PERJUANGAN PERS PASCA PROKLAMASI KEMERDEKAAN DI YOGYAKARTA: Studi Kasus SKH Kedaulatan Rakyat (1945-1950)

PERJUANGAN PERS PASCA
PROKLAMASI KEMERDEKAAN DI YOGYAKARTA:
Studi Kasus SKH Kedaulatan Rakyat (1945-1950)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
Program Studi Ilmu Sejarah

Oleh :
INNEKE TRIANTYASARI LADY HAMZAH
NIM : 034314013

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
i


ii

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Kedua orang tuaku tercinta, yang selalu berharap aku dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan cepat.
Papa Alm. Andi Hamzah Mappatabe
Mama Godeliva Maria S. Hartini
Kedua kakakku:
Andu Wendy Zailani Hamzah
Erdwin Jeffrie Marliandi Hamzah

Kakak iparku: Layung Paramesti Martha

Puang terbaikku Alm. PS. Akbar

Sahabat kecilku: Indrawati Puspa Ningrum


Serta keluarga besarku di Yogyakarta, Semarang, Makassar,
Jakarta dan Belanda. Terima kasih atas segala doa dan dukungan
yang diberikan selama ini.

Almamaterku Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma

MOTTO

Menjadi yang pertama, adalah harapan setiap insan...
Akan tetapi menjadi yang terakhir bukanlah suatu keburukan.
Proses maju mundur akan ada dalam setiap perjalanan kehidupan
Sehingga teruslah berusaha untuk mewujudkan semua keinginan.
Setiap usaha keras akan membuahkan hasil yang memuaskan...

iv

v

vi


KATA PENGANTAR

Akhirnya proses panjang yang telah menyita waktu selama beberapa tahun
ini selesai. Meskipun harus menghabiskan waktu yang tidak sebentar, rasa puas
dan bahagia tetap menyelimuti. Rasa bersalah terhadap kedua orang tua pun
perlahan sirna, tergantikan dengan senyum cerah.
Dengan selesainya tulisan ini, sudah sepantasnya penulis mengucapakan
puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi kehidupan dan kekuatan
kepada penulis untuk tegar menghadapi segala kesulitan selama berlangsungnya
proses ini. Dan tetap yakin kepadaNYA bahwa perjalanan sesulit apapun akan
berakhir bila ada usaha untuk keluar dari kesusahan yang membelenggu.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.

Bapak Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum., selaku dekan beserta staf kerja
yang sudah memberikan kesempatan serta ijin untuk menyelesaikan skripsi
ini.

2.


Bapak Drs. Hb. Hery Santosa, M. Hum., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Sejarah yang telah memberikan nasehat serta dorongan kepada penulis
untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

3.

Romo Dr. G. Budi Subanar, SJ selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia dengan penuh kesabaran dan perhatian memberikan saran,
masukan, pikiran serta meluangkan waktu untuk membimbing dan
mengoreksi skripsi ini hingga selesai.

4.

Bapak Drs. Silverio R.L. Aji Sampurno, M. Hum., selaku dosen
pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu untuk senantiasa
vii

membantu dan memberi masukan bagi penulis, sejak awal penulis kuliah
hingga di saat mengalami kesulitan dalam menyelesaikan skripsi.
5.


Dosen-dosenku: Bapak Drs. Purwanto, M.A., Bapak (Alm.) Drs. G.
Moedjanto M. A., Bapak (Alm.) Prof. Dr. P.J. Suwarno, S.H., Bapak Drs.
Ign. Sandiwan Suharso, Romo Dr. FX. Baskara T. Wardaya SJ, Ibu Dra.
Lucia Juningsih, M. Hum., Bapak Dr. Budiawan, Bapak Dr. St. Sunardi,
Bapak Dr. Anton Haryono, M.Hum., dan Bapak Drs. Manu Joyoatmojo.
Serta dosen-dosen lain yang telah memberikan ilmu bagi penulis selama
penulis menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.

6.

Mas Filicianus Tri Haryadi di sekretariat Fakultas Sastra yang selalu
melayani keperluan administrasi mahasiswa Ilmu Sejarah dan Pak
Wahluyo atas kenyamanan yang diberikan selama Wisma A menjadi
tempat berkumpul bagi mahasiswa yang ingin bersantai sejenak.

7.

Segenap staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.


8.

Teman-teman di Ilmu Sejarah: kakak kelas angkatan 1999, 2000, 2001,
dan 2002, Yustina, Edi, Krishna, Ajeng, Yossida, Nana, Yasser, Markus,
Ekarama, Yuhan, Roger, Elang, Halim, Mamik, Aloi Sempal, Darwin,
Anggoro, Mariati, Reny, Deddy, Ruperno, Sundari, Yoga dePOOH,
Anggie, Domi Dombrett, semoga waktu akan mempertemukan kita lagi.

9.

Hafda Zuraida dan Irena, senang bisa dekat dengan kalian, semoga
kedekatan kita selama hampir tujuh tahun ini terus berlanjut.

10. Hananto, Daniel, Eka Yuli, Agus Sumindar, teman-teman yang telah
menyediakan waktunya untuk mengantarku dan menemaniku mencari

viii

bahan penelitian, serta membantu mengedit tulisanku. Tanpa kalian, proses
ini akan terasa sangat berat.

11. Gerardus Ferdinand, meski akhir dari proses ini kita sudah tidak bersama,
kehadiranmu dalam hidupku cukup membantu segala kegiatan yang
kulakukan selama studi (15 Oktober 2004-21 Agustus 2007) maupun
setelahnya. Semoga kita sama-sama mendapatkan yang terbaik.
12. Papa, maaf baru selesai setelah dua tahun kepergian Papa. Mama dan
kedua kakakku beserta kakak iparku, maaf telah mengecewakan dan
merepotkan kalian selama ini.
13. Keluarga besarku (Andi Mappatabe) di Jakarta dan Makassar, keluarga
besarku (F.W. Djojosoedarmo) di Yogyakarta dan Semarang, yang tak
henti-hentinya mendorongku untuk menyelesaikan skripsi ini. Teruntuk
Puang alm. PS. Akbar sekeluarga, terima kasih atas perhatian yang Puang
sekeluarga berikan selama penulis melakukan penelitian di Jakarta, dan
maaf atas kerepotan ditimbulkan. Serta untuk Bude Asih dan Oom Cor di
Belanda yang selalu mengajak jalan-jalan saat berlibur ke Indonesia tahun
lalu, sehingga kepenatan sedikit sirna.
14. Keluarga Oom dan Tante Sukendra Martha, mas Alun Paradipta, terima
kasih atas bantuan dan semangat yang diberikan.
15. Teman-teman kecilku: Ningrum, Nober, Sony Moy, Imas, Adi Syarif,
Wahyu, Rini Simamora, Putu Dian. Kapan konferensi lagi? Kangen.
16. Teman GARDEP angkt. 30 dan keluarga besar PT. Aseli Dagadu Djokdja,

