalui konsep-konsep nilai, aspirasi, mekanisme pertahanan diri dan pengalaman hidup individu yang berkaitan dengan keberartian diri, keberhasilan diri, performansi diri dan nilai-nilai kebajikan.

  Pengalaman individu yang berkaitan dengan keberartian diri menyangkut seberapa besar individu percaya bahwa dirinya mampu, berarti berhasil dan berharga menurut standart dan nilai- nilai pribadinya.

  Pengalaman individu yang berkaitan dengan keberhasilan diri dalam mempengaruhi dan mengendalikan diri sendiri dan orang lain semakin tinggi harga dirinya Pengalaman individu yang berkaitan dengan performansi diri adalah kemampuan individu dalam mencapai suatu tujuan yang sesuai dengan harapan dan keinginannya. Individu yang mempunyai kemampuan sesuai dengan tuntutan dan harapannya akan membentuk harga diri yang tinggi, namun bila tidak akan membentuk harga diri yang rendah.

  Pengalaman individu yang berkaitan dengan nilai-nilai kebajikan menyangkut ketaatan individu terhadap standar moral, etika dan prinsip serta agama yang diyakininya. Apabila individu berperilaku sesuai moral, etika, dan prinsip yang ada dalam masyarakat maka masyarakat akan menerima, memberi penilaian yang baik dan penghargaan terhadap mereka sehingga dapat membentuk harga diri yang tinggi.

  d. Kondisi fisik Perubahan-perubahan jasmani yang terjadi pada masa remaja mengakibatkan remaja lebih memperhatikan ciri-ciri jasmani mereka sehingga penilaian diri mereka tergantung dari pandangan mereka terhadap ciri jasmani mereka. Menurut Hurlock (1980) remaja yang merasa puas dengan tubuhnya akan menyebabkan e. Kondisi sosial ekonomi Coopersmith (1967) berpendapat bahwa terdapat hubungan yang meyakinkan antara harga diri dengan status sosial ekonomi.

  Individu dengan harga diri tinggi lebih banyak ditemukan pada kalangan sosial ekonomi tinggi. Hal ini disebabkan karena status sosial ekonomi yang dimiliki seseorang dapat memberikan prestise tertentu dalam masyarakat, dan prestise tersebut dapat mempengaruhi harga diri individu yang bersangkutan.

  f. Jenis Kelamin Bachman dan O’Malley (1977) berpendapat bahwa wanita mempunyai harga diri yang rendah bila dibandingkan dengan pria.

  Hal tersebut terjadi karena wanita merasa dirinya lebih rendah, kurang mampu dan harus dilindungi oleh pria sehingga dalam menilai dirinyapun cenderung lebih rendah.

4. Perkembangan harga diri

  Harga diri bukan merupakan faktor yang dibawa individu sejak lahir, akan tetapi merupakan faktor yang terbentuk dan berkembang sepanjang perjalanan hidup individu berdasarkan pengalamannya dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Clemes, Bean dan Clark (1995) bahwa pandangan tentang diri sendiri dan harga diri berkembang secara bertahap sepanjang hidup, diawali dari masa bayi pada akhirnya perasaan kompleks tentang diri sendiri. Hasil akhirnya adalah perasaan menyeluruh tentang harga diri atau ketidakmampuan diri. Bradshaw (1967) juga berpendapat bahwa harga diri tidak dapat terbentuk dengan begitu saja melainkan diperoleh dalam proses interaksi dengan orang lain.

  Noesjirwan (1979) mengemukakan bahwa harga diri merupakan perkembangan dari rasa ketergolongan, rasa kemampuan dan rasa keberartian.

  a. Rasa ketergolongan Rasa ketergolongan sehubungan dengan harga diri berarti bahwa individu merasa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok, diterima dan dihargai kelompok.

  b. Rasa kemampuan Individu menilai dirinya sendiri berdasarkan kemampuan untuk melaksanakan atau mencapai hal-hal yang diinginkannya. Bila individu berhasil mencapai keinginan tersebut dengan cara yang efektif maka individu akan menilai dirinya positif.

  c. Rasa keberartian Pandangan individu terhadap dirinya yang didasarkan akan apa yang diketahui tentang dirinya dan juga penilaian orang lain.

5. Harga diri remaja

  Masa remaja merupakan salah satu periode dalam hidup yang penting bagi perkembangan harga diri dan menuntut untuk dipenuhi, karena harga diri mencapai puncaknya pada masa remaja. Harga diri remaja berkembang dan terbentuk dari interaksinya dengan orang lain.

  Harga diri yang tinggi akan membawa pengaruh terhadap perilaku positif pada remaja dan sebaliknya.