yang sudah memberiku kesempatan bergabung dan menjadi bagian dari

ix

x

ABSTRAK

Inneke Triantyasari Lady Hamzah
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Judul dari skripsi ini yaitu, “Perjuangan Pers Pasca Proklamasi
Kemerdekaan di Yogyakarta, Studi Kasus: Surat Kabar Harian (SKH) Kedaulatan
Rakyat (1945-1950)”. Skripsi ini menyoroti tiga permasalahan: (1) Perkembangan
pers di Yogyakarta pada tahun 1942-1950. (2) Lahir dan berkembangnya
Kedaulatan Rakyat pada tahun 1945-1950. (3) Peran dan kontribusi Kedaulatan
Rakyat selama pemerintahan RI di Yogyakarta pada tahun 1946-1950.
Penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang peranan pers
selama pemerintahan RI di Yogyakarta. Gambaran tentang pers ini, dimunculkan
dengan memuat artikel-artikel surat kabar Kedaulatan Rakyat sebagai sumber

primer yang paling banyak digunakan, serta surat kabar lain yang terkait dengan
pokok bahasan yang dihadirkan pada penulisan ini.
Data yang dipergunakan pada penulisan ini adalah data primer dan
sekunder. Diperoleh dari surat kabar yang telah dimicrofilmkan, dokumen (yang
telah dibukukan dan yang belum dibukukan), buku dan sumber tertulis dari
internet. Sumber lisan diperoleh melalui wawancara dengan seorang pegawai
Kedaulatan Rakyat. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif-analitis.
Berdasarkan penulisan ini, diketahui bahwa surat kabar memiliki andil
dalam mempertahankan kemerdekaan RI, bersama dengan strategi diplomasi dan
perjuangan bersenjata. Surat kabar menjadi media yang efektif mengabarkan ke
masyarakat tentang keadaan Indonesia pada masa pendudukan asing. Sebagai
surat kabar daerah sekaligus surat kabar nasional, Kedaulatan Rakyat
menunjukkan kiprahnya dalam dunia jurnalistik dengan mengirimkan
wartawannya meliput jalannya Konferensi Meja Bundar di Den Haag. Konferensi
ini kemudian yang mengakhiri konflik antara Indonesia dan Belanda.
Kata kunci : Perjuangan Pers, Surat Kabar Kedaulatan Rakyat, Sejarah Pers.

xi

ABSTRACT

Inneke Triantyasari Lady Hamzah
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
The title of this thesis is “The Press Struggle After The Declaration of
Independence in Yogyakarta, Case Study of The Kedaulatan Rakyat Daily
Newspaper (1945-1950)”. This thesis is focused on three problems: (1) The press
development in Yogyakarta in the year of 1942-1950. (2) The birth and
development of Kedaulatan Rakyat in the year of 1945-1950. (3) The role and
contribution of Kedaulatan Rakyat during the governance of The Republic of
Indonesia in Yogyakarta in the year of 1946-1950.
The goal of this thesis is to give an illustration of the press’ role during the
governance of The Republic of Indonesia in Yogyakarta. This illustration of the
press is shown by inserting the articles in the Kedaulatan Rakyat daily newspaper
as the primary source which is mostly used, and the other newspapers which is
connected with the main idea of this thesis.
The data used in this thesis is primary and secondary source. Taken from
microfilmed newspapers, document (which has been booked and has not been
booked), books and written source from the internet. The oral source is taken from
an interview with a staff of Kedaulatan Rakyat. The research method used is
descriptic-analytic.

From this thesis, is known that newspaper has the role in keeping the
independence of The Republic of Indonesia, along with the diplomatic strategy
and the armed struggle. The newspaper became an effective media to inform
about the situation in Indonesia within the foreign settlement to the Indonesian
people. As a local newspaper and also a national newspaper, Kedaulatan Rakyat
shown its role in the journalism world by sending its reporters to report The
Round-Table Conference in Den Haag. This conference ended the conclict
between Indonesia and Holland.
Keywords: Press struggle, Kedaulatan Rakyat Newspaper, Press History.

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI.. .....................................................................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO.............................................................

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .........................................................................

v

LEMBAR PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...................................................................

vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................................

vii

ABSTRAK ......................................................................................................................

xi

ABSTRACT ...................................................................................................................

xii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................

xiii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................
B. Batasan Masalah ..............................................................................................
C. Rumusan Masalah .............................................................................................
D. Tujuan Penelitian .............................................................................................
E. Manfaat Penelitian ............................................................................................
F. Kajian Pustaka ..................................................................................................
G. Landasan Teori ................................................................................................
H. Metode Penelitian ...........................................................................................
I. Sistematika Penulisan .......................................................................................

1
1
6
8
8
9
10
16
22
23

BAB II. PERKEMBANGAN PERS DI YOGYAKARTA TAHUN 1942-1945 ...........
A. Indonesia Masa Pendudukan Jepang ...............................................................
B. Yogyakarta sebagai Pusat Pemerintahan .........................................................
1. Agresi Militer Belanda Pertama ...........................................................
2. Agresi Militer Belanda Kedua ..............................................................
C. Lahirnya Surat Kabar di Yogyakarta Tahun 1942-1945 ..................................
1. Faktor Internal ......................................................................................
2. Faktor Eksternal ....................................................................................

25
25
32
34
38
40
44
45

xiii

BAB III. LAHIR DAN BERKEMBANGNYA SKH KEDAULATAN RAKYAT
TAHUN 1945-1950 ........................................................................................
A. Cikal Bakal dari Sebuah Surat Kabar Berbahasa Jawa ....................................
B. Regenerasi sebagai Surat Kabar Propaganda Jepang .......................................
C. Sebagai Surat Kabar yang ber Kedaulatan Rakyat ...........................................
D. Perkembangan Kedaulatan Rakyat Tahun 1945-1950 dan Aturan yang
Diterapkan Pemerintah .....................................................................................

50
51
55
60
64

BAB IV. PERANAN DAN KONTRIBUSI KEDAULATAN RAKYAT SELAMA
PEMERINTAHAN RI DI YOGYAKARTA ...................................................
A. Kedaulatan Rakyat dalam Menjalankan Fungsi Pers ......................................
B. Kedaulatan Rakyat sebagai Pewarta Usaha Diplomasi ....................................
1. Perundingan Linggajati .........................................................................
2. Pertemuan Kaliurang ............................................................................
3. Perundingan Renville ...........................................................................
4. Perundingan Roem-Royen ....................................................................
5. Konferensi Meja Bundar dan Penyerahan Kedaulatan .........................
C. Kedaulatan Rakyat sebagai Pers Daerah dan Nasional ...................................

68
68
74
75
77
81
85
88
92

BAB V. PENUTUP ........................................................................................................

97

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 101
LAMPIRAN ................................................................................................................... 108

xiv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pers merupakan media untuk menyampaikan aspirasi dan atau informasi atas
suatu peristiwa berdasarkan fakta yang akurat sehingga dapat dipertanggungjawabkan
baik secara moral dan legal. Setiap penduduk berhak untuk mendapatkan informasi
aktual sesuai dengan kebutuhannya dan juga setiap orang memiliki hak yang sama
untuk menyalurkan aspirasinya melalui pers. Namun dengan demikian kebebasan
dalam menyampaikan informasi yang dimilikinya harus mengikuti perundangundangan yang berlaku, karena negara berkewajiban mengatur dan melindungi
batasan-batasan hak dan kewajiban setiap warganya.
Sarana pers sebagai media informasi mencakup media cetak dan elektronik,
baik yang berupa tulisan, gambar, maupun suara. Bukan hanya surat kabar yang
dikatakan sebagai bagian dari pers tetapi tabloid dan majalah termasuk di dalamnya.
Selain media informasi yang beredar di masyarakat umum, media informasi yang
beredar di dalam kampus atau institusi pendidikan pun tergolong sebagai pers.
Perbedaan

lingkungan

peredaran

media

tersebut,

mempengaruhi

corak

pemberitaannya.
Di Indonesia, surat kabar sudah dikenal jauh sebelum proklamasi
kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetapi, surat kabar yang ada

1

2

pada saat itu masih menggunakan bahasa daerah (seperti Jawa, Sunda,) dan bahasa
asing (seperti Tionghoa dan Belanda). Sedangkan surat kabar berbahasa Indonesia
jarang ditemui.
Surat kabar berbahasa Indonesia yang dimiliki oleh golongan pribumi pertama
kali muncul pada tahun 1907 dengan nama Medan Prijaji.1 Pada awalnya, Medan
Prijaji diterbitkan secara mingguan di Bandung, kemudian pada tahun 1910
diterbitkan secara harian di Jakarta. Medan Prijaji dikatakan sebagai pelopor pers
Indonesia karena merupakan surat kabar Indonesia pertama yang berbahasa Indonesia
sekaligus sebagai surat kabar nasional. Pernyataan itu didasarkan pada kepemilikan
surat kabar oleh orang Indonesia, bukan keturunan Tionghoa maupun Belanda.
Pasca Medan Prijaji pada tahun 1942, beberapa surat kabar berbahasa
Indonesia mulai bermunculan dan berada di bawah kontrol Jepang. Pada pertengahan
tahun 1945 (setelah kepergian Jepang dari Indonesia) surat kabar itu baru dapat
melepaskan diri dari kontrol Jepang.
Pasca proklamasi kemerdekaan yang bersamaan dengan kembalinya Belanda
ke Indonesia, pers berperan sebagai media informasi bagi perjuangan pada masa itu.

1

Surat kabar ini terbit sampai tahun 1912. Baca: Abdurrachman
Surjomihardjo, dkk., Beberapa Segi Perkembangan Sejarah Pers di Indonesia,
(Jakarta: Kompas, 2002), hlm. 77; Sudarjo Tjokrosisworo, Kenangan Sekilas
Sedjarah Perdjuangan Pers Suratkabar Sebangsa, (Djakarta: P.T. Indonesia Raya
Press, 1958), hlm. 143.

3

Contohnya

pada

perjuangan

secara

diplomasi,2

pers

berperan

dalam

menginformasikan hasil-hasil perundingan antara pemerintah Republik Indonesia
(RI) dengan pihak Belanda. Selain itu, pers juga berperan menyebarkan informasi
tentang keberhasilan tentara Indonesia saat berperang melawan tentara Belanda dan
Sekutu.3
Dari penjelasan paragraf di atas, menunjukkan bahwa ada dua strategi yang
dipergunakan bangsa Indonesia dalam rangka mempertahankan kemerdekaannya,
yakni pertama, perjuangan di meja perundingan (diplomasi); dan kedua, perjuangan
di medan perang (perjuangan bersenjata).4 Keduanya menjadi strategi bagi bangsa
Indonesia, yang saling mengisi satu dengan lainnya.

Contoh informasi yang diberikan pers mengenai diplomasi: ―Hari ini
poekoel 5.30 sore naskah Linggadjati ditanda tangani di Djakarta. Empat boelan 10
hari naskah itoe mendjadi soeatoe rentjana perdjandjian jang hebat diperdebatkan di
Nederland maoepoen di Indonesia jang diikoeti poela dengan saksama oleh seloeroeh
doenia‖. Sumber: ―Ditanda tangani!‖, Kedaulatan Rakyat, 25 Maret 1947.; Yukie H.
Rushdie,dkk., (penyunting), Kedaulatan Rakyat dalam Tajuk Rencana: Setengah
Abad Meniti Buih, (Yogyakarta: Yayasan Kubus Pustakama, 1995), hlm. 19-20.
2

Contoh informasi mengenai perjuangan bersenjata: ―…..Dalam pada itoe
kita akan menjelesaikan segala sesoeatoe dengan djalan damai. Tetapi djika ternjata
bahwa oesaha itoe dilanggar dan diroesak dengan agressi, kita akan membalas dengan
kekerasan poela. Kita telah tjoekoep sabar. Kita haroes menoendjoekkan bahwa kita
tjoekoep koeat. Jang terpenting bagi kita boekannja menjelidiki apa arti agressi
Belanda itoe tetapi memberantas dan membendoengnja, djangan sampai meradjalela
dimana2‖. Amanat yang disampaikan oleh Panglima Besar Dj. Soedirman, dimuat
dalam artikel: ―Memboelatkan tekad menggempoer Agressi Belanda: Tentara-Lasjkar
dibawah pimpinan Panglima Besar‖, Kedaulatan Rakyat, 7 Januari 1947.
3

4

Baca: Panitia Penulisan Sejarah Diplomasi Republik Indonesia, Sejarah
Diplomasi Republik Indonesia: Dari Masa Ke Masa Periode 1945-1950, (Jakarta:
Departemen Luar Negeri RI, 2004), hlm. 5 dan 111.

4

Perjuangan dengan cara diplomasi, menjadi anjuran Soekarno.5 Dengan
langkah itu, pengorbanan akan harta dan nyawa tidak akan besar. Pada strategi
tersebut, Syahrir-Amir bertindak sebagai praktisinya. Strategi itu didasarkan atas
pandangan yang pesimistis dan pada perimbangan kekuatan dunia serta kekuatankekuatan revolusi Indonesia. Kelemahan organisasi, militer, dan ideologi menguasai
pikiran mereka yang memilih jalan Diplomasi. Bagi mereka, diplomasi dalam artian
luas

merupakan kunci bagi kelangsungan hidup Republik Indonesia. Pemikiran

tersebut menyebabkan munculnya rasa pengabdian terhadap segala sesuatu demi
tercapainya penyelesaian konflik antara Indonesia dengan Belanda, yang dijamin oleh
negara-negara besar.6
Strategi tersebut berbeda dengan jalan pikiran strategi perjuangan bersenjata.
Strategi ini, berpangkal pada optimisme atas kekuatan nasional revolusioner dengan
dukungan rakyat luas. Strategi perjuangan merupakan pertaruhan menghadapi
geografi (alam atau sosial), kekacauan ideologi dan organisasi peninggalan Jepang,

5

Disebutkan bahwa Presiden Soekarno tetap teguh memegang pernyataan
―selama ada soal, maka jalan damai mesti dan akan kita tempuh, sebab bangsa
Indonesia menyukai perdamaian‖. Sumber: A. H. Nasution, Sekitar Perang
Kemerdekaan Indonesia: Diplomasi atau Bertempur, jilid 2, (Bandung: Angkasa,
1977), hlm. 165-166.
Dalam salah satu artikel di surat kabar pun dinyatakan bahwa, ―Kita tjinta akan
damai, tapi lebih tjinta akan kemerdekaan‖. Kalimat tersebut, merupakan perkataan
Soekarno yang dimuat di media cetak. Sumber: ―Revoloesi wadjib kita selesaikan dan
akan kita selesaikan: Kalau ada djalan damai kita ambil, kalau tidak kita akan teroes
djoega‖, Kedaulatan Rakyat, 6 September 1946.
6

G. Moedjanto, Indonesia Abad ke-20: Dari Kebangkitan Nasional sampai
Linggajati, Jilid 1, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), hlm. 157.