  Nathaniel (Koentjoro, 1989) menyimpulkan bahwa harga diri yang tumbuh dan dimiliki oleh remaja berasal dari penilaian orang lain yang kemudian menghasilkan suatu akibat terutama pada proses kognitif, afektif, keinginan, nilai dan tujuan yang kemudian menjadi penilaian positif atau negatif terhadap dirinya sendiri. Penilaian yang positif terhadap diri sendiri berarti menimbulkan rasa menghargai diri sendiri atau harga diri yang positif, dan sebaliknya penilaian yang negatif terhadap diri sendiri akan menimbulkan harga diri yang negatif.

  Harga diri yang dimiliki seorang remaja merupakan kunci penting pada tingkah laku yang akan membawa remaja menilai dirinya sebagai orang yang berhasil atau tidak. Kemantapan harga diri punya pengaruh penting dalam perkembangan remaja. Selanjutnya harga diri yang mantap akan membantu remaja untuk dapat mengerti dan memahami diri sendiri yang nantinya akan tercermin dalam perilakunya. remaja. Selanjutnya harga diri yang mantap akan membantu remaja untuk dapat mengerti dan memahami diri sendiri yang nantinya akan tercermin dalam perilakunya.

B. Pola asuh Demokratis

1. Pengertian pola asuh Demokratis

  Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya sikap terbuka antara anak dan orang tua (Hurlock, 1973). Vaughan (1984) mengatakan bahwa dalam keluarga demokratis anak diberi kesempatan untuk mengekspresikan ide-idenya seperti dalam kelompok diskusi, ide-ide tersebut menjadi permulaan dalam pengambilan keputusan kelompok. Dapat dikatakan bahwa orang tua dengan pola asuh demokratis cukup memberikan perhatian dan tanggapan terhadap keinginan dan pendapat anak.

  Jadi, pola asuh demokratis adalah pola asuh yang diterapkan oleh orang tua yang ditandai dengan adanya sikap terbuka antara anak dengan orang tua, serta adanya peraturan dalam keluarga yang merupakan hasil dari kesepakatan bersama. Selain itu, orang tua memberikan kebebasan kepada anaknya untuk berpendapat.

2. Aspek-aspek pola asuh demkoratis

  Berikut ini adalah aspek-aspek pola asuh demokratis menurut Santrock (2007):

  a. Aspek keseimbangan antara kendali dan otonomi yang diberikan oleh orang tua 1) Anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan 2) Orang tua memberikan motivasi dan kebebasan yang terarah kepada anak.

  3) Orang tua menerapkan peraturan berdasarkan kesepakatan bersama b. Aspek komunikasi antara anak dan orang tua (memberi dan menerima secara verbal)

  1) Orang tua mampu bersikap paraphrasing (secara halus mengungkapkan kembali pernyataan anak dengan bahasa yang lebih tepat dan lebih baik). 2) Orang tua memiliki teknik bertanya yang baik untuk memancing sikap kritis anak.

  3) Orang tua memberikan kesempatan pada anak untuk menyampaikan ide atau pendapatnya.

  c. Aspek kehangatan dan keterlibatan orang tua terhadap perkembangan anak.

  2) Orang tua memiliki kesabaran dan kegigihan dalam mengasuh dan mendidik anak.

  3) Orang tua mampu mengikuti perkembangan anak. 4) Anak diakui keberadaannya oleh orang tua

3. Pola asuh demokratis pada remaja

  Hurlock (1992) berpendapat bahwa pola asuh demokratis adalah salah satu teknik atau cara mendidik dan membimbing anak, di mana orangtua bersikap terbuka terhadap tuntutan dan pendapat yang dikemukakan anak, kemudian mendiskusikan hal tersebut bersama- sama. Pola ini lebih memusatkan perhatian pada aspek pendidikan daripada aspek hukuman, orang tua memberikan peraturan yang luas serta memberikan penjelasan tentang sebab diberikannya hukuman serta imbalan tersebut. Hurlock (1992) mengatakan bahwa pola asuh demokratis ditandai dengan sikap menerima, responsif, berorientasi pada kebutuhan anak yang disertai dengan tuntutan, kontrol dan pembatasan. Jadi penerapan pola asuh demokratis dapat memberikan keleluasaan anak untuk menyampaikan segala persoalan yang dialaminya tanpa ada perasaan takut, keleluasaan yang diberikan orangtua tidak bersifat mutlak akan tetapi adanya kontrol dan pembatasan berdasarkan norma-norma yang ada.

  

C. Hubungan antara pola asuh demokratis dengan harga diri pada

remaja

  Berkembangnya harga diri seorang individu berkaitan erat dengan pola asuh orang tua di dalam keluarga, keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk dan menentukan kepribadian anak (Tambunan 2001). Pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak akan mempengaruhi perilaku dan kepribadian anak, dimana perilaku dan kepribadian ini akan terbawa ke lingkungan sosial anak. Ada berbagai macam pola asuh orang tua di dalam keluarga dan perbedaan pola asuh orang tua ini akan menghasilkan seorang anak dengan perilaku dan kepribadian yang berbeda (Hauck, 1995).