5

kekurangan senjata dan kader yang terlatih. Dalam strategi ini, Tan Malaka dan
Sudirman bertindak sebagai praktisinya.7
Turut andilnya pers dalam mempertahankan kemerdekaan RI, menunjukkan
bahwa pers memiliki peran sebagai media informasi. Dengan pemberitaannya, pers
menginformasikan keadaan yang terjadi saat itu. Cara ini cukup membantu
perjuangan secara diplomasi maupun bersenjata, karena dengan memuat berita-berita
mengenai perjuangan yang sedang dilakukan bangsa Indonesia, diyakini dapat
mengobarkan semangat rakyat Indonesia untuk membebaskan diri dari pendudukan
asing.8 Salah satu surat kabar pada masa revolusi di Yogyakarta adalah Kedaulatan
Rakyat. Kedaulatan Rakyat berperan sebagai surat kabar daerah yang memberitakan
perjuangan-perjuangan rakyat Indonesia, khususnya di Yogyakarta.
Kedaulatan Rakyat merupakan media perjuangan surat kabar pertama yang
ada di Yogyakarta pasca proklamasi kemerdekaan 1945. Walaupun sebagai surat

7
8

Ibid.

Zulfikar Ghazali, Sejarah Lokal: Kumpulan Makalah Diskusi, (Jakarta:
Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1995), hlm. 21. Pers, pada
masa kemerdekaan tidak hanya surat kabar akan tetapi ada juga media massa lain
yang ikut andil yaitu radio, yang dikategorikan sebagai media elektronik. Perannya
terlihat saat Bung Tomo melakukan pidato revolusioner di radio, dan pidato ini yang
kemudian menciptakan suasana emosional dan mengakibatkan terjadinya
pemberontakan di Surabaya, antara Inggris dan Indonesia pada tanggal 10 November
1945. Sumber: Colin Wild dan Peter Carey, Gelora Api Revolusi: Sebuah Antologi
Sejarah, (Jakarta: Gramedia, 1986), hlm. 167.

6

kabar daerah, Kedaulatan Rakyat mampu menginformasikan segala peristiwa yang
ada di Indonesia bahkan dunia.9

B. Batasan Masalah
Kedaulatan Rakyat terbit pada tanggal 27 September 1945, setelah Jepang
meninggalkan Yogyakarta. Surat kabar itu merupakan surat kabar bahasa Indonesia
yang tergolong tua. Kemunculan surat kabar ini terjadi karena kekosongan informasi
setelah surat kabar bentukan Jepang disegel. Hal tersebut mendorong para pendiri
Kedaulatan Rakyat untuk membentuk surat kabar baru yang dapat memenuhi
kebutuhan Informasi masyarakat Yogyakarta.
Sejak Kedaulatan Rakyat terbit, berbagai peristiwa telah terjadi. Di antaranya
terkait dengan pemindahan Ibukota RI ke Yogyakarta pada tahun 1946. Peristiwa
lainnya yaitu, terjadinya Agresi Militer sebanyak dua kali, pada tahun 1947 dan 1948
serta perundingan RI-Belanda yang dilakukan sejak tahun 1946 hingga 1949.
Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan peristiwa krusial dalam sejarah perjalanan
bangsa Indonesia. Periode inilah yang ditetapkan dalam penulisan skripsi ini.
Ada beberapa hal yang menjadi fokus permasalahan pada penulisan skripsi
berjudul ―Perjuangan Pers Pasca Proklamasi Kemerdekaan (1945-1950) di
Yogyakarta, Studi Kasus: Surat Kabar Harian (SKH) Kedaulatan Rakyat‖, yaitu:

Informasi berita yang didapatkannya berasal dari Kantor Berita ―Antara‖
dan didapatkan secara berlangganan.
9

7

1.

Perkembangan pers di Yogyakarta tahun 1942-1950
Pokok bahasan ini mengemukakan situasi Indonesia di masa kedatangan
Jepang dan pasca kepergian Jepang. Masa Jepang menjadi gambaran
situasi terakhir Indonesia sebelum menjadi negara yang merdeka lewat
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Di masa itu lahir surat kabar
berbahasa Indonesia yang terdapat di berbagai daerah. Setelah kepergian
Jepang, surat kabar tersebut menjadi salah satu surat kabar daerah yang
ada di Yogyakarta. Pokok bahasan ini akan dibatasi dari zaman Jepang
hingga periode pusat pemerintahan RI berada di Yogyakarta.

2.

Lahir dan berkembangnya Kedaulatan Rakyat tahun 1945-1950
Pada pembahasan ini dikemukakan perkembangan Kedaulatan Rakyat
pada tahun 1945-1950. Untuk mengetahui awal mula lahirnya Kedaulatan
Rakyat, pembahasan di awali dengan cikal bakal Kedaulatan Rakyat yang
muncul pada tahun 1930. Surat kabar itu bernama Sedyo Tomo, yang di
masa pendudukan Jepang dijadikan sebagai alat propaganda, dengan
nama Sinar Matahari. Setelah Jepang meninggalkan Yogyakarta, surat
kabar eks Jepang tersebut digunakan sebagai surat kabar Republikein10
yang dijalankan sepenuhnya oleh orang-orang Indonesia dengan nama
Kedaulatan Rakyat.

10

pada RI.

Disebut sebagai surat kabar Republikein karena surat kabar ini memihak

8

3.

Peranan dan kontribusi Kedaulatan Rakyat selama pemerintahan RI di
Yogyakarta tahun 1946-1950
Pokok bahasan ini menunjukkan bagaimana pers berperan sebagai wadah
diplomasi yang berjasa dalam mewujudkan kedaulatan RI. Di bagian ini
pula, status Kedaulatan Rakyat sebagai surat kabar daerah, berubah
menjadi surat kabar nasional saat ibukota RI di Yogyakarta, akan turut
dikaji. Pembahasan dibatasi hingga saat perpindahan kembali pusat
pemerintahan RI ke Jakarta.

C. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1.

Bagaimana perkembangan pers di Yogyakarta pada tahun 1942-1950?

2.

Bagaimana lahir dan berkembangnya Kedaulatan Rakyat pada tahun
1945-1950?

3.

Bagaimana peran dan kontribusi Kedaulatan Rakyat selama pemerintahan
RI di Yogyakarta pada tahun 1946-1950?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Mendeskripsikan lahirnya pers di Yogyakarta pada tahun 1942-1950.

9

2.

Mendeskripsikan Kedaulatan Rakyat, yang tumbuh dan berkembang
menjadi surat kabar tertua di Yogyakarta berdasarkan eksistensinya sejak
tahun 1945.

3.

Mendeskripsikan peranan sekaligus kontribusi Kedaulatan Rakyat selama
perjuangan kemerdekaan RI di Yogyakarta. Serta menjelaskan pentingnya
pers sebagai media yang membantu diplomasi dan perjuangan bersenjata.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.

Memberi sumbangan penelitian sejarah dengan mengkaji peranan
Kedaulatan Rakyat dalam mendukung perjuangan diplomasi pada masa
pasca proklamasi (1945-1950). Dengan demikian, penulisan ini
diharapkan dapat menjadi informasi tambahan dari informasi yang telah
ada sebelumnya.

2.

Memenuhi persyaratan pembuatan tugas akhir dalam menyelesaikan studi
sarjana pada program studi Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini merupakan praktek penerapan
langkah-langkah kerja ilmiah, yang dimulai dengan perumusan masalah,
mengumpulkan sumber, mengkritisi sumber yang didapat dan kemudian
menuliskannya secara sistematis.

10

F. Kajian Pustaka
Demi mempertanggungjawabkan keaslian skripsi ini, akan dikemukakan
beberapa karya yang pernah ditulis sebelumnya. Karya-karya itu salah satunya dalam
bentuk skripsi. Skripsi-skripsi yang telah membahas tentang surat kabar Kedaulatan
Rakyat, yaitu: Skripsi Thoha Masrukh Abdillah (mahasiswa Fakultas Adab IAIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1982), berjudul ―Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta
Sebagai Pembakar Semangat Perjuangan Kemerdekaan Bangsa Indonesia Pada Masa
Revolusi Fisik 1945-1950‖. Skripsi tersebut menjelaskan bagaimana Kedaulatan
Rakyat sebagai sebuah surat kabar di Yogyakarta, turut mengobarkan semangat
perjuangan pada masa revolusi fisik dan mengaitkannya dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam agama Islam. Pada salah satu bab, juga dijelaskan mengenai
struktur kepemimpinan dan perkembangan yang terjadi pada Kedaulatan Rakyat
selama 1945-1950.
Skripsi yang lain ditulis oleh Arufaida, (mahasiswi Fakultas Sastra UGM,
1988) berjudul ―Peranan Kedaulatan Rakyat Pada Masa Revolusi Fisik 1945-1950‖.
Skripsi tersebut menekankan peranan Kedaulatan Rakyat dalam kehidupan sosial
pada masa revolusi fisik 1945-1950. Sedangkan skripsi ini menggunakan Kedaulatan
Rakyat sebagai suatu studi kasus. Yang lebih diutamakan adalah peran pers bersama
dengan diplomasi dan perjuangan bersenjata dalam mempertahankan kemerdekaan RI
di Yogyakarta.

11

Sumber-sumber pustaka lain

yang pernah membahas tentang pers,

diantaranya:
1. Buku Almanak Pers Indonesia 1954-1955, yang diterbitkan oleh Jajasan
Lembaga Pers dan Pendapat Umum. Almanak tersebut membahas hal-hal
yang terkait dengan pers, seperti perkembangan surat kabar di Indonesia,
aturan-aturan pers, radio, periklanan, kantor berita, serta dilengkapi
dengan diagram tentang pertumbuhan surat kabar di Indonesia. Hal
penting yang didapatkan dalam almanak tersebut adalah penjelasan bahwa
sejarah pers Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sejarah pergerakan
nasional, dan sejak permulaan abad ke-20, pers semakin jelas
kedudukannya sebagai alat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Pada awal kemunculan pers di Indonesia, persoalan yang menjadi fokus
pemberitaannya adalah mengenai soal politik sehingga persoalan lainnya
seperti ekonomi, kurang menjadi daya tarik pers saat itu.11
2. Buku karya Oka Kusumayudha, dkk., berjudul Amanat Sejarah: Dari
Pekik Merdeka Hingga Suara Hati Nurani Rakyat, Yogyakarta:
Kedaulatan

Rakyat,

1996.

Buku

ini

diterbitkan

dalam

rangka

memperingati 50 tahun Kedaulatan Rakyat. Penggunaan buku ini cukup
membantu untuk mencari tahu seluk beluk Kedaulatan Rakyat dan
mengetahui hal-hal yang melatarbelakangi harian itu sehingga dapat eksis
11

Lembaga Pers dan Pendapat Umum, Almanak Pers Indonesia 1954-1955,
(Djakarta: Jajasan Lembaga Pers dan Pendapat Umum, 1955), hlm. 58-59.

12

dalam dunia persuratkabaran. Pada buku ini, dijelaskan pertumbuhan
harian pra Kedaulatan Rakyat, yang diawali dengan harian Sedio Tomo
hingga Sinar Matahari. Pernyataan di dalam buku ini yang perlu
digarisbawahi mengenai penyebutan Kedaulatan Rakyat sebagai harian
tertua di Indonesia yang terhitung berdasarkan keberadaannya, yaitu 40
hari setelah proklamasi kemerdekaan sampai sekarang.12 Meskipun pada
dasarnya harian ini bukan merupakan surat kabar pertama di Indonesia.
Kekurangan yang didapatkan dalam buku Amanat Sejarah: Dari Pekik
Merdeka Hingga Suara Hati Nurani Rakyat, adalah pembahasannya yang
terlalu kronologi dan kurang analitis. Hal ini dapat dipahami karena
diterbitkannya buku ini untuk memperingati hari jadi Kedaulatan Rakyat.
3. Buku karya Abdurrachman Surjomihardjo, Hilman Adil, Atmakusumah,
A. B. Lapian, Leo Suryadinata, dan P. Swantoro, berjudul Beberapa Segi
Perkembangan Sejarah Pers di Indonesia. Secara umum, isi buku ini
kurang lebih hampir sama dengan buku pers lainnya. Perbedaannya
terdapat pada dominasi isi, yang sebagian besar dari pembahasannya lebih
menyoroti persoalan aturan-aturan pers. Aturan itu kemudian digunakan
untuk melihat kembali persoalan yang dialami oleh harian Indonesia
Raya yang akhirnya dibreidel terkait pelanggaran yang dilakukannya—
berdasarkan aturan-aturan pers yang diberlakukan. Dalam perkembangan
12

Oka Kusumayudha, dkk., Amanat Sejarah: Dari Pekik Merdeka Hingga
Suara Hati Nurani Rakyat, (Yogyakarta: Kedaulatan Rakyat, 1996), hlm. 13.

13

pers Indonesia selanjutnya, aturan-aturan ini merupakan sesuatu yang
menakutkan bagi pers Indonesia karena telah menyebabkan beberapa
surat kabar ditutup.
Kekurangan yang terdapat pada buku tersebut yaitu tidak terlalu jelas
dalam membahas aturan-aturan pers yang ada, seperti dalam menjelaskan
Persbreidel Ordonantie—masa pemberlakuan aturan ini dimulai pada
tahun 1931-1954 tetapi gambaran mengenai surat kabar yang menjadi
korban aturan ini tidak disinggungnya.
4.

Buku karangan Sudarjo Tjokrosisworo, berjudul Kenangan Sekilas
Sedjarah Perjuangan Pers Sebangsa, diterbitkan tahun 1959. Buku ini
berisi hal-hal yang terkait dengan Serikat Perusahaan Surat kabar (SPS):
sambutan-sambutan oleh sejumlah tokoh pers Indonesia mengenai latar
belakang pendirian SPS, dukungan terhadap SPS yang hadirnya
diharapkan membawa ―angin segar‖ bagi perkembangan pers Indonesia,
laporan-laporan sidang SPS, pers dan undang-undang yang berlaku sesuai
dengan zamannya, penjelasan mengenai surat kabar yang ada di Jawa dan
Sumatera.
Pada buku itu, ada sambutan singkat yang cukup menarik, ditulis oleh
Sismadi Sostrosiswojo. Sambutan itu sebagai berikut:
Umum telah mengetahui dan mengerti bahwa surat kabar itu adalah
sebuah alat yang tajam untuk mengejar juga sebuah alat yang
berbahaya untuk maksud-maksud yang jahat, yang dapat mengacaukan
ketertiban umum bagi bangsa dan negaranya. Sama juga halnya

14

dengan bom atoom, yang sangat berfaedah sekali bagi manusia apabila
alat itu dipergunakan untuk maksud-maksud damai.13

Pernyataan Sismadi tersebut, secara tidak langsung ingin menunjukkan
kedudukan pers yang begitu penting pengaruhnya bagi suatu negara,
sehingga kekuatan lain perlu berhati-hati dengan kekuatan pers.
5.

Sejarah Diplomasi Republik Indonesia: Dari Masa Ke Masa Periode
1945-1950, diterbitkan oleh Departemen Luar Negeri RI di Jakarta, pada
tahun 2004. Buku tersebut membahas front diplomasi dan perang yang
menjadi bagian dari penulisan ini. Salah satu bagian dari buku tersebut
mengatakan bahwa pada hakekatnya aspek diplomasi dan aspek perang
adalah dua bentuk perjuangan yang sifatnya saling mengisi, satu tidak
dapat dicapai tanpa yang lain. Ada diplomasi tetapi tidak ada perjuangan
bersenjata, tidak ada artinya. Begitupun sebaliknya, perjuangan bersenjata
tanpa diplomasi tidak akan menggambarkan perjuangan bangsa Indonesia
dalam arti seutuhnya.14

6.

Buku Rosihan Anwar, berjudul Musim Berganti: Sekilas Sejarah
Indonesia 1925-1950, Jakarta: PT. Grafiti Pers, 1985. Buku tersebut
berisikan sejarah perjuangan bangsa Indonesia mencakup peristiwa tiga
zaman, yaitu pada zaman Hindia Belanda, Jepang dan pasca Proklamasi
(RI). Peristiwa yang ia tulis didasarkan pada perjalanannya, yang saat itu

13

Sudarjo Tjokrosisworo, Op.cit., hlm. 40.

14

Panitia Penulisan Sejarah Diplomasi Republik Indonesia, Op.cit., hlm. 115.

15

telah menjadi seorang wartawan. Sebagian besar peristiwa pada tahun
1945-1950, berlokasi di Yogyakarta (saat itu menjadi Ibukota RI
sementara).
Buku tersebut menunjukkan peranan wartawan pada masa perjuangan
kemerdekaan Indonesia, sangat besar, dan keberadaan pers, sangat
diperlukan oleh para pejuang perang Indonesia saat itu sebagai partnernya dalam mempertahankan kemerdekaan RI.
7.

Otobiografi Rosihan Anwar, berjudul Menulis Dalam Air: Sebuah
Otobiografi. Buku tersebut berisikan riwayat hidup Rosihan Anwar,
terdiri dari tiga bagian: pertama berisikan ajaran dan pembentukan;
kedua, koran dan pengalaman; ketiga, nilai-nilai dan pengharapan. Pada
bagian kedua, dikatakan bahwa pers Indonesia, tidak memiliki kebebasan,
hidup dalam tekanan-tekanan yang dikemudian waktu mengakibatkan
surat kabar yang dinilai tidak patuh harus mengakhiri produktivitasnya
(dibreidel). Tekanan demi tekanan yang dialami, membuat pers yang
bebas dan bertanggung jawab, tidak dapat bertahan hidup. Idealisme
seperti itu terganti oleh pers yang tidak bebas dan tidak melaksanakan
tanggung

jawabnya.15

Dengan

adanya

otobiografi

ini,

semakin

memperjelas peranan seorang Rosihan dalam dunia pers yang telah ia

15

Rosihan Anwar, Menulis Dalam Air: Sebuah Otobiografi, (Jakarta: Sinar
Harapan, 1983), hlm. 256-257.

16

geluti sejak berusia 22 tahun, ditambah dengan pengalamannya sebagai
seorang wartawan tiga zaman.
Meskipun telah banyak buku-buku yang membahas pers Indonesia, tetapi
tidak banyak yang memfokuskannya pada pers daerah sehingga informasi
mengenai pers daerah sangat kurang. Hal tersebut yang mendasari penulisan ini.

G. Landasan Teori
Skripsi ini akan membahas peranan pers. Pers dalam skripsi ini diartikan
sebagai surat kabar. Hal ini mengacu pada kamus Bahasa Indonesia,16 di mana pers
diartikan: 1) usaha percetakan dan penerbitan, 2) usaha pengumpulan dan penyiaran
berita, 3) penyiaran berita melalui surat kabar, majalah dan radio, 4) orang yang
bergerak dalam penyiaran berita, 5) medium penyiaran berita, seperti surat kabar,
majalah, radio, televisi dan film.
Peranan pers17 yang dimaksudkan adalah dalam hal mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Di samping adanya strategi perjuangan secara diplomasi dan
16

Sumber: Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 675.
17

Pers berasal dari bahasa latin (pressa) dan bahasa inggris (press), yang
diartikan sebagai mencetak, alat untuk mencetak layaknya mesin cetak (drukpres).
Mencetak, diartikan sebagai mencetak suatu tulisan atau gambar, baik mengenai halhal yang telah terjadi maupun masih berupa perkiraan dan kemudian dilekatkan pada
kertas setelah melalui proses drukken–penghimpitan yang keras. Hasil dari proses
tersebut, yang kemudian dikenal dengan sebutan Koran—berasal dari bahasa
Belanda—(surat kabar), majalah atau tabloid, dan disebar-luaskan kepada khalayak
(bersifat informatif). Sumber: Anonimous, Ensiklopedi Umum untuk Pelajar, Jilid 9,
(Jakarta: Ictiar Baru van Hoeve, 2005), hlm. 172; Jilid 4, hlm. 127; Jilid 7, hlm. 1-2.

17

perjuangan bersenjata, pers juga dikatakan berjasa dalam mewujudkan kedaulatan
Indonesia. Seperti pendapat yang dikemukakan Harold Crouch, yang menyatakan
bahwa: ―Tanpa diplomasi, para pejuang tidak akan dapat menang, akan tetapi tanpa
perjuangan, diplomat-diplomat tidak akan mempunyai suara yang meyakinkan.‖18
Kepopuleran dua strategi perjuangan tersebut (diplomasi dan perjuangan bersenjata)
dapat dikarenakan perannya yang dianggap pokok dibandingkan dengan pers.
Meskipun kedaulatan Indonesia terwujud berkat peran yang dijalani oleh
strategi diplomasi, adanya pers cukup penting dan turut andil dalam diplomasi yang
dilakukan oleh RI-Belanda. Andil pers terlihat pada saat menginformasikan kepada
masyarakat umum, tentang diplomasi dan perjuangan bersenjata yang sedang
dilancarkan bangsa Indonesia. Dengan demikian, masyarakat mengetahui apa yang
sedang terjadi di Indonesia dan bagaimana mereka harus mensikapi keadaan ini.19
Konflik yang terjadi antara RI-Belanda, jika didasarkan pada pandangan
Andrew Arno, disebabkan oleh komunikasi. Komunikasi yang terjadi di dalam
konflik dapat menyebabkan dua kemungkinan, yaitu konflik menjadi semakin intensif
atau konflik menjadi reda. Media massa berperan dalam menyelesaikan konflik,
sekaligus konflik ini menjadi berita bagi media massa. Dari media massa, masyarakat
18
19

Baca: Colin Wild dan Peter Carey, Op.cit, hlm. 150-151.

Pers bertindak sebagai penyambung lidah rakyat, untuk menyampaikan
segala hal yang terkait dengan keadaan Indonesia saat itu (1945-1950), keadaan yang
penuh konflik dengan bangsa asing. Sebagai penyambung lidah rakyat menunjukkan
bahwa interaksi pers dengan rakyat lebih dekat sehingga perjuangan pada masa
kemerdekaan RI tersebut dapat terwujud karena adanya hubungan dekat pers dan
rakyat. Oleh karena itu, pers sangat berperan dalam mengkoordinir massa untuk
melakukan perlawanan menghadapi bangsa asing.

18

mendapatkan informasi mengenai konflik tersebut dan secara tidak langsung media
massa menjadi sasaran opini publik.20
Pendapat Arno tersebut, dapat digambarkan sebagai berikut: komunikasi di
depan meja perundingan (diplomasi) tidak tercapai, Belanda kemudian melancarkan
perang. Perang tersebut berupa Agresi Militer Belanda I dan II (merupakan konflik
antara RI dan Belanda). Pers yang ada di Yogyakarta bertindak sebagai media
penyampai informasi dan konflik itu menjadi berita bagi surat kabar.
Sebagaimana yang telah disebutkan di depan, pers, merupakan bagian dari
media massa.21 Media massa digolongkan menjadi dua, yaitu media elektronik dan
media cetak. Media elektronik terdiri dari film, radio dan televisi. Sedangkan media
cetak—disebut Pers, terdiri dari surat kabar, majalah, tabloid, dsb.22 Meskipun bentuk
penyajian informasinya tidak sama tetapi berfungsi sebagai sarana atau alat
20

Ignatius Haryanto, Indonesia Raya Dibredel, (Yogyakarta: Lkis, 2006),
hlm. 242-243.
Rosihan Anwar, ―Peranan Media Massa Dalam Kebudayaan Nasional‖,
Kumpulan Karangan, (Jakarta: tp, 1992), hlm. 197; Ignatius Haryanto, Op.cit., hlm.
242.
21

22

Berdasarkan keputusan dewan pers tahun 1970, kategori pers tidaklah
semua media massa tetapi hanya media massa yang isi beritanya beraneka ragam—
dalam hal ini corak berita, misal politik, sosial, ekonomi, dsb—media massa yang
isinya hanya mengenai seks, seperti tabloid pria dewasa yang beredar saat ini,
bukanlah kategori pers. Sumber: Jakob Oetama, Perspektif Pers Indonesia, (Jakarta:
LP3ES, 1987), hlm. 113.Dalam pengertian yang luas, pers adalah seluruh alat
komunikasi massa seperti radio, tv, surat kabar, majalah, dsb, tetapi dalam pengertian
sempit adalah surat kabar, majalah, tabloid, dsb—untuk dapat disebut sebagai pers, ia
harus memenuhi syarat-syarat publisitas (tersebar luas, terbuka), terbit secara
periodik, bersifat umum (universalitas) dan aktuil. Sumber: Amir Effendi Siregar,
Pers Mahasiswa Indonesia: Patah Tumbuh Hilang Berganti, (Jakarta: PT. Karya
Unipress, 1983), hlm. 35; Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan
Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 154-155.

19

komunikasi untuk menyebarkan berita atau pesan kepada masyarakat secara luas.
Beragam informasi tentang bidang kehidupan manusia, dimuat di dalamnya, mulai
dari bidang sosial, ekonomi, politik, budaya, dsb.
Pers merupakan hasil dari kebudayaan23 yang lahir setelah terjadinya
komunikasi antar manusia. Komunikasi yang tidak selalu bisa mengandalkan
pertemuan secara langsung, mendorong manusia menggunakan media penghubung.
Media yang diciptakan adalah media massa, segala informasi yang dibutuhkan dimuat
di dalamnya dengan maksud untuk menciptakan komunikasi secara tidak langsung
antara media dan si penerima informasi itu (resipien). Pers adalah hasil dari
komunikasi antar manusia tersebut. Dan dalam perkembangan selanjutnya, media
elektronik muncul sebagai bagian dari hasil budaya manusia dalam konteks media
massa.
Berdasarkan definisi Charles Cooley,24 komunikasi adalah mekanisme yang
menyebabkan adanya hubungan antar manusia dan yang mengembangkan semua
lambang pikiran, bersama-sama dengan sarana untuk menyiarkannya dalam ruang
dan merekamnya dalam waktu. Ini mencakup wajah, sikap dan gerak-gerik, suara,
kata-kata tertulis, percetakan, telegrap, telepon, dan apa saja yang merupakan
penemuan mutakhir untuk menguasai ruang dan waktu. Komunikasi pun akan
23

Kebudayaan sering diartikan sebagai hasil cipta, karsa dan rasa manusia,
sedangkan budaya merupakan daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. Lihat:
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakarta: Aksara Baru, 1974), hlm. 80.
24

Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Bandung:
Alumni, 1986), hlm. 40.

20

mengalami suatu proses yang dinamakan proses komunikasi. Proses komunikasi
adalah penyampaian pesan kepada umum. Proses itu terdiri dari unsur-unsur:
1. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan.
2. Pesan, ide, informasi, opini, dsb.
3.

Saluran (channel, media), yaitu alat yang dipergunakan oleh komunikator
untuk menyampaikan pesan.

4.

Komunikan, yaitu orang yang menerima pesan.

5.

Efek, yaitu pengaruh atau akibat dari kegiatan komunikasi yang dilakukan
komunikator kepada komunikan.

Sukses tidaknya suatu komunikasi tergantung dari efek kegiatan komunikasi itu.
Dari unsur-unsur proses komunikasi yang dipaparkan Cooley di atas, dapat
disimpulkan bahwa pers yang berkedudukan sebagai media atau saluran yang
dipergunakan untuk menyampaikan pesan, memiliki pengaruh. Dan pengaruh pers
tidak hanya berimbas pada informasi apa yang telah diberitakannya tetapi juga
kepada komunikan yang mengetahui informasi dari pers itu. Di sini lah, penilaian
terhadap pengaruh pers yang dapat mengukuhkan pers sebagai alat perjuangan yang
juga penting peranannya dalam perjuangan kemerdekaan RI tahun 1945-1950 selain
diplomasi dan perjuangan bersenjata.
Media massa berperan sebagai media penghubung dan media yang diciptakan
adalah pers, segala informasi yang dibutuhkan dimuat di dalamnya. Kebutuhan akan
pers ini, tidak hanya bagi masyarakat tetapi juga bagi pemerintah. Adanya kebutuhan
untuk mendapatkan informasi, dapat menimbulkan suatu hubungan antara pers,

21

masyarakat dan pemerintah—hubungan triangle,25 yaitu berupa hubungan yang
menguntungkan antara satu dengan yang lain. Menguntungkan karena yang satu
berperan sebagai pemberi informasi/pesan dan yang lain sebagai penerima
informasi/pesan. Dengan kata lain memiliki hubungan yang fungsional.26
Hubungan antara pers dan pemerintah, dapat mempengaruhi hubungan pers
dan masyarakat, serta hubungan masyarakat dengan pemerintah. 27 Pandangan
tersebut, menyerupai pendapat Rosihan Anwar terhadap pers yang mengatakan
bahwa pers setaraf dan sama derajatnya dengan pemerintah, parlemen dan peradilan.
Pers merupakan sebuah lembaga politik yang mempunyai haknya sendiri dan terikat
erat dengan semua lembaga pemerintah. Pers mempengaruhi lembaga-lembaga
tersebut dan pada gilirannya pers dipengaruhi oleh mereka.28 Menurut Rosihan juga,
cita-cita pers terdahulu adalah menggerakkan para putra Indonesia menjadi wartawan
di zaman pergerakan nasional menuju Indonesia merdeka serta di masa
memperjuangkan dan menegakkan Republik terhadap serangan kaum kolonialis dan
imperialisme.29

25

Jakob Oetama, Op.cit., hlm. 53.

26

Ibid., hlm. 92.

27

Ibid., hlm. 58.

28

Rosihan Anwar, 1983, Op.cit., hlm. 266.

29

Ibid, hlm. 269.

22

Pandangan Rosihan Anwar tersebut, akan menjadi dasar untuk menjelaskan
seberapa besar dan pentingnya pers pasca proklamasi dalam mempertahankan
kemerdekaan Indonesia, selain adanya strategi diplomasi dan perjuangan.

H. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka dan studi lapangan.
Studi pustaka dilakukan terhadap sumber primer dan sekunder, yang diharapkan
dapat membantu mempelajari fakta-fakta lain yang ada. Sumber-sumber primer yang
dimaksudkan adalah surat kabar yang berupa mikrofilm, meliputi: Kedaulatan Rakyat
(1945-1950), SKH Al-Djihad, SKH Boeroeh, SKH Nasional, dan SKH Sinar
Matahari. Dengan batasan tahun 1945-1950 atau dimulai pada tahun pertama koran
itu lahir. Di samping itu, adapula arsip (dokumen tertulis), notulen konferensi
pimpinan umum surat kabar seluruh Indonesia. Sedangkan sumber-sumber sekunder
berupa pustaka yang telah ada sebelumnya dan dilakukan dengan menyelidiki sumber
primer yang dimiliki.
Mengenai sumber pustaka, dilakukan pencarian di Kantor Arsip Nasional
Jakarta, Perpustakaan Nasional Jakarta, Perpustakaan Daerah Yogyakarta, Balai
Kajian Sejarah dan Nilai-nilai Tradisional di Yogyakarta, serta perpustakaan lainnya
yang ada di Yogyakarta.
Penelitian ini menempuh langkah-langkah:
1.

Pemilihan topik;

23

2.

Pengumpulan sumber (heuristik), mengumpulkan sumber-sumber data
baik yang bersifat primer maupun sekunder.;

3.

Kritik sumber, yang bertujuan untuk mengetahui ke-otentik-an dan
kredibilitas sumber. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui validitas data
yang diperoleh dari buku acuan dan wawancara dengan informan maupun
narasumber yang ada. Di samping itu, dapat membandingkan data yang
diperoleh untuk mendapatkan data yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya;

4.

Interpretasi data, dilakukan dengan cara menganalisis sumber. Dengan
melakukan langkah ini, dapat menghindari subyektifitas terhadap sumber
pustaka, informan ataupun narasumber;

5.

Historiografi atau penulisan skripsi, merupakan metode terakhir dalam
penelitian. Pada tahap ini, disajikan data dalam bentuk pendeskripsian
obyek-obyek yang menjadi fokus dalam penulisan ini dan permasalahan
yang diajukan mulai dikaji di dalamnya.

I. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:
Bab I, merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang penelitian serta
permasalahan-permasalahan yang mendorong diadakannya penelitian ini.

24

Bab II, membahas perkembangan pers di Yogyakarta pada tahun 1942-1950.
Hal-hal yang akan dikemukakan antara lain: faktor-faktor yang melatarbelakangi
munculnya pers di Yogyakarta, serta strategi perjuangan secara diplomasi dan
bersenjata dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Bab III, membahas lahir dan berkembangnya Kedaulatan Rakyat pada tahun
1945-1950. Hal-hal yang dikemukakan antara lain: cikal bakal Kedaulatan Rakyat
hingga menjadi Kedaulatan Rakyat pada tanggal 27 September 1945, dilanjutkan
pembahasan mengenai perkembangan Kedaulatan Rakyat pada masa 1945-1950.
Bab IV, membahas peran dan kontribusi Kedaulatan Rakyat selama
pemerintahan RI di Yogyakarta pada tahun 1946-1950.
Bab V, merupakan penutup dari skripsi ini. Dan pada bab ini akan
dimunculkan suatu kesimpulan akhir dari kesimpulan sementara (hipotesis) yang
telah diajukan. Semua disusun berdasarkan bukti-bukti yang didapatkan setelah
melakukan penelitian baik secara pustaka maupun lapangan. Dengan adanya penutup
ini penulisan skripsi ini berakhir.

BAB II
PERKEMBANGAN PERS DI YOGYAKARTA
TAHUN 1942-1950

Bab ini membahas perkembangan pers di Yogyakarta,

Dokumen yang terkait

PROSES PENGAMBILALIHAN KEKUASAAN PEMERINTAHAN PENDUDUKAN MILITER JEPANG DI LAMPUNG PASCA PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA 17 AGUSTUS 1945

0 12 48

DAMPAK KRIMINALISASI PERS TERHADAP KEMERDEKAAN PERS YANG BERTANGGUNG JAWAB

3 27 65

AGENDA PERS LOKAL DALAM PEMBERITAAN ISU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP (Studi Analisis Isi Kuantitatif Berita Kerusakan Lingkungan Hidup pada SKH Kedaulatan Rakyat dan SKH Tribun Jogja Periode 22 Mei – 19 Juni 2012).

0 4 12

AGENDA PERS LOKAL DALAM PEMBERITAAN ISU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP AGENDA PERS LOKAL DALAM PEMBERITAAN ISU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP (Studi Analisis Isi Kuantitatif Berita Kerusakan Lingkungan Hidup pada SKH Kedaulatan Rakyat dan SKH Tribun Jogja Period

0 3 16

PENDAHULUAN AGENDA PERS LOKAL DALAM PEMBERITAAN ISU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP (Studi Analisis Isi Kuantitatif Berita Kerusakan Lingkungan Hidup pada SKH Kedaulatan Rakyat dan SKH Tribun Jogja Periode 22 Mei – 19 Juni 2012).

0 18 42

PENUTUP AGENDA PERS LOKAL DALAM PEMBERITAAN ISU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP (Studi Analisis Isi Kuantitatif Berita Kerusakan Lingkungan Hidup pada SKH Kedaulatan Rakyat dan SKH Tribun Jogja Periode 22 Mei – 19 Juni 2012).

0 3 36

DENTIFIKASI TUGU-TUGU PERJUANGAN KEMERDEKAAN DI KABUPATEN LANGKAT.

2 11 24

PERJUANGAN GERILYA JONATHAN SIOTHANG DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI DAIRI.

1 2 15

Peserta Diskusi FISE UNY SKH Kedaulatan Rakyat Indonesia Menggugat Lunturnya Nilai

0 0 1

PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI dairi

0 0 